KORELASI TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN
KEDISIPLINAN SISWA DI MTs NEGERI TERAS
BOYOLALI TAHUN 2010 .
SKRIPSI
D iaju k an u n tu k M em p eroleh G elar
S arjan a P en d id ik an Islam
DI SU SU N O LEH :
T R I W ID Y A ST U T I
\
11106002
JU R U S A N T A R B IY A H
PR O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLAM
SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G ER I
SA L A T IG A
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka Skripsi Saudara: Nama
NIM Jurusan Program Studi Judul
: Tri Widyastuti :11106002 : Tarbiyah
: Pendidikan Agama Islam
: KORELASI TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DI MTs NEGERI TERAS BOYOLALI TAHUN 2010
telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 13 Agustus 2010 Pembimbing
DEKLARASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Tri Widyastuti
NIM : 11106002
Jurusan : Tarbi>ah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 10 Agustus 2010 Yang menyatakan,
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 02. Telp.(0298) 323706 Fax. 323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiea.ac.id E-mail:administrasi@stainsalatiea.ac.id
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi saudara : TRI WIDYASTUTI dengan nomor induk mahasiswa :11106002 yang berjudul : “KORELASI TINGKAT RELIGIUSITAS
DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DI MTs NEGERI TERAS
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2010” .Telah dimunaqosyahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Selasa tanggal 31 Agustus 2010 yang bertepatan dengan tanggal 21 Ramadhan 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
M O T T O
*JAAfGAX
TTRXrAJ-f
A B A 1 X A N
XA S'EXAT
V A X
T E R X A X A A X IBVXIV XARE’.HA B E R X A V A A X V A X '
X A S E X A T V A R I BELIAU A V A L A B f VO A BACjlXlU*
PERSEMBAHAN
❖
Untuk pengokoh hidup, ayah dan ihu (Sukirman
danSuwarti), yang menjadi “'Rumah Jiwa" bagi pen u bis
dan mampu menjadi “Istana Inspirasi" me rubah dan
membentuk hidup ini menjadi insan yang bermakna.
❖
Xakak-kakak ku ((Junardi, prihatin, sumiyati) yang sebabu
menyayangiku.
❖
Nenek (Troyo sumarto) dan keponakan ku tersayang
Tutri dan T'brig.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan berkah, rahmat, taufik, hidayah, dan inoyah-Nva yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu farbiyah di STAIN Salatiga , dapat berjalan dengan lancar dan tanpa aral melintang apapun. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, kelurga, sahabat, serta para pengikutnya, amin.
Untuk dapat menyelesaikan sripsi ini , penulis mendapat bantuan, bimbingan dan nasehat dari berbagai pihak. Untuk itu, bersama ini penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ketua STAIN Salatiga Dr. Imam Sutomo, M. Ag
2. Dra. Siti Asdiqoh, M. Si selaku dosen pembimbing yang dengan tulus ikhlas, tekun dan sabar dalam membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini. 3. Bapak Ibu dosen yang dengan tulus mengajar penulis di STAIN Salatiga. 4. Seluruh staf dan civitas akademika STAIN Salatiga.
5. Drs. Nur Hasan Mpd, selaku kepala MTs N Teras Boyolali yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Keluarga tercinta, ayah dan ibu yang dengan tulus ikhias memberikan segalanya, sehingga penulis Insya Allah dapat meraih gelar sarjana, dan juga kakak-kakakku.
8. Sahabat-sahabatku sepeijuangan KKN (Ika, Laela,Zaenal, Pak Pramono. Bu Hanifah) dan Keluarga Bapak Barojah di Desa Umbul Sai i, Windusari, Magelang.
9. Sahabat-sahabat PAI “A” yang terus semangat dan optimis menggapai cita- cita seria menjalin ukhuwah kebersamaan.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah banyak membantu terselesainya skripsi ini. Alas budi baik dari berbagai pihak tersebut penulis mengucapkan terima kasih.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam mencurahkan segala pikiran, skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca yarg budiman, der.it sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususmu dan bagi pembaca pada umumnya. Vmin \a Kabhal Alamin
Salatiga. 13 Agustus 2010
Penulis
ABSTRAK
Tri Widyastuti. 2010. Korelasi Tingkat Religiusitas Dengan Kedisiplinan SiswaMTs Negeri Teras Kabupaten Boyolali Tahun 2010. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Asdiqoh, Msi.
Kata kunci: Tingkat Religiusitas dan Kedisiplinan Siswa
Religiusitas sering dipahami dengan sikap keberagamaan atau sikap patuh terhadap agama. Dalam religiusitas terdapat dimensi- dimensi agama, tetapi masyarakat tidak terlalu paham dengan dimensi- dimensi agama karena mereka beranggapan bahwa sikap religiusitas sering dipahami dengan hanya melaksanakan perintah- perintah yang ad a
Untuk sekolah yang berlandaskan agama seperti madrasah dituntut untuk dapat mendidik anak sesuai dengan ajaran agama islam. Maka sekolah yang berlandaskan agama itu mempunyai tugas yang sangat berat karena selain dituntut untuk menghasilkan out-put seperti sekolah umum juga harus dapat membina pendidikan moral dan etika atau akidah aklak pada anak didik.
Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah tingkat religiusitas siswa di MTs Negeri 1 Teras? (2) Bagaimanakah sikap kedisiplinan siswa di MTs Negeri 1 Teras? dan (3) Adakah korelasi tingkat religiusitas dengan kedisiplinan siswa di MTs Negeri 1 Teras?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan Pendekatan yang digunakan adalah correlation research yaitu penelitian yang bermaksud melihat hubungan antara dua variable atau lebih. Populasi penelitian ini adalah 340 siswa dan — sampel 52 siswa. Pengumpulan dala dilakukan dengan menggunakan teknik
angket.
Analisis data menggunakan product moment yaitu dengan menyebar angket kepada para responden. Angket tersebut terdiri dari 20 item soal pada setiap variabel. Danpengam bilan sampel menggunakan teknik random sampling.
DAFTAR ISI
HALAMAN JU D U L ... i
HALAMAN NOTAPEMBIMBING... ii
DEKLARASI ... iii
LEMBAR PENGESAHAN... iv
MOTTO... v
PERSEM BAHAN... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR IS I... i\
DAFTAR TA BEL... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang M asalah... 1
B. Rumusan M asalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Hipotesis Penelitian... 6
E. Manfaat Penelitian... 6
F. Definisi Operasional... 6
G. Metode Penelitian... 8
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian... 8
2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 8
3. Populasi dan Sam pel... 8
4. Metode Pengumpulan D ata... 9
5. Analisis D ata... 11
6. Sistematika Penulisan Skripsi... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tingkat Religiusitas. 1. Pengertian Tingkat R eligiusitas... 14
2. Dimensi-dimensi R eligiusitas... 19
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi religiusitas... 26
4. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Remaja... 28
B. Kedisiplinan Siswa 1. Pengertian K edisiplinan... 30
2. Contoh- contoh sikap disiplin... 33
3. Macam-macam Kedisiplinan... 33
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Negeri Kopen Teras Boyolali ... 36
1. Tinjauan H isto ris... 36
2. Letak Geografis... 37
3. Struktur O rganisasi... 38
4. Keadaan G uru... 38
5. Keadaan K aryaw an... 40
6. Keadaan Siswa ... 40
B. Penyajian Data... 40
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data Pertama ... 49
13. Analisis Data Kedua...
51
C. Analisis Data Ketiga... ... 55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 59 B. Saran-saran... 60
DAFTAR TABEL
3.1 Tokoh Pendiri M T s... 36
3.2 Data Guru MTs Negeri Teras B oyolali... ... 39
3.3 Data Siswa MTs N 1 Teras B oyolali... 40
3.4 Data Nama- nama R esponden... 41
3.5 Data Nilai Kedisiplinan S isw a... 42
3.6 Data Nilai Religiusitas S isw a... 43
3.7 Jawaban Angket S isw a... 44
3.8 Jawaban Angket Siswa ... 46
4.1 Daftar Nilai R eligiusitas... 49
4.2 Kelas Interval R eligiusitas... 50
4.3 Nilai Kedisiplinan S isw a... 52
-4.4 Kelas interval Kedisiplinan S isw a... 53
4.5 Nilai Nominasi Kedisiplinan S isw a... 54
KORELASI TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN
KEDISIPLINAN SISWA DI MTs NEGERI TERAS
BOYOLALI TAHUN 2010
SKRIPSI
D iajukan un tuk M em peroleh G elar
Sarjana P en d id ik an Jslam
DI SU SU N O L E H :
TR I W ID Y A ST U T I
11106002
JU R U S A N T A R B IY A H
P R O G R A M ST U D I P E N D ID IK A N A G A M A ISLAM
S E K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G E R I
SA L A T IG A
B A B I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Religiusitas sering dipahami dengan sikap keberagamaan atau sikap patuh terhadap agama. Dalam religiusitas terdapat dimensi- dimensi agama, tetapi masyarakat tidak terlalu paham dengan dimensi- dimensi agama karena mereka beranggapan bahwa sikap religiusitas sering dipahami dengan hanya melaksanakan perintah- perintah yang ada.
Dari hal di atas dapat dikatakan bahwa seseorang yang sholat tidak bisa dikatakan bahwa ia adalah seorang yang religiusitas tetapi jauh dari itu seseorang yang religius adalah orang yang melaksanakan dimensi- dimensi dalam agama.
Menurut d o c k & R. Stark ada lima macam dimensi keberagamaan. yaitu dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistic), dimensi penghasutan (eksperiensial). dimensi pengalaman (konsekuensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual) (Ancok. Suroso,2005:77).
Dalam stud; islam terdapat 6 kawasan antara lain : studi sejarah, studi akidah aklak, studi tentang ibadah dan syariah, studi filsafat, dan studi kebudayaan ( Muhaimin dkk, 2005:211).
dari semua dimensi tersebut yang memungkinkan untuk dapat diketahui secara baik dan sederhana adalah dari dimensi ritual dan pengalaman. Meskipun begitu dalam penelitian ini penulis akan mencoba meneliti sikap religiusitas melalui dimensi akidah akhlak.
Menurut Ancok, Suroso ( 2005: 79) Esensi islam adalah tauhid atau poengesaan "Uthan .Di madrasah siswa MTs sudah mendapatkan mata pelajaran tentang akidah dan akh' lk. Menurut Endang Saifuddin Anshari mengungkapkan bahwa pada dasarnya islam dibagi menjadi tiga bagian yaitu akidah, syariah dan akhlak (Djamaludin Ancok. Kuat Nashori.2005:79).
Untuk siswa MTs merupakan anak yang pada usia mereka identik dengan emosi yang labil, tentunya tingkat religiusitasnya juga berbeda-beda. Selain itu kesadaran untuk menaati peraturan di sekolah juga berbeda- beda.
Sekolah merupakan tempat siswa untuk memperoleh pendidikan yang bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa yang lebih baik, berkembang daya dan berfKcirnya. Di sekolah siswa juga mampu mengembangkan sikap dan kepribadiannya dengan mengikuti kegiatan- kegiatan ekstra kurikuler di sekolah.
Untuk sekolah yang berlandaskan agama seperti madrasah dituntut untuk dapat mendidik anak sesuai dengan ajaran agama islam. Maka sekolah yang berlandaskan agama itu mempunyai tugas yang sangat berat karena selain dituntut untuk menghasilkan out-put seperti sekolah umum juga harus dapat membina pendidikan moral dan etika atau akidah akhlak pada anak didik.
I
Di madrasah terdapat mata pelajaran akidah akhlak yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mempelajari agama. Dalam mata pelajaran tersebut siswa mempelajari tentang ketauhidan dan perbuatan- perbuatan yang diperintahkan agama.
Selain mata pelajaran akidah siswa juga diberi pengetahuan tentang syariah dalam mata pelajaran fikih. Dalam mata pelajaran tersebut siswa dapat mempelajari rukun iman dan rukun islam, serta hukum-hukum yang berlaku dalam islam.
Dari mata pelajaran yang ada di madrasah diharapkan akan membentuk sikap religius siswa. Dalam mata pelajaran yang ada sudah terdapat empat bagian studi islam yaitu sejarah, akidah akhlak, fikih, dan Al-quran. Dari mata pelajaran tersebut diharapkan siswa mampu menambah pengetahuannya tentang agama. Selain itu kita juga dapat mempelajari dimensi- dimensi agama itu di madrasah berdasarkan pelajaran yang ada di madrasah.
Dalam dimensi religiusitas terdapat dimensi keyakinan yang biasa diperoleh melalui mata pelajaran akidah dan dirr.ensi ritual biasa diperoleh melalui mata pelajaran fikih. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa di madrasah terutama untuk setingkat smp siswa sudah mendapatkan pengetahuan tentang rcligiusitns minimal empat dimensi sang ada dalam relir.iusitas
D. HIPOTESIS
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul ( Arikunto. 1998:67).
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
“Ada korelasi positif antara tingkat religiusitas dengan kedisiplinan siswa di MTs Negeri I Teras Boyolali.”
E. MANFAAT PENELITIAN
Di antara manfaat- manfaat penelitian yang penulis inginkan adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada siswa di MTs Negeri i Teras.
2. Sebagai sumbagan kepada almamater dan lembaga pendidikan islam yang berupa wawasan tentang religiusitas dan kedisiplinan siswa di sek lah.
F. DEFINISI OPERASIONAL
Guna memudahkan dan menghindari kesalahpahaman dari judul di atas, sekaligus menyamakan persepsi antara pembaca, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah dalam judul di atas sebagai berikut:
I. Religiusitas
Religiusitas atau religiositas dalam hal ini berasal dari kata religious yang berarti bersifat religi, bersifat keagamaan (Dinas Pendidikan Nasional,2007:t)44).
Jadi yang dimaksud dengan religiusitas adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan agama, yang berupa ibadah, perbuatan, sikap dan cara b.'rpikir. Adapun dalam penelitian ini religiusitas di batasi pada dimensi ibadah dan dimensi akhlak dengan indikator sebagai berikut:
a. Rajin solat lima waktu. b. Rutin membaca A!-Qur’an.
c. Solat berjamaah minimal 3;t dalam sehari. d. Puasa di bulan ramadhan.
e. Suka bersodaqoh.
f. Mengucapkan salam terhadap orang lain bila bertemu. g. Minta maaf apabila berbuat salah.
. Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata "disiplin" \ang mendapat afiks ke- an. dalam hal ini diartikan tata tertib (di sekolah.kemiliteran dsb) (Poerwadarininto,2006:296)
Jadi yang dimaksud dengan disiplin adalah sikap seseorang untuk melaksanakan dan mengikuti hal- hal yang telah ditentukan dalam ta^ tertib atau peraturan.Adapun dalam penelitian ini kedisiplinan di batasi dengan indikator sebagai berikut:
a. Siswa mematuhi tata tertib sekolah. b. Siswa datang ke sekolah tepat waktu.
c. Siswa pulang sekolah sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku.
d. Siswa aktif mengikuti kegiatan sekolah. e. Siswa mengikuti pelajaran di kelas.
f. Siswa mengerjakan tugas yang di berikan guru, g* Ijin jika berhalangan dan tidak masuk.
G. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan dan Rancangan
Pendekatan yang digunakan adalah correlation research yaitu penelitian yang bermaksud melihat hubungan antara dua variable atau lebih. (1 ladcli.2006:64).
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di MTs Negeri Teras kabupaten Boyolali. Waktu penelitian bulan Mei-Juni 2010.
3. Populasi dan Sampel
Populasi menurut sutrisno hadi, ialah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki atau sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai sifat sama (Hadi, 1081:73). Populasi dalam penelitian ini udalah siswa MTs Negeri Teras Boyolali tahun 2010 berjumlah 340 siswa.
Sampel menurut Suliarsimi Arikunto ialah jika kila akan meneliti sebagian dari populasi, maka disebut penelitian sampel. Dan sampel adalah sebagian populasi yang diteliti (Arikunto, 1998:73). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Negeri Teras Kabupaten Boyolali berjumlah 52 siswa.
4. Metode Pengumpulan Data
a. I ibrarv Resrarrh/Miidi Pustaka
p C ’H’u n i p u 1 i n J:)! ) \ : i i n ; t h p r n th.'h l u t p o r p u s i
(buku-buku), penulis mengadakan penelitian terhadap buku- buku yang ada hubungannya dengan permasalahan ini.
b. Field Research/Studi Lapangan
Dalam melakukan studi lapangan, peneliti menggunakan beberapa metode diantaranya:
I) Angket (Questionnaire)
Metode ini adalah metode pokok untuk meneliti data tentang tingkat relipiusitas dan kedisiplinan siswa di MTs Negeri 1 Teras Kabupaten Boyolali Tahun 2010.
2) .Dokumentasi
Metode Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis seperti: buku-buku, majalah, dokumen, notulen rapat, catatan harian dan sebagai t iya (Arikunto. 1998:149).
Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah siswa, guru, dan karyawan. Penulis memilih ' metode ini agar penyajian data dalam penelitian ini lebih
konkrit.
5. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini' digunakan instrument angket berupa pertanyaan- pertanyaan sesuai dengan indikator.
6. Analisis Data
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis Pendahuluan
Pada analisis pendahuluan ini dilakukan untuk menganalisa data tiap-tiap item dengan menggunakan rumus presentase:
F
p = — xlOO%
N
Keterangan: P = Persentase F = Frekuensi
N = Jumlah total responden b. Analisis Uji Hipotesis
Pigunak.,n analisis data product moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
X= Jumlah hasil dari variable x. Y' Jumlah hasil dari variable y.
X*2 =Jumlah hasil dari variable x dikuadratkan.
YJY2 -Jumlah hasil dari variable y dikuadratkan.
N= Jumlah siswa yang diselidiki.( Sutrisno Hadi. 1997:94).
1X y - & m n
A. S I S T E M A T I K A P E N U L I SA N SKRIPSI
IJAB 1 : PHNDAl 11H l ' AN
D. Hipotesis
E. Kegunaan Penelitian F. Definisi Operasional G. Metode Penelitian.
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian 2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3. Populasi dan Sampel 4. Metode Pengumpulan Data 5. Instrumen Penelitian 6. Analisis Data
II. Sistematika Penulisan Skripsi. BABII : LANDASAN TEORI
A. Tingkat Religiusitas.
1. Pengertian Tingkat Religiusitas 2. Dimensi-dimensi Religiusitas.
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi religiusitas. B. Kedisiplinan Siswa
1. Pengertian Kedisiplinan 2. Faktor- faktor Kedisiplinan
3. Contoh- contoh sikap disiplin PAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. l etak t irei'gralis M I n Negeri t l'eras kabupaten Boyolali
B. Penyajian Data
BAB IV : ANALISIS DAI A
A. Analisis Pendahuluan B. Analisis Lanjutan
BAB V : PliNUTUP
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tingkat Religiusitas.
1. Pengertian Tingkat Religiusitas
Manusia adalah makhluk yang ekspioratif dar. potensial. Dikatakan makhluk yang ekspioratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia disebut manusia potensial, karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan.(Jalaluddin. 1996:79).
Manusia adalah puncak ciptaan Allah yang tertinggi, khalifah Allah di bumi . Menurut kodratnya manusia adalah “h a n ie f adalah makhluk yang cinta kepada kesucian dan selalu cenderung kepada kebenaran. ‘’D harnief’ hati (nurani), artinya manusia selalu mendendangkan arah kebaikan dan selalu menuju kepada kebenaran.(Razak, 1993:24)
Manusia membutuhkan bimbingan dan petunjuk yang benar dan bernilai mutlak untuk kebahagiaan di dunia dan alam sesudah mati. Sesuatu yang mutlak sudah barang tentu berasal dari yang mutlak pula, yaitu Allah saw Tuhan seru sekalian alam. Untuk itulah Tuhan yang bersifat pengasih dan penyayang memberikan suatu anugerah kepada manusia bernama agama.
Yang dimaksud denagan agama dalam kehidupan adalah iman yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan, dan dilaksanakan dalam tindakan, perbuatan, perkataan, dan sikap. Iman ditumbuhkembangkan
melalui pengalaman hidup. Segera setelah seorang anak lahir, perlu dikumandangkan adzan dekat telinganya ( diadzankan). agar pengalaman pertama lewat pendengarannya adalah kalimat- kalimat tauhid yang berintikan pengakuan akan keagungan Allah dan kerasulan Muhammad, ajakan kepada kemenangan dan seruan untuk beribadah (shalat), diakhiri dengan pernyataan akan keagungan dan ke-Esa-an Allah.
Religiusitas atau religiositas dalam hal ini berasal dari kata religious yang berarti bersifat religi, bersifat keagamaan (Dinas Pendidikan Nasional,2007:944).
Harun Nasution merunut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-Din. religi (relegere. religare) dan agama. Al-Din (semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (Latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian regare berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a= tidak, gam= pergi) mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau
diwarisi turun-temurun.(Jalaluddin, 1996:12)
. psikologi agama, ia menyarankan definisi agama adalah sikap (cara menyesuikan diri) terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan lebih luas dari pada dunia fisik yang terkait ruang aan waktu.. Definisi secara empiris lebih cocok untuk membedakan sikap-sikap keagamaan (religious) dari yang bukan keagamaan (irreligious), antara lain seperti komunisme, dan humanisme. Rober H. Thouless dengan definisi itu ingin membedakan sikap-sikap yang bersumber dari suatu kepercayaan agama terhadap yang bersumber bukan dari agama, walaupun dalam realitasnya terdapat sikap yang sama.(Jalaluddin,1996:14)
Salah satu kenyataan yang terjadi dalam sepanjang sejarah perjalanan umat manusia adalah fenomena keberagamaan (religiousity). Sepanjang itu pula, bermunculan beberapa konsep religiusitas. Namun demikian, para ahli sepakat bahwa agama berpengaruh kuat tergadap tabiat personal dan sosial
manusia.
Menurut Arifin (1995) secara bahasa, kata religiusitas adalah kata
kerja yang berasal dari kata benda religion. Religi itu sendiri berasal dari kata re dan ligare artinya menghubungkan kembali yang telah putus, yaitu menghubungkan kembali tali hubungan antara Tuhan dan manusia yang telah terputus oleh dosa-dosanya.
Kata agama berasal dari sansekerta. Akar katanya ialah gont. Kata gam itu serumpun dengan kata gaan (Bid) dan go (inggr). Gam . gaan, go. adalah
kata kerja yang menunjuk kepada pergi, beijalan.Manakala gam diberi awalan a dan akhiran a (menjadi a-gam-a) menjadilah ia kata benda. Kta jadian ini berarti jalan menuju. Yang dimaksud tentu jalan menuju kebaikan. Demikian etimologinya.
Dalam religi terdapat 3 prinsip yaitu:
1. Kepercayaan pada dan hubungan manusia dengan yang kudus, yang
dihayati sebagai hakikat yang maha gaib.
2. Hubungan itu menyatakan diri dalam bentuk kultus dan ritus.
3. Bentuk kepercayaan dan cara hubungan itu diatur oleh doktrin tertentu. Manakal definisi itu kita kenakan dalam islam, maka akan kita temukan beberapa prinsip dalam ajaran islamyang meliputi isi pengertian religi itu:
1. Yang kudus, dihayati sebagai hakikat yang gaib itu. kita temukan dalam pengertian Allah.
2. Kepercayaan akan (ada- Nva) Allah itu disebut akidah. Akidah islam bebeda dari kepercayaan agama-agama yang ada dipermukaan bumi iniAllah itu adalah esa. bukan saja dalam jumlah, tapi juga dalam silat.
3. Hubungan dengan Alllah dijalankanpcrantara ibadah, terutama
ibadah pokok, ibadah pokok itu ialah menjalankan rukun islam. 4. Sikap hidup berdasarkan ajaran islam ( yaitu yang lahir dari
Sebagaimana kita ketahui bahwa keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas- aktivitas lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh. Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula (QS 2: 208); baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, harus didasarkan pada prinsip penyerahan diri dan pengabdian secara total kepada Allah, kapan, dimana dan dalam keadaan bagaimanapun. Karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan tentang kemenyeluruhan yang mampu memahami keberagamaan umat Islam.
Permasalahannya adalah mengapa sering terjadi orang yang pemahaman keberagamaannya bagus tapi perilakunya menyimpang. Sering kita dengar di berita seorang guru ngaji yang memperkosa muridnya, atau seorang yang pendidikan agamanya cukup bagus dan berasal dari keluarga ulama tapi dia pernah berbuat zina. Ahli ibadah tapi perilakunya tidak mencerminkan keagungan dan keindahan agamanya. Mengapa ini bisa terjadi? Hal ini adalah karena kepribadian seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja. Jadi sangat kompleks sekali permasalahannya karena manusia adalah mahluk yang dinamis. Bisa jadi ketaatan beragamanya yang perlu dipertanyakan karena secara umum masyarakat Indonesia hanya taat dalam hal ritual saja tanpa penghayatan makna yang mendalam dibalik semua ajaran agama yang dilakukannya. Dan banyak juga ini terjadi karena pengaruh
lingkungan, media cetak atau elektronik yang merangsang manusia untuk mengumbar nafsu hewaninya.
Ditambah lagi ketahanan dirinya terhadap stress atau tuntutan dari dalam kurang. Apalagi ada kesempatan yang mempermudah seseorang
melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku. Disinilah fungsi kontrol diri. Adalah benar bahwa setiap manusia mempunyai nafsu seperti disinyalir dalam salah satu ayat dalam Al-Qur’an yaitu dalam surat As- Syams ayat 8, tapi permasalahannya adalah apakah ia bisa mengontrol fujur atau potensi buruknya itu atau tidak. Ini bukan hal yang mudah tapi perlu latihan dan pembelajaran sejak dini sehingga sudah terpolakan dan mendarah daging dalam karakter dan pribadinya. Lagi-lagi peran keluarga terutama dalam menanamkan kedisiplinan yang moderat dan demokratis tentunya akan melahirkan sebuah kedisiplinan yang didasari oleh kesadaran bahwa itu memang penting dan bermanfaat bagi dirinya. Sehingga akhirnya menjadi
sebuah keterampilan.
Keberagaman atau religiusitas adalah sesuatu yang amat penting dalam
dalam diri seseorang. Manusia berperilaku agama karena didorong oleh rangsangan hukuman dan hadiah.
2. Dimensi-dimensi Religiusitas.
Menurut d o c k & R. Sark ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistic), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual) (Ancok Fuat Nashori Suroso.2005:77).
Menurut R. Stark dan C'.Y. Clock dalam bukunya American Piety : The Nature o f Religious Commitment ( 1968 ) religiusitas ( religiosity) meliputi lima dimensi yaitu :
Pertama . Dimensi Ritual, \aitu aspek \ang mcugukut sejauh mana seseorang melakukan kewajiban ritualnya dalam agama yang dianut.
Misalnya; pergi ke tempat ibadah, berdoa pribadi, berpuasa, dan lain-lain. Dimensi ritual ini merupakan perilaku keberagamaan yang berupa peribadatan yang berbentuk upacara keagamaan. Pengertian lain mengemukakan bahwa ritual merupakan sentimen secara tetap dan merupakan pengulangan sikap yang benar dan pasti. Perilaku seperti ini dalam Islam dikenal dengan istilah mabdaah yaitu meliputi salat, puasa, haji dan kegiatan
lain yang bersifat ritual, merendahan diri kepada Allah dan mengagungkannya.
Kedua, Dimensi Ideologis; yang mengekur tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang bersifar dogmatis dalam agamanya. Misalnya; menerima keberadaan Tuhan, .malaikat dan setan, surga dan neraka, dan lain-lain.
Dalam konteks ajaran Islam, dimensi ideologis ini menyangkut kepercayaan seseorang terhadap kebenaran agama-agamanya. Semua ajaran
yang bermuara dari A] quran dan hadits harus menjadi pedoman bagi segala bidang kehidupan. Keberagaman ditinjau dari segi ini misalnya mendarma baktikan diri terhadap masyarakat yang menyampaikan amar m a’ru f nahi mungkar dan amaliah lainnya dilakukan dengan ikhlas berdasarkan keimanan yang tinggi.
Ketiga, Dimensi Intelektual; yaitu tentang seberapa jauh seseorang mengetahui, mengerti, dan paham tentang ajaran agamanya, dan sejauh mana seseorang itu mau melakukan aktivitas untuk semakin menambah pemahamannya dalam hal keagamaan yang berkaitan dengan agamanya. Misalnya; mengikuti seminar keagamaan, membaca buku agama, dan lain-
lain.
a) Dimensi intelektual ini menunjukkan tingkat pemahaman seseorang terhadap doktrin-doktrin agama tentang kedalaman ajaran agama yang dipeluknya.
b) Ilmu yang dimiliki seseorang akan menjadikannya lebih luas wawasan berfikimya sehingga perilaku keberagamaan akan lebih terarah.
c) Dia akan lebih memahami antara perintah dan larangan dan bukan
sekedar taklid buta.
d) Dengan ilmu pengetahuan seseorang bisa menyingkap berita besar dan megah ciptaan Tuhan dan betapa lemahnya hamba-hamba-Nya. Semakin banyak ilmu yang dimiliki maka semakin mampu manusia memahami Al quran maka imannya semakin kuat.
e) Melalui argumen yang kuat, seseorang memperoleh pengetahuan agama terutama tentang wujud Tuhan, kehidupan kekal di akhirat dan pengetahuan lainnya (Nasution. 1D89:120).
Keempat, Dimensi Pengalaman; berkaitan dengan sejauh mana orang tersebut pernah mengalami pengalaman yang merupakan keajaiban dari
*
Tuhan-nya. Misalnya; merasa doanya dikabulkan, merasa diselamatkan, dan
lain-lain.
Dalam konteks berdoa, Sebagai makhluk manusia pun tidak lepas dari segala bentuk permasalahan dan setiap permasalahan yang dihadapi oleh diri
individu yang satu dengan yang lain tidak sama, yaitu sesuai dengan tingkat keimanan masing-masing.
Dengan segala kekurangan, keterbatasan dan kelemahan yang ada dalam diri manusia, maka manusia tak bisa melepaskan diri dari Allah sebagai zat pencipta yaitu dengan cara berdoa.
Berdoa merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah yang pada akhirnya ketenangan, ketentraman jiw a dan keindahan hidup akan digapai oleh semua manusia. Menurut Zakiah Darojat pengertian doa
adalah sebagai berikut : Doa itu penting untuk membuat kesehatan mental, baik untuk penyembuhan, pencegahan maupun untuk pembinaan (Darojat,
1996:19).
Dari beberapa pengertian berdoa diatas maka penulis menyimpulkan berdoa adalah memohon, memuji, menyeru dan merupakan aplikasi dari ketundukan umat manusia kepada Allah sebagai zat sang pencipta.
Dalam bidang kesehatan sendiri doa juga mempunyai manfaat yaitu bahwa dalam perawatan kesehatan ilmu pengetahuan tanpa Kerohanian tidaklah lengkap, sementara keimanan saja tanpa ilmu pengetahuan tidak
efektif (Hawari, 1997:13).
Adapun hakekat berdoa adalah sebagai b erik u t:
segala bencana dan tempat meminta sesuatu, tempat mengadukan diri dari permasalahan yang dihadapi manusia.
2) Untuk mengintrospeksi diri menyadarkan akan status, fungsi dan kondisinya. Mengingat janji dan ancanian-Nya terhadap umat yang mentaati-Nya dan yang mengingkari-Nya sehingga mendorong manusia untuk berhati-hati dalam bertindak di masa yang akan datang. 3) Sarana untuk menyadarkan manusia bahwa kebaikan hanyalah datang
dari Allah dan kedamaian, ketcntraman akan tercapai bila mematuhi
perintah-Nya dan manjauhi larangan-Nya.
4) Sarana untuk memohon sesuatu kepada Allah SWT dan sarana untuk mencapai keridhoan-Nya-.
Kelima, Dimensi Konsekuensi. Dalam hal ini berkait; n dengan sejauh mana seseorang itu mau berkomitmen dengan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya;“menolong orang lain, bersikap jujur, mau berbagi, tidak mencuri, dan lain-lain. Aspek ini berbeda dengan aspek ritual. Aspek ritual lebih pada perilaku keagamaan yang bersifat penyembahan'' adorasi sedangkan aspek komitmen lebih mengarah pada hubungan manusia tersebut dengan sesamanya dalam kerangkan agama yang dianut.
Pada hakekatnya, dimensi konsekuensi ini lebih dekat dengan aspek
sosial. Berkenaan dengan hal ini, Jamaludin Ancok, dimensi sosial ini secara rinci memiliki indikator sebagai b erik u t:
1) Dimensi sosial adalah menifestasi ajaran agama dalam kehidupan masyarakat, meliputi semua perilaku yang didefinisikan oleh agama (Rahmat, 1986:37).
2) Ditinjau dari dimensi ini semua aktivitas yang berhubungan dengan kemasyarakatan umum meiupakan ibadah. Hal ini tidak lepas dari ajaran Islam yang menyeluruh, menyangkut semua sendi kehidupan. Jadi religiusitas pada dasarnya merupakan perbuatan seseorang yang berhubungan dengan masyarakat luas dalam rangka mengembangkan kreativitas pengabdian (ibadah) kepada Allah semata.
Dari pengertian dan dimensi religiusitas diatas.maka sesungguhnya religiusitas bisa digambarkan adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap
iigitniii sehapai iiiimii kognilil pcia'.i.m ai-amn • chiipni unsur cTrklil Jan
perilaku terhadap agama sebagai unsur psikomotorik. (Rahmat, 1996:137). Jadi religiusitas merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan serta tindakan keagamaan dalam diri seseorang.
Secara definitif, menurut Harun Nasution. agama adalah:
a) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib
yang harus dipatuhi.
c) Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandungf pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan- perbuatan manusia.
d) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
%
e) Suatu system tingkah laku ( code o f conduct) yang berasal dari sesuatu kekuatan gaib.
f) Pengakuan terhadap adanya kewajiban- kewajiban yang diyakini bersumber pada sesuatu kekuatan gaib.
g) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat pada alam sekitar
manusia.
h) Ajaran- ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.(Jalaluddin, 1996:13).
Menurut Daradjat (1989). ada dua istilah yang dikenai dalam agama yaitu kesadaran beragama (religious eonciousness) dan pengalaman beragama (religious experience). Kesadaran beragama adalah segi agama yang terasa dalam tikiran dan dapat diuji melalui introspeksi atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama. Sedangkan pengalaman beragama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan.
Untuk mengukur religiusitas tersebut, kita mengenal tiga dimensi dalam Islam yaitu aspek akidah (keyakinan), syariah (praktik agama, ritual formal) dan akhlak (pengamalan dari akidah dan syariah).
3. f aktor- faktor yang mempengaruhi religiusitas.
Menurut Robert H.Thoulles, faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas atau keberagamaan seseorang antara lain sebagai berikut:
a) Faktor sosial.
Yang pertama bisa disebut sebagai faktor sosial, ia mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keagamaan itu: pendidikan dari orang tua. tradisi-tradisi, dan tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkunagan itu.
b) Faktor Pengalaman.
tertiban,dan malapetaka. Kebalikan ini cenderung menimbulkan unsur dualis dalam sikap keagamaan,
c) Faktor Kebutuhan .
Faktor lain yang oleh beberapa orang penulis dianggap sebagai sumber keyakinan agama adalah kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi secara sempurna dimana-mana sehingga mengakibaucan terasa adanya kebutuhan- kebutuhan akan kepuasan-kepuasan agama, kebutuhan-kebutuhan uu b a ta n g k a li b isa d ik e lo m p o k k a n seeata g a its besar menjadi empat: kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan cinta, kebutuhan untuk memperoleh harga diri, dan kebutuhan yang timbul karena adanya kematian. Kebanyakan dari kebutuhan- kebutuhan ini, dari masa ke masa dipostulasikan sebagai satu-satunya
sumber keyakinan agama,
d) Faktor Proses Bcrfikir.
Faktor terakhir yang seharusnya dipertimbangkan adalah peranan yang dimainkan oleh penalaran verbal dalam perkembangan sikap keagamaan itu. Ada pendapat populer, yang tercermin dalam banyak tulisan polemik mengenai agama, bahwa faktor ini memainkan peranan yang lebih besar dalam pembentukan pandangan keagamaan dibandingakan dengan apa yang pada umumnya dipertimbangkan oleh setiap ahli psikologi.
Satu-satunya fungsi akal dalam pembentukan keyakinan- keyakinan keagamaan tampaknya hanya rasionalisas', karena itu ada sedikit alasan saja untuk mempostulasikan faktor intelektual sebagai
salah satu unsur yang bisa membantu pembentukan sikap keagamaan.(Rober H Thouless, 1995:29)
4. Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Remaja
Dalam pembagian tahap perkembangan manusaia. maka masa remaja menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencakup masa: juvenilitas (adoleseantium). pubertas, dan nubilitas.
Perkembangan agama pada remaja ditandai dengan berbagai faktor perkembangan rohrni dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W. Starbuck adalah:
a. Pertumbuhan pikiran dan mental.
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sikap kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan.sosial. ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.
b. Perkembangan perasaan.
peri kehidupan yang terbiasa dilingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat kearah hidup yang religius pula. Sebaliknya bagi remaja yang kurang mendapat pendidikan.dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi
dorongan seksual. Masa remaja merupakan masa kematangan seksual. Didorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih mudah terperosok ke arah tindakan seksual yang negatif.
c. Pertimbangan sosial.
Corak keagamaan remaja juga ditandai oleh adanya pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan moral dan material. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu. Karena kehidupan dunia lebih dipengaruhi akan materi, maka remaja lebih cenderung jiwanya
untuk bersikap materialis. d. Perkembanagan moral.
Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa <*
berdosa dan usaha untuk mencapai proteksi. Tipe moral yang juga terlihat pada para remaja juga mencakup:
1) Self-directive, taat terhadap atau moral berdasarkan pertimbangan pribadi..
'2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.
3) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama.
4) Unadjusted, belum meyakini ajaran agama dan moral.
5) Deviant, menolak dasar hukum keagamaan serta tatanan •k
moral musyarakat, r Sikap dan minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang mempengaruhi mereka.( besar kecil minatnya)
f. Ibadah.
Pandangan para remaja terhadap ajaran agamadan masalah
do’a (Jalaluddin,1996: 72).
B. Kedisiplinan Siswa
1. Pengertian Kedisiplinan
Unsur pertama moralitas adalah disiplin, yang dibentuk oleh keteraturan tingkah ‘iuKu dan wewenang, letapt dtsiplm tidak dipandang
menetapkan cara-cara memberi lespon yang pantas, tanpa tatanan dan
kehidupan yang terorganisasi tidak mungkin, la membebaskan kita dari
keharusan setiap saat menyusun cara pemecahan. Kedua, ia memberi jawaban
kepada kebutuhan individu akan pengekangiui, yang memungkinkan individu
mencapai, secara berturut- iturut, tujuan-tujuan tertentu.
Di sekolah setiap anak harus belajar menghormati aturan, ia harus
belajar melaksanakan tugasnya, ia merasa wajib berbuat demikian sekalipun
mungkin tugas itu tidak mudah. Dalam kenyataan memang telah ada system
aturan menyeluruh di sekolah yang menentukan perilaku si anak. Ia harus
secara teratur masuk kelas, harus tiba pada waktu yang telah ditetapkai dan
dengan sikap dan dengan perilaku yang tepat pula. Ia tidak boleh membuat
onar di kelas. Ia harus sudah mempersiapkan pelajarannya, mengerjakan
pekerjakan rumah dan telah menyelesaikannya dengan baik, dan seterusnya.
Dengan demikian, ada sejumlah kewajiban yang harus dipikul si anak.
Kewajiban-kewajiban tersebut membentuk disiplin sekolah. Melalui praktek
disiplin sekolah inilah kita dapat menanamkan semangat disiplin dalam diri si
anak .(Durkheim, 1990:106)
Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” yang mendapat afiks ke-an, dalam hal ini diartikan tata tertib fdi sekolah,kemiliteran dsb) (Poerwadarminto,2006:296)
Disiplin secara ilmiah adalah cara pendekatan yang mengikuti
ketentuan yang pasti untuk memperoleh pengertian dasar yang menjadi
sasaran studi (Dinas Pendidikan Nasional,2007:?.68)
Disiplin merupakan utik pusat dalam pendid’kan. Tanpa kedisiplinan tidak akan ada kesepakatan antara guru dan murid, dan hasil belajar pun berkurang.
Masalah-masalah kedisiplinan dewasa ini dapat diatasi apabila meninggalkan metode lama \ang autoriter, yang secara paksa menuntut kepatuhan, dan mengambil alih garis-garis dasar yang berlandaskan prinsip- prinsip kebebasan dan tanggung jawab. Guru tidak boleh mengizinkan segala-galanya, tetapi juga tidak memberikan hukuman. Kita harus belajar nenjadi partner, teman seperjuangan bagi murid-murid, agar kita dapat
menuntun mereka dengan penuh pengertian. Kita harus belajar cara membimbing tanpa melakukan penindasan dan memberi kebebasan yang tak terkendalikan.
.Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari
kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan
sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa
pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran
atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai
latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib.(
http://starawaji.wordpress.eom/2009/04/l 9/pengertian-kedisiplinan/) 2. Contoh- contoh Sikap Disiplin
Contoh dari sikap disiplin di sekolah misalnya datang tepat waktu, memakai seragam seragam sekolah, megumpulkan tugas sesuai dengan perintah guru, dan lain-lain. Dan wujud dari kedisiplinan di sekolah adalah adanya peraturan dan tata tertib sekolah, dan masing-masing sekolah itu
berbeda-beda.
3. Macam-macam Kedisiplinan
1) Disiplin dalam Menggunakan Waktu
Maksudnya bisa menggunakan dan membagi waktu dengan baik. Karena waktu amat berharga dari salah satu kunci kesuksesan adalah dengan bisa menggunakan waktu dengan baik 2) Disiplin dalam Reribadah
Maksudnya ialah senantiasa beribadah dengan peraturan- peratuaran yang terdapat didalamnva. Kedisiplinan dalam
Dari berbagai penjelasan di tas penulis mampu menaganalisa bahwa
religiusitas atau sikap keagamaan itu tidak bisa kita lihat hanya dari satu
aspek saja yaitu ibadah. Karena orang yang religi usitas itu bisa
menunjukkan bahwa ajaran agama itu tercermin dari setiap akhlak dan
perbuatan manusia serta dari pota pikirnya.
Maka dari hal itu pula seorang yang selalu rajin sholat, setiap hari
membaca kitab suci A lqur'an tidak bisa dikatakan sebagai seorang yang
sangat religius apabila sikap dan tingkah lakunya tidak sesuai dengan
tuntutan agama dan selalu menyimpang dari norma-norma yang brlaku di
masyarakat.
Untuk pendidikan agama disekolah terutama di sekolah yang
berlandaskan agama alangkah baiknya jika mata pelajaran agama itu bisa
merefleksikan seluruh dimensi-dimensi agama. Dari hal itu seorang guru
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambar;.-.! Tentang MTs Negeri Kopen Teras Boyolali
L Tinjauan Historis
Madrasah Tsanawiyah Negeri Teras berdiri pada tanggai 1 i Juni 1966 dengan nama MTs Muhammadiyah Teras dan menempati rumah . Bapak Dwijo Martono sekaligus sebagai kepala madrasah, dan Bapak Gito
di Desa Ngares Kadireso, Teras, Boyolali.
Tokoh-tokoh pendiri MTs Muhammadiyah pada saat itu adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Tokoh Pendiri MTs
No Nama No Nama
1 Bp. Dwijo Martono 1 1 Bp. H. Mustofa 2 Bp. H. Kholil Basuki 12 Bp. Sutono
3 Bp. Syatibi D. Manawi, BA 13 Bp. Prawiro llatono 4 Bp. H. Slamet Muhtami 14 Bp. M. Syamsuri 5 Bp. M. Tliohir 15 Bp. Nurhadi
6 Bp. Sugito 16 Bp. Suwnndi
7 Bp. M. Jawandi 17 Bp. II. Mahmud 8 Bp. H. M. Bahruddin 18 Bp. Abd. Bari, B.A 9 Bp. 11. J linieri 19 Bp. Iludi Suparto 10 Bp. H. Bajuri, B.A
Dalam perjalanannya, madrasah ini telah mengalami beberapa kali perubahan lokasi, status maupun kepemimpinannya. Adapun perubahan itu adalah sebagai berikut:
a. Tahun 1976 s/d 1979, lokasi MTs pindah ke dusun Banjar, Kopen, bertempat di rumah Bapak H. Jawandi dan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah kapurancak, Kopen. pada waktu itu kepala madrasahnya Bapak Sudiyono.
b. Tahun 1976 s/d 1984 lokasi MTs pindah ke dusun Kopen menempati rumah Bapak Ghozali dan rumah Bapak Carik Nepen, pada waktu itu kepala madrasahnya Bapak Abu Qosim, BA.
c. Tahun 1984 s/d 1988, lokasi MTs pindah ke desa Kopen ( yang ditempati sekarang ) dengan kepala madrasah Bapak Muhadi.
d. Tahun 1988 s/d 1996 statusnya menjadi Filial MTs Negeri Boyolali, Tanggal 29 November 1983 berdasarkan Surat Keputusan Nomor: MTsK.50/A/43 I/XII/1983. dengan kepala madrasah l)rs Duwnmi.
e. Tahun 1996 di negerikan dengan Surat Keputusan Nomor : 315 tahun 1995 pada tanggal 25 November 1995.
f. Tahun 1999 s/d 2004 kepala madrasahnya Drs.Muhsin. g. Tahun 2004 s/d 2006 kepala madrasahnya Drs. Nur Hudaya S
h. Tahun 2007 s/d 2008 kepala madrasahnya Drs.H. M.Ali Imron, M.Pd.l i. Tahun 2009 s/d sekarang kepala madrasahnya Drs. Nur Hasan. M.Pd.
•t
2. Letak Geografis
MTs Negeri Kopen terletak di Desa Kopen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali dan berbatasan dengan:
b. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Nepen
c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kadireso
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jetis
3. Struktur Organisasi
a. Struktur Organisasi
Komite sekolah : KH. Kuljubi Alwan
Kepala Madrasah : Drs. Nur 1 lasan, M. Pd Kepala TU : Salman Widodo Waka Kesiswaan : Drs. Muh Sukron Waka Kurikulum : Drs. Imron Rosyadi Waka Humas — : Mei Issyauki, SE Waka Sar/pra : Suratna, Spd Kepala Perpustakaan : Dra. Wahyu Wigati Koordinator BP/BK : Dra. Triyatun
Kepala Lab : Yeni Susilowati, Spd
b. Keadaan Guru
Adapun guru yang ada di MTs secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Data Guru Ml s Negeri Teras Boyolali
No Kode N a in :» Mata Pelajaran Ketcranpan Sertifikasi
1 A Drs.Nur Hasan, M. Pd Bahasa Arab Kamad Sudah
2 B Sukarti, B A 1. P Kn. Belum
3 C Drs. Imron Rosyadi Al Qur’an Hadils Wk. Kurikulum Sudah
4 D Walijem Bahasa Jawa Belum
5 E Drs. Muh Sukron 1. Bahasa Arab Wk. Kesiswaan Sudah 2. Aqidah Akhlak
6 F ' Zamzuri, S.Ag SK I Wali Kelas 9.A Belum 7 G B. Dwi Indriyani Bahasa Inggris Bend. BOS 2 Belum 8 H Abdul Hanif, SAg Fiqih Wali Kelas 7.A Belum
9 I Dra. Zubaidah 1. Bahasa Arab Wali Kelas 9.B Sudah
10 J Suparji, S.Pd Fisika Wali Kelas 8.A Belum
11 K Suratna, S.Pd Bahasa Indonesia Wk. Sarpras Sudah
12 L Dra. Triyatun BP Wali Kelas 9.C Sudah
13 M Yeni Susitawati, S.Pd IPA / Biologi Sudah
14' N
■ *%
Nikmatul Fathonah, S.Pd 1. Bahasa Indonesia Wali Kelas.8.C Sudah 2.Mulok ( tata boga)
15 O Mei Issyauki, SE 1. IPS Terpadu Wk. Humas Sudah
16 P Thoyibah Handayani, SPd Matematika 3 Bend. BOS 1 Sudah 17 Q Hasannudin, S.Pd Matematika 1 Wali Kelas 7.B Sudah
18 R Sulastri Bahasa Inggris Wali Kelas 7.C Belum
19 S Kurniawan N H,S.Pd 1. Penjaskes Belum
7. TI K
20 r S Aslamiyah, S.pdi Aqidah Akhlak Wali Kelas 7 D Belum
21 u Aslar, SS 1. Seni Budaya Sudah 2. Bahasa Jawa. 7
22 V Dra. Wahyu Wigati 1. PKn Wali Kelas 8.B Belum
23 w Atik Sulistyawati, S.Pd 1. Metematika2 Belum 24 X Ihtiyati Faizah, S.Pd IPS Terpadu Sudah 25 Y Rina Susi Cahyati, S.Pd Bahasa Indonesia Sudah 26 Z Sukatiyah, S.Pd Bahas'1 Inggris Sudah 27 A l Rahmawati ALW Aqidah’ Akhlak Belum 28 BI Busyroni Budi Utomo, S.Pd IPS Terpadu Belum 29 a Ahmad Nugroho, S.Or Penjaskes Belum
c. Keadaan Karyawan
Adapun karyawan yang ada di MTs Negeri Teras Boyolali
adalah sebagai berikut:
1) Salrnan Wid.odo : Ka TU 2) Amat Suhardi : Penjaga 3) Badrus Salam : SatPain
d. Keadaan Siswa
Siswa adalah salah satu, faktor yang sangat mempengaruhi dan menentuka dalam suatu pengajaran, sebab siswa merupakan subyek dalam pendidikan, terlebih lagi bila diinginkan hasil belajar yang maksimal, maka siswa tidak hanya dipandang sebagai obyek saja tetapi juga subyek.
Siswa-siswi MTs seluruhnya berjumlah 340 orang, yang terbagi dalam tiga kelas, yaitu:
Tabel 3.3 Data Siswa MTs N 1 Teras Boyolali
Kelas Putra Putri Jumlah
1 67 60 127
11 51 57 108
111 60 45 105
Jumlah 178 162 340
B. Penyajian Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai korelasi antara tingkat religiusitas dengan kedisiplinan siswa di MTs
Negeri Teras Boyolali. Untuk itu peneliti mendistribusikan angket yang
berisi 40 item soal berisi pertanyaan tentang kedua variabel tersebut kepada responden, 20 item soal berisi pertanyaan tentang religiusitas dan 20 itemsoal berisi pertanyaan kedisiplinan.
1. Data nama responden yang penulis ambil dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Data Nama- nama Responden No Nama
Tabe! 3.6 Nilai Religiusitas Siswa No.
Resp. Nilai Kategori No. Resp Nilai Kategori
Tabel 3.5 Jawaban Angket Siswa 2. Data Tentang Jawaban Angket Religiusitas.
3. Data Tentang Jawaban Angket Kedisiplinan Siswa.
Tabel 3.6. Jawaban Angket Siswa
BAB IV
ANALISIS DA TA
Melalui angket yang telah disebar kepada responden, maka telah
terkumpul data penelitian tentang religiusitas dan kedisiplinan siswa di MTs
Negeri Teras Boyolali. Setelah data itu terkumpul dengan lengkap langkah
selanjutnya mengklasifikasikan data tersebut untuk dianalisis.
Sebagaimana telah dipaparkan pada Bab 1. mengenai tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat religiusitas siswa MTs Negeri 1 Teras. 2. Untuk mengetahui sikap kedisiplinan siswa MTs Negeri 1 Teras.
3. Untuk mengetahui adakah korelasi tingkat religiusitas siswa dengan kedisiplinan siswa MTs Negeri 1 7’eras.
Oleh karena itu , untuk mengetahui dari ketiga poin dari tujuan penelitian tersebut, penulis menggunakan analisis statistik. Adapun untuk analisis poin pertama dan kedua penulis menggunakan rumus persentase sebagai berikut:
P = - - X 1 0 0 %
N
Selanjutnya untuk analisis poin ketiga, yaitu untuk mengetahui apakah ada korelasi antara tingkat religiusitas dengan kedisiplinan siswa di MTs Negeri Teras Boyolali dan sekaligus menguji hipotesis yang telah diajukan, digunakan teknik analisis product moment dengan rumus sebagai berikut:
rxy
ZXY (LX)(2Y)
J {ZX2 -J L p L nZy 2
_
(L
ili)
A. Analisis Data Pertama
Analisis data pertama adalah untuk mengetahui tentang religiusitas,
selanjutnya data tentang religiusitas tersebut diperoleh dari penyebaran angket
yang terdiri dari 20 item pertanyaan disediakan tiga alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:
1. Alternatif jawaban A. memiliki nilai 3. 2. Alternatif jwaban B. memiliki nilai 2. 3. Alternatif jawaban t', memiliki nilai I
Tabel 4.1 Daftar Nilai Religiusitas
45 45
59 dan nilai terendah adalah 33, selanjutnya mencari intervalnya dei.gan
menggunakan rumus sebagai berikut:
(xt - x r) + l (59 - 33) + 1 26 + 1 27 1 - -£t " “ j ~ ~ 3 ~ T ~ 9
Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak siswa yang dipengaruhi oleh religiusitas kategori baik, cukup, kurang.
Tabel 4.2 Kelas Interval Untuk Variabel Religiusitas
No F Jumlah
1. Untuk religiusitas, kategori baik, yang mendapat nilai antara 53-62 sebanyak 19 siswa.
2. Untuk religiusitas kategori cukup, yang mendapat nilai antara 43- 52 sebanyak 28 siswa.
3. Untuk religiusitas kategori kurang, yang mendapat nilai antara 33- 42 sebanyak 5 siswa.
Setelah diketahui berapa banyak siswa yang menilai religiusitas kategori baik, cukup. kurang, kemudian dipersenkan masing- masing perolehan/ kategori, dengan rumusan sebagai berikut:
1. Kategori baik
P = - X 100% = — x 100% = 36,53%
N 52
2. Kategori cukup
P = j x 100% = ^ - x 100% =53,84%
3. Kategori kurang
P = - X 100% = — X 100% =9.615% .'V 52
II. Analisis data kedua
Analisis data kedua adalah untuk mengetahui tentang kedisiplinan siswa, selanjutnya data tentang kedisiplinan siswa tersebut diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 20 item pertanyaan, masing- masing pertanyaan disediakan 3 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut:
1. Alternatif jawaban A, memiliki nilai 3. 2. Alternatif jwaban B, memiliki nilai 2. 3. Alternatif jawaban C, memiliki nilai 1.
■
Kemudian dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah
dan nilai terndah adalah 34, selanjutnya mencari intervalnya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
. (*f - * r ) + l _ ( 5 9 - 3 4 j J M _ 25 H- 1 _ 26 _
^
_ Q* “
%
3 3 353
Kemudian dimasukkan dalam tabel untuk mengetahui berapa banyak yang
dipengaruhi oleh kedisiplinan kategori baik, cukup, kurang.
'label 4.4 Kelas Interval Kedisiplinan Siswa
No f Jumlah
1 54-63 19
2 44-53 27
->
J 34-43 6
Jumlah 52
Dengan demikian dapat diketahui :
1. Untuk kedisiplinan siswa kategori baik, sang mendapat nilai antara 54-63 sebanyak 18 siswa. ~
2. U ntuk k c d is p lin n n sisw a kategori cuku p , yang m endapat n ila i antara 44-53
sebanyak 28 siswa.
3. Untuk kedisiplinan siswa kategori kurang, yang mendapat nilai antara 34- 43 sebanyak 6 siswa.
Setelah diketahui berapa banyak siswa yang menilai kedisiplinan kategori baik, cukup, kurang, kemudian dipersenkan, dengan rumus sebagai
berikut:
P
= 7 7 X 100%a. Kategori baik sebanyak
P =
- x 100% = — X 100% = 36.538% .N 52
P
= - X 100% = — X 100% = 51.923%.\ 52
c. Kategori kurang sebanyak
P
= - X 100% = — X 100% =11,53%N 52
Tabel 4.5Nilai Nominasi Kedisiplinan Siswa
C. Analisias Ketiga
Analisis data ke tiga ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat religiusitas mempengaruhi kedisiplinan siswa di MTs Negeri Teras
Boyolali.
Adapun analisis yang digunakan adalah teknik analisis product moment,
kemudian analisis operasional penggunaan rumus tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.6 Koefisien Korelasi Antara Variabel X dan Variabel Y
NO X Y X2 Y2 X Y
10 53 54 2809 2916 2862
11 59 56 3481 3136 3304
12 52 47 2704 2209 2444
13 59 57 3481 3249 3363
14 56 53 3136 2601 2968
15 55 54 3025 2601 2970
16 52 49 2704 2401 2548
17 58 S 6 446 1 4 I 46 4? 48
IS 4 S 3304 2704 244o
19 46 51 2116 2601 2346
20 49 52 2401 2704 2548
21 59 54 3481 2916 3186
22 37 37 1369 1369 1369
23 57 56 3249 3 136 3192
25 • 55 48 3025 2304 2640
26 54 52 2916 2704 2808
27 50 48 2500 2304 2400
28 47 47 2209 2209 2209
29 50 55 2500 3025 2750
30 48 56 2304 3136 2688
31 51 54 2601 2916 2754
32 48 50 2304 2209 2400
33 52 54 2704 2916 2808
34 49 47 2401 2116 2303
35 47 49 2209 2401 2303
36 47 47 2209 2209 2209
37 36 37 1296 1156 1332
38 55 54 3025 2916 2970
5Q 50 ^ 8 2 ' 0 0 3364 2« 0 0
40 .M) ■'H . '• . 0 0 J 10-1 . " > 0 0
41 5 5 5 0 5025 5481 5245
•L' 11 10 IO.HO 1 .' 1 1.’K/
43 37 41 1369 1681 151/
44 55 59 3025 3481 3245
45 45 47 2025 2209 2115
46 54 50 2916 2500 2700
47 43 ~ 44 1849 1936 1892
48 57 47 3249 2209 2679
49 48 45. 2304 2025 2160
50 49 49 2401 2401 2401
51 53 58 2809 3364 3074
52 48 49 2304 2401 2352
JUMLAH 2599 2617 131807 133397 132138
Jadi dari tabel tersebut diatas dapat diketahui : £X = 2599
XX2=I31807 133.397
£XY=132.138
Kemudian fdimasukkan dalam rumus product-moment sebagai berikul:
V yy
_____N
N }
S 1 3 2 . 1 3 8 - ^ ^ 2 ^ 9 1 7 ) 52
rx y
=-i{ E X l3 1 .8 0 7 - - ( 2 2 ^ 9 ) l} { Ii3 3 3 g 7 _ ( £ 2 ^_ 7 )i }
rxy =
I 132,138- ^ g l
(Z 1 3 1 8 0 7 - g 6 7 5 4 .8 0 1 } g l 3 2 277 _ g 6 .8 4 a 6 8 9 ).}
rxy ~ 1 32 .138-130.799,67
7 (1 3 1 .8 0 7 —129.900,0 1}{1 33.397—131.705,55}
rxy = 1.338,33
7 (1 .9 0 6 ,99}{1.691,45}
1.338,33 r* y _ V3.325.578,2
r Vv ="1.795,98941.360,1
=0,745177
Setelah data dianalisis menggunakan rumus product moment dan hasil dari penghitungan tersebut adalah rxy yang telah diketahui tersebut, perlu diadakan
tes signifikansi, yaitu dengan dengan dikonsultasikan pada ‘label r Product
Moment”.
Pada “tabel r product moment", dengan nilai N - 52 diperoleh nilai r pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,279 dan pada taraf signifikansi 1% sebesar 0,361.
Sebelum penulis membuat kesimpulan dari hasil nilai diatas. perlu kiranya diketahui rumusnya terlebih dahulu yaitu:
r Xy < rtabci / r product moment maka Ho diterima.
- rxy> rUl|M.|/ r product moment maka 1h, ditolak ,.
Keterangan : H« ( Hipotesis Nihil ), selalu berbunyi tidak ada korelasi/ pengaruh .
Dengan demikian setelah tahu rumusnya dan mengacu dari nilai diatas. ternyata rxy> rubei, yaitu 0,745177 Sedang rx>> r^bei ditolak. Jadi dari analisis tersebut * dapat diambil suatu kesimpulan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan kedisiplinan siswa, sehingga hipotesis yang penulis kemukakan yang berbunyi bahwa "Ada korelasi positif antara tingkat religiusitas dengan kedisiplinan siswa di MTs Negeri I'eras Boyolali." Atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat religiusitas , maka semakin baik pula kedisiplinan siswa disekolah pada siswa MTs Negeri Teras Boyolali.
BABY
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
I. Dari variabel X atau variabel pertama yaitu Tingkat Religiusitas,
dapat diketahui dari hasil penelitian sebagai berikut:
a. Untuk religiusitas siswa MTs Negeri Teras Boyolali
kategori baik, yang mendapat nilai antara 53-62 sebanyak 19 siswa atau sebanyak 36,53 %.
b. Untuk religiusitas siswa MTs Negeri Teras Boyolali kategori cukup, yang mendapat nilai antara 43-52 sebanyak 28 siswa atau sebanyak 53,84%.
c. Untuk religiusitas siswa MTs Negeri Teras Boyolali kategori kurang, yang mendapat nilai antara 33-42 sebanyak 5 siswa atau sebanyak 9,615%.
2. Dari variabel Y atau variabel kedua yaitu Kedisiplinan siswa, dapat diketahui dari hasil penelitian sebagai berikut:
a. Untuk kedisiplinan siswa MTs Negeri Teras Boyolali kategori baik, yang mendapat nilai antara 54-63 sebanyak 18 sisw atau sebanyak 36,538%.
c. Untuk kedisiplinan siswa MTs Negeri Teras Boyolali
kategori kurang, yang mendapat nilai antara 34-43
sebanyak 6 siswa atau sebanyak 11,53%.
3. Analisis data yang didapat dari rumus product moment menunjukkan bahwa ada korelasi positif' antara variabel X atau Tingkat Religiusitas dengan Kedisiplinan Siswa di MTs Negeri Teras Boyolali Tahun 2010.
B. SARAN-SARAN
Untuk mengembangkan wacana yang lebih kondusif sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian mengenai korelasi antara tingkat religiusitas dengan kedisiplinan siswa, maka peneliti ingin menyampaikan saran kepada komponen yang ada sebagai berikut:
1. Orang tua hendaknya memberikan pemahaman dan contoh yang baik mengenai agama, serta mengawasi kegiatan anak- anak yang berhubungan dengan religiusitas.
2. Pihak Sekolah hendaknya memberikan pemahaman religiusiats itu tidak hanya mengacu pada pelaksanaan ibadah tetapi juga dalam akhlak atau perbuatan siswa.
3. Masyarakat hendaknya memberikan dukungan untuk kegiatan yang berhubungan dengan religiusitas serta memberi kesempatan kepada para remaja untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan religiusitas atau sikap keberagamaan.