• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENINGKATAN KADAR TRIGLISERIDA TERHADAP HASIL PENGUKURAN LOW DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) MENGGUNAKAN RUMUS FRIEDEWALD DAN RUMUS HOPKINS DENGAN DIRECT HOMOGENOUS METHOD SEBAGAI METODE PEMBANDING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENINGKATAN KADAR TRIGLISERIDA TERHADAP HASIL PENGUKURAN LOW DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) MENGGUNAKAN RUMUS FRIEDEWALD DAN RUMUS HOPKINS DENGAN DIRECT HOMOGENOUS METHOD SEBAGAI METODE PEMBANDING"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PENINGKATAN KADAR TRIGLISERIDA TERHADAP

HASIL PENGUKURAN

LOW DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL

(LDL-C) MENGGUNAKAN RUMUS FRIEDEWALD DAN RUMUS

HOPKINS DENGAN

DIRECT HOMOGENOUS METHOD

SEBAGAI

METODE PEMBANDING

Oleh :

Sekar Rahadisiwi 011211132017

PROGRAM S1 PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

PENGARUH PENINGKATAN KADAR TRIGLISERIDA TERHADAP

HASIL PENGUKURAN

LOW DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL

(LDL-C) MENGGUNAKAN RUMUS FRIEDEWALD DAN RUMUS

HOPKINS DENGAN

DIRECT HOMOGENOUS METHOD

SEBAGAI

METODE PEMBANDING

Karya Tulis Ilmiah

untuk memenuhi persyaratan modul penelitian

dalam Program Studi Pendidikan Dokter

pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Penulis Sekar Rahadisiwi NIM : 011211132017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)
(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah berjudul

“PENGARUH PENINGKATAN KADAR TRIGLISERIDA TERHADAP HASIL

PENGUKURAN LOW DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C)

MENGGUNAKAN RUMUS FRIEDEWALD DAN RUMUS HOPKINS DENGAN

DIRECT HOMOGENOUS METHOD SEBAGAI METODE PEMBANDING ”.

Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya peneliti sampaikan kepada semua pihak yang

telah membantu, memberikan bimbingan, masukan, dukungan, dan motivasi kepada peneliti

sehingga penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan

terima kasih ini peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Edhi Rianto, dr., M.S., selaku dosen pembimbing pertama yang telah bersedia

meluangkan waktu dan senantiasa memberikan bimbingan dan motivasi yang berharga

selama penyusunan karya tulis ini.

2. Bapak M. Robiul Fuadi, dr. S.PK, selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan

banyak arahan, bimbingan, dan semangat yang sangat berharga bagi peneliti dalam

menyusun karya tulis ini.

3. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberikan banyak

pengalaman dan bekal yang sangat berharga bagi peneliti dalam penyusunan karya tulis ini.

4. Ibu Nunung Pervini dan Ayah Noor Adi Andoko, dr., selaku orang tua tercinta, yang telah

(5)

5. Teman perjuangan selama di bangku kuliah. Maynura Kharismansha, Arisyna, Naufali

Rizkiawan, M. Rifqi Adinagoro, Erika H. Djakaria yang senantiasa memberikan dukungan

motivasi dan tidak pernah meninggalkan meski berjuang paling akhir.

6. Sahabat yang setia mendampingi penulis sejak bangku SMA sampai dengan saat ini. Amira

Herwidyana, Dina Setyaningrum, Tiara dan Karina Husna. Semoga kebersamaan kita adalah

abadi.

7. Teman-teman angkatan 2012 yang sudah memberikan lingkaran energi positif dan semangat

tak terputus selama pendidikan S1 di FK UNAIR tercinta.

8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu peneliti

dalam menyelesaikan penelitian dan karya tulis ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

peneliti mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan laporan ini di masa mendatang.

Surabaya, 21 Juni 2016

(6)

RINGKASAN

PENGARUH PENINGKATAN KADAR TRIGISERIDA TERHADAP HASIL PENGUKURAN

LOW DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) MENGGUNAKAN RUMUS

FRIEDEWALD DAN RUMUS HOPKINS DENGAN DIRECT HOMOGENOUS METHOD

SEBAGAI METODE PEMBANDING

Dislipidemia merupakan faktor risiko utama penyakit pembuluh darah, seperti stroke dan penyakit jantung koroner. Kedua penyakit ini memiliki angka kematian yang cukup tinggi di Indonesia. Pemeriksaan laboratorium profil lipid adalah salah satu pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa dislipidemia. Pemeriksaan laboratorium pada dislipidemia menunjukkan penurunan kolesterol HDL, peningkatan trigliserida (TG) dan kolesterol LDL. Ketiga parameter ini memiliki peranan dalam terjadinya aterosklerosis. Kolesterol LDL sebagai salah satu pertanda dislipidemia dapat diperiksa menggunakan metode langsung (direct homogenous assay) atau menggunakan metode rumus seperti Rumus Friedewald dan Rumus Hopkins yang menggunakan parameter lain, yaitu kolesterol total, HDL kolesterol dan trigliserida. Kedua metode pemeriksaan ini memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi yang mencari hubungan antara pemeriksaan LDL kolesterol dengan metode rumus dan metode direk. Kolesterol LDL dihitung menggunakan rumus Friedewald dan rumus Hopkins menggunakan data trigliserida, total kolesterol dan kolesterol HDL lalu dibandingkan dengan hasil pemeriksaan kolesterol LDL secara direk.. Data diambil dari pemeriksaan profil lipid Instalasi Patologi Klinik RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama 2 minggu. Data yang didapatkan kemudian direkapitulasi dan dianalisis menggunakan uji korelasi secara statistik.

Dari hasil analisis data menggunakan uji statistik Spearman didapatkan korelasi yang paling baik pada pemeriksaan kolesterol LDL menggunakan rumus Friedewald dan rumus Hopkins terhadap pemeriksaan direk pada kadar trigliserida <200mg/dL dengan nilai r=0,972 dan r=0,974.

Koefisien korelasi menurun pada kadar trigliserida 200-400 mg/dL namun masih menunjukkan korelasi yang baik (r=0,944 dan r=0,938). Pada kadar trigliserida >400mg/dL pemeriksaan kolesterol LDL didapatkan nilai koefisien korelasi paling rendah pada kedua metode rumus (r=0,780 dan r=0,788). Pada analisis data menggunakan Uji Wilcoxon didapatkan korelasi yang signifikan pada kedua metode di kadar trigliserida <200mg/dL. Penghitungan Kolesterol LDL menggunakan rumus Hopkins menunjukkan nilai korelasi yang lebih baik pada kadar trigliserida 200-400mg/dL dan >400mg/dL. Hal ini disebabkan karena akurasi rumus Friedewald menurun seiring dengan peningkatan kadar trigliserida dan kadar trigliserida 400 mg/dL adalah syarat maksimal pemeriksaan kolesterol LDL menggunakan rumus Friedewald.

(7)

ABSTRACT

EFFECT OF INCREASED LEVEL OF TRIGLYCERIDE WITH LOW DENSITY

LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) MEASUREMENT USING FRIEDEWALD

FORMULA AND HOPKINS FORMULA WITH DIRECT HOMOGENOUS METHOD AS

REFERRAL METHOD

Dislipidemia is a main risk factor of cardiovascular disease (CVD). It characterized by decreased of HDL-C, increased of LDL-C and triglyceride (TG). It leads to atherosclerosis and blocked blood flow. LDL-C as the main parameter of dislipidemia measured by direct method and calculation method like Friedewald Formula or Hopkins Formula using total cholesterol, HDL-C and triglyceride.The purpose of this research is to know the effect of increased

triglyceride toLDL-C calculation using Friedewald formula and Hopkins formula and compare it to direct homogenous method as refferal method.

This research is a analitic-comparation research which finds the correlation of LDL-C calculation using Friedewald formula and Hopkins formula on three groups of triglyceride. Lipid profiles data obtained from medical records in dr. Soetomo Hospital from May 23rd – June 4th. Those data grouped into three groups of triglyceride on <200 mg/dL, 200-400 mg/dL, >400 mg/dL. The number of patient who met the inclusion criteria is 494 patient consist of 266 woman and 228 man, mostly in range of 46-65 year old. 375 samples grouped into <200 mg/dL triglyceride. 94 samples grouped into 200-400 mg/dL, and 25 samples grouped into >400 mg/dL. Data analysed using Spearman correlation test and Wilcoxon Signed Ranks Test because data distribution is uneven.

The results on Spearman analysis shows that the highest correlation of both calculation method to direct method found on <200 mg/dL triglyceride level (r=0,972 and r=0,974). The correlation coefficient decrease on 200-400 mg/dL triglyceride level but it still show a good correlation (r=0,944 and r=0,938). The >400 mg/dL triglyceride level has a worst coefficient correlation on both calculation method (r=0,780 and r=0,788). Wilcoxon signed ranks test analysis shows significant correlation on both calculation method in <200mg/dL triglyceride. But Hopkins formula shows better correlation compared to Friedwald formula on 200-400 mg/dL level and >400mg/dL level.

This data analysis proved that Hopkins formula has better correlation on LDL-C calculation compared to Friedewald formula and both calculation method is not recommended to be used on >400 mg/dL triglyceride levels because it has small accuration. Lipid profile analysis on patient with high triglyceride must be checked using direct method for better accuration.

(8)

DAFTAR ISI

2.3.2 Very Low Density Lipoprotein ...13

2.3.3 Intermediate Density Lipoprotein ...14

2.3.4 Low Density Lipoprotein ...15

2.3.5 High Density Lipoprotein ...16

2.4 Teknik Pemeriksaan Laboratorium Kolesterol LDL...17

2.4.1 Ultrasentrifugasi...17

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual ...25

3.3 Hipotesis Penelitian ...26

BAB 4 METODE PENELITIAN...27

4.1 Rancangan Penelitian ...27

(9)

4.2.1 Populasi ...27

4.2.2 Sampel...28

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...28

4.3.1 Variabel Terikat ...28

4.3.2 Variabel Bebas ...28

4.3.3 Definisi Operasional...28

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ...31

4.5 Prosedur Penelitian/Pengumpulan Data ...31

4.6 Analisis Data...31

4.7 Kerangka Operasional Penelitian ...32

BAB 5 HASIL DAN ANALISIS... 5.1 Hasil Penelitian...33

5.1.1 Gambaran Sampel Penelitian ...33

5.1.2 Triglyceride ...34

5.1.3 Kolesterol LDL ...35

5.2 Analisis Data...38

5.2.1 Uji Normalitas...38

5.2.2 Uji Korelasi Spearman ...39

5.2.2.1 Uji Korelasi Spearman pada Trigliserida <200 mg/dL ...40

5.2.2.2 Uji Korelasi Spearman pada Trigliserida 200-400mg/dL ...42

5.2.2.3 Uji Korelasi Spearman pada Trigliserida >400mg/dL ...42

5.2.3 Uji Wilcoxon...43

5.2.3.1 Uji Wilcoxon pada Triglyceride<200 mg/dL ...43

5.2.3.2 Uji Wilcoxon pada trigliserida 200-400 mg/dL ...44

5.2.3.3 Uji Wilcoxon pada trigliserida >400mg/dL...44

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Pengaruh Gender dan Usia terhadap Profil Lipid...46

6.2 Uji Statistik Kolesterol LDL pada metode rumus ...47

6.2.1 Pada trigliserida <200mg/dL ...47

6.2.2 Pada Triglyceride 200-400 mg/dL...48

6.2.3 Pada trigliserida >400mg/dL ...49

BAB 7 PENUTUP 7.1 Simpulan ...51

7.2 Saran...52

DAFTAR PUSTAKA ...53

LAMPIRAN 1 ANGGARAN DANA ...57

LAMPIRAN 2 JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN...58

LAMPIRAN 3 DAFTAR HASIL UJI STATISTIK ...59

LAMPIRAN 4 REKAPITULASI DATA SAMPEL ...64

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Gambaran Umum dan Profil Lipid Sampel...33

Tabel 5.2 Gambaran Trigliserida Sampel Penelitian...34

Tabel 5.3 Gambaran LDL –C dengan rumus Friedewald...35

Tabel 5.4 Rasio TG:VLDL pada rumus Hopkins...36

Tabel 5.5 Gambaran LDL –C dengan rumus Hopkins...37

Tabel 5.6 Gambaran LDL –C dengan Direct Homogenous Method...37

Tabel 5.7 Hasil uji Normalitas Triglyceride...38

Tabel 5.8 Interpretasi Koefisien Korelasi...40

Tabel 5.9 Uji Korelasi Spearman pada trigliserida <200 mg/dL...40

Tabel 5.10 Uji Korelasi Spearman pada trigliserida 200-400 mg/dL...41

Tabel 5.11 Uji Korelasi Spearman pada trigliserida >400 mg/dL...42

Tabel 5.12 Uji Wilcoxon pada trigliserida <200 mg/dL...43

Tabel 5.13 Uji Wilcoxon pada trigliserida 200 - 400 mg/dL...44

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida diatas nilai normal

serta penurunan kadar kolesterol HDL di dalam darah (Shah et al, 2008). Dislipidemia

merupakan faktor risiko utama beberapa penyakit seperti stroke dan penyakit jantung

koroner (PJK). Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan peningkatan 1mmol/l

(38,7 mg/dL) kadar kolesterol darah total akan meningkatkan risiko stroke sebesar 25%

(Bethesda Stroke Center, 2014). Angka kejadian stroke di Indonesia mencapai 12,1 per

100 penduduk dengan yang terdiagnosa oleh dokter mencapai 7 per 100 penduduk

(Riskesdas 2013). Sedangkan prevalensi kejadian penyakit jantung koroner mencapai 1,5

per 100 penduduk.

Pemeriksaan laboratorium profil lipid adalah salah satu pemeriksaan penunjang

untuk menegakkan diagnosa dislipidemia. Pemeriksaan laboratorium pada dislipidemia

menunjukkan penurunan kolesterol HDL, peningkatan trigliserida (TG) dan kolesterol

LDL. Ketiga parameter ini memiliki peranan dalam terjadinya aterosklerosis. (Sunita,

2004).

Kolesterol LDL merupakan parameter penting dalam pemeriksaan laboratorium

dislipidemia karena mewakili small dense LDL yang bersifat aterogenik dan dapat

(13)

normal adalah <100mg/dL. Pada National Cholesterol Educational Program, LDL-C

menjadi parameter yang harus diperiksa ketika kolesterol total (TC) melebihi 240mg/dL,

atau melebihi 200mg/dL disertai dengan dua faktor risiko yang lain. LDL-C juga menjadi

parameter utama untuk mengukur keberhasilan diet dan terapi obat.

Kolesterol LDL sebagai salah satu pertanda dislipidemia dapat diperiksa

menggunakan metode langsung (direct homogenous assay) atau menggunakan rumus

Friedewald dengan menggunakan parameter lain, yaitu kolesterol total, HDL kolesterol

dan trigliserida. Kedua metode pemeriksaan ini memiliki keunggulan dan kelemahan

masing-masing.

Penghitungan LDL-C menggunakan rumus Friedewald adalah metode yang sering

digunakan di berbagai puskesmas dan klinik di Indonesia karena membutuhkan biaya

yang lebih murah dan bisa digunakan sebagai skrining dislipidemia dan penyakit

kardiovaskular. Pemeriksaan ini membutuhkan parameter kolesterol total (TC), HDL

kolesterol dan trigliserida. LDL-C dihitung menggunakan rumus

. Rumus ini membutuhkan syarat nilai

maksimal trigliserida 400 mg/dL. American Association of Endocrinologist (2012) dalam

Lipid and Atherosclerosis Management tidak menganjurkan pemeriksaan LDL-C

menggunakan rumus Friedewald pada kadar trigliserida melebihi 200 mg/dL karena

akurasinya menurun dan sama sekali tidak dapat digunakan pada kadar trigliserida

melebihi 400mg/dL.

American Association of Endocrinologist (2012) menganjurkan pemeriksaan

direk (direct homogenous method) pada pasien dengan faktor risiko tinggi, seperti kadar

(14)

pembuluh. Pemeriksaan secara direk memiliki berbagai metode yang mulai

dikembangkan : metode imunokimia, metode presipitasi LDL secara langsung dan

metode homogenous Kolesterol LDL. Pemeriksaan LDL-C mulai banyak digunakan

karena memiliki akurasi lebih baik dan dapat langsung memeriksan kadar small dense

LDL yang menjadi faktor utama aterosklerosis. Namun pemeriksaan direk membutuhkan

peralatan yang lebih canggih dan harga yang lebih mahal.

Pada tahun 2013, sekelompok peneliti dari Johns Hopkins University,

menemukan sebuah cara untuk memperbaiki akurasi penghitungan kolesterol LDL

dengan rumus Friedewald. Rumus Friedewald memiliki kelemahan yaitu cenderung

menunjukan penurunan akurasi nilai kolesterol LDL pada pasien dengan kadar

trigliserida yang tinggi dan kadar kolesterol yang rendah. Penelitian ini menghasilkan

suatu rumus yang mengganti koefisien rasio trigliserida : kolesterol VLDL pada rumus

Friedewald sesuai dengan peningkatan kadar trigliserida sehingga estimasi nilai

kolesterol LDL menjadi lebih akurat. Selain itu rumus ini telah dibuktikan dengan

1.350.908 sampel sehingga dianggap lebih valid dan mewakili populasi daripada rumus

Friedewald yang hanya menggunakan 448 sampel. (Martin et al, 2013)

Penelitian ini ditujukan untuk membandingkan hasil pengukuran LDL-C

menggunakan rumus Friedewald dan rumus Hopkins dengan acuan baku penghitungan

menggunakan direct homogenous method, baik pada kisaran trigliserida dibawah 200

mg/dL, 200-400 mg/dL, dan melihat perbedaan hasil pada trigliserida diatas 400 mg/dL

(15)

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah hubungan antara peningkatan trigliserida terhadap

penghitungan LDL-C dengan menggunakan rumus Friedewald dan rumus

Hopkins?

2. Bagaimanakah perbedaan hasil pemeriksaan LDL-C menggunakan rumus

Friedewald dan rumus Hopkins pada peningkatan kadar trigliserida?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan (korelasi) antara peningkatan trigliserida dengan

hasil penhitungan LDL-C dengan rumus Friedewald dan rumus Hopkins

1.3.2. Tujuan Khusus

Mengetahui perbedaan pemeriksaan LDL-C menggunakan rumus

Friedewald, dan rumus Hopkins pada kadar trigliserida <200mg/dL,

200-400mg/dL, dan >400mg/dL.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah membandingkan korelasi dari

kedua metode pemeriksaan rumus kolesterol LDL terhadappemeriksaan

(16)

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Sebagai dasar penelitian klinis selanjutnya

2. Sebagai pertimbangan pemilihan metode pemeriksaan LDL-C

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dislipidemia

Dislipidemia adalah salah satu penyakit metabolik yang ditandai oleh

peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma darah berupa peningkatan kadar

kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida di atas nilai normal, serta penurunan

kadar kolesterol HDL (Shah et al, 2008). Dislipidemia merupakan faktor resiko utama

pada penyakit jantung koroner (PJK) karena dapat menyebabkan terjadinya

aterosklerosis (AACE, 2012). Aterosklerosis dipicu oleh peningkatan kolesterol terutama

kolesterol LDL. Aterosklerosis sendiri merupakan faktor risiko utama dari stroke iskemik

(AACE, 2012). Riset yang dilakukan oleh Riskesdas pada tahun 2013 menunjukan

bahwa angka kejadian stroke di Indonesia mencapai 12,1 per 100 penduduk berdasarkan

gejala, dan 7 per 100 penduduk berdasarkan diagnosis kesehatan. Sedangkan angka

kejadian penyakit jantung koroner mencapai 1,5 per 100 penduduk.

Patofisiologi terjadinya atherosklerosis diawali dengan masuknya lipoprotein,

terutama LDL yang tinggi kolesterol ke dalam endotel pembuluh darah. Di dalam sel

endotel LDL mengalami oksidasi dan menarik monosit menuju ke dalam lapisan intima

pembuluh darah. Di lapisan intima monosit diaktifkan menjadi makrofag dan membentuk

sel busa. Di tahapan ini telah terbentuk bercak lemak (fatty streak) di dinding pembuluh

darah. Makrofag akan menarik trombosit dan migrasi sel otot polos pembuluh menuju ke

(18)

terjadi penumpukan debris lemak di bawah lapisan kolagen yang membesar, disebut

Ateroma Fibrofatty. Volume ateroma yang terus bertambah akan mendesak lumen

pembuluh darah menjadi semakin sempit, sehingga menghambat aliran darah. Selain itu,

ateroma juga dapat pecah/ruptur dan terlepas ke aliran darah membentuk emboli

kolesterol (ateroembolus) (Robbins, 2003). Partikel LDL yang kecil (small-dense LDL)

memiliki sifat lebih aterogenik karena molekulnya yang kecil lebih mudah dioksidasi

sehingga lebih cepat membentuk plak ateroma.

2.2 Lipid

Lipid adalah molekul organik yang didapatkan pada semua makhluk hidup.

Molekul ini tidak larut air tetapi dapat larut dalam pelarut organik. Lipid berfungsi

sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K, sebagai komponen dari membran sel, cadangan

energi dan beberapa fungsi biologis yang lain. Manusia mendapatkan lipid melalui

makanan yang diabsorbsi oleh usus dan biosintesis dari karbohidrat maupun protein. Di

dalam darah, lipid diangkut dalam bentuk kolesterol, trigliserida, fosfolipid, asam lemak,

dan lemak lain dalam jumlah yang kecil.

Karena memiliki sifat tidak larut dalam air, lipid membutuhkan sistem transpor

untuk bisa beredar di dalam tubuh manusia. Bersama dengan apoprotein, lipid

membentuk suatu kompleks makromolekul yang larut air sehingga bisa diangkut dalam

darah yang disebut lipoprotein. Beberapa jenis lipoprotein utama yaitu kilomikron, very

low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density

(19)

VLDL menjadi LDL. Makromolekul ini memiliki fungsi tersendiri dalam metabolisme

lemak di dalam tubuh manusia.

2.2.1 Jenis Lipid

Lipid yang terdapat dalam darah adalah kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan

asam lemak.

2.2.1.1 Kolesterol

Kolesterol adalah lipid ampifatik yang merupakan komponen struktural esensial

pada membran sel. Senyawa ini merupakan prekursor semua steroid lain di dalam tubuh

seperti hormon adrenokortikal, androgen, estrogen, empedu dan vitamin D. Di dalam

tubuh manusia, kolesterol terdapat dalam jaringan dan plasma dalam bentuk bebas (free

cholesterol) dan dalam bentuk teresterifikasi (ester cholesterol). Dalam keadan normal,

sekitar dua pertiga kolesterol diangkut dalam bentuk ester kolesterol.

Separuh dari kolesterol tubuh dihasilkan melalui proses sintesis yang terjadi di

retikulum endoplasma dari asetil Ko-A. Separuhnya didapatkan dari makanan yang

berasal dari hewan, seperti daging, otak, kuning telur dan sebagainya. Proses

pengangkutan kolesterol ke jaringan dilakukan oleh Low density lipoprotein (LDL), dan

dikeluarkan dari jaringan dengan diangkut oleh high density lipoprotein (HDL).

Kolesterol dieliminasi oleh hati dalam bentuk kolesterol dan asam empedu.

Pengaturan sintesis kolesterol diatur melalui pengurangan aktivitas enzim

HMG-KoA reduktase. Enzim ini dihambat transkripsinya oleh sterol regulatory element binding

(20)

HMG-KoA reduktase. Insulin dan hormon tiroid meningkatkan aktivitas HMG-HMG-KoA reduktase,

sedangkan glukagon menurunkan aktivitasnya.

Keseimbangan kolesterol di jaringan dipengaruhi oleh aktivitas sintesis

kolesterol, jumlah reseptor LDL, dan hidrolisis ester kolesterol. Reseptor LDL peka

terhadap partikel lipoprotein yang mengandung apo B-100 dan apo E.

Kolesterol diekskresikan dalam bentuk kolesterol dan asam empedu setelah

diangkut dari jaringan menuju hati oleh HDL dalam transpor balik kolesterol. Kolesterol

menjadi bahan utama biosintesis asam empedu primer (asam glikokolat dan asam

kenodeoksikolat). Sebagian besar asam empedu primer akan mengalami dekonjugasi oleh

bakteri usus menjadi asam empedu sekunder (asam deoksikolat dan asam litokolat).

Asam empedu sekunder ini diserap di ileum dan dikembalikan ke hati melalui sirkulasi

enterohepatik (Murray et al, 2006) .

Peningkatan kadar kolesterol dan kolesterol ester di dalam plasma akan

menyebabkan penimbunan abnormal pada dinding arteri oleh lemak yang disebut

atherosklerosis dan penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit ini cenderung diderita oleh

individu dengan kadar VLDL dan LDL yang tinggi serta kadar HDL yang

rendah(hiperlipidemia). Faktor risiko terjadinya atherosklerosis antara lain tingginya

konsumsi lemak yang tidak diseimbangi dengan olahraga. Faktor risiko lain dari

atherosklerosis dan PJK yaitu penyakit diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, dan

(21)

2.2.1.2 Trigliserida

Trigliserida merupakan simpanan lipid utama dalam tubuh manusia. Sembilan

puluh lima persen timbunan lipid terdapat dalam bentuk trigliserida. Di dalam plasma,

trigliserida diangkut terutama dalam lipoprotein VLDL dan kilomikron.

Trigliserida dalam makanan dicerna di dalam usus halus oleh enzim lipase

pankreas setelah diemulsifikasi terlebih dahulu oleh asam empedu. Enzim lipase

menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas (free fatty acid) dan

monoasilgliserol agar dapat diserap oleh sel enterosit usus halus. Di dalam sel epitel usus

halus, asam lemak bebas dan monoasilgliserol ini dirakit kembali menjadi trigliserida.

Trigliserida bersama kolesterol ester, kolesterol bebas dan fosfolipid dirakit bersama

dengan apolipoprotein A (Apo-A) dan apolipoprotein B (Apo-B-48) membentuk

kilomikron nasen. Selanjutnya kilomikron nasen akan dilepaskan ke sistem limfatik dan

disebarkan ke seluruh tubuh.

Di dalam jaringan adiposa, terjadi proses sintesis trigliserida untuk disimpan

sebagai cadangan energi. Proses sintesis trigliserida ini dikenal dengan nama esterifikasi.

Trigliserida dibentuk dari gliserol-3-fosfat. Pada jaringan tertentu (hati, usus, dan ginjal)

gliserol-3-fosfat didapatkan dari fosforilasi gliserol menggunakan ATP. Sedangkan pada

jaringan adiposa, gliserol-3-fosfat dibentuk menggunakan sebagian dari dihidroksiaseton

fosfat pada glikolisis. Pada proses esterifikasi, gliserol-3-fosfat mengalami dua kali

asilasi menjadi trigliserida.

Proses pemecahan trigliserida (lipolisis) tidak hanya terjadi di dalam sel enterosit

(22)

cadangan. Lipolisis dikendalikan secara langsung oleh enzim hormone sensitive lipase

(HSL). Pengaturan aktivitas lipolisis secara tidak langsung dilakukan oleh hormon dan

senyawa lain. Insulin dan prostaglandin akan menghambat lipolisis dengan menghambat

adenilil siklase, enzim yang berperan dalam pembentukan cAMP yang secara tidak

langsung menghambat aktivasi HSL. Kebalikannya, kafein, adrenalin, ACTH, TSH,

glukagon dan GH akan memacu aktivitas adenilil siklase sehingga secara tidak langsung

memacu terjadinya lipolisis. Sedangkan glukokortikoid memicu terjadinya lipolisis

melalui induksi langsung HSL. (Murray et al, 2006) .

2.3 Lipoprotein

Karena memiliki sifat tidak dapat larut dalam air, lipid membutuhkan

pengangkut untuk dapat larut di dalam darah. Lipid diangkut dalam bentuk lipoprotein.

Lipoprotein adalah senyawa yang terdiri dari kolesterol ester dan trigliserida di bagian

inti, dikelilingi oleh kolesterol bebas, fosfolipid, dan apolipoprotein (Feingold &

Grunfeld, 2015). Pada bagian kulit, bagian polar dari fosfolipid dan kolesterol bebas

terletak pada bagian terluar yang bersentuhan dengan air memiliki sifat hidrofilik.

Sedangkan bagian nonpolar yang bersifat hidrofobik tersusun di "kulit" bagian dalam dan

berhubungan dengan bagian inti dari lipoprotein.

Apolipoprotein adalah protein yang berfungsi sebagai pengikat struktural

fosfolipid, kofaktor enzim dan ligan untuk reseptor lipoprotein. Lipoprotein dapat

diklasifikasikan berdasarkan jenis apolipoproteinnya. Apolipoprotein subkelas A

(23)

Sedangkan Apolipoprotein subkelas B (apo-B) terdapat pada lipoprotein dengan densitas

yang lebih rendah dan bersifat aterogenik. (Alaupovic, 2003)

Berdasarkan ukuran, komposisi, densitas dan jenis dari apolipoproteinnya,

Lipoprotein dipisahkan menjadi 5 jenis yaitu kilomikron, High Density Lipoprotein

(HDL), Intermediate Density Lipoprotein (IDL), Very Low Density Lipoprotein (VLDL),

Low Density Lipoprotein (LDL).

2.3.1 Kilomikron

Kilomikron adalah lipoprotein yang memiliki diameter paling besar (75-1200

nm). Diameter kilomikron bergantung pada jumlah lemak yang diserap. Semakin banyak

lemak yang diserap maka semakin besar diameter kilomikron yang terbentuk. Partikel

kilomikron mengandung 85% trigliserida, 3% ester kolesterol, 8% fosfolipid, dan 2%

kolesterol bebas dan dibentuk oleh apolipoprotein A-I, A-II, A-IV, A-V, B-48, II,

C-III dan E. (Feingold & Grunfeld, 2015). Apolipoprotein B-48 adalah lioprotein struktural

utama kilomikron yang tidak ditukar ke lipoprotein lain.

Pembentukan kilomikron terjadi pada enterosit di dalam usus. Lemak

diemulsifikasi oleh empedu dan dihidrolisis oleh enzim pankreas. Trigliserida

dihidrolisis menjadi asam lemak bebas (free fatty acid , FFA) dan monoasilgliserol. Zat

tersebut diserap di usus halus, dan esterifikasi kembali di sel mukosa membentuk

trigliserida dan kolesterol ester. Trigliserida, kolesterol bebas, fosfolipid dan kolesterol

ester dirakit bersama dengan apolipoprotein A (Apo-A) dan apolipoprotein B (Apo-B-48)

membentuk kilomikron nasen (Ricardi. et al, 2006). Kilomikron nasen

(24)

berinteraksi dengan HDL dan terjadi perpindahan apo C dan apo E ke dalam kilomikron

sehingga terbentuk kilomikron yang matang. (Feingold & Grunfeld, 2015)

Lipoprotein yang berada di sirkulasi akan bertemu dengan enzim Lipoprotein

Lipase (LPL) di endotel kapiler yang akan menghidrolisis trigliserida yang berada di

dalam inti kilomikron. Asam lemak dan gliserol yang dihasilkan akan masuk ke dalam

jaringan. Kolesterol akan tetap berada di dalam kilomikron dan diserap di hati. Hidrolisis

ini menyebabkan inti kilomikron mengecil menjadi berukuran 80 nm yang disebut sisa

kilomikron (chylomicron remnant). Sisa kilomikron kemudian diambil secara utuh oleh

hati. ( Feingold & Grunfeld, 2015)

2.3.2 Very Low Density Lipoprotein

Very Low Density Lipoprotein (VLDL) adalah partikel lipoprotein yang

dihasilkan oleh hati dan digunakan sebagai sarana transport utama trigliserida,

kolesterol, kolesterol ester dan fosfolipid dari hati menuju ke jaringan. VLDL berukuran

antara 30-80 nm. Variasi ukuran VLDL tergantung pada proses metabolisme yang terjadi

di hati. Komposisi VLDL terdiri dari 55% trigliserida, 18% ester kolesterol, 20%

fosfolipid, dan 5% kolesterol. Komposisi ini cenderung tetap walaupun ukuran VLDL

bervariasi tergantung pada kemampuan metabolisme hati. Berdasarkan ukurannya,

VLDL dibagi benjadi 2 subkelas, yaitu large VLDL1 dan small dense VLDL2.

Perbandingan proporsi antara trigliserida dan kolesterol ester bergantung pada status

metabolik dan diet. Hati individu dengan diet tinggi karbohidrat akan membentuk lebih

banyak VLDL1 kaya trigliserida, sedangkan individu dengan diet rendah karbohidrat dan

(25)

pasien dengan diabetes mellitus tipe 2, VLDL1 lebih banyak dibentuk daripada VLDL 2.

Perbedaan ukuran pada VLDL inilah yang menyebabkan perbedaan ukuran/subkelas

pada LDL. (German et al, 2006).

Di hati, trigliserida dan kolesterol ester dirakit bersama apo B-100 dan fosfolipid

membentuk VLDLnasen (VLDL nascent) lalu disekresi menuju ke pembuluh darah. Di

dalam sistem sirkulasi, VLDL nasen berinteraksi dengan HDL untuk mendapatkan apo

C, apo E dan sebagian kolesterol ester dan berubah menjadi VLDL matang. Pemindahan

ini dibantu oleh cholesterol ester transfer protein (CETP). (Feingold & Grunfeld, 2015)

Di kapiler, VLDL akan berinteraksi dengan lipoprotein lipase dan apo CII untuk

menghidrolisis trigliserida dan melepaskan asam lemak. Proses hidrolisis ini akan

meperkecil ukuran inti dari VLDL dan membentuk sisa VLDL (VLDL remnants/ IDL)

2.3.3 Intermediate Density Lipoprotein

Intermediate Density Lipoprotein atau sisa VLDL adalah partikel VLDL yang

kehilangan trigliserida dan mengandung banyak kolesterol. Partikel IDL terbentuk akibat

aktivitas enzim lipoprotein lipase (LPL) yang menghidrolisis trigliserida dan

mentransferkan apo C-II dan apo C-III VLDL kepada HDL, sehingga VLDL terkonversi

menjadi ukuran yang lebih padat dan kecil yang disebut IDL. Partikel IDL banyak

mengandung ester kolesterol dan apo E. (Feingold & Grunfeld, 2015)

Sekitar 50% partikel IDL akan diambil hati, dan sisanya akan mengalami

katabolisme lanjut. Lipase hati akan memisahkan apo E pada partikel IDL sehingga

(26)

2.3.4 Low Density Lipoprotein

Low Density Lipoprotein (LDL) adalah partikel yang mengandung banyak

kolesterol dan apo B-100. LDL terbentuk dari IDL yang telah melepaskan apo E.

Komposisi dari LDL adalah 10% trigliserida, 50% ester kolesterol, 29% fosfolipid, dan

11% kolesterol bebas. Fungsi utama dari LDL adalah sebagai pengangkut kolesterol

menuju ke jaringan yang membutuhkan. Tidak seperti VLDL yang dirakit oleh hati, LDL

adalah partikel hasil modifikasi VLDL dengan penambahan dan pengurangan komposisi.

(German et al, 2006)

LDL berfungsi sebagai pengangkut utama kolesterol menuju ke jaringan yang

membutuhkan. Jaringan ini memiliki reseptor spesifik LDL untuk menangkap dan

mengambil kolesterol ester dan kolesterol bebas. Tidak seperti asam lemak yang diambil

oleh jaringan setelah dihidrolisis, kolesterol ester dan kolesterol bebas diambil secara

langsung dari VLDL tanpa mengalami proses hidrolisis. Kolesterol dibutuhkan untuk

pertumbuhan, pembentukan membran sel, pembentukan hormon dan asam

empedu(German et al, 2006). Hanya jaringan tertentu yang bisa memetabolisme

kolesterol, sehingga jika terjadi penumpukan kolesterol di jaringan akan menyebabkan

efek buruk bagi sel sehingga harus dikembalikan ke hati (Ramasamy, 2013)

LDL dimetabolisme melalui reseptor LDL yang banyak terletak pada hati dan

jaringan ekstrahepatik. Sekitar 30% LDL diuraikan di jaringan ekstrahepatik dan 70% di

hati. Reseptor ini mengenali apo E dan apo B-100 sebagai ligan, sehingga eliminasi tidak

hanya terjadi pada LDL tapi juga lipoprotein yang mengandung apo E, seperti IDL dan

(27)

metabolisme ini, apo B-100 didegradasi sedangkan kolesterol ester akan dihidrolisis

menjadi kolesterol bebas. (Feingold & Grunfeld, 2015).

Berdasarkan ukurannya, LDL dibagi menjadi 2 subkelas, large buoyant LDL dan

small dense LDL. Small dense LDL memiliki sifat lebih atherogenik daripada large

buoyant LDL karena mudah teroksidasi dan membentuk fatty streak di pembuluh.

2.3.5 High Density Lipoprotein

High density lipoprotein (HDL) adalah lipoprotein dengan ukuran paling kecil

dibandingkan lipoprotein lainnya. HDL memiliki diamtere 5-12 nm. HDL terbentuk dari

6% trigliserida, 40% ester kolesterol, 46% fosfolipid, 7% kolesterol bebas dan

apolipoprotein A-1, A-II, A-IV, C-I, C-II, C-III, dan E. Apolipoprotein A-I merupakan

apolipoprotein utama dalam HDL. (Feingold & Grunfeld, 2015)

HDL berperan dalam pengangkutan balik kolesterol dari jaringan untuk dieksresi

melalui empedu sehingga HDL bersifat anti aterogenik. Apo A-I, Apo A-II, Apo C dan

Apo E penyusun HDL dibentuk di hati. Komponen apolipoprotein ini mendapatkan

komponen kolesterol dan lipoprotein di jaringan membentuk HDL nasen. Di jaringan,

HDL akan matang dengan melakukan penyerapan lipid. Kolesterol jaringan diambil oleh

HDL dengan menggunakan scavenger receptor class B1 (SR-B1) dan ABCG1 yang akan

mengeluarkan kolesterol dari dalam sel. Kolesterol bebas diubah menjadi ester kolesterol

dengan bantuan enzim lesitin-kolesterol asil transferase (LCAT) untuk dapat diserap ke

dalam inti HDL. Dengan penambahan ester kolesterol, ukuran HDL akan membesar dan

(28)

Dalam sirkulasi darah, HDL akan berinteraksi dengan VLDL dengan memberikan

sebagian apo C, apo E dan kolesterol ester, lalu sebagai gantinya menerima trigliserida

dari VLDL. Pemindahan kolesterol ester ini dilakukan oleh cholesterol ester transfer

protein (CETP). Setelah interaksi tersebut, partikel HDL berubah menjadi lebih besar

dan banyak mengandung kolesterol ester.

Kolesterol yang dibawa oleh HDL disalurkan ke hati melalui dua jalur. Jalur

pertama kolesterol dikeluarkan langsung melalui SR-B1 hati, sedangkan jalur kedua

melalui eliminasi lipoprotein yang mengandung apo B-100 oleh hati yang diperantarai

oleh CETP (Feingold & Grunfeld, 2015) Kolesterol HDL akan diserap, sedangkan

apolipoprotein dipertahankan. Sisa HDL kemudian beredar kembali ke jaringan untuk

mengangkut balik kolesterol. Di hati, terdapat enzim lipase hati yang akan

menghancurkan sisa lipoprotein dan menghasilkan Apolipoprotein A-I yang bebas dalam

plasma. Sebagian apolipoprotein ini kemudian diserap oleh ginjal untuk dihancurkan

(Eckardstein et al, 2001).

2.4 Teknik Pemeriksaan Laboratorium Kolesterol LDL

2.4.1 Ultrasentrifugasi

Ultrasentrifugasi (preparative ultracentrifugation) adalah suatu metode untuk

memisahkan lipoprotein berdasarkan prinsip daya apung (floatation) dalam larutan

garam. Partikel akan terpisah akibat gaya sentrifugal karena adanya perbedaan ukuran

dan kepadatan pada partikel lipoprotein.

(29)

Bromida, lalu disentrifugasi. Partikel yang terkandung dalam plasma akan terpisah

berdasarkan massa jenisnya dalam larutan garam. Sentrifugasi pertama dilakukan selama

20-22 jam. Setelah disentrifugasi, VLDL dan kilomikron yang kaya trigliserida akan

membentuk lapisan tipis dan mengapung di permukaan karena massa jenisnya lebih kecil

yaitu 1.006 g/ml. Lapisan trigliserida ini dapat dipisahkan dengan menggunakan pipet.

Lapisan bawah yang mengandung LDL, HDL, IDL diubah kelarutannya dengan

menambahkan Kalium bromida, sehingga massa jenisnya berubah dari 1.006 g/ml

menjadi 1.063 g/ml. Larutan ini kembali di sentrifugasi untuk memisahkan partikel

lipoprotein. Partikel LDL akan mengapung di lapisan paling atas karena memiliki massa

jenis 1.063 g/dl. (Havel et. al, 1955)

Ultrasentrifugasi merupakan metode penghitungan kolesterol LDL yang mahal

dan membutuhkan waktu yang lama. Selain itu, metode ini membutuhkan sampel darah

yang cukup besar. Namun hingga saat ini Ultrasentrifugasi merupakan metode utama

(reference method) yang dianjurkan untuk mengukur kolesterol LDL karena dapat

meilhat perbedaan fraksi dari LDL, IDL dan HDL. Belakangan ini, teknik

Ultrasentrifugasi telah dikombinasikan dengan pengendapan (precipitation) yang disebut

Beta Qualification . (Nauck et.Al, 2002)

Chung dkk (1980) menemukan metode pemisahan lipoprotein yang membutuhkan

satu kali sentrifugasi, yaitu Single Spin Discontinous Density Gradient

Ultracentrifugation (DGU). Plasma darah diturunkan masa jenisnya menggunakan garam

Natrium klorida atau Kalium Bromida hingga massa jenisnya berubah dari 1.006 mg/dl

menjadi 1.030 mg/dL. Plasma dan garam pelarutnya dimasukkan ke dalam tabung dan

(30)

dalam suhu 10°C. Larutan yang telah disentrifugasi akan membentuk lapisan gradien

berdasarkan masa jenis masing-masing lipoprotein. VLDL memiliki massa jenis

1.014-1.016 g/ml, LDL 1.020-1.062 g/ml, HDL 1.062-1.185 g/ml. Fraksi lipoprotein yang telah

dipisahkan dihitung kadarnya masing-masing menggunakan metode elektroforesis.

Sedangkan kadar kolesterol dalam partikel lipoprotein dihitung memonitor lipoprotein

peaks dengan UV detector

2.4.2 Precipitation method

Heinrich Wieland dan Dietrich Siedel tahun 1980 mengemukakan metode penghitungan

menggunakan teknik pengendapan (precipitation). Metode ini tidak menggunakan

ultrasentrifugasi yang membutuhkan alat khusus.

Plasma darah dicampur dengan menggunakan pengendap yang mengandung

buffer natrium sitrat dan heparin hingga pHnya berubah menjadi 5.11. Larutan ini

dicampur menggunakan mixer lalu disedimentasikan menggunakan sentrifuge 1000 rpm

selama 10 menit. Dalam metode ini VLDL dan HDL akan tetap berbentuk larutan,

sedangkan LDL akan membentuk endapan. Sampel dilarutkan dua kali selama prosedur.

Setiap 100µl sampel + 1 ml reagen pengendap. LDL kolesterol didapatkan dengan

mengurangi kolesterol total dengan kolesterol supernatan. (Wieland, 1980)

2.4.3 Elektroforesis

Fredrickson dan Lees pada tahun 1965 menemukan suatu cara untuk

mengklasifikasikan hiperlipoproteinemia dengan pemisahan lipoprotein yang dihasilkan

(31)

mengalirkan listrik melalui medium seperti gel agarose, gel poliacrylamide, dan cellulose

acetate. Untuk penghitungan secara kuantitatif, elektroforesis dengan medium gel agarose

dilakukan presipitasi dan diukur kadar kolesterolnya secara enzimatik (Aufenager, et al,

1989). Penghitungan kolesterol lipoprotein dengan cara ini mnghasilkan nilai akurasi

yang cukup baik jika dibandingkan dengan B quantification. (Nauck et al, 2002)

Teknik elektroforesis dapat mengklasifikasikan secara akurat lipoprotein utama

dalam plasma dan digunakan sebagai metode referensi untuk mendeteksi pasien dengan

tipe III hiperlipoproteinemia. Namun, teknik ini membutukan keahlian dan teknik laboran

sehingga lebih banyak digunakan pada laboratorium khusus dan tidak disarankan

digunakan dalam laboratorium pemeriksaan rutin. (Nauck et al, 2002)

2.4.4 Rumus Friedewald

Pada tahun 1972, Friedewald, Levy dan Frederickson menemukan satu rumus

yang digunakan untuk memperkirakan kadar kolesterol pada LDL, dengan menggunakan

penghitungan total kolesterol, trigliserida dan kolesterol HDL. Rumus ini digunakan

sebagai alternatif penghitungan kolesterol LDL untuk menggantikan metode preparative

ultracentrifugation yang membutuhkan alat yang canggih dan kurang ekonomis. Saat ini,

rumus ini telah digunakan luas sebagai metode untuk melakukan screening kadar

kolesterol LDL pada berbagai pusat kesehatan karena hanya membutuhkan data

kolesterol total, kolesterol HDL dan trigiserida yang tidak membutuhkan

ultrasentrifugasi, hanya sentrifugasi dan prinsip pengendapan massa.

Rumus Friedewald memperkirakan kadar kolesterol LDL dengan cara

(32)

Kolesterol VLDL diperkirakan dengan cara membandingkan rasio massa kolesterol

dengan trigliserida VLDL yang relatif konstan yaitu sebesar 1:5.

Rasio massa kolesterol VLDL dan trigliserida pada rumus Friedewald diasumsikan pada

perbandingan yang konsisten dan seragam. Rasio massa ini tidak menghitung kadar TG

pada kilomikron. Karena itu sampel yang dibutuhkan pada pemeriksaan kolesterol LDL

menggunakan rumus Friedewald harus memperhitungkan kadar kilomikron pada plasma

setelah makan. Terdapat perbedaan penurunan kolesterol LDL yang signifikan pada

plasma darah puasa setelah 3 (22-37%), 6(15%), dan 9 jam (8%) setelah makan (Cohn,

et. Al, 1988). Hal ini disebabkan oleh perubahan jumlah kilomikron yang terdapat dalam

plasma setelah makan. Oleh karena itu, plasma darah yang digunakan ada penghitungan

kolesterol LDL menggunakan rumus Friedewald harus mengeliminasi semua kilomikron,

yaitu dengan mengambil plasma darah pasien yang puasa (optimal) selama 8-12 jam. Jika

plasma tersebut masih mengandung kilomikron, maka darah yang sudah tersentrifugasi

akan membentuk lapisan putih pada permukaan supernatan jika didiamkan pada suhu 4

selama 18 jam. Hal ini akan mempengaruhi rasio massa antara TG dan kolesterol VLDL.

Dengan perbandingan rasio ini, peningkatan kadar trigliserida akan

mempengaruhi estimasi kadar kolesterol VLDL dan estimasi kadar kolesterol LDL. Pada

pasien dengan kadar trigliserida melebih 400 mg/dL, terjadi perubahan rasio trigliserida

dan kolesterol di dalam VLDL sehingga terjadi overestimated kolesterol VLDL dan

(33)

Hal ini terjadi pula pada hiperlipoproteinemia tipe 3 (dysbetalipoproteinemia).

WHO menyatakan bahwa dysbetalipoproteinemia adalah hiperlipoproteinemia yang

ditandai dengan meningkatnya kadar kolesterol VLDL secara abnormal dan motilitas

abnormal VLDL pada elektroforesis (floating β). Kadar VLDL abnormal dilihat melalui

perbandingan kolesterol dan trigliserida VLDL yang meningkat >1. Pada plasma normal,

perbandingan kolesterol dan trigliserida hanya sekitar <0,2. Peningkatan perbandingan

kolesterol dan trigliserida mencapai >0,4 adalah salah satu tanda diagnostik dari

hiperlipoproteinemia tipe 3. Pada pasien dengan hiperlipoproteinemia tipe III akan terjadi

underestimated kolesterol VLDL dan overestimated kolesterol LDL.

Sesuai dengan kondisi diatas, penghitungan kolesterol LDL menggunakan rumus

Friedewald tidak bisa digunakan pada: a.) plasma darah yang masih mengandung

kilomikron, b.) kadar trigliserida >400 mg/dL, c.) pasien dengan dysbetalipoproteinemia,

d.) pasien dengan hiperlipoproteinemia sekunder. Selain itu, penghitungan kolesterol

LDL menggunakan rumus Friedewald tidak dianjurkan pada pasien dengan diabetes

mellitus tipe 2 (DM tipe 2) karena pemeriksaan LDL penting dalam tatalaksana

pencegahan atherosklerosis pada pasien dengan DM tipe 2 dan memerlukan pemeriksaan

yang lebih akurat (Nauck et al, 2002). Pada pasien dengan kerusakan hepar, pemeriksaan

kolesterol LDL menggunakan rumus Friedewald akan berubah menjadi underestimated

kolesterol LDL dan overestimated kolesterol VLDL karena kerusakan hati akan

meningkatkan kadar trigliserida pada LDL dan HDL, tetapi menurunkan kadarnya pada

VLDL sehingga terjadi perubahan rasio massa pada trigliserida dan kolesterol VLDL.

(34)

2.4.5 Rumus Hopkins

Pada tahun 2013, beberapa peneliti dari Universitas Johns Hopkins melakukan

penelitian dan menemukan bahwa rasio tetap antara massa trigliserida dan kolesterol

VLDL pada rumus Friedewald, dapat menyebabkan underestimate kolesterol LDL jika

dihitung pada kadar trigliserida yang tinggi dan kadar kolesterol yang rendah, sehingga

koefisien 5 yang digunakan pada rumus Friedewald kurang fleksibel dan akurat untuk

mengestimasikan kolesterol LDL pada seluruh pasien. Selain itu, rumus Friedewald yang

dilakukan pada 448 pasien dinilai tidak mewakili variasi pada populasi yang lebih besar.

Kesalahan hasil penghitungan kolesterol LDL menggunakan rumus Friedewald terlihat

pada pasien dengan kadar trigliserida yang tinggi dan kadar kolesterol yang

rendah.Estimasi kadar kolesterol LDL yang lebih rendah (Undersetimated LDL-C)

menyebabkan kesalahan diagnosa dan berpengaruh pada prevensi penyakit pembuluh

darah (stroke dan penyakit jantung koroner) pada pasien dengan risiko tinggi

hipertrigliseridemia. (Martin, et al, 2013)

Martin dkk (2013) meneliti 1.350.908 sampel pemeriksaan lipid pasien pada tahun

2009-2011, dan menemukan bahwa rasio TG:VLDL-C yang disesuaikan dengan kadar

trigliserida dan kolesterol non-HDL dapat memberikan hasil estimasi kolesterol LDL

yang lebih akurat. Namun, karena diteliti pada sampel besar pada populasi penduduk

Amerika Serikat, hasil penelitian ini perlu dilanjutkan untuk dibuktikan secara eksternal

(35)

2.4.6 Homogenous assay

Homogenous Assay adalah metode penghitungan kolesterol LDL secara langsung

menggunakan dua jenis detergen. Pada umumnya, detergen pertama digunakan untuk

melarutkan partikel non-LDL dan detergen kedua digunakan untuk melarutkan LDL

kemudian mengukur kadar kolesterol secara enzimatik menggunakan enzim cholesterol

esterase dan cholesterol oksidase. Saat ini, terdapat banyak variasi detergen yang

dikeluarkan dengan bahan yang berbeda, tetapi memiliki prinsip pemeriksaan yang sama

(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. KerangkaKonseptual Tabel 3.1: Kerangka Konseptual

Uji Korelasi peningkatan trigliserida pada hasil pengukuran LDL-C Kolesterol

Total ↑

Pemeriksaan Profil Lipid

Trigliserida

↑ Kolesterol HDL ↓ Kolesterol LDL ↑

<200mg/dL 200mg/dL –

399mg/dL >400mg/dL

Kolesterol LDL (rumus Friedewald)

Dislipidemia Faktor resiko :

Penyakit jantung koroner Stroke, dan cardiovaskular

Direct homogenous assay Kolesterol LDL

(37)

3.2 Penjelasan Kerangka Konseptual

Dislipidemia merupakan faktor risiko penting dari penyakit jantung koroner dan

stroke karena menyebabkan aterosklerosis pada pembuluh darah. Pemeriksaan profil lipid

pada dislipidemia terjadi peningkatan kolesterol total, peningkatan LDL kolesterol,

peningkatan trigliserida dan penurunan HDL kolesterol. Pemeriksaan kolesterol,

kolesterol HDL dan trigliserida dilakukan secara enzimatik . Sedangkan penentuan

kolesterol LDL dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu menggunakan rumus Friedewald,

yaitu dengan rumus

Pengitungan kolesterol LDL menggunakan rumus Friedewald dilakukan dengan

mengurangi kolesterol total dengan kolesterol HDL dan kolesterol VLDL. Kolesterol

VLDL diperkirakan dengan menggunakan rasio standar trigliserida dan kolesterol dalam

VLDL yaitu 5:1. Namun, peningkatan kadar TG akan menyebabkan deviasi pada rasio

massa antara trigliserida dan kolesterol sehingga nilai VLDL akan meningkat palsu. Hal

ini mempengaruhi hasil akhir penghitungan rumus Friedewald sehingga terjadi

penurunan kadar kolesterol LDL palsu. Sedangkan pada rumus Hopkins, koefisien rasio

TG: kolesterol VLDL yang semula 5 diganti sesuai dengan peningkatan kadar trigliserida

sehingga memperbaiki akurasi dari rumus Friedewald. Untuk membuktikan pengaruh

peningkatan kadar trigliserida dengan ketiga metode tersebut, penghitungan kolesterol

LDL akan dibagi berdasrakan kadar trigliserida, yaitu dibawah 200 mg/dL, 200-400

mg/dL dan diatas 400 mg/dL kemudian membandingkan hasil penghitungan kolesterol

(38)

Hasil analisis komparasi akan menunjukkan seberapa jauh deviasi penghitungan

kolesterol LDL dengan rumus Friedewald seiring dengan peningkatan trigliserida dan

akurasi estimasi kolesterol LDL dengan rumus Hopkins.

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat korelasi antara peningkatan trigliserida dengan hasil penhitungan LDL-C

dengan rumus Friedewald dan rumus Hopkins

2. Terdapat perbedaan yang spesifik antara pemeriksaan kolesterol LDL menggunakan

rumus Friedewald dan rumsu Hopkins. Pemeriksaan kolesterol LDL menggunakan rumus

Hopkins memiliki korelasi yang lebih baik terhadap pemeriksaan kolesterol LDL

menggunakan direct homogenous method dibandingkan pemeriksaan dengan rumus

(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi, yaitu mencari

hubungan antara peningkatan trigliserida terhadap hasil pengukuran kadar kolesterol

LDL menggunakan rumus Friedewald dan rumus Hopkins.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah data pasien yang melakukan pemeriksaan

laboratorium di Instalasi Patologi Klinik Gedung Pusat Diagnostik di RSUD Dr. Soetomo

selama periode 23 Mei – 4 Juni 2016.

4.2.2 Kriteria Sampel

4.2.2.1 Inklusi

Data pasien yang melakukan pemeriksaan profil lipid di Instansi Patologi Klinik Gedung Pusat Diagnostik RSUD Dr. Soetomo Surabaya

4.2.2.1 Eksklusi

Data tidak lengkap

4.2.3 Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, yaitu teknik sampling

(40)

diambil dari hasil laboratorium rekam medik pasien yang datang ke Instansi Patologi

Klinik Gedung Pusat Diagnostik RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama periode 23 Mei –

4 Juni 2016

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.3.1 Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil penghitungan LDL-C dengan

menggunakan rumus Friedewald dan rumus Hopkins

4.3.2 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kolesterol total (TC), HDL-C,

trigliserida, dan direk LDL-C

4.3.3 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Definisi Cara Pengukuran Satuan Skala

1

2. Kolesterol HDL Konsentrasi kolesterol yang terkandung di

Homogenous

(41)

Data didapatkan

(direk) Konsentrasi kolesterol yang terkandung

(indirek) Konsentrasi kolesterol yang terkandung

(42)

yaitu

(43)

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instansi Patologi Klinik Gedung Pusat Diagnostik

RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

4.4.2 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah 23 Mei – 4 Juni 2016

4.5 Prosedur Penelitian/Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa:

a. Hasil pengukuran kolesterol total, trigliserida, dan HDL-C

b. Hasil pengukuran LDL-C secara direct homogenous assay

4.6 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi

korelasi untuk menncari hubungan antara peningkatan trigliserida pada pengukuran yang

dihasilkan dari kedua metode rumus penghitungan LDL-C dan melihat deviasinya

(44)

4.7 Kerangka Operasional Penelitian

Tabel 4.1

Pengumpulan data Kolesterol

Total

Pemeriksaan Profil Lipid

Trigliserida Kolesterol

HDL Kolesterol LDL (direk)

<200mg/dL 200mg/dL –

399mg/dL >400mg/dL

rumus Friedewald

Analisis statistik

Hasil dan Simpulan Penelitian rumus Hopkins Kolesterol LDL

(45)

BAB 5

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan total 494 sampel dengan hasil pemeriksaan profil lemak

Instalasi Patologi Klinik Gedung Pusat Diagnostik RSUD Dr. Soetomo Surabaya sebagai

sampel. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 23 Mei hingga 3 Juni 2016 menggunakan

metode total sampling.

Tabel 5.1 Gambaran Umum dan Profil Lipid Sampel

Total Klasifikasi Trigliserida

<200mg/dL 200-400 mg/dL >400mg/dL

(46)

Hopkins 130,28 (47,62) 125,71 (42,63) 141,16 (49,72) 157,92 (84,27) Direct 124,99 (41,73) 123,06 (39,39) 131,95 (45,91) 127,72 (56,35)

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel perempuan (53,8%) lebih banyak

daripada sampel laki-laki (46,2%). Pada variabel usia sampel dibagi dalam 4 kelompok yaitu

anak, dewasa, lansia, dan manula. Didapatkan sampel terbesar pada kategori usia lansia

(58,30%). Dan sampel terkecil adalah usia anak (5,06%)

5.1.2 Trigliserida

Trigliserida diukur menggunakan metode enzimatik menggunakan alat Nilai normal

trigliserida pada individu normal yaitu antara 30-150 mg/dL. Sampel dibagi menjadi 3

kelompok berdasarkan kadar trigliserida yang digunakan pada pengukuran rumus Friedewald,

yaitu <200 mg/dL, 200-400 mg/dL, dan >400 mg/dL.

Tabel 5.2 Gambaran Trigliserida Sampel Penelitian

Klasifikasi Jumlah (n) Persen (%)

<200 mg/dL 375 75,9%

200-400 mg/dL 94 19,04%

>400 mg/dL 25 5,06%

Total 494 100,00

Dari hasil pengambilan data terdapat 375 sampel (75,9%%) dengan kategori <200

mg/dL, 94 sampel (19,04%) dengan kategori 200-400 mg/dL, dan 25 sampel (5,06%) dengan

kategori >400 mg/dl. Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas sampel masuk dalam kategori

(47)

Berdasarkan nilai trigliserida normal individu yaitu 30-150 mg/dL, 199 sampel (40,29%)

memiliki kadar trigliserida melebihi normal dan 295 sampel (59,71%) memiliki kadar trigliserida

normal.

5.1.3 Kolesterol LDL

Kolesterol LDL dihitung menggunakan 3 metode, yaitu menggunakan rumus Friedewald,

rumus Hopkins dan direct homogenous method sebagai baku standar.

Kolesterol LDL menggunakan rumus Friedewald (LDL-Cfriedewald) dihitung dengan

menggunakan data Kolesterol Total (TC), kolesterol HDL (HDL-C) , trigliserida (TG) dan rasio

tetap TG:VLDL-C yaitu 5, dengan menggunakan rumus

Hasil dari penghitungan kolesterol LDL dengan menggunakan rumus Friedewald digambarkan

dalam tabel berikut :

Tabel 5.3 Gambaran LDL –C dengan rumus Friedewald

(48)

Kolesterol LDL yang dihitung dengan menggunakan rumus Hopkins (LDL-Chopkins), yaitu

mengganti rasio TG-VLDL-C pada Friedewald yang semula 5 menjadi bervariasi, disesuaikan

dengan kadar trigliserida dan non-HDL-C. Rasio diambil sesuai dengan kriteria pada tabel rasio

rumus Hopkins

Tabel 5.4 Rasio TG:VLDL pada rumus Hopkins

Hasil penghitungan kolesterol LDL menggunakan rumus Hopkins digambarkan pada grafik dan

(49)

Tabel 5.5 Gambaran LDL –C dengan rumus Hopkins

Penghitungan kolesterol LDL menggunakan direct homogenous method (LDL-C direct )adalah

penghitungan secara langsung secara enzimatik. Hasil penghitungan kolesterol LDL

menggunakan direct homogenous method digambarkan pada grafik berikut :

Tabel 5.6 Gambaran LDL –C dengan Direct Homogenous Method

(50)

Dari hasil penelitian di atas dilakukan uji statistik korelasi untuk melihat adakah korelasi

antara peningkatan kadar trigliserida dengan penghitungan kolesterol LDL menggunakan rumus

Friedewald dan rumus Hopkins.

5.2 Analisis Data 5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan metode korelasi. Jika data trigliserida

terdistribusi normal maka digunakan uji korelasi Pearson. Jika distribusi data trigliserida tidak

normal maka digunakan uji korelasi Spearman. Berikut merupakan hasil uji Normalitas

Trigliserida.

Tabel 5.7 : Hasil uji Normalitas Trigliserida

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Trigliserida .179 494 .000 .751 494 .000

a Lilliefors Significance Correction

Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk menunjukan Sig. 0,000 (<0,05)

menunjukkan bahwa distribusi data tidak normal. Jika dilihat distribusi data trigliserida

(51)

Gambar 5.1 : Grafik Distribusi Triglyceride menggunakan P-P Plots

Dari hasil grafik P-P plot di atas menunjukkan bahwa data tidak tersebar di sekitar garis,

sehingga bisa disimpulkan bahwa distribusi data tidak normal.

5.2.2 Uji Korelasi Spearman

Uji korelasi Spearman digunakan untuk menentukan apakah terdapat korelasi yang signifikan

antara trigliserida dengan penghitungan kolesterol LDL menggunakan rumus Friedewald dan

rumus Hopkins dengan metode direct homogenous method sebagai standar bakunya.

Koefisien korelasi pada uji Spearman dapat diinterpretasi sebagai tingkat hubungan antara

kedua variabel yang dihubungkan. Rentang nilainya berkisar 0,00±1,00, dimana + merupakan

tanda positif dan – merupakan tanda negatif. Interpretasi dari koefisien korelasi dapat

(52)

Tabel 5.8 Interpretasi Koefisien Korelasi

Rentang Interpretasi

0,00 Tidak ada korelasi

0,01-0,09 Korelasi kurang berarti

0,10-0,29 Korelasi lemah

0,30-0,49 Korelasi moderat

0,50-0,69 Korelasi kuat

0,70-0,89 Korelasi sangat kuat >0,90 Korelasi mendekati sempurna

Uji korelasi Spearman dilakukan pada tiga klasifikasi kadar trigliserida, yaitu <200

mg/dL, 200-400 mg/dL, dan >400 mg/dL.

5.2.2.1 Uji Korelasi Spearman pada Trigliserida <200mg/dL

Hasil uji korelasi penghitungan kolesterol LDL menggunakan tes Spearman pada

trigliserida <200 mg/dL adalah sebagai berikut

Tabel 5.9 Uji Korelasi Spearman pada trigliserida <200 mg/dL

Correlations

Friedewald hopkins direct

Spearman's rho Friedewald Correlation Coefficient 1.000 .997(**) .972(**)

Sig. (2-tailed) . .000 .000

N 375 375 375

Hopkins Correlation Coefficient .997(**) 1.000 .974(**)

Sig. (2-tailed) .000 . .000

N 375 375 375

Direct Correlation Coefficient .972(**) .974(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .000 .

N 375 375 375

(53)

Dari hasil pengujian statistik didapatkan korelasi LDL-Cfriedewald dengan LDL-Cdirect

adalah 0,972. Sedangkan korelasi LDL-Chopkins dengan LDL-Cdirect adalah 0.974. Keduanya

menunjukkan bahwa baik penghitungan LDL-Cfriedewald dan LDL-Chopkins memiliki korelasi yang

baik (mendekati 1) dengan LDL-Cdirect. Koefisien korelasi yang ditunjukkan oleh penghitungan

LDL-Chopkins merupakan koefisien korelasi tertinggi dari semua penghitungan pada semua

klasifikasi trigliserida (0.974)

Selain itu didapatkan nilai p=0,000 pada kedua metode penghitungan rumus di atas

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara LDL-Cdirect dengan

LDL-Cfriedewald dan LDL-Chopkins (p<0,005).

5.2.2.2 Uji Korelasi Spearman pada Trigliserida 200-400mg/dL

Hasil uji korelasi penghitungan kolesterol LDL menggunakan tes Spearman pada

trigliserida 200-400 mg/dL adalah sebagai berikut:

Tabel 5.10 Uji Korelasi Spearman pada trigliserida 200-400 mg/dL

Correlations

Friedewald hopkins direct

Spearman's rho friedewald Correlation Coefficient 1.000 .991(**) .944(**)

Sig. (2-tailed) . .000 .000

N 94 94 94

hopkins Correlation Coefficient .991(**) 1.000 .938(**)

Sig. (2-tailed) .000 . .000

N 94 94 94

direct Correlation Coefficient .944(**) .938(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .000 .

N 94 94 94

(54)

Dari hasil pengujian statistik didapatkan korelasi LDL-Cfriedewald dengan LDL-Cdirect

adalah 0,944. Sedangkan korelasi LDL-Chopkins dengan LDL-Cdirect adalah 0.938. Keduanya

menunjukkan bahwa baik penghitungan LDL-Cfriedewald dan LDL-Chopkins memiliki korelasi yang

baik (mendekati 1) dengan LDL-Cdirect

Selain itu didapatkan nilai p=0,000 pada kedua metode penghitungan rumus di atas

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara LDL-Cdirect dengan

LDL-Cfriedewald dan LDL-Chopkins (p<0,005).

5.2.2.2 Uji Korelasi Spearman pada Trigliserida >400mg/dL

Hasil uji korelasi penghitungan kolesterol LDL menggunakan tes Spearman pada

trigliserida >400 mg/dL adalah sebagai berikut:

Tabel 5.11 Uji Korelasi Spearman pada trigliserida >400 mg/dL

Correlations

Friedewald hopkins direct

Spearman's rho friedewald Correlation Coefficient 1.000 .984(**) .788(**)

Sig. (2-tailed) . .000 .000

N 25 25 25

hopkins Correlation Coefficient .984(**) 1.000 .780(**)

Sig. (2-tailed) .000 . .000

N 25 25 25

direct Correlation Coefficient .788(**) .780(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .000 .

N 25 25 25

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil pengujian statistik didapatkan korelasi LDL-Cfriedewald dengan LDL-Cdirect (r)

(55)

menunjukkan bahwa baik penghitungan LDL-Cfriedewald dan LDL-Chopkins memiliki korelasi yang

paling rendah dibandingkan penghitungan pada kadar trigliserida yang lebih rendah.

Selain itu didapatkan nilai p=0,000 pada kedua metode penghitungan rumus di atas

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara LDL-Cdirect dengan

LDL-Cfriedewald dan LDL-Chopkins (p<0,005).

5.2.3 Uji Peringkat Bertanda Wilcoxon

Uji peringkat bertanda Wilcoxon (Wilcoxon Signed Ranks test) adalah alternatif

pengganti uji paired t test yang tidak dapat digunakan pada data non parametrik atau data yang

distribusinya tidak normal. Uji Wilcoxon dilakukan pada 2 sampel yang berhubungan dan

menguji apakah keduanya memiliki hubungan yang signifikan.

5.2.3.1 Uji Wilcoxon pada Trigliserida<200 mg/dL

Hasil Uji Wilcoxon penghitungan kolesterol LDL pada trigliserida >400 mg/dL adalah

sebagai berikut :

Tabel 5.12 Uji Wilcoxon pada trigliserida <200 mg/dL

Test Statistics(b)

friedewald direct – hopkins direct –

Z -4.809(a) -6.285(a)

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000

(56)

Dari hasil Uji statistik Wilcoxon diatas didapatkan p=0,000 (p<0,05) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara penghitungan LDL-Cdirect dengan LDL-Cfriedewald dan

LDL-Chopkins

5.2.3.2 Uji Wilcoxon pada Trigliserida 200-400mg/dL

Hasil Uji Wilcoxon penghitungan kolesterol LDL pada kadar trigliserida 200-400mg/dL

adalah sebagai berikut :

Tabel 5.13 Uji Wilcoxon pada trigliserida 200-400 mg/dL

Test Statistics(c)

friedewald direct – hopkins direct –

Z -1.268(a) -6.386(b)

Asymp. Sig. (2-tailed) .205 .000

a Based on negative ranks. b Based on positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test

Pada hasil Uji Wilcoxon diatas didapatkan p=0,000 (p<0,05) pada LDL-Cdirect –

LDL-Chopkins menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan. Sedangkan pada uji Wilcoxon antara

LDL-Cdirect – LDL-Cfriedewald menunjukkan p=0,1025 (p>0,05) membuktikan hubungan yang

tidak signifikan.

5.2.3.3 Uji Wilcoxon pada Trigliserida >400mg/dL

Hasil Uji Wilcoxon penghitungan kolesterol LDL pada kadar trigliserida >400mg/dL

adalah sebagai berikut :

Tabel 5.14 Uji Wilcoxon pada trigliserida >400 mg/dL

Test Statistics(c)

Gambar

Gambar 5.1 : Grafik Distribusi Triglyceride menggunakan P-P Plots…………….39
Tabel 3.1: Kerangka Konseptual
Tabel 4.1
Tabel 5.1 Gambaran Umum dan Profil Lipid Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semua Instrumen Pemenuhan Syarat Minimum Akreditasi Pembukaan Program Studi (jika diperlukan pembukaan program studi baru untuk memenuhi persyaratan minimum jumlah

Kemalangan bermaksud kejadian yang tiba-tiba, tidak dirancang, tidak dijangka, luar biasa dan kejadian spesifik yang berlaku pada masa dan tempat yang dikenalpasti, bebas daripada

Peta amplitudo pasang surut vertikal yaitu: tegak lurus dengan laut, dari muara saluran primer (yang behubungan langsung dengan Sungai Barito) ke arah dalam saluran (Gambar 5)

Prinsip kerja dari alat jendela otomatis dengan menggunakan sensor cahaya, alat ini akan bekerja membuka jendela bila sensor cahaya yang digunakan terkena atau

Mengacu pada IAS 41 penelitian ini memperlihatkan bagaimana pengakuan aset biologis dalam laporan keuangan yang dapat diakui sebagai aset lancar maupun aset tidak

Koefisien harga satuan yang digunakan untuk menganalisa biaya sistem halfslab ini menggunakan koefisien yang ada pada [5]. Biaya yang digunakan sebagai acuan untuk perhitungan

Siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi.. yang telah dipelajari pada

Perangkat desa dapat memilih menu untuk input data faktor, input data kriteria, input data sub kriteria, input data penduduk yang kemudian akan disimpan kedalam database