• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan

Tunagrahita disebut juga intellectual disability atau retardasi mental, yang dapat diartikan lemah mental, lemah otak, lemah pikiran, cacat mental atau terbelakang mental.Tunagrahita ringan disebut juga dengan istilah debil dan mampu didik. Pada umumnya penampilan anak tunagrahita ringan tidak berbeda dengan anak normal sebayanya, tetapi dapat diketahui setelah menempuh pembelajaran yang bersifat akademik dengan ketidakmampuannnya mengikuti pembelajaran tersebut. Muljono Abdurachman dan Sudjadi (1994 :26) mengatakan, “Tunagrahita ringan atau mampu didik (educable mentally retarded) mempunyai IQ 50-70 atau 75.

Mumpuniarti (2007 : 15) mengatakan bahwa “Anak Tunagrahita Ringan memiliki karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dengan anak normal, tetapi motoriknya lebih rendah dibanding anak normal”. Sedangkan menurut The New American Webster dalam Moh Amin, (1994 : 37) bahwa dalam kecerdasan berpikir anak tunagrahita ringan paling tinggi sama dengan kecerdasan anak normal yang berusia 12 tahun.

Mumpuniarti (2007 : 24) mengatakan: “Dalam tes WISC, pada sub tes Simbol, ternyata rata-rata anak dengan hambatan mental mampu mengerjakan sub tes tersebut, tetapi lamban atau sangat lamban. Gerakan motoriknya

(2)

lambat dan kurang terkoordinir dengan baik, demikian juga anak hambatan mental mempunyai problem di bidang proses mengingat, yang meliputi aspek menangkap pesan, menyampaikan dan merefleksikan kembali”.

Berdasar beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai kecerdasan di bawah anak normal sebayanya, anak tunagrahita juga mempunyai hambatan-hambatan dalam bahasa, motorik, emosi dan sosialnya. Karena kemampuan berpikirnya terbatas sehingga mereka juga mengalami kesulitan dalam mempelajari merawat dirinya. Oleh karena itu anak tunagrahita ringan perlu diberi pembelajaran merawat diri khususnya tentang mandi agar mempunyai kemandirian untuk merawat dirinya seoptimal mungkin.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan

Menurut American Association In Mental Retardation (AAMR) dalam Mumpuniarti (2007 : 10), Anak tunagrahita ringan mengalami ketertinggalan dua atau lima tingkatan di bidang kognitif dibanding anak normal yang usianya sebaya. Semakin bertambah usia anak hambatan mental ringan ketertinggalan dibanding anak usia sebayanya dewasa normal semakin jauh, karena perkembangan kognitifnya terbatas pada tahap operasional konkret.

Mumpuniarti (2007 : 16) mengatakan, “Kesulitan berpikir abstrak dan keterbatasan di bidang kognitif ini berimplikasi pada aspek kemampuan yang lainnya yang digunakan untuk proses belajar”. Karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dari anak normal menyebabkan tidak terdeteksi sejak awal

(3)

sebelum masuk sekolah, anak terdeteksi ketika masuk sekolah dengan menampakkan cirri ketidakmampuan di bidang akademik, maupun kemampuan pelajaran di sekolah yang membutuhkan keterampilan motorik.

Menurut Astati (1996 : 26), anak tunagrahita ringan mempunyai karakteristik sebagai berikut;

a. Karakteristik fisik, penyandang tunagrahita ringan dewasa memiliki keadaan tubuh yang baik, namun jika tidak mendapat latihan yang baik maka menyebabkan postur tubuh atau fisik yang tidak seimbang dan kurang dinamis.

b. Karakteristik berkomunikasi, dalam berbicara mereka kadang menunjukkan kelancaran, hanya dalam perbendaharaan kata terbatas jika dibanding anak normal. Mereka juga mengalami kesulitan dalam menarik kesimpulan mengenai isi pembicaraan.

c. Karakteristik kecerdasan, kecerdasannya paling tinggi sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun, walaupun anak tunagrahita ringan tersebut sudah berusia dewasa.

Berdasar beberapa uraian di atas mengenai karakteristik anak tunagrahita ringan, maka dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan mempunyai karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dari anak normal, kemampuan berpikir yang rendah dibanding anak normal sebayanya dalam hal kognitif, bahasa, motorik, social dan emosi sehingga dalam mengikuti pembelajaran yang bersifat akademik mengalami keterlambatan. Anak

(4)

tunagrahita juga kurang dalam memahami suatu tugas atau permasalahan, begitu juga dengan pemecahannya.

Anak tunagrahita ringan masih dapat dilatih belajar akademis sederhana dalam membaca, menulis dan berhitung. Mereka perlu diberi layanan pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristik, potensi yang ada padanya dan juga kebutuhan yang diperlukannya, termasuk didalamnya adalah pembelajaran merawat diri khususnya tentang mandi agar anak tunagrahita ringan tersebut dapat membersihkan diri dengan cara mandi yang benar, dapat menjaga kesehatan badan dengan baik dan yang lebih penting adalah mereka dapat melakukannya dengan mandiri, tidak bergantung pada orang lain.

3. Kebutuhan Anak Tunagrahita Ringan

Kebutuhan-kebutuhan anak tunagrahita ringan menurut Mumpuniarti (2000 : 81-87) dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Kebutuhan fisik: tidak berbeda dengan anak normal seperti; makan, minum, pakaian, perumahan, perawatan kesehatan; sarana untuk bergerak, bermain, olah raga, rekreasi, penampilan diri secara rapi, bersih dan menarik. Kebutuhan tersebut untuk anak tunagrahita ringan perlu adanya latihan-latihan, pengarahan secara khusus dan diulang-ulang.

b. Kebutuhan psikhologis: meliputi penghargaan, rasa harga diri, rasa aman, kepercayaan diri, motivasi, realisasi diri dan penerimaan lingkungan. Anak

(5)

tunagrahita ringan juga ingin diperhatikan, dipuji, dihargai, disapa dengan baik dan diperlakukan dengan elusan kemanjaan.

c. Kebutuhan social: ingin berkomunikasi dan berkelompok, ingin mengungkapkan diri, memiliki perasaan, keinginan-keinginan, ide dan gagasan walau kurang berarti, ingin pengakuan sebagai anggota keluarga, dapat pengakuan di depan teman-temannya, kedudukan dalam kelompok.

Berdasar kebutuhan dan karakteristik di atas, anak tunagrahita ringan juga mempunyai kemampuan yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari melalui latihan-latihan keterampilan kehidupan sehari-hari termasuk merawat diri sendiri utamanya mandi.

B. Tinjauan tentang Pembelajaran Merawat Diri 1. Pengertian merawat diri

Merawat diri sendiri dalam dunia pendidikan luar biasa sering disebut dengan menolong diri sendiri dalam bahasa inggris disebut self-help/ self care atau bina diri, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Begitu juga dengan mandi, yang harus dilakukan oleh setiap individu termasuk anak tunagrahita ringan untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan badannya. Mandi dapat diartikan dengan suatu kegiatan membersihkan seluruh badan memakai peralatan mandi dan menghasilkan badan yang bersih, tidak berbau dan sehat.

2. Tujuan Pembelajaran Merawat Diri

Tujuan merawat diri untuk anak tunagrahita ringan (Depdikbud, 1997 : 1) adalah: Mengembangkan sikap dan kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan

(6)

sehari-hari untuk dapat mengurus diri sendiri sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat.

Sesuai dengan kondisi anak tunagrahita ringan maka tujuan merawat diri dapat disimpulkan sebagai berikut:

a Agar anak dapat memiliki keterampilan dalam mengurus dirinya sendiri. b Agar anak dapat menjaga kebersihan badan dan kesehatan dirinya dengan

kemampuan merawat diri.

c Agar anak dapat tumbuh rasa percaya diri karena telah mampu mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

d Agar anak tidak canggung dalam beradaptasi dengan lingkungannya karena telah mampu/ memiliki bekal dengan kemampuan mengurus kepentingannya sendiri.

3. Kurikulum Pembelajaran Merawat Diri

Pembelajaran merawat diri disebut juga pelajaran merawat diri sendiri atau bina diri yang dalam Kurikulum Pendidikan Luar Biasa masuk Mata Pelajaran Program Khusus Kemampuan Merawat Diri, Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita Ringan, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta Tahun 1997.

Ruang lingkup kurikulum merawat diri pada SDLB Tunagrahita Ringan menurut Depdikbud (1997 : 1) meliputi: usaha membersihkan dan merapikan diri; kebersihan lingkungan dan kesehatan; berbusana; makan dan minum; dan

(7)

menghindari bahaya. Suranto dan Soedarini (2002 : 8) menyatakan ruang lingkup kemampuan merawat diri dirinci sebagai berikut:

a Lingkup proses belajar adalah kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk mengubah tingkah laku sebagai masukan (entery behavior), menuju kemampuan yang diharapkan setelah berakhirnya proses belajar (out put behavior) atau kemampuan dengan bantuan menuju kemampuan tanpa bantuan.

b Lingkup mata pelajaran adalah apa yang harus diajarkan serta sejauh mana keluasan dan kedalamannya. Materi ini meliputi:

1) Kebersihan badan antara lain; a) Cuci tangan. b) Cuci muka. c) Cuci kaki. d) Sikat gigi. e) Mandi. f) Cuci rambut.

g) Menggunakan kamar kecil atau WC. 2) Makan dan minum meliputi;

a) Makan menggunakan tangan. b) Makan menggunakan sendok.

c) Makan menggunakan sendok dan garpu. d) Minum menggunakan gelas.

(8)

e) Minum menggunakan cangkir. f) Minum menggunakan sedotan. 3) Berpakaian antara lain mengenakan;

a) Baju kaos. b) Celana atau rok. c) Kemeja.

d) Kaos kaki dan sepatu. 4) Berhias meliputi;

a) Merapikan rambut dengan sisir dan memakai minyak rambut. b) Memakai bedak.

c) Memakai aksesoris. 5) Keselamatan diri, antara lain;

a) Menghindari bahaya benda tajam atau runcing. b) Menghindari bahaya api dan listrik.

c) Menghindari bahaya lalu lintas. d) Menghindari bahaya binatang. 6) Adaptasi lingkungan, antara lain;

a) Perseorangan.

b) Hidup bersama orang lain.

4. Prinsip-Prinsip dalam Pembelajaran Merawat Diri

Moh Amin (1994 : 202) secara khusus mengemukakan prinsip-prinsip belajar kelompok bina diri antara lain:

(9)

a. Anak diberi kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minatnya.

b. Penyajian materi harus selalu mengikuti irama dan dinamika proses belajar.

c. Proses belajar hendaknya selalu diulang sesuai kebutuhan anak secara individu.

d. Peran guru atau orang dewasa yang mengantar anaknya untuk dapat menemukan sendiri kesalahannya.

Mumpuniarti (2007 : 53) menyatakan prinsip-prinsip belajar yang fungsional bagi penyandang hambatan mental yang perlu diperhatikan adalah: a. Prinsip pendidikan berbasis kebutuhan individu; yaitu memperhatikan

kebutuhan setiap individu dan berdasar assessment yang dapat berisi deskripsi kondisi saat ini, tujuan, layanan dan evaluasi.

b. Analisis penerapan tingkah laku; kegiatan dilaksanakan step by step atau tahap demi tahap dengan waktu tertentu, jika belum tecapai maka diperpanjang waktunya, kegiatan atau tugas lebih diurai lagi.

c. Prinsip relevan dengan kehidupan sehari-hari dan keterampilan yang fungsional di keluarga dan masyarakat. Hal ini untuk mengoptimalkan kemandirian mereka.

d. Prinsip berinteraksi maknawi secara terus-menerus dengan keluarga; kerjasama dengan orangtua yang maknawi untuk menyampaikan ketercapaian siswa yang konkret.

(10)

e. Prinsip decelerating behavior; mengurai tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan cara menjauhkan situasi pembangkit, mencegah supaya tingkah laku yang tidak dikehendaki tidak muncul, bila muncul diacuhkan, hukuman supaya tidak diulang, pembiasaan pada tingkah laku yang baik dan memberi sambutan (pujian).

f. Prinsip accelerating behavior; untuk membangun kebiasaan dan kemampuan.

Berdasar prinsip-prinsip di atas maka ada tiga factor penting yang harus dimiliki oleh guru atau pendidik yaitu kesabaran, keuletan dan kasih sayang pada anak tunagrahita ringan tersebut, agar anak tunagrahita lebih semangat untuk mempelajari pembelajaran dan merasa dihargai, juga tidak cepat merasa bosan.

5. Komponen Pembelajaran Merawat Diri Tentang Mandi

Pembelajaran merawat diri tentang mandi perlu adanya suatu strategi dalam pendekatan materi yang secara sederhana dapat digambarkan mulai dari yang mudah menuju yang sulit dengan memperhatikan prinsip pengulangan latihan. Untuk dapat terpeliharanya pendekatan materi tersebut maka perlu adanya task analysis. Pendekatan ini menekankan bahwa suatu keterampilan akan dimiliki bila tugas untuk mencapai keterampilan tersebut dirinci dan diurutkan berdasar tingkat kesulitannya. Latihan hendaknya diberikan sedikit demi sedikit, dengan singkat dan sederhana. Penting untuk mengusahakan agar pada waktu berlatih atau pembelajaran, anak melihat dan mendengarkan

(11)

atau memperhatikan apa yang kita inginkan, pemberian contoh yang mudah dimengerti oleh anak, satu kegiatan latihan perlu untuk diulang-ulang sampai anak mampu melakukan sendiri dengan benar atau mendekati benar, waktu bisa diperpanjang apabila masih diperlukan,perlunya variasi yang dapat menarik minat siwa, perlu juga memberi penguat atau hadiah dan pembelajaran bersifat konkret tidak abstrak. Hal ini juga melatih kemandirian anak tunagrahita ringan tersebut. Adapun komponen pembelajaran menurut Mumpuniarti (2007 : 74) adalah komponen yang saling berinteraksi dan terkait, sehingga komponen satu dan lainnya saling mempengaruhi.

Komponen pembelajaran merawat diri tentang mandi meliputi: a Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menurut Mumpuniarti (2007 : 74) : “Analisis kebutuhan siswa sangat menentukan untuk mampu tidaknya siswa mencapai tujuan yang dirancang, hal ini sangat tergantung dari kemampuan awal serta kondisi hambatan mentalnya”.

Tujuan pembelajaran merawat diri khususnya tentang mandi adalah; memberikan pengetahuan tentang artinya mandi, bagaimana cara mandi yang benar agar badan bersih, sehat dan dapat mandi sendiri sehingga tidak mengganggu dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Selain daripada itu untuk melatih kemandirian anak tunagrahita ringan agar tidak bergantung pada orang lain.

(12)

b Materi pembelajaran

Materi pembelajaran merawat diri mandi adalah apa yang akan diajarkan atau yang akan disampaikan guru kepada siswa tentang arti mandi, peralatan mandi dan bagaimana cara mandi yang benar. Materi diambil berdasar kurikulum atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) sekolah yang bersangkutan. Untuk melakukan hal ini perlu adanya rambu-rambu yang dipedomani, menurut Mumpuniarti (2007 : 75) yaitu: 1). Materi yang disajikan harus mendukung tercapainya tujuan yang telah

ditetapkan.

2). Materi yang disajikan harus berada dalam batas-batas kemampuan siswa untuk mempelajarinya. Hal ini berkaitan langsung dengan potensi yang ada pada siswa berkebutuhan khusus, sesuai dengan kelainan yang disandangnya.

3). Materi yang disajikan haruslah bermanfaat bagi kehidupan siswa. 4). Materi harus disusun dari yang mudah ke yang sukar, yang sederhana

ke yang kompleks dan dari yang konkret ke yang abstrak.

Materi yang diajarkan dalam pembelajaran merawat diri tentang mandi ini meliputi: perlengkapan alat-alat mandi dan mandi dengan urutan serta cara yang benar. Disamping itu perlu adanya pendekatan analisis tugas (task analysis), adapun analisis tugas pada pembelajaran merawat diri mandi adalah sebagai berikut:

(13)

1) Mempersiapkan peralatan mandi.

2) Membawa peralatan mandi ke kamar mandi. 3) Meletakkan peralatan mandi pada tempatnya. 4) Membuka pakaian dan meletakkan pada tempatnya. 5) Memegang gayung dan mengambil air.

6) Menyiramkan air ke wajah dan seluruh tubuh dengan merata.

7) Mengambil sabun dan mengusapkan ke seluruh tubuh dengan merata. 8) Meletakkan sabun pada tempatnya.

9) Mengambil gayung dan mengambil air.

10) Menyiramkan air ke seluruh tubuh sampai sabun di tubuh hilang. 11) Menggosok tubuh dan wajah dengan tangan agar kotoran hilang. 12) Mengambil gayung dan mengambil air.

13) Menyiramkan air ke tubuh dan wajah sampai kotoran hilang dan bersih.

14) Mengambil handuk dan mengelapkan ke seluruh tubuh dan wajah sampai kering.

15) Meletakkan handuk pada tempatnya. 16) Mengambil pakaian dan memakainya.

17) Mengambil peralatan mandi dan menyimpan pada tempatnya. 18) Menjemur handuk pada tempatnya.

(14)

Kompetensi guru sering disebut juga sebagai kompetensi pedagogik. Menurut Vhariss.s (2011 : 2) kompetensi pedgogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi:

1). Pemahaman terhadap peserta didik. 2). Kemampuan merancang RPP.

3). Kemampuan melaksanakan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.

4). Kemampuan merancang dan melaksanakan evaluasi hasil belajar. 5).Kemampuan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

Kompetensi guru atau pedagogik dalam UU No 14 Tahun 2005 adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, Vhariss’s blog (2011 : 2) menyebut kompetensi dengan kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan melakukan penilaian.

Kompetensi guru dalam pembelajaran merawat diri tentang mandi ini adalah memberikan pembelajaran tentang mandi yang telah disiapkan oleh guru yang disesuaikan dengan potensi, karakteristik siswa, kebutuhan siswa dan kemudian tentu akan dilakukan penilaian. Langkah pembelajaran mandi menurut Suranto dan Soedarini (2002 : 19) adalah sebagai berikut:

(15)

1). Perlengkapan yang digunakan; a) Lap kantung atau waslap. b) Sabun.

c) Handuk.

d) Pakaian lengkap. 2). Cara melatih;

a) Masuklah ke kamar mandi, tutup pintunya. b) Buka semua pakaian.

c) Pegang air dan ciduklah air.

d) Siramlah seluruh tubuh dengan air, 3 sampai 4 gayung hingga tubuh basah seluruhnya.

e) Masukkantangan ke dalam waslap. f) Gosokkan waslap pada sabun. g) Gosoklah muka, leher dan telinga. h) Siramlah muka sampai bersih.

i) Gosoklah lengan dan ketiak, badan dan punggung, kedua kaki dan jari- jemarinya.

j) Siramlah seluruh tubuh sampai bersih.

k) Keringkanlah tubuhdengan handuk yaitu mula-mula muka, leher, telinga, lengan sampai ketiak, badan, punggung dan kaki.

l) Berpakaian.

(16)

n) Keluar dari kamar mandi.

Langkah-langkah pembelajaran tentang mandi pada anak tunagrahita ringan harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik anak tunagrahita tersebut dengan cara langkah yang terperinci, sedikit demi sedikit, yaitu; 1). Menyiapkan peralatan mandi yaitu gayung, sabun mandi, handuk. 2). Buka semua pakaian dan gantungkan pada tempat gantungan baju. 3). Peganglah gayung dan ambillah air.

4). Siramkan air ke seluruh tubuh dan sampai tubuh basah semua.

5). Ambil sabun dan gosokkan pada tubuh secara perlahan juga merata ke seluruh tubuh.

6). Letakkan sabun pada tempatnya.

7). Gosoklah badan dan seluruh tubuh sampai kotoran hilang. 8). Siramlah tubuh dengan air sampai sabun atu busa sabun hilang.

9). Gosok-gosoklah muka, leher, telinga,badan, tangan sampai ketiak, punggung dan kedua kaki sampai jari-jemarinya.

10). Siramlah kembali tubuh dengan air sampai bersih.

11). Ambillah handuk dan keringkan muka, leher, telnga, lengan dan ketiak, badan, punggung dan kedua kaki.

12). Letakkan handuk ke gantungan atau cantelan terlebih dahulu. 13). Pakailah pakaian.

14). Pastikan atau letakkan perlengkapan mandi pada tempatnya. 15). Keluar kamar mandi.

(17)

d. Pendekatan pembelajaran

Agar pembelajaran dapat terungkap seperti yang diharapkan maka perlu pendekatan materi yang sederhana, mulai dari yang mudah ke sulit, konkrit ke abstrak dengan selalu mengadakan pengulangan-pengulangan.

e. Metode pembelajaran

1). Ceramah: merupakan penyampaian tentang peralatan mandi, cara mandi yang benar dari awal sampai akhir, perlunya atau manfaat mandi dan kapan harus mandi.

2). Demonstrasi: guru atau pelatih mendemonstrasikan ( dapat memakai model ) tentang mandi agar anak mendapat gambaran konkret bagaimana cara mandi sesuai dengan kondisi anak.

3). Tanya jawab: untuk membangkitkan anak dalam keikutsertaannya dalam mengikuti pembelajaran atau pelatihan dan sekaligus dapat untuk mengetahui seberapa taraf pemahaman anak dalam pembelajaran merawat diri tentang mandi secara lisan.

4). Penugasan; sangat diperlukan untuk menjawab seberapa hasil yang telah dicapai dalam pembelajaran merawat diri tentang mandi yang diikuti oleh anak atau siswa.

(18)

g. Media

Media sangat diperlukan dalam membantu proses pembelajaran, media yang diperlukan pada pembelajaran merawat diri tentang mandi ini adalah:

1). Sabun mandi. 2). Gayung. 3). Handuk.

h. Evaluasi pembelajaran

Salah satu hal yang penting dalam pembelajaran adalah adanya evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa keberhasilan pembelajaran tersebut. Adapun evaluasi pada pembelajaran tentang mandi ini sebagai berikut:

1). Tes lisan merupakan serangkaian pertanyaan dari guru yang ditujukan kepada siswa untuk mengetahui seberapa pengetahuan dan pemahaman siswa tentang aktivitas mandi secara lisan.

2). Tes perbuatan merupakan bentuk tes penugasan kepada siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran tentang mandi yang dimulai dari awal sampai akhir secara benar dan berurutan.

(19)

6. Faktor yang Mempangaruhi Keberhasilan Pembelajaran Merawat Diri tentang Mandi

a. Faktor intern yaitu faktor yang muncul dari diri anak itu sendiri yang meliputi; karakteristik, berat ringannya kelainan yang disandang, motivasi atau kemauan dan emosi anak.

b. Faktor ekstern yaitu factor yang berasal dari luar diri anak, yang meliputi; sikap dari orangtua, saudara, orang yang serumah, tema-temannya baik teman di rumah maupun di sekolah, guru dan tetangga.

c. Sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran merawat diri tentang mandi yang harus ada dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak.

C. Kerangka Pikir

Pembelajaran Merawat Diri Mandi pada Anak Tunagrahita Ringan

Anak Tunagrahita ringan adalah anak yang mempunyai kemampuan di bawah anak normal sebayanya, baik dalam bidang akademik maupun non akademik, pemahaman terhadap tugas baik pemecahannya maupun penyelesaiannya dan motorik tangan lemah yang menyertainya. Dengan kemampuan yang demikian, maka anak tunagrahita ringan memerlukan layanan dan perhatian khusus dalam pendidikannya, termasuk pendidikan kemandirian dan keterampilan.

(20)

Kemandirian yang dimaksud di sini adalah suatu pendidikan, pelatihan atau pembelajaran yang bertujuan untuk memandirikan anak tunagrahita ringan supaya tidak bergantung kepada orang lain, yaitu pendidikan atau pembelajaran merawat diri sendiri, termasuk pembelajaran mandi. Mandi merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, apalagi pada anak tunagrahita ringan, yang bertujuan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan badannya. Juga dapat member makna atau nilai lebih pada penampilan dirinya dan rasa percaya dirinya dalam bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya.

D. Pertanyaan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran merawat diri tentang mandi anak tunagrahita ringan di SLB Bhakti Pertiwi Prambanan Sleman, maka perlu beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah tujuan pada pembelajaran merawat diri tentang mandi bagi anak tunagrahita ringan tersebut sudah tercapai ?

2. Bagaimana pengelolaan materi pembelajaran merawat diri mandi anak tunagrahita ringan ?

3. Pendekatan apa yang digunakan pada pembelajaran merawat diri mandi anak tunagrahita ringan ?

4. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran merawat diri mandi anak tunagrahita ringan ?

(21)

5. Apa saja media yang digunakan pada pembelajaran merawat diri mandi anak tunagrahita ringan ?

6. Metode dan strategi apa yang digunakan guru dalam pembelajaran merawat diri tentang mandi ?

7. Bagaimana sarana pembelajaran yang ada untuk pembelajaran merawat diri mandi ?

Referensi

Dokumen terkait

Serta tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh tarif pajak, keadilaan, sistem per- pajakan, teknologi dan informasi per- pajakan, dan sanksi

Tingkat depresi di UPT PSTW Kabupaten Jember berdasarkan hasil penelitian Post-test dengan nkuisioner GDS (Geriatric Depression Scale) pada kelompok perlakuan

Dari proses produksi dapat dikatakan usaha kecil memiliki proses yang sederhana dan menggunakan tenaga kerja dengan tingkat akademisi tidak terlalu tinggi sehingga

Pada penelitian ini akan digunakan metode nonlinier dengan menggunakan sistem kontrol logika fuzzy dalam menjaga stabilitas manuver kapal perang kelas SIGMA dan

Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan fungsi dari bangunan, maka diperlukan adanya perencanaan interior dengan desain khusus yang sesuai dengan kebutuhan dan standar

Visual Basic merupakan bahasa pemrograman yang sangat mudah dipelajari, dengan teknik pemrograman visual yang memungkinkan penggunanya untuk berkreasi lebih baik dalam

Total bunga yang harus dibayar selama 3 tahun = Rp 2.520.000,- dan total pembayaran selama 3 tahun Rp 7.520.000,-.Jadi walaupun bunga bulanannya rendah tetapi karena

Selama perioda positif tegangan sumber, dioda emiter dicatu maju shg titik operasi berayun dr titik kerja Q ke penjenuhan (saturasi). Selama perioda negatif tegangan sumber,