• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR

KETERAMPILAN IPS TEMA CITA-CITAKU DITINJAU DARI

KARAKTERISTIK PERTANYAAN GURU PADA SISWA

KELAS IV SD GUGUS 6 MOCH HATTA

Ni Wayan Yulastiningtiyas

1

, I Wyn. Sujana

2

, Ni Wyn Suniasih

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email : tyasanaghbaek@ymail.com

1

, wayan_sujana59@yahoo.com

2

,

wyn_suniasih@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner) dan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual pada kelas IV SD Gugus 6 Moch Hatta, Denpasar Selatan Tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan rancangan yang digunakan adalah desain prates-pascates kelompok statis. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV SD Gugus 6 Moch Hatta, Denpasar Selatan Tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 306 siswa. Jumlah sampel adalah 86 siswa yang diambil dengan teknik random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode unjuk kerja dilengkapi dengan rubrik penilaian. Adapun rata-rata hasil belajar keterampilan IPS siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner) adalah =72,38 dan rata-rata hasil belajar keterampilan IPS siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual adalah =75,58.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji t diperoleh thitung=1,33 dan berdasarkan taraf signifikansi 5% dan dk = 84 didapat ttabel = 2,00. Berdasarkan kriteria pengujian thitung =1,33< ttabel=2,00 maka H0 diterima, hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antar siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner) dengan pembelajaran melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual pada siswa kelas IV SD Gugus Moch Hatta, Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2014/2015. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru tidak berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan IPS siswa kelas IV SD Gugus Moch Hatta, Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2014/2015.

(2)

Abstract

This study aims to find a significant difference between the results of IPS students learn skills that learned through scientific approach using abstract questions (imaginary) and students that learned through scientific approaches using factual question on the fourth grade Cluster 6 Moch Hatta, South Denpasar academic year 2014 / 2015. This research is a pre-experimental design used is a pre-test-post-test design static group. The population in this study were all fourth grade students Force 6 Moch Hatta, South Denpasar 2014/2015 academic year consisting of 306 students. The number of samples is 86 students drawn by random sampling technique. Data collection method used is the method of performance is equipped with a scoring rubric. The average results of IPS students learn skills that learned through scientific approach using abstract questions (imaginary) is = 72.38 and the average results of IPS students learn skills that learned through scientific approaches using factual questions is = 75.58.

Based on the analysis using the t test obtained t = 1.33 and based on significance level of 5% and dk = 84 obtained table = 2.00. Based on testing criteria t = 1.33 <table = 2.00 then H0 is accepted, this means that there is no significant difference between the results of IPS students learn skills that learned through scientific approach using abstract questions (imaginary) with a scientific approach to learning through use factual question on the fourth grade students cluster Moch Hatta, South Denpasar Academic Year 2014/2015. So it can be concluded that the application of the scientific approach in terms of the characteristics of the teacher's question has no effect on the results of IPS students learn skills of fourth grade cluster Moch Hatta, South Denpasar Academic Year 2014/2015.

Keywords : scientific approach, the question of teachers, social studies skills learning outcomes.

PENDAHULUAN

Sesuai dengan Peraturan mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2004 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar menetapkan bahwa kurikulum yang telah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2013/2014 disebut Kurikulum 2013. Terdapat empat elemen standar nasional pendidikan yang diubah dalam Kurikulum 2013, yakni : standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian. Kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki peserta didik agar mereka memiliki kompetensi yang diharapkan melalui

upaya menumbuhkan serta

mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru kepada peserta didik, melainkan peserta didik harus melalui beberapa proses secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan.

Pengembangan standar proses dalam kurikulum 2013 menuntut proses pembelajaran berlangsung dengan memadukan penalaran induktif dengan deduktif. Pendekatan saintifik memadukan kedua pendekatan induktif dan deduktif. Dalam proses pembelajarannya, siswa memanfaatkan sejumlah teori yang telah didapat sebelumnya lalu memadukannya sendiri di lapangan (Kosasih, 2014). Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan

proses, seperti mengamati,

mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan dan menyimpulkan. Pendekatan saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget dan teori Vygotsky.Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok yang berkaitan dengan teori belajar Bruner. Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannyaapabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik.

(3)

Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan.

Keempat, dengan melakukan penemuan

maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal tersebut bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik. Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terjadinya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip, ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada.Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi. Vygotsky, dalam teorinya yang menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada pada

zone of proksimal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Hosnan, 2014). Pada intinya, pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam

kegiatan pembelajaran yang

mengutamakan kreativitas dan

temuan-temuan siswa. Pengalaman belajar yang diperoleh tidak bersifat hafalan. Pengalaman belajar, baik itu yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap diperolehnya berdasarkan kesadaran dan kepentingannya sendiri. Materi yang dipelajari berbasis fakta atau fenomena tertentu, sesuai dengan kompetensi dasar yang dikembangkan guru. Fakta atau fenomena itu diamati oleh siswa, dipertanyakan, selanjutnya dicari jawabannya sendiri oleh siswa dari berbagai sumber yang relevan, dan bermuara pada sebuah jawaban yang bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Karakteristik pendekatan saintifik yang dikemukakan oleh Kosasih (2014:71) adalah sebagai berikut: (a) materi pembelajaran dipahami dengan standar logika yang sesuai dengan taraf kedewasaann siswa, diterima dengan tidak dogmatis; tetapi memungkinkan bagi siswa untuk mengkritisi, dan mengetahui prosedur pemerolehannya, serta kelemahan-kelemahannya, (b) interaksi pembelajaran berlangsung secara terbuka dan objektif. Siswa memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan pemikiran, perasaan, sikap, dan pengalamannya. Namun, siswa tetap memerhatikan sikap ilmiah dan tanggung jawab, (c) siswa didorong untuk selalu berpikir analistis dan kritis; tepat dalam

memahami, mengidentifikasi,

memecahkan masalah, serta

mengaplikasikan materi-materi

pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut, Hosnan (2014: 36) menyatakan “pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik adalah: berpusat pada siswa, melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hukum atau prinsip, melibatkan proses-proses kognitif yang

potensial dalam merangsang

perkembangan intelek, khususnya keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa, dapat mengembangkan karakter siswa”.

Terdapat lima pengalaman belajar yang harus ada dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok

(4)

yaitu : (1) mengamati merupakan metode yang mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian dan mencari informasi, (2) menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan

merumuskan pertanyaan untuk

membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat, (3) mengumpulkan Informasi merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek, kejadian, aktivitas dan wawancara dengan

narasumber. Kompetensi yang

dikembangkan dalam proses

mengumpulkan informasi/eksperimen adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, (4) mengasosiasikan (mengolah Informasi) merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa pengolahan informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan (eksperimen) maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/mengolah informasi adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan, (5) mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis, secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan adalah

mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas serta mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pegetahuan, dan keterampilan. Hasil akhir yang diharapkan berupa peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak

(hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Hosnan, 2014). Selama proses pembelajaran berlangsung, ketiga ranah itu berkembang pula dengan baik. Siswa tidak sekedar tahu (apa), tetapi juga bisa (bagaimana), dan memperoleh perubahan

sikap (mengapa) atas proses

pembelajaran yang dilakoninya. Ketiga ranah tersebut diuraikan sebagai berikut: (1) dalam ranah pengetahuan, siswa meperoleh kompetensi tentang ”apa”dari materi pembelajarannya. Ranah tersebut terkait dengan aspek pengetahuan yang ada di dalam kurikulum dinyatakan dengan KI 3, (2) dalam ranah keterampilan, siswa memperoleh kompetensi tentang ”bagaimana” dari materi pembelajarannya. Ranah tersebut di dalam kurikulum dinyatakan dengan KI 4, (3) dalam ranah sikap, siswa memperoleh kompetensi berupa efek penyerta dari pengetahuan dan keterampilan yang dilakoninya, baik berupa sikap jujur, tanggung jawab, disiplin, percaya diri, dan sikap-sikap lainnya. Dalam kurikulum ini, ranah tersebut dinyatakan dengan KI 1 dengan KI 2.

Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, guru harus menguasai delapan keterampilan dasar mengajar.

(5)

Salah satu keterampilan dasar mengajar yang memiliki peranan yang penting dalam membangkitkan keaktifan siswa adalah keterampilan bertanya. Sardiman

(2012:214) menyatakan bahwa

“pertanyaan dalam interaksi belajar penting karena dapat menjadi perangsang yang mendorong siswa untuk giat berpikir dan belajar”. Pertanyaan menurut jenisnya terdapat beberapa macam, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai jenis-jenis pertanyaan.Hasibuan,

Moedjiono (2010:14) menyatakan “terdapat beberapa cara untuk menggolongkan jenis-jenis pertanyaan. Beberapa diantaranya : jenis pertanyaan menurut maksudnya, jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom, dan jenis pertanyaan menurut luas-sempitnya pertanyaan”.

Sejalan dengan pendapat tersebut. Kosasih (2014:76) menyatakan kategori pertanyaan diantaranya sebagai berikut.

Tabel 1. Tabel Kategori Pertanyaan Kategori

Pertanyaan

Arti Contoh

Terbuka Pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban yang benar.

Mengapa ibukota Indonesia Jakarta? Tertutup Pertanyaan yang memiliki

hanya satu jawaban benar.

Apa nama ibukota Indonesia?

Produktif Pertanyaan yang hanya dapat dijawab melalui pengamatan, percobaan, atau penyelidikan. Berapa halaman kertas yang diperlukan untuk menghabisakn sebuah spidol? Tidak Produktif Pertanyaan yang dapat

dijawab hanya dengan melihat, tanpa melakukan pengamatan, percobaan, atau penyelidikan.

Apa nama benda ini?

Imajinatif Interpretatif Pertanytaan yang jawabannya di luar benda/gambar/ kejadia yang diamati. (diperlihatkan gambar gadis termenung di pinggir laut). pnfnsdnfsdnf pin laut)kemudian diajukan pertanyaan: Apa yang dipikirkan gadis tersebut?

Faktual Pertanyaan yang

jawabannya dapat dilihat pada benda/ kejadian yang diamati.

Apa yang dipakai gadis tersebut?

(6)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu disiplin ilmu yang bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan pribadi warga Negara yang baik dengan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin-disiplin ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi (Susanto, 2014). Kualifikasi kemampuan lulusan yang diharapkan sebagai hasil belajar IPS mencangkup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Menurut Kunandar (2014: 249) “keterampilan (skill)

adalah ranah yang mencangkup

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu”. Hasil belajar keterampilan merupakan kelanjutan hasil belajar pengetahuan dan sikap. Hasil belajar pengetahuan dan sikapakan menjadi hasil belajar keterampilan apabila peserta didik telah menunjukan prilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah pengetahuan dan sikap.

Dalam ranah keterampilan lebih lanjut dijelaskan oleh Kunandar (2014:253) ranah keterampilan memiliki lima jenjang proses berpikir, yakni: (1) imitasi

merupakan kemampuan melakukan

kegiatan sederhana dan sama persis seperti yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya, (2) manipulasi merupakan kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat, tapi berdasarkan pedoman atau pada petunjuk saja, (3) presisi kemampuan tingkat tinggi presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat, (4) artikulasi

merupakan kemampuan melakukan

kegiatan yang kompleks dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh, (5) naturalisasi kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Hasil belajar dalam bentuk keterampilan menurut Sudjana (2010:30-31) ada enam tingkatan keterampilan, yaitu (a) keterampilan pada gerakan repleks, (b) keterampilan pada

gerakan-gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) kemampuan di bidang fisik, (e) gerakan-gerakan keterampilan mulai dari keterampilan sederhana sampai dengen keterampilan kompleks, (f) kemampuan-kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non decursive.

Penguasaan keterampilan IPS dalam kehidupan masyarakat sangat penting sebagai anggota masyarakat.

Nursid (2008:3.1) menyatakan

“keterampilan ilmu sosial meliputi: keterampilan dalam ilmu geografi, ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu sosiologi, ilmu antropologi, dan ilmu psikologi sosial. Sedangkan keterampilan sosial meliputi: keterampilan mental, keterampilan personal, dan keterampilan sosial. Pada kurikulum 2013 materi IPS di Sekolah Dasar terkandung dalam tema pembelajaran. Dalam satu tema terdapat beberapa sub tema dan dalam satu sub tema terdiri dari beberapa pembelajaran.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru dan kepala sekolah di SD Gugus 6 Moch Hatta yang meliputi SDN 1 Panjer, SDN 2 Panjer, SDN 3 Panjer, SDN 4 Panjer, SDN 5 Panjer, dan SDN 6 Panjer pada tanggal 5 Januari 2015. Ditemukan permasalahan terkait hasil belajar yang diperoleh siswa dalam implementasi kurikulum 2013 di kelas IV, yaitu kurangnya pemahaman siswa tentang konsep-konsep pada muatan materi IPS serta keterampilan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan saintifik. Keterlibatan siswa dalam diskusi didominasi oleh beberapa siswa saja sedangkan siswa yang lain belum diupayakan untuk aktif. Kemungkinan sebagai faktor penyebab terjadinya permasalahan tersebut berasal dari diri siswa yaitu kurangnya minat, motivasi siswa dalam belajar, dan dari luar diri siswa yakni guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik belum optimal sehingga berdampak pada motivasi belajar siswa. Selain itu, keterampilan bertanya yang merupakan salah satu dari delapan keterampilan dasar

(7)

mengajar belum mendapat perhatian dari guru. Padahal dengan menguasai keterampilan bertanya guru dapat membangkitkan keaktifan siswa. Pendapat ini didukung oleh Sardiman (2012: 214) yang menyatakan “pertanyaan dalam interaksi belajar- mengajar adalah penting karena dapat menjadi perangsang untuk mendorong siswa untuk giat berpikir dan belajar, membangkitkan pengetahuan baru”. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilaksanakan penelitian untuk mengetahui efektifitas pembelajaran melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan guru yang bersifat abstrak (imajiner) dengan pembelajaran melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual dan pengaruhnya terhadap hasil belajar keterampilan IPS. Penelitian yang dilaksanakan berjudul “Pengaruh Pendekatan Saintifik terhadap hasil belajar keterampilan IPS tema Cita-citaku ditinjau dari karakteristik pertanyaan guru siswa kelas IV SD Gugus 6 Moch Hatta Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015 ”

METODE

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual. Jenis penelitian ini adalah eksperimen, karena memberi perlakuan (treatment) atau manipulasi variabel. Arifin (2012:68) menyatakan “eksperimen merupakan cara praktis untuk mempelajari sesuatu dengan mengubah-ubah kondisi dan mengamati pengaruhnya terhadap hal lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh atau hubungan sebab-akibat (cause and effect relationship)”.

Rancangan yang digunakan adalah desain prates-pascates kelompok statis (the static group pretest-postest design). Dalam model

ini ada dua kelompok yang diberi perlakuan yang berbeda dalam rumpun yang sejenis.

Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan , pelaksanaan dan pengakhiran eksperimen. Pada tahapan persiapan eksperimen yang dilakukan adalah (1) menyusun media pembelajaran (RPP, rubrik, LKS, dll) yang akan digunakan selama proses pembelajaran (2) menyusun instrumen penelitian berupa lembar pengamatan yang dilengkapi dengan rubrik penilaian keterampilan IPS siswa, (3) mengkonsultasikan instrumen penelitian dengan guru dan dosen pembimbing, (4) mengadakan validasi instrumen penelitian yaitu lembar pengamatan yang dilengkapi dengan rubrik penilaian keterampilan IPS. Pada tahapan pelaksanaan eksperimen yang dilakukan adalah (1) menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia dengan cara random, (2) dari sampel yang telah diambil kemudian diundi untuk menentukan kelas yang akan menggunakan pendekatan saintifik dengan pertanyaan abstrak (imajiner) dan kelas yang menggunakan pendekatan saintifik dengan pertanyaan faktual (3) melaksanakan penelitian yang memberikan perlakuan berupa pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner). Perlakuan pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner) diberikan 6 kali sesuai dengan bobot materi yang diambil dan 1 kali post tes, (4) memberikan perlakuan pendekatan Saintifik menggunakan pertanyaan faktual yang juga dilakukan selama 6 kali sesuai dengan bobot materi dan 1 kali post tes. Langkah yang dilakukan pada tahapan pengakhiran eksperimen adalah memberikan posttest

pada akhir penelitian pada kedua kelompok. Menurut Sugiyono (2012:117) mengemukakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Selanjutnya menurut Arifin (2012:215) menyatakan bahwa “ populasi atau universe adalah keseluruhan objek

(8)

yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi”. Populasi dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas IV SD Gugus 6 Moch Hatta Kecamatan Denpasar Selatan. Gugus 6 Moch Hatta terdiri dari beberapa SD yakni: SDN 1 Panjer, SDN 2 Panjer, SDN 3 Panjer, SDN 4 Panjer, SDN 5 Panjer, dan SDN 6 Panjer. Berikut ini adalah tabel jumlah siswa di Gugus Moch Hatta yang berjumlah 306 orang siswa.

Menurut Arikunto (2010:174) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud undtuk mengeneralisasikan hasil penelitian sampel”.

Penentuan sampel penelitian ini tidak dilakukan pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang sudah dibentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dan tidak dilakukannya pengacakan individu, kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga peneliti ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan, maka dari itu pemilihan sampel menggunakan tekhnik random sampling, tetapi yang dirandom adalah kelasnya.

Variabel sangat penting dalam penelitian karena menjadi objek penelitian dan memiliki peranan tersendiri dalam menyelidiki suatu peristiwa atau fenomena yang akan diteliti. Arikunto (2010: 56) mendefinisikan “ variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin karena jenis kelamin memiliki variasi: laki-laki –perempuan; berat badan, karena ada berat badan 40 kg, dan lain sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi”.Jadi variabel penelitian adalah segala hal, baik itu orang, benda, gejala yang bervariasi dan dijadikan objek penelitian. Berikut ini akan diuraikan mengenai variabel penelitian. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan terikat yang dapat

dikelompokkan sebagai berikut: (a) variabel bebas atau yang sering disebut independent variabel merupakan salah satu bagian dari jenis variabel berdasarkan fungsi. Menurut Arifin (2012:188) menyatakan bahwa “variabel bebas adalah kondisi yang oleh pelaku eksperimen dimanipulasi untuk menerangkan hubungan dengan fenomena. Sejalan dengan pendapat tersebut Sugiyono (2009:61) mengatakan variabel bebas atau yang sering disebut sebagai

variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (dependen)”. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah pendekatan saintifik ditinjau dari pertanyaan abstrak (imajiner) dan faktual, (b) variabel terikat adalah variabel yang terkena pengaruh variabel bebas. Menurut Arifin (2012:188) “variabel terikat adalah kondisi yang berubah ketika pelaku eksperimen mengganti variabel bebas”. Sejalan dengan pendapat tersebut Sugiyono (2009:61) mengatakan “variabel terikat atau yang sering disebut sebagai

variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar keterampilan IPS siswa tema cita-citaku.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data keterampilan IPS adalah metode unjuk kerja. Menurut Kunandar (2014:257) menyatakan bahwa “metode unjuk kerja yang menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dan mengaplikasikan kedalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan”. Metode ini

menggunakan instrumen lembar

pengamatan yang dilengkapi dengan rubrik penilaian.

Penelitian ini berfokus pada keterampilan IPS, menggunakan rubrik kinerja sebagai instrumen penelitian. Sebelum rubrik digunakan untuk mengukur hasil belajar keterampilan IPS terlebih dahulu dilakukan validasi. Berhubungan dengan ketepatan terhadap apa yang diukur

(9)

oleh instrumen dan seberapa cermat instrumen melakukan pengukurannya, atau validitas instrumen berhubungan ketepatan instrumen tersebut terhadap konsep yang akan diukur sehingga betul-betul bisa mengukur apa yang seharusnya diukur (arikunto, 2010:58). Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak penyusunan dengan cara merinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran didukung oleh Sudjana (2005:13) yang menyatakan bahwa

“Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya.Artinya instrumen tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.

Suatu instrumen layak digunakan untuk mengukur hasil belajar apabila salah satunya memenuhi syarat validitas. Untuk menjaga instrumen yang kita disusun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku)yang akan dicakup dalam instrumen, maka perlu dibuat sebuah tabel spesifikasi. Arikunto (2010:185) menyatakan ”tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi, atau blue print. Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perincian materi dan tingkah laku beserta imbangan atau proporsi yang dikehendaki oleh penilai.

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil belajar keterampilan IPS dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik yaitu uji-t. Sebelum dilaksanakannya pengujian terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

Uji Normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar keterampilan IPS siswa masing-masing kelas berdistribusi normal atau

tidak sehingga dapat menentukan teknik analisis datanya. Uji Normalitas sebaran data dalam penelitian ini menggunakan uji

Chi-kuadrat. Kriteria pengujian adalah jika

2

hit < 2tabel, maka H0 diterima (gagal

ditolak) yang berarti data berdistribusi normal. Uji Homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan varians antar kelas, bukan sebagai akibat perbedaan dalam

kelompok.

Uji homogenitas dapat dilakukan apabila kelas data tersebut berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan dengan uji F. Kriteria pengujian, jika Fhit <

Ftabel maka sampel homogen. Analisis data

dalam penelitian ini menggunakan uji beda mean (uji-t) dengan rumus separated

varians. Rumus separated varians

digunakan apabila jumlah anggota sampel berbeda dan varians tidak homogen. Kriterianya jika harga thitung < ttabel, maka H0

diterima dan Ha ditolak, dan jika harga thitung

> ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan nilai t tabel pada taraf

signifikan 5% dengan derajat kebebasan (43+43-2= 84) diperoleh batas penolakan hipotesis nol ttabel = 2,000 dan hasil analisis

data diperoleh thitung = 1,33. Berarti thitung =

1,33 < ttabel = 2,000 maka hipotesis nol yang

berbunyi tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual di SD Gugus 6 Moch Tabel 4. Rekapitulasi Analisis Uji-t

Kelompok s2 n thitung ttabel Kesimpulan

Faktual 75,58 100,94 43 1,33 2,00 thitung < ttabel (H0 diterima, Ha ditolak) Abstrak (Imajiner) 72,38 145,52 43

(10)

Hatta Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 diterima dan menolak hipotesis

alternatif yang berbunyi terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual di SD Gugus 6 Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.

Berdasakan hasil uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians, diketahui bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis data dengan menggunakan uji-t. pada Tabel 4.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual di SD Gugus 6 Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.

Hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yaitu

tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual di SD Gugus 6 Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.

Berdasarkan uji hipotesis diperoleh

thitung = 1,33 sedangkan pada taraf

signifikansi 5% dan dk = 84 diperoleh harga ttabel = 2,000. Dengan demikian, thitung = 1,33

< ttabel = 2,000 maka hipotesis nol (H0)

diterima dan hipotesis alternatif (Ha)

diterima. Ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan

IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual di SD Gugus 6 Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. Melalui hasil analisis data, diperoleh rata-rata kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual = 75,58 dan rata-rata kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner)l = 72,38. Sehingga A = 75,58 > B = 72,38, jadi dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelompok A lebih besar dari nilai rata-rata kelompok B.

Dari hasil perhitungan thitung = 1,33

maka dapat dilihat terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan IPS antara siswa kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner)l, namun setelah perbedaan tersebut dibandingkan dengan ttabel = 2,000

yang merupakan taraf signifikansi, diperoleh bahwa thitung < ttabel sehingga perbedaan hasil

belajar keterampilan IPS antara siswa kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual dan B tidak signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual dan B. Hal ini disebabkan karena pertanyaan memiliki peranan yang tidak begitu berpengaruh terhadap hasil belajar keterampilan IPS siswa. Secara teoritis hasil belajar ditentukan oleh desain pembelajaran guru, media dan keterampilan guru dalam mengajar. Pertanyaan guru merupakan bagian kecil dari desain pembelajaran dan keterampilan guru dalam mengajar, sehingga hanya berperanan kecil dalam hasil belajar keterampilan IPS.

(11)

Keterampilan dalam kurikulum 2013 meliputi proses mengamati, menanya,

menalar, mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan. Menurut

Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 lampiran IV Dalam pendekatan saintifik, kelima proses tersebut merupakan langkah-langkah dalam pendekatan saintifik. Maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan IPS yang dimaksud oleh kurikulum 2013 merupakan langkah-langkah pendekatan saintifik dalam muatan materi pelajaran IPS. Dalam proses pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar keterampilan IPS adalah pendekatan saintifik, yang mencangkup langkah-langkah dan desain pembelajaran. Namun, karena dalam kedua kelas yang dibandingkan sama-sama menggunakan pendekatan saintifik maka hal tersebut yang menyebabkan perbedaan yang terdapat pada hasil belajar keterampilan IPS tidak berarti (tidak signifikan).

Penggunaan pertanyaan yang berbeda pada proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual dan B, yaitu pertanyaan faktual dan abstrak. Dalam pembelajaran pertanyaan faktual merupakan pertanyaan yang muncul dari media yang diamati siswa. Sedangkan pertanyaan abstrak merupakan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir abstrak yaitu pertanyaan yang tidak muncul pada media yang diamati siswa, melainkan merupakan pertanyaan yang muncul diluar media yang diamati siswa namun bersangkutan dengan media tersebut. Dalam pembelajaran melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual sesuai dengan langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, maka siswa terlebih dahulu mengamati media pembelajaran, kemudian bertanya, menalar,

mengasosiasikan serta

mengkomunikasikan. Dalam proses ini diselingi dengan tanya jawab antara siswa dan guru menggunakan pertanyaan faktual. Contohnya “gambar apa yang kalian amati?,

Peralatan apa yang digunakan oleh subjek dalam gambar tersebut?. Pertanyaan berorientasi pada media yang diamati siswa. Selanjutnya dalam pembelajaran melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual sesuai dengan langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, maka siswa terlebih dahulu mengamati media pembelajaran, kemudian bertanya, menalar,mengasosiasikan serta mengkomunikasikan. Dalam proses pembelajaran tersebut diselingi dengan tanya jawab antara siswa dan guru, dengan menggunakan pertanyaan abstrak yang merupakan pertanyaan yang muncul diluar media yang diamati siswa namun berhubungan dengan media tersebut.

Contohnya “bagaimana keadaan

masyarakat bila pekerjaan subjek dalam gambar tersebut tidak ada?, bagaimana jasa subjek terhadap masyarakat?”. Masalah yang muncul dalam proses banya jawab menggunakan pertanyaan abstrak adalah kesalahan guru yang keluar dari batasan pertanyaan abstrak. Hal tersebut dikarenakan dalam bertanya guru pasti akan memulai dari ada yang diamati siswa (faktual) setelah itu barulah menuju ke arah yang lebih luas lagi (abstrak). Maka tidak dapat dipungkiri seringkali terjadi bias dalam kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner)l yang seharusnya menggunakan pertanyaan abstrak saja, namun secara tidak sengaja guru menggunakan pertanyaan faktual dalam memulai proses tanya jawab. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam memberi pertanyaan pada proses tanya jawab antara guru dan siswa sulit untuk menggunakan pertanyaan faktual saja atau menggunakan pertanyaan abstrak saja. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran sebaiknya digunakan pertanyaan yang simultan bukan pertanyaan yang dipisah-pisahkan.

Namun dalam penelitian yang telah peneliti lakukan hanya memberikan

treatment berupa perbedaan pertanyaan

terhadap dua kelas. Kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik

(12)

menggunakan pertanyaan faktual dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual sedangkan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner)l dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak, hal tersebut menyebabkan tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan, karena kedua

kelas sama-sama dibelajarkan

menggunakan pendekatan saintifik yang dalam penelitian relevan telah terbukti memberi kontribusi dalam hasil belajar. Sedangkan pertanyaan hanya memiliki sedikit kontribusi dalam menentukan hasil belajar siswa. Pertanyaan merupakan bagian dari langkah pembelajaran. Sehingga dari paparan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan maka diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan pada hasil belajar keterampilan antara kelas yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual dan abstrak.

Hal ini mendukung hipotesis nol (H0)

yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual di SD Gugus 6 Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis menggunakan uji t diperoleh thitung = 1,33 sedangkan pada taraf

signifikansi 5% dan dk = 84 diperoleh harga ttabel = 2,000. Dengan demikian, thitung = 1,33

< ttabel = 2,000 Ini berarti tidak terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar keterampilan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual di SD

Gugus 6 Moch Hatta Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil analisis data, diperoleh rata-rata kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual = 75,58 dan rata-rata kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan abstrak (imajiner)l = 72,38. Sehingga A = 75,58 > B = 72,38, jadi dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kelompok A lebih besar dari nilai rata-rata kelompok B. Berdasarkan perbedaan nilai rata-rata dan uji hipotesis kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik menggunakan pertanyaan faktual dan B maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan IPS antara kelompok A dan B, namun setelah hasil uji hipotesis dibandingkan dengan t tabel

ternyata perbedaan tersebut tidak signifikan.

Adapun saran yang dapat

disampaikan adalah sebagai berikut. Bagi guru dengan diadakan penelitian ini, guru dapat menambah wawasan atau pengetahuan tentang kurikulum 2013 serta pendekatan saintifik yang diterapkan di SD,

serta mengembangkan kemampuan

bertanya guru dalam pembelajaran. Sehingga memberi kontribusi yang baik terhadap hasil belajar keterampilan IPS siswa.

Bagi siswa dengan diterapkannya Pendekatan saintifik ditinjau dari pertanyaan abstrak dan faktual di dalam penelitian ini, diharapkan siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran serta mampu membangun pengetahuannya sendiri agar hasil belajar siswa lebih optimal.

Bagi sekolah diharapkan dengan hasil penelitian ini sekolah dapat menciptakan kondisi yang mampu mendorong para guru untuk mencoba menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran yang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Bagi peneliti semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bandingan dan rujukan dalam melaksanakan penelitian.

(13)

Daftar Pustaka

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan

Metode dan Paradigma Baru.

Cetakan ke-2. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan ke-14. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Asril, Zainal. 2011. Micro Teaching Disertai

dengan Pedoman Pengalaman

Lapangan. Cetakan ke-3. Jakarta: Rajawali Pers.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi.

Depdiknas, 2014. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah

Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah.

Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.

---. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta:

Kementerian Pendidikan Nasional. ---. 2013. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:

Kementerian Pendidikan Nasional. Djamarah, Syaiful Bahri. 2011.

Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hasibuan, JJ dan Moedjiono. 2010. Proses

Belajar Mengajar. Cetakan ke-14. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hermawati, Manik. 2012. Pengaruh Model

Pembelajaran Inkuiri Terhadap

Penguasaan Konsep Biologi dan Sikap Ilmiah Ditinjau Dari Minat Belajar Siswa. Bali: Undiksha

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan

Konstektual dalam Pembelajaran.

Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Irianto Agus, H. 2006. Statistik Konsep

Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan

Pembelajaran Implementasi

Kurikulum 2013. Bandung: Yrama

Widya.

Kunandar. 2013. PENILAIAN AUTENTIK (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh. Jakarta: Rajawali Pers.

Nursid, Sumaatmadja. 2008. Konsep Dasar

IPS. Cetakan ke-26. Jakarta:

Universitas Terbuka

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Cetakan ke-21. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto. 1995. Proses Belajar Mengajar dalam SKS. Jakarta:Bina Aksara Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil

Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode

Penelitian Pendidikan. Cetakan ke-8. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Winataputra, Udin. 2000. Strategi Belajar

Mengajar. Cetakan ke-3. Jakarta: Universitas Terbuka

Gambar

Tabel 1. Tabel Kategori Pertanyaan  Kategori

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghasilkan hasil cluster dengan tingkat similarity terbaik secara umum tahapan dan kerangka kerja penelitian yang digunakan adalah dengan

Perlu ditingkatkan dalam pengelolaan mengeluarkan jadwal mahasiswa ( akademik) Lebih meningkatkan dan lebih baik lagi dalam kemajuan universitas 'aisyiyah yogyakarta Bisa

Penambahan berbagai variasi minyak pelumas bekas dengan 0,03% styrofoam pada campuran beton aspal menyebabkan viscositas campuran jauh lebih rendah daripada beton

bekerja di sektor minyak dan gas bumi secara umum memiliki ketentuan yang dengan karyawan yang bekerja di sektor industri lain. Dengan dasar ini, terdapat kewajiban bagi

Kontribusi antar Indikator dalam IPG Indikator yang paling berpengaruh terhadap nilai IPG di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 1999, 2002, 2005 adalah indeks kesehatan

Pak Chenris : Pada laporan EITI tahun sebelumnya IA mendapatkan data pembayaran dari perusahaan selengkap-lengkapnya sampai dengan NTPN, karena untuk rekonsliasi

[r]

Apabila dalam buku APDN kategori Diwajibkan terdapat barang sesuai spesifikasi yang dibutuhkan KKKS maka KKKS mengikuti ketentuan tahapan Tender sesuai dengan Bab X angka 5.1.1