• Tidak ada hasil yang ditemukan

2-1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2-1."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2.

LANDASAN TEORI

2.1. Ilmu Faroidl

2.1.1 Sekilas Ilmu Faroidl

Faroidh merupakan bentuk jamak dari kata faridlah yang berasal dari kata faridhah yang berasal dari kata al-fardl dan memiliki arti ketentuan (al-taqdir). Selain dinamakan ilmu faroidl, ilmu yang mempelajari hukum waris ini juga disebut dengan ‘ilm al-mirats atau ilmu mawaris . Ilmu faroidl adalah ilmu yang membahas tentang peralihan hak milik terhadap harta kekayaan dalam hal ini penentuan siapa-siapa saja yang berhak menjadi ahli waris, berapa bagian masing-masing ahli waris, kapan harta peninggalan (tirkah) itu bisa dibagi dan bagaimana cara pembagian harta peninggalan.

Dari pengertian di atas bisa disimpukan bahwa ilmu ini membicarakan tentang harta waris yang telah ditentukan kadarnya secara pasti maka diklangan para fuqaha (ahli fiqih) lebih dikenal dengan nama faradl yaitu ilmu fiqih yang berkaitan dengan pembagian harta waris.

Harta warisan kadang-kadang disebut harta peninggalan atau tirkah dalam istilah ilmu faroidl. Menurut para ulama tirkah memiliki arti yang sangat luas yaitu segala sesuatu yang ditinggalkan oleh mayit yang mencakup seluruh harta dari tanggungan yang berpautan dengan orang lain, termasuk harta yang digunakan untuk pengurusan kematian dari si mayit, untuk pelunasan hutang-hutang mayit, serta pelasanaan wasiat dari mayit. Sedangkan mauruts adalah sisa harta peninggalan mayit yang telah digunakan untuk membayar tanggungan-tanggungan mayit. Sisa inilah yang akan dibagikan kepada selruh ahli waris.

2.1.2 Dasar-DasarWaris Mewaris

Masalah pembagian harta waris di dalam agama Islam telah ditetapkan dalam Al-Quran tepatnya pada surat Al- Ahzab ayat 6 yang artinya:

(2)

“Dan orang-orang yang memiliki hubungan darah sebagiannya adalah lebih berhak daripada sebagian yang lain di dalam kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang muhajirin kecuali jika kamu ingin berbuat baik kepada saudar-saudaramu” (QS. Al-ahzab:6)

Adapun dasar-dasar kewarisan menurut hukum Islam atau yang disebutjuga Ashabul Mirats ada 3 (tiga) yaitu:

1. Qarabah (Ikatan hubungan darah)

Qarabah adalah dasar pewarisan yang utama atau sanak kerabat. Pertalia lurus ke atas disebut dengan ushul, yaitu leluhur yang menyebabkan adanya (lahirnya) mayit, termasuk inu, bapak, kakek, nenek, dan seterusnya.

Pertalian lurus ke bawah disebut dengan furu’, yaitu anak keturunan dari mayit seperti anak, cucu, dan seterusnya.

Ahli waris sebagai hubungan kerabat, bila ditinjau dari segi bagian penerimaannya dapat digolongkan menjadi 4 (empat) macam yaitu:

a. Ashabul Furudh Nasabiyah

Yaitu golongan ahli waris yang mendapatkan bagian-bagian tertentu, misalnya 1/2 (setengah), 1/3 (Satu per tiga), 1/6 (satu per enam), 1/8 (satu per delapan) dan seterusnya.

b. Ashabah Nasabiyah

Yaitu golongan ahli waris yang tidak memperoleh bagian terrtentu, tetapi mendapatkan sisa dari golongan ashabul

furudh. Bila ashabul furudh tidak ada, ashobah

mendapatkan seluruh harta warisan, tetapi jika harta warisan habis dibagi oleh ashabul furudh, ashobah tidak mendapatkan warisan.

c. Ada golongan yang mendapatkan Ashabul furudh dan ashabah bersama-sama

(3)

Yaitu kerabat yang agak jauh nasabnya dengan mayit. Golongan ini tidak termasuk golongan di atas.

Mushoharoh

Pernikahan yang sah menurut hukum Islam menyebabkan adanya saling mewarisi antara suami dan istri, apabila diantra keduanya ada yang meninggal pada saat pernikahannya masih utuh atau dianggap utuh (talak rah’i yang masih iddah). Suaami dan istri mendapat urudhul muqaddarah yang telah ditetapkan oleh syara’ yakni 1/2, 1/4, 1/8.

Wala’

Maksud dari wala’ adalah kerabat yang timbul karena telah membebaskan seorang budak. Apabila seseorangmemiliki budak lalu membebaskan budak tersebut, maka orang tersebut telah merubah status hukum orang sebeumnya kurang baik tingkahnya menjadi baik tingkahnya, termasuk dalam memiliki dan pengelolaan harta bendanya sendiri. Oleh karena sekarang tidak ada lagi perbudakan seperti zaman dahulu, maka wala’ sudah tidak ada.

2.1.3 Syarat Dan Rukun Waris 1. Rukun Waris Mewaris

Rukun atau sesuatu yang harus ada dari waris mewaris ada 3 (tiga) macam yaitu:

Al-Muwarits, yaitu orang yang meninggal dunia, baik hakiki

atau meninggal hukmi yaitu suatu kematian yang dinyatakan oleh hukum karena adanya beberapa pertimbangan.

Al-warits, yaitu orang yang akan mewarisi harta warisan dari mayit lantaran memiliki dasar/sebab kewarisan, seperti karena adanya hubungan nasab atau perkawinan atau hak perkawinan dengan mayit.

(4)

Mauruts, yaitu harta peninggalan mayit yang sudah bersih dari hutang mayit, biaya pengurusan jenazah, dan bwasiyat mayit yang tidak lebih dari 1/3 dari jumlah gharta warisan mayit.

2. Syarat Waris Mewaris

Tujuan adanya syarat-syarat waris mewaris adalah agar ahli waris berhak menerima warisan ada 3 (tiga) yaitu:

 Meninggalnya muwarits (Orang yang mewariskan harta/mayit) Sebagai akibat kematian muwarrits adalah bahwa warisannya beralih dengan sendirinya kepada ahli waris dengan persyaratan tertentu.

 Hidupnya ahli waris disaat kemartian muwarits

Ahli waris yang akan menerima harta warisan disyaratkan harus benar-benar hidup pada saat muwaritsnya meninggal dunia. Persyaratan ini penting terutama pada ahli waris yang mafqud (hilang tidak diketahui beritanya) dan anak yang masih dalam kandungan ibunya, apakah ketika muwaritsnya meninggal dunia dia sudah hidup di dalam kandungan muwarits atau belum.

 Tidak adanya penghalang waris

Ahli waris yang akan menerima warisan harus diteliti terlebih dahulu apakah ada yang menggunakan haknya yang berupa salah satu dari perbudakan, pembunuhan, dan berbeda agama.

2.1.4 Hal Menggugurkan Untuk Mendapatkan Harta Waris

Ada 3 (tiga) hal yang bisa menggugurkan para ahli waris untuk mendapatkan harta warisan dari muwarrits (mayit), yaitu:

1. Pembunuhan

Para ulama sepakat berpendapat bahwa jika muwarits (pewaris/mayit) meninggal karena dibunuh oleh ahli warisnya, maka ahli waris yang

(5)

melakukan pembunuhan tersebut tidak mendapatkan harta warisan dari pewaris.

2. Berbeda Agama

Jika ahli waris merupakan seorang budak, maka statusnya tidak bisa menjadi ahli waris, karena dipandang tidak pandai mengurusi harta dan telah putus hubungan kekeluargaan dengan saudar-saudaranya. Bahkan ada yang memandang status budak adalah milik tuannya dan ia juga tidak berhak mendapatkan warisan dari tuannya, sebab ia sendiri dan segala harta yang ada padanya adalah milik tuannya.

3. Perbudakan

Seorang budak tidak bisa menjadi ahli waris karena dipandang tidak mampu mengurusi harta dan telah putus hubungan kekeluargaan dengan kerabatnya. Bahkan ada yang memandang budak statusnya sebagai harta milik tuannya. Dan ia juga tidak dapal mewariskan harta peninggalannya, sebab ia sendiri dan segala harta yang ada pada dirinya adalah milik tuannya.

2.1.5 Harta Peninggalan Sebelum Dibagi

Harta peninggalan dari orang yang meninggal sebelum dibagikan kepada para ahli waris harus dibersihkan terlebih dahulu dari beberapa keperluan tertentu, yakni:

1. Biaya perawatan jenazah(tahjiz)

Yang dimaksud dengan biaya perawatan jenazah disini ialah seluruh biaya yang diperlukan untuk proses pengurusan jenazah dimulai pada saat jenazah meninggal sampai proses penguburan jenazah, seperti biaya memandikan jenazah, kafan, mengusung dan mengukuburkan jenazah, semuanya diambil dari harta jenazah.

2. Pelunasan hutang-hutanng mayit

Seluruh hutang-hutang yang dimiliki oleh mayit semasa hidupnya dan belum sempat dibayarkan, maka hutang-hutangnya harus dibayarkan dengan harta peninggalan mayit. Dan hutang harus segera dibayarkan setelah selesai biaya tahjiz.

(6)

3. Pelaksanaan wasiat

Wasiat di sini adalah pemberian sesuatu dengan maksud kebaikan yang pelaksanaannya ditangguhkan setelah pemberi meninggal dunia. Sesuatu itu bisa berupa harta atau manfaat yang diambil dari harta peninggalan pemberi yang telah meninggal dunia. Wasiat tersebut harus dipenuhi dan diambilkan dari harta peninggalannya setelah tahjiz selesai dan seluruh hutang dilunasi. Wasiat tersebut jumlahnya tidak boleh lebih dari 1/3 harta pemberi, meskipun pemberi menghendaki/berwasiat lebih dari 1/3.

2.1.6 Ahli Waris Dan Bagiannya 1.Ahli waris

Orang-orang yang boleh (mungkin) mendapat harta waris dari seseorang yang meninggal dunia ada 25 orang, 15 diantaranya dari pihak laki-laki dan 10 Orang dari pihak perempuan :

A. Dari pihak laki-laki: 1. Anak laki-laki

2. Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu) dari pihak laki-laki dan seterusnya ke bawah

3. Bapak

4. Kakek dari pihak bapak, dan seterusnya ke atas. 5. Saudara laki-laki kandung

6. Saudara laki-laki sebapak 7. Saudara laki-laki seibu

8. Anak laki-laki dari Saudara laki-laki kandung 9. Anak laki-laki dari saudara sebapak

10.Saudara laki-laki bapak (paman) yang sekandung 11. Saudara laki-laki bapak yang sebapak

12. Anak laki-laki Saudara laki-laki bapak (paman) yang sekandung

(7)

14.Suami

15.Laki-laki yang memerdekakannya mayit dari perbudakan

Jika 15 orang tersebut ada semua, maka yang mendapat harta warisan dari mereka semua hanya ada 3 saja, yaitu:

3. Bapak

4. Anak laki-laki 5. Suami

B. Dari pihak Perempuan 1. Anak perempuan

2. Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah, asal pertaliannya dengan yang meninggal masih terus laki-laki

3. Ibu

4. Ibu dari bapak

5. Ibu dari ibu terus ke atas pihak ibu sebelum berselang laki-laki

6. Saudar perempuan yang kandung 7. Saudara perempuan yang sebapak 8. Saudara perempuan yang seibu 9. Istri

10. Perempuan yang memerdekakannya dari perbudakan. Jika 10 orang tersebut ada semua, maka yang mendapat harta warisan dari mereka semua hanya ada 5 saja, yaitu:

1. Istri

2. Anak perempuan

3. Anak perempuan dari anak laki-laki 4. Ibu

(8)

Sekiranya dari 25 orang di atas dari pihak laki-laki dan dari pihak perempuan semuanya ada, maka yang pasti mendapat hanya salah seorang dari suami/istri, bapak dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Alasan satu persatu akan dijabarkan dengan menerangkan nasib (bagian) secara satu persatu.

Anak yang berada dalam kandungan ibunya juga mendapat bagian dari keluarganya yang meninggal dunia dewaktu dia masih berada dalam kandungan ibunya.

C. Ahli waris yang menghabiskan semua harta yagtertentu atau semua sisa.

Sebagian ahli waris mendapatkan bagian tertentu saja, sepertiga atau seperempat tidak boleh lebih, meskipun harta masih tersisa banyak. Tetapi ada sebagian lain yang berhak mengambil semua harta atau sisa dari ketentuan yang ada. Orang yang berhak menghabiskan semua harta itu diatur menurut susunan berikut ini.

1. Anak Laki-laki

2. Anak laki-laki dari anak laki-laki 3. Bapak

4. Bapak dari bapak (kakek) 5. Saudara laki-laki kandung 6. Saudara laki-laki yang sebapak

7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung 8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak

9. Paman dari bapak yang seibu sebapak kemudia sebapak 10.Anak laki-laki dari paman pihak bapak tadi

11.Orang yang memerdekakan mayit

Jika anak laki-laki bersama-sama anak perempuan, maka keduanya bersama-sama mengambil semua harta atau semua sisa yang ada. Pembagian keduanya adalah bagian dari setiap anak laki-laki yaitu dua kali bagian dari setiap anak perempuan.

(9)

“Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan.” (Qs. An-Nisa / 4 : 11) D. Perempuan yang menghabiskan semua harta atau semua sisa

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, orang yang berhak mengambil semua harta atau sisa ada sepuluh orang, semuanya laki-laki kecuali perempuan yang memerdekakan mayit. Perempuan juga mungkin ikut menghabiskan semua harta atau sisa jika bersa dengan saudara laki-lakinya. Empat orang dari sepuluh tadi dapat menarik saudara perempuan masing-masing untuk bersama-sama mengambil semua harta atau sisa harta yaitu:

1. Anak laki-laki dapat menarik saudara perempuannya untuk mengambil semua harta atau semua sisa dari ketentuan yang ada. Berarti jika tidak ada anak laki-laki, perempuan harus mengambil dengan jalan ketentuan dan dengan adanya anak laki-laki, anak perempuan tidak boleh mengambil dengan ketentuan, tetapi ia pasti mengikuti saudara lakilakinya dengan jalan menghabiska semua harta atau sisanya.

2. Anak laki-laki dari anak laki-laki juga dapat menarik saudaranya yang perempuan untuk bersama mengambil semua harta atau semua sisa dari ketentuan yang ada. 3. Saudara laki-laki seibu sebapak juga dapat membawa

saudaranya yang perempuan untuk turut mengambil semua harta atau semua sisanya.

4. Saudara laki-laki sebapak dapat membawa saudaranya yang perempuan guna bersama-sama mengambil semua harta atau semua sisanya.

Cara pembagian harta waris antara dua orang bersaudara ini (laki-laki dan perempuan) hendaklah tiap (laki-laki-(laki-laki mendapat dua kali dari

(10)

bagian tiap-tiap perempuan. Misalkan anak perempuan hanya seoarang. Maka hendaklah harta pusaka itu dibagi menjadi tiga bagian, dua bagian (2/3) untuk anak laki-laki dan satu bagian (1/3) untuk anak perempuan. Kalau anak laki-laki hanya seorang dan anak perempuan ada dua orang, harta pusaka hendaklah dibagi empat, dua bagian (2/4) untuk anak laki-laki, dan tiap perempuan mengambil satu bagian (1/4).

Allah SWT. berfirman dalam surat An-Nisa ayat 176, yang artinya:

“Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan.” (Qs. An-Nisa / 4 : 176) Dalam uraian diatas jelaslah ahli waris itu ada yang mendapat bagian yang tertentu, ada pula yang bisa menghabiskan semua harta pusaka atau semua sisa. Ketentuan-ketentuan yang telah diterangkan oleh Allah SWT dalam kitab suci (Al-quran) ada enam yaitu seperdua (1/2), seperempat (1/4), seperdelapan (1/8), duapertiga (2/3), sepertiga (1/3) dan seperenam (1/6). Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu.

2. Furudhul Muqoddaroh

A. Ahli waris yang mendapatkan setengah

 Anak permpuan apabila dia sendiri tidak bersama-sama saudaranya. Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 11 yang artinya:

“Jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separuh harta “. (Qs. An-Nisa / 4 : 11)

 Anak perempuan dari anak laki-laki, apabila tidak ada anak perempuan.

(11)

 Saudara perempuan yang seibu sebapak atau sebapak saja, apabila saudara perempuan seibu sebapak tidak ada dan ia hanya seorang saja. Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayaat 176, yang artimya:

“Mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya” (Qs. An-Nisa /4 : 176)

 Suami, apabila istrinya yang meninggal dunia itu tidak meninggalkan anak, baik laki-laki maupun perempuan

“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak ” (Qs. An-Nisa / 4 : 12)

B. Ahli waris yang mendapatkan seperemapat harta

 Suami, apabila istrinya yang meninggal dunia itu meninggalkan anak, baik laki-laki maupun perempuan, atau meninggalkan anak dari anak laki-laki, baik laki-laki maupaun perempuan

“Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya “. ( Qs. An-Nisa /4 : 12)

 Istri, baik hanya satu orang maupun berbilang, jika suami tidak meninggalkan anak (baik anak laki-laki maupun perempan). Maka apabila istri itu berbilang, seperempat itu dibagi rata antara mereka

(12)

“Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak . “(Qs. An-Nisa / 4 : 12)

C. Ahli waris yang mendapatkan seperdelapan harta

Istri, baik satu maupun berbilang, mendapat harta waris dari suaminya seperdelapan dari harta kalau suaminya yang meninggal dunia itu meninggalkan anak, baik laki-laki maupaun perempuan

“Jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan” (Qs. An-Nisa / 4: 12)

3. Ahli waris yang mendapatkan dua pertiga harta

1) Dua orang anak perempuan atau lebih, dengan syarat apabila tidak ada anak laki-laki. Berarti apabila anak perempuan berbilang, sedangkan anak laki-laki tidak ada, maka mereka mendapat 2/3 dari harta yang ditinggalkan oleh bapak mereka.

“Dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan” (Qs. An-Nisa / 4:11)

2) Dua orang anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki, apabila anak perempuan tidak ada, berarti anak perempuan dari anak laki-laki yang berbilang itu, mereka mendapat warisan dari kakek mereka sebanyak duapertinga dari harta. Hal itu beralasan pada qias, yaitu diqiaskan dengan anak perempuan, karena hukum cucu (anak dari anak laki-laki) dalam beberapa perkara seperti anak sejati.

(13)

3) Saudara perempuan yang seibu sebapak apabila berbilang (dua atau lebih). Allah SWT berfirman dalam surat Am-Nisa ayat 176 yang artinya:

“Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal” (Qs. An-Nisa/ 4 176)

Yang dimaksud dua orang yang disebut dalam ayat itu ialah dua orang atau lebih, karena ayat tersebut ditafsirkan oleh hadits jabir. Ia berkata “saya telah mengadukan hal saya kepada Rasulullah SAW. Berhubunng saya mempunyai 7 orang saudara perempuan. Saya katakan kepada Nabi SAW, bagaimana harta saya kalau saya mati berapakah saudara saya yang tujuh itu mendapat pusaka dari saya? Rasulullah SAW bersabda:

“Allah telah menurunkan hukum pusaka saudara perempuanmu yang tujuh orang itu, dan Allah telah menerangkan bahwa mereka mendapat dua pertiga dari hartamu”

Dengan hadist ini jelaslah bagi kita bahwa yang dimaksud dua orang dalam ayat itu adalah berbilang, dua atau lebih.

4) Saudara perempuan yang sebapak, dua orang atau lebih, keterangannya adalah surat Annisa ayat 176 yang tersebut diatas, karena yang dimaksud saudara dalam ayat tersebut ialah saudara seibu sebapak atau saudara sebapak saja apabila saudara perempuan seibu sebapak tidak ada.

4. Ahli waris yang mendapat sepertiga harta

1) Ibu, apabila yang meninggal tidak meninggalkan anak atau cucu (anak dari anak laki-laki), dan tidak pula meninggalkan dua

(14)

orang saudara, baik seibu sebapak ataupun sebapak saja. Firman Allah:

“Jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam” (Qs. An-Nisa / 4:11)

2) Dua orang saudara atau lebih dari saudara yang seibu, baik laki-laki maupun perempuan.

“Tetapi jika Saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu” (Qs. An-Nisa / 4:12 )

5. Ahli waris yang mendapat seperenam harta

1) Ibu, apabila ia beserta anak, beserta anak dari anak laki-laki, atau beserta dua saudara atau lebih, baik saudara laki-laki maupun perempuan, seibu sebapak, sebapak saja, seibu saja.

“Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak” (Qs. An-Nisa / 4:11)

2) Bapak si mayit, apabila yang meninggal mempunyai anak atau anak dari anak laki-laki (keterangannya surat Annisa ayat 11 diatas)

3) Nenek, ibu dari ibu atau ibu dari bapak, kalau ibu tidak ada, hal ini beralasan pada hadist yang diriwayatkan zaid, yaitu :

(15)

“Sesungguhnya Nabi SAW menetapkan bagian nenek seprenam dari harta”

4) Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki, (anak perempuan dari anak laki-laki). Mereka mendapat seperenam dari harta, baik sendirian ataupun berbilang, apabila bersama-sama seorang anak perempuan. Tetapi bila anak perempuan itu berbilang, maka cucu perempuan tadi tidak mendapat pusaka.

“Nabi SAW telah memberikan seperenam untuk seorang anak perempuan dari anak laki-laki yang beserta seorang anak perempuan”

5) Kakek (bapak dari bapak) apabila beserta anak atau anak dari anak laki-laki, sedangkan bapak tidak ada. (keterangan berdasar ijma ulama).

6) Untuk seorang saudara yang seibu (baik laki-laki maupun perempuan).

“Dan apabila si mayat mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta” (Qs. An-Nisa / 4:12)

7) Saudara perempuan yang sebapak saja, baik sendiri maupun berbilang. Apabila beserta saudara perempuan yang seibu sebapak. Adapun apabila seibu sebapak berbilang (dua atau lebih) maka saudara sebapak tidak mendapat harta.

6. Hijab (Sebab tidak mendapat harta)

Orang-orang tersebut diatas semua tetap mendapat harta warisan menurut ketentuan-ketentuan yang telah disebutkan, kecuali bila ada

(16)

ahli waris yang lebih dekat ikatannya kepada mayit daripada mereka. Karena itu mereka terhalang, tidak mendapat seperti ketentuan, tetapi bagiannya menjadi kurang, bahkan mungkin tidak mendapat sama sekali. Di bawah ini akan diterangkan orang-orang yang tidak mendapat warisan, atau bagiannya menjadi kurang karena ada yang lebih dekat ikatannya kepada si mayat daripada mereka (Rasjid, Sulaiman. H, 2007 : 363).

a. Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak), tidak mendapat warisan karena ada ibu, sebab ibu lebih dekat ikatannya kepada si mayat daripada nenek. Maka selama ibu masih ada nenek tidak mendapat warisan, begitu pula kakek tidak mendapat warisan selama bapak masih ada, karena bapak lebih dekat ikatannya kepada mayit daripada kakek.

b. Saudara seibu, tidak mendapat harta warisan karena adanya orang-orang daibawah ini :

1. Anak laki-laki dan anak perempuan 2. Anak laki-laki dan anak perempuan 3. Bapak

4. Kakek

c. Saudara sebapak, tidak mendapat harta warisan dengan adanya salah seorang dari empat orang berikut :

1. Bapak

2. Anak laki-laki

3. Anak laki-laki dari anak laki-laki (cucu laki-laki) 4. Bapak

5. Kakek

6. Saudara yang seibu dan sebapak (saudara kandung)

Apabila ada salah seorang dari empat orang tersebut, saudara sebapak tidak mendapat pusaka, karena mereka yang empat

(17)

itu lebih dekat dan lebih kuat ikatannya kepada mayit dari pada saudara yang sebapak saja. Sabda Rasulullah SAW:

“Berikan harta pusaka itu kepada ahlinya menurut ketentuan satu persatunya, kalau masih sisa, maka untuk keluarga laki-laki yang terdekat” (Sepakat Ahli Hadist)

Bapak, anak, dan anak laki-laki dari anak laki-laki jelas lebih dekat kepada yang meninggal daripada saudara yanng sebapak saja. Adapun saudara seibu sebapak, lebih kuat pertaliannya karena pertaliannya dari dua belah pihak.

Sabda Rasulullah SAW:

“Bani Adam (saudara seibu sebapak) ditentukan saling mempusakai selain saudara sebapak keatas” (Riwayat Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

7. Saudara seibu sebapak (saudara kandung) tidak mendapat harta waris dengan adanya salah satu dari tiga orang di bawah ini:

a. Anak

b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki c. Bapak

Tiga tingkat laki-laki berikut ini mendapatkan warisan, tetapi saudara peempuan mereka tidak mendapat warisan, yaitu:

1. Saudara laki-laki bapak (Paman dari pihak bapak) mendapat warisan, tetapi sauda perempuan bapak 9bibi) tidak mendapatkan warisan.

2. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (anak laki-laki paman dari pihak bapak/sepupu laki-laki mayit) mendaptkan warisan, tetapi anak perempuannya tidak mendapatkan warisan.

(18)

3. Anak-laki-laki saudara laki-laki (keponakan laki-laki) mendapat warisan, tetapi anak perempuannya (keponakan perempuan) tidak mendapat pusaka.

8. ‘Aul

‘Aul adalah jumlah beberapa ketentuan lebih banyak daripada suatu bilangan, atau berarti jumlah pembilang dari beberapa ketentuan lebih banyak daripada kelipatan persekutuan terkecil dari penyebut-penyebutnya. Misalkan ahli waris adalah suami dan dua orang saudara perempuan seibu sebapak (saudara perempuan kandung) maka suami mendapat ketentuan 1/2, dua saudara perempuan mendapat 2/3, sedangkan kelipatan persekutuan terkecil 2 dan 3 adalah 6. Kita jadikan 3/6 untk suami dan 4/6 untuk kedua saudara perempuan. Jadi jumlah pembilang keduanya adalah 7, sedangkan penyebut keduanya adalah 6, di sini jelas bahwa pembilang lebih banyak daripada penyebut. Apabila terdapat massalah seperti ini hendaklah kita bagi 7 bagian untuk suami dan empat bagian untuk kedua saudara permpuan, sebenanya kedua macam ahli waris ini tidak mengambil seperti ketentuan masing-masing, tetapi keadilan memaksa menjalankan seperti tersebut (Rasjid, Sulaiman. H, 2007:367)

Contoh yang kedua adalah istri, ibu dua saudara seibu sebapak atau sebapak dan saudara seibu (baik perempuan atau laki-laki). Ketentuan masingmasing adalah, istri mendapat 1/4, ibu mendapat 1/6, dua saudara perempuan mendapat 2/3, dan seoarng saudara seibu mendapat 1/6. kelipatan persekutuan terkecil dari penyebut beberapa ketentuan tersebut adalah 12, kita atur sebagai berikut: 1/4 +1/6 +2/3 +1/6 = 3/12 +2/12+8/12+2/12 = 15/12. Jadi harta perlu kita bagi 15 bagian: 3 bagian dari 15 bagian untuk istri, 2 bagian untuk ibu, 8 bagian untuk kedua saudara perempuan dan 2 bagian untuk saudara seibu. Berarti tiap-tiap bagian itu dihitung dari 15, bukan dari 12; sedangkan ketentuan masing-masing hendaklah diambil dari 12, tetapi dalam masalah ‘Aul masing-masing hanya mengambil dari 15. Inilah yang dimaksud ‘Aul. Terjadinya karena banyak ahli waris sehingga jumlah ketentuan mereka lebih

(19)

banyak daripada satu bilangan, buktinya pembilang lebih banyak daripada penyebut.

‘Aul ini dijalankan berdasarkan ijtihad para sahabat, sebab pada zaman Rasulullah SAW hal ini belum pernah terjadi. Mula-mula terjadi ‘Aul di masa khalifah kedua (Umar bin Khattab). Beliau menerima pengaduan dari keluarga seseorang yang baru meninggal dunia. Dia meninggalkan suami dan dua orang saudara perempuan, seperti pada contoh pertama diatas, khalifah berkata: “ kalau saya berikan hak suami sesuai ketentuannya, tentu hak dua orang saudara itu tidak cukup, begitu juga sebaliknya, kalau hak dua orang saudara perempuan diberikan lebih dulu, tentu hak suamipun tidak cukup. “ beliau terus bermusyawarah dengan sahabat-sahabat yang lain. Hasil permusyawarahan beliau-beliau itu dimaksudkan untuk menjaga keadilan serta meningkatan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam kitab suci. Maka dijalankan secara ‘Aul, seperti jalan yang telah diterangkan di atas.

9. Radd

Apabila hanya ada ahli waris yang mendapat ketentuan saja, (berarti) tidak ada yang dapat menghabiskan semua harta atau semua sisa, sedangkan sudah kadar ketentuan diberikan, harta masih ada sisanya. Sisa itu hendaklah dibagi kembali kepada ahli waris yang ada itu. Pembagian kembali antara mereka hendaklah menurut ketentuan masing-masing pula, kecuali suami dan istri, keduanya tidak berhak lagi mengambil bagian dari sisa itu, berarti keduanya tidak berhak mengambil lebih dari ketentuan masing-masing yang telah ditetapkan dalam Al-Quran.

Kalau diantara ahli waris ada salah seorang dari suami atau istri, maka bagian suami atau istri itu hendaklah dikeluarkan lebih dahulu, kemudian sisanya dibagi antara ahli waris yang berhak mengambil sisa karena suami atau istri tidak diizinkan mengambil lagi yang lebih dari ketentuan masing-masing.

(20)

2.2. HTML (Hypertext Markup Language) 2.2.1 Pengertian HTML

HTML merupakan singkatan dari Hypertext Markup Language yakni bahasa pemrograman yang digunakan untuk membuat suatu halaman web, menampilkan berbagai macam informasi di dalam web browser. HTML bermula dari sebuah Bahasa yang sebelumnya banyak digunakan dalam dunia penerbitan dan percetakan yang disebut dengan SGML (Standard Generalized Markup Language).

HTML merupakan sebuah standar yang digunakan secara luas untuk menampilkan halaman web. HTML saat ini merupkan standar internet yang didefinisikan dan dikendalikan penggunaannya oleh W3C (World Wide Web Consortium)

2.2.2 Sejarah HTML

Pada tahun 1980 seorang ahli fisika, Tim Berners-Lee, dan juga seorang kontraktor di CERN (Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir) mengusulkan dan menyusun ENQUIRE, sebuah sistem untuk ilmuwan CERN dalam membagi dokumen. Sembilan tahun kemudian, Berners-Lee mengusulkan adanya sistem markah berbasis internet. Berners-Lee menspesifikasikan HTML dan menulis jaringan beserta perangkat lunaknya di akhir 1990. Pada tahun yang sama, Berners-Lee dan Robert Cailliau, insinyur sistem data CERN berkolaborasi dalam sebuah permintaan untuk pendanaan, namun tidak diterima secara resmi oleh CERN. Di catatan pribadinya sejak 1990 dia mendaftar "beberapa dari banyak daerah yang menggunakan hypertext" dan pertama-tama menempatkan sebuah ensiklopedia.

Penjelasan pertama yang dibagi untuk umum dari HTML adalah sebuah dokumen yang disebut "Tanda HTML", pertama kali disebutkan di Internet oleh Tim Berners-Lee pada akhir 1991. Tanda ini menggambarkan 18 elemen awal mula, versi sederhana dari HTML. Kecuali untuk tag hyperlink, yang sangat dipengaruhi oleh SGMLguid, in-house Standard Generalized Markup Language (SGML) berbasis format dokumen di CERN. Sebelas elemen ini masih ada di HTML 4.

(21)

HTML adalah bahasa markah yang digunakan peramban untuk menafsirkan dan menulis teks, gambar dan bahan lainnya ke dalam halaman web secara visual maupun suara. Karakteristik dasar untuk setiap item dari markah HTML didefinisikan di dalam peramban, dan karakteristik ini dapat diubah atau ditingkatkan dengan menggunakan tambahan halaman web desainer CSS.

Banyak elemen teks ditemukan di laporan teknis ISO pada tahun 1988 TR 9537 Teknik untuk menggunakan SGML, yang pada gilirannya meliputi fitur bahasa format teks awal seperti yang digunakan oleh komandan RUNOFF dikembangkan pada awal 1960-an untuk sistem operasi: perintah-perintah format ini berasal dari perintah yang digunakan oleh pengetik untuk memformat dokumen CTSS secara manual. Namun, konsep SGML dari markah umum didasarkan pada unsur-unsur daripada hanya efek cetak, dengan pemisahan struktur dan markah juga; HTML telah semakin bergerak ke arah ini dengan CSS.

2.3. JavaScript

2.3.1 Pengertian JavaScript

JavaScipt merupakan bahasa pemrograman komputer yang dinamis. Biasanya sering digunakan pada web browser untuk menciptakan halaman web yang menarik, interaktif, serta merapkan berbagai fungsi pada halaman web. Javascript merupakan salah satu pemrograman web yang harus kita pelajari (selain HTML dan CSS).

2.3.2 Sejarah JavaScript

Javascript diperkenalkan pertama kali oleh Brendan Eich yang bekerja di Netscape pada tahun 1995. Pada awalnya bahasa ini dinamakan “LiveScript” yang berfungsi sebagai bahasa sederhana untuk browser Netscape Navigator 2. Kemudian sejalan dengan sedang giatnya kerjasama antara Netscape dan Sun (pengembang bahasa pemrograman “Java” ) pada masa itu, maka Netscape memberikan nama “Javascript” kepada bahasa tersebut pada tanggal 4 desember 1995.

(22)

Oleh karena ada banyak perusahaan yang mengembangan, bahasa ini kemudian distandarkan dengan nama ECMAScript oleh Netscape melalui Organisasi Internasional ECMA. Standar ini dipublikasikan pertama kali pada bulan Juni 1997 dengan nama dokumen Spesifikasi ECMA-262. Saat ini standar ini telah mencapai rilis Edisi ke-5.1, yang dipublikasikan pada bulan Juni 2011. Setiap browser saat ini memiliki implementasi sendiri-sendiri untuk ECMAScript ini, diantaranya Internet Explorer dengan JScript, Opera dengan ECMAScript, dan Mozilla Firefox, Google Chrome termasuk juga Safari dengan nama Javascript.

Selain di browser, sekarang Javascript juga sudah diterapkan pada banyak aplikasi lainnya seperti Windows 8 Apps (.Net Framework), Adobe Flash ActionScript, KDE Desktop Environment, Node.js, Qt QML, JQuery Mobile, Firefox OS, Ubuntu Touch dan masih banyak lagi kemungkinan implementasi lainnya.

2.3.3 Cara Kerja JavaScript

Javascriptbukan sebuah compiled language, artinya javascript tidak memerlukan sebuah compiler agar kode yang ada di dalamnya bisa dijalankan. Kode dari JavaScript langsung diterjemahkan oleh web browser. Agar dapat menjalankan JavaScript, web browser harus support dengan JavaScript. Javascript biasanya ditulis pada dokumen HTML atau dengan membuat file terpisah yang kita hubungkan dengan dokumen HTML. Untuk penulisan Javascript di dalam dokumen HTML, penulisan scriptnya bisa kita tulis di dalam tag <head> </head> atau di dalam tag <body></body>. Cara penulisannya ada dengan menuliskan tag <script type="text/javascript>Kode Javascript </script>. Sedangkan apabila kita menggunakan file Javascript yang terpisah, kita bisa menambahkan tag <script type="text/javascript" src="filejavascript.js"></script>.

2.4. CSS (Cascading Style Sheets) 2.4.1 Pengertian CSS

CSS adalah singkatan dari Cascading Style Sheets. Berisi rangkaian instruksi yang menentukan bagaimana suatu text akan tertampil di

(23)

halaman web. Perancangan desain text dapat dilakukan dengan mendefinisikan huruf (fonts), warna (colors), ukuran (margins), latar belakang (background), ukuran (sizes), dan jarak (spacing) disebut juga “style”. Cascadding Style Sheets juga bias berarti meletakkan style yang berbeda pada lapisan (layers) yang berbeda.

CSS terdiri dari style sheet yang memberitahukan browser bagaimana suatu dokumen akan disajikan. Fitur-fitur baru pada halaman web lama dapat ditambahkan dengan bantuan style sheet.

2.4.2 Sejarah CSS

Nama CSS didapat dari fakta bahwa setiap deklarasi style yang berbeda dapat diletakkan secara berurutan, yang kemudian membentuk hubungan ayah-anak (parent-child) pada setiap style. CSS sendiri merupakan sebuah teknologi internet yang direkomendasikan oleh World

Wide Web Consortium atau W3C pada tahun 1996.Setelah CSS

distandarisasikan, Internet Explorer dan Netscape melepas browser terbaru mereka yang telah sesuai atau paling tidak hampir mendekati dengan standar CSS.

2.4.3 Versi CSS

Untuk saat ini terdapat tiga versi CSS, yaitu CSS1, CSS2, dan CSS3. CSS1 dikembangkan berpusat pada pemformatan dokumen HTML, CSS2 dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan terhadap format dokumen agar bisa ditampilkan di printer, sedangkan CSS3 adalah versi terbaru dari CSS yang mampu melakukan banyak hal dalam desain website. CSS2 mendukung penentuan posisi konten, downloadable, huruf font, tampilan pada tabel /table layout dan media tipe untuk printer. Kehadiran versi CSS yang kedua diharapkan lebih baik dari versi pertama dan kedua.

CSS3 juga dapat melakukan animasi pada halaman website, di antaranya animasi warna hingga animasi 3D. Dengan CSS3 desainer lebih dimudahkan dalam hal kompatibilitas websitenya pada smartphone dengan dukungan fitur baru yakni media query. Selain itu, banyak fitur baru pada

(24)

CSS3 seperti: multiple background, radius, drop-shadow, border-image, CSS Math, dan CSS Object Model.

2.5APLIKASI-APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARIS

Sebagai perbandingan dan referensi, maka akan dijelaskan beberpa aplikasi pembagian harta waris yang telah dibuat oleh beberapa orang sebelumnya, diantaranya yaitu:

1. IRTH

Program IRTH ini dipublikasikan oleh Dr. Ayman Abu-Mustofa melalui situs: http://www.islamicsoftware.org/.

Program IRTH ini berdasarkan buku "Fiqh Sunnah" karya Assayyed Sabiq. Program ini diuji terhadap lebih dari 160 kasus, diantaranya adalah semua kasus yang terdapat dalam daftar booklet ISNA "Wasiat Terakhir dan Testamen". Juga diuji pada tantangan mahsyur Shafii, Shuraih, Ali, Umar dan Abu Bakar.

Kelebihan dari program ini adalah dalam program ini dimungkinkan untuk menghitung bagian waris berdasarkan mazhab-mazhab yang berbeda.

Adapun kekurangan dari program ini adalah tampilanaplikasi dan output pembagian yang masih dengan desain polos dan terkesan acak-acakan. Selain itu dalam aplikasi ini proses perhitungan hanya menampilkan bagian ahli waris saja seperti contoh 1/2, 1/4, 3/4 saja tanpa berapa jumlah nominal yang akan diterima oleh ahli waris

(25)

Gambar ‎2-1 Tampilan aplikasi IRTH

Gambar ‎2-2 Tampilan asil perhitungan aplikasis IRTH 2. Aplikasi Fiqih Ilmu Waris Lengkap

Aplikasi Fiqih Ilmu waris ini merupakan sebuah aplikasi berbasis android dan dipublikasikan oleh Guruandroid melalui Google Play,

(26)

aplikasi ini dapat diunduh secara gratis dan dapat digunakan secara offline. Kelebihan aplikasi adalah dalam aplikasi ini berisi tentang penjelasan pembagian harta waris Islam secara lengkap dan jelas mulai dari syarat waris, rukun waris, bagian-bagian ahli waris, hijab (penghalang), masalah umariyatin, dan istilah rumus, semuanya dijelaskan dengan lengkap dan jelas, selain itu juga aplikasi ini dapat digunakan secara offline tanpa harus terkoneksi dengan sambungan internet.

Kekurangan aplikasi ini adalah tidak terdapatnya simulasi perhitungan atau menu untuk perhitungan pembagian harta waris yang dirasa penting karena dengan banyaknya penjelasan tentang pembagian harta waris maka dirasa perlu untuk menambah pengetahuan user yang menggunakan aplikasi ini.

(27)

Gambar ‎2-4 Tampilan salah satu menu aplikasi fiqih ilmu waris lengkap

3. Aplikasi Hak waris Menurut Islam

Aplikasi ini dikembangkan oleh FreeDev-Cianjur, aplikasi ini berbasis android dan bisa didapatkan melalui Google Play secara gratis. Dalam aplikasi ini dijelaskan sekilas tentang ilmu waris atau pembagian harta waris dan terddapat pula kalkulator pembagian harta waris.

Kelebihan aplikasi ini adalah aplikasi ini mengupas tentang dasar-dasar ilmu waris yang disertai dengan simulasi perhitungan, yakni dengan kalkulator froidl

Kekurangan dari aplikasi ini adalah dalam hal desain yang mana icon menu dirasa membuat orang bingung karena menggunakan icon anak panah yang menunjuk ke kanan, kiri, atas dan bawah. Karena tampilan menu yang sedemikian rupa, maka user akan mengira bahwa jika user menginginkan untuk mengakses salah satu menu maka user harus menggeser sesuai dengan icon anak panah yang ada. Padahal anak panah tersebut merupakan tombol menu dari aplikasi ini.

(28)

Gambar ‎2-5 Aplikasi hak waris menurut hukum Islam

Gambar

Gambar  2-3 Tampilan aplikasi fiqih ilmu waris lengkap

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara yang paling efektif untuk menambah kemampuan pengamatan dan kesanggupan membeda-bedakan hal-hal yang penting dan yang tidak penting adalah dengan selalu

a. berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri; b. memberikan nilai tambah pada komoditas unggulan wilayah; c. tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan

Di atas kedua-dua sisi lipatan vokal (lubang dan ligamentum sendiri) adalah vestibular atau lipatan lipatan vokal palsu yang mempunyai poket kecil di antara dua

Pada umumnya nilai kapasitansi dari komponen ini tidak akan berubah apabila dirancang di suatu sistem bila frekuensi yang melaluinya lebih kecil atau sama dengan

The condition of the students in Mts PUI Ciwedus still difficult to master English vocabulary well and develop word, some method or some technique are not able to make

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Objek penelitian ini adalah Analisis Penilaian Kinerja Keuangan dan Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat

Hasil kegiatan pada UMKM Kenko adalah bertambahnya pengetahuan karyawan mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat, penerapan protokol kesehatan seperti mencuci tangan dengan

Karena osteoporosis merupakan suatu penyakit yang biasanya tidak diawali dengan gejala, maka langkah yang paling penting dalam mencegah dan mengobati osteoporosis adalah