• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN PARTISIPATIF DI PESANTREN (Studi atas Fenomena Bahsul Masail di Pondok Pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur 2006) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN PARTISIPATIF DI PESANTREN (Studi atas Fenomena Bahsul Masail di Pondok Pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur 2006) - Test Repository"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

(S tu d i a ta s F e n o m e n a B ah su l M asail di

P o n d ok P e sa n tr e n T rem as P a cita n Jaw a T im ur 2 0 0 6 )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh :

M U H . S U K R O N

NIM : 111 02 014

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 W ebsite : w w w .s ta in s a la tiu a .a c .id E - m a il: adm inistrasi@ stainsalatiga.ac.id

D E K L A R A S I

B ism illahirrahm anirrahim

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau pemah

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup

mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang

munaqosyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, Agustus2006

Peneliti

MUH. SUKRON NIM. I l l 02 014

(3)

JL Station 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-m ail: [email protected]

P E N G E S A H A N

S k rip si S a u d a ra : MUH. SUKRON d e n g a n Nom or In d u k

M a h asisw a 1 1 1 0 2 0 1 4 y a n g b e iju d u l “PENDIDIKAN

PARTISIPATIF DI PESANTREN (S tu d i a ta s F en o m en a B ah su l

M asail d i P on d ok P e sa n tr e n T rem as P a cita n Jaw a T im ur

2 0 0 6 ) ”. T elah d im u n a q a s a h k a n d a la m sid a n g p a n itia u jia n

J u r u s a n T arb iy ah S ek o lah Tinggi A gam a Islam Negeri S alatig a

p a d a h a ri : R abu, 0 6 S e p te m b e r 2 0 0 6 M y a n g b e rte p a ta n

d e n g a n tan g g a l 13 Sya'ban 1 4 2 7 H d a n te la h d ite rim a seb ag ai

b a g ia n d a ri s y a ra t-s y a ra t u n t u k m em p ero leh g elar S a rja n a d a la m

Ilm u T arb iy ah .

06 S e p tem b e r 2 0 0 6 M S alatig a,

---13 S y a 'b a n 1427 H

(4)

NOTA PEMBIMBING

Assalamu 'alaikum Wr. Wh.

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan

seperlunya, maka skripsi Saudari:

Nama Muh. Sukron

NIM 111 02 014

Jurusan Tarbiyah

Progdi PAI

Judul MODEL PENDIDIKAN PARTISIPATIF DI PESANTREN (Studi atas Fenomena Bahsul Masai 1 di Pondok Pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur Tahun 2006)

Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.

Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan

sebagaimana mestinya.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing

(5)
(6)

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam, atas limpahan rahmat, hidayah,

taufiq dan inayahnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada panutan umat Islam

Nabi Muhammad saw, sanak kerabat dan para sahabat yang telah menunjukkan

jalan yang benar dengan perantara agama Islam.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi kewajiban sebagai

syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam ilmu tarbiyah.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari

berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan

terima kasih kepada.

1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Salatiga

2. Dr. Muh Saerozi dan Jaka Siswanta selaku dosen pembimbing yang dengan

penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberi pengarahan serta

bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. K.H. Fuad Habib selaku pemimpin Pondok Pesantren Tremas Pacitan Jawa

Timur yang telah memberikan ijin penulis untuk mengadakan penelitian di

Pondok Pesantren Tremas.

4. Ayah, ibu, kakak-kakaku, adikku dan semua familiku yang selalu memberi

(7)

6. Sahabat sahabati PMII Salatiga, Teman-teman angkatan 2002 terutama PAI A

serta yang lainnya yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang

selalu mengisi hari-hari penuh semangat.

Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempumaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan penulis, sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk

diperbaiki dalam skripsi ini.

Akhimya penulis berharap dan berdo’a semoga skripsi ini memberikan

sumbangan positif bagi pengembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan

agama Islam.

Salatiga, 10 Agustus 2006

Penulis

Muh. Sukron

(8)

1. Pa’e dan M a’e (Orangyangpaling kucintai)

2. Mase, M ba’e dan A d i’e (orangyangpaling kusayangi)

3. Semua keluarga dan famili

4. Sahabat dan sahabati PMI1

5. HI Shahab sekeluarga (atas do ’a dan motivasinya)

6. Jet Lee, Wauy, Sarah, Puji dan Silvie

(9)

HALAMAN JU D U L... i

DEKLARASI ... ii

NOTA PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian... 3

C. Pokok Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian... 4

E. Metodologi Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan... 11

BAB II PEMIKIRAN Prof. H.D. SUDJANA S.,S.Pd„ M.Ed., PhD. A. Biografi Prof.H.D.Sudjana S.,S.Pd., M.Ed., PhD... 14

B. Devinisi Pembelajaran Partisipatif... 15

C. Landasan Teoritis Kegiatan Pembelajaran Partisipatif... 18

D. Faktor-faktor Pendukung Kegiatan Pembelajaran Partisipatif 20 E. Ciri-ciri Pembelajaran Partisipatif... 23

(10)

Partisipatif... 25

BAB III KONDISI PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN TREMAS PACITAN JAWA TIMUR A. Letak Geografis...*/... 27

B. Sejarah Berdiri...:... 28

C. Keadaan Santri, Ustad dan Masyarakat S e k i t a r ... 29

D. Model Pendidikan... 30

E. Fenomena Bahsul Masail... v... 37

BAB IV ANALISIS DATA A. Perbandigan Antara Model Pendidikan Partisipatif Perspektif Prof. H. D. Sudjana S., S.Pd., M.Ed, Phd. dengan Model Pendidikan yang Diterapkan di Pondok Pesantren Tremas... 41

B. Kendala dalam Penyelenggaraan Pendidikan Di Pondok Tremas... 44

C. Potensi dan Kelemahan Pendidikan Di Pondok Tremas... 47

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 54

B. Saran... 56

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

(11)

A. Latar Belakang Masalah

Diakui bahwa pendidikan adalah satu aspek kehidupan yang terpenting

dalam menentukan kehidupan di masyarakat. Seiring dengan kemajuan

zaman, berkembang pulalah dunia pendidikan, dari model pendidikan yang

tradisional sampai pada model pendidikan yang modem. Tentunya semua itu

tidak terlepas dari peran seorang guru maupun ustadz yang mengajarkan

ilmunya kepada peserta didik dengan bermacam-macam metode pengajaran

yang diterapkan.

Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling

maju, guru memegang peranan penting, hampir tanpa kecuali guru merupakan

satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat.1 Oleh

karena itu seorang guru harus mempunyai talenta untuk dapat mengajar dan

membimbing murid-murid agar dapat menerima dan memahami ilmu-ilmu

yang tel ah diajarkan, juga memberi motivasi pada murid untuk menambah

keilmuan mereka, sehingga bagi calon guru harus dibekali pengalaman

praktek mengajar yang memadai mencakup tentang model pendidikan yang

tepat dalam mengajar para siswa.

Sayang sekali, pengalaman praktek mengajar biasanya tidak menolong

calon guru mempelajari bagaimana mengajar, ini berbeda demgan keyakinan

kuat dari banyak pengamat, sebenarnya calon guru hanya belajar bagaimana

1 W. James Pophan dan Evil Baker terjemahan Dr. Amirul hadi dkk, Tekhnik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1992, him. I

(12)

menghabiskan jatah waktunyaz. Sehingga model pendidikan yang diterapkan

cenderung masih asal-asalan, serta hasil yang dicapai tidak maksimal dan jauh

dari tujuan.

Guru adalah sosok penting dalam dunia pendidikan, akan tetapi kalau

tidak ada dukungan yang optimal dari komponen-komponen pendidikan yang

lain usaha yang dilakukan oleh guru tidak akan berhasil secara maksimal, oleh

karena itu harus ada peran aktif baik oleh guru maupun murid, hal inilah yang

perlu dikcmbangkan di lembaga-lembaga pendidikan termasuk di pondok

pesantren.

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia telah

menunjukkan kemampuannya dalam mencetak kader-kader ulama dan telah

berjasa turut mencerdaskan bangsa. Selain itu, pondok pesantren telah menjadi

pusat pendidikan yang telah berhasil menanamkan semangat kewira swastaan

dan semangat kemandirian yang tidak menggantungkan diri pada orang lain.2 3

Model pendidikan di pesantren salaf cukup bervariatif dan punya ciri

khusus yang tidak dimiliki olleh lembaga pendidikan lain, seperti bandongan

dan sorogan. Juga terdapat model pendidikan yang melibatkan berbagai pihak

termasuk kyai , ustadz, santri bahkan masyarakat sekitar. Ini bisa dicermati

pada model pembelajaran bahsul mas ail yang diterapkan di pondok pesantren

Tremas Pacitan Jawa Timur.

2 Ibid, hlm.2

(13)

Bahsul masail merupakan salah satu metode pembelajaran yang

menganut model pendidikan partisipatif, karena dalam pelaksanaannya setiap

santri dituntut untuk aktif berperan serta dalam proses pembelajaran. Setiap

santri yang mengikuti kegiatan belajar harus menyiapkan segala jawaban-

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan pada pelajaran yang

telah lalu disertai dengan kitab ataupun buku sebagai referensinya, sekaligus

siap untuk beradu argumen dengan santri lain apabila terdapat ketidak samaan

dalam pendapat, sehingga akan terjadi perdebatan yang sengit diantara santri

untuk mendapatkan jawaban yang benar dan dapat diterima oleh semua santri

yang mengikuti pelajaran.

Berawal dari fenomena di atas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang diberi judul “Model Pendidikan Partisipatif di Pesantren.”

(Studi atas Fenomena Bahsul Masail di Pondok Pesantren Tremas Pacitan

Jawa Timur)

B. Fokus Penelitian

Untuk menghindari adanya pembiasan dalam suatu masalah, maka

penulis perlu membatasi permasalahan dengan menyertakan fokus penelitian,

dan sebagai fokus penelitian adalah fenomena yang terjadi dalam

pelaksanaanstrategi pembelajaran bahsul masail yang merupakan

implementasi dari model pendidikan partisipatif di Pondok Pesantren Tremas

(14)

C. Pokok Masalah

Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana model pendidikan partisipatif dilaksanakan di pondok

pcsantren Tremas Pacitun Jawa Timur?

2. Bagaimana perbandingan model pendidikan di pondok pesantren Tremas

dengan teoritis pendidikan partisipatif yang dikemukakan oleh Prof.H.D.

Sudjana S.,S.Pd.,M.Ed.,PhD ?

3. Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan model pendidikan

partisipatif di pondok pesantren Tremas ?

D. Tujuan penelitian

Setiap kegiatan yang di sadari pasti mempunyai tujuan yang hendak

dicapai, adapun yang menjadi tujuan pokok dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui model pendidikan partisipatif yang dilaksanakan di

pondok pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur.

2. Untuk mengetahui perbandingan antara model pendidikan di pondok

pesantren Tremas dengan teoritis pendidikan partisipatif perspektif

Prof.H.D.Sudjana S.S.Pd.,M.Ed.,PhD.

3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan model

(15)

E. Metodologi Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah salah satu dari sumber data, yang darinya

peneliti dapat memperoleh data-data yang diperlukan. Dalam hal ini

subyek penelitian merupakan pelaku utama dalam suatu kegiatan yang

sedang diteliti.

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah

sebagai berikut:

a. Santri Pondok Pesantren Tremas

Santri merupakan salah satu dari subyek penilitian karena

dalam pelaksanaan model pendidikan partisipatif, santrilah yang

menjadi pelaku utama. Dari santri peneliti bisa mendapatkan data

tentang kegiatan santri dalam model pendidikan partisipatif.

b. Ustadz Pondok Pesantren Tremas

Ustadz sebagai tenaga pengajar juga sangat berperan dalam

pelaksanaan pendidikan partisipatif, karena ustadz berperan

sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Dari ustadz peneliti

mendapatkan data tentang keterlibatannya dalam pendidikan

partisipatif

c. Kyai Pondok Pesantren Tremas

Sosok kyai di pondok pesantren sangat dominan dalam

menentukan kebijakan, sehingga kyai mempunyai pengaruh yang

(16)

pesantren. Dari kyai dapat diperoleh data tentang partispasi kyai

dalam pelaksanaan model pendidikan partisipatif.

d. Masyarakat Sekitar Pondok Pesantren Tremas

Pondok pesantren Tremas mempunyai hubungan yang baik

dengan masyarakat sekitar, dan hampir setiap kegiatan yang

dilakukan oleh santri diketahui oleh masyarakat. Dari masyarakat

sekitar peneliti memperoleh informasi berupa pemahaman mereka

terhadap kegiatan pembelajaran di pondok pesantren Tremas,

pemahaman atas keterlibatan santri, ustadz, maupun kyai dalam

kegiatan pembelajaran tersebut.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian inipendekatan yang diterapkan oleh peneliti

adalah pendekatan kualitatif. Peneliti memilih menggunakan pendekatan

kualitatif karena dalam penelitian ini terdapat karakteristik yang cenderung

pada penelitian kualitatif yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

gambar, bukan berupa angka-angka.

Untuk menunjang hasil penelitian maka peneliti menggunakan

metode studi kasus yaitu fokus penelitian terletak pada fenomena

kontemporer ( masa k in i) di dalam konteks kehidupan nyata.4 Dan dalam

nencari data peneliti lebih dominan menggunakan kalimat tanya how dan

why. Metode studi kasus dipilih karena adanya kekhasan di lokasi

4 Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004,

(17)

penelitian yang selama ini peneliti belum menemukannya di lokasi lain

pada waktu melakukan observasi.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi

Penelitian dilakukan di pondok pesantren Tremas yang terletak

di Desa Tremas Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa

Timur. Dipilihnya pondok pesantren Tremas karena pondok pesantren

Tremas merupakan salah satu pondok pesantren yang tertua di Jawa

dan mempunyai model pendidikan yang jarang sekali diterapkan di

pondok pesantren lain.

b. Waktu

Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dua bulan

terhitung dari bulan Mei sampai Juli 2006.

4. Alat Pengumpul Data

a. Observasi Partisipatif

Dalam hal ini observer terjun langsung dan ikut serta dalam

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diamati5. Peneliti

ikut berbaur dengan santri untuk mengikuti kegiatan pembelajaran

dikelas dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran.

b. Wawancara Mendalam/deep interview

Interview dikenalpula dengan istilah wawancara adalah suatu

proses tanya jawab lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadapan

(18)

secara fisik ang satu dengan melihat yang lain dan mendengar dengan

telinga sendiri dari suaranya.6 Dengan wawancara ini peneliti

mengorek data dari:

1. Santri

Dari santri peneliti mendapatkan data-data tentang aktivitas santri

dalam proses pembelajaran di pondok pesantren Tremas.

2. Ustadz

Data yang dibutuhkan adalah data yang berkenaan dengan kiat-

kiat untuk mensukseskan model pendidikan partisipatif yang

diterapkan di pondok pesantren Tremas.

3. Kyai

Data yang diperlukan adalah data tentang partisipasi kyai dalam

pendidikan partisipatif.

4. Masyarakat Sekitar

Peneliti mencari informasi atau data dari masyarakat tentang

pandangan masyarakat terhadap model pendidikan yang

diterapkan oleh pondok pesantren Tremas.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data

dengan menggunakan dokumen yang ada. Dengan metode ini dapat

diperoleh catatan atau arsip yang berhubungan dengan penelitian.7

Peneliti mencari data dari buku, arsip, majalah, maupun

(19)

catatan yang berkenaan dengan proses pembelajaran di pondok

pesantren Tremas, peneliti juga mengambil fhoto pada waktu santri

melaksanakan pembelajaran dikelas.

5. Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan,

diantaranya:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Peneliti tinggal di lapangan sampai kejenuhan pengumpulan

data tercapai. Sehingga peneliti akan tinggal di lokasi penelitian

dalam jangka waktu yang relatif lama sampai peneliti menganggap

bahwa data yang dikumpulkan dirasa cukup.

b. Ketekunan/keajegan Pengamatan

Mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara

kaitannya dengan proses analisis yang konstan dan tentatif.8 9 Peneliti

selalu ikut dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di pondok

pesantren Tremas, bukan hanya satu atau dua kali saja melainkan

sampai berkali-kali.

c. Triangulasi

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain.10 Ada tiga macam triangulasi;

8 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung 2004, him. 327

(20)

1. Triangulasi Metode

Yaitu perbandingan data yang diperoleh dari satu metode dengan

metode lain, hasil yang didapat dari wawancara dibandingkan

dengan hasil observasi dan dokumentasi.

2. Triangulasi Waktu Penelitian

Yaitu perbandingan data yang didapat pada satu waktu dengan

waktu yang lain, semisal data yang diperoleh pada waktu pagi hari

dibandingkan dengan data yang diperoleh pada siang hari.

3. Triangulasi Sumber Data

Yaitu dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari santri

dengan data yang diperoleh dari ustadz, kyai, dan masyarakat.

d. Analisis Kasus Negatif

Dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang

tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah

dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding." Jika

peneliti dalam realitasnya menemui hal-hal yang tidak sesuai dengan

idealitas, maka peneliti mencatat dan menganalisisnya, semisal dalam

pelaksanaan model pendidikan partisipatif masih ada santri yang tidur

dikelas ataupun tidak mengikuti pelajaran dikelas dengan baik.

e. Uraian Rinci

Melaporkan hasil penelitian dengan seteliti dan secermat

mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian

(21)

diselenggarakan. Peneliti mencatat hasil penelitian dengan runtut,

teliti, dan secarmat mungkin, sehingga dipastikan tidak ada data yang

tertinggal dalam laporan penelitian.

6. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data ada beberapa teknik yang dilakukan secara

bertahap diantaranya:

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan tmsformasi data kasar yang

11 muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.

b. Penyajian Data

Dalam tahap ini peneliti menyajikan data yang telah direduksi dengan

rapi dan runtut sehingga peneliti mampu melakukan tindakan lanjutan

untuk analisa data.

c. Menarik Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan reduksi data dan penyajian data maka

peneliti menarik kesimpulan terhadap data-data yang telah terkumpul.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, maka disusun

sistematika penulisan sebagai berikut:

12 Ibid, him. 335

1 Miles, Mattew B dan A Michael Hubermen, Analisis Data Kualitatif, Universitas Indonesia, Jakarta, 199, him. 16

(22)

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian,

pokok masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Pemikiran Prof.H.D.Sudjana S.S.Pd.,M.Ed.,PhD.

Bab ini berisi

1. Biografi Prof.H.D.Sudjana S.S.Pd.,M.Ed.,PhD.

2. Definisi pembelajaran partisipatif

3. Landasan teoritis pendidikan partisiptif

4. Faktor pendukung pembelajaran partisipatif

5. Ciri-ciri penbelajaran partisipatif

6. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran partisipatif

Bab III Kondisi Pendidikan Pondok Pesantren Tremas

Bab ini berisi tentang

1. Letak geografis

2. Sejarah berdirinya

3. Keadaan santri, ustadz, dan masyarakat sekitar

4. Model pendidikan

5. Fenomena bahsul masail

Bab IV Analisis

Bab ini berisi tentang analisa terhadap model pendidikan

(23)

perbandingannya dengan model pendidikan partisipatif yang

dikemukakan Prof.H.D.Sudjana S.S.Pd.,M.Ed.,PhD.

Bab V PenutUf)

(24)

PEMIKIRAN Prof. H.D. SUDJANA S.,S.Pd., M.Ed., PhD.

A. Biografl Prof.H.D.Sudjana S.,S.Pd., M.Ed., PhD.

Prof H.D.Sudjana S.,S.Pd., M.E.d.,PhD. Lahir di Bandung dan masuk

di jurusan IPPK FKIP Unpad tahun 1962. lulus Sarjana Muda dan Saijana

Sosial IKIP Bandung, Master o f Education di University of Massachusetts,

dan Doctor o f Philoshi di University of Lowa. Dia adalah dasen FIP dan Paska

Saijana Universitas Pendidikan Indonesia dan beberapa perguruan tinggi, serta

dosen non-organik SESKOAD. Pengalaman jabatan antara lain Skretaris

Jurusan IPPS (192-1976), Pembantu Dekan I FIP (1982-1988), dan Ketua

LPM IKIP Bandung (1989-1997), serta Pimpinan Program Studi PLS PPS

UPI sejak 1998.

Pemah menjadi konsultan, peneliti, pelatih, nara sumber dalam

berbagai seminar dan loka karya di tingkat nasional dan daerah. Di tingkat

intemasional ia pemah menjadi tim anggota kunjungan studi pendidikan

terbuka ke Malaysia, Hongkong, dan Korea selatan (1978), penyaji tentang

“The Role o f Universities in Indonesia on Non Formal Education ’’yang

diselenggarakan himpunan mahasiswa Thailand di Amerika Utara (19780),co­

planer dan co-triner dalam The Summer Training fo r BPM’staff” di center for

International Edcation UMMAS (1979), Ketua Tim Kunjungan Studi

Pendidikan Nonformal ke Philipina, Thailand, dan Singapura (1980), anggota

delegasi Indonesia dalam Konferensi Asia-South Pacific Bureau di Bali (1980)

(25)

pada work shop on literacy research and evaluation oleh unesco (1981), pada

conference o f adult education oleh Unesco di Sirys Layan, Cairo Mesir

(1983), dan pada North american conference on social studies in cedar rapids

(1985), ia pemah menjadi penyaji dan pembahas dalam seminar tentang

Pancasila simulation games di university o f indiana (1985), lokakarya permias

tentang peranan mahasiswa Indonesia dalam pembangunan nasional di

university of Iowa (1985), seminar pembangunan di Iowa state university

tentang the role o f schools in indonesia strenghthening contiuning education

(1991), dan dalam konferensi international tentang learning strategies o f

multicultural education an intregated secondary schools (1995), penulis

pemah menjadi ketua kelompok mahasiswa Indonesia di University of

Massachusetts (1978) dan ketua permias di Lowa City (periode 1985-1986)

dan (1986-198) penulis aktif pula dalam lembaga-lembaga pendidikan

keagamaan dan kemasyarakatan di tingkat intemasional, nasional dan daerah.

Buku-buku yang telah diterbitkan dan diperbaiki adalah pendidikan luar

sekolah: wawasan, sejarah perkembangan, falsafah dan teori pendukung serta

asas: manajemen program pendidikan penerapanya dalam program luar

sekolah dan pengembanganya sumber daya manusia: strategi pembelajaran

dan metode dan teknik pembelajam partisipatif. Buku baru yang akan terbit

adalah sistem dan manajemen pelatihan.1

1 Prof.H. D. Sudjana S., S.Pd., PhD Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif,

(26)

B. Definisi Pembelajaran Partisipatif

Pendidikan partisipatif merupakan kegiatan pembelajaran sebagai

akibat penggunaan strategi pembelajaran aktif. Pendidikan partisipatif dapat

diartikan sebagai upaya pendidik untuk mengikutkan peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran, peserta didik dituntut untuk aktif dalam mengikuti

proses pembelajaran, karena keberhasilan dalam proses pendidikan ini terletak

bagaimana peran aktif peserta didik dalam rangkaian kegiatan belajar, dengan

tanpa mengabaikan peranan pendidik.

Dalam pelaksanaan pendidikan partisipatif yang menitik beratkan pada

keaktifan peserta didik, maka keikutsertaan peserta didik itu dalam tiga

tahapan kegiatan pembelajaran yang meliputi perencanaan program {program

planing), pelaksanaan (program implementation), dan penilaian {program

evaluation) kegiatan pembelajaran.2

Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keterlibatan peserta didik

dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan balajar, permasalahan dan

prioritas masalah, sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan

hambatan dalam pembalajaran serta merumuskan tujuan belajar yang akan

icapai oleh peserta didik. Tujuan belajar dapat berupa pengetahuan,

ketrampilan, atau nilai-nilai yang menjadi bagian dari kehidupan peserta didik.

Untuk mencapai tujuan belajar, maka ditetapkan program kegiatan

pembalajaran, program pembelajaran ini mencakup materi pelajaran, metode

(27)

dan teknik pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, alat-alat dan

fasilitas serta waktu yang digunakan.

Partisipasi dalam pelaksanaan program kegiatan pembelajaran menurut

Sudjana (2004:155) adalah kegiatan peserta didik dalam menciptakan iklim

yang kondusif untuk belajar. Iklim kondusif ini mencakup, pertama,

kedisiplinan peserta didik yang ditandai dengan keteraturan dalam setiap

kegiatan penbelajaran. Kedua, pembinaan hubungan antar peserta didik dan

antara peserta didik dengan pendidik, sehingga tercipta hubungan

kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling

membantu dan saling belajar. Ketiga, tekanan kegiatan pembelajaran terdapat

pada peranan peserta didik yang lebih aktif melakukan kegiatan pembelajaran,

bukan pada pendidik yang lebih mengutamakan kegiatan mengajar.

Partisipasi dalam tahap evaluasi program pembelajam dilakukan untuk

menghimpun, mengolah, dan menyajikan data atau informasi yang dapat

digunakan baik untuk penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk

penilaian pengelolaan program pembelajaran. Penilaian pelaksanaan

pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil, dan dampak

pembelajaran. Penilaian terhadap proses pembelajaran berfungsi untuk

mengetahui sejauh mana kesesuaian konsep yang telah direncanakan dengan

pelaksanaannya. Penilaian pada hasil pembalajaran berfungsi untuk

mengetahui perubahan perilaku yang dialami peserta didik setelah mengikuti

(28)

mengetahui perubahan kehidupan lulusan setelah menerapkan hasil

belajarnya.3

C. Landasan Teoritis Kegiatan Pembelajaran Partisipatif

Ditinjau dari segi teori belajar, kegiatan pembelajaran partisipatif

dilandasi oleh berbagai teori, diantaranya ialah teori hubungan

(iconnectionismej yang dikembangkan oleh Thorndike, teori-teori dari aliran

tingkah laku (behaviorisme) yang dikembangkan oleh Guthrine, Skiner,

crouder, dan Hull, kegiatan inipun didukung oleh Teori Gestalt dan Teori

Medan (field theory).

Menurut Teori Asosiasi yang dikembangkan oleh Thorndike kemudian

oleh James Watson dan Wiliam James, kegiatan belajar akan efektif apabila

interaksi antara pendidik dan peserta didik dilakukan melalui stimulus dan

respons. Kegiatan pembelajaran adalah proses menghubungkan antara

stimulus dan respons. Berdasarkan teori ini, makin giat peserta didik belajar

makin tinggi kemampuannya dalam menghubungkan stimulus dan respons

maka akan efektif pula pembelajarannya.3 4

Teori Asosiasi berguna untuk mengembangkan kegiatan partisipatif,

yaitu supaya peserta didik melakukan respons terhadap stimulus yang

dipelajari. Namun teori ini menyampingkan peranan kreatifitas pikiran dan

perbuatan peserta didik, serta cenderung mengabaikan minat dan aspirasi

(29)

peserta didik. Teori ini memberi tekanan terhadap pentingnya kegiatan

pembelajaran pada peserta didik perorangan, dan mengutamakan kemampuan

pendidik untuk menciptakan stimulus.

Dalam usaha untuk mengurangi kelemahan Teori Asosiasi muncul teori

lain yang melandasi kegiatan pembelajaran partisipatif, seperti teori Medan

(fiel theory) yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori Medan

mengutamakan pentingnya pengalaman peserta didik, berorientasi pada

pemecahan masalah dan motivasi. Prisip topological psychology yang

digunakan Lewin menekankan pada wilayah kehidupan peserta didik (live

space), Willayah kehidupan merupakan lingkungan fisik dan psikis yang

berhubungan dengan peranan peserta didik, motivasi pada peserta didik

muncul sebagai kekuatan psikologis yang dapat menimbulkan perubahan.

Berdasarkan teori ini peserta didik dipandang sebagai subyek yang memiliki

memampuan berfikir aktif dan kreatif, dapat mengidentifikasi masalah, serta

mampu untuk melakukan kegiatan pemecahan masalah.

Menurut Teori Medan, kegiatan pembelajaran akan efektif apabila

peserta didik merasa butuh untuk belajar, menyadari bahwa belajar itu penting

bagi perubahan dirinya, serta ikut ambil bagian secara aktif dalam merancang

apa yang akan dipelajari, menentukan cara-cara dalam mempelajari, dan

marasakan manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran secara

perorangan, tetapi ia belajar bersama oranglain dalam kelompok dengan

kegiatan berfikir untuk berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.5

(30)

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pemilihan dan Penggunaan

Teknik Pembelajaran

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran partisipatif ada beberapa

faktor yang perlu diperhatikan,yaitu:

1. Faktor Manusia

Pada faktor manusia, yang perlu diperhatikan dalam teknik

pembelajaran partisipatif adalah peserta didik, tenaga lain yang terkait, dan

masyarakat. Peserta didik memiliki karakteristik tersendiri, yaitu

karakteristik internal dan ekstemal. Karakteristik peserta didik perlu

diperhatikan oleh pendidik. Kemp (1985) mengemukakan bahwa

karekteristik peserta didik mencakup karakteristik akademik, pribadi dan

sosial. Karakteristik lain yang perlu diperhatikan adalah pekeijaan,

motivasi belajar, dan kebiasaan belajar. Pemahaman penyelenggaraan

program bagi pendidik terhadap karakteristik peserta didik akan membantu

dalam menentukan teknik pembelajaran yang cocok.6

Apabila pendidik perlu menguasai pengetahuan dan keterampilan

tentang penggunaan teknik pembelajaran, maka peserta didikpun perlu

mengetahui informasi tentang teknik yang akandigunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Informasi itu memuat gambaran umum. Alasan

penggunaan, dan langkah-langkah penggunaan teknik, serta hubungannya

dengan tujuan dan proses kegiatan pembelajaran. Pemahaman terhadap

hal-hal ini akan menjadi masukan bagi pendidik dalam membantu peserta

(31)

didik untuk menggunakan teknik pembelajaran yang cocok dengan

kehidupan peserta didik, dan dapat menumbuhkan serta mengembangkan

partisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

2. Faktor Tujuan Belajar

Faktor lain yang mempengaruhi dalam pemilihan dan penggunaan

teknik pembelajaran adalah tujuan belajar. Apabila dikaitkan belajar

sebagai proses dan sebagai hasil, maka tujuan belajar erat hubungannya

dangan penggunaan tipe-tipe kegiatan belajar. Tipe-tipe kegiatan belajar

terdiri antara lain atas tipe kegiatan keterampilan, tipe kegiatan

pengetahuan, tipe kegiatan belajar sikap, dan tipe kegiatan belajar

pemecahan masalah.

3. Faktor Materi Pelajaran

Materi pelajaran atau bahan belajar akan mempengaruhi

pertimbangan pendidik atau penyelenggara pendidikan dalam memilih dan

menetapkan taknik pembelajaran yang cocok untuk digunakan. Teknik

yang digunakan untuk mempelajari materi pelajaran khusus akan berbeda

dengan teknik pembelajaran yang digunakan untuk materi pelajaran yang

bersifat umum.

4. Faktor Waktu dan Fasilitas

Penggunaan teknik pembelajaran akan dipengaruhi pula oleh

waktu dan fasilitas belajar, waktu berkaitan dengan lamanya kegiatan

pembelajaran dan kapan kegiatan itu dilangsungkan. Kegiatan yang

(32)

belajar yang membutuhkan waktu lama, sehingga tekniki tu dipilih dan

ditetapkan sesuai dengan waktu yang tersedia.

Kapan kegiatan pembelajaran akan dilangsungkan, perlu

dipertimbangkan dalam upaya memilih dan menetapkan teknik

pembelajaran. Apabila kegiatan pembelajaran dilakukan pada waktu pagi

atau petang hari, di mana fisik peserta didik dalam keadaan segar, maka

pendidik bisa menggunakan teknik pembelajaran yang membutuhkan

aktifitas berfikir dan berbuat yang labih intensif. Namun apabila kegiatan

pembelajaran dilaksanakan pada siang hari dan peserta didik dalam

keadaan lelah atau jenuh maka teknik pembelajaran yang cocok adalah

yang dapat mendorong perasaan gembira dan senang.

Fasilitas belajar seperti ruangan, tempat duduk dan penerangan juga

berpengaruh dalam memilih dan menetapkan teknik pembelajaran yang

tepat.

5. Faktor Sarana Belaj ar

Sarana belajar yang tersedia mempengaruhi pula upaya

pemilihan teknik pembelajaran, kemudahan untu mendapat sarana belajar

perlu di perhatikan. Sarana belajar itu bisa berupa alat-alat bantu yang

dapat memperlancar proses pembelajaran. Alat-alat bantu tersebut bisa

berupa proyektor slide, rekaman kaset video, pesawat radio, pesawat

(33)

E. Ciri-ciri Pembelajaran Partisipatif

Dalam proses pembelajaran partisipatif ditandai dengan interaksi antara

pendidik dan peserta didik, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pendidik menempatkan diri pada kedudukan yang tidak serba

mengetahui terhadap semua materi pelajaran, ia memandang peserta

didik sebagai sumber yang mempunyai nilai manfaat dalam kegiatan

pembelajaran.

2. Pendidik mempunyai peran untuk membantu peserta didik dalam

melakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran itu

berdasarkan atas kebutuhan belajar yang dirasakan perlu, penting dan

mendesak oleh peserta didik.

3. Pendidik memberi motivasi terhadap peserta didik supaya berpartisipasi

dalam menyusun tujuan belajar, bahan belajar, dan langkah-langkah

yang akan ditempuh dalam kegiatan pembelajaran.

4. Pendidik menempatkan diri sebagai peserta didik selama kegiatan

pembalajaran, ia memberikan dorongan dan bimbingan terhadap peserta

didik untuk selalu mcmikirkan, mempelajari, melakukan, dan menilai

kegiatan pembelajarannya.

5. Pendidik bersama peserta didik melakukan kegiatan saling belajar

dengan cara saling bertukar pikiran mengenai isi, proses, dan hasil

kegiatan pembelajaran, serta tentang cara-cara dan langkah-langkah

(34)

mendorong peserta didik untuk mengemukakan dan mengembangkan

pendapat serta gagasannya secara kreatif.

6. Pendidik berperan untuk mem bantu peserta didik dalam menciptakan

suasana yang kondusif untuk belajar, mengembangkan semangat belajar

bersama, serta saling bertukar pikiran dan pengalaman.

7. Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok,

memperhatikan minat perorangan, dan membantu peserta didik untuk

mengoptimalkan respons terhadap stimulus yang dihadapi dalam

kegiatan pembelajaran.

8. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat

berprestasi, yaitu senantiasa berkeinginan untuk berhasil, semangat

berkompetisi, tidak melarikan diri dari tantangan dan berorientasi pada

kehidupan yang lebih baik pada masa datang.

9. Pendidik mendorong dan membantu peserta didik untuk

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah yang diangkat dari

kehidupan peserta didik, sehingga mereka mampu berfikir dan bertindak

di dalam hidupnya.7

10. Pendidik berfungsi sebagai fasilitator. Fasilitataor ialah seseorang yang

mempunyai kemampuan untuk membantu peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran. Sebagai fasilitator pendidik dapat melakukan kegiatan

membimbing, mengajar, dan atau melatih, harus mampu melaksanakan

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kegiatan pembelajaran.

(35)

Pendidik juga hams mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi,

menyusun dan mengembangkan bahan (materi) dan strategi

8

pembelajaran didalam upaya mencapai tujuan belajar.

Sebagai fasilitator, apabila pendidik berperan sebagai pengelola atau

dilibatkan dalam pengelolaan program pembalajaran, maka ia mempunyai

tugas untuk menjabarkan kemampuan merencanakan, melaksanakan dan

menilai kegiatan pembelajaran, baik dilaksanakan sendiri maupun dengan

melibatkan pihak lain. Tugas-tugas untuk melakukan pembelajaran

berlangsung melalui rangkaian kegiatan yang berupa mengidentifikasi

kebutuhan belajar, sumber-sumber, dan kemungkinan hambatan dalam

kegiatan pembelajaran.

F. Kelebihan dan Kekurangan Kegiatan Pembelajaran Partisipatif

Strategi kegiatan pembelajaran dapat di tinjau berdasarkan pengertian

secara sempit dan pengertian secara luas. Secara sempit, strategi pembelajaran

dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Sedangkan secara luas, strategi pembelajaran dapat diberi arti

sebagai penetapan semua aspek yang berkaitan dengan pencapaian tujuan

pembelajaran, termasuk didalamnya adalah perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian terhadap proses, hasil dan pengaruh kegiatan pembelajaran.8 9

Dalam pelakasanan strategi pembelajaran tentunya ada segi kelebihan

dan kekurangannya, begitu juga dalam strategi pembelajaran partisipatif.

(36)

Strategi pembelajaran ini mempunyai kelebihan, pertama, peserta didik akan

dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri, karena

peserta didik diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi. Kedua, peserta

didik memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran,

ketiga, tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran, sehingga akan

terjadi dialog dan diskusi untuk saling belajar diantara peserta didik. Keempat,

dapat menambah wawasan pikiran, dan pengetahuan bagi pendidik, karena

sesuatu yang dialami dan disampaikan oleh peserta didik mungkin belum

diketahui sebelumnya oleh pendidik.

Adapun kelemahan strategi pembelajaran partisipatif adalah, pertama,

membutuhkan waktu relatif lebih lama dari waktu pembelajaran yang telah

ditetapkan sebelumnya. Kedua, aktifitas dan pembicaraan dalam pembelajaran

cenderung didominasi yang biasa atau yang senang bicara, sehingga peserta

didik lainnya lebih banyak mengikuti jalan pikiran peserta didik yang senang

berbicara, dan ketiga, pembicaraan dapat menyimpang dari arah pembelajaran

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Strategi pembelajaran partisipatif pada dasamya dapat diterapkan

dalam semua metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran perorangan,

metode pembelajaran kelompok, dan metode komunitas atau massal. Namun

penggunaan strategi ini akan lebih efektif dalam metode pembelajaran

(37)

KONDISI PENDIDIKAN

PONDOK PESANTREN TREMAS PACITAN JAWA TIMUR

A. Letak Geografis

Pondok Tremas adalah salah satu pondok yang umumya cukup tua,

kalau ditinjau dari letak geografisnya berada di desa Tremas, kecamatan

Arjosari, kabupaten Pacitan. Sedangkan Pacitan adalah kota yang terletak di

tepi pantai selatan, 135 Km dari kota Solo dan 70 Km dari kota Ponorogo.

Adapun sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, sebelah

barat berbatasan dengan kabupaten Wonogiri, sebelah utara berbatasan

dengan kabupaten Ponorogo, dan sebelah timur berbatasan dengan

kabupaten Trenggalek.

Desa Tremas sendiri terletak 11 Km dari kota Pacitan dan 1 Km dari

kecamatan Aijosari. Desa Tremas dikelilingi oleh bukit-bukit kecil, dan

disebelah utara serta timur desa Tremas mengalir sungai Grindulu. Sebelah

utara desa Tremas berbatasan dengan desa Gayuan, disebelah timur

berbatasan dengan desa Jati Malang, sebelah selatan berbatasan dengan desa

Arjosari, dan sebelah barat berbatasan dengan desa Sedayu

(38)

B. Sejarah Berdiri

Tremas berasal dari kata trem dan kata mas, trem berasal dari kata

patrem, yang berarti senjata atau keris kecil, sedang mas berasal dari kata

emas, yang berarti logam berharga yang biasa dipakai oleh kaum wanita.10

Sebelum berdiri pondok Tremas, daerah tersebut berupa hutan

belantara. Adapun yang pertama kali membuka hutan sehingga menjadi

daerah yang bemama Tremas adalah seorang punggawa keraton Surakarta

yang bemama Ketok Jenggot. Namun sebelum hutan tersebut dibuka,

temyata telah tinggal seseorang yang bemama R. Ngabehi Honggo Wijoyo.

R. Ngabehi mempunyai seorang putri yang dinikahkan dengan R.

Bagus Darso (K.H. Abdul Manan) seorang ulama di desa Semanten.

Bermula di desa Semanten, Bagus Darso mengamalkan ilmunya, makin hari

makin banyak orang-orang yang nyan/r/.kepadanya, maka iapun mendirikan

pondok di sekitar masjid untuk menampung santrinya, selang beberapa

waktu kemudian setelah menikah dengan putri R. Ngabehi (Demang

Tremas), ia memindahkan pondoknya ke desa Tremas, sejak itulah pondok

Tremas berdiri.

Adapun periode kepemimpinan Pondok Tremas sampai sekarang

adalah:

1. K.H. Abdul Manan

2. K.H. Abulloh

3. K.H. Dimyati

(39)

4. K.H. Hamid Dimyati

5. K.H. Habib Dimyati

6. K.H. Fuad Habib

C. Keadaan Santri, Ustad dan Masyarakat Sekitar

Dalam perkembangannya Pondok Tremas mengalami pasang surut

yang berimbas pada jumlah santri yang belajar di pondok, pada tahun 2006

santrinya beijumlah 1224, (putra 810, putri 414). Latar belakang pendidikan

santri bermacam-macam ada lulusan SD, MI, SMP, MTs, SMU, MA,

maupun STM., daerah asal merekapun berbeda-beda, sebagian besar berasal

dari Jawa, namun juga tidak sedikit yang berasal dari luar Jawa.

Dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana pondok salaf lainnya

santri putra dan santri putri tidak bisa berinteraksi, karena sekolah mereka di

pisah, dan hanya yang mempunyai hubungan keluarga saja yang bisa saling

berkomunikasi.

Selain ada santri tentunya di pondok juga terdapat tenaga pendidik

(ustadz), ustadz Pondok Tremas biasanya alumni pondok itu sendiri,

sehingga pembawaan seorang ustadz tidak jauh berbeda dengan santrinya.

Setiap ahir dirosah ada pengangkatan ustadz baru, ustadz baru tersebut

berasal dari santri yang mempunyai prestasi akademik di atas rata-rata santri

lain. Mereka mengajar di Pondok Tremas bukan sebagai profesi melainkan

sebagai pengabdian, oleh karena itu dari ustadz yang beijumlah 70 tidak ada

(40)

Eksistensi Pondok Tremas selain adanya santri dan ustadz tentunya

sedikit banyak juga terpengaruh oleh keadaan masyarakat sekitamya.

Mayoritas masyarakat bekeija sebagai petani, namun ada juga pekeijaan

mereka yang sangat bergantung dengan keberadaan Pondok Tremas, yaitu

masyarakat yang membuka kost makan bagi para santri, waning makan

maupun toko-toko yang menyediakan kebutuhan sehari-hari.

D. Model Pendidikan

1. Landasan dan Tujuan Pendidikan

Landasan dan tujuan pendidikan yang ada di pandok pesantren

berbeda-beda, belum ada keseragaman antara pondok satu dengan

pondok yang lain. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa cita-

cita dari ulama mendirikan pondok pesantren (termasuk Pondok

Tremas) adalah untuk mencetak insan-insan muslim yang tafaqquh

fiddin, insan-insan mukmin yang menjadi pendukung ajaran Alloh

SWT secara utuh, sesuai dengan firman Alloh yang berbunyi

AiiUa 43 jifS ( j j l a jxdl (jl£Loj

(a^j oU; 1 2 2

Artinya: Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi

semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari

tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk

(41)

untuk memberi peringatan pada kaumnya apabila mereka

telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga

dirinya.11

2. Strategi Pembelajaran

Apabila sejarah pendidikan Indonesia dipelajari jauh ke masa

lampau, akan sampailah pada penemuan sejarah bahwa pondok

pesantren adalah salah satu bentuk kebudayaan asli bangsa Indonesia.

Dalam sejarah perkembangannya, pondok pesantren satu dengan

lainnya menggunakan sistem pendidikan yang bebeda-beda, sehingga

strategi pembelajaran yang diterapkan juga berbeda-beda, walaupun

juga masih ada beberapa hal yang sama. Namun dari semuaa itu

mempunyai satu tujuan yaitu akan menjadikan santrinya menjadi

pemimpin uniat, negara dan bangsa, oleh karena itu, pondok pesantren

bertugas untuk mencetak ulama yang benar-benar ahli dalam bidang

agama dan ilmu pengetahuan masyarakat.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka Pondok Tremas

memakai suatu sistem pendidikan yang sangat operasional, baik

materi pendidikan yang di ajarkan di dalam kelas (formal), maupun

pendidikan di luar kelas (nonformal).

Sistem pendidikan dan pengajaran di Pondok Tremas mulai

dari masa kepemimpinan K.H. Abdul Manan (1830), sampai

(42)

mendekati kepemimpinan K.H. Dimyati (1927) menggunakan sistem

tradisional yang telah berkembang turun temurun, namun karena telah

dipengaruhi oleh perkembangan pendidikan serta adanya tuntutan

kebutuhan masyarakat yang semakin berat, maka sistem

penyelenggaraan pendidikan di Pondok Tremas mulai masa

barahimya kepemimpinan K.H. Dimyati mulai diadakan pembaharuan

ke arah yang lebih maju.

Adapun sistem pendidikan dan pengajaran yang ada di Pondok

Tremas adalah sebagai berikut:

1. Sistem Pendidikan Formal

Pendidikan formal yaitu sistem pendidikan dalam bentuk

klasikal (madrasah) yang disesuaikan dengan tingkatan/jenjang

pendidikan santri. Adapun jenjang pendidikan sekolah di Pondok

Tremas adalah sebagai berikut:

a. Taman Kanak-kanak Attarmasie

b. Taman Pendidikan Al-Quran Attarmasie

c. Madrasah Diniyah Salafiyah

d. Madrasah Salafiyah Tinggkat Tsanawiyah Masai Putra

e. Madrasah Salafiyah Tingkat Tsanawiyah Masai Putri

f. Madrasah Salafiyyah Tingkat Aliyah Shobahi Putra

g. Madrasah Salafiyah Tingkat Aliyah Shobahi Putri

(43)

2. Sistem Pendidikan Nonformal

Sistem pendidikan nonformal dilaksanakan pada jam luar

sekolah, baik yang diselenggarakan di masing-masing kelas,

maupun yang diselenggarakan oleh seluruh santri secara umum.

Sistem pendidikan semacam ini dapat membantu dan menunjang

pelajaran di kelas, dalam penerapan sistem pendidikan nonformal

menggunakan strategi pembelajaran sebagai berikut.

a. Pengajian Weton

Pengajian weton adalah suatu strategi pendidikan di

Pondok Tremas yang paling tradisional, dimana dalam

prakteknya seorang ustadz atau kyai menyampaikan pelajaran

dengan membaca kitab beserta teijemahnya, sedangkan para

santri menyimak, mencatat dan mengartikan hal-hal yang

belum dimengerti dari kalimat-kalimat yang dibacakan.12

Strategi pembelajaran yang demikian ini bersifat bebas bagi

santri, dikarenakan absensi santri tidak ada, sehingga santri

boleh tidak mengikuti. Selain itu santri boleh memilih kitab

yang ingin dikaji dengan meminta seorang ustadz tertentu

untuk membacakannya. Jadi strategi pembelajaran ini

mendidik para santri supaya lebih aktif dan giat dalam

menyelesaikan kitab yang dikaji.

(44)

b. Pengajian Sorogan

Istilah sorogan berasal dari kata sorog yang berati

menyodorkan, maksudnya ialah para santri menyodorkan kitab

dan membacanya di depan kyai atau ustadz. Oleh karena itu

"sorogan”dapat diartikan sebagai strategi pembelajaran

tradisional yang diselenggarakan secara individu, yaitu

seorang santri satu persatu secara bergantian mendatangi kyai

atau ustadznya untuk membaca kitab sekaligus

meneijemahkan kedalam bahasa Jawa maupun bahasa

Indonesia, dengan tujuan agar santri lebih aktif dalam belajar

secara mandiri tentang tata bahasa Arab dan

peneijemahannyal3. Strategi pembelajaran ini sangat efektif

bagi seorang santri dalam tahap permulaan, karena kyai atau

ustadz dapat mengawasi, membimbing, dan menilai secara

maksimal terhadap perkembangan santri.

c. Bahsul Masai 1

Bahsul masail merupakan kata majemuk yang berasal

dari dua kata yaitu bahsu yang berarti pembahasan dan masail

(bentuk jamak dari masalah) yang berarti masalah-masalah.

Dengan demikian bahsul masail secara bahasa mempunyai arti

pembahasan masalah-masalah. 14 Kegiatan pembelajaran

“bahsul masail” hampir sama dengan diskusi, hanya saja di 13 14

13 Ibid, him. 87

(45)

kalangan pondok pesantren pada umumnya lebih populer

dengan nama tersebut, yaitu suatu suatu strategi pembelajaran

dengan jalan mendiskusiksn materi pelajaran untuk melatih

para santri dalam memecahkan suatu masalah dengan cara

bermusyawarah, dan sebagai referensinya adalah kitab kuning

yang telah atau sedang dipelajari.

d. Takhassus

Strategi pembelajaran takhassus adalah strategi

pembelajaran yang diadakan oleh ustadz bersama sekelompok

santri dari masing-masing kelas, untuk membahas kitab-kitab

yang masih ada hubungannya dengan pelajaran di kelas, hal

semacam ini biasanya diadakan di sore hari, dan

diperuntukkan bagi santri yang bermukim di pondok Adapun

tujuan dari takhassus adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendalami pelajaran atau kitab-kitab yang

telah diajarkan.

2. Untuk membantu pemahaman santri terhadap

pelajaran yang telah diajarkan di kelas.

e. Takror

Kata takror berasal dari bahasa Arab yang artinya

mengulang , oleh karena itu takror dapat diartikan mengulangi

pelajaran yang telah diperoleh di sekolah, sehingga apa yang

telah didapat bisa diingat, dimengerti, dihafalkan dan

(46)

menerangkan dan mnyampaikan apa yang yang sudah

diterimanya di sekolah kepada teman sekelasnya. Takror

dilaksanakan setiap malam mulai pukul 21.00-23.00 istiwa’ di

kelasnya masing-masing.

3. Sistem Pendidikan Kegiatan dan Ketrampilan

Yang dimaksud dengan kegiatan di sini adalah kegiatan

yang berhubungan dengan menejemen organisasi baik yang

bersifat intern maupun ekstem, dengan kegiatan semacam ini

para santri dilatih untuk mampu berorganisasi, sehingga

terdapat keseimbangan dalam segi kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Disamping itu dengan bekal pengalattiannya dalam

berorganisasi, santri diharapkan menjadi sosok yang dinamis

dalam pertumbuhan fisik dan rohani, serta bersedia untuk

mengabdikan diri untuk membangun agama, negara dan

bangsa. Adapun macam-macam kegiatan organisasi tersebut

adalah:

a. PHBI (Panitia Hari Besar Islam)

b. Dibaiyyah dan Hitobiyyah

c. Perpustakaan

d. Tazayyun

(47)

f. Muhadloroh

g. Olahraga

h. Kesenian

i. Fata Al- Muntadlor

j. Jamiyyatu Al- Quro wa Al-Huffadz

A. Fenoinena Bahsul Masail

1. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan bahsul masail santri di bagi menjadi beberapa

kelompok, satu minggu sebelum pelaksanaan, ada santri yang bertugas

mencari soal,soal-soal tersebut, ada kalanya dari kalangan santri sendiri,'

tapi juga sering kali soal didapat dari masyarakat sekitar yang baru

mendapat suatu persoalan dalam masalah fiqih. Santri yang bertugas

mencari soal disebut dengan tim pencari soal.

Adapun mekanisme pelaksanaan bahsul masail adalah sebagai

berikut15:

a. Bahsul masail dibuka dan ditutup oleh panitia.

b. Bahsul masail dipimpin oleh seorang moderator dalam

pengawasan tim perumus dan mushoheh.

c. Mendatangkan berbagai nara sumber dari berbagai ahli, sesuai

materi pembahasan.

d. Tim Perumus Soal membacakan permasalahan yang diangkat.

(48)

e. Peserta bahsul masail mengemukakan jawaban disertai dengan

alasan serta menyertakan kitabnya sebagai referensi.

f. Adu argumen antar peserta bahsul masail dalam

mempertahankan jawaban yang dikemukakan.

g. Mengambil keputusan atas jawaban setelah adanya adu

argumentasi sebagai hasil suatu kesepakatan.

h. Pembenaran, penguatan, serta penambahan keterangan atas

jawaban yang telah disepakati.

i. Pembacaan soal untuk bahsul masail selanjutnya.

2. Tugas Moderator

Dalam pelaksanaan bahsul masail tugas moderator adalah:

a. Memimpin, menjaga ketertiban, mengatur dan membagi waktu.

b. Memberi izin dan menerima usul pendapat dari peserta.

c. Meminta nara sumber untuk menjelaskan dan menggambarkan

masalah sesuai permintaan peserta.

d. Menunjuk peserta untuk menjawab masalah.

e. Meminta peserta untuk membacakan ta ’bir dan menerangkan

kesimpulannya.

f. Meluruskan pembicaraan yang menyimpang.

g. Membacakan kesimpulan jawaban yang telah disepakati.

3. Tugas Tim Perumus

a. Memilih dan menyederhanakan soal.

(49)

c. Maluruskan jawaban yang dianggap menyimpang.

d. Mamberikan rumusan j awaban.

e. Mengikuti jalannya bahsul masail.

4. Tugas Tim Mushohih

a. Mengikuti j alannya bahsul masai 1.

b. Memberikan pengarahan nasehat kepada tim perumus dan peserta

bahsul masail.

c. Mempertimbangkan dan mentaskheh hasil bahsul masail dengan

bacaan Al-Fathehah.

5. Kewajiban Peserta

a. Menenempati arena sepuluh maenit sebelum acara dimulai.

b. Mngisi daftar hadir.

c. Menjawab masalah serta menyampaikan ta ’bir setelah diberi waktu

oleh moderator.

d. Menghormati dan menghargai peserta lain.

6. Pengambilan Keputusan

Keputusan atau hasil dari bahsul masail disepakati bersama oleh

peserta bahsul masail setelah adanya adu argumentasi antar peserta

dalam mempertahankan jawaban yang diajukan disertai pembenaran

serta penguatan oleh Tim Mushoheh dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jawaban masalah dianggap putus atau sah apabila mendaatkan

persetujuan musyawirin, perumus dan tim mushoheh dengan cara

(50)

b. Masalah dianggap mauquf apabila dalam waktu satu jam tidak

bisa diselesaikan.

c. Segala keputusan yang telah ditetapkan suatu saat bisa

diperdebatkan lagi jika ada alasan yang menguatkan.

7. Partisipasi Santri, Ustad, Kyai dan Masyarakat Sekitar

Dalam pelaksanaan bahsul masail santri sebagai pemeran utama,

karena santrilah yang menjadi peserta sekaligus sebagai penyelenggara,

mulai dari mencari soal, menggali jawaban, sampai keterlibatan mereka

dalam beradu pendapat tentang jawaban mereka masing-masing.

Sedangkan ustadz dan kyai dalam pelaksanaan bahsul masail

hanya sebagai fasilitator. Ustadz sering kali dijadikan sebagai Tim

Musokheh dan kyai dijadikan sebagai pelindung. Adapun masyarakat

sekitar terlibat dalam bahsul masail sebagai sumber permasalahan

karena kebanyakan soal-soal yang di artgkat dalam bahsul masail adalah

(51)

A t

A. Perbandigan Antara Model Pendidikan Partisipatif Perspektif Prof. H.

D. Sudjana S., S.Pd., M.Ed, Phd. dengan Model Pendidikan yang

Diterapkan di Pondok Pesantren Tremas

Pondok pesantren Tremas dalam penyelenggaraan pendidikannya

menggunakan model pembelajaran yang tidak jauh berbeda dengan konsep

pendidikan yang dikemukakan oleh Prof. H. D. Sudjana S., S.Pd., M.Ed,

PhD. Terutama tiga aspek pendidikan yang berupa perencanaan program

pendidikan {program planning), pelaksanaan program pendidikan {program

implementation) dan penilaian program pendidikan.

Adapun perbandingannya adalah .sebagai berikut:

1. Perencanaan Program Pendidikan

a. Perspektif Prof. H. D. Sudjana S., S.Pd., M.Ed, Phd. Tentang

Pendidikan Partisipatif

Dalam konteks pendidikan partisipatif, peserta didik terlibat

langsung dalam perencanaan program pendidikan dalam hal

mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan dan prioritas

masalah, sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan

kemungkinan hambatan dalam pembelajaran. Hasil identifikasi

kebutuhan belajar akan dapat dijadikan dasar dalam penyusunan

jenis-jenis kebutuhan belajar oleh pendidik.

(52)

b. Realita di Pondok Pesantren Tremas

Dalam perencanaan program pendidikan, peserta didik

(santri) terlibat secara langsung dalam menentukan kurikulum

pendidikan, karena santri bebas untuk memilih kajian kitab apapun

yang diinginkan selama mendapat izin dari ustadznya. Hanya saja

dalam identifikasi kebutuhan belajar santri tidak diikut sertakan

karena ustadz yang mayoritas tamatan pondok pesatren Tremas

sendiri dan juga kyai menganggap sudah mengetahui kebutuhan

belajar santri walau tanpa keikut sertaan santri dalam identifikasi

kebutuhan.

2. Pelaksanaan Program Pendidikan Partisipatif

a. Perspektif Prof. H. D. Sudjana S., S.Pd., M.Ed, Phd.

Bentuk partisipasi peserta didik dalam hal pelaksanaan

program pendidikan berupa keterlibatan peserta didik dalam hal

menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar yang cukup

kedisiplinan peserta didik, pembinaan hubungan antar peserta didik

dan antara peserta didik dan pendidik, interaksi hubungan antara

peserta didik dan pendidik melalui hubungan horisontal yang

menggambarkan corak hubungan yang sejajar antara pendidik dan

peserta didik, dan tekanan kegiatan pembelajaran ialah para peranan

peserta didik yang lebih aktif melakukan kegiatan pembelajaran

(53)

b. Realita di Pondok Pesantren Tremas

Dalam pelaksanaan program pendidikan, pondok Tremas

juga menekankan pada keaktifan peserta didik (santri) dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran serta dalam hal menciptakan

iklim belajar yang kondusif baik dalam hal hubungan antar santri

maupun santri dengan ustadz. Dalam hubungan antara ustadz dan

santri teijalin melalui hubungan vertikal, sosok ustadz dianggap

lebih pandai dan lebih baik dalam segala hal dibandingkan dengan

santri. Sehingga wajar apabila santri benar-benar hormat dan

ta’dzim kepada ustadz.

3. Penilaian Program Pendidikan Partisipatif

a. Perspektif Prof. H. D. Sudjana S., S.Pd., M.Ed, Phd.

Dalam hal penilaian program pendidikan peserta didik

diikutkan secara langsung. Peserta didik berhak menilai kekurangan

dan kelebihan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Evaluasi dilakukan setiap berakhimya kegiatan pembelajaran

dengan harapan agar dalam pembelajaran selanjutnya akan

terlaksana lebih baik.

b. Realita di Pondok Pesantren Tremas

Di pondok pesantren Tremas, peserta didik tidak dilibatkan

dalam hal evaluasi program pendidikan, yang melakukan evaluasi

hanyalah kyai dan ustadznya saja, sedang evaluasi itu sendiri

(54)

bersifat tahunan dengan harapan agar pelaksanaan program

pendidikan pada periode atau tahun mendatang akan lebih baik.

B. Kendala dalam Penyelenggaraan Pendidikan Di Pondok Tremas

Pondok Pesantren Tremas dalam rangka mewujudkan tujuan

pendidikan, tentunya menggunakan model pendidikan yang sesuai, hanya

saja dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi kendala, yang

antara lainnya berupa:

a. Motivasi Belajar Santri

Motivasi belajar yang merupakan salah satu unsur terpenting

dalam proses belajar. Motivasi belajar yang dimiliki oleh santri Pondok

Tremas berbeda-beda, ada yang tergolong tinggi, sedang dan rendah.

Semua itu erat hubungannya dengan niat masing-masing santri sewaktu

akan belajar di pondok. Bagi santri yang mempunyai niat dari rumah

untuk belajar ilmu pengetahuan baik agama maupun umum secara

menyeluruh, maka motivasi belajamya tergolong tinggi ataupun sedang,

namun jika niatan santri dari rumah hanya ingin belajar ilmu tertentu,

semisal ilmu kebatinan, maka ia hanya mempunyai motivasi yang tinggi

pada saat meneria ilmu kebatinan saja, sedangkan pada saat pelajaran

yang lain motivasi belajarnya sangatlah rendah, bahkan bisa dibilang

tidak mempunyai motivasi belajar sama sekali. Oleh karena itu seorang

ustadz akan merasa kewalahan menghadapi santri-santri yang

mempunyai karakteristik yang seperti ini, dan perlu ada kiat-kiat tertentu

(55)

b. Latar Pendidikan Santri

Latar belakang pendidikan santri Pondok Tremas sangatlah

bermacam-macam, dan itu sangat berpengaruh pada kemampuan dasar

santri yang bersangkutan, bagi santri yang dulu sebelum belajar di

pondok belajar di sekolah agama akan mempunyai kemampuan dasar

agama yang cukup dibandingkan dengan santri yang dulu belajar di

sekolah umum. Dari situlah pondok pesantren Tremas meyelenggarakan

program pembelajaran khusus bagi santri yang mempunyai kemampuan

dasar agama masih tergolong rendah untuk mengejar ketertinggalannya

dari santri lain. Tentunya dalam hal ini membutuhkan suatu penanganan

yang tidak mudah untuk direalisasikan.

c. Profesionalisme Ustadz

Status ustadz (pendidik) di Pondok Tremas yang mayoritas dari

para lulusan pondok itu sendiri bukanlah sebagai profesi melainkan

hanyalah sebagai pengabdian. Berawal dari itulah dalam melaksanakan

tugasnya sebagai seorang pendidik hanya berkesan “menggugurkan

kewajiban” atas amanat yang dipercayakan kepadanya untuk

mengajarkan ilmu yang telah dimiliki kepada para santri, dan itu

diperparah dengan tidak adanya disiplin ilmu “ketarbiyahan” dalam jiwa

pendidik, maka dalam megajarkan ilmunya terkesan monoton dan apa

adanya, serta belum bisa secara maksimal membuat santri untuk aktif

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Semuil Tjiharjadi (2007) dalam Jurnal Manajemen mengemukakan Budaya organisasi dari berbagai organisasi yang ada di seluruh dunia

13 Saya suka makanan yang manis-manis dan saya tidak perduli dengan kadar gula dalam darah

2.3 Memiliki Tempat/Ruang Pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana kriteria tercantum pada format IV , dengan memperoleh skor  24. 2.4 Adanya Tim Penguji sebagaimana

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait dalam proses pembuatan paving block, tentang mutu kuat tekan yang diperoleh

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 5.12, menunjukkan bahwa untuk variabel Cash Position diperoleh t-hitung = 0.103 dengan nilai probability 0,918 dan

yang nota bene berinteraksi dengan pesantren-pesantren yang bermutan paham yang sama seperti pesantren Ngruki (sebagai pusat jaringan pendidikan mereka), meski mengadopsi

(3) Berdasarkan hasil studi pendahuluan, penerapan strategi dan penggunaan media pembelajaran dalam pengajaran menulis di SMA Negeri 6 Cimahi sangat jarang

Kebenaran hipotesis tentang pengaruh Safety Culture terhadap keselamatan penerbangan ini juga di dukung oleh penelitian terdahulu yang telah dinyatakan oleh