• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN ULANG WAYFINDING DAN SIGNSYS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANCANGAN ULANG WAYFINDING DAN SIGNSYS"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN ULANG WAYFINDING DAN

SIGNSYSTEM TAMAN WISATA LEMBAH HIJAU

Laporan Tugas Akhir

Ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Desain (S.Ds)

Nama : Henry

NIM : 12120210085

Program Studi : Desain Komunikasi Visual Fakultas : Seni & Desain

UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA

(2)

ABSTRAKSI

Taman Wisata Lembah Hijau adalah salah satu tujuan wisata terbaik di provinsi Lampung dengan berbagai macam pilihan fasilitas yang sangat beragam mulai dari wisata tumbuh-tumbuhan dan hewan, atraksi outdoor, serta wahana water park, taman seluas 30 Ha dilengkapi dengan cottage penginapan, serta restoran keluarga. Melihat dari segi banyaknya fasilitas yang ada pada Lembah Hijau dan luasnya taman, fungsi dari signage dan wayfinding taman sangat krusial agar para tamu dapat dengan mudah mengakses fasilitas yang ada. Kondisi signage dan wayfinding yang terdapat pada Taman Wisata Lembah Hijau terbilang cukup hancur dengan adanya erosi besi yang menghilangkan informasi yang ada pada wayfinding, peletakan signage dan wayfinding yang kurang tepat juga menyebabkan kebanyakan pengunjung kebingungan dengan letak fasilitas yang ada pada taman. Berdasarkan pemaparan tersebut perlu adanya perancangan ulang signsystem dan wayfinding untuk Taman Wisata Lembah Hijau

(3)

DAFTAR ISI

1.7.1. Analisis dan Pengumpulan Data (Riset)...xiv

1.7.2. Desain Skematik (Sketsa)...xiv

(4)

2.1. Wayfinding dan Signsystem...xvi

2.1.1. Manfaat Wayfinding...xvi

2.1.2. Komponen Wayfinding...xviii

2.1.3. Konten Informasi Wayfinding...xx

2.1.4. Material Wayfinding...xxi

2.1.5. Tipografi...xxvi

2.1.6. Pemilihan Typeface...xxvi

2.1.7. Simbol...xxviii

2.1.8. Peta...xxix

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Taman Wisata Lembah Hijau adalah proyek dari perusahaan PT. Lembah Hijau yang berdiri pada tanggal 14 April 2007, adalah taman wisata alam dengan nuansa kekeluargaan yang berorientasi lingkungan, taman ini adalah taman pertama di daerah Sumatra yang menggabungkan berbagai jenis fasilitas dan wahana yang beragam.

Taman Wisata Lembah Hijau memiliki area yang cukup luas sebesar 30 Ha, taman sebesar ini dengan fasilitas dan wahana yang beragam dilengkapi dengan Wayfinder dan Signsystem guna menginformasikan lokasi kepada pengunjung.

Penunjuk arah, atau seperti yang penulis bahas dalam judul sebagai Wayfinder dan Signsystem, adalah sebutan untuk penunjuk arah seperti peta, panah arah, dan papan nama ruangan atau kios yang biasa ditemukan di tempat umum seperti mall, lapangan penerbangan guna menginformasikan lokasi.

(6)

dengan pengunjung memberikan hasil bahwa 8 dari 10 pengunjung kebingungan dalam mencari arah wahana atau fasilitas, seorang responden mengatakan dirinya harus diarahkan oleh satpam untuk menuju lokasi parkir.

Berdasarkan perihal diatas, dapat di diperlukan adanya perancangan ulang baik dari segi peletakkan dan desain yang baru baik dari material dan desain dasar, guna memudahkan pengunjung dalam mengitari dan menggunakan fasilitas dan wahana pada taman.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan , berikut adalah rumusan masalah yang akan diajukan untuk Tugas Akhir.

1. Mengapa banyak orang kebingungan dalam mencari arah di areal Lembah Hijau.

2. Bagaimana peletakan Wayfinding dan Signsystem yang sesuai. 3. Seperti apa perancangan Wayfinding dan Signsystem yang baik.

(7)

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan Kotler dan Amstrong (1997) terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan saat membuat batasan masalah seperti demografis, geografis, psikografis, perilaku dan batasan kajian. Oleh sebab itu penulis akan membatasi masalah mengenai Perancangan Ulang Wayfinding Dan Signsystem Taman Wisata Lembah Hijau menjadi sebagai berikut:

1. Demografis

a. Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan, semua jenis kelamin dapat memberikan masukan tentang apakah signsystem dan wayfinding suatu tempat cukup membantu atau tidak.

b. Usia : 16 – 50, sebagian besar pengunjung pada rentang umur ini bepergian sendiri dan sudah dapat berpendapat.

2. Geografis

(8)

3. Psikografis

a. Status ekonomi : Rendah ke atas, tiket masuk yang cukup murah sebesar 15.000/ orang, memungkinkan setiap lapisan masyarakat yang mempunyai pekerjaan tetap dapat menikmati fasilitas Lembah Hijau.

b. Gaya hidup : Keluarga yang senang berlibur, pencinta alam, flora, dan fauna, penikmat theme park, penyuka wahana air, siswa dan mahasiswa yang membutuhkan informasi tentang flora dan fauna.

4. Perilaku

Pendatang yang baru pertama kali, atau pernah mengalami kebingungan dalam mencari jalan di sekitar Taman Wisata Lembah Hijau, kebanyakan pendatang baru mencari wahana atau fasilitas mengandalkan staff yang ada di taman, sehingga terlihat bahwa fungsi wayfinding dan signage kurang maksimal.

5. Batasan Kajian

(9)

1.4. Tujuan Tugas Akhir

Tujuan yang ingin dicapai dari Tugas Akhir ini adalah

a. Meletakkan posisi Wayfinding dan Signage pada lokasi strategis. b. Memberikan desain yang baru yang meliputi bentuk dan material

untuk signsystem dan wayfinding Lembah Hijau.

1.5. Manfaat Tugas Akhir

Manfaat dari perancangan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk Penulis

Dengan merancang tugas akhir ini, penulis dapat lebih memahami seperti apa wayfinding dan signsystem yang baik, penempatan dan materi, serta bagaimana cara mendesain wayfinding dan signsystem.

2. Untuk Akademisi

Untuk akademisi khususnya Universitas Multimedia Nusantara, perancangan ini dapat menjadi eksperimen baru mengenai cara mendesain dan merancang sebuah wayfinding dan signsystem.

3. Untuk Taman Wisata Lembah Hijau

(10)

1.6. Metode Pengumpulan Data

Penulis menggunakan 2 macam metode pengumpulan data, yaitu data primer dan sekunder. Dalam buku yang berjudul Media and Communication Research Methods (Berger, 2011) penggunaan 2 metode sekaligus untuk mengumpulkan data akan menghasilkan hasil yang lebih akurat. Penjabaran metode-metode tersebut sebagai berikut :

1.6.1. Wawancara

Wawancara adalah proses pengumpulan data secara langsung dengan narasumber (hlm. 135). Penulis melakukan proses wawancara ke beberapa pengunjung taman sebagai pihak netral yang menggunakan fasilitas wayfinding dan signsystem, maintenance, dan juga berkesempatan mewawancarai komisaris utama Irwan Nasution. Adapun hal yang ditanyakan seperti; apakah anda (pengunjung) kesulitan mendapatkan informasi posisi di dalam area taman, apakah informasi pada wayfinding dan signsystem cukup jelas, dan juga mengenai geografis pengunjung taman.

1.6.2. Survei

(11)

1.6.3. Observasi Lapangan

Observasi adalah proses pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan semua indera (penglihatan, penciuman, pendengaran, pembau dan perasa guna meneliti suatu fenomena (hlm. 189). Teknik ini dilakukan penulis dalam melihat keadaan wayfinding dan signsystem di Lembah Hijau.

1.6.4. Studi Literatur

(12)

1.7. Metode Perancangan

Tahapan mendasar membuat desain grafik lingkungan menurut Calori pada buku yang berjudul Signage And Wayfinding Design (2007, hlm. 16), bahwa ada 7 tahapan dalam membuat perancangan wayfinding dan signsystem. Penulis mengutip 4 langkah perancangan wayfinding sebagai berikut:

1.7.1. Analisis dan Pengumpulan Data (Riset)

Tujuan utama dari pengumpulan data adalah mendapatkan pemahaman yang komperhensif terhadap proyek yang akan dijalankan dan untuk memastikan tujuan akhir desain sama seperti yang klien inginkan. Beberapa hal yang akan dilakukan seperti; sketsa desain awal, foto lokasi, ataupun video (Calori, 2007, hlm.19)

1.7.2. Desain Skematik (Sketsa)

Menurut Calori (2007, hlm.19-24) tahapan ini adalah tahapan dimana desainer harus mengeluarkan ide sebanyak mungkin yang mendekati keinginan dari klien, dan mempresentasikannya dalam bentuk sketsa kasar. Tujuan dari tahapan ini adalah memberikan gambaran konsep visual untuk di evaluasi oleh klien.

1.7.3. Pengembangan Desain

(13)

material, mount) (Calori, 2007, hlm. 27-35). Beberapa hasil dari tahapan ketiga ini meliputi; rencana lokasi penempatan, informasi yang akan disampaikan,

gambaran yang telah diperbaharui dari sign, gambaran elemen pendukung sign (mount, display, etc).

1.7.4. Dokumentasi

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.8. Wayfinding dan Signsystem

Signage dan Wayfinding adalah 2 hal dalam 1 maksud dan tujuan yang

memberikan informasi terhubung mengenai suatu lokasi. Signage mempunyai peran penting dalam menghubungkan informasi yang diberikan oleh wayfinding (Colori, 2007, hlm 5).

Menurut Berger dalam bukunya yang berjudul Wayfinding: Designing and Implementing Graphic Navigational Systems (2005, hlm. 11), desain grafik lingkungan atau yang dikenal luas EGD (Environmental Graphic Design) adalah gabungan dari pergerakan desain arsitektur modern dengan desain grafis dengan menyatukan desain industry dan perencanaan modern (urban planning).

2.1.1. Manfaat Wayfinding

Penggunaan EGD pada suatu tempat yang kompleks seperti; lapangan

penerbangan, rumah sakit, taman wisata, memberikan audiens penalaran akan lokasi sehingga memudahkan audiens mengakses area, EGD juga membantu membangun imej dari sebuah brand (hlm. 9).

(15)

1. Dunia yang kompleks.

Perkotaan yang terbagi menjadi distrik-distrik kecil, pusat pembelanjaan kebutuhan sehari-hari menjadi toko serba ada, rumah sakit menjadi pusat kesehatan, dan beragam tempat yang semakin kompleks membuat perlunya informasi kejelasan suatu area, dalam hal ini EGD berperan sebagai jembatan yang menghubungkan audiens dari suatu lokasi ke lokasi lainnya (hlm. 20).

2. Dunia yang semakin cepat.

Perubahan teknologi dan gaya hidup mendorong manusia menikmati hidup yang serba cepat dan instan. Pemberian informasi di jalan harus cepat dimengerti dan jelas, pengaplikasian signsystem menjadi pilihan satu-satunya dalam memberikan informasi yang cepat dan jelas (hlm. 23).

3. Signsystem sebagai bahasa multilingual dan multikultur.

Berkembangnya turis global dan imigrasi mendorong bangunan/suatu tempat menambahkan informasi dengan bahasa yang beragam.

Meninggapi perihal tersebut dibutuhkan bahasa grafis yang dimengerti secara universal melalui symbol, angka, huruf, etc (hlm. 23)

(16)

informasi melalui wayfinding, Rancangan ini meliputi perancangan wayfinding dengan pencahayaan khusus, perancangan lantai yang mengarahkan audiens, dan peta dengan huruf braille dirancang khusus untuk audiens yang mempunyai kekurangan.

2.1.2. Komponen Wayfinding

Komponen sistem pyramid yang dicetus oleh Colori (2007, hlm. 63) terdiri dari 3 bagian penting;

1. Sistem konten informasi.

Esensi dari sebuah signage adalah pesan yang disampaikan melalui symbol, teks, arah panah, dan lain-lain (hlm. 64-65) . Sistem konten informasi berbicara tentang:

a. Informasi yang tertera pada sign. b. Bagaimana informasi diperkatakan.

c. Dimana peletakan sign sebagai media penempatan informasi

d. Bagaimana informasi dan lokasi yang satu

(17)

2. Sistem grafik

Grafik dalam bentuk 2 dimensi yang menvisualkan informasi dalam bentuk symbol, tulisan, atau panah arah (hlm. 64-65) . Sistem grafik terdiri dari:

1. Tipografi, simbol, panah arah, dan warna sebagai elemen utama untuk memvisualkan suatu informasi.

2. Layout elemen grafis yang mengorganisasi konten

informasi, mengempasis pesan, dan memberikan identitas visual.

3. Bagaimana elemen grafis tersebut diaplikasikan ke dalam sign.

3. Elemen perangkat sign

Bagian fisik dari sebuah sign yang menampilkan informasi yang ditampilkan sistem grafik (hlm.64-65). Beberapa perangkat tersebut adalah sebagai berikut:

4. Bentuk 3 dimensi dari sign. Bentuk yang biasa ditemukan seperti persegi panjang, oval, persegi, lingkaran, etc. 5. Ukuran dari sign sendiri.

(18)

8. Bentuk objek sign yang sesuai dengan lingkungan

2.1.3. Konten Informasi Wayfinding

Konten informasi memiliki banyak fungsi didalam sebuah signage dan

mendukung banyak peran penyampaian informasi dalam konten (Calori, 2007, hlm. 70-71). Beberapa kategori konten dijabarkan oleh Calori sebagai berikut:

1. Papan identifikasi yang berperan memberikan informasi nama suatu area yang diletakan di lokasi destinasi. Contoh; toko mainan, buah-buahan bagian apel, toilet.

2. Papan arah diletakkan jauh dari lokasi destinasi yang berguna untuk memberikan penunjuk arah guna audiens mencapai suatu area tujuan. Contoh papan; toilet ke sebelah kanan, rumah makan lurus terus, putar balik, dan lain-lain.

3. Papan pemberitahuan, memberikan peringatan dari areal berbahaya atau memberikan informasi prosedur keamanan. Contohnya seperti; daerah tegangan tinggi, daerah dilarang menghidupkan api, pintu darurat, dan lain-lain.

(19)

5. Papan Operasional, berisi informasi yang kompleks,

dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mempelajar seluruh informasi. Contoh papan pengumuman absensi pekerja.

6. Papan penghargaan, dibentuk sebagai penghormatan dan peringatan, biasa terdapat di museum yang berisikan informasi tahun pembuatan, nama pembuat, dan sebagainya.

2.1.4. Material Wayfinding

Material adalah esensi dari perangkat keras sebuah signsystem. Material

mempunyai efek yang signifikan dalam penampilan visual sebuah sign, seorang grafik desainer memiliki pilihan material yang tak terbatas, setiap material memiliki kualitas yang berbeda seperti; transparansi kaca, fleksibilitas dari kain, kilatan sebuah besi, dan setiap kualitas tersebut dapat dimanfaatkan oleh setiap desainer. Colori (2007, hlm. 177) menjabarkan beberapa material dasar sebagai berikut:

1. Besi:

(20)

Gambar 1.1. Wayfinding Berbahan Besi

(Sumber: http://image.architonic.com/)

2. Plastik:

Plastik mempunyai banyak keunikan tersendiri yang dapat digunakan untuk pembuatan signage, transparansi,

keutuhan bentuk, ketahanan banting, dan berat yang relatif ringan.

(21)

3. Kaca:

Dikenal luas dalam pembuatan signage sebagai material yang memiliki transparansi yang inheren, berbagai penggunaan kaca dalam signage seperti; lensa protektif yang bening didalam papan direktori.

Gambar 1.3. Wayfinding Berbahan Kaca

(Sumber: http://www.minaletattersfield.com/)

4. Kayu:

(22)

kayu yang berkualitas sangat baik dapan tahan hingga bertahun-tahun.

Gambar 1.4. Signage Berbahan Kayu

(Sumber: http://www.ecoresignagesystems.com/)

5. Kain:

(23)

Gambar 1.5. Signage Berbahan Kain.

(Sumber: http://cdn2.hubspot.net/)

6. Bahan Bangunan:

Bahan bangunan kurang lazim digunakan dalam dunia signage, secara penggunaan bahan bangunan sebagai materi bahan bangunan yang dapat digunakan untuk pembuatan signage seperti batu, batu bata, dan semen.

Gambar 1.6. Signage Berbahan Batu Bata (Sumber: http://www.lhsigns.com/)

7. Bahan Perekat dan Penghubung

(24)

Gambar 1.7. Signage Berbahan Perekat dan Penghubung

(Sumber: http://www.creativesigndesigns.com/)

2.1.5. Tipografi

Colori (2007, hlm. 103) mengatakan tipografi adalah tulang punggung dalam pembuatan wayfinding, sebagian besar informasi yang ada pada signage dalam bentuk huruf daripada gambar. Perancangan tipografi dalam pembuatan wayfinding sangat krusial.

2.1.6. Pemilihan Typeface

(25)

1. Kecocokan Tema:

Berbicara tentang kecocokan typeface dalam suatu proyek yang diberikan. Fitur yang utama dari tulisan Serif adalah kaki (serif) dari typeface tersebut, tampilan huruf serif sering digunakan dalam pembuatan signage dikarenakan dari kualitas keterbacaan huruf tersebut (hlm. 106)

2. Tingkat Keterbacaan:

Hal yang paling krusial dalam pemilihan typeface, pembuatan signage murni untuk memberikan informasi sejelas-jelasnya pada audiens, karena typeface yang mudah terbaca adalah hal yang fundamental dalam perancangan wayfinding. Hal-hal yang

(26)

(Sumber www.creativebeacon.com)

2.1.7. Simbol

Didalam signsystem simbol mengganti peranan untuk mengganti tipografi sebagai media penyampaian informasi, beberapa contoh dari simbol seperti gambar pesawat terbang mengganti kata lapangan penerbangan, simbol juga dapat dikuatkan dengan penggunaanya dengan tipografi sehingga pesan yang tersampaikan lebih jelas.

Gambar 1.9. Simbol dalam Signsystem.

(27)

2.1.8. Peta

Peta digunakan dalam signsystem sebagai gambaran visual dari suatu lokasi yang cukup besar, peta memberikan spesifikasi lokasi karena itu perancangannya dapat dibuat oleh desainer EG sendiri ataupun oleh kartografer professional. Peta harus dibuat sesuai dengan kebutuhan signsystem, sehingga keduanya saling berkaitan memberikan informasi yang maksimal (Colori, 2007, hlm. 121). Gaya

perancangan peta sangat beragam, dari mulai gaya realis yang sangat akurat, sampai bentuk diagram dan abstrak.

2.1.9. Warna

Salah satu elemen krusial dalam perancangan warna, dikatakan Colori (2007, hlm. 125) “karena kita tidak hidup di dunia hitam-putih, warna sebagai salah satu elemen yang paling melekat dalam signsystem”. Beberapa manfaat pemberian warna untuk perancangan signage;

1. Memberikan kontras, dan harmonisasi yang sesuai dengan keadaan lingkungan.

2. Untuk menopang pesan dari signage

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Calori, Chris. (2007). Signage and Wayfinding Design. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Kotler, P. & Amstrong, G. (1997). Prinsip-Prinsip Pemasaran (3rd ed.). Jakarta : Penerbit Erlangga.

Berger, Arthur A. (2011). Media and Communication Research Methods. California: Sage Publications.

Gambar

Gambar 1.2. Sign Berbahan Plastik
Gambar 1.3. Wayfinding Berbahan Kaca
Gambar 1.4. Signage Berbahan Kayu
Gambar 1.5. Signage Berbahan Kain.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Ragam hias songket dari Nagari Silungkang lebih sederhana, apabila dibandingkan dengan ragam bias dari Nagari Pandai Sikek yang lebih kaya dan rumit.. Apabila

Sedangkan metode reasuransi secara kontrak (treaty) adalah perjanjian antara pihak penanggung pertama dan para penaggung lain atau para penanggung ulang professional yang

Penandaan fase tumbuh kacang didasarkan pada tambahan jumlah buku pada batang utama yaitu buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah berkembang penuh dan

Sehubungan dengan itu, perekaan bentuk format pentaksiran baharu Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) dilaksanakan oleh LP sebaik sahaja Kementerian Pendidikan Malaysia

Peneliti tertarik untuk mengangkat keduanya sebagai obyek penelitian karena alasan; pertama, keduanya tidak menggunakan tema olahraga seperti iklan produk perawatan tubuh lain,

Hasil pene- litian menunjukkan bahwa dengan menggunakan kompor tekan Semawar tipe 203 dengan bahan bakar campuran antara 50% minyak biji kapas (MBK) dan 50%

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non litigasi) serta hambatan-hanbatan dalam proses penyelesaian sengketa atas

(1) mengidentifikasi data untuk menentukan tuturan atau data yang mengandung implikatur, (2) mereduksi data yang dilakukan dengan cara mereduksi data yang