ANALISIS LOGAM TIMBAL, KADMIUM, TEMBAGA DAN BESI DARI UNDUR-UNDUR LAUT (Emerita emeritus)
Mira Andam Dewi1*), Muharam Marzuki1, Samsul Nuriman1
1Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi 1*)Corresponding author email: mira.andam@lecture.unjani.ac.id
ABSTRAK
Undur-undur laut (Emerita emeritus) merupakan salah satu jenis biota yang hidup pada wilayah pantai berpasir yang selama ini dimanfaatkan sebagai umpan pemancingan di laut, sebagai pakan itik dalam bentuk segar, bahkan sebagai hidangan makanan. Timbal, kadmium, tembaga, dan besi merupakan sebagian dari logam-logam yang banyak terdapat di alam. Logam-logam ini memiliki efek toksik pada manusia apabila terakumulasi dalam jumlah besar di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya logam timbal, kadmium, tembaga, dan besi serta mengetahui jumlahnya dalam undur-undut laut. Preparasi awal sampel dilakukan dengan membersihkan sampel kemudian didestruksi dengan metode destruksi basah menggunakan HNO3 sebagai pendestruksi dan H2O2 sebagai agen pengoksidasi yang dapat
menyempurnakan reaksi. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode reaksi warna spesifik, sedangkan untuk analisa kuantitatif digunakan spektrofotometri serapan atom. Hasilnya menunjukan kadar rata-rata untuk Pb sebesar 0.0346 mg/kg, Cd sebesar 0.0256 mg/kg, Cu sebesar 11.4390 mg/kg dan Fe sebesar 7.9638 mg/kg.
Kata Kunci: undur-undur laut (Emerita emeritus), timbal, kadmium, tembaga, besi
ABSTRACT
Sand crabs (Emerita emeritus) is one of the types of organisms that live in the sandy beach area that had been used as bait at sea-fishing, as duck feed in fresh form, even as a dish. Lead, cadmium, copper, and iron are some of the metals that are widely available in nature. These metals have toxic effects on humans if accumulated in large quantities in the body. This study aims to analyze the presence of lead, cadmium, copper, and iron and to find the amount of those metals in sand crabs. Initial sample preparation was done by cleansing the sample and destructing it with wet digestion method using HNO3 as destructor agent and H2O2 as an
oxidizing agent that can enhance the reaction. Qualitative analysis was done by using specific color reaction method, while for quantitative, atomic absorption spectrophotometry was used. Results showed that the average level of Pb is 0.0346 mg/kg, the average level of Cd is 0.0256 mg/kg, the average level of Cu is 11.4390 mg/kg and the average level of Fe is 7.9638 mg/kg.
Keyword: sand crabs (Emerita emeritus), lead, cadmium, copper, iron
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara maritim, memiliki kekayaan biota pantai dan laut yang sangat besar. Salah satunya yang telah dikenal masyarakat pesisir selatan pulau Jawa adalah undur-undur laut. Undur-undur laut selama ini dimanfaatkan sebagai umpan pemancingan di laut, sebagai
pakan itik dalam bentuk segar, bahkan sebagai hidangan makanan. Selain itu ada pula yang sudah meneliti khasiat farmakologinya sebagai penurun kadar kolesterol.
Undur-undur laut merupakan salah satu jenis biota yang hidup pada wilayah pantai berpasir. Undur-undur laut ini hidup pada swash zone di wilayah intertidal. Swash zone merupakan
wilayah pasang surut yang bergantian terendam dan terpapar oleh gelombang atau merupakan zona pencucian.
Timbal (Pb), kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan besi (Fe) merupakan sebagian dari logam-logam yang banyak terdapat di alam. Logam-logam ini memiliki efek toksik pada manusia apabila terakumulasi dalam jumlah besar di dalam tubuh. Dampak kronis dari keterpaparan timbal diawali dengan kelelahan, kelesuan, irritabilitas, dan gangguan gastrointestinal. Toksisitas akut kadmium berupa efek iritasi lokal pada saluran cerna seperti mual, muntah, diare dan sakit perut, sedangkan paparan jangka panjang kadmium dapat menimbulkan penyakit paru obstruktif, emfisema, dan kerusakan tubular ginjal.Keracunan senyawa tembaga kronis dapat dilihat dari gejalanya antara lain, sering demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri kolik, neuritis perifer, dan atropi. Selain itu keracunan dapat menimbulkan infeksi sekunder dan kegagalan
fungsi hati. Besi dalam jumlah besar dapat
merusak dinding usus yang berakibat pada kematian.
Penelitian ini bertujuan guna mengetahui kadar dari logam-logam seperti timbal, kadmium, tembaga dan besi pada undur-undur laut dengan
menggunakan bantuan instrumen Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), dimana
sampel terlebih dahulu di destruksi dengan metode destruksi basah menggunakan pelarut
asam kuat HNO3. Hasil destruksi kemudian
diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom dan dianalisis berdasarkan persamaan regresi linear.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sampel undur-undur laut positif mengandung logam timbal, kadmium, tembaga dan besi dan telah diketahui pula kadarnya secara kuantitatif.
METODE Alat
Sperangkat alat SSA lengkap dengan lampu katoda, Kertas saring, Alat-alat gelas dan Pemanas listrik.
Bahan
Undur-undur laut, Larutan HNO3, H2O2,
kalium sianida, kalium iodida, natrium hidroksida, hidrogen sulfida, aqua kalium sianida, kalium iodida, natrium hidroksida, hidrogen sulfida, aqua demineralisata, set larutan standar Pb, Cd, Cu dan Fe.
Cara Kerja
Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari pantai Apra,
Sindangbarang, Kabupaten Cianjur. Sampel diambil satu minggu sekali selama tiga minggu. Preparasi Sampel dan Destruksi Basah
Sampel dibersihkan dari pasir dengan air suling kemudian disimpan dalam wadah tertutup dan dimasukkan ke dalam freezer hingga tiba waktunya untuk digunakan. Sampel ditimbang sebanyak 10 gram, setelah ditimbang sampel dimasukkan ke dalam krus. Ditambahkan HNO3
60 % ke dalam sampel sebanyak 20 mL sedikit demi sedikit sambil dipanaskan di atas hot plate selama 20 menit hingga volume menjadi seperempatnya dan kemudian sampel didinginkan. Setelah sampel dingin, ditambahkan H2O2 sebanyak 20 mL sedikit demi sedikit
sambil dipanaskan selama 15 menit hingga didapatkan larutan bening kemudian didinginkan. Setelah dingin, larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan aqua demineralisata hingga tanda batas.
Uji Kualitatif
Uji Kualitatif Timbal
Larutan sampel hasil destruksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan larutan kalium iodida dan dikocok.
Uji Kualitatif Kadmium
Larutan sampel hasil destruksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian dialiri gas hidrogen sulfida dan dikocok.
Uji Kualitatif Tembaga
Larutan sampel hasil destruksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan larutan natrium hidroksida dan dikocok.
Uji Kualitatif Besi
Larutan sampel hasil destruksi dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan larutan kalium sianida dan dikocok.
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Pembuatan Kurva Kalibrasi Timbal
Larutan induk timbal 100 ppm dipipet sebanyak 10 mL, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan diencerkan dengan larutan HNO3 0,1 N sampai tanda batas sehingga didapat
larutan dengan konsentrasi 10 ppm. Dari larutan 10 ppm tersebut dipipet sebanyak 10 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan larutan HNO3 0,1 N sehingga
didapat larutan dengan konsentrasi 1 ppm. Dari larutan 1 ppm tersebut dipipet masing-masing sebanyak 1; 2; 3; 4; dan 5 mL, diencerkan dengan HNO3 0,1 N dalam labu ukur 100 mL
sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi berturut-turut 10; 20; 30; 40 dan 50 ppb. Masing-masing larutan diukur pada panjang gelombang 283,3 nm.
Pembuatan Kurva Kalibrasi Kadmium
Larutan induk kadmium 100 ppm dipipet sebanyak 10 mL, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan diencerkan dengan larutan HNO3 0,1 N sampai tanda batas sehingga didapat
larutan dengan konsentrasi 10 ppm. Dari larutan 10 ppm tersebut dipipet sebanyak 10 mL dan diencerkan dengan HNO3 0,1 N dalam labu ukur
100 mL sehingga didapat larutan dengan konsentrasi 1 ppm. Dari larutan 1 ppm tersebut dipipet masing-masing sebanyak 1; 2; 3; 4; dan 5 mL, diencerkan dengan HNO3 0,1 N dalam labu
ukur 1000 mL sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi berturut-turut 1; 2; 3; 4 dan 5 ppb. Masing-masing larutan diukur pada panjang gelombang 228,8 nm.
Pembuatan Kurva Kalibrasi Tembaga
Larutan induk tembaga 1000 ppm dipipet sebanyak 10 mL, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan diencerkan dengan HNO3 0,1
N sampai tanda batas sehingga didapat larutan dengan konsentrasi 100 ppm. Dari larutan 100 ppm tersebut dipipet masing-masing sebanyak 1; 2; 3 dan 4 mL, diencerkan dengan HNO3 0,1 N
dalam labu 100 mL sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi berturut-turut 1; 2; 3 dan 4 ppm. Masing-masing larutan diukur pada panjang gelombang 324,8 nm.
Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi
Larutan induk besi 1000 ppm dipipet sebanyak 10 mL, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan diencerkan dengan HNO3 0,1 N sampai
tanda batas sehingga didapat larutan dengan konsentrasi 100 ppm. Dari larutan 100 ppm dipipet sebanyak 50 mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 500 mL kemudian diencerkan dengan HNO3 0,1 N sampai tanda batas sehingga didapat
larutan dengan konsentrasi 10 ppm. Dari larutan 10 ppm tersebut dipipet masing-masing sebanyak 5; 10; 15 dan 20 mL, diencerkan dengan HNO3
0,1 N dalam labu 100 mL sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi berturut-turut 0,5; 1; 1,5 dan 2 ppm. Masing-masing larutan diukur pada panjang gelombang 248,3 nm.
Pengukuran Kadar Timbal, Kadmium, Tembaga dan Besi
Pengukuran kadar timbal, kadmium, tembaga dan besi pada sampel secara spektrofotometri serapan atom dengan panjang gelombang 283,3 nm untuk timbal, 224,8 untuk kadmium, 324,8 nm untuk tembaga dan 248,3 nm untuk besi. Hasil absorban dihitung dengan dimasukkan ke dalam persamaan kurva kalibrasi masing-masing logam.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada analisis menggunakan metode Spektrofometri Serapan Atom, sampel yang digunakan haruslah dalam bentuk larutan, sehingga dibutuhkan proses destruksi. Fungsi dari destruksi adalah untuk memutus ikatan antara senyawa organik dengan logam yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan destruksi basah karena pada umumnya destruksi basah dapat dipakai untuk menentukan unsur-unsur dengan konsentrasi rendah. Pada metode ini digunakan HNO3 p sebagai agen pendestruksi
utama karena HNO3 merupakan pelarut logam
yang baik yang akan menghasilkan larutan berwarna kekuningan yang jernih. Kemudian ditambahkan H2O2, H2O2 ditambahkan tetes demi
tetes hingga larutan berubah menjadi jernih. penggunaan H2O2 dapat mengurangi kandungan
karbon pada hasil digesti. Penambahan H2O2
juga berfungsi sebagai agen pengoksidasi yang dapat menyempurnakan reaksi.
Bahan organik dimisalkan sebagai (CH2O)x
didekomposisi (oksidasi) oleh asam nitrat (HNO3) akan menghasilkan CO2 dan NOx, gas
ini dapat meningkatkan tekanan pada proses destruksi. Akibat dekomposisi bahan organik oleh asam nitrat, unsur yang diteliti terlepas dari ikatannya dengan bahan organik, kemudian
diubah ke dalam bentuk garamnya menjadi Logam-(NO3)x yang mudah larut dalam air. Gas
NO dihasilkan selama oksidasi bahan organik oleh asam nitrat, kemudian gas NO yang diuapkan dari larutan bereaksi dengan oksigen menghasilkan gas NO2. gas ini diserap kembali
di larutan. Adanya gas NO2 mengindikasikan
bahwa bahan organik telah dioksidasi asam nitrat.
Gas NO2 yang dihasilkan akan bereaksi
dengan H2O akibat penambahan H2O2. Pada saat
penambahan tetes demi tetes H2O2 akan terurai
menjadi H2O dan O2. Kemudian HNO3
mendestruksi bahan organik yang masih tersisa, sedangkan HNO2 akan terurai menjadi gas NO2
dan NO. Hal ini akan terus berulang selama proses destruksi, kemudian akan berakhir setelah semua bahan organik terdekomposisi semua. Setelah semua bahan organik terdekomposisi sempurna dan proses destruksi telah selesai maka
larutan diencerkan dengan HNO3 0,1N dan siap
untuk dianalisis dengan spektrofotmetri serapan atom.
Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan 2 cara yaitu dengan bantuan instrumen dan reaksi warna. Dengan bantuan instrumen yaitu dengan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom di mana larutan sampel hasil destruksi diukur pada panjang gelombang masing-masing logam yaitu 283,3 nm untuk timbal, 224,8 nm untuk kadmium, 324,8 nm untuk tembaga dan 248,3 nm untuk besi. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya
absorban pada masing-masing panjang
gelombang tersebut. Dengan reaksi warna, di mana warna dihasilkan dari reaksi antara logam pada sampel dengan reagensia yang digunakan. Hasil analisis kualitatif dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Kualitatif No Kandungan Logam Persyaratan* Hasil Pemeriksaan Kesimpulan 1 Timbal Terbentuknya endapan kuning timbal iodida Terbentuk endapan kuning + 2 Kadmium Terbentuknya endapan kuning kadmium sulfida Terbentuk endapan kuning + 3 Tembaga Terbentuknya endapan biru tembaga (II) hidroksida Tidak terbentuk endapan biru - 4 Besi Terbentuknya endapan coklat kekuningan yang larut kembali jika ditambahkan reagen berlebih
Terbentuk endapan kuning yang larut dengan
penambahan reagen berlebih
+
Keterangan: (*) : Persyaratan menurut Vogel I (+) : Terdeteksi
(-) : Tidak terdeteksi
Hasil uji kualitatif menunjukan positif adanya logam timbal, kadmium dan besi, namun tembaga pada sampel negatif, atau karena konsentrasi logam Cu (tembaga) dalam sampel
sangat sedikit sehingga reaksi warna tidak dapat mendeteksinya.
Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah dengan metode kurva kalibrasi, dalam
metode ini dibuat seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorpsinya dengan spektrofotometri serapan atom. Dari data absorpsi yang didapat, dibuat grafik antara konsentrasi dengan absorpsi yang akan
membentuk suatu garis lurus (linear). Dengan menggunakan regresi linear maka didaptkan sebuah persamaan y = bx + a. Adapun persamaan regresi linearnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persamaan Regresi Linear No Logam Persamaan regresi
linear
1 Timbal (Pb) y = 0,0101x + 0,0032
2 Kadmium (Cd) y = 0,0844x + 0,053
3 Tembaga (Cu) y = 0,1601x + 0,0139
4 Besi (Fe) y = 0,1116x + 0,0086
Hasil pengukuran diatas menunjukkan
bahwa sampel undur-undur laut positif
mengandung logam timbal, kadmium,
tembaga dan besi. Timbal dan kadmium
termasuk salah satu dari logam berat yang
berbahaya dan menyebabkan efek toksik
bagi manusia apabila terdapat dalam jumlah
yang besar. Dalam Standardisasi Nasional
(SNI) 7397:2009 kadar maksimum untuk
timbal 2,0 mg/kg dan kadmium 2,0 mg/kg.
(23)Besi dan tembaga digolongkan kedalam
mineral mikro dimana kadar mineral mikro
yang baik untuk dikonsumsi tidak melebihi
500 mg/100 g.
(24)Dari hasil pada Lampiran
12
dapat dilihat bahwa kadar timbal,
kadmium, tembaga dan besi pada
undur-undur laut masih memiliki batas yang aman.
Tabel 3. Data Serapan dan Kadar Timbal
Absorban
Konsentrasi
(ppb)
Konsentrasi
(ppm)
Berat
(g)
Volume
(mL)
Kadar
(mg/kg)
Kadar rata-rata
(mg/kg)
0,0381
3,4412
0,0034
10
100
0,0344
0,0344
0,0385
3,4804
0,0035
10
100
0,0348
0,0383
3,4608
0,0035
10
100
0,0346
Tabel 4. Data Serapan dan Kadar Kadmium
Absorban
Konsentrasi
(ppb)
Konsentrasi
(ppm)
Berat
(g)
Volume
(mL)
Kadar
(mg/kg)
Kadar rata-rata
(mg/kg)
0,2720
2,5615
0,0026
10
100
0,0256
0,0256
0,2724
2,5664
0,0026
10
100
0,0257
0,2722
2,5639
0,0026
10
100
0,0256
Tabel 5. Data Serapan dan Kadar Tembaga
Absorban
Konsentrasi
(ppm)
Berat
(g)
Volume
(mL)
Kadar
(mg/kg)
Kadar rata-rata
(mg/kg)
0,2046
1,1424
10
100
11,4240
11,4390
0,2051
1,1456
10
100
11,4561
0,2048
1,1437
10
100
11,4368
Tabel 6. Data Serapan dan Kadar Besi
Absorban
Konsentrasi
(ppm)
Berat
(g)
Volume
(mL)
Kadar
(mg/kg)
Kadar rata-rata
(mg/kg)
0.0990
0,7921
10
100
7,9209
7,9638
0.0999
0,8004
10
100
8,0037
0.0995
0,7967
10
100
7,9669
KESIMPULANHasil uji kualitatif menunjukan positif adanya logam timbal, kadmium dan besi, namun negatif (kadar terlalu kecil) untuk tembaga. Pada pengukuran menggunakan instrumen spektrofometer serapan atom menunjukan bahwa sampel undur-undur laut positif mengandung logam timbal, kadmium, tembaga dan besi. Dalam Standardisasi Nasional (SNI) 7397:2009 kadar maksimum untuk timbal 0,5 mg/kg dan kadmium 0,5 mg/kg. Besi dan tembaga baik untuk dikonsumsi tidak melebihi 500 mg/100 g. Dari hasil pada lampiran 12 dapat dilihat bahwa kadar timbal, kadmium, tembaga dan besi pada undur-undur laut masih memiliki batas yang aman.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan selesainya jurnal ilmiah ini tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Deny, S.Si. dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi dan Laut, Bandung yang telah membantu kelancaran penggunaan instrument spektrofotometri serapan atom (AAS) type AA280FS dan semua pihak yang telah terlibat membantu dan memberi sumbang saran pengetahuan yang sangat bermanfaat sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Astriana Yulia, Priyatini W., R. Susanti. 2013. Intensitas Warna Kuning Dan Kadar Omega-3 Telur Burung Puyuh
Akibat Pemberian Undur-Undur Laut. Unnes Journal of Life Science. Hal. 105-110.
2. Kardaya D., T.N. Ralahulu, Zubir, M. Purba, A. Parakkasi. 2011. Pengujian Undur-undur Laut Sebagai Bahan Penurun Kolesterol pada Mencit (Mus Musculus Balb/C). JITP Vol. 1 No. 2. Hal 75-86
3. Haye PA, YK Tam, Kornfield. 2002.
Molecular phylogenetics of mole crabs
(Hippidae: Emerita). Crustacean
Biology. 22 (4). Hal. 903-915.
4. Dugan JE, DM Hubbard, M Lastra.
Burrowing abilities and swash behavior
of three crabs, Emerita analoga
Stimpson, Blepharipoda occidentalis Randall, and Lepidopa californica Efford (Anomura, Hippoidea), of exposed sandy beaches. Experimental Marine Biology and Ecology. 255. Hal. 229-245.
5. Palar, H. 1994. Pencemaran dan
Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
6. Naria, E. 2005. Mewaspadai Dampak
Bahan Pencemar Timbal (Pb) di Lingkungan Terhadap Kesehatan. Jurnal Komunikasi Penelitian. Hal. 66-72.
7. Gad, S. C. 2005. Cadmium Dalarn:
Encyclopedia of toxicology, Edisi Ke-2, Vol. 1, USA: Elsevier. Hal. 375-377.
8. Suhendrayana, Studi Pustaka Bioremoval Logam Berat Dengan Mikroorganisme, Departement of Applied Chemistry and Chemical Enginering, Faculty of Enginering, Kagoshima University 1-21-40 Korimoto, Kogishima 890-0065 Japan, 2001, hal. 1-2
9. Widyowati, wahyu, Efek Toksik
Logam, Penerbit Andi, Yogyakarta 2008, hal 209-218
10. Boyko, C. B. dan McLaughlin, P.A.,
2010. Annoted Checklist of Anomuran Decoped Rustaceans of The World (Exclusive of The Kiwaoidea and Families Chirostylidae and Galatheidae of The Galatheoidae) Part IV –
Hippodeae, The Bulletin of Zoology
2010 Supplement No. 23, Hal. 434-451 11. Albert, Adrien, Selective toxicity “The
Physico-Chemical Basic of Therapy”, ed. Ketiga, London, 1985, hal. 434-435
12. Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan
Gizi. Bogor: MBrio Press. Hal. 158-160
13. Ibnu, G dan Abdul, R. 2012. Kimia
Farmasi Analisa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 298-312.
14. Ismono. 1981. Cara Optik Dalam
Analisis Kimia. Bandung. Jurusan Kimia FMIPA ITB. Hal. 223-271
15. Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar
Kimia Analitik. Jakarta: UI Press. Hal. 287-300
16. Sumardi. 1981. Destruksi Contoh
Dengan Menggunakan Kombinasi Metode Basah dan Kering, Warta Kimia Analitik. No. 4. Tahun kedua. Pusat Penelitian Pengembangan Kimia Terapan LIPI. Hal. 11-13
17. Amelia, Eka dan Sukesi, 2013, Preparasi Penentuan Kadar Logam Pb, Cd dan Cu dalam Nugget Ayam Rumput Laut Merah (Eucheuma cottonii), Jurnal
Sains Dan Seni Pomits Vol. 2, No.2, Hal. 15-17
18. Svehla G. 1990. Vogel: Buku Teks
Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Bagian I ke-5. Terjemahan Ir. L. Setiono, Dr. A. Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media Pusat. Hal. 212-311 19. Badan Standardisasi Nasional. 2005. Air
dan air limbah – Bagian 46: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
20. Badan Standardisasi Nasional. 2005. Air dan air limbah – Bagian 16: Cara uji kadar kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA)-nyala. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional.
21. Badan Standardisasi Nasional. 2005. Air dan air limbah – Bagian 6: Cara uji
tembaga (Cu) dengan Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA)-nyala. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional.
22. Badan Standardisasi Nasional. 2005. Air dan air limbah – Bagian 4: Cara uji Besi (Fe) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
23. Badan Standardisasi Nasional. 2009.
Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Makanan. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
24. Oksuz A, Ozyilmaz A, Aktas M, Gercek G, Motte J. 2009. A comparative study on proksimat, mineral and fatty acid compositons of deep seawater rose shrimp (Parapenaeus longirostris, Lucas 1846) and red shrimp (Plesionika martia, A. Milne-Edwards, 1883). Journal Animal and Veterinary Advances. 8(1):183-189.