• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1536550776BAB III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategi Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kab Klungkung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1536550776BAB III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategi Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kab Klungkung"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGIS INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

3.1.

Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan melalui Peraturan

Presiden No. 2 Tahun 2015 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan

nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan visi pembangunan jangka panjang, periode 2015- 2019 menjadi sangat penting karena merupakan titik kritis untuk meletakkan landasan yang kokoh untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.

Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya

ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

(2)

kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;

2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia;

3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air

secara nasional;

5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;

6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan)

menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan.

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai, melalui:

1. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku dalam pemanfaatan

air minum dan pengelolaan sanitasi melalui strategi:

a. Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui (1) pengarusutamaan pembangunan air minum yang

memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan), (2) pengelolaan sanitasi melalui peningkatan pengelolaan air limbah di perdesaan dengan sistem on-site dan di perkotaan dengan sistem on-site melalui IPLT dan sistem off-site baik skala kawasan maupun skala kota, peningkatan kualitas TPA menjadi TPA sanitary landfill dengan prioritas skema TPA regional, pengelolaan sampah melalui penerapan prinsip 3R, serta (3) peningkatan kesadaran masyarakat akan hygiene, sanitasi dan nilai ekonomis air

b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya konservasi sumber

air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung air hujan) dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan

c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah ada

melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle capacity; dan pengelolaan

kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota

d. Bauran Air Domestik, yakni upaya untuk mengoptimalkan berbagai alternatif sumber air domestik yang

tersedia sesuai tujuan pemanfaatan air, termasuk di dalamnya pemakaiaan air tingkat kedua (secondary

(3)

2. Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun melalui strategi

a. Optimalisasi infrastruktur air minum dan sanitasi eksisting melalui penurunan Non-Revenue Water (NRW)

dan pemanfaatan idle capacity

b. Pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi untuk memperluas cakupan layanan

c. Rehabilitasi infrastruktur air minum dan sanitasi untuk infrastruktur dengan pemanfaatan yang sub-optimal,

infrastruktur yang menua, dan infrastruktur yang terkena dampak bencana

d. Pengembangan inovasi teknologi air minum, air limbah, persampahan dan drainase untuk memaksimalkan

potensi yang ada

e. Pembentukan dan penyehatan pengelola infrastruktur air minum, air limbah dan persampahan, baik

berbasis institusi maupun berbasis masyarakat

f. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi terbangun yang

menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost recovery

g. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan

aset infrastruktur

3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota,

dan masyarakat melalui strategi:

a. Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

dan 6-102 Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) melalui pengarusutamaan dalam proses perencanaan dan penganggaran formal. Penyusunan RI-SPAM didasari optimalisasi bauran sumber daya air domestik kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum. Peningkatan kualitas SSK dilakukan dengan memutakhirkan SSK untuk mengakomodasi perubahan lingkungan dan mengadopsi target universal access di wilayah kabupaten/kota;

b. Integrasi peningkatan promosi higiene dan sanitasi dalam rangka demand generation sebagai prasyarat

penyediaan infrastruktur air minum dan sanitasi;

c. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di sektor air minum dan sanitas

d. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan sanitasi, baik eksekutif maupun

legislatif serta media untuk menjamin keselarasan serta konsistensi perencanaan dan implementasinya di tingkat pusat dan daerah

(4)

a. Sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap perencanaan sampai implementasi baik secara vertikal maupun horizontal, termasuk sinergi dengan pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, kegiatankegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, penanganan dan pencegahan kawasan kumuh, serta pembangunan kawasan tertinggal, perbatasan dan kawasan khusus

b. Pelaksanaan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis regional dalam rangka mengatasi kendala

ketersediaan air baku dan lahan serta dalam rangka mendukung konektivitas antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi

c. Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi yang dilaksanakan melalui (i) peningkatan alokasi Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan Kab/Kota, (ii) pemanfaatan alokasi dana terkait pendidikan untuk penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (iii) pemanfaatan alokasi dana terkait kesehatan baik untuk upaya preventif penyakit dan 6-103 promosi higiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan kesehatan masyarakat; serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP), dana hibah berbasis kinerja/hasil, masyarakat, dan sumber dana lain terkait lingkungan hidup, pembangunan desa, serta kelautan dan perikanan

d. Penguatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) termasuk pengelolaan data dan informasi

melalui sistem terintegrasi (National Water and Sanitation Information Services/NAWASIS) yang memanfaatkan teknologi serta melibatkan partisipasi aktif seluruh stakeholder terkait.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-2019 merupakan turunan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 13/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019. Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman ditetapkan dengan mempertimbangkan kebutuhan pencapaian target berdasarkan prinsip pembangunan permukiman serta peran pemerintah dalam pembangunan permukiman. Kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan permukiman meliputi kebijakan umum terkait pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Tur-BinWas) yang berlaku untuk semua tipologi permukiman serta kebijakan khusus meliputi pelaksanaan pembanguanan pada tipologi permukiman perkotaan, perdesaan dan kawasan permukiman khusus. Kebijakan dan strategi tersebut dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:

Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan Pemukiman

(5)

serta kebijakan khusus meliputi pelaksanaan pembanguanan pada tipologi permukiman perkotaan, perdesaan dan kawasan permukiman khusus. Kebijakan dan strategi tersebut dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu:

• Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan Permukiman;

• Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perkotaan; • Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perdesaan; dan • Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Khusus.

1. Kebijakan dan Strategi Umum Pembangunan dan Pengembangan Permukiman

Kebijakan 1: Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaraan kawasan permukiman. Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Menyiapkan peraturan perundang-undangan (PP, Peraturan Menteri, dan lain sebagainya) dan Pedoman Pembangunan dan Pengembangan Permukiman (NSPK) sebagai landasan penyelenggaraan kawasan permukiman

Kebijakan 2: Peningkatan kapasitas kelembagaan untuk penanganan permukiman. Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Melakukan peningkatan dan penguatan kelembagaan dan SDM penyelenggara dan pengelola permukiman (pemerintah, lembaga masyarakat, dan masyarakat/individu) melalui pelatihan, pendampingan, bimbingan/bantuan teknis.

Kebijakan 3: Pengelolaan sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah. Strategi pelaksanaan kebijakan ini adalah: Membangun dan mengelola sistem informasi nasional yang terintegrasi dengan sistem informasi daerah dan dimutakhirkan secara berkala.

Kebijakan 4: Pengawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan permukiman di pusat dan daerah. Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut: Melakukan pengendalian perencanaan melalui monitoring perencanaan dan pemrograman;Melakukan pengawasan (pemantauan, evaluasi, pelaporan) pembangunan untuk menjamin tercapainya target RPJMN;Memfasilitasi daerah dalam melaksanakan pengendalian pemanfaatan hasil pembangunan

2. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perkotaan

Kebijakan 1: Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan upaya penurunan kumuh perkotaan menjadi 0% melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan dan pelayanan prasarana dan sarana dasar permukiman dengan pendekatan kegiatan fisik maupun non-fisik.Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:

a. Penanganan komprehensif terhadap 30 kabupaten/kota prioritas kementerian sebagai best practice penanganan

permukiman kumuh yang diharapkan menjadi model penanganan komprehensif yang dapat direplikasi dan diterapkan di kotakota lainnya.

b. Penanganan permukiman kumuh terhadap kabupaten/kota lainnya dengan tujuan pemenuhan standar pelayanan

(6)

Kebijakan 2: Pengembangan permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan upaya pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) dan Inkubasi Kota Baru. Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah:

a. Pemenuhan SPP bagi kawasan permukiman perkotaan yang mengacu pada rencana kawasan permukiman;

b. Perintisan/inkubasi Kota Baru sebagai best practice kota publik berkelanjutan, meliputi kegiatan pemenuhan SPP,

penerapan pendekatan Kota Hijau, dan penerapan Kota Cerdas Berdaya Saing

3. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Perdesaan

Kebijakan 1: Percepatan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar permukiman perdesaan. Adapun strategi dalam mengimplementasikan kebijakan ini adalah: Menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM Perdesaan. Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengeolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat di kawasan perdesaan. Penyediaan ini dilakukan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan dilakukan berdasarkan rencana aksi yang telah disusun sebelumnya.

Kebijakan 2: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan.Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas umum permukiman yang memenuhi SPM, baik melalui pengembangan

dan pembangunan kawasan transmigrasi maupun kawasan non-transmigrasi.

b. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi di kawasan perdesaan sesuai dengan komoditas

unggulannya. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan produksi ini antara lain berupa terminal agro, pasar agro untuk kawasan agropolitan, atau dermaga, tambatan perahu dan tempat pelelangan ikan (TPI) pada kawasan permukiman pesisir/minapolitan.

c. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung peningkatan konektivitas kegiatan antar desa maupun antar

desa-kota. Sarana dan prasarana ini antara lain berupa jalan usaha tani dan jalan poros desa.

4. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman Khusus

Kebijakan 1: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di kawasan perbatasan.Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

a Menyediakan sarana dan prasarana pendukung meningkatnya produktivitas kawasan perbatasan berbasis komoditi

(7)

b Menyediakan sarana prasarana pendukung kegiatan perbatasan seperti pos perbatasan negara yang memenuhi standar internasional di PKSN.

Kebijakan 2: Percepatan penyediaan sarana dan prasarana permukiman perbatasan memenuhi SPM.

Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah menyediakan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan SPM dan karakteristik permukiman (daratan dan pesisir). Sarana dan prasarana dasar permukiman ini meliputi penyediaan air minum, pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, penyediaan pelayanan pengelolaan persampahan serta peningkatan akses sanitasi yang layak bagi masyarakat.

Kebijakan 3: Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang memiliki ketahanan terhadap bencana. Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut:

a Mengurangi ancaman bencana melalui pembangunan dan pengembangan permukiman pada lokasi yang aman

sesuai RTRW dan mitigasi. Dalam hal ini pembangunan dan pengembangan permukiman dilakukan dengan didasarkan pada analisis risiko bencana dan melakukan mitigasi yang diperlukan.

b Mengurangi kerentanan fisik (bangunan dan PSU). Langkah yang dilakukan adalah dengan menerapkan standar

bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan tipe bahaya; melakukan penataan bangunan dan lingkungan untuk memperkecil ancaman dan meningkatkan ketahanan; atau melakukan pemindahan lokasi permukiman yang berisiko tinggi ke kawasan yang aman dari bencana.

c Meningkatkan kapasitas (peraturan, masyarakat, lembaga). Langkah yang dilakukan adalah menyediakan NSPK

untuk berbagai tipe bencana sesuai karakteristik ancaman bencana; meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pemerintah daerah mengenai pembangunan tanggap bencana serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar menjadi masyarakat tangguh bencana.

d Meningkatkan kualitas/rehabilitasi permukiman di kawasan pasca bencana. Pelaksanaan penanganan pasca bencana

dimulai dari masa tanggap darurat melalui pemulihan kondisi serta rehabilitasi dan rekonstruksi.

Kebijakan dan Strategi Pembinaan Penataan Bangunan

Dalam mendukung Gerakan 100-0-100 yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, maka bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan memfokuskan kegiatan pada upaya revitalisasi kawasan tematik perkotaan. Dalam mewujudkan kegiatan revitalitasi kawasan tematik perkotaan, didukung oleh tiga komponen utama, yaitu: penyusunan dan impelementasi NSPK, fasilitasi pemerintah daerah, dan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan revitalisasi kawasan tematik perkotaan sebagai agenda utama bidang penataan bangnan dan lingkungan memiliki

tujuan untuk mencapai perwujudan sustainable city dan juga menggiatkan urban economic development.

Kebijakan utama dalam bidang penataan bangunan dan lingkungan ialah “Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang Andal dan Berkelanjutan”. Kebijakan utama tersebut dapat ditempuh melalui beberapa strategi dan strategi operasional sebagai berikut:

(8)

a Mendorong penyusunan Rencana Tata Bangunan dam Lingkungan (RTBL) untuk mensinergiskan kepentingan berbagai sektor dalam penataan kawasan;

b Mendukung kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui revitalisasi kawasan tematik perkotaan;

c Meningkatkan aspek kualitas perencanaan terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan;

d Mendukung penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan yang tertib, andal serta ramah lingkungan.

Kebijakan 2: Melakukan fasilitasi kepada daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, dan kemitraan termasuk pembinaan teknis

a Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung oleh Pemerintah kepada

Pemerintah Daerah;

b Meningkatkan pendampingan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) oleh Pemerintah kepada

Penyelenggara (Pemerintah Daerah, Swasta, atau Masyarakat);

c Meningkatkan pendampingan penyusunan Peraturan Walikota/Bupati tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan

Sertifikat Laik Fungsi (SLF) oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah;

d Memberikan pendampingan untuk implementasi peraturan Daerah Bangunan Gedung terutama untuk pendataan

bangunan gedung, penyusunan Harga Satuan Bangunan Gedung;

e Mendorong kapasitas dan kompetensi aparatur Pemerintah, Pemerintah Daerah;

f Memperkuat peran dan fungsi Dinas/Instansi Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kota di bidang Penataan

Bangunan dan Lingkungan;

g Mendorong pembentukan dan peningkatan kelembagaan bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;

h Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan

Bangunan dan Lingkungan;

i Memberdayakan aparatur Pemerintah dan Pemerintah Daerah terkait hak, kewajiban, dan peran dalam Penataan

Bangunan dan Lingkungan;

j Meningkatkan pemberdayaan dalam pengelolaan Rumah Negara

Kebijakan 3: Memberikan dukungan penataan bangunan dan lingkungan melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat

a Mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan;

b Mendorong kerjasama bidang Penataan Bangunan dengan masyarakat dan pelaku peduli lingkungan;

c Membentuk jejaring dan wadah komunikasi antara pemerintah, masyarakat, swasta, dan ahli profesi secara nasional

dan profesional;

d Membentuk kontribusi signifikan dalam kegiatan penyebarluasan informasi dan sosialisasi program Penataan

Bangunan dan Lingkungan serta revitalisasi;

e Membangun jaringan informasi yang mandiri dalam mendukung pembangunan bidang Keciptakaryaan;

f Memberikan layanan atas informasi/produk lainnya yang diperlukan perencana, pelaksana, pengusaha, asosiasi

(9)

g Membuat contoh Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam rangka menonton film revolusi mental sesuai arahan Nawa Cita Presiden Republik Indonesia

Kebijakan dan Strategi Sistem Penyediaan Air Minum

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM), maka kebijakan dan strategi pengembangan air minum adalah:

Kebijakan 1 : Peningkatan akses aman air minum bagi seluruh masyarakat di perkotaan dan perdesaan melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi. Strategi untuk melaksanakan kebijakan ini adalah :

1. Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal untuk memperluas jangkauan

pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

2. Mengembangkan SPAM dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi.

3. Meningkatkan dan memperluas akses air minum yang aman melalui SPAM bukan jaringan perpipaan terlindungi dan

berkelanjutan.

4. Meningkatkan kualitas air minum yang memenuhi persyaratan baku mutu yang berlaku.

5. Menurunkan tingkat kehilangan air.

6. Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka pemantauan dan evaluasi kinerja pelayanan air

minum.

Kebijakan 2. Peningkatan kemampuan pendanaan operator dan pengembangan alternatif sumber pembiayaan.

1. Meningkatkan kemampuan finansial internal Penyelenggara SPAM.

2. Meningkatkan komitmen Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pendanaan pengembangan SPAM.

3. Mengembangkan pola pembiayaan melalui Corporate Social Responsibility (CSR).

4. Meningkatkan pendanaan melalui perolehan dana non-pemerintah, seperti pinjaman dan hibah dalam dan luar

negeri, pinjaman perbankan, pinjaman non-perbankan, dan obligasi perusahaan.

5. Meningkatkan sinergitas antara BUMN-BUMD dalam percepatan pengembangan SPAM.

Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan penyelenggaraan pengembangan SPAM.

1. Memperkuat kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat pusat dan daerah dalam pengembangan SPAM.

2. Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengembangan SPAM.

3. Mendorong komitmen Pemda untuk lebih memprioritaskan Pengembangan SPAM.

4. Menerapkan prinsip Good Corporate Governance untuk Penyelenggara/operator SPAM.

5. Mengembangkan kapasitas SDM dengan pola Center of Excellent.

6. Mengembangkan manajemen aset SPAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan.

7. Mengembangkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan SPAM Regional.

(10)

1. Melengkapi produk peraturan perundangan dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM.

2. Menerapkan NSPK yang telah tersedia.

3. Menyelenggarakan pengembangan SPAM sesuai dengan kaidah teknis.

Kebijakan 5. Peningkatan penyediaan air baku untuk air minum secara berkelanjutan.

1. Meningkatkan konservasi wilayah sungai dan perlindungan sumber air baku.

2. Meningkatkan upaya penyediaan air baku untuk air minum.

3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya air melalui pendekatan berbasis wilayah sungai.

4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air baku melalui sistem regional.

Kebijakan 6. Peningkatan peran dan kemitraan badan usaha dan masyarakat.

1. Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM.

2. Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi badan usaha dan koperasi.

Kebijakan 7. Pengembangan inovasi teknologi SPAM

1. Mendorong penelitian untuk menciptakan teknologi bidang air minum.

2. Memasarkan hasil inovasi teknologi.

3. Menerapkan teknologi tepat guna dalam pengembangan SPAM pada daerah dengan keterbatasan kualitas air baku.

4. Menyusun rencana implementasi prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan SPAM.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Kebijakan dan strategi pengembangan penyehatan lingkugan permukiman, sesuai dengan tugas dan fungsinya dibagi menjadi sebagai berikut:

• Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah; • Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan; dan • Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan.

a. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah

Kebijakan 1. Pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat

Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan akses prasarana dan sarana air limbah melalui sistem setempat dan terpusat. Strategi dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah sistem setempat dan terpusat adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem setempat melalui hibah dan DAK sanitasi;

2. Penerapan kriteria infrastruktur air limbah layak dalam pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

3. Pembangunan dan rehabilitasi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) terintegrasi dengan program Layanan

Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT);

4. Pembangunan infrastruktur air limbah sistem terpusat skala komunal, kawasan dan kota melalui dana APBN.

5. Peningkatan kapasitas dan skala penanganan sistem pengelolaan air limbah skala komunal dan kawasan;

(11)

Kebijakan 2. Peningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam pembangunan air limbah permukiman.

Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha/ swasta dalam pembangunan air limbah permukiman yang diterapkan melalui strategi sebagai berikut:

1. Peningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan air limbah permukiman melalui pemicuan;

2. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur air limbah berbasis masyarakat;

3. Peningkatan kerjasama dengan dunia usaha/swasta dalam pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan 3. Pengembangan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman.

Arah kebijakan ini adalah untuk melengkapi perangkat peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam pengembangan perangkat peraturan perundangan, antara lain:

1. Penyusunan peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman;

2. Penyebarluasan informasi peraturan perundangan terkait penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman;

3. Penerapan peraturan perundangan.

Kebijakan 4. Penguatan kelembagaan pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan operator dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah permukiman. Strategi dalam penguatan kelembagaan adalah sebagai berikut:

1. Fasilitasi pembentukan dan perkuatan kelembagaan pengelola air limbah permukiman ditingkat masyarakat;

2. Mendorong pembentukan dan perkuatan institusi pengelola air limbah permukiman di daerah;

3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pengelola air limbah permukiman;

4. Peningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga;

5. Peningkatan kesadaran pemangku kepentingan terhadap pengelolaan air limbah permukiman.

Kebijakan 5. Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman.

Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman dalam rangka mempercepat pencapaian akses universal air limbah. Strategi dalam peningkatan kapasitas pembiayaan, antara lain:

1. Mendorong berbagai alternatif sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan air limbah permukiman;

2. Pembiayaan bersama pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan sistem air limbah perkotaan dengan

proporsi pembagian yang disepakati bersama.

(12)

b. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Persampahan

Kebijakan 1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.

Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang. Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka pengurangan sampah dari sumber adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan 3R (Reduce-ReuseRecycle);

2. Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R;

3. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan.

Kebijakan 2. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan.

Arah kebijakan ini dimaksudkan untuk meningkatkan cakupan pelayanan air limbah dan kualitas pengelolaan sehingga dapat mecapai target akses universal bidang persampahan. Adapun strategi yang diterapkan untuk meningkatkan cakupan pelayan serta kualitas pengelolaan persampahan yaitu:

1. Meningkatkan pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan;

2. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan;

3. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran pelayanan;

4. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill;

5. Mengembangkan Pengelolaan TPA Regional;

6. Menerapkan teknologi penanganan persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan.

Kebijakan 3. Peningkatan peran aktif masyarakat sebagai mitra pengelolaan.

Arah kebijakan peningkatan peran aktif masyarakat dimaksudkan untuk menggalang potensi dari masyarakat agar dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan sektor persampahan.

Adapun strategi yang diterapkan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat yaitu :

1. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah;

2. Menyebarluaskan pemahaman tentang pengelolaan persampahan kepada masyarakat umum;

3. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah;

4. Mendorong pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Kebijakan 4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka strategi yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola;

2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan;

3. Memisahkan fungsi / unit regulator dan operator;

4. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lain;

5. Meningkatkan kualitas SDM;

6. Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan kala regional.

(13)

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

1. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta

2. Mendorong peningkatan pemulihan biaya persampahan.

c. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Lingkungan

Kebijakan 1. Peningkatan keterpaduan penanganan pengendalian genangan berdasarkan keseimbangan tata air

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

1. Mendorong rencana induk sistem drainase yang terpadu antara sistem drainase lingkungan dengan sistem drainase

utama serta pengaturan dan pengelolaan sungai;

2. Mengembangkan sistem drainase yang berwawasan lingkungan yang mendukung upaya konservasi air;

3. Meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam pengelolaan drainase

Kebijakan 2. Pemanfaatan sistem yang ada, peningkatan/pemeliharaan, pengembangan dan pembangunan baru.

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

1. Pengembangan kapasitas operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sistem drainase yang terbangun;

2. Penyiapan prioritas optimalisasi drainase lingkungan;

3. Pembangunan baru terutama di kawasan strategis perkotaan di kota metropolitan dan besar.

Kebijakan 3. Peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola prasarana dan sarana drainase dan peran serta masyarakat

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkan yaitu:

1. Mendorong pembentukan institusi pengelola drainase;

2. Meningkatkan kinerja institusi pengelola;

3. Melakukan perkuatan kapasitas institusi pengelola;

4. Peningkatan kapasitas SDM Pemda.

Kebijakan 4. Penguatan peraturan dan perundangan pengelolaan drainase lingkungan

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi yang ditetapkanyaitu:

1. Menyiapkan peraturan dan produk hukum (NSPK) untuk penanganan drainase;

2. Menyebarluaskan informasi terkait produk hokum (NSPK) pengelolaaan drainase lingkungan;

3. Mendorong penerapan sanksi hokum untuk pengelolaan drainase lingkungan.

Kebijakan 5. Pengembangan alternatif sumber pembiayaan

Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu:

1. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadappentingnya pengelolaan drainase lingkungan;

2. Mendorong pengelolaan drainase lingkungan berbasis masyarakat.

(14)

A. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,

b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian

antarsektor,

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,

f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan

g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan kriteria sebagai berikut:

i.kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu

gerbang menuju kawasan internasional,

ii.Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau

yang melayani beberapa provinsi, dan

iii.Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau

melayani beberapa provinsi.

Berdasarkan kriteria tersebut, Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita) ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN).

b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan kriteria sebagai berikut:

i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang

mendukung PKN,

ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala

provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi

atau beberapa kabupaten.

Berdasarkan kriteria tersebut, Kawasan Perkotaan Singaraja, Perkotaan Semarapura, dan Perkotaan Negara ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

(15)

i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara

tetangga,

iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan

di sekitarnya.

Berdasarkan kriteria tersebut, di Provinsi Bali tidak ada yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

i. Pertahanan dan keamanan,

a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan

geostrategi nasional,

b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan

c. peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau

d. kawasan industri sistem pertahanan, atau

e. merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung

dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

ii. Pertumbuhan ekonomi,

a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

c. memiliki potensi ekspor,

d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,

e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan

pangan nasional,

g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan petahanan

energi nasional, atau

h. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

iii. Sosial dan budaya

a. aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,

b. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

c. merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa,

(16)

e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau

f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

b. pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan

antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

c. memiliki sumber daya alam strategis nasional

d. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa

e. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau

f. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

c. ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan

punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

d. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan

kerugian negara,

e. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro

f. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup

g. rawan bencana alam nasional

h. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap

i. kelangsungan kehidupan.

Berdasarkan kriteria tersebut, Kawasan Perkotaan Sarbagita ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) berdasarkan kepentingan pertumbuhan ekonomi.

B. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali

Tujuan umum penataan ruang provinsi Bali adalah mewujudkan struktur dan pola ruang wilayah yang berkualitas, sesuai dengan daya dukung ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, berjatidiri budaya Bali, dan berkelanjutan, sejalan dengan rencana pembangunan jangka panjang daerah dan nasional.

Kebijakan penataan ruang mencakup kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang.

a. Kebijakan struktur Ruang adalah :

1) pengembangan sistem pelayanan pusat-pusat perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang

proporsional, merata dan hierarkhis;

(17)

3) peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan prasarana wilayah meliputi sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama, energi, telekomunikasi, prasarana lingkungan serta sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah provinsi.

b. Strategi untuk mewujudkan kebijakan pertama adalah :

1) menterpadukan sistem wilayah pelayanan perkotaan di wilayah provinsi yang terintegrasi dengan sistem

perkotaan nasional berdasarkan fungsi dan besaran jumlah penduduk;

2) mengembangkan 4 (empat) sistem perkotaan yang mendukung pengembangan wilayah, yang merata dan

berhierarki, mencakup:

a) sistem perkotaan Bali Utara dengan pusat pelayanan kawasan perkotaan Singaraja yang berfungsi

sebagai PKW;

b) sistem perkotaan Bali Timur dengan pusat pelayanan Kawasan Perkotaan Semarapura yang

berfungsi sebagai PKW;

c) sistem perkotaan Bali Selatan dengan pusat pelayanan Kawasan Perkotaan

Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan (Sarbagita) yang berfungsi sebagai PKN; dan

d) sistem perkotaan Bali Barat dengan pusat pelayanan kawasan perkotaan Negara yang berfungsi

sebagai PKW.

3) mengendalikan perkembangan Kawasan Metropolitan Sarbagita yang telah ditetapkan sebagai (KSN) sekaligus

PKN, kawasan-kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai PKW dan kawasan perkotaan lainnya;

4) menetapkan kawasan-kawasan perkotaan yang berfungsi PKL dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah;

5) meningkatkan akses antar pusat-pusat perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah;

6) mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam

pengembangan wilayah di sekitarnya; dan

7) mengembangkan dan memelihara keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan

kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya.

c. Strategi untuk mewujudkan kebijakan kedua adalah :

1) meningkatkan keterkaitan sistem perkotaan dengan kawasan perdesaan (urban-rural linkage); dan

2) mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan terpadu antar desa dan kawasan agropolitan yang terintegrasi

dengan sistem perkotaan.

d. Strategi untuk mewujudkan kebijakan ketiga adalah :

1) meningkatkan kualitas sistem jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat,

laut dan udara;

2) meningkatkan kualitas dan keterpaduan sistem jaringan jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten/kota dan

penyeberangan;

(18)

4) membangun jaringan jalan baru untuk memperlancar arus lalu lintas dan membuka daerah-daerah terisolir dan terpencil;

5) memantapkan tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran;

6) memantapkan tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan;

7) meningkatkan keterpaduan perlindungan, pemeliharaan, penyediaan sumber daya air dan distribusi

pemanfaatannya secara merata sesuai kebutuhan melalui koordinasi antar sektor maupun antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota;

8) meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta

mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan

9) memantapkan pemerataan sistem jaringan telekomunikasi ke seluruh wilayah kabupaten/kota.

Kawasan strategis Provinsi yang ada di Kabuapten Klungkung, meliputi : Kawasan Pelabuhan Gunaksa, Kawasan Pariwisata Nusa Penida, dan Kawasan sepanjang Jalan Arteri Primer (Tohpati – Kusamba)

C

.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2),mengamanatkan bahwa pemerintah kabupaten/kota berwenang dalam melaksanakanpenataan ruang wilayah kabupaten/kota yang meliputi perencanaan tata ruang wilayahkabupaten/kota, pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, dan pengendalianpemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota. Sebagai acuan dalam penataan ruang,pemerintah kabupaten/kota menyusun RTRW Kabupaten/Kota untuk mewujudkanketerpaduan pembangunan dalam wilayah kabupaten/kota maupun dengan wilayahsekitarnya.

RTRW Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai:

a. acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah(RPJPD) dan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

b. acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kabupaten/kota;

c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayahkabupaten/kota;

d. acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten/kota yang dilakukan pemerintah,masyarakat, dan swasta

e. pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang;

f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayahkota yang meliputi penetapan

peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dandisinsentif, serta pengenaan sanksi; dan

g. acuan dalam administrasi pertanahan

Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah yang termuat dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Klungung Tahun 2013-2033 meliputi :

(19)

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang di wilayah Kabupaten Klungkung sehingga ditetapkan beberapa Kebijakan tata ruang wilayah Kabupaten Klungkung secara makro adalah sebagai berikut:

a. pemerataan dan integrasi pengembangan wilayah daratan dan kepulauan sesuai karakter dan potensi wilayah;

b. pemantapan Kawasan Perkotaan Semarapura sebagai pusat pelayanan wilayah Bali Bagian Timur;

c. peningkatan peran potensi komoditas unggulan pertanian, industri kecil, potensi pesisir dan kelautan yang produktif

dan berdaya saing;

d. pengembangan kepariwisataan berbasis keunikan alam daratan dan perairan laut, sosial budaya masyarakat dan

pusat-pusat spiritual; dan

e. pengembangan Klungkung yang lestari, aman, nyaman, produktif, berjatidiri budaya Bali dan berkelanjutan.

f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Guna mewujudkan kebijakan tata ruang wilayah Kabupaten Klungkung ditetapkan beberapa Strategi Penataan Ruang Wilayah meliputi :

a. Strategi pemerataan dan integrasi pengembangan wilayah daratan dan kepulauan sesuai karakter dan potensi

wilayah, meliputi:

i.

mengembangkan fungsi wilayah Klungkung Daratan sebagai pengembangan pertanian dalam arti luas,

perdagangan dan jasa wilayah, pariwisata, dan pelestarian sejarah dan budaya meliputi wilayah Kecamatan Banjarangkan, Kecamatan Klungkung dan Kecamatan Dawan;

ii.

mengembangkan fungsi wilayah Klungkung sebagai pengembangan pertanian, kawasan pariwisata, kawasan

agropolitan, kawasan minapolitan, serta konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi wilayah Kecamatan Nusa Penida.

iii.

meningkatkan aksesibilitas transportasi laut melalui pemantapan pelayanan Pelabuhan Penyeberangan Nusa

Penida yang telah ada dan percepatan pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Klungkung, yang didukung sebaran pelabuhan rakyat lainnya.

iv.

mengintegrasikan rencana pengembangan jalan bebas hambatan, jalan nasional, jalan provinsi, jalan

kabupaten dan penyeberangan di wilayah Klungkung Daratan dalam pengembangan sistem transportasi wilayah kabupaten;

v.

mengembangkan dan meningkatkan kualitas jalan lingkar Nusa Penida dan jembatan penghubung Nusa

Lembongan dengan Nusa Ceningan untuk mendorong percepatan pengembangan wilayah Klungkung Kepulauan;

vi.

meningkatkan keterkaitan sistem perkotaan dengan kawasan perdesaan (urban-rural linkage); dan

vii.

meningkatkan jangkauan pelayanan sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan

(20)

b. Strategi pemantapan Kawasan Perkotaan Semarapura sebagai pusat pelayanan wilayah Bali Bagian Timur, meliputi:

i. meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan sosial ekonomi Kawasan Perkotaan Semarapura sebagai

PKW Bali Timur;

ii. meningkatkan aksesibilitas dan keterkaitan antara Kawasan Perkotaan Semarapura sebagai PKW dengan

Kawasan Perkotaan Sarbagita sebagai PKN maupun Pusat Kegiatan Lokal dan PPK di Wilayah Bali Bagian Timur;

iii. memperluas deliniasi Kawasan Perkotaan Semarapura dengan pusat-pusat kegiatan skala wilayah di

sekitarnya sebagai satu kesatuan kawasan perkotaan;

iv. meningkatkan kualitas dan jatidiri Kawasan Perkotaan Semarapura sebagai kota pusaka yang memiliki jatidiri

budaya Bali; dan

v. meningkatkan kualitas pelayanan infrastruktur perkotaan.

c. Strategi peningkatan peran potensi komoditas unggulan pertanian, industri kecil, potensi pesisir dan kelautan yang

produktif dan berdaya saing, meliputi:

i. mengembangkan sistem pertanian terintegrasi dengan kegiatan lainnya, untuk meningkatkan pendapatan,

pemeliharaan lingkungan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya;

ii. mengembangkan kawasan peruntukan kegiatan industri diarahkan pada sentra-sentra industri kreatif dengan

tetap menjaga kelestarian lingkungan;

iii. memantapkan dan meningkatkan kegiatan perekonomian perdesaan berbasis pertanian, industri kecil, pesisir

dan kelautan yang dilengkapi sarana dan prasarana penunjang;

iv. memantapkan potensi pertanian lahan kering, perkebunan dan peternakan melalui pengembangan Kawasan

Agropolitan Nusa Penida

v. memantapkan integrasi pertanian dengan pariwisata melalui pengembangan agrowisata dan hasil pertanian

sebagai pemasok industri pariwisata;

vi. meningkatkan peran dan potensi Kawasan Minapolitan Nusa Penida yang saling mendukung dengan

Kawasan Konservasi Perairan;

vii. mengembangkan kawasan Nusa Penida sebagai pusat pembibitan sapi Bali; dan

viii. mengembangkan pertanian organik secara bertahap untuk mendukung Bali sebagai pulau organik dan

provinsi hijau.

d. Strategi pengembangan kepariwisataan berbasis keunikan alam daratan dan perairan laut, sosial budaya

masyarakat dan pusat-pusat spiritual, meliputi:

i. mengembangkan kawasan pariwisata Nusa Penida melalui pengembangan blok-blok kawasan efektif

pariwisata untuk mendorong percepatan fungsi kawasan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata;

ii. pemantapan dan pengembangan sebaran kawasan DTW baik di daratan, kepulauan maupun potensi

(21)

iii. mengembangkan secara terpadu Kawasan Eks Pertambangan Bahan Galian Golongan C dan sekitarnya sebagai pusat pembangkit perekonomian daerah yang terintegrasi dengan fungsi DTW terpadu;

iv. melestarikan ekosistem perairan sebagai aset pariwisata bahari dan terintegrasi dengan Kawasan

Konservasi Perairan;

v. menguatkan eksistensi desa pakraman, subak dan organisasi kemasyarakatan lainnya dalam memantapkan

kearifan lokal sebagai pondasi pengembangan pariwisata berbasis ekowisata;

vi. mengembangkan pola kerjasama yang memberikan perlindungan kepada hak-hak kepemilikan lahan

masyarakat lokal; dan

vii. meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan.

e. Strategi pengembangan Klungkung yang lestari, aman, nyaman, produktif, berjatidiri budaya Bali dan

berkelanjutan, meliputi:

i. mewujudkan kawasan yang berfungsi lindung di daratan dengan luas paling sedikit 30 (tiga puluh) persen

dari luas wilayah;

ii. memantapkan Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida dalam rangka pelestarian ekosistem hutan

mangrove, padang lamun, terumbu karang, perikanan lestari serta potensi DTW bahari;

iii. melestarikan dan melindungi kawasan cagar budaya, bangunan bersejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi,

serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki keunikan dan nilai sejarah;

iv. melindungi kelestarian kawasan suci dan kawasan tempat suci, dan penyediaan sarana dan prasarana

penunjang aktivitas spiritual;

v. mengembangkan partispasi masyarakat dalam pelestarian lingkungan;

vi. menurunkan luasan lahan kritis di kawasan lindung maupun kawasan budidaya melalui rehabilitasi tanaman

yang memiliki fungsi pelestarian dan nilai ekonomi;

vii. mengembangkan sistem mitigasi bencana wilayah secara terpadu;

viii. mengembangkan jalur-jalur dan tempat-tempat evakuasi bencana; dan

ix. mengembangkan sistem pertanian terintegrasi dan sistem organik secara bertahap dan yang adaptif terhadap

perubahan iklim.

f. Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara, meliputi:

i. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;

ii. mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan

untuk menjaga fungsi dan peruntukannya;

iii. mengembangkan kawasanlindungdan/atau kawasan budidaya tidak terbangun disekitar kawasan

pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga; dan

(22)

D. Rencana Struktur Ruang (Sistem Jaringan Prasarana Bidang Cipta Karya)

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Klungkung memuat rencana pusat-pusat kegiatan, rencana system jaringan prasarana utama dan prasarana lainnya.

Pusat-pusat kegiatan yang ditetapkan dalam RTRW berdasarkan administrasi di Kabupaten Klungkung yaitu :

(1)

Pusat-pusat kegiatan yang ada di wilayah Kabupaten Klungkung, terdiri atas :

a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);

b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLP);

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan

d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

(2)

PKW yaitu Kawasan Perkotaan Semarapura, meliputi kawasan perkotaan pada wilayah Kelurahan Semarapura

Kaja, Kelurahan Semarapura Tengah, Kelurahan Semarapura Kangin, Kelurahan Semarapura Kelod, Kelurahan Semarapura Kelod Kangin, dan Kelurahan Semarapura Kauh.

(3)

PKLP yaitu Kawasan Perkotaan Sampalan meliputi kawasan perkotaan Desa Batununggul dan Desa Kutampi

Kaler.

(4)

PPK, meliputi:

a.

Kawasan Perkotaan Banjarangkan meliputi kawasan perkotaan Desa Banjarangkan dan Desa Tusan;

b.

Kawasan Perkotaan Dawan meliputi kawasan perkotaan Desa Dawan Kelod dan Desa Dawan Kaler;

c.

Kawasan perkotaan Gunaksa meliputi kawasan perkotaan Desa Gunaksa, Desa Kusamba, Kampung

Kusamba dan rencana kawasan pengembangan baru;

d.

Kawasan perkotaan Toyapakeh – Ped meliputi kawasan perkotaan Desa Toyapakeh dan Desa Ped; dan

e.

Kawasan perkotaan Jungutbatu - Lembongan, meliputi kawasan perkotaan Desa Jungutbatu dan Desa

Lembongan.

(5)

PPL, meliputi:

a. PPL di Kecamatan Banjarangkan terdiri atas :

1. PPL Negari melayani kawasan perdesaan Desa Negari dan Takmung;

2. PPL Bakas melayani kawasan perdesaan Desa Bakas dan Desa Nyalian;

3. PPL Timuhun melayani kawasan perdesaan Desa Timuhun dan Desa Nyanglan;

4. PPL Bungbungan melayani kawasan perdesaan Desa Bungbungan, Desa Nyanglan dan Desa Tohpati;

dan

5. PPL Tihingan melayani kawasan perdesaan Desa Tihingan, Desa Getakan dan Desa Aan.

b. PPL di Kecamatan Klungkung terdiri atas :

1. PPL Selat melayani kawasan perdesaan Desa Selat, Desa Tegak dan Desa Selisihan;

2. PPL Akah melayani kawasan perdesaan Desa Akah dan Desa Manduang;

(23)

4. PPL Gelgel melayani kawasan perdesaan Desa Gelgel, Kampung Gelgel, dan Desa Jumpai; dan

5. PPL Tojan melayani kawasan perdesaan Desa Tojan dan Desa Satra.

c. PPL di Kecamatan Dawan terdiri atas :

1. PPL Paksebali melayani kawasan perdesaan Desa Paksebali dan Desa Sulang;

2. PPL Sampalan Tengah melayani kawasan perdesaan Desa Sampalan Tengah dan Desa Sampalan

Kelod; dan

3. PPL Pesinggahan melayani kawasan perdesaan Desa Pesinggahan, Desa Pikat dan Desa Besan.

d. PPL di Kecamatan Nusa Penida terdiri atas :

1. PPL Kutampi melayani kawasan perdesaan Desa Kutampi;

2. PPL Suana melayani kawasan perdesaan Desa Suana;

3. PPL Tanglad melayani kawasan perdesaan Desa Tanglad, Desa Sekartaji dan Desa Pejukutan;

4. PPL Sakti melayani kawasan perdesaan Desa Sakti, Desa Bunga Mekar dan Desa Batumadeg;

5. PPL Klumpu melayani kawasan perdesaan Desa Klumpu dan Desa Batukandik;

6. PPL Jungutbatu melayani kawasan perdesaan Desa Jungutbatu; dan

(24)
(25)

Rencana sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan meliputi :

a. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);

SPAM, diarahkan untuk perluasan jaringan pelayanan di seluruh kecamatan, penekanan penurunan kehilangan air dan peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan sistem air minum, dengan memanfaatkan air permukaan, mata air (MA) dan air tanah sebagai sumber air baku, meliputi :.

1. SPAM wilayah Klungkung Daratan, mencakup: Pemanfaatan MA Tohpati, MA Bangbang, MA Rendang, MA Bajing,

Sumur Bor Sema Agung dan Sumur Bor Pikat sebagai sumber air baku SPAM; dan Bagian dari pemanfaatan rencana pengembangan Waduk Estuary Tukad Unda sebagai sumber air baku untuk melayani kebutuhan air baku SPAM Bali Selatan

2. SPAM Wilayah Klungkung Kepulauan, , meliputi: pengembangan SPAM Nusa Penida dalam jangka pendek melalui

: optimalisasi layanan SPAM yang telah ada dengan sumber air baku MA Guyangan, MA Tabuanan dan Sistem Penida, pengembangan cubang pada kawasan yang tidak terlayani sistem yang telah ada; dan evaluasi catudaya, pengembangan SPAM Terpadu Nusa Penida dalam jangka panjang melalui SPAM Guyangan sebagai jaringan induk yang terpadu dan didukung sistem lainnya dan pengembangan SPAM Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan, melalui Integrasi SPAM Nusa Penida melalui jaringan pipa dari Nusa Penida;penyediaan air bersih secara parsial memanfaatkan air tanah dengan sumur bor/gali di Kawasan Jungutbatu (Tukad Pangkung), Lembongan dan Ceningan; pengembangan sistem saringan (osmosis) atau destilasi; dan pengambilan air dengan ponton

b. Sistem Pengelolaan Persampahan;

1. pengurangan sampah untuk sampah rumah tangga dan sampah sejenis meliputi pembatasan timbulan sampah,

pendauran ulang sampah; dan/atau pemanfaatan kembali sampah;

2. penanganan sampah setelah melalui tahapan pengurangan sampah dari sumber ke transfer depo atau ke Tempat

Penampungan Sementara/Terpadu (TPS/TPST) yang tersebar di tiap desa di tiap kecamatan di seluruh wilayah kabupaten;

3. pengurangan sampah di transfer depo atau TPS sebelum diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA); dan

4. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang ada di Kabuten Klungkung terdiri dari dua wilayah:

- TPA untuk melayani wilayah Klungkung Daratan dengan sistem sanitary landfill meliputi: TPA Sente di

Kecamatan Dawan; dan kerjasama antar wilayah dengan memanfaatkan TPA regional Bangklet di wilayah Kabupaten Bangli.

- TPA untuk melayani wilayah Klungkung Kepulauan dengan sistem sanitary landfill meliputi: TPA Ceningan

melayani Kawasan Nusa Ceningan bagian utara; TPA Jungutbatu melayani Kawasan Nusa Lembongan; dan TPA Biaung

c. Sistem Pengelolaan Air LimbahPermukiman meliputi;

1. pengolahan air limbah sistem setempat (on site) dilakukan secara individual dengan penyediaan bak pengolahan

(26)

2. pengolahan air limbah sistem terpusat (off site), meliputi Kawasan Perkotaan Semarapura dan dalam skala kecil tersebar di blok-blok Kawasan Efektif Pariwisata Nusa Penida; dan

3. sistem pembuangan terpusat skala kecil pada kawasan permukiman padat perkotaan yang belum terlayani sistem

jaringan air limbah terpusat dan/atau komunal kota diarahkan menggunakan Sistem Sanitasi Masyarakat

(Sanimas) atau teknologi lainnya yang ramah lingkungan (bio filter).

4. penanganan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan

d. Sistem Drainase, meliputi:

1. pengembangan sistem drainase didasarkan atas kesatuan sistem dan sub sistem tata air meliputi jaringan primer,

jaringan sekunder dan jaringan tersier;

2. pembangunan sistem jaringan drainase terpadu antara sistem makro dengan sistem mikro mengikuti sistem

jaringan eksisting dan daerah tangkapan air hujan (catchment area) sehingga limpasan air hujan (run off) dapat

dikendalikan mengikuti jaringan yang ada;

3. peningkatan kapasitas sungai dan jaringan drainase melalui normalisasi alur sungai, penggelontoran jaringan

drainase secara rutin, pengalihan sebagian aliran air melalui pembuatan sodetan, pembuatan polder dilengkapi sistem pengendali dan pompa;

4. pembangunan sistem pembuangan air hujan yang terintegrasi mulai dari lingkungan perumahan sampai saluran

drainase primer yang dilengkapi bangunan pengontrol genangan, bak penampung sedimen, pembuatan konstruksi baru berupa turap/senderan, rehabilitasi saluran alam yang ada, pembuatan parit infiltrasi, operasi dan pemeliharaan; dan

5. pemisahan antara jaringan drainase dengan jaringan irigasi dan jaringan air limbah.

e. Penyediaan jalur dan ruang evakuasi bencana, meliputi:

1. jalur-jalur jalan yang digunakan sebagai jalur pelarian darurat bila terjadi bencana angin kencang, tanah

longsor, gelombang pasang, tsunami, banjir menuju ke tempat yang lebih aman, terdiri atas jalan-jalan yang posisinya berlawanan dengan arah datangnya bencana; dan

2. jalur-jalur jalan yang digunakan untuk membawa korban bencana ke ruang evakuasi bencana, berupa

:lapangan olah raga terbuka di tiap Kawasan Perkotaan dan di tiap Kawasan Perdesaan;pelataran terminal;gedung olah raga atau gedung serbaguna di tiap Kawasan Perkotaan dan di tiap Kawasan Perdesaan; danrumah sakit terdekat atau rumah sakit rujukan.

E. Rencana Pola Ruang Wilayah

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Klungkung memuat rencana kawasan lindung dan rencana kawasan budidaya.

a) Rencana kawasan lindung, terdiri atas :

- Kawasan hutan lindung

- Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

(27)

- Kawasn pelestarian alam dan cagar budaya

- Kawasan rawan bencana alam

- Kawasan lindung geologi

- Kawasan lindung lainnya.

b) Rencana kawasan budidaya, terdiri atas :

- Kawasan peruntukan hutan produksi;

- Kawasan peruntukan pertanian;

- Kawasan peruntukan perikanan;

- Kawasan peruntukan pertambangan;

- Kawasan peruntukan industri;

- Kawasan peruntukan pariwisata;

- Kawasan peruntukan permukiman;

- Kawasan peruntukan lainnya

Kawasan peruntukan permukiman merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan permukiman atau didominasi oleh lingkungan hunian yang diarahkan seluas kurang lebih 2.076,80 (dua ribu tujuh puluh enam koma delapan puluh) hektar atau 6,59% (enam koma lima puluh sembilan persen) dari total luas wilayah kabupaten, meliputi:

(1) Kawasan permukiman adalah bagian dari kawasan perkotaan yang diperuntukan sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung bagi peri kehidupan dan penghidupan, beserta penyediaan pusat-pusat pelayanan sesuai fungsi kawasan perkotaan, yang sebarannya meliputi:

a. kawasan permukiman di kawasan perkotaan yang berfungsi PKW meliputi Kawasan Perkotaan Semarapura; dan b. kawasan permukiman di kawasan perkotaan yang berfungsi PPK meliputi Kawasan Perkotaan Banjarangkan,

Kawasan Perkotaan Dawan, Kawasan Perkotaan Gunaksa, Kawasan Perkotaan Sampalan dan Kawasan Perkotaan Jungutbatu-Lembongan.

(28)

Peta 3.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Klungkung

F. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Klungkung

Kawasan strategis kabupaten ditetapkan berdasarkan : sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, sudut kepentingan sosial dan budaya; dan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

(1)

Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, meliputi:

(29)

b.

Kawasan Perkotaan Sampalan;

c.

Kawasan Perkotaan Banjarangkan;

d.

Kawasan Perkotaan Dawan;

e.

Kawasan Pengembangan Eks. Pertambangan Bahan Galian Golongan C;

f.

Kawasan Efektif Pariwisata Nusa Penida;

g.

Kawasan Pelabuhan Penyeberangan Nusa Penida dan Pelabuhan Penyeberangan Klungkung

Daratan;

h.

Kawasan Agropolitan Nusa Penida; dan

i.

Kawasan Minapolitan Nusa Penida.

(2)

Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, mencakup sebaran Kawasan Pura Sad

Kahyangan dan Pura Dang Kahyangan, meliputi:

a. Kawasan tempat suci Pura Sad Kahyangan, terdiri atas :

1.

Kawasan Pura Goa Lawah, di Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan; dan

2.

Kawasan Pura Kentel Gumi, di Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan.

b. Kawasan tempat suci Pura Dang Kahyangan, terdiri atas :

1.

kawasan Pura Watuklotok, di Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung;

2.

kawasan Pura Dasar Gelgel, di Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung;

3.

kawasan Pura Penataran Agung, di Kelurahan Semarapura Kangin, Kecamatan Klungkung; dan

4.

kawasan Pura Dalem Ped di Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida.

(3)

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana

dimaksud padaayat (1) huruf c, meliputi :

a. kawasan Hutan Lindung Suana dan Hutan Lindung Sakti, di Kecamatan Nusa Penida;

b. Kawasan Pulau Kecil Lembongan dan Ceningan, di Kecamatan Nusa Penida;dan

c. Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, di Kecamatan Nusa Penida

3.1.3. Arahan Pengembangan Strategis

(30)

Gambar 3.3Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR 2015-2019

Bali termasuk Kelompok WPS Konektivitas dan Pusat Pertumbuhan Wisata dengan nama WPS Gilimanuk-Denpasar-Padang Bay.Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger-Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).

(31)

Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN).

Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub

dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur,

Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, danPalembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).

Konsep WPS bukanlah suatu konsep yang berjalan sendiri, namun membutuhkan dukungan dari seluruh pihak khususnya unit organisasi di lingkungan Kementerian PUPR. Di bawah ini merupakan strategi kebijakan sektoral masing – masing bidang PUPRuntuk Pembangunan Infrastruktur di Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, yaitu:

a. Pengelolaan Sumber Daya Air

Agenda prioritas pembangunan nasional yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air adalah agenda mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Untuk mewujudkan hal tersebut, bentuk dukungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat adalah melalui pengelolaan sumber daya air yang terpadu untuk mewujudkan Ketahanan Air, Kedaulatan Pangan, dan Ketahanan Energi, yang akan diwujudkan melalui sasaran strategis:

(1) Meningkatnya dukungan ketahanan air;

(2) Meningkatnya dukungan untuk kedaulatan pangan dan energi, dengan sasaran program di antaranya:

(a) Meningkatnya layanan sarana dan prasarana penyediaan air baku, (b) Meningkatnya kapasitas tampung sumber-sumber air,

(c) Meningkatnya kinerja layanan irigasi,

(d) Meningkatnya kapasitas pengendalian daya rusak air, (e) Meningkatnya upaya konservasi SDA,

(f) Meningkatnya keterpaduan tata kelola pengelolaan SDA, dan (g) Meningkatnya potensienergi dan sumber-sumber air.

b. Penyelenggaraan Jaringan Jalan

(32)

investasipada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, danpusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi.

Sasaran strategis kebijakan yang ditetapkan adalah

(a) Menurunnyawaktu tempuh pada koridor utama dari 2,7 Jam per 100 Km menjadi 2,2Jam per Km; (b) Meningkatnya pelayanan jalan nasional dari 101 MilIarKendaraan Km menjadi 133 MilIar Kendaraan

Km; dan

(c) Meningkatnyafasilitasi terhadap jalan daerah untuk mendukung kawasan dari 0%menjadi 100%.

c. Peningkatan Kualitas Permukiman

Peningkatan kualitas permukiman dilakukan dengan mendukung layananinfrastruktur dasar yang layak guna mewujudkan kualitas hidup manusiaIndonesia sejalan dengan prinsip ‘infrastruktur untuk semua’. Dengansasaran program, yaitu:

(1) Meningkatnya kontribusi terhadappemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat;

(2) Meningkatnyakontribusiterhadappemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yanglayak; serta (3) Meningkatnya kontribusi terhadap pemenuhan aksessanitasi bagi masyarakat.

d. Pengurangan Backlog Perumahan dan Rumah Tidak Layak Huni

Agenda prioritas pembangunan nasional yang terkait dengan penyediaanperumahan adalah Meningkatkan Kualitas HidupManusia Indonesia. Agenda prioritas pembangunan nasional tersebutakan dijabarkan ke dalam kebijakan dan strategipenyediaan perumahan.

Bentuk dukungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyatterhadap hal tersebut diwujudkan melalui:

1) Meningkatnya dukunganlayanan infrastruktur dasar permukiman dan perumahan; dan

2)Meningkatnya penyediaan dan pembiayaan perumahan, dengan sasaranprogram menurunnya kekurangan tempat tinggal (backlog) danmenurunnya rumah tidak layak huni.

Penyediaan perumahan diharapkandapat memperluas akses terhadap tempat tinggal yang layak yangdilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk seluruh kelompok masyarakat secara berkeadilan, melalui pengembangan multisistem penyediaan perumahan secara utuh dan seimbang, meliputi :

Gambar

Gambar 3.3Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementerian PUPR 2015-2019
Tabel III.1  Matriks Rencana Strategis Dinas PU Provinsi Bali  (terkait Bidang Cipta Karya)
Tabel 3.2 Kawasan Prioritas
Tabel 3.2 Daerah Pelayanan SPAM Kabupaten Klungkung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengembangkan perpustakaan agar dapat melayani masyarakat dengan baik tidak lepas dari tantangan dan hambatan baik secara internal maupun eksternal itulah yang akan

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat dipakai sebagai acuan bagi peneliti yang berkaitan dengan penggunaan teori Utami

antara kemahiran berbicara dan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tanjungpinang Tahun Pelajaran 2013/2014 tergolong

Pada penelitian kali ini, dapat dilihat bahwa, sikap seorang user dalam menggunakan suatu aplikasi pada pekerjaannya hanya dipengaruhi oleh dari manfaat aplikasi (PU) tersebut

Sistem pembayaran mikro elektronik ini dapat diimplementasikan dengan tiga cara, yaitu dengan sistem berbasis internet, berbasis kartu (smartcard), dan berbasis

Hasil pengukuran kecernaan bahan pada penelitian menunjukkan adanya peningkatan kecernaan BKS yang telah dihidrolisis dengan enzim cairan rumen domba sebagai bahan pakan ikan patin

Dinas Pendapatan Daerah merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Serang sebagai pelaksana urusan pemerintahan daerah di bidang Penggalian Potensi Pendapatan Daerah