• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Bacillus cereus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Bacillus cereus"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

51

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMANGI

(

Ocimum sanctum

L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

Bacillus cereus

THE EFFECT OF GIVING Ocimum sanctum L. LEAF EXTRACT ON GROWTH OF BACTERIA Bacillus cereus

Evalentina Nababan1, Hasruddin

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

2

Universitas Negeri Medan *e-mail: evanababan586@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap pertumbuhan bakteri Bacillus cereus, yang dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Negeri Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimentasl dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non-Faktorial dengan 6 taraf perlakuan yaitu: Ko = 0%, K1 = 2%, K2 = 4%, K3 = 6%, K4 = 8% dan K5 = 10%, 4 ulangan. Parameter yang diamati adalah diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Bacillus cereus yang ditetesi ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) selama 48 jam dengan masa inkubasi 1 x 24 jam dan 2 x 4 jam. Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kemangi dengan konsentrasi yang berbeda-beda berpengaruh terhadap diameter zona hambat pertumbuhan bakteri

Bacillus cereus. Diameter zona hambat yang terbesar adalah 12,9 mm yang dihasilkan oleh ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dengan konsentrasi 10% dengan masa inkubasi 2 x 24 jam dan diameter zona hambat yang terkecil adalah 4,7 mm yang dihasilkan oleh ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dengan konsentrasi 2% dengan masa inkubasi 1 x 24 jam.

Kata kunci: Etanol, Daun Kemangi, Bacillus cereus.

ABSTRACT

The aim of this research is to know the effect giving Ocimum sanctum L. leaf extract on growth of bacteria Bacillus cereus. This research has been done in microbiology laboratory FMIPA UNIMED in March 2015. The design of experiment of this research is Random Sampling Non Factorial with six concentrations Ko = 0%, K1 = 2%, K2 = 4%, K3 = 6%, K4 = 8% dan K5 = 10%. The parameter observed of bacteria Bacillus cereus for 48 hours by calculating blocked zone diameter with incubation period 1 x 24 hours and 2 x 24 hours. The result of the research data shows that different concentration of

Ocimum sanctum L. effect on the blocked zone diameter of Bacillus cereus growth. The largest blocked zone diameter is 12,9 mm which is produced by 10% concentration of Ocimum sanctum L. leaf extract with incubation time 2 x 24 hours and the smallest blocked zone diameter is 4,7 mm which is produced by 2% concentration of Ocimum sanctum L. leaf extract with incubation time 2 x 24 hours.

Key words: Etanol, Ocimum sanctum L. leaf, Bacillus cereus.

PENDAHULUAN

Bakteri hampir ditemukan di mana-mana seperti di alam, saluran pencernaan, mulut, hidung, tenggorokan dan bisa juga terdapat pada permukaan tubuh kita. Bakteri juga bisa berasal dari makanan, minuman, udara dan lingkungan. Bakteri merupakan penyebab berbagai penyakit, misalnya Bacillus cereus

yang menyebabkan keracunan makanan (Pelezar dan Chan, 1986).

Keracunan akan timbul jika seseorang menelan makanan atau minuman yang mengandung bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam usus, atau seseorang mengkonsumsi pangan yang telah

(2)

52

mengandung toksin tersebut. Menurut Purwati (2008) ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh

Strain Bacillus cereus yang bersifat patogenik digolongkan ke dalam bakteri penyebab intoksikasi, dan dapat dibedakan menjadi strain penyebab diare dan strain penyebab muntah. Menurut Pelezar dan Chan (1986) menyatakan bahwa strain penyebab diare dapat memproduksi enterotoksin yang dapat menyebabkan diare dan sakit perut, tetapi jarang disertai muntah. Strain yang termasuk dalam golongan ini dapat tumbuh pada berbagai makanan, dan mempunyai waktu inkubasi sejak tertelan sampai timbulnya gejala intoksikasi, yang berkisar antar 8-16 jam. Strain yang dapat menimbulkan gejala muntah bereproduksi toksin emetik, dan mempunyai masa inkubasi yang lebih pendek sekitar 1-5 jam. Toksin ini menyebabkan timbulnya gejala muntah, dan kadang-kadang diare. Strain emetik hampir selalu ditemukan pada makanan penyebab keracunan Bacillus cereus yang mengandung bahan dasar nasi (Imam dan Sukamto, 1998).

Bacillus cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare (disebabkan oleh protein dengan berat molekul besar) dan toksin yang menyebabkan muntah atau emetik (disebabkan oleh peptida tahan panas dengan berat molekul rendah).

Menurut Mariyati dkk., (2007) berbagai jenis makanan, termasuk daging, susu, sayuran, dan ikan, berkaitan dengan penyebab keracunan makanan tipe diare. Kasus-kasus tipe emetik umumnya berkaitan dengan makanan dari beras. Walaupun demikian, makanan bertepung lainnya seperti kentang, pasta, dan keju juga dapat menjadi penyebabnya. Campuran makanan seperti saus, pudding, sup, casserole (sejenis makanan yang dimasak dalam wadah tertutup di atas api kecil), pastry (sejenis kue), dan salad sering dicurigai sebagai penyebab dalam kasus-kasus keracunan makanan (Imam dan Sukamto, 1998).

Banyak masyarakat yang menambahkan pengawet ke dalam makanan agar lebih tahan lama dan tidak cepat busuk. Namun penggunaan bahan pengawet dapat menyebabkan kanker dan gangguan pada ginjal, otak, dan hati. Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan. Namun demikian, makanan yang dimasak, dipanaskan, dan disimpan dengan benar umumnya aman dari racun yang menyebabkan muntah (Linda, 2010). Beberapa tanaman yang dapat menekan pertumbuhan bakteri Bacillus cereus adalah

kenikir, manggis dan kemangi. Tanaman kemangi berpotensi untuk menekan pertumbuhan bakteri tersebut karena kandungan minyak atisiri dan flavonoidnya yang bersifat antibakteri (Ariani, 2000).

Tanaman kemangi mengandung minyak atsiri yang banyak dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri. Aktivitas minyak atsiri daun kemangi sebagai antibakteri telah diteliti oleh Maryati dkk., (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri daun kemangi memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Suppakul etal., (2003) juga menyebutkan bahwa minyak atsiri daun kemangi menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap bakteri.

Menurut Pitojo (2008) minyak atsiri merupakan minyak tumbuhan, mengandung aroma, dan ada yang mudah menguap. Minyak atsiri dibagi menjadi dua komponen, yaitu komponen hidrokarbon dan komponen hidrokarbon teroksigenasi atau fenol. Fenol memiliki senyawa antimikroba yang sangat kuat. Kandungan minyak atisri tersebut terdiri dari 1,8-sineol, trans-beta-osimen, kamfor, linanool, metil kavikol, geraniol, sitral eugenol, metil sinamat, esdragiol, bisabolen, beta-kariopilen (Kurniasih, 2010).

Selain minyak atsiri, daun kemangi juga mengandung flavonoid yang bersifat antibakteri. Flavonoid dapat menghambat fungsi membran sitoplasma, dan menghambat metabolisme energi sel (Cushnie and Lamb, 2005). Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa bahan antibakteri daun kemangi lebih efektif terhadap bakteri Gram positif dibandingkan dengan bakteri Gram negatif (Joshi et al., 2009).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan Februari 2015. Bahan-bahan yang digunakan ialah Mueller Hinton Agar (MHA), etanol 96% untuk maserasi simplisia, daun kemangi (diperoleh dari pasar Pagi Padang Bulan) serta bakteri B. Cereus (diperoleh dari Laboratorium Kesehatan Medan. Pembuatan ekstrak daun kemangi dilakukan di Laboratorium Farmakologi Universitas Sumatera Utara sedangkan pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kemangi terhadap bakteri

B. cereus dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.

(3)

53

Pembuatan ekstrak etanol daun kemangi dilakukan dengan cara mencuci bersih daun kenikir segar sebanyak 4 kg lalu dikeringanginkan dan dibolak-balik secara berkala. Daun kemangi kering kemudian dihaluskan hingga menjadi serbuk halus (simplisia). Simplisia dimaserasi dengan pelarut etanol 96% sampai 5 kali masing-masing selama 24 jam. Filtrat dan ampas dipisahkan. Filtrat dikumpulkan untuk dievaporasi menggunakan Rotary Vacuum Evaporator (RVE). Ekstrak dengan konsentrasi 100% diencerkan dengan akuades steril untuk mendapatkan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10%. Bakteri Bacillus cereus diperoleh dari media miring yang dengan menggunakan jarum ose yang telah dipanaskan dengan lampu spiritus, kemudian didinginkan selama 30 detik. Dengan jarum ose tersebut diambil bakeri Bacillus cereus dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi Mueller Hinton Broth, lalu dimasukkan ke dalam inkubator untuk diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Setelah bakteri Bacillus cereus

diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 24 jam, bakteri disuspensikan ke dalam NaCl 0,9% sebanyak 50 ml. Hal ini dilakukan agar pada penanaman tidak menghasilkan jumlah koloni yang terlalu pekat. Pengsuspensian bakteri ke dalam NaCl 0,9% sama saja dengan pengenceran bakteri 10-6

Dituang 20 ml MHA ke dalam Petridish dan dibiarkan sampai padat. Ke dalam suspensi

bakteri dicelupkan kapas lidi steril, dibiarkan selama 30 detik agar suspensi bakteri meresap ke dalam kapas kemudian lidi diangkat dan diperas dengan menekan pada dinding tabung bagian dalam, sambil diputar-putar dioleskan pada permukaan media MHA hingga merata dan dibiarkan selama 5 menit.

CFU/ml (Standard Mac Farland 0,5). CFU = Colony-Forming Unit.

Media MHA yang ditanami dengan bakteri

Bacillus cereus di seluruh permukaan media dibuat lubang dengan metode sumuran. Lubang sumuran dibuat dengan menggunakan ujung pipet tetes, lalu diteteskan ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dengan berbagai konsentrasi yang telah ditentukan. Biarkan ekstraksi daun kemangi (Ocimum sanctum L.) meresap ke dalam media MHA. Kemudian media ditutup dan disimpan dalam inkubator pada suhu 37 ºC selama 18-24 jam.

Setelah 18-24 jam dilakukan pemeriksaan dan pengukuran diameter daerah/zona hambatan. Pengukuran diameter daerah/zona hambatan dilakukan dengan cara sebagai berikut: dengan beralaskan kertas berwarna gelap atau dengan latar belakang sedikit gelap dengan mata langsung tanpa loup, diukur diameter/zona hambatan yang terjadi pada permukaan MHA agar plat dengan menggunakan jangka sorong. Diameter daerah/zona hambatan yang diukur yaitu daerah jernih di sekitar sumuran (tidak ada pertumbuhan bakteri). Dimana pengukuran dilakukan dari ujung yang satu ke ujung yang lain melalui tengah-tengah sumuran (Thomas dan Michael, 1991).

.

Tabel 1. Diameter Daerah/Zona Hambatan Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum sanctum

L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus cereus dalam Satuan Millimeter (mm) dengan Masa Inkubasi 1 x 24 Jam dan2 x 24 Jam

Masa

Inkubasi Perlakuan 1 2 Ulangan 3 `4 Total Rata-Rata

1 x 24 jam Ko 0 0 0 0 0 0 K1 4,9 4,7 4,7 5,0 19,3 4,82 K2 5,6 5,7 5,7 5,6 22,6 5,65 K3 6,8 7,1 7,5 7,4 28,8 7,2 K4 8,4 8,7 8,9 8,6 34,6 8,65 K5 10,9 11,0 11,0 10,8 43,7 10,92 Jumlah 149 37,24 2 x 24 jam Ko 0 0 0 0 0 0 K1 5,2 5,1 5,0 5,3 20,6 5,15 K2 6,1 6,2 6,3 6,1 25 6,25 K3 7,6 8,0 8,2 8,1 31,9 7,97 K4 9,8 10,1 10,2 10,1 40,2 10,05 K5 12,7 12,8 12,9 12,7 51,1 12,77 Jumlah 168,8 42,19

(4)

54

Untuk mengetahui secara keseluruhan pengaruh pemberian ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dengan masa

inkubasi 1 x 24 jam dan 2 x 24 jam terhadap diameter/zona hambat pertumbuhan bakteri

Bacillus cereus, terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram batang diameter daerah/zona hambatan pertumbuhan bakteri

Bacillus cereus yang diberi ekstrak daun kemangi dengan masa inkubasi 1 x 24 jam dan 2 x 24 jam.

Pada Gambar 1. pertumbuhan bakteri mengalami perubahan, hal ini terbukti dengan semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) pada masa inkubasi 1 x 24 jam dan 2 x 24 jam yang diberikan maka panjang diameter zona hambatan semakin besar pula. Perubahan panjang diameter zona hambat ini merupakan parameter pertumbuhan bakteri Bacillus cereus, dimana hubungan antara keduanya merupakan hubungan berbanding terbalik. Jika panjang diameter zona hambat mengalami peningkatan maka pertumbuhan bakteri

Bacillus cereus mengalami penurunan.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji statistik dari data pengamatan, maka dapat diuraikan bahwa pada penelitian digunakan ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum L.) yang diharapkan mampu menghambat petumbuhan bakteri Bacillus cereus. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kemangi

(Ocimum sanctum L.) tersebut di dalam menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus cereus.

Pemberian ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) yang berbeda-beda menyebabkan diameter daerah/zona hambat yang bervariasi pada pertumbuhan bakteri

Bacillus cereus. Pemberian ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) yang semakin tinggi terhadap bakteri Bacillus cereus maka daerah hambatan yang dihasilkan akan semakin lebar. Hal ini terbukti dari rata-rata konsentrasi zona yang terbentuk. Diameter/zona hambatan yang terkecil pada konsentrasi 2% dengan rata-rata 0,014 mm dan yang terbesar adalah pada konsentrasi 10% dengan rata-rata 0,078 mm.

Daya hambatan yang terjadi pada daerah pertumbuhan bakteri Bacillus cereus

disebabkan oleh minyak atsiri yang terdapat di dalam ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.). Senyawa eugenol merupakan bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Pelezar dan Chan (1988), kebanyakan dari minyak atsiri yang digunakan sebagai antimikroba adalah merusak dinding sel.

Penghambatan pertumbuhan bakteri disebabkan oleh interaksi senyawa aktif

(5)

55

melalui pelekatan ataupun difusi antimikroba dengan bakteri (Parhusip, 2006). Interaksi tersebut menyebabkan gangguan atau kerusakan pada protein, membran dan dinding sel, perubahan permeabilitas sel dan penghambatan kerja enzim (Pelezar dan Chan,1986).

Menurut Sutiyami (2013) kandungan minyak atsiri kemangi mengandung eugenol, alkaloid, steroid, tannin, dan fenol. Eugenol adalah kandungan terbanyak dari minyak atsiri daun kemangi yang juga merupakan zat antibakteri. Eugenol digunakan digunakan di bidang farmasi sebagai bahan pembuatan senyawa kimia antibakteri. Senyawa eugenol mempunyai aktivitas farmakologi sebagai antimikroba. Menurut Kurniasih (2010) eugenol adalah salah satu bagian dari minyak atsiri. Kerusakan struktur protein oleh sejumlah unsur fisik dan kimiawi dapat menyebabkan kematian sel. Zat-zat yang terkonsentrasi pada permukaan sel mungkin dapat mengubah sifat fisik dan kimiawi dinding sel, serta menghalangi fungsi normal dinding sel sebagai penghalang yang selektif dan dengan demikian dapat mengakibatkan kematian sel bakteri.

Berdasarkan penelitian Kurniasih (2010) senyawa alkaloid pada daun kemangi memiliki kemampuan antibakteri terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif khususnya bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Selain itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Syamsudin (2000) senyawa tanin yang terdapat pada daun sirih merah mempunyai daya hambat terhadap bakteri gram positif yaitu Staphylococcus epidermis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa tannin daun kemangi memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanisme yang diperkirakan adalah sebagai berikut: toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri, senyawa astrigent tanin dapat menginduksi pembentukan kompleks senywa ikatan terhadap enziom atau substrat mikroba dan pembentukan suatu kompleks ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri.

Sementara menurut Ajizah (2004) tanin juga diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Masduki (1996) menyatakan bahwa tanin juga mempunyai

daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena tanin mempunyai efek yang sama dengan fenolik. Efek antibakteri tanin antara lain melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik.

Selain minyak atsiri, daun kemangi juga mengandung flavonoid yang bersifat antibakteri. Flavonoid dapat menghambat fungsi membran sitoplasma, dan menghambat metabolisme energi sel (Cushnie and Lamb, 2005). Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri.

Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Hidayat, 2013).

Daya hambat oleh ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) ditandai dengan berubahnya warna pada permukaan agar atau sekitar daerah pertumbuhan bakteri tersebut. Zona hambat yang terjadi tampak melebar disekeliling tempat penanaman ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) tersebut. Warna tersebut akan menyebabkan hilangnya warna dasar pada media MHA.

Ukuran diameter/zona hambatan yang terjadi pada pertumbuhan bakteri Bacillus cereus dipengaruhi oleh kekeruhan suspensi bakteri pada saat pengenceran bakteri berlangsung. Oleh sebab itu, tingkat kekeruhan suspensi harus diperhatikan. Tingkat kekeruhan suspensi yang tepat akan menghasilkan diameter zona hambat yang baik. Apabila suspensi bakteri kurang keruh, diameter/zona hambat yang dihasilkan lebih lebar, dan bila keruh, diameter/zona hambatnya lebih sempit. Hal ini disebabkan oleh jumlah bakteri Bacillus cereus pada suspensi yang keruh lebih banyak dibandingkan suspensi yang kurang keruh.

Selain itu komposisi media juga mempengaruhi zona hambat yang terjadi pada pertumbuhan bakteri Bacillus cereus. Untuk menumbuhkan suatu mikroorganisme diperlukan suatu substrat makanan dimana media harus mengandung nutrien yang cocok, yaitu dapat berupa garam-garam anorganik dan senyawa-senyawa organik yang dibutuhkan untuk perkembangan. Substrat tersebut harus sesuai dengan ketentuan karena sangat berpengaruh pada pertumbuhan

(6)

56

bakteri yang digunakan. Pada penelitian ini media yang digunakan adalah MHA. MHA berwarna merah kecoklatan merupakan media penguji yang dilakukan untuk pengujian antibiotik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik yang telah dilakukan maka dapat ditarik suatu kesimpulan:

1. Ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dari konsentrasi 2% sudah

dapat menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus cereus.

2. Konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) yang

paling tinggi daya hambatnya adalah konsentrasi 10% yaitu terlihat pada

daerah/zona hambatan yang dihasilkan lebih besar dari konsentrasi ekstrak

lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ajizah, (2000), Sensivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun

Psidium guajava L., Bioscientiae, 1: 31-38.

Ariani, (2000), Pengenalan Bacillus spp, Jurnal Balitbang Lingkungan Laut, 24(1):31-41. Cushnie, T. P. T. andA. J. Lamb (2005), Review:

Antimicrobial activity of flavonoids. International Journal Antimicrobial Agents, 26(1):343-356.

Hidayat,(2013), Mikrobiologi Pangan Hewani-Nabati, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Imam dan Sukamto, (1998), Mikrobiologi

dalam Pengolahan dan Keamanan

Pangan, Penerbit

Alumni/1999/Bandung, Bandung.

Joshi, B., S. Lekhak, and A.Sharma, (2009), Antibacterial Property of Different

Medical Plants: Ocimum sanctum, Cinnamomum zeylanicum, Xanthoxylum armatum, and Origanum majorana. Kathmandu University, Journal

Science Englisch and Technology., 5(1):143-150.

Kurniasih, (2010), Khasiat Dahsyat Kemangi, Penerbit Pustaka Baru Press, Yogyakarta. Linda, (2000), Pertumbuhan Bakteri Perusak

Makanan, Berkala Ilmiah Bidang MIPA 2(4):49-52.

Mariyati dkk., (2007), Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi

terhadap Staphylococcus aureus dan

Eschericia coli, Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, 8(1),30-38.

Masduki, (1996), Efek Antibakteri Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu) terhadap S.aureus dan E.coli, Jurnal Cermin Dunia Kedokteran, 109(1):21-4.

Parhusip AJN, (2006), Kajian Mekanisme Antibakteri Ekstrak Andaliman

(Zanthoxylum acanthopodium D.C.) terhadap Bakteri Patogen Pangan,

Disertasi, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.

Pelezar, M.J. dan Chan, E.C.S., (1986),

Dasar-dasar Mikrobiologi, Penerbit UI

Press, Jakarta.

Pelezar, M.J. dan Chan, E.C.S., (1988), Dasar- dasar Mikrobiologi II, Universitas

Indonesia Press, Jakarta.

Purwati, (2008), Pertumbuhan Bacillus cereusdan Clostridium perfringens pada Makanan Tambahan Pemulihan yang Dikonsumsi Balita Penderita Gizi

Buruk. Jurnal Penelitian Sains, 31(1):4. Pitojo, (2008), Kemangi dan Selasih, Penerbit

Trubus Agriwidya, Yogyakarta.

Suppakul, P., Miltz, J., Sonneveld, K., dan Bigger, S. W., (2003), Antimicrobial Properties of basil and Its Possible Application in Food Packaging, Journal of Agricultural dan Food Chemistry, 51(11), 3197-3207. Syamsyudin, (2000), Aktivitas Tannin Sirih

pada Bakteri Staphylococcus epidermis, Jurnal ilmiah Bandung, 16(4):7.

Thomas dan Michael, (1991) Biology of Microorganisms, Prentice-Hall Internatonal, USA.

Gambar

Tabel 1. Diameter Daerah/Zona Hambatan Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum sanctum  L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus  cereus dalam Satuan Millimeter (mm) dengan Masa
Gambar 1. Diagram batang diameter  daerah/zona hambatan pertumbuhan bakteri  Bacillus cereus  yang diberi ekstrak daun  kemangi dengan masa inkubasi 1 x 24 jam dan  2 x 24 jam

Referensi

Dokumen terkait

Setiap 3 bulan sekali (tri wulan) Dinas Pendidikan Provinsi Lampung menerima laporan penerimaan dan penyerapan dana (LPPDI) serta laporan pengiriman dan

Strategi generasi ketiga yang merupakan cerminan dari pendekatan Demand Side Apne Aap, strategi generasi ketiga ini mencoba menyelesaikan permasalahan pada tingkat

Berdasarkan jawaban produsen tentang indikator hak-hak konsumen dalam Islam dapat dilihat dan disimpulkan bahwa produsen makanan ringan industri rumah tangga

Wasir >> Penyakit ini dapat disebut juga dengan hemoroid atau ambeien, yakni pembesaran pembuluh darah vena yang menjadi rapuh pada daerah rektum (sisi dalam

pembatasan waktu penangkapan dan penahanan, pemberian ganti rugi dan 

Sementara itu, Abas Nurga- ha, aktivis muda Partc:!.i Golkar Jabar mengatakan, masalah yang terjadi di tubuh Golkar Jabar yaitu kemandekan ka- derisasi karena Golkar merasa..

BAPETEN sebagai badan pengawas yang memiliki tujuan untuk menjamin keselamatan pekerja, masyarakat serta perlindungan terhadap lingkungan hidup memiliki beberapa

Selain itu, dengan kehadiran pelabuhan-pelabuhan di pesisir barat Sulawesi Selatan, yakni Makassar dan Parepare, serta di pesisr timur Sulawesi Selatan yakni, Pallime