LATIHAN KEBERSIHAN (
TOILET TRAINING
) OLEH IBU PADA ANAK
USIA DINI DI KENAGARIAN MUNGO KECAMATAN LUAK
KABUPATEN 50 KOTA
Oleh:
Gusmeldri
Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
The backround of the research is the development of early childhood is to go through the
process of toilet training do it by Mother. The purpose of this research was to determine and describe: a method / way of the implementing toilet training by mother to early childhood. This research is a descriptive qualitative research. That describes a method / way of the implementing toilet training by mother to early childhood. The key informants in this research is 3 person mothers, and the additional informants are father, grandmother and aunt from early childhood. Instruments that researchers use in this research use in this research is the interview. Techniques used in the processing of data through data reduction, data presentation and conclusion. The results found that the way parents in training children when to urinate that is by introducing the term to “pipis” and terms “ook” or “uuk” to defecate. Children are invited to the bathroom only to defecate and bath, to urinate child still left in place haphazardly. If the child urinate or defecate in his pants, the pants just change the pants of the child. When finished defecating children are taught to wash the genitals area but not taught to wash their hands. In training the children defecating, the parents can to help by the other family members.
Key Words : toilet training, mother, and childhood
A. PENDAHULUAN
Setiap anak melalui beberapa fase
perkembangan, salah satu fase
perkembangan yang dilalui anak adalah fase anal yaitu pada usia 1 tahun sampai 3 tahun. Pada fase anal ini kenikmatan dialami anak pada fungsi pembuangan, yaitu pada waktu anak buang air, oleh karena itu pada fase ini adanya proses latihan kebersihan (toilet training). Toilet
training ini merupakan cara yang
dilakukan orang tua terhadap anak untuk melatih anak, agar bisa mengontrol hajatnya apakah itu saat ia ingin buang air kecil atau buang air besar. Selain itu anak juga diharapkan mampu buang air besar dan buang air kecil di tempat yang telah ditentukan toilet
Orang tua sangat berperan dalam proses toilet training, Menurut Freud (Alwisol, 2007:37) proses toilet training sangat penting dilakukan, karena akan berpengaruh terhadap kepribadian anak di masa depannya. Hal ini dikuatkan oleh
hasil penelitian Fisher, dkk 1996
(Friedman & Schustack, 2006: 82)
menunjukkan hasil bahwa sifat rapi, keras kepala, dan pelit memang terlihat seperti kharakteristik yang berhubungan, dan pola-pola semacam itu disebabkan oleh orang tua dan beberapa bagian dari masyarakat kepada anak-anak. Sehingga orang tua sangat menentukan bagaimana kepribadian anak dimasa mendatang salah satunya melalui proses toilet training pada anak.
Adapun metode/cara pelaksanaan
kegiatan toilet training yang seharusnya
dilakukan oleh Ibu pada anak menurut
Chakra (2013: 130) adalah sebagai berikut:
a. Kenalkan istilah buang air besar dan buang kecil pada anak.
b. Ajak anak ke kamar mandi.
c. Kenalkan anak tanda-tanda kapan
anak harus ke kamar mandi untuk buang air kecil dan buang air besar.
d. Ajarkan anak untuk menjaga
kebersihan.
e. Berikan reward berupa pujian atau
nyanyian saat anak berhasil
f. Sosialisasikan toilet training yang dilakukan anak pada seluruh penghuni rumah.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap 3 keluarga yang memiliki anak dalam rentang usia 1 tahun sampai 3 tahun. Selama 2 minggu yaitu terhitung dari tanggal 5 - 26 Januari 2014. Terlihat di lapangan ada beberapa orang tua yang membiarkan anak pipis tidak pada tempat yang seharusnya, contohnya: di depan rumah atau di samping rumah. Kemudian juga masih ditemui orang tua yang menyuruh anaknya untuk buang air kecil di depan rumah ketika anak mengatakan ingin
buang air kecil pada orang tua.
Selanjutnya juga masih ditemui orang tua yang marah ketika anak buang air di dalam celana. Selain itu juga masih dijumpai orang tua yang mengabaikan anak yang pipis di celana hingga celana anak kering di badan.
Hal tersebut di atas diperkuat oleh hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap 3 orang ibu, yang mempunyai anak dalam rentang usia 1-3 tahun pada tanggal 28 Februari sampai 2 Maret 2014. Ada orang tua yang mengatakan ketika anak ingin buang air, anak diajak ke depan rumah atau kadang ke samping rumah, apalagi dimalam hari orang tua mengajak anak ke depan rumah saja. Sementara itu, juga ada orang tua yang mengatakan tidak mengajak anak untuk buang air kecil sebelum tidur, sehingga
anak mengompol di malam hari.
Kemudian juga ada orang tua yang mengatakan bahwa anaknya buang air di dekat pintu kamar mandi saja.
Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: Latihan kebersihan (toilet training) oleh Ibu pada anak usia dini di Kenagarian Mungo Kecamatan Luak Kabupaten 50 Kota.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: Mendeskripsikan
metode/cara pelaksanaan latihan
kebersihan (toilet training) oleh ibu pada anak usia dini di Kenagarian Mungo Kecamatan Luak Kabupaten 50 Kota.
B. METODE PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan dan
tujuan penelitian yang telah ditetapkan,
maka penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Menurut Yusuf
(2005: 87) penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi dan mencoba menggambarkan secara detail.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2014, di Batu Nan
Gadang Jorong Indobaleh Barat
Kenagarian Mungo Kecamatan Luak Kabupaten 50 Kota. Dalam penelitian ini
peneliti akan menggambarkan atau
mengungkapkan data tentang metode/cara pelaksanaan latihan kebersihan (toilet training) oleh Ibu pada anak usia dini di Kenagarian Mungo Kecamatan Luak Kabupaten 50 Kota. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah teknik
snowball sampling yaitu sumber data
utama adalah 3 orang ibu yang
mempunyai anak usia 1 - 3 tahun,
kemudian yang menjadi informan
tambahan adalah ayah, nenek, dan tante dari anak usia dini. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin
besar seperti bola salju yang
menggelinding lama-lama menjadi besar. Pengolahan data dilakukan setelah data
terkumpul melalui wawancara,
dikemukakan oleh Sugiyono (2011: 222).
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode/Cara pelaksanaan latihan kebersihan oleh Ibu pada anak usia dini di Kenagarian Mungo Kecamatan Luak adalah:
1. Hasil Penelitian
a. Mengenalkan istilah buang air
kepada anak
Dari hasil temuan peneliti, Ibu mengenalkan istilah buang air kepada anak dengan menggunakan istilah yang umum digunakan di masyarakat, Adapun istilah yang
digunakan untuk mengenalkan
buang air kecil kepada anak yaitu “pipis”. Dan istilah buang air besar adalah”ook” dan juga ada Ibu yang mengenalkan dengan istilah “uuk” kepada anaknya.
Istilah buang air dikenalkan oleh ibu kepada anaknya dengan
cara sering menggunakan istilah tersebut ketika anak buang air, sehingga anak terbiasa dengan istilah itu dan mengerti atau paham bahwa aktifitas yang ia lakukan ketika buang air kecil itu adalah pipis, dan aktifitas yang ia lakukan ketika buang air besar itu adalah “ook” ataupun ”uuk”. Sehingga ketika anak ingin buang air besar maupun buang air kecil, ia selalu memakai istilah yang digunakan
Ibunya untuk memberitahukan
kepada Ibu atau orang terdekat untuk membantu ia buang air.
Untuk anak yang masih
mengompol dan belum bisa
mengatakan bahwa ia akan buang air kepada orang tuanya, Ibu selalu menggunakan istilah buang air kepada anaknya sambil mengganti celana anak, dan kadang jika orang tua bertanya kepada anak apakah anak pipis atau “ook” anak dapat
mengerti dan menganggukkan
kepalanya.
b. Mengajak anak ke kamar mandi
Berdasarkan hasil temuan peneliti, Ibu mengajak anak ke kamar mandi yaitu ketika akan memandikan anak dan ketika anak buang air besar, namun untuk buang air kecil anak masih dibiarkan di sembarangan tempat dan tidak di toilet. Selain itu jika anak buang air di celana ibu mengajak anaknya ke kamar mandi yaitu ketika anak buang air besar
saja, tujuannya untuk
mencebokkan anak. Namun ketika anak buang air kecil di celana Ibu hanya mengganti celana anak tanpa mencebokkan anak terlebih dahulu.
c. Mengenalkan anak tanda-tanda
kapan dia harus ke kamar mandi untuk buang air kecil dan buang air besar
Berdasarkan hasil temuan peneliti, Ibu mengenalkan tanda-tanda akan buang air kecil kepada anak yaitu ketika anak telah
menampakkan tanda sering
memegang alat kelaminnya dan perutnya telah mules, Ibu selalu mengajak anak untuk buang air, sehingga anak dapat memahami bahwa ketika perutnya mules ia akan memberitahu Ibunya bahwa ia akan pipis. Selain itu setiap kali anak menunjukkan tanda akan buang air besar seperti wajah anak
memerah, dan jalannya agak
berubah, Ibu selalu mengajarkan kepada anak apabila perut telah
terasa sakit untuk
memberitahukannya kepada Ibu sehingga Ibu dapat membantu anak dalam buang air besar.
Selain itu juga ada ibu yang belum melatih anak tanda akan buang air, karena ibu sering melihat tanda anak setelah selesai buang air, namun ibu jarang memperhatikan tanda anak akan buang air, oleh karena itu ibu belum mengenalkan tanda akan buang air kepada anak. Ibu hanya mengajarkan anak untuk buang air ke kamar mandi yaitu di pagi hari ketika anak baru bangun tidur. .
d. Mengajarkan anak untuk menjaga
kebersihan
Berdasarkan hasil temuan peneliti, Ibu mengajarkan anaknya kebersihan yaitu dengan cara mengajarkan anak untuk buang air besar di toilet, dan ketika anak buang air kecil anak diajarkan
untuk tidak ngompol. Anak
diajarkan untuk buang air kecil di depan rumah ataupun di kamar mandi. Ketika anak buang air besar anak juga diajarkan untuk cebok dan menyiram toilet karena anak sangat senang main air.
Namun orang tua tidak
mengajarkan anak untuk mencuci tangan setelah buang air.
Selain itu juga ada Ibu yang mengajarkan anaknya kebersihan yaitu dengan cara setiap kali anak buang air di celana Ibu langsung mengganti celana anak, namun ketika Ibu sedang sibuk celana anak tidak segera diganti sehingga menyebabkan celana anak kering
di badan. Ketika anak buang air besar anak diajak cebok ke kamar mandi terlebih dahulu baru diganti celananya.
e. Memberikan reward berupa pujian
atau nyanyian kepada anak saat
anak berhasil melakukan toilet
training
Berdasarkan hasil temuan peneliti, Ibu telah memberikan
reward berupa pujian untuk
menyemangati anaknya ketika
buang air, ketika anak berhasil buang air di toilet anak diberikan
pujian oleh ibunya dengan
mengatakan anaknya pintar dan sudah besar, sehingga anak merasa sangat senang dengan pujian yang diberikan oleh Ibunya. Namun ketika anak buang air di celana Ibu
mengatakan anaknya bodoh,
karena anak telah belajar buang air di kamar mandi.
Hasil temuan peneliti juga masih ada orang tua yang tidak memberikan semangat atau pujian kepada anaknya ketika anak buang air, karena anak masih buang air di celana dan belum bisa buang air di toilet, makanya orang tua tidak memberikan pujian atau kata-kata yang negatif kepada anaknya. f. Mensosialisasikan toilet training
yang dilakukan anak pada seluruh penghuni rumah
Dalam melatih anak buang air, Ibu mendapat dukungan dari anggota keluarga yang lainnya, anggota keluarga yang lain juga
ikut berperan aktif dalam
membantu anak buang air,
terutama ketika Ibu dalam keadaan sibuk atau bepergian. Namun dalam membantu anak buang air Ibu hanya membiarkan anggota keluarga yang lain melakukan dengan caranya sendiri, Ibu tidak mensosialisasikan cara yang ia lakukan dalam membantu anak ketika buang air.
2. Pembahasan
Metode/cara pelaksanaan toilet
training oleh Ibu pada anak usia dini:
a. Mengenalkan istilah buang air
kepada anak
Istilah yang dikenalkan ibu untuk mengenalkan buang air
kepada anak yaitu dengan
menggunakan istilah yang umum digunakan di masyarakat, Adapun
dampak positif dengan
menggunakan istilah umum yang dipakai dimasyarakat yaitu, orang bisa mengerti dengan apa yang disampaikan anak, sehingga ketika anak mengatakan ingin buang air
maka orang terdekat dapat
membantu anak.
Sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Chakra (2013: 130) bahwa, salah satu cara untuk mengenalkan istilah buang air pada anak yaitu dengan menggunakan istilah umum misalnya pipis dan pup, karena istilah tersebut juga akan didengar oleh orang lain di sekitar anak.
b. Mengajak anak ke kamar mandi
Ibu mengajak anak ke kamar mandi yaitu ketika akan memandikan anak dan ketika anak mengatakan hendak buang air besar, namun untuk buang air kecil
anak masih dibiarkan di
sembarangan tempat dan tidak di toilet. Selain itu ketika anak buang air besar di celana ibu juga mengajak anak ke kamar mandi
untuk mencebokkannya, tapi
ketika anak buang air kecil di celana ibu hanya mengganti celana
anak tanpa mencebokkannya
terlebih dahulu.
Ibu telah mengajak anak ke kamar mandi ketika buang air besar, namun alangkah lebih baik anak juga dibiasakan untuk buang air kecil di kamar mandi, karena jika anak dibiarkan untuk buang air kecil di sembarangan tempat dan tidak di toilet, maka akan dapat menyebabkan hidup anak tidak beraturan dan jorok dimasa mendatang. Selain itu jika anak
biasa buang air kecil di depan rumah, maka akan mengotori
rumah dan membuat rumah
menjadi tidak sehat sehingga anak mudah terserang penyakit.
Ketika anak buang air di celana, sebaiknya ibu tidak hanya mencebokkan anak ketika buang air besar saja, namun juga ketika anak buang air kecil. Karena jika
anak buang air dan tidak
dicebokkan, maka anak akan biasa untuk tidak cebok setelah buang air kecil dan anak akan hidup
dengan jorok dimasa
mendatangnya, selain itu anak juga
akan mudah terserang oleh
penyakit karena kuman dan bakteri yang tidak dicuci setelah buang air, oleh karena itu sebaiknya ketika anak selesai buang air kecil maupun buang air besar anak diajarkan untuk cebok. Dalam mengajak anak ke kamar mandi ini
orang tua harus lebih
memperhatikan anak ketika buang air, dan mengarahkan anak untuk buang air pada tempat yang seharusnya.
Hal tersebut di atas
dikuatkan oleh Alwisol (2004:37) bahwa, orang tua sangat berperan aktif dalam membantu anak dalam proses toilet training, orang tua yang terlalu membebaskan anak dalam proses toilet training akan menyebabkan anak akan bersikap
bebas, tidak beraturan dan
semaunya sendiri. Oleh karena itu orang tua harus membimbing dan mengarahkan anak dalam proses
melatih anak buang air ini
sehingga anak dapat besikap
teratur dan penuh kasih sayang di masa mendatang.
c. Mengenalkan anak tanda-tanda
kapan dia harus ke kamar mandi untuk buang air kecil dan buang air besar
Ibu mengenalkan tanda-tanda akan buang air kecil kepada anak yaitu ketika anak telah
menampakkan tanda sering
memegang alat kelaminnya dan
perutnya telah mules, Ibu selalu mengajak anak untuk buang air, sehingga anak dapat memahami bahwa ketika perutnya mules ia akan memberitahu Ibunya bahwa ia akan pipis. Selain itu setiap kali anak menunjukkan tanda akan buang air besar seperti wajah anak
memerah, dan jalannya agak
berubah, Ibu selalu mengajarkan kepada anak apabila perut telah
terasa sakit untuk
memberitahukannya kepada ibu sehingga ibu dapat membantu anak dalam buang air besar.
Selain itu, juga ada ibu yang belum melatih anak tanda akan buang air pada anaknya, karena ibu sering melihat tanda setelah anak selesai buang air, namun ibu jarang memperhatikan tanda ketika anak akan buang air,
oleh karena itu ibu belum
mengenalkan tanda akan buang air
kepada anak. Ibu hanya
mengajarkan anak untuk buang air ke kamar mandi yaitu di pagi hari ketika anak baru bangun tidur.
Untuk mengenalkan tanda akan buang air dan kapan anak harus ke kamar mandi, sebaiknya ibu mengenal terlebih dahulu tanda-tanda yang dilihatkan anak ketika akan buang air, apabila ibu telah mengenal tanda anak akan
buang air, maka ibu dapat
mengenalkan tanda tersebut
kepada anaknya. Namun untuk mengenal tanda anak akan buang air, maka perhatian ibu sangat diperlukan terhadap anak. Oleh
karena itu ibu sebaiknya
memperhatikan anaknya dan
mengarahkan anak ketika anak buang air ini. Jika tidak maka anak akan terbiasa untuk buang air
selalu di celana, dan dapat
menyebabkan anak hidup dengan kotor nantinya.
Sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Chakra
(2013:130) bahwa, dalam
mengenalkan anak tanda-tanda
kapan ia harus ke kamar mandi untuk buang air kecil maupun
buang air besar, maka orang tua mengatakan kepada anak apabila perutnya sakit, dia jongkok, muka
memerah dan mengejan dan
memegang alat kelaminnya, itulah tanda-tanda anak harus ke kamar mandi, dan juga memberitahu kepada orang tua.
d. Mengajarkan anak untuk menjaga
kebersihan
Ibu mengajarkan anaknya
kebersihan dengan cara
mengajarkan anak untuk buang air di kamar mandi, setiap kali anak akan buang air besar anak selalu diajak ke kamar mandi dan anak juga diajarkan untuk cebok dan menyiram toilet setelah buang air. Namun ketika anak buang air kecil ibu mengajak anak ke depan rumah atau ke samping rumah, dan kadang-kadang ke kamar mandi. Namun ketika anak buang air di celana, anak diajak ke kamar mandi untuk cebok setelah buang air besar, ketika selesai buang air kecil ibu hanya mengganti celana anak.
Dalam mengajarkan anak kebersihan sebaiknya ibu juga mengajarkan anak untuk mencuci tangan setelah buang air, karena ketika buang air dan cebok kuman dan bakteri akan menempel di tangan anak, sehingga anak akan mudah terserang penyakit apabila tanggan anak tidak dicuci bersih setelah buang air, apalagi anak sering memasukkan tangan ke mulutnya dan juga memegang makanan. Dengan tangan yang kotor.
Ketika anak selesai buang air kecil sebaikknya, ibu juga membiasakan anak untuk cebok, karena jika anak tidak cebok maka bakteri yang ada di kelamin anak tidak akan bersih, yang bisa menyebabkan anak kena cacingan. Dan sebaiknya ibu membiasakan anak untuk buang air di toilet dan tidak di sembarangan tempat, karena jika anak buang air di
sembarangan tempat dapat
menyebabkan lingkungan menjadi kotor, dan akan mengeluarkan aroma yang tidak segar, selain itu juga akan menyebabkan anak hidup dengan kotor dan tidak beraturan nantinya.
Ketika anak buang air di celana sebaiknya ibu tidak hanya mengajak anak ke kamar mandi untuk cebok setelah buang air besar saja, namun ketika anak buang air kecil sebaiknya anak juga diarahkan ke kamar mandi
untuk cebok. Dengan
membiasakan anak cebok setelah buang air kecil maupun buang air besar maka dapat membiasakan anak untuk hidup bersih dan sehat, sehingga anak dapat hidup teratur nantinya.
Sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Alwisol
(2004:37) bahwa Ibu yang
membiarkan anak buang air dan tidak mengarahkan anaknya, akan
membuat anak bebas
melampiaskan tegangannya
dengan mengeluarkan kotoran di tempat dan waktu yang tidak tepat, yang di masa mendatang muncul sifat ketidakteraturan atau jorok.. Dikuatkan oleh Chakra (2013:130) bahwa, untuk menjaga kebersihan anak orang tua harus menunjukkan bagaimana cara cebok yang benar, ini dilakukan untuk mencegah penyebaran kuman di kelamin anak. Kemudian latihlah anak
untuk selalu mencuci tangan
setelah buang air.
e. Memberikan reward berupa pujian
atau nyanyian kepada anak saat
anak berhasil melakukan toilet
training
Ketika anak berhasil
melakukan toilet training ibu telah
memberikan reward berupa pujian
untuk menyemangati anaknya,
Namun ketika anak buang air di celana Ibu mengatakan anaknya bodoh, karena anak telah belajar buang air di kamar mandi. Selain itu juga masih ada ibu yang tidak
yang negatif kepada anaknya ketika anaknya selesai buang air.
Pemberian reward oleh ibu pada anknya merupakan suatu tidakan yang sangat positif, karena
dengan reward anak akan
bersemangat melakukan hal itu lagi. Namun ketika anak tidak berhasil melakukan apa yang diajarkan oleh ibunya, sebaiknya ibu tidak memberi label yang negatif pada anak, karena dapat menyebabkan anak merasa rendah diri dan tidak akan percaya diri dimasa mendatang, selain itu juga menyebabkan anak merasa malu dengan kata-kata yang negatif tersebut.
Bagi ibu yang tidak
memberi reward ataupun kata
yang negatif pada anak ketika anak
buang air, sebaiknya ibu
memberikan semangat kepada
anaknya dengan kata-kata pujian, karena dengan itu anak akan merasa dihargai. Apabila anak hanya dibiarkan saja dan tidak dihargai maka anak akan merasa
kurang diperhatikan dan dan
kurang dihargai, selain itu anak akan merasa apapun tindakannya tidak akan dipedulikan ibunya,
sehingga anak bertindak
semaunya saja nantinya.
Hal tersebut di atas
diperkuat oleh Chakra (2013:128) bahwa, hindari mengatakan hal yang negatif kepada anak ketika ia ngompol dan buang air besar di celana, ini perlu dilakukan agar anak tidak merasa malu dengan istilah kata-kata yang negatif itu.
Kata-kata negatif akan
menghindarkan anak dari rasa tegang atau akan membuat anak merasa bersalah ketika ia tidak kuasa menahan buang air. Gilbert (2002:54) juga menguatkan bahwa, anak-anak senang mendapatkan pujian, para psikolog menamakan
pemberian pujian ini dengan
“penegasan positif” karena dengan memuji sebuah perbuatan baik, orang dapat mendorong anak untuk terus mengulanginya lagi, sehingga
anak akan senang mengulangi lagi hal baik yang telah ia lakukan. f. Sosialisasikan toilet training yang
dilakukan anak pada seluruh
penghuni rumah
Dalam melatih anak buang air Ibu mendapat dukungan dari anggota keluarga yang lainnya, mereka juga ikut berperan aktif dalam membantu anak buang air, terutama ketika Ibu dalam keadaan sibuk atau bepergian. Namun dalam membantu anak buang air Ibu hanya membiarkan anggota keluarga yang lain melakukan dengan caranya sendiri, Ibu tidak mensosialisasikan cara yang ia lakukan dalam membantu anak ketika buang air.
Dukungan anggota keluarga yang lain dalam membantu anak buang air, itu merupakan suatu hal yang positif, namun alangkah lebih baik apabila ibu mensosialisasikan cara yang ia lakukan untuk membantu anak ketika buang air, sehingga apa yang dilakukan oleh ibu pada anaknya sama dengan apa yang dilakukan oleh anggota keluarga yang lainnya, sehingga anak tidak akan bingung dengan latihan yang ia dapatkan. Sehingga
proses toilet training dapat
berjalan dengan lancar.
Sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Chakra
(2013:129) bahwa, dalam
mensosialisasikan cara
pelaksanaan toilet training pada anggota keluarga yang lain yaitu dengan cara buat kesepakatan dengan penghuni rumah untuk
mendukung kegiatan tersebut,
jelaskan apa yang dilakukan
selama latihan tersebut, latihan akan mudah terlaksana apabila mendapat dukungan dari penghuni rumah yang lainnya. Usahakan untuk melakukan kegiatan ini dengan kompak agar anak tidak bingung dalam buang air.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
tentang metode/cara pelaksanaan
latihan kebersihan (toilet training) oleh Ibu pada anak usia dini dapat disimpulkan bahwa: Ibu mengenalkan istilah buang air besar dan buang air kecil dengan menggunakan istilah yang umum digunakan di masyarakat, yaitu istilah buang air besar “ook” atau “uuk”, dan istilah buang air kecil “pipis”. Ibu mengajak anak ke kamar mandi hanya ketika buang air besar dan akan memandikan anaknya saja, untuk buang air kecil anak masih
dibiarkan di sembarang tempat.
Kemudian ibu juga telah mengenalkan tanda-tanda anak akan buang air besar dan buang air kecil, dan kapan anak harus ke kamar mandi, namun masih terdapat ibu yang belum mengenalkan tanda kapan anak harus ke kamar mandi untuk buang air. Untuk mengajarkan anak kebersihan, ibu hanya mengajarkan anak untuk cebok dan menyiram toilet saja, anak tidak diarahkan untuk mencuci tangan setelah buang air. Dan ketika anak berhasil melakukan toilet training ibu
memberikan reward berupa pujian
kepada anaknya, namun masih
terdapat ibu yang belum memberikan reward atau pujian kepada anaknya. Dalam mengajarkan anak buang air ibu dibantu oleh anggota keluarga yang lainnya, namun ibu belum
mensosialisasikan cara yang ia
lakukan untuk membantu anak ketika buang air pada anggota keluarga yang lain.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di
atas, maka penelitian ini menyarankan kepada berbagai pihak terkait sebagai berikut:
a. Orang tua, khusus kepada Ibu yang
mempunyai anak usia dini, agar
lebih memperhatikan dan
memahami cara pelaksanaan toilet
training, sehingga anak dapat
menjalani proses toilet training dengan tepat.
b. Orang tua yang akan memiliki
anak usia dini, agar dapat
memahami tugas-tugas
perkembangan anak terutama pada usia 1 tahun sampai 3 tahun yang akan melalui proses toilet training.
Sehingga orang tua dapat
melaksanakan proses toilet
training dengan tepat dan benar nantinya.
c. Perangkat wali nagari, agar dapat memberikan penyuluhan tentang cara pelaksanaan toilet training dengan benar kepada masyarakat,
sehingga orang tua dapat
melaksanakan proses toilet
training dengan benar.
d. Peneliti selanjutnya, agar dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian lanjutan.
e. Pengelola program studi, agar
dapat dijadikan sebagai referensi tambahan dalam mata kuliah yang berkaitan dengan perkembangan anak usia dini.
E. KEPUSTAKAAN
Alwisol.2007. Psikologi Kepribadian. UMM Press: Malang.
Chakra, Fita. 2013. Diari Parenting. PT.Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia: Jakarta.
Friedman, Howard S. & Suhucstack,
Miriam W. Kepribadian Teori
Klasi dan Riset Modern. Erlangga:
PT Gelora Aksara Pratama.
Gilbert, Jane. 2003. Latihan Toilet.
Erlangga: Jakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi