• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - PERUBAHAN PERUNTUKAN LAHAN PERTANIAN DAN PERGESERAN IMPLEMENTASI KONSEP TRI HITA KARANA (Studi Kasus Pada Petani Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali) Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - PERUBAHAN PERUNTUKAN LAHAN PERTANIAN DAN PERGESERAN IMPLEMENTASI KONSEP TRI HITA KARANA (Studi Kasus Pada Petani Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali) Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 1 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Bali memiliki landasan filosofi tentang pencapaian kesejahteraan dengan cara menjaga keharmonisan hubungan antara Tuhan; alam dan lingkungan; serta sesama manusia. Filosofi tersebut dikenal oleh masyarakat Bali dengan sebutan Tri Hita Karana. Perwujudan implementasi konsep Tri Hita Karana ini dapat dilihat dari berbagai ritual keagamaan yang ada. Akan tetapi konsep Tri Hita Karana tersebut mengalami pergeseran implementasi, terutama pada masyarakat petani. Pergeseran implementasi tersebut menjadi semakin kentara ketika para petani menjual lahan pertaniannya menjadi bangunan fasilitas pariwisata. Setiap tahunnya lahan pertanian di Ubud mengalami peralihan fungsi lahan menjadi bangunan – bangunan modern seperti villa, resort, restoran, spa, dan lain sebagainya (Antara, 18 April 2012).

(2)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 2 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI sudah mulai menghilang terlihat dari langkanya pelaksanaan ritual nyelung yang seharusnya selalu dilakukan setelah musim panen tiba (Balipost, 6 September 2013). Hal tersebut juga mempengaruhi hubungan sosial yang ada di masyarakat karena ritual ini biasanya diadakan secara bersama - sama dalam satu banjar. Kelangkaan berbagai ritual keagamaan yang ada pada masyarakat petani Ubud karena semakin berkurangnya lahan sawah yang ada. Masyarakat petani Ubud mulai berbondong – bondong menjual lahan sawahnya kepada para investor pariwisata. Data menunjukkan bahwa Ubud yang merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Gianyar mengalami penyusutan lahan pertanian paling signifikan sebanyak 61 hektar persegi dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 (Balipost, 2013).

(3)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 3 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI area tempat persembahyangan sehari-hari dipergunakan sebagai tempat usaha seperti pertokoan, tempat spa, restaurant, dan lain sebagainya. Hal tersebut menyebabkan tempat persembahyangan dipersempit bahkan bergeser ke belakang untuk mendapatkan uang.

Berikut ini merupakan tabel jumlah wisatawan yang datang ubtuk berkunjung:

Tabel 1.1.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan

(4)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 4 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI Kelurahan Penatih, Kecamatan Denpasar” yang mengatakan bahwa berkurangnya lahan sawah menyebabkan petani secara ekonomi mengalami marginalisasi. Akan tetapi penelitian ini mencoba melihat dari sisi yang berbeda, yakni bergesernya implementasi konsep Tri Hita Karana yang disebabkan oleh perubahan peruntukan lahan pertanian, khususnya sawah. Para petani yang menjual sawahnya tidak hanya kehilangan lahan untuk aktivitas mencari nafkah saja, melainkan mereka juga kehilangan media untuk merealisasikan konsep Tri Hita Karana. Padahal mereka mengetahui bahwa Tri Hita Karana adalah konsep yang digunakan untuk menjaga keajegan kehidupan mereka sendiri. Sawah merupakan media bagi para petani untuk berinteraksi sosial secara harmonis dengan sesamanya. Sedangkan untuk mewujudkan keharmonisan dengan alam, petani menjaga dan memelihara sawah yang mereka miliki. Berbagai ritual yang dilakukan oleh petani adalah upaya untuk menjaga keharmonisan hubungan beragama dengan Tuhan (Wiratma, 2013). Terlihat bahwa ketika petani menjual lahan pertaniannya, sistem sosial budaya yang telah ada cenderung terganggu dan hal tersebut cenderung akan menggeser implementasi konsep Tri Hita Karana.

(5)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 5 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI

1.2 Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, fokus dalam penelitian ini yakni untuk mendeskripsikan secara tajam dan mendalam mengenai bagaimana perubahan peruntukan lahan pertanain yang terjadi di Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Ketika lahan pertanian yang dimiliki oleh petani diubah peruntukannya, apakah hal tersebut mempengaruhi implementasi konsep Tri Hita Karana? Lantas seperti apakah implementasi konsep Tri Hita Karana setelah adanya perubahan peruntukan lahan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perubahan peruntukan lahan pertanain yang terjadi di Kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali serta implementasi konsep Tri Hita Karana. Dan juga, penelitian ini bertujuan untuk menggali pengaruh perubahan peruntukan lahan pertanian tersebut terhadap implementasi konsep Tri Hita Karana.

1.4 Manfaat Penelitian

(6)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 6 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih dalam rangka memperkaya pengetahuan maupun memperluas wawasan bagi para akademisi maupun masyarakat umum mengenai perubahan peruntukan lahan pertanian dan pergeseran implementasi konsep Tri Hita Karana dalam masyarakat petani Kelurahan Ubud.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang didapatkan dari hasil penelitian ini yaitu:

1. Menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan arah kebijakan terkait dengan upaya memepertahankan kelestarian alam serta kebudayaan masyarakat Bali

2. Menjadi salah satu rujukan bagi para ahli sosial maupun akademisi untuk melakukan penelitian yang lebih dalam lagi

1.5 Pendekatan Teoritis

1.5.1 Petani

(7)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 7 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI (1992 :34) mengemukakan bahwa petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu. Sedangkan menurut Slamet (2000 18-19), petani asli adalah petani yang memiliki tanah sendiri, bukan penyakap maupun penyewa.

1.5.2 Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian

Lahan pertanian merupakan lahan yang diperuntukan untuk kegiatan pertanian. Sumberdaya lahan pertanian memiliki banyak manfaat bagi manusia. Menurut Sumaryanto dan Tahlim (2005) menyebutkan bahwa manfaat lahan pertanian dapat dibagi menjadi dua kategori. Pertama, use values atau nilai penggunaan dapat pula disebut sebagai personal use values. Manfaat ini dihasilkan dari hasil eksploitasi atau kegiatan usahatani yang dilakukan pada sumber daya lahan pertanian. Kedua, non use values dapat pula disebut sebagai

intrinsic values atau manfaat bawaan (Puspasari, 2012). Namun pada realitasnya,

lahan pertanian mengalami perubahan peruntukan dan semakin lama semakin menyempit dan bergeser fungsinya.

(8)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 8 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Alih fungsi lahan sangat erat kaitannya dengan permintaan dan penawaran lahan. Adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan dimana penawaran terbatas sedangkan permintaan tak terbatas menyebabkan alih fungsi lahan. Menurut Barlowe (1978), faktor faktor yang mempengaruhi penawaran lahan adalah karateristik fisik alamiah, faktor ekonomi, faktor teknologi, dan faktor kelembagaan. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan lahan adalah populasi penduduk, perkembangan teknologi, kebiasaan dan tradisi, pendidikan dan kebudayaan, pendapatan dan pengeluaran, selera dan tujuan, serta perubahan sikap dan nilai-nilai yang disebabkan oleh perkembangan usia.

(9)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 9 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI

1.5.3 Tri Hita Karana

Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan. (Tri = tiga, Hita = sejahtera, Karana = penyebab). Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara: (1) manusia dengan Tuhannya; (2) manusia dengan alam lingkungannya, dan (3) manusia dengan sesamanya (Suka dkk, 2012). Kesejahteraan yang dimaksudkan akan tercapai apabila terjadi keseimbangan antara ketiga hubungan tersebut. Kasayatna (2012) memaparkan mengenai keseimbangan hubungan, yakni:

1. Setiap manusia seyogyanya memiliki hubungan dengan Tuhan. Hubungan ini diwujudkan dengan adanya Prahyangan, yaitu setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia harus memiliki sarana dan prasarana yang dapat menghubungkan dirinya dengan Tuhan.

2. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan sesamanya, hubungan antara manusia dengan sesamanya ini disebut dengan Pawongan.

3. Manusia dalam kehidupannya harus memelihara hubungan yang harmonis dengan alam lingkungannya, yang memberikan kehidupan. Hubungan ini disebut dengan Palemahan.

(10)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 10 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI alam yang memberikannya kehidupan. Instrumen dalam menjaga keharmonisan tersebut ialah pemberian penghormatan pada lahan pertanian dengan pemberian pelagai sesajen atau sedekah bumi dan ritual-ritual yang ditujukan atas rasa terimakasih terhadap lahan pertanian.

1.5.4 Perubahan Sosial dan Kebudayaan

(11)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 11 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI bisa dipisahkan. Artinya, dalam perubahan struktural secara implisit juga dapat dindikasikan adanya perubahan kultural sekaligus. Pembedaan antara keduanya hanya dalam tataran analisis semata, namun secara empirik sulit dibedakan. Namun yang jelas, perubahan sosial dalam budaya material lebih mudah terjadi dibanding perubahan dalam budaya non-material. Kesenjangan perubahan antara keduanya inilah yang oleh William Ogburn disebutnya dengan istilah cultural lag

(ketertinggalan kebudayaan) (Mashud dalam Fuadillah: 2013).

Soekanto (1975) dalam bukunya menyebutkan bahwa perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan terjadi melaui saluran-saluran berupa lembaga-lembaga kemasyarakatan. Dimana salah satu dari lembaga-lembaga-lembaga-lembaga tersebut mengalami perubahan maka akan mempengaruhi lembaga lain karena lembaga-lembaga kemasyarakatan merupakan suatu sistem yang terintegrasi. Berikut ini merupakan gambaran yang coba dijelaskan dalam buku tersebut:

Sumber: Soekanto (1975: 257)

P E M E R I N T A H

ORGANISASI KEAGAMAAN

ORGANISASI PENDIDIKAN

ORGANISASI EKONOMI

(12)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 12 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI

Setiap masyarakat pasti mendambakan sebuah keadaan dimana terdapat keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat (social equilibrium), akan tetapi ketika suatu unsur perubahan dalam sistem masyarakat masuk atau terjadi gangguan-gangguan yang dapat mempengaruhi keseimbangan tersebut, masyarakat dapat menolak atau menerima. Untuk mencapai suatu keseimbangan maka diperlukan kemampuan beradaptasi, meski sering kali antara nilai dan norma lama bertentangan dengan unsur-unsur baru tersebut. Ketika ketidakseimbangan yang terjadi dapat dipulihkan kembali setelah terjadi perubahan, maka disebut sebagai adjustment. Dan begitu sebaliknya, ketika ketidakseimbangan tidak dapat dipulihkan maka dinamakan ketidakpenyesuaian sosial atau maladjustment. Tentunya teori mengenai perubahan sosial dan budaya tersebut sangat kontekstual dengan penelitian ini, mengingat masyarakat Hindu Bali mulai mengalami perubahan-perubahan soaial yang mempengaruhi pergeseran nilai kebudayaan yang dianutnya.

1.5.5 Teori Sistem Walter Buckley

(13)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 13 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI memungkinkan mereka untuk terus bergeerak menuju tujuan – tujuannya (Ritzer, 2012: 562-563).

(14)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 14 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI mengembangkan (elaborate) sistem (Bailey,1990). Sistem tertutup cenderung bersifat entropik, sedangkan sistem terbuka cenderung bersifat negentropik. Sistem sosiokultural juga cenderung mempunyai lebih banyak ketegangan ketimbang kedua sistem lainnya. Terakhir, sistem sosiokultural dapat bersifat purposif dan mengejar tujuan karena sistem itu menerima umpan balik (feed back) dari lingkungan yang membuat mereka bisa terus bergerak mengejar tujuannya. Umpan balik adalah aspek esensial dari pendekatan sibernetik (cybernatic) yang diambil oleh para teoritisi sistem untuk membahas sistem sosial. Ini bertentangan dengan pendekatan keseimbangan (equilibrium), yang menjadi ciri banyak sosiolog (misalnya, Parsons) yang beroperasi dari suatu pendekatan sistem. Dengan menggunakan umpan balik para teoritisi sistem sibernetik mampu memenangani friksi, pertumbuhan, evolusi dan perubahan mendadak. Keterbukaan, dari suatu sistem sosial pada lingkungan dan dampak faktor lingkungan terhadap sistem adalah perha tian penting bagi para teoritisi sistem ini (Bailey, 2001). Terdapat dua konsep penting dalam sistem sosial yakni

morphoststis dan morphogenesis. Morphogenesis merujuk pada proses-proses

yang membantu sistem berubah dan mempertahankan diri, sedangkan morphogenesis merujuk pada proses-proses yang membantu sistem berubah dan tumbuh berkembang (Ritzer, 2012: 228-229).

(15)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 15 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI aktor yang digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan pilihan respon. Kuncinya ialah mekanisme mediasi yang dimiliki aktor – yakni kesadaran diri

(self-consciousness). Menurutnya meskipun kesadaran dan iteraksi saling

berkaitan namun level antar keduanya tidak dapat dipisahkan, dimulai dari domain kesadaran ke domain interaksional. Terdapat lima kesimpulan yang diungkapkan oleh Buckley tentang prinsip umum teori sistem yakni: (1) teoritisi sistem menerima ide bahwa ketegangan adalah normal, senantiasa hadir; (2) ada fokus pada sifat dan sumber dari variasi dalam sistem sosial. Penekanan pada ketegangan dan variasi membuat perspektif sistem menjadi dinamis; (3) ada perhatian pada proses seleksi di tingkat individual maupun interpersonal di mana beragam alternatif yang terbuka untuk sistem akan disortir dan disaring; (4) Keempat, level interpersonal dipandang sebagai basis pengembangan dari struktur yang lebih besar. Proses transaksional dari pertukaran, negosiasi, dan tawar-menawar (bargaining) adalah proses-proses yang memunculkan struktur sosial dan kultural yang relatif stabil; (5) kendati ada dinamisme di dalam pendekatan sistem, ada pengakuan terhadap proses pengekalan (perpetuation) dan transmisi (Ritzer, 2012: 229-230).

1.5.6 Kerangka Konseptual

(16)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 16 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI dengan masuknya wisatawan mancanegara. Petani yang semakin modern cenderung diikuti dengan memiliki pemikiran yang rasional dan berorientasi pada

provit. Sehingga diasumsikan bahwa semakin medern petani akan mendorong

mencari keuntungan lebih dengan menjual lahan pertaniannya. Semakin terbukanya terhadap wisatawan asing juga mendorong petani untuk mengubah peruntukan lahan pertanian mereka menjadi lahan non-pertanian. Hal tersebut lah yang mempengaruhi pergeseran implementasi Tri Hita Karana.

Gambar 1.5.6.1 Alur Pemikiran

Perubahan peruntukan lahan

pertanian

Implementasi Konsep Tri Hita Karana

Peningkatan Kebutuhan Lahan Fasilitas

Pariwisata Modernitas

Petani

Penerimaan Wisatawan

Asing

(17)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 17 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI

1.5.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Perubahan peruntukan lahan pertanian memiliki hubungan secara signifikan

dengan implementasi konsep Tri Hita Karana

H0 : Perubahan peruntukan lahan pertanian tidak memiliki hubungan secara

signifikan dengan implementasi konsep Tri Hita Karana

1.5.8 Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang berfungsi untuk menjelaskan sesuatu yang abstrak seperti konsep dan variabel agar menjadi kongrit untuk diukur. Di bawah ini telah disusun definisi operasional sebagai berikut:

A. Tingkat Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian

(18)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 18 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI tersebut diukur dengan pemberian skor pada pernyataan skala sikap, berikut ini skala pemberian skor:

a. Setuju = skor 3 = tinggi

b. Kurang Setuju = skor 2 = sedang

c. Tidak Setuju = skor 1 = rendah

B. Pergeseran Implementasi Konsep THK

Tri Hita Karana merupakan filosofi yang diyakini dan mendasari kehidupan masyarakat Hindu Bali. Implementasi Tri Hita Karana terwujud melalui hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan alam. Pergeseran implementasi Tri Hita Karana diukur dengan indikator: (1) intensitas keikutsertaan kegiatan subak; (2) intensitas komunikasi dengan sesama petani; (3) rutinitas membayar iuran subak; (4) frekuensi kegiatan gotong royong; (5) frekuensi mengikuti ritual keagamaan. Indikator pergeseran tersebut diukur dengan pemberian skor pada pernyataan skala sikap, berikut ini skala pemberian skor:

d. Setuju = skor 3 = tinggi

e. Kurang Setuju = skor 2 = sedang

(19)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 19 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI

1.6 Metode Penelitian

Penelitian Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana ini menggunakan metode campuran (mixed

method) sebagai metode pelaksanaan penelitian. Sugiyono dalam bukunya (2011:

404) menyebutkan bahwa penelitian mixed methods adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dengan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan obyektif. Mixed method dipilih sebagai metode dalam penelitian ini untuk mengkombinasikan metode kualitatif dan kuantitatif, dengan tujuan untuk melengkapi kekurangan masing-masing metode. Creswell (2013) menyebutkan terdapat tiga startegi dalam metode campuran yakni: sequential mixed methods;

concurrent mixed methods; dan transformative mixed methods.

Dalam penelitian ini strategi penelitian yang digunakan adalah concurrent

mixed methods atau strategi metode satu waktu. Dalam strategi ini peneliti

(20)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 20 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI 2013: 23). Prosedur yang dignakan dalam penelitian ini adalah strategi triangulasi konkuren.

Tujuan menggunakan strategi triangulasi konkuren dalam penelitian ini adalah untuk menyeimbangkan data yang bersifat kualitatif dengan data yang bersifat kuantitatif, yang bertujuan untuk mendukung atau menolak hasil dari dua jenis data tersebut. Kedua jenis data tersebut dileburkan menjadi satu kemudian diintegrasi dan dikomparasikan dalam penyajian pada bagian pembahasan.

Gambar 1.6.1

Strategi Triangulasi Konkuren

Sumber: Creswell (2013)

KUAL KUAN

KUAL Pengumpulan

Data KUAN

Pengumpulan Data

Hasil-hasil data yang dikomparasikan

KUAN Analisi Data KUAN

(21)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 21 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI

1.6.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa di Desa Ubud mengalami perubahan peruntukan fungsi lahan pertanian yang signifikan, yakni seluas enampuluh satu hektar persegi dalam kurun waktu dua tahun. Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu lima bulan, dimulai semenjak bulan Agustus 2015 hingga bulan Desember 2015. Berikut ini timeline penelitian mencakup penyusunan skripsi hingga pembuatan draft skripsi:

Tabel 1.6.1.1

Timeline Pelaksanaan Penelitian

Keterangan

Agustus September Oktober November Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.6.2 Penentuan Informan, Populasi dan Sample

Populasi dan Sample

(22)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 22 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI peruntukan dan yang tidak mengalami perubahan peruntukan. Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Accidental

Sampling. Teknik ini digunakan karena tidak adanya sampling frame penelitian.

Selain itu dengan metode ini akan di dapat responden dengan ciri – ciri atau kriteria yang menjadi fokus kami. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Menurut Walpole, 1997 (dalam Ningsih 2011) untuk penelitian dengan menggunakan metode statistik jumlah responden minimal adalah 30 orang, oleh karena itu jumlah responden sebanyak 30 orang ini sudah dapat mewakili seluruh populasi.

Informan

(23)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 23 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan strategi triangulasi konkruen, dimana pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan dalam kurun waktu bersamaan. Meski dilakukan secara bersamaan, antara data kuantitatif dan data kualitatif memiliki metode yang berbeda dalam pengumpulan data.

Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif

Pengumpulan data kuantitatif menggunakan metode survai dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Metode survai yaitu mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi (Franken dan Wallen dalam Ningsih, 2011). Sedangkan tujuan pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survai dan memperoleh informasi dengan realibilitas dan validitas setinggi mungkin (Singarimbun dan Handayani 1987). Kuesioner dalam penelitian ini memuat skala pernyataan sikap yakni setuju, kurang setuju, tidak setuju.

Teknik Pengumpulan Data Kualitatif

(24)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 24 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI Sehingga data yang dikumpulkan dapat lebih diperkuat dengan adanya gambaran nyata yang disajikan.

1.6.4 Metode Analisis Data

Metode Analisis Data Kuantitatif

Pada penelitian ini menggunakan alaisis deskriptif sebagai metode untuk menganalisis pelbagai data yang telah dikumpulkna melalui instrumen kuesioner. Metode analisis deskriptif digunakan dengan tujuan untuk memberikan penjelasan dan interpretasi atas data dan informasi yang tersaji pada tabel-tabel frekuensi

Untuk mengetahui hubungan, kuatnya pengaruh dan kontribusi perubahan peruntukan lahan pertanian terhadap implementasi konsep Tri Hita Karana, maka penelitian ini menggunakan uji korelasi pearson product moment. Data yang didapat berdasarkan hasil kuesoiner diolah menggunakan program Statistical

Package for Social Science 20 Aplication. Melalui program SPSS 20 ini akan

didapatkan tabel korelasi yang digunakan untuk menganalisis besar atau kuatnya hubungan atau pengaruh perubahan peruntukan lahan pertanian dengan implementasi konsep Tri Hita Karana.

(25)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 25 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI rhitung menunjukkan nilai lebih besar daripada rtabel (taraf kesalahan 5%), maka

dapat diambil keputusan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antar variabel. Sebaliknya, apabila rhitung menunjukkan nilai lebih kecil dari rtabel (taraf kesalahan

5%) maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antar variabel.

Setelah dilakukan uji korelasi, maka langkah selanjutnya ialah melakukam uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian, keampuhan instrumen penelitian (valid dan reliabel) merupakan hal yang penting dalam pengumpulan data. Karena data yang benar sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data tergantung dari benar tidaknya instrumen pengumpulan data (Riduwan dkk, 2013:193-195). Uji validitas digunakan untuk mengukur kesahihan instrumen penelitian, sedangkan uji reliabilitas menunjukkan reliabel tidaknya instrumen penelitian tersebut.

Berdasarkan hasil uji kuesioner menggunakan program SPSS 20 dapat dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coeefficient = 0,976 maka korelasi berada pada kategori sangat kuat. Dan didapatkan hasil r hitung lebih besar dari r tabel (0,355) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kuesioner tersebut reliabel. Sedangkan tingkat validitas kuesioner dapat dilihat pada kolom Corrected

Item-Total Correlation yang terdapat pada lembar lampiran.

Metode Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif yang telah di dapat diolah dengan tiga tahap yakni

reduction, display data, conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2011: 334).

(26)

Perubahan Peruntukan Lahan Pertanian dan Pergeseran Implementasi Konsep Tri Hita Karana 26 SKRIPSI PERUBAHAN PERUNTUKAN... NI WAYAN WIDNYANI mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data. Display

data ialah kegiatan menyusun data yang kemudian akan disajikan dalam bentuk

Gambar

Tabel 1.1.1
Gambar 1.5.6.1
Gambar 1.6.1
Tabel 1.6.1.1

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan di di Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, dengan pertimbangan sistem holistik keberlanjutan pembangunan pertanian

Konflik sosial yang terjadi pada lahan gadai sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang seharusnya tidak terjadi apabila si

Pola Transformasi Struktur Ekonomi Kabupaten Gianyar Sebagai Akibat Perubahan Pendapatan Perkapita dari US $ 100 Menjadi US $ 1000. Sumber: BPS Propinsi Bali, (data

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, pada LPD Desa Adat Mas Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar selama tahun 2003