PENGENDALIAN CHAOS MENGGUNAKAN
SLIDING MODE CONTROL
(SMC) PADA
SISTEM PERSAMAAN RӦSSLER YANG TERMODIFIKASI
Muhammad Hajarul Aswad1, Moh. Isa Irawan2, Mardlijah3
E-mail : [email protected], [email protected], [email protected]
Staf Pengajar MAN 1 Kendari, Mahasiswa Pascasarjana Matematika ITS Surabaya1 Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya2,3
Kampus ITS, Sukolilo - Surabaya 60111
Abstrak: Sistem Persamaan Rӧssler yang termodifikasi merupakan suatu sistem persamaan yang
berkaitan dengan kinetika kimia. Pada sistem tersebut akan terjadi osilasi secara terus menerus
menurut waktu t. Dalam penelitian ini, terlebih dahulu dianalisa stabilitas yang terjadi di sekitar
titik setimbang. Kemudian, dengan menggunakan rata-rata Lyapunov exponent, diperoleh bahwa
Sistem Persamaan Rӧssler yang termodifikasi merupakan suatu system yang bersifat chaos.
Terakhir, diterapkan Sliding Mode Control (SMC) untuk mengontrol perilaku sistem. Dari hal
tersebut perilaku sistem yang awalnya tidak stabil dan bersifat chaos dapat diarahkan menuju titik setimbang.
Kata kunci : Sistem Persamaan Rӧssler, Chaos, Sliding Mode Control (SMC).
1. Pendahuluan
Sistem Persamaan Rӧssler
pertamakali diperkenalkan oleh Otto Rӧssler pada tahun 1970-an sebagai suatu sistem persamaan yang berkaitan dengan laju perubahan konsentrasi dari reaktan atau produk dari suatu reaksi kimia. Karena reaksinya yang kompleks, maka dimungkinkan Sistem Persamaan Rӧssler tersebut akan bersifat chaos (Gaspard, 2005).
Chaos merupakan suatu fenomena
sistem yang tidak teratur yang
disebabkan oleh sensitifitas sistem terhadap kondisi awal. Salah satu
metode yang digunakan untuk
menjelaskan suatu sistem berperilaku
chaos atau tidak, adalah dengan
menggunakan Lyapunov exponent.
Hilborn (1993) mendefinisikan suatu sistem bersifat chaos apabila dalam
sistem tersebut terdapat satu Lyapunov
exponent yang bernilai positif.
Beberapa metode yang telah digunakan untuk mengontrol chaos diantaranya OGY, differential geometry,
adaptife control, inverse optimal
control, dan adaptive fuzzy control
(Dadras dkk, 2008)
Sliding Mode Control (SMC)
merupakan salah satu metode
pengendalian yang bersifat robust sehingga mampu bekerja pada sistem linear maupun nolinear yang memiliki ketidakpastian. Pendekatan SMC telah efektif diaplikasikan untuk mengontrol sistem nonlinear (Nazzal dkk, 2007) dan sistem dengan ketidakteraturan (Feki, 2008).
Dalam Nikolov (2006) telah diteliti transisi hyperchaos-chaos-hyperchaos yang terjadi pada Sistem Persamaan Rӧssler yang termodifikasi.
Transisi tersebut dikarenakan adanya perubahan parameter bifurkasi yang berdampak pada perubahan tipe titik setimbang. Sistem Persamaan Rӧssler
dibuat menjadi 8 sistem dengan
memodifikasi parameter b menjadi b + b1x + b2y + b3z + b4w kemudian
menambahkan sebuah persamaan linear ẇ. Pada sistem yang ke-8 (dengan parameter a = 0.25, b = 3, c = 0.5, d = 0.05, b1 ∈ [0.01, 1.5], b2 = -0.1, b3 = b4 =
0.1) , perubahan perilaku dari
hyperchaos-chaos terjadi pada saat b1 =
0.3 dan b1= 0.4. Setelah itu terjadi
perubahan perilaku chaos-hyperchaos pada saat b1 = 0.6. lebih lanjut dikatakan
bahwa, sistem yang ke-8 memiliki perilaku yang lebih chaos dibandingkan ketujuh sistem lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini akan dikaji
bagaimana penerapan Sliding Mode
Control (SMC) dalam mengontrol chaos
yang terjadi pada Sistem Persamaan Rӧssler yang termodifikasi.
2. Kestabilan Sistem di Sekitar Titik Setimbang
Definisi 1
Suatu titik 𝑥 ∈ ℝ dikatakan sebagai suatu titik setimbang dari ẋ = f (x)
jika f (𝑥 ) = 0. □
Adapun Sistem Persamaan
Rӧssler yang termodifikasi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah
𝑥 = −𝑦 − 𝑧 𝑦 = 𝑥 + 𝑎𝑦 + 𝑤 𝑧 = 𝑏 + 𝑏1𝑥 + 𝑏2𝑦 + 𝑏3𝑧 + 𝑏4𝑤 + 𝑥𝑧 𝑤 = −𝑐𝑧 + 𝑑𝑤 (2.1) dengan a = 0.25, b = 3, c = 0.5, d = 0.05, b1 = 0.5, b2 = -0.1, b3 = b4 = 0.1.
Berdasarkan Definisi 1, diperoleh titik setimbang dari Sistem Persamaan Rӧssler yang termodifikasi sebagai berikut 𝑒1= 𝑎 −𝑐 𝑑 −𝐴 + 𝐷 2 , − −𝐴 + 𝐷 2 , −𝐴 + 𝐷 2 , 𝑐 𝑑 −𝐴 + 𝐷 2 𝑒2= 𝑎 −𝑐 𝑑 −𝐴 − 𝐷 2 , − −𝐴 − 𝐷 2 , −𝐴 − 𝐷 2 , 𝑐 𝑑 −𝐴 − 𝐷 2 , dengan 𝐴 = 𝑏1 𝑎𝑑 − 𝑐 − 𝑏2𝑑 + 𝑏3𝑑 + 𝑏4𝑐 𝑎𝑑 − 𝑐 dan 𝐷 = 𝑏1 𝑎𝑑 − 𝑐 − 𝑏2𝑑 + 𝑏3𝑑 + 𝑏4𝑐 𝑎𝑑 − 𝑐 2 − 4 𝑏𝑑 𝑎𝑑 − 𝑐.
Sistem Persamaan Rӧssler yang termodifikasi merupakan suatu sistem persamaan yang nonlinear, sehingga perlu diterapkan linearisasi di sekitar titik setimbang (Phillips, 1996). Metode ini menghasilkan suatu matriks Jacobian yang merupakan interpretasi dari sistem nonlinear yang telah dilinearisasi. Akibat dari Linearisasi tersebut, maka kestabilan system akan bersifat local (Ogata, 1985).
Misalkan titik setimbang e1 dan e2
disimbolkan sebagai 𝑥 , 𝑦 , 𝑧 , 𝑤 , maka linearisasi Sistem Persamaan Rӧssler yang termodifikasi di seiktar titik setimbang 𝑥 , 𝑦 , 𝑧 , 𝑤 adalah 𝓊 𝓋 𝓏 𝓌 = 0 −1 −1 0 1 𝑎 0 1 𝑏1+ 𝑧 𝑏2 𝑏3+ 𝑥 𝑏4 0 0 −𝑐 𝑑 𝓋 𝓋 𝓏 𝓌 (2.2)
Jadi, matriks Jacobian pada titik setimbang 𝑥 , 𝑦 , 𝑧 , 𝑤 adalah 𝐽 = 0 −1 −1 0 1 𝑎 0 1 𝑏1+ 𝑧 𝑏2 𝑏3+ 𝑥 𝑏4 0 0 −𝑐 𝑑 𝑥=𝑥 ,𝑦=𝑦 ,𝑧=𝑧 ,𝑤=𝑤 Setelah dilinearisasi sehingga diperoleh matriks Jacobiannya, maka
selanjutnya dianalisa kestabilan Sistem Persamaan Rӧssler yang termodifikasi di sekitar titik setimbang
2.1 Analisa Sistem di Sekitar Titik Setimbang Pertama (e1)
Hasil linearisasi sistem di seiktar titik setimbang e1 adalah
𝓊 𝓋 𝓏 𝓌 = 0 −1 −1 0 1 𝑎 0 1 𝑏1+ −𝐴 + 𝐷2 𝑏2 𝑏3+ 𝑎 −𝑑𝑐 −𝐴 + 𝐷 2 𝑏4 0 0 −𝑐 𝑑 𝓋 𝓋 𝓏 𝓌 .
Sehingga diperoleh matriks Jacobian pada titik setimbang e1 adalah
𝐽 = 0 −1 −1 0 1 𝑎 0 1 𝑏1+ −𝐴 + 𝐷2 𝑏2 𝑏3+ 𝑎 −𝑐 𝑑 −𝐴 + 𝐷 2 𝑏4 0 0 −𝑐 𝑑 .
Dengan menyelesaikan |λI – J| =
0, maka polynomial akar-akar
karakteristiknya adalah 𝜆4+ 𝑎 −𝑐 𝑑 𝐴 − 𝐷 2 − 𝑑 − 𝑏3− 𝑎 𝜆3+ 𝑏3𝑑 − 𝑎 − 𝑐 𝑑 𝐴 − 𝐷 2 𝑑 + 𝑏4𝑐 + 𝑎 𝑑 + 𝑏3− 𝑎 − 𝑐 𝑑 𝐴 − 𝐷 2 + 1 + 𝑏1− 𝐴 − 𝐷 2 𝜆2+ 𝑏2𝑐 − 𝑎 𝑏3𝑑 − 𝑎 −𝑐 𝑑 𝐴 − 𝐷 2 𝑑 + 𝑏4𝑐 − 𝑑 + 𝑏3− 𝑎 − 𝑐 𝑑 𝐴 − 𝐷 2 + 𝑏2− 𝑏1𝑑 + 𝐴 − 𝐷2 𝑑 − 𝑎𝑏1+ 𝑎 𝐴 − 𝐷 2 𝜆 + 𝑏3𝑑 − 𝑎 − 𝑐 𝑑 𝐴 − 𝐷 2 𝑑 + 𝑏4𝑐−𝑏1𝑐 + 𝐴 − 𝐷2 𝑐 + 𝑎𝑏1𝑑 − 𝑎 𝐴 − 𝐷2 𝑑 − 𝑏2𝑑 = 0 (2.3)
Karena tanda bilangan real dari Persamaan (2.3) tidak mudah untuk ditentukan, maka kestabilan sistem di sekitar titik setimbang pertama (e1) akan
diinterpretasi menggunakan kriteria kestabilan Routh-Hurwitz. Misalkan Persamaan (2.3) ditulis dalam bentuk berikut p(s) = a41s 4 + a31s 3 + a21s 2 + a11s + a01 (2.4)
Berdasarkan kriteria kestabilan Routh-Hurwitz, perilaku sistem di sekitar titik setimbang e1 dikatakan
stabil jika tidak terdapat perubahan tanda pada kolom pertama dalam tabel Routh (Subiono, 2008) Karena a41 > 0, maka 𝑎31 > 0 𝑏11 = 𝑎31𝑎21− 𝑎41𝑎11 𝑎31 > 0 𝑐11 =𝑏11𝑎11− 𝑏21𝑎31 𝑏11 > 0 dan 𝑑11 =𝑐11𝑏21− 𝑏11𝑐21 𝑐11 > 0. Dengan menurunkan
peridaksamaan di atas, maka perilaku sistem di sekitar titik setimbang pertama (e1) dikatakan stabil jika memenuhi
keadaan berikut 1. 𝑎31 > 0 (2.5) 2. 𝑎31𝑎21− 𝑎41𝑎11 > 0 (2.6) 3. 𝑎11 𝑎21𝑎31− 𝑎11𝑎41 > 𝑎01𝑎31𝑎31 (2.7) 4. 𝑎01 > 0 (2.8) 5. 𝑎11 > 0 (2.9)
2.2 Analisa Sistem di Sekitar Titik Setimbang Kedua (e2)
Linearisasi sistem di sekitar titik setimbang e2 adalah 𝓊 𝓋 𝓏 𝓌 = 0 −1 −1 0 1 𝑎 0 1 𝑏1+ −𝐴 − 𝐷2 𝑏2 𝑏3+ 𝑎 −𝑐 𝑑 −𝐴 − 𝐷 2 𝑏4 0 0 −𝑐 𝑑 𝓋 𝓋 𝓏 𝓌 .
Jadi matriks Jacobian pada titik setimbang e2 adalah 𝐽 = 0 −1 −1 0 1 𝑎 0 1 𝑏1+ −𝐴 − 𝐷2 𝑏2 𝑏3+ 𝑎 −𝑐 𝑑 −𝐴 − 𝐷 2 𝑏4 0 0 −𝑐 𝑑 .
Selanjutnya, dengan menyelesaikan |λI – J| = 0, maka polynomial akar-akar karakteristiknya adalah
𝜆4+ 𝑎 −𝑐 𝑑 𝐴 + 𝐷 2 − 𝑑 − 𝑏3− 𝑎 𝜆3+ 𝑏3𝑑 − 𝑎 − 𝑐 𝑑 𝐴 + 𝐷 2 𝑑 + 𝑏4𝑐 + 𝑎 𝑑 + 𝑏3− 𝑎 −𝑐 𝑑 𝐴 + 𝐷 2 + 1 + 𝑏1− 𝐴 + 𝐷 2 𝜆2+ 𝑏2𝑐 − 𝑎 𝑏3𝑑 − 𝑎 −𝑐 𝑑 𝐴 + 𝐷 2 𝑑 + 𝑏4𝑐 − 𝑑 + 𝑏3− 𝑎 −𝑐 𝑑 𝐴 + 𝐷 2 + 𝑏2− 𝑏1𝑑 + 𝐴 + 𝐷2 𝑑 − 𝑎𝑏1+ 𝑎 𝐴 + 𝐷 2 𝜆 + 𝑏3𝑑 − 𝑎 − 𝑐 𝑑 𝐴 + 𝐷 2 𝑑 + 𝑏4𝑐−𝑏1𝑐 + 𝐴 + 𝐷2 𝑐 + 𝑎𝑏1𝑑 − 𝑎 𝐴 + 𝐷2 𝑑 − 𝑏2𝑑 = 0 (2.10)
Misalkan Polinomial (2.10) ditulis dalam bentuk berikut
p(s) = a42s 4 + a32s 3 + a22s 2 + a12s + a02 (2.11) Karena a42 > 0, maka a32 > 0 𝑏12 =𝑎32𝑎22− 𝑎42𝑎12 𝑎32 > 0, 𝑐12 =𝑏12𝑎12 − 𝑏22𝑎32 𝑏12 > 0, dan 𝑑12 = 𝑐12𝑏22− 𝑏12𝑐22 𝑐12 > 0. Dengan menurunkan
pertidaksamaan tersebut di atas,, maka perilaku sistem di sekitar titik setimbang e2 dikatakan stabil jika memenuhi
keadaan berikut yaitu
1. 𝑎32 > 0 (2.12) 2. 𝑎32𝑎22− 𝑎42𝑎12 > 0 (2.13) 3. 𝑎12 𝑎22𝑎32− 𝑎12𝑎42 > 𝑎02𝑎32𝑎32 (2.14) 4. 𝑎02 > 0 (2.15) 5. 𝑎12 > 0 (2.16) 3. Existensi Chaos
Chaos pada Sistem Persamaan Rӧssler yang termodifikasi dihitung
dengan menggunakan Lyapunov
exponent. Untuk sistem dua dimensi
atau lebih, maka existensi chaos diperoleh dengan menghitung rata-rata
Lyapunov exponent pada sistem
tersebut. Suatu sistem bersifat chaos jika pada sistem tersebut terdapat paling sedikit satu rata-rata Lyapunov exponent (Hilborn, 1993).
Rata-rata Lyapunov exponent di sekitar titik setimbang 𝑥 , 𝑦 , 𝑧 , 𝑤 adalah
𝐿 =𝐿1+ 𝐿2+ 𝐿3+ 𝐿4 4 = 𝜕𝑓 𝑥 𝜕𝑥 +𝜕𝑓 𝑦 𝜕𝑦 +𝜕𝑓 𝑧 𝜕𝑧 +𝜕𝑓 𝑤 𝜕𝑤 4 =𝑎 + 𝑏3+ 𝑥 + 𝑑 4 (3.1)
4. SlidingModeControl
Sliding Mode Control (SMC)
merupakan salah satu metode pengontrol sistem yang memiliki performa yang baik dalam mengontrol system linear maupun nonlinear. Perancangan Control
law pada SMC bertujuan untuk
mengeliminasi perilaku sistem yang tidak stabil sehingga konvergen ke titik setimbang.
u = ueq– K sign S (4.1)
dengan
𝑠𝑖𝑔𝑛 𝑥 = −1 jika 𝑥 < 11 jika 𝑥 ≥ 1
Pada proses SMC, terlebih dahulu ditentukan sliding surface yang melalui titik setimbang. 𝑆 = 𝑑 𝑑𝑡+ 𝜆 𝑛−1 𝑒 𝑡 (4.2) dengan e(t) = x(t) – xd(t) (4.3) Kemudian, dirancang pengontrol u sehingga mampu mengarahkan state
system ke sliding surface dan terus
berada pada posisi sliding hingga menuju ke titik setimbang. Selanjutnya, dengan menggunakan konsep kestabilan
Lyapunov akan ditemukan K sehingga
memenuhi reaching condition (Palm, 1996).
Gambar 4.1 Kondisi Sliding
5. Interpretasi Numerik
Telah ditunjukkan bahwa Sistem
Persamaan Rӧssler yang
termodifikasiasi sebagaimana yang
terlihat pada Sistem Persamaan Rӧssler yang termodifikasi merupakan suatu sistem dengan dua titik setimbang.
Selain itu, berdasarkan kriteria
kestabilan Routh-Hurwitz, telah
diperoleh analisa kestabilan sistem di sekitar titik setimbang tersebut. Selanjutnya akan diperoleh interpretasi numerik dengan mensubtitusi parameter sistem.
Dengan mensubtitusi parameter sistem a = 0.25, b = 3, c = 0.5, d = 0.05, b1 = 0.5, b2 = -0.1, b3 = b4 = 0.1 ke
dalam e1, maka diperoleh e1 = (-3.8745,
-0.3974, 0.3974, 3.9738). Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa nilai 𝑎01 = −0.5712,
𝑎11 = 3.3399, 𝑎21 = 0.8276, 𝑎31 = 3.4745, dan 𝑎41 = 1. Sehingga diperoleh a31 = 3.4745; a31a21 – a41a11 = –0.4647; a11(a21a31 – a11a41) = –1.5519; a01a31a31 = –6.8954; a01 = –0.5712; a11 = 3.3399.
Berdasarkan hasil tersebut,
terlihat bahwa a31a21 – a41a11 ≯ 0, dan
a01 ≯ 0. Jadi perilaku sistem di sekitar
titik setimbang e1 tidak stabil.
Dengan cara yang sama diperoleh e2 = (7.5495, 0.7743, -0.7743, -7.7430),
dan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai 𝑎02 =
0.5712, 𝑎12 = −7.8753, 𝑎22 = 3.0830, 𝑎32 = −7.9495, dan 𝑎42 = 1 sehingga a32 = –7.4495; a32a22 – a42a12 = – 16.6331; a12(a22a32 – a12a42) = 130.9907; a02a32a32 = 36.0960; a02 = 0.5712; a12 = –7.8753.
Berdasarkan hasil tersebut,
terlihat bahwa a32≯ 0, a32a22 – a42a12 ≯
0, dan a12≯ 0. Jadi, perilaku sistem di
sekitar titik setimbang e2 tidak stabil.
Gambar 5.1 Perilaku sistem di sekitar titik setimbang kedua (e2) sebelum
diberikan pengontrol u
Perilaku sistem di sekitar titik setimbang e1 dan e2 tidak stabil dengan
trajectory sistem yang terus bergerak
menjauhi titik setimbang.
Masing-masing
species
memiliki laju yang
lambat dengan konsentrasi yang
terus berubah menurut waktu
t
.
Molekul dari masing-masing
species
memiliki energi aktivasi yang terlalu
tinggi
sehingga
kemungkinan
terbentuknya produk sangat kecil.
Karena perilaku sistem di sekitar titik setimbang e1 = (–3.8745, –0.3974,
0.3974, 3.9738) dan titik setimbang e2 =
(7.5495, 0.7743, –0.7743, –7.7430) tidak stabil, maka dapat dikatakan bahwa Sistem Persamaan Rӧssler yang termodifikasi merupakan suatu sistem yang tidak stabil.
Dengan menggunakan Persamaan (3.1), diperoleh rata-rata Lyapunov
exponent -0.8686 pada titik setimbang e1
dan 1.9874 pada titik setimbang e2.
Karena terdapat satu rata-rata Lyapunov
exponent yang bernilai positif, maka
Sistem Persamaan Rӧssler yang
termodifikasi merupakan suatu sistem persamaan yang bersifat chaos.
-40 -20 0 20 40 -10000 -5000 0 5000 -5000 0 5000 10000 x(t) X: 7.55 Y: 0.7743 Z: -0.7743
Perilaku Sistem Rossler di Sekitar Titik Setimbang e2
y(t) z (t ) 0 500 1000 1500 -6000 -4000 -2000 0 t w (t ) w(t)
Suatu input control diletakkan pada masing-masing state dari Sistem Persamaan Rӧssler yang termodifikasi,
sehingga diperoleh suatu sistem
persamaan sebagai berikut
𝑥 = −𝑦 − 𝑧 + 𝑢1 𝑦 = 𝑥 + 𝑎𝑦 + 𝑤 + 𝑢2
𝑧 = 𝑏 + 𝑏1𝑥 + 𝑏2𝑦 + 𝑏3𝑧 + 𝑏4𝑤 + 𝑥𝑧 + 𝑢3
𝑤 = −𝑐𝑧 + 𝑑𝑤 + 𝑢4 (5.1) Misalkan suatu titik setimbang sebagai
𝑥 , 𝑦 , 𝑧 , 𝑤 . Karena e(t) = x(t) – xd(t), dengan xd(t) adalah state yang diinginkan, maka diperoleh eror dinamik dari Sistem Persamaan (5.1)
𝐸1 = −𝐸2− 𝐸3+ 𝑢1 𝐸2 = 𝐸1+ 𝑎𝐸2+ 𝐸4+ 𝑢2 𝐸3 = 𝐸1𝐸3+ 𝐸1𝑧 + 𝑥 𝐸3+ 𝑏1𝐸1+ 𝑏2𝐸2+ 𝑏3𝐸3+ 𝑏4𝐸4+ ℝ + 𝑢3 𝐸4 = −𝑐𝐸3+ 𝑑𝐸4+ 𝑢4 (5.2) dengan ℝ = 𝑏 + 𝑏1𝑥 + +𝑏2𝑦 + 𝑏3𝑧 + 𝑏4𝑤 + 𝑥 𝑧
Selanjutnya, akan diturunkan aturan pengontrol u untuk masing-masing state.
𝐸1 = −𝐸2− 𝐸3+ 𝑢1
sliding surface untuk n = 1 adalah
𝑆 = 𝐸1(𝑡) (5.3)
Berdasarkan (5.3), maka
𝑆 = 𝐸 1 𝑡 = −𝐸2− 𝐸3+ 𝑢1
Untuk 𝑆 = 0, maka
𝑢 = 𝑢𝑒𝑞 = 𝐸2+ 𝐸3 (5.4)
Sehingga aturan pengontrolan u
berdasarkan control law adalah
𝑢1= −𝐸1− 𝑎𝐸2− 𝐸4 −
𝐾 𝑠𝑖𝑔𝑛 (𝑆) (5.5)
Reaching condition terpenuhi jika
𝑆 . 𝑠𝑖𝑔𝑛 𝑆 ≤ −𝜂, dengan η > 0 Sehingga −𝐾 𝑠𝑖𝑔𝑛 (𝑆) 𝑠𝑖𝑔𝑛 𝑆 ≤ −𝜂 −𝐾 ≤ −𝜂 𝐾 ≥ 𝜂 Artinya, K > 0
Jadi, aturan pengontrol u untuk state pertama adalah
𝑢1= 𝑦 + 𝑧 − 𝑦 + 𝑧 −
𝐾 𝑠𝑖𝑔𝑛 𝑥 − 𝑥 (5.6) Dengan cara yang sama diperoleh
𝑢2= −𝑥 − 𝑎𝑦 − 𝑤 + 𝑥 + 𝑎𝑦 + 𝑤 −𝐾 𝑠𝑖𝑔𝑛 𝑦 − 𝑦 𝑢3 = 𝑏 −𝑥𝑧 − 𝑏1𝑥 − 2𝑦 − 𝑏3𝑧 − 𝑏4𝑤 − 𝑏 − 𝐾 𝑠𝑖𝑔𝑛 (𝑧 − 𝑧 ) 𝑢4 = 𝑐𝑧 − 𝑑𝑤 − 𝑐𝑧 − 𝑑𝑤 − 𝐾 𝑠𝑖𝑔𝑛 (𝑤 − 𝑤 )
Setelah diberi
pengontrol u
,
perilaku sistem di sekitar titik
setimbang
tampak
berubah.
Trajectory system
yang awalnya
membentuk osilasi
,
mampu menuju
sliding surface
dan bergerak menuju
ke titik setimbang. Pada saat yang
berlainan,
konsentrasi
masing-masing
species
tidak lagi mengalami
perubahan yang mengindikasikan
bahwa perlakuan yang diberikan
terhadap reaksi mampu menurunkan
energi aktivasi. Reaksi berlangsung
semakin
cepat
sehingga
dapat
membentuk
produk.
Perhatikan Gambar 5.2 berikutGambar 5.2 Perilaku sistem di sekitar titik setimbang kedua (e2) setelah diberi
pengontrol u dengan nilai awal (4, –1, 1, –4)
Jika dilakukan smoothing dengan cara mengganti fungsi signum sign (S) pada control input u dengan fungsi saturasi sat (S/Φ). maka Persamaan (5.6) menjadi 𝑢1= 𝑦 + 𝑧 − 𝑦 + 𝑧 − 𝐾 𝑥−𝑥 𝜙 (5.7) 4 5 6 7 8 -1 -0.5 0 0.5 1 -1 -0.5 0 0.5 1 x(t) X: 7.55 Y: 0.7736 Z: -0.7735
Perilaku Sistem Rossler di Sekitar Titik Setimbang e2 Dengan Input Control u
X: 4 Y: -1 Z: 1 y(t) z (t ) 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 -8 -6 -4 t w (t ) w(t)=w
dengan 𝑠𝑎𝑡 𝑆 Φ = 𝑆 Φ 𝑠𝑖𝑔𝑛 Φ𝑆 jika Φ𝑆 < 1 jika Φ𝑆 ≥ 1
Dengan cara yang sama diperoleh
𝑢2= −𝑥 − 𝑎𝑦 − 𝑤 + 𝑥 + 𝑎𝑦 + 𝑤 −𝐾 𝑦 − 𝑦 𝜙 𝑢3= 𝑏 −𝑥𝑧 − 𝑏1𝑥 − 2𝑦 − 𝑏3𝑧 − 𝑏4𝑤 − 𝑏 − 𝐾 𝑧 − 𝑧 𝜙 𝑢4= 𝑐𝑧 − 𝑑𝑤 − 𝑐𝑧 − 𝑑𝑤 − 𝐾 𝑤 − 𝑤 𝜙
Gambar 5.3 Perilaku sistem di sekitar titik setimbang kedua (e2) setelah diberi
pengontrol u dengan cara smoothing. (Nilai awal = (4, –1, 1, –4), K = 3, dan Φ = 2)
Selanjutnya, perubahan nilai eror akibat input control u dapat dilihat pada Gambar 5.4 berikut
Gambar 5.4 Perubahan nilai eror setelah diberi pengontrol u untuk sistem di sekitar titik setimbang kedua (e2)
6. Kesimpulan
Dari analisis dan pembahasan
di atas, diperoleh kesimpulan bahwa
1.
Sistem Persamaan Rӧssler yang
termodifikasi merupakan suatu
sistem yang memiliki dua titik
setimbang
hyperbolic
yaitu
𝑒
1= 𝑎 −
𝑑𝑐−𝐴+ 𝐷2
, −
−𝐴+𝐷2, −𝐴+𝐷2, 𝑐𝑑−𝐴+𝐷2
dengan tipe
sadle point
, dan
𝑒
2= 𝑎 −
𝑑𝑐−𝐴− 𝐷2
, −
−𝐴−𝐷2,−𝐴−𝐷2,𝑐𝑑−𝐴−𝐷2
dengan tipe
sources
.
2.
Kriteria
kestabilan
Sistem
Persamaan
Rӧssler
yang
termodifikasi diperoleh dengan
menggunakan konsep kestabilan
Routh-Hurwitz. Perilaku sistem
di sekitar titik setimbang pertama
stabil
jika
memenuhi
Pertidaksamaan
(2.5),
(2.6),
(2.7), (2.8), dan (2.9) sedangkan
perilaku sistem di sekitar titik
setimbang kedua stabil jika
memenuhi
Pertidaksamaan
(2.12), (2.13), (2.14), (2.15), dan
(2.16).
4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8 -1 0 1 -1 -0.5 0 0.5 1 X: 7.549 Y: 0.7743 Z: -0.7743 x(t)Perilaku Sistem Rossler di Sekitar Titik Setimbang e2 Dengan Input Control u
X: 4 Y: -1 Z: 1 y(t) z (t ) 0 10 20 30 40 50 60 70 -8 -6 -4 t w (t ) w(t)=w 0 2000 4000 6000 -2 0 2 4 t e 1 (t )
Perubahan Nilai Error
0 2000 4000 6000 -1 -0.5 0 0.5 t e 2 (t ) 0 2000 4000 6000 -0.5 0 0.5 1 t e 3 (t ) 0 2000 4000 6000 -4 -3 -2 -1 0 1 t e 4 (t )
3.
Rata-rata
Lyapunov exponent
di
sekitar titik setimbang adalah
𝐿 =
𝑎 + 𝑏
3+ 𝑥 + 𝑑
4
4.
Sistem Persamaan Rӧssler yang
termodifikasi dengan parameter
sistem
a
= 0.25,
b
= 3,
c
= 0.5,
d
= 0.05,
b
1= 0.5,
b
2= –0.1,
b
3=
b
4= 0.1 merupakan suatu sistem
persamaan yang tidak stabil dan
bersifat chaos.
5.
Sliding Mode Control
(SMC)
merupakan
suatu
metode
pengontrol
yang
mampu
mengontrol chaos yang terjadi
pada Sistem Persamaan Rӧssler
yang
termodifikasi.
Aturan
kontrol yang bekerja pada SMC,
mampu
mengarahkan
sistem
menuju ke titik setimbang untuk
sebarang
initial
condition
.
Fenomena
chatering
yang timbul
sebagai
akibat
dari
model
pengontrolan yang diskontinu
pada
SMC
murni
dapat
diminimalkan dengan
smoothing
yaitu dengan menempatkan suatu
boundary layer
di sekitar
sliding
surface
sehingga
trajectory
system
hanya akan bergerak di
dalam
boundary
layer
lalu
menuju ke titik setimbang.
7. Saran
Penelitian ini dapat dilanjutkan
dengan mengkombinasikan antara
SMC
murni
dengan
metode
pengontrol sistem yang lain sehingga
sliding
surface
dapat
langsung
diperoleh tanpa harus mereduksi
sistem.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond, 2002, Chemistry:
Seventh Edition, Boston,
McGraw-Hill.
Dadras dkk, Sara., dkk., 2008, Sliding Mode Control for Uncertain New
Chaotic Dynamical System, Chaos,
Solitons and fractals.
Feki, Moez., 2008, Sliding Mode
Control and Synchronization of Chaotic Systems With Parametric
Uncertainties, Chaos, Solitons and
Fractals.
Gaspard, Pierre, 2005. “Rӧssler Sistem” dalam Encyclopedia of Nonlinear
Science, ed. Scott, Alwyn.,
Routledge, New York, hal. 808-811. Hilborn, Robert C., 1993, Chaos and
Nonlinear Dynamics :An
Introduction For Scientists and
Engineers, Oxford University Press,
Inc., New York.
Nazzal, Jamal M., dan Natshes, Ammar N., 2007, Chaos Control using
Sliding-Mode Theory, Chaos,
Solitons and Fractals, No. 33, hal. 695–702.
Nikolov, Svetoslav., dan Clodong,
Sébastien., 2006, Hyperchaos–
Chaos–Hyperchaos Transition in
Modified Rӧssler Systems, Chaos,
Solitons and Fractals, No. 28, hal. 252–263.
Ogata, Katsuhiko, 1985, Teknik Kontrol Automatik: Sistem Pengaturan Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Palm, Rainer., dkk., 1996, Model Based
Fuzzy Control: Fuzzy Gain
Schedulers and Sliding Mode Fuzzy
Control, Springer-Verlag, New York.
Phillips, Charles L., dan Harbor, Royce D., 1996, Feedback Control Systems
:Third Edition, Prentice Hall, Inc.,
New Jersey.
Subiono, 2008, Matematika Sistem
(Diktat), Jurusan Matematika