• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Drum band merupakan sebuah ansambel 1. kombinasi alat musik tiup dan pukul (perkusi). Drum band berasal dari dua kata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Drum band merupakan sebuah ansambel 1. kombinasi alat musik tiup dan pukul (perkusi). Drum band berasal dari dua kata"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Drum band merupakan sebuah ansambel1 yang memainkan sejumlah kombinasi alat musik tiup dan pukul (perkusi). Drum band berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris yaitu drum dan band. Drum berarti sebuah alat musik yang dipukul atau ditabuh, biasanya menggunakan stik (pemukul). Sedangkan band adalah bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal. Beberapa alat yang digunakan adalah bellyra, trumpet, pianika, maupun rekorder. Dalam permainannya terdapat aksi baris-berbaris (military style) yang membentuk formasi dengan pola tertentu (seperti bentuk

bintang dan lingkaran) dan diiringi tarian oleh pembawa bendera dan mayoret.2

1

Menurut Virginia Tech Multimedia Music Dictionary, ansambel adalah “A group of musicians that perform as a unit.” (www. music,vt.edu/musicdictionary). Maknanya dalam bahasa Indonesia yaitu pertunjukan sekelompok musisi sebagai suatu kesatuan. Dalam bentuk ensambel ini diperlukan kerjasama permainan yang bersifat paduan ritmis dan melodis atau bahkan harmoni sekali gus. Di Sumatera Utara terdapat juga berbegai jenis ensambel musik seperti Ensambel Bukit Barisan, Drum Band Sinar Husni, ensambel musik tradisional seperti gondang sabangunan (Batak Toba), ensambel gonrang bolon (Simalungun), dan lain-lainnya.

2

Mayoret adalah pemimpin atau komandan dari semua anggota drum band yang memiliki tugas untuk memberikan aba-aba atau isyarat kepada para pemain Pada umumnya drum band dapat kita jumpai pada angkatan militer, kepolisian, sekolah-sekolah, dan organisasi seperti PDBI (Persatuan Drum Band Indonesia).

(2)

Oleh sebab itu, pada zaman sekarang ini, drum band bukanlah hal yang asing untuk kita lihat atau dengar.

Dalam tulisan ini, drum band yang dimaksud akan dibahas adalah drum band yang terdapat di dalam intitusi militer. Namun dalam pembahasan ini, istilah drum band yang digunakan atau yang disebutkan oleh para militer (dalam kasus

ini oleh anggota militer Yon Zipur Kodam I Bukit Barisan,3 lazim menyebutkan

nama kelompoknya sebagai “Drum Band Yon Zipur I Dhira Dharma”) menurut penulis sudahlah merupakan ensambel marching band. Alasannya adalah dalam pengaplikasian permainan yang ditampilkan oleh kelompok musik militer ini,

format yang digunakan adalah format marching band.4

3

Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam rangka pertahanan dan keamanan nasionalnya, maka secara organisasi militer, dibagi ke dalam 13 Kodam (Komando Daerah Angkatan Militer) dan didukung oleh Kodim-kodim (Komando Daerah Inti Militer), yang diperinci sebagai berikut. 1. Kodam Iskandar Muda, 2. Kodam I Bukit Barisan, 3. Kodam II Sriwijaya; 4. Kodam Jaya; 5. Kodam III Siliwangi, 6. Kodam IV Diponegoro, 7. Kodam V Brawijaya; 8. Kodam VI Mulawarman; 9. KodamVII Wirabuana; 10. Kodam IX Udayana; 11. Kodam XII Tanjungpura; 12. Kodam XVI Patimura, dan 13. Kodam XVII Cendrawasih. Kodam I Bukit Barisan terdiri dari: Korem 022 Pantai Timur; Kodim 0202; Kodim 0203 Langkat; Kodim 0204 Deli Serdang; Kodim 0207 Simalungun; Kodim 0208 Asahan; Kodim 0209 Labuhan Batu; Korem 023 Kawal Samudera; Kodim 0205 Tanah Karo; Kodim 0206 Dairi; Kodim 0210 Tapanuli Utara; Kodim 0211 Tapanuli Tengah; Kodim 0212 Tapanuli Selatan; Kodim 0213 Nias; Korem 031 Wirabima; Kodim 0301 Pekanbaru; Kodim 0302 Indragiri Hulu; Kodim 0303 Bengkalis; Kodim 0313 Kampar; Kodim 0314 Indragiri Hilir; Korem 032 Wirabraja; Kodim 0304 Agam; Kodim 0305 Pasaman; Kodim 0306 Limapuluh Kota; Kodim 0307 Tanah Datar; Kodim 0308 Padang Pariaman; Kodim 0309 Solok; Kodim 0310 Sawahlunto; Kodim 0311 Pesisir Selatan; Kodim 0312 Padang; Kodim 0319 Mentawai; Kodim 0320 Bukittinggi; Kodim 0321 Pasaman Barat; Korem 033Wira Pratama; Kodim 0315 Kepulauan Riau; Kodim 0316 Batam; Kodim 0317 Karimun; Kodim 0318 Natuna Tanjung Pinang; Kodim 0201 BS Medan (Sumber: Kodam I Bukit Barisan, 2013).

4

Kita tahu bahwa marching band merupakan sebuah ansambel yang terdiri dari drum section (kelompok alat musik pukul) dan brass section (kelompok alat

(3)

Sejarah kemiliteran Indonesia sendiri dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945. Angkatan perang pertama Indonesia yang disebut Tentara Keamanan Rakyat (TKR) ini, kemudian diganti menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada tanggal 24 Januari 1946. Karena saat itu di Indonesia terdapat barisan-barisan bersenjata lainnya di samping Tentara Republik Indonesia, maka pada tanggal 5 Mei 1947, Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan untuk mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan barisan-barisan bersenjata tersebut menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dalam sejarahnya, TNI pernah digabungkan dengan Polisi Republik Indonesia (POLRI). Gabungan ini disebut Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Namun sesuai Ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI, pada tanggal 19 Oktober 2004 TNI dan POLRI telah sah dipisahkan (www.anri.com

Tentara Nasional Indonesia (TNI) ini dibagi atas tiga angkatan bersenjata, yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. Sedangkan TNI Angkatan Darat ini sendiri memiliki tiga kekuatan, yakni Kekuatan Terpusat (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat dan Komando Angkatan Khusus), Kekuatan Kewilayahan (Komando Daerah Militer, Komando Resort Militer, Komando Distrik Militer), dan Kekuatan Badan Pelaksana Pusat. ).

musik tiup). Sedangkan drum band merupakan sebuah ansambel yang terdiri dari drum section saja. Permainan yang ditampilkan oleh kelompok militer ini merupakan gabungan dari kedua drum section dan percution section. Oleh sebab itu, berdasarkan pertunjukannya bahwa kelompok musik militer ini merupakan sebuah kelompok marching band, yakni Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma, walau juga lazim menyebutkan kelompoknya sebagai Drum Band Yon

(4)

Di Indonesia, terdapat tiga belas Komando Daerah Militer (Kodam) yang salah satunya merupakan Kodam1 Bukit Barisan yang terdapat di Medan.

Yon Zipur 1 Dhira Dharma yang terdapat di Kecamatan Helvetia ini merupakan satuan dari Kodam Bukit Barisan. Kelompok batalion tentara ini merupakan tempat dimana marching band Zipur 1 Dhira Dharma berada.

Menurut sejarahnya, marching band yang dulu dikenal sebagai musik perang atau musik militer ini dipercaya dapat menginspirasi dan mendukung jiwa para prajurit dalam berperang. Seperti yang ditulis oleh Camus (1993):

Music has been used to encourage the troops and to raise their spirits both in battle and during the difficult moments before and after the conflict. [Musik telah digunakan untuk mendorong pasukan dan untuk meningkatkan semangat mereka baik dalam pertempuran dan pada saat-saat sulit sebelum dan setelah konflik] (Camus,1993: 3).

Dari penjelasan tersebut, dapat kita lihat bahwa marching band memiliki penggunaan dan fungsi. Namun dalam hal ini penggunaan itu adalah dalam konteks perang. Pertanyaannya adalah jika marching band itu awalnya digunakan saat perang zaman dulu, lantas apakah marching band itu masih digunakan pada saat perang masa kini atau untuk keperluan di luar perang? Tentu saja jawabannya masih ada, dan bahkan berkembang semakin banyak tidak hanya di kalangan militer saja tetapi sudah ada di kalangan masyarakat biasa seperti di sekolah-sekolah dan organisasi-organisasi marching band di luar sekolah-sekolah. Setelah pertanyaan di atas, muncul pertanyaan berikutnya yang mana kita jelas tahu bahwa zaman dulu penggunaan marching band itu semata-mata untuk tujuan perang yakni untuk mendukung semangat jiwa prajurit dalam berperang agar tidak

(5)

takut dan mundur. Pertanyaannya adalah, untuk apa dan apa penggunaan dan fungsi marching band (dalam hal ini yang ada di militer, sesuai dengan judul) yang ada sekarang ini, terutama di Yon Zipur I Dhira Dharma?

Dalam kenyataannya, rasa semangat atau rasa nasionalisme yang diungkapkan para militer menunjukkan bahwa musik yang dimainkan marching band ini mempunyai daya sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa atau emosi pada anggota militer tersebut. Hal ini dapat kita jumpai ketika suatu upacara berlangung. Lebih tepatnya lagi saat baris-berbaris menuju lapangan, atau ketika bubar dari lapangan. Seluruh anggota militer akan ikut bernanyi dan bersorak-sorai dengan semangat sementara marching band tersebut dimainkan. Selain itu fungsi hiburan juga merupakan salah satu fungsi dari permainan drum band yang ada pada militer saat ini. Pengaplikasiannya di lapangan dapat kita lihat ketika marching band ini melakukan pawai yaitu bermain berkeliling di lingkungan masyarakat sekitar. Jelas bahwa ketika marching band itu dimainkan di depan kalangan umum, masyarakat yang menonton dengan antusias menyaksikannya karena mereka merasa terhibur. Bahkan masih dalam konteks pawai tersebut, kita dapat menemukan fungsi musik yang lain. Kadang kala mereka (marching band Zipur I Dhira Dharma) diundang oleh pihak-pihak tertentu untuk pawai bersama. Ketika ditanya alasan mereka mengikuti undangan tersebut, maka jawaban yang kita dapat adalah kontribusi. Mereka harus memberikan kontribusi untuk meramaikan acara pawai tersebut. Menurut pengamatan saya, tindakan itu dapat

(6)

dikategorikan ke dalam fungsi pengintegrasian masyarakat,5 karena hal itu jelas sudah menimbulkan kebersamaan dalam suatu masyarakat yang mempunyai

sistem nilai6

Dalam proses observasi yang saya jalani, saya menemukan beberapa kejadian dimana marching band Canka Dhira Dharma ini dimainkan. Di antaranya adalah, upacara rutinitas setiap hari Senin, upacara rutinitas setiap tanggal 17 setiap bulannya, upacara Pedang Pora,

dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Secara tidak langsung menurut saya para anggota militer yang memainkan marching band tersebut, sudah menghasilkan suasana kesatuan, kerukunan dan kebersamaan dalam menjaga kesinambungan terhadap masyarakat.

7

5

Fungsi pengintegrasian masyarakat merupakan salah satu dari sepuluh fungsi musik menurut Alan P Merriam. Pengintegrasian masyarakat dalam kegiatan yang mereka lakukan ini adalah sebagai kontribusi keebersamaan sosial antara angkatan perang dalam hal ini Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia, dengan masyarakat sipil. Artinya bahwa tentara dan rakyat perlu bekerjasama dalam rangka bela negara yang dikonsepkan sebagai wawasan nusantara, yaitu suiatu kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional. Yang perlu dipertahankan adalah kesatuan sosial dan negara dari semua tantangan, gangguan, dan hambatan.

6

Dalam hal ini, sistem nilai yang dimaksud mengacu kepada nilai-nilai yang ada pada Pancasila yakni terutama pada sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia. Persatuan Indonesia adalah merupakan wawasan nusantara bagi bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional. Intinya adalah segenap warga Indonesia adalah menjadi bahagian yang tidak terpisahkan dari negara bangsa ini. Mereka merasa senasib dan sepenanggungan, dan juga merasa sebagai saudara dalam satu negara besar.

7

Upacara Pedang Pora adalah sebuah tradisi pada lingkungan perwira TNI untuk memberikan penghormatan ketika perwira tersebut sedang melangsungkan pernikahan. Pedang Pora itu sendiri memiliki pengertian janji/sumpah pedang.

upacara Hari Ulang Tahun Komando Daerah Angkatan Militer (Kodam), upacara kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) TNI, pawai tahunan, pawai di kecamatan, mengikuti

(7)

acara festival, bahkan pada acara Pesta Rakyat Danau Toba (PRDT). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa marching band ini pada umumnya dimainkan pada upacara saja. Namun dari yang saya amati, saya menggolongkan jenis permainan drum band ini ke dalam dua kategori berdasarkan tujuannya, yaitu tujuan militer dan tujuan non-militer. Kategori Tujuan Militer ini maksudnya adalah marching band yang dimainkan berada dalam konteks upacara rutinitas yang berada di bawah naungan agenda Kodam/Yon Zipur. Contohnya seperti upacara setiap hari Senin, upacara setiap tanggal 17, Hari Ulang Tahun Kodam, upacara hari besar nasional, kunjungan Kasad, pada acara Pedang Pora, dan lain-lain. Sedangkan kategori tujuan non-militer adalah marching band yang dimainkan berada dalam konteks upacara di luar agenda Kodam/Yon Zipur. Seperti contoh, pawai tahunan, pawai MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) dari kecamatan, undangan main dari luar, keikutsertaan dalam festival marching band, dan kegiatan-kegiatan yang di dalamnya ada upacara sehingga marching band ikut diserta mainkan (pada 18 Maret 2013 yang lalu diadakan turnamen futsal terbuka di Yon Zipur, sebelum turnamen dimulai diadakan upacara terlebih dahulu).

Melihat uraian fungsional tersebut, penggunaan marching band pada militer saat ini sangat berkembang dan jauh berbeda dengan sejarah penggunaan marching band pada awalnya. Tentu hal ini menurut saya menggenapi isi dari salah satu objek kajian etnomusikologi yang menyebutkan bahwa musik sebagai

(8)

budaya yang aktif.8

1.2 Pokok Permasalahan

Penggunaan marching band (pada militer) yang semakin banyak inilah, yang menjadi latar belakang saya sehingga tertarik untuk mengkajinya lebih jauh dengan membuat sebuah kajian ilmiah dengan judul: Struktur Musik, Penggunaan, dan Fungsi Marching Band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD.

Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka saya membuat pembatasan masalah dalam bentuk pokok permasalahan. Adapun pokok permasalahan dalam tulisan ini sesuai dengan pendekatan Etnomusikologi adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur musik yang disajikan oleh marching band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD?

2. Bagaimana penggunaan dan fungsi yang terdapat dalam marching band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD dalam konteks militer dan non-militer?

8

Music as creative activity (Merriam, 1960:10). Bahwa musik adalah sebagai salah satu aktivitas kreatif di bidang seni, yang unsur utamanya adalah bunyi-bunyian. Musik sendiri biasanya dibentuk oleh dimensi ruang dan waktu. Ruang mencakup tangga nada dan elemen-elemennta, sedangkan waktu adalah mencakup cepat lambat, meter, waktu penyajian, tanda birama, dan lain-lain. Dengan unsur-unsur inilah komposer dan seniman melakukan aktivitas kreatifnya.

(9)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan dan fungsi yang terdapat dalam marching band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD dalam konteks militer dan non-militer,

2. Untuk mengetahui musik dan lagu-lagu yang disajikan oleh marching band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat:

1. Menjadi bahan infomasi tentang marching band (terlebih pada militer) yang dapat dipergunakan pada jurusan etnomusikologi . 2. Memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa studi di jurusan etnomusikologi.

3. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada para akademis, masyarakat, serta pihak-pihak yang berkepentingan.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Penulisan ini berisi suatu kajian tentang struktur musik serta penggunaan dan fungsi marching band pada militer, dalam hal ini studi kasus pada Yon Zipur

(10)

I Dhira Dharma. Pada umumnya marching band yang ada di Yon Zipur I Dhira Dharma ini, dimainkan saat adanya acara formalitas, yaitu dalam konteks upacara.

Meskipun penelitian ini berbicara tentang penggunaan dan fungsi, namun studi etnomusikologi dalam konteks musik tidak lepas dari tulisan ini. Kita tahu bahwa salah satu fokus materi pengkajian ilmu etnomusikologi adalah menganalisis tentang materi-materi musik itu sendiri baik berupa kajian instrumen ataupun unsur musik itu sendiri. Pada kasus ini saya akan lebih banyak membahas tentang unsur musik pada permainan marching band yang ada di satuan batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma . Struktur musik yang dimaksud pada judul tulisan ini memiliki maksud untuk mengungkapkan beberapa karakteristik dalam mendeskripsikan melodi sesuai dengan teori yang diungkapkan William P. Malm dalam teori weight scale. Teori tersebut mencakup (1) tangga nada (scale), (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah nada (frequency of note), (5) jumlah interval, (6) pola kadensa (cadence patterns), (7) formula melodik (melodie formula), (8) kontur (contour). Selain ITU JUGA AKAn diuraikan tentang struktur ritme yang dipakai dalam ensambel marching band ini.

Penggunaan yang dimaksud pada judul tulisan ini mengacu kepada pemakaian marching band pada setiap upacara yang diikuti oleh marching band Canka Dhira Dharma. Dalam kasus ini, penulis membahas kapan mereka bermain, di mana saja mereka bermain, dan bagaimana mereka menyajikan permainannya. Sedangkan fungsi yang dimaksud di sini adalah untuk menjelaskan tujuan dari

(11)

marching band itu dimainkan. Tujuan ini dijelaskan berdasarkan teori fungsi yang dijabarkan oleh Alan P. Merriam tentang sepuluh fungsi musik.

Marching band berasal dari kata marching dan band. Menurut Virginia Tech Multimedia Music Dictionary, marching adalah berjalan berkeliling sambil melakukan parade .Sedangkan band adalah kumpulan atau gabungan dari beberapa alat musik (dalam hal ini drum section dan brass section) . Kata band pada marching band ini juga memiliki makna sebagai bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal. Beberapa alat yang digunakan adalah bellyra, trumpet, pianika, maupun rekorder (Sudrajat, 2005). Beberapa alat musik yang terdapat pada marching band Yon Zipur I Dhira Dharma adalah snare drum, tenor/alto drum, bass drum, bellyra, dan thrumpet. Di samping itu, marching band yang terdapat pada Yon Zipur I Dhira Dharma ini memiliki unsur pendukung yang disebut color guard, yaitu sekelompok anggota marching band yang khusus sebagai pelengkap kegiatan dengan menggunakan tari dan atraksi. Selain itu terdapat juga seorang mayoret yaitu pemimpin atau komandan dari semua anggota marching band yang memiliki tugas untuk memberikan aba-aba atau isyarat kepada para pemain untuk memainkan alat musiknya. Namun dalam penyajiannya, marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini tidak selalu mengikutsertakan color guard dalam setiap permainannya. Mereka akan diikutsertakan ketika mengadakan pawai, atau ketika mengikuti acara festival.

(12)

Yon Zipur I Dhira Dharma nama satuan yang berdiri di bawah naungan Komando Daerah Militer I Bukit Barisan. Satuan ini dikenal dengan nama Zipur, yang merupakan singkatan dari zeni tempur. Kegiatan mereka berlokasi di Jalan Mesjid, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia.

1.4.2 Teori

Untuk mengkaji penggunaan dan fungsi ensambel musik pada tulisan ini, saya menggunakan teori fungsional yang dikemukakan oleh Alan P Merriam dalam bukunya yang berjudul The Anthropology of Music pada Bab XI dengan perikop uses and functions (penggunaan dan fungsi). Teori ini menjelaskan tentang kegunaan musik yang menyangkut cara pemakaian musik dalam konteksnya, sedangkan fungsi musik menyangkut tujuan pemakaian musik dalam pandangan luas. Menurut hematnya, Alan P. Merriam menjabarkan sepuluh fungsi musik pada umumnya, yaitu: (1) fungsi engungkapan emosional, (2) penghayatan estetis, (3) hiburan, (4) komunikasi, (5) perlambangan, (6) reaksi jasmani, (7) norma-norma sosial, (8) pengesahan lembaga sosial dan upacara agama, (9) kesinambungan kebudayaan, dan (10) pengintegrasian masyarakat.

Dalam menganalisis aspek struktur musiknya, saya mengikuti teori yang dikemukakan oleh Malm (1977:8). Teori yang ditawarkan oleh Malm ini disebut weighted scale (“bobot tangga nada”). Pada prinsipnya teori ini menganalisis delapan unsur yang terdapat dalam melodi seuatu musik, yaitu: (1) tangga nada,

(13)

(2) nada dasar, (3) interval, (4) pola-pola kadens, (5) formula melodi, (6) kontur, (7) wilayah nada, dan (8) distribusi nada.

Untuk mengkaji makna-makna yang terdapat dalam segala aktivitas ensambel Zipur I Dhira Dharma, seperti pakaian, lambang macan, gerakan pedang Pora, warna, dan lain-lain, penulis menggunakan teori semiotika. Menurut Widaryanto (2007:170), penanda identitas yang menandai sebuah kelompok dari yang lainnya mestinya penting dikenali sebagai simbolisasi dari sebuah kelompok, simbol-simbol yang dipakai umumnya segera dapat dikenali dan tidak salah lagi dalam menandai suatu kelompok tersebut. Oleh karena itu, selain aspek musikologisnya, tulisan ini juga berbicara tentang semiologi, yaitu perlambangan. Teori ini dapat dipakai untuk mengkaji atribut-atribut yang digunakan pada seragam marching band yang dipakai oleh pemain musik, color guard, ataupun mayoret. Secara keseluruhan, semua atribut yang digunakan berkaitan erat dengan lambang batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma. Teori Semiotika ini juga dapat saya gunakan pada saat upacara Pedang Pora. Dalam upacara ini, ada beberapa gerakan yang dimainkan oleh anggota militer dengan menggunakan pedang. Gerakan-gerakan itu dilakukan saat mengiringi pengantin berjalan masuk ke dalam ruangan resepsi. Setiap gerakan memiliki makna-makna tersendiri dan identik dengan kehidupan seorang militer.

(14)

1.5. Metode dan Teknik Penelitian Lapangan

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif, yakni menggambarkan keadaan bagaimana musik marching band ini dimainkan, lalu menganalisisnya kemudian berdasarkan teori yang dipelajari di dalam studi etnomusikologi. Data deskriptif (berupa kata-kata tertulis atau lisan) yang akan dianalisis tersebut diperoleh dengan cara penelitian kualitatif.

Untuk mendapat gambaran tentang fenomena musikal dalam upacara yang diikuti marching band ini, maka dilakukan transkripsi terhadap musik yang dipakai dalam upacara tersebut. Nettl dalam tulisannya (1964:99-103) menganggap transkripsi merupakan cara yang baik untuk mempelajari aspek-aspek detail pada suatu musik dengan dua pendekatan ; pertama menganalisa dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan kedua mendeskripsikan apa yang dilihat dan menuliskannya di atas kertas dengan suatu cara penulisan tertentu.

Dalam melakukan penelitian ini, saya melakukan beberpa tahapan kerja, yaitu: (1) studi kepustakaan; (2) teknik pengumpulan data berupa observasi, pemilihan informan, wawancara, perekaman, dan (3) kerja laboratorium. Studi lapangan adalah untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan penulis terutama yang berkaitan dengan musik dalam kemiliteran. Pengumpulan data di lapangan adalah untuk mendapatkan fenomena yang akan dianalisis baik itu guna, fungsi, maupun struktur musiknya. Selanjutnya dalam kerja laboratorium akan

(15)

dimuat oleh kerja seperti transkripsi, analisis, uraian sosial budaya, dan penulisan dalam bentuk skripsi.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Sebelum melakukan kerja di lapangan, saya terlebih dahulu melakukan studi pustaka yaitu dengan mencari informasi dan referensi sebagai literatur untuk mendukung tulisan ini supaya relevan dengan permasalahan yang dibicarakan. Beberapa informasi dan referensi yang berhubungan dengan tulisan inin adalah sebagai berikut.

(1) Skripsi Inta Junia Hasugian yang berjudul “Deskripsi Pengelolaan Organisasi, Latihan, Serta Struktur Musik Marching Band Sinar Husni Medan.” Di dalam skripsi ini Inta Junia Hasugian mendeskripsikan tata cara pengelolaan, dan latihan yang dilakukan kelompok Marching Band Sinar Husni Medan. Kemudian ia juga menganalisis beberapa lagu yang lazim digunakan oleh kelompok ini dalam pertunjukannya dengan pendekatan etnomusikologis.

(2) Diktat perkuliahan mata kuliah Etnomusikologi oleh A.M. Susilo Pradoko, M.Si. Dalam buku yang diunggah dalam bentuk PDF ini, Pradoko menjelaskan prinsip-prinsip dasar etnomusikologi, baik itu definisi, ruang lingkup kajian, dan terutama metode dan teori di dalam etnomusikologi.

(3) Alan P Merriam dalam bukunya yang bertajuk The Anthropology

of Music (1964), membahas secara luas apa itu etnomusikologi, metode dan teori yang digunakan, enam ruang lingkup kajian etnomusikologi, penggunaan dan

(16)

fungsi musik, musikd an dinamika kebudayaan, musik dan antarasa modalitas, dan lain-lain. Inti dari buku ini adalah bagaimana seorang etnomusikolog melihat musik dalam kebudayaan manusia, yang tujuannya adalah untuk memahami karakter manusia yang menghasilkan musik sedemikian rupa itu.

(4) Raoul F Camus dalam bukunya Military Music (1976). Dalam

buku ini beliau banyak mengungkapkan sejarah musik militer yang terdapat di se antero dunia baik itu di belahan Amerika.

Mengenai penggunaan marching band di militer ini, saya mendapat informasi dari beberapa informan seperti Letnan Virgo sebagai koordinator sekaligus pelatih marching band Canka Dhira Dharma, Letnan Nurman sebagai calon koordinator, dan Sersan Antorikson Sinaga selaku mayoret pada marching band Canka Dhira Dharma.

1.5.2 Observasi

Saya melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian di mana drum band ini akan bermain. Contoh kasus diantaranya, di KODAM Bukit Barisan saat melakukan upacara rutinitas setiap tanggal 17 tiap bulannya, di Yon Zipur I Dhira Dharma Helvetia ketika melakukan upacara rutinitas setiap hari Senin, ketika melakukan pawai, dan pada saat melakukan upacara-upacara lainnya, di tempat di mana anggota militer melangsungkan acara pernikahannya dan dalam kasus ini saya pernah ikut menghadiri upacaranya di Jalan Kuini di Kota Binjai.

(17)

Dalam proses perekaman, saya menggunakan alat bantu pengamatan seperti kamera digital dan video kamera digital. Dengan menggunakan alat bantu pengamatan tersebut saya dapat mengumpulkan foto-foto, dan rekaman video yang dibutuhkan untuk mengumpulka data-data yang dibutuhkan dalam tulisan ini. Alat bantu yang dipakai adalah kamera Casio Exilim tipe EX-S880.

1.5.3 Wawancara

Dalam teknik wawancara, saya melakukan wawancara berencana di mana sebelumnya telah tersedia daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Namun dalam wawancara tersebut, pembicaraan bersifat informal dan spontan. Adakalanya pertanyaan akan berkembang sesuai dengan pembicaraan, tetapi penulis tetap berpusat kepada inti permasalahan dan tujuan penelitian.

1.5.4 Kerja Laboratorium

Pada kerja laboratorium ini, seluruh data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis sesuai dengan permasalahan yang ada pada tulisan. Saya juga akan menganalisis struktur musik yang ada pada permainan drum band ini berdasarkan teori yang sesuai dengan ilmu Etnomusikologi.

Setelah melakukan analisis data tersebut, kemudian saya membuatnya ke dalam sebuah tulisan karya ilmiah berbentuk skripsi sesuai dengan teknik penulisan secara ilmiah. Dengan demikian, diharapkan tulisan ini dapat mengembangkan wawasan pengetahuan di bidang Etnomusikologi.

Referensi

Dokumen terkait

Variasi arah aksial dari bagian pangkal ke ujung memiliki kecenderungan meningkat pada kadar ekstraktif terlarut dalam etanol-toluena, kadar ekstraktif terlarut dalam

Dari semua parameter yang diuji hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pen- ampungan semen pada pukul 06.00 menghasilkan kualitas semen segar domba garut tipe laga

Data kutipan [5] pada tuturan (1) dituturkan menggunakan kalimat direktif untuk menanyakan tentang jurusan yang hendak diambil oleh si anak dalam melanjutkan pendidikan ke

Gambaran kondisi masyarakat Desa Bukit Peninjauan I Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma di atas menunjukkan bahwa secara ekonomi masyarakat mayoritas petani atau buruh

Menurut Nuruddin ‘Itr, abad III H merupakan masa keemasan hadits, sebab dalam abad ini hadits dan ilmu yang berkaitan dengannya dibukukan. 256 H) telah melakukan

Kondisi ini tidak sesuai dengan hasil studi Seftianne (2011, hal. 52), yang menyatakan bahwa semakin tinggi likuiditas perusahaan, maka semakin tinggi struktur modal. Semakin tinggi

Aktivitas antioksidan tertinggi pada  infused  water   yaitu  sebesar  68,42  %  RSA  DPPH  diperoleh  dari perlakuan jeruk lemon dan buah anggur hitam, 

Ketika seseorang bertanya kepada orang lain tentang bagaimana dirinya maka, sseorang tersebut akan menjawab “ Saya seseorang yang pendiam” , “ saya seorang yang