• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengendali suhu air dispenser berbasis kontroler logika fuzzy dengan mikrokontroler ATMEGA32 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengendali suhu air dispenser berbasis kontroler logika fuzzy dengan mikrokontroler ATMEGA32 - USD Repository"

Copied!
508
0
0

Teks penuh

(1)

BERBASIS KONTROLER LOGIKA FUZZY

DENGAN MIKROKONTROLER ATMEGA32

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro

Fakultas Sains dan Teknologi

Disusun oleh :

Willi

045114046

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

(2)

CONTROLLER BASED ON FUZZY LOGIC

USING ATMEGA32 MICORCONROLLER

Presented For Fulfilling One Of The Requirement To Obtain Engineer

Degree In Electrical Engineering Of Science And Technology Faculty

Sanata Dharma University

by :

Willi

045114046

ELECTRICAL ENGINEERING

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2008

(3)
(4)
(5)

v

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis

ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Desember 2008

Penulis

(6)

GUNAKANLAH SEGENAP KEMAMPUANMU

DEMI MENGEJAR CITA-CITA YANG KAMU

IMPIKAN

Kupersembahkan Tugas Akhir Ini Untuk :

Tuhan yang Maha Mulia

Ayah dan Ibuku tercinta

Saudara-saudaraku yang terbaik

Dosen-dosen yang membimbingku

Dan teman-teman yang selalu mendukungku

(7)

paling panas ataupun suhu air paling dingin yang dapat dicapai. Hal ini

menyebabkan pemakai kadang-kadang harus mencampur air panas dan dingin

untuk mendapatkan air yang hangat ataupun tidak terlalu dingin.

Pada perancangan tugas akhir ini, penulis merancang suatu dispenser yang

memiliki berberapa pilihan tingkatan panas dan dingin air bagi pemakai agar

memiliki lebih banyak alternatif pilihan sesuai keinginan. Pengaturan suhu air

menggunakan kontroler berbasis logika fuzzy menggunakan mikrokontroler

ATMega32 agar suhu air dapat dipertahankan dan stabil. LCD digunakan untuk

menampilkan pilihan yang disediakan bagi pemakai.

Dari hasil pengujian dan analisa alat ini dapat mengendalikan suhu air

dispenser panas dan dingin dengan tingkat kesalahan (steady state error) kurang

dari 5%.

Kata Kunci : dispenser, mikrokontroler ATMega32, Kontroler Logika Fuzzy

(8)

temperature that can be reached options. This caused user sometimes has to mix

the hot water and cold water to get warm water or cool water.

In this final project designing, the writer design a dispenser that has

several hot and cold water level options for user so that user has more alternative

options that match their desire. The water temperature controlling uses fuzzy logic

controller based with AT Mega 32 microcontroller so that the water temperature

can be maintained and stable. LCD is used for showing the choices that available

for user.

From the test result and analyze, this devices can control water dispenser

hot and cold temperature with error rate (steady state error) less than 5%.

Keywords : dispenser, microcontroller ATMega32, Fuzzy Logic Controller

(9)

Nama

: Willi

Nomor Mahasiswa : 045114046

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGENDALI SUHU AIR DISPENSER BERBASIS KONTROLER

LOGIKA FUZZY DENGAN MIKROKONTROLER ATMEGA32

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 18 Desember 2008

Yang menyatakan

(10)

ix

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis berjudul

“Pengendali Suhu Air Dispenser Berbasis Kontroler Logika Fuzzy Dengan

Mikrokontroler ATMega32”.

Karya tulis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma.

Penulisan skripsi ini didasarkan pada hasil-hasil yang penulis dapatkan selama

tahap perancangan, pembuatan dan pengujian alat.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Kedua orang tua penulis yang telah memberikan semangat dan doa yang

tak pernah putus sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

2.

Ibu B. Wuri Harini, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing I karya tulis

yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing

penulis.

3.

Bapak Ir. Tjendro, selaku dosen pembimbing II karya tulis yang telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing penulis.

4.

Bapak Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T. selaku Wakil I Dekan Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5.

Sahabat-sahabat baikku yang selalu mendukung : Herfianton, Oksianus,

(11)

x

7.

Segenap dosen dan laboran Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma.

8.

Segenap karyawan sekretariat Fakultas Sains dan Teknologi.

9.

Teman-teman mahasiswa jurusan Teknik Elektro dan semua pihak yang

tidak dapat disebutkan satu persatu atas setiap bantuannya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan dari

penulisan karya tulis ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak dan dapat

menjadi bahan kajian lebih lanjut.

Yogyakarta, 17 Desember 2008

Penulis

(12)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS……….. ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi

INTISARI... vii

ABSTRACT………. viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR TABEL...

xxi

DAFTAR LAMPIRAN...

xxiii

BAB I. PENDAHULUAN ...

1

1.1

Judul ... 1

1.2

Latar Belakang Masalah……….... 1

1.3

Tujuan dan Manfaat ... 3

1.4

Batasan Masalah ... 3

1.5

Metodologi Penelitian... 4

(13)

2.1

Mikrokontroler ATMega32... 6

2.1.1.

Gambaran Umum………

6

2.1.2.

Memori………... 8

2.1.3.

Port Input/Output……….... 10

2.1.4.

Timer/Counter……….... 12

2.1.5.

ADC (Analog to Digital Converter)………....…... 14

2.1.5.1

Inisialisasi ADC……….…

14

2.1.5.2

Pembacaan ADC………...

18

2.2

Sistem Kendali Fuzzy……….. 20

2.2.1.

Logika Fuzzy……….. 20

2.2.2.

Himpunan Tegas / Klasik (Crisp/ Classic Set)……….. 20

2.2.3.

Fuzzifikasi (Fuzzification)……….. 21

2.2.4.

Inferensi……….…. 22

2.2.5.

Komposisi………... 22

2.2.6.

Defuzzifikasi (Defuzzification)……….…….. 23

2.2.7.

Logika Fuzzy dalam Teknik Kendali………..

24

2.3

Liquid Crystal Display (LCD)……….

29

2.3.1.

DDRAM (Display Data Random Access Memory)... 30

2.3.2.

CGRAM (Character Generator Random Access Memory)… 30

2.3.3.

CGROM (Character Generator Read Only Memory)……… 30

(14)

2.6.1.

Sensor Suhu LM35……….

34

2.6.2.

Sensor Suhu NTC ( Negative Temperature Coefficient )….. 34

2.6.3.

Solid State Relay……… 35

2.6.3.1

TRIAC……….. 36

2.6.3.2

Optoisolator……….. 36

2.6.4.

Penguat Non-Inverting………... 37

2.6.5.

Komparator……… 38

2.6.6.

Darlington……….. 39

2.6.7.

Pembagi Tegangan (Voltage Divider)………... 40

2.7

Tanggapan Transien………

41

BAB III. RANCANGAN PENELITIAN………...

43

3.1

Diagram Blok………..

43

3.2

Perancangan Perangkat Keras (Hardware)………. 47

3.2.1.

Pengkondisi Sinyal……….…

47

3.2.1.1

Untuk Sensor Air Panas………...….

47

3.2.1.2

Untuk Sensor Air Dingin………...……...

48

3.2.2.

Penguat Daya……….

50

3.2.3.

Solid State Relay……… 51

3.2.4.

Antarmuka Mikrokontroler ATMega32 dengan LCD...

52

(15)

3.3

Perancangan Perangkat Lunak (Software)……….. 55

3.3.1.

Diagram Alir (Flow Chart) Program Utama……….

55

3.3.2.

Subrutin Inisialisasi Awal………..

56

3.3.3.

Subrutin Tampilan Awal LCD……….…..

57

3.3.4.

Subrutin Tampilan Input LCD………...

58

3.3.5.

Subrutin Cek Input………. 59

3.3.6.

Subrutin ADC………...

60

3.3.7.

Subrutin Fuzzy Logic Control……… 62

3.3.8.

Subrutin Output Data……….

62

3.3.9.

Perancangan Fuzzy Logic Controller……….… 64

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………

69

4.1

Hasil Implementasi Pengendali Suhu Air Dispenser……….…..

69

4.2

Hasil Pengujian Plant Tanpa Gangguan……….….

73

4.3

Hasil Pengujian Plant Terhadap Gangguan……….

78

4.4

Hasil Pengujian Terhadap Pengondisi Sinyal dan Sensor…..………..

82

4.4.1.

Penguat Non-Inverting……… 82

4.4.2.

Pembagi Tegangan………...……..

83

4.5

Hasil Pengujian Terhadap Driver Plant………... 84

4.5.1.

Penguat Daya………..

84

(16)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……….

86

5.1

Kesimpulan……….. 86

5.2

Saran……… 86

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(17)

1.

Gambar 2-1 Konfigurasi Pin Mikrokontroler ATMega32……….. 7

2.

Gambar 2-2 Peta Memori

Flash

Mikrokontroler ATMega32……….... 8

3.

Gambar 2-3 Peta Memori Data SRAM……….. 9

4.

Gambar 2-4 Register – Register Pada EEPROM (a) Register EEAR,

(b) Register EEDR, (c) Register EECR……….. 10

5.

Gambar 2-5 Register TCCR0……… 12

6.

Gambar 2-6 Register TCCR1B………. 13

7.

Gambar 2-7 Register TCCR2……… 13

8.

Gambar 2-8 Register ADMUX……….. 15

9.

Gambar 2-9 Format Data ADC dengan ADLAR = 0……….…… 15

10.

Gambar 2-10

Format Data ADC dengan ADLAR = 1……….. 16

11.

Gambar 2-11 Register ADCSRA………... 17

12.

Gambar 2-12 Register SFIOR……….…... 18

13.

Gambar 2-13 Tahapan proses dalam logika

fuzzy

……….. 20

14.

Gambar 2-14 Fungsi keanggotaan variabel masukan suhu air………... 21

15.

Gambar2-15 Metode defusifikasi dengan

Height

………. 24

16.

Gambar 2-16 Arsitektur pengendali

fuzzy

……… 25

17.

Gambar 2-17

Fuzzy set

……… 26

18.

Gambar 2-18 Arsitektur umum sistem pengendali

fuzzy

... 26

19.

Gambar 2-19

Membership

input error

dengan 7

membership

(en)…… 27

(18)

22.

Gambar 2-22 Konstruksi LCD……….………….. 29

23.

Gambar 2-23 Hubungan posisi tampilan dan alamat DDRAM………. 30

24.

Gambar 2-24 Hubungan antara CGROM dengan DRAM…………... 31

25.

Gambar 2-25 Konstruksi termoelektrik………. 34

26.

Gambar 2-26 Elemen pemanas dispenser……….……. 34

27.

Gambar 2-27

Thermistor

……….. 35

28.

Gambar 2-28 Hubungan antara resistansi dan temperatur pada NTC... 35

29.

Gambar 2-29 (a) Simbol (b) Rangkaian ekivalen………….………… 37

30.

Gambar 2-30 Kurva karakteristik TRIAC...………. 38

31.

Gambar 2-31 Penguat

non-inverting

……….... 38

32.

Gambar 2-32 Komparator……….………… 39

33.

Gambar 2-32 Koneksi Darlington……… 40

34.

Gambar 2-33 Rangkaian dasar pembagi tegangan………... 40

35.

Gambar 2-34 Kurva tanggapan transient……… 42

36.

Gambar 3-1 Blok diagram rancangan………...………... 43

37.

Gambar 3-2 Rancangan blok diagram

closed loop

pengendali suhu air

dingin……… 45

38.

Gambar 3-4 Bentuk fisik dispenser yang digunakan... 46

39.

Gambar 3-5

Rancangan rangkaian penguat

non-inverting

……….... 47

40.

Gambar 3-6 Rangkaian Pembagi Tegangan... 49

(19)

HD44780... 52

44.

Gambar 3-10 Tombol Pemilih……….……… 53

45.

Gambar 3-11 Rangkaian

zero crossing detector

….……….…... 54

46.

Gambar 3-12 Rangkaian Lengkap... 55

47.

Gambar 3-13 Diagram alir program utama... 56

48.

Gambar 3-14 Diagram alir inisialisasi awal... 57

49.

Gambar 3-15

Diagram alir subrutin inisialisasi LCD... 57

50.

Gambar 3-16

Diagram alir subrutin tampilan awal LCD…………... 58

51.

Gambar 3-17

Tampilan awal LCD………. 58

52.

Gambar 3-18

Diagram alir subrutin tampilan

input

LCD…………..

59

53.

Gambar 3-19 Diagram Contoh tampilan input LCD……….. 59

54.

Gambar 3-20 Subrutin cek

input

... 61

55.

Gambar 3-21 Diagram alir subrutin ADC…….………. 61

56.

Gambar 3-22 Diagram alir subrutin

fuzzy logic control

………. 63

57.

Gambar 3-23

Diagram alir subrutin

output

data…….……… 63

58.

Gambar 3-24

Membership input error

suhu dingin(en)……….. 67

59.

Gambar 3-25

Membership input

perubahan

error

suhu dingin(Cen).. 67

60.

Gambar 3-26

Membership output

suhu dingin(

δ

u

n)………….…... 68

61.

Gambar 3-27

Membership input error

suhu panas (en)……….. 68

62.

Gambar 3-28

Membership input

perubahan

error

suhu panas (Cen).. 68

(20)

65.

Gambar 4-1(b) Rangkaian elektronis di dalam plant……….. 70

66.

Gambar 4-2 Tampilan pada LCD (a) tampilan saat dispenser baru

menyala (b) tampilan pilihan yang pertama setelah 1,5 detik (c)

pilihan kedua (d) pilihan ketiga (e) pilihan keempat……… 71

67.

Gambar 4-3 Bentuk fisik tombol pemilih yang digunakan…………. 72

68.

Gambar 4-4 Grafik

output

pengatur suhu air dispenser untuk pilihan

agak panas……… 73

69.

Gambar 4-5 Grafik

output

pengatur suhu air dispenser untuk pilihan

panas……… 75

70.

Gambar 4-6 Grafik

output

pengatur suhu air dispenser untuk pilihan

paling panas………. 75

71.

Gambar 4-7 Grafik

output

pengatur suhu air dispenser untuk pilihan

agak dingin……….……….. 76

72.

Gambar 4-8 Grafik

output

pengatur suhu air dispenser untuk pilihan

dingin……….……….……….. 76

73.

Gambar 4-9 Grafik

output

pengatur suhu air dispenser untuk pilihan

paling dingin………...……….. 77

74.

Gambar 4-10 Grafik tanggapan sistem yang diberi gangguan untuk

pilihan agak dingin………... 79

75.

Gambar 4-11 Grafik tanggapan sistem yang diberi gangguan untuk

pilihan dingin………...……….... 79

(21)

pilihan agak panas……….…... 80

78.

Gambar 4-14 Grafik tanggapan sistem yang diberi gangguan untuk

pilihan panas…….………... 81

79.

Gambar 4-15 Grafik tanggapan sistem yang diberi gangguan untuk

pilihan paling panas…….……….………... 81

80.

Gambar 4-16 Sinyal hasil pengujian terhadap

zero crossing detector

85

(22)

1.

Tabel 2-1 Fungsi Alternatif Port A……….…. 11

2.

Tabel 2-2 Fungsi Alternatif Port B………..… 11

3.

Tabel 2-3 Fungsi Alternatif Port C………..… 11

4.

Tabel 2-4 Fungsi Alternatif Port D………..… 12

5.

Tabel 2-5 Konfigurasi bit clock select untuk memilih sumber clock.. 12

6.

Tabel 2-6 Konfigurasi bit clock select untuk memilih sumber clock.. 13

7.

Tabel 2-7 Konfigurasi bit clock select untuk memilih sumber clock.. 14

8.

Tabel 2-8 Pemilihan Mode Tegangan Referensi ADC……….……... 15

9.

Tabel 2-9 Tabel Pemilihan Bit Saluran Pembacaan ADC…………... 16

10.

Tabel 2-10 Konfigurasi Clock ADC……… 18

11.

Tabel 2-11 Pemilihan Sumber Picu ADC……… 19

12.

Tabel 2-12 Aturan-aturan kendali fuzzy secara umum……… 27

13.

Tabel 2-13 Aturan-aturan kendali fuzzy secara umum……… 27

14.

Tabel 2-14 Konfigurasi kaki LCD……….. 32

15.

Table 3-1 Hasil pengukuran suhu air dengan sensor suhu LM35.….. 48

16.

Tabel 3-2 Hasil pengukuran sensor suhu NTC……….…….. 49

17.

Tabel 3-3 Hasil pengukuran aktuator termoelektrik………….…….. 65

18.

Tabel 3-4 Hasil pengukuran aktuator elemen pemanas... 65

19.

Tabel 3-5 Normalisasi nilai untuk input error dan perubahan error untuk

suhu dingin………... 66

(23)

22.

Tabel 4-1 Pilihan yang tersedia dan set point suhu tiap pilihan.….... 73

23.

Tabel 4-2 Data nilai td, tr, tp, ts, MP dan SSE untuk semua pilihan

yang tersedia……… 77

24.

Tabel 4-3 Data nilai td, tr, tp, ts, MP dan SSE dengan pilihan awal dingin

dan panas……….. 78

25.

Tabel 4-4 Perbandingan rentang suhu kerja dispenser tanpa kontroler

fuzzy dengan dispenser berbasis kontroler fuzzy dengan set point 90 ºC

dan 15 ºC……….. 82

26.

Tabel 4-5 Hasil pengujian pengkondisi sinyal sensor untuk suhu panas

yang digunakan……….... 83

27.

Tabel 4-6 Hasil pengujian pengkondisi sinyal sensor suhu dingin yang

digunakan………. 83

28.

Tabel 4-7 Hasil pengujian terhadap penguat daya…..……… 84

29.

Tabel 4-8 Hasil pengujian terhadap solid state relay….………. 85

(24)

1.

LAMPIRAN DATA PENGUJIAN……….

L1

2.

LAMPIRAN LISTING PROGRAM………...

L2

3.

LAMPIRAN RANGKAIAN LENGKAP……… L3

4.

LAMPIRAN DATASHEET………

L4

(25)

1.1.

Judul

Pengendali Suhu Air Dispenser Berbasis Kontroler Logika Fuzzy dengan

Mikrokontroler ATMega32

1.2.

Latar Belakang Masalah

Aksi pengontrolan dewasa ini sudah mengalami kemajuan yang sangat

pesat. Berbagai teknik pengontrolan untuk berbagai aplikasi di berbagai bidang

terutama di bidang perindustrian sudah menjadi hal yang sangat vital. Sebagai

contoh, mulai tahun 90-an para manufaktur industri yang bergerak di bidang

Distributed Control System (DCSs), Programmable Logic Controllers (PLCs),

dan Microcontrollers (MCUs) [1].

Salah satu teknik pengontrolan yang sering digunakan saat ini adalah

pengontrolan dengan logika kabur (fuzzy) [2]. Dalam perspektif yang lebih luas,

pengendali

fuzzy ternyata sangat bermanfaat pada aplikasi-aplikasi sistem

identifikasi dan pengendalian ill-structured, dengan linieritas dan invariansi waktu

tidak bisa ditentukan dengan pasti, karakteristik proses mempunyai faktor lag, dan

dipengaruhi oleh derau acak (random noise). Bentuk sistem seperti ini jika

dipandang sistem konvensional sangat sulit untuk dimodelkan.

(26)

Kontroler dengan logika fuzzy telah berhasil menerobos kendala-kendala

yang dulu pernah ditemui dan segera menjadi basis teknologi tinggi. Penerapan

teori logika ini dianggap mampu menciptakan sebuah revolusi dalam teknologi.

Pada saat yang bersamaan, pertumbuhan yang luar biasa terjadi pada industri

perangkat lunak yang menawarkan kemudahan penggunaan logika fuzzy dan

penerapan logika fuzzy pada setiap aspek kehidupan sehari-hari.

Biasanya dalam suatu sistem kontrol diperlukan suatu penampil yang

digunakan untuk membantu pengontrolan. Komponen yang sering digunakan

adalah Liquid Crystal Display (LCD) [3] karena LCD dapat menampilkan banyak

karakter dalam waktu yang bersamaan dan dapat membentuk karakter huruf dan

angka sehingga lebih mudah digunakan oleh user.

(27)

1.3.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan Model pengontrol suhu pada

dispenser dengan menggunakan kontroler fuzzy.

Manfaat yang akan dicapai adalah:

1.

Untuk masyarakat umum

Masyarakat dapat memperoleh suatu dispenser yang memiliki sistem

pengendalian fuzzy dan dapat memilih tingkat panas atau dingin tertentu.

2.

Untuk perkembangan ilmu pengetahuan

a.

Menambah satu aplikasi dari kontroller fuzzy.

b.

Menambah literatur aplikasi bersama antara devais, elektronika analog,

elektronika digital dan mikrokontroler.

1.4.

Batasan Masalah

Pembahasan perancangan model pengontrol suhu ruangan dengan logika

fuzzy lebih difokuskan dalam batasan-batasan masalah sebagai berikut:

1.

Menggunakan kontroller Fuzzy dengan mikrokontroller AVR seri

ATMega32.

2.

Jumlah Membership 7.

3.

Bahasa pemrograman menggunakan AVR GCC 4.13 bawaan dari AVR

studio4 dengan kompiler WinAVR.

(28)

5.

Input berupa pilihan tingkat panas atau dingin yang diinginkan melalui

tombol-tombol.

6.

Output berupa tampilan pilihan dengan LCD.

7.

Sensor yang digunakan adalah LM35 untuk mengukur suhu panas dan

thermistor NTC untuk mengukur suhu dingin pada dispenser.

8.

Pendingin menggunakan termoelektrik dan pemanas menggunakan elemen

pemanas.

1.5.

Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah mengumpulkan sejumlah

referensi atau literatur dari perpustakaan, internet dan sumber-sumber lainnya,

menyusun perancangan dan melakukan serangkaian percobaan untuk

merealisasikan perancangan. Pengujian dilakukan dengan memberikan gangguan

pada sistem dengan membuka dan menutup keran air pada dispenser, mengambil

data melalui sensor dan menganalisis bagaimana kontrol fuzzy menangani

gangguan yang diterimanya.

Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu

kontroller fuzzy yang

handal dan bisa

memberikan pengendalian yang sangat baik

untuk mengontrol suhu air dispenser.

1.6.

Sistematika Penulisan

(29)

BAB I : PENDAHULUAN

BAB ini berisi latar belakang penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,

batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : DASAR TEORI

BAB ini berisi studi pustaka tentang landasan teori penelitian: Penguat

Daya, thermoelektrik.

BAB III : RANCANGAN PENELITIAN

BAB ini berisi tentang diagram blok perancangan, perancangan perangkat

keras (hardware) dan perancangan perangkat lunak (software) dari peralatan yang

akan dibuat.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB ini berisi hasil perancangan perangkat keras, data hasil pengujian,

analisis data dan pembahasan.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

(30)

2.1.

Mikrokontroler ATMega32 [1]

2.1.1. Gambaran

Umum

ATMEGA32 termasuk dalam

microcontroller unit

(MCU) 8 – bit

keluarga AVR (

Alf and Vegard’s Risc Processor

) ATMega yang memiliki daya

guna tinggi dan penggunaan daya yang rendah. ATMega32 dirancang berdasarkan

arsitektur RISC (

Reduced Instruction Set Computing

), dimana semua instruksi

dikemas dalam kode 16 – bit (

16 – bits word

) dan sebagian besar instruksi

dieksekusi dalam 1 (satu) siklus.

Fitur :

a.

Didesain berdaya rendah dan semua operasi bersifat statis.

b.

Memory

flash

sebesar 32K –

bytes

.

c.

EEPROM sebesar 1024

bytes

.

d.

SRAM

internal

sebesar 2K –

bytes

.

e.

Antarmuka (

interface

) JTAG (memenuhi standard IEEE 1149.1).

f.

Dua buah

timer / counter

8 – bit.

g.

Satu buah

timer / counter

16 – bit.

h.

PWM (

Pulse Width Modulation

) sebanyak 4 (empat) kanal (

channels

).

i.

ADC (

Analog – to – Digital Converter

)

internal

dengan fidelitas 10 – bit

sebanyak 8

channels

.

(31)

j.

Portal komunikasi serial (USART)

k.

Analog

comparator

internal.

l.

Enam pilihan

mode

sleep

penghemat penggunaan daya listrik.

m.

Tegangan operasi 2.7 – 5.5V (untuk ATMega32L) dan 4.5 – 5.5V (untuk

ATMega32).

n.

Kecepatan maksimal 16 MHz.

o.

Unit interupsi internal dan eksternal.

p.

Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C dan Port D.

q.

ATMega32 terdiri dari 40-pin PDIP, 44-lead TQFP dan 44-pad MLF.

Konfigurasi pin dari mikrokontroler ATMega32 ditunjukkan pada gambar

2-1.

(32)

2.1.2.

Memori

a.

Memori

Flash

(

Program Memory

)

Mikrokontroler ATMega32 memiliki memori

flash

sebesar 32K

bytes

yang bisa diprogram berulang – ulang (

reprogrammable

). Demi keamanan

program, memori

flash

dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu bagian

boot

program

dan bagian

application program

. Memori

flash

terletak pada

alamat $0000 - $3FFF. Peta memori

flash

ditunjukkan oleh gambar 2-2.

Gambar 2-2

Peta Memori

Flash

Mikrokontroler ATMega32

b.

Memori Data SRAM (

Static Random – Access Memory

)

Mikrokontroler ATMega32 memiliki SRAM

internal

sebesar 2K

bytes

.

Oraganisasi memori data SRAM pada mikrokontroler ATMega32 dapat

dilihat pada peta memori data seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2-3

(33)

Gambar 2-3

Peta Memori Data SRAM

c.

EEPROM

EEPROM (

Electrically Erasable Programmable Read Only Memory

)

adalah salah satu dari tiga tipe memori pada ATMega32 (dua yang lain

adalah

flash

dan SRAM – sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya).

EEPROM tetap dapat menyimpan data saat tidak dicatu daya dan juga

dapat diubah saat program berjalan. Oleh karena itu, EEPROM sangat

berguna untuk menyimpan informasi, seperti nilai kalibrasi, nomor ID dan

juga

password

. Pada EEPROM terdapat 3 buah

register

yang harus diatur

untuk menuliskan data ke dalam EEPROM, ketiga

register

tersebut adalah

EEAR (EEPROM

Address Register

), yaitu tempat di mana alamat data

yang akan ditulis dimasukkan. EEDR (EEPROM

Data Register

), yaitu

tempat

register

untuk menyimpan data. Dan EECR (EEPROM

Control

(34)

(a)

(b)

(c)

Gambar 2-4

Register – Register Pada EEPROM

(a)

Register EEAR;

(b)

Register EEDR;

(c)

Register EECR.

2.1.3.

Port Input/Output (

I/O Ports

)

Mikrokontroler ATMega32 memiliki 32 pin I/O

bidirectional

.

Semua pin ini dapat diprogram sebagai

input

ataupun

output

. Selain

sebagai

input

atau

output

, Port A, Port B, Port C dan Port D

mikrokontroler ATMega32 juga memiliki fungsi alternatif. Port A adalah

port dengan fungsi alternatif, yaitu sebagai port masukan sinyal

analog

untuk ADC (

Analog – to Digital Converter

). Perlu diperhatikan bahwa

ketika difungsikan sebagai masukan analog untuk ADC, maka Port A tidak

(35)

ADC menjadi tidak tepat. Fungsi-fungsi alternatif port-port lainnya dapat

dilihat pada tabel 2-2, 2-3 dan table 2-4 menunjukkan fungsi – fungsi

alternatif tersebut.

Tabel 2-1

Fungsi Alternatif

Port

A

Tabel 2-2

Fungsi Alternatif

Port

B

(36)

Tabel 2-4

Fungsi Alternatif

Port

D

2.1.4.

Timer / Counter

AVR ATmega8535 memiliki tiga buah

timer,

yaitu

Timer / Counter

0 (8

bit), Timer / Counter 1 (16 bit),

Timer / Counter

2 (8 bit).

a.

Timer / Counter 0

Pengaturan diatur oleh TCCR0 (

Timer / Counter Control Register

0) yang

dapat dilihat pada gambar 2-5 dan tabel 2-5.

Gambar 2-5

Register TCCR0

Tabel 2-5

Konfigurasi bit

clock select

untuk memilih sumber

cloc

k

CS02 CS01 CS00 Description

0 0 0

Timer / Counter

berhenti (tidak aktif)

0 0 1

Clock

tanpa prescaling

0 1 0

Clock

/ 8

0 1 1

Clock

/ 64

1 0 0

Clock

/ 256

1 0 1

Clock

/ 1024

1 1 0 Sumber

clock

berasal dari pin T0.

clock

dengan

falling edge

(37)

b.

Timer / Counter

1

Pengaturan diatur oleh TCCR1B (

Timer / Counter Control Register

1B)

yang dapat dilihat pada gambar 2-6 dan tabel 2-6.

Gambar 2-6

Register TCCR1B

Tabel 2-6

Konfigurasi bit

clock select

untuk memilih sumber

clock

CS12 CS11 CS10 Description

0 0 0

Timer / Counter

berhenti (tidak aktif)

0 0 1

Clock

tanpa prescaling

0 1 0

Clock

/ 8

0 1 1

Clock

/ 64

1 0 0

Clock

/ 256

10 0 1

Clock

/ 1024

1 1 0 Sumber

clock

berasal dari pin T1.

clock

dengan

falling edge

1 1 1 Sumber

clock

berasal dari pin T1.

clock

dengan

rising edge

c.

Timer / Counter 2

Pengaturan diatur oleh TCCR2 (

Timer / Counter Control Register

2) yang

dapat dilihat pada gambar 2-7 dan tabel 2-7

(38)

Tabel 2-7

Konfigurasi bit

clock select

untuk memilih sumber

clock

CS22 CS21 CS20 Description

0 0 0

Timer / Counter

berhenti (tidak aktif)

0 0 1

Clock

tanpa

prescaling

0 1 0

Clock

/ 8

0 1 1

Clock

/ 32

1 0 0

Clock

/ 64

10 0 1

Clock

/ 128

1 1 0

Clock

/ 256

1 1 1

Clock

/ 1024

2.1.5.

ADC (

Analog to Digital Converter

)

ATMega32 merupakan tipe AVR yang telah dilengkapi dengan 8 saluran

(

channels

) ADC

internal

dengan fidelitas 10 bit. Dalam mode operasinya, ADC

ATMega32 dapat dikonfigurasi, baik sebagai

single ended input

maupun

differential input

. Selain itu, ADC ATMega32 juga memiliki konfigurasi

pewaktuan, tegangan referensi, mode operasi dan kemampuan filter derau yang

amat fleksibel sehingga dapat dengan mudah disesuaikan dengan kebutuhan dari

ADC itu sendiri.

2.1.5.1.

Inisialisasi ADC

Proses inisialisasi ADC meliputi proses penentuan

clock

, tegangan

referensi, format data keluaran dan mode pembacaan. Register yang perlu diset

nilainya adalah ADMUX (

ADC Multiplexer Selection Register

), ADCSRA (

ADC

Control and Status Register

) dan SFIOR (

Special Function I/O Register

).

(39)

ADC,

format data output

dan saluran ADC yang digunakan. Konfigurasinya

seperti pada gambar 2-8 di bawah ini.

Gambar 2-8

Register ADMUX

Bit penyusunnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.

REFS[1..0] merupakan bit pengatur tegangan referensi ADC. Memiliki

nilai awal 00 sehingga referensi tegangan berasal dari pin AREF. Detail

nilai yang lain dapat dilihat pada tabel 2-8 dibawah ini.

Tabel 2-8

Pemilihan Mode Tegangan Referensi ADC

REFS[1..0]

Mode tegangan referensi

00

Berasal dari pin AREF

01

Berasal dari pin AVCC

10 Tidak

digunakan

11

Berasal dari tegangan referensi

internal sebesar 2.56V

b.

ADLAR merupakan bit pemilih mode data keluaran ADC. Bernilai awal 0

sehingga 2 bit tertinggi data hasil konversinya berada di register ADCH

dan 8 bit sisanya berada diregister ADCL, seperti gambar 2-9. Jika bernilai

1, maka hasilnya seperti gambar 2-10.

(40)

Gambar 2-10

Format Data ADC dengan ADLAR = 1

c.

MUX[4..0] merupakan bit pemilih saluran pembacaan ADC. Bernilai awal

00000. Untuk mode

single ended input

, MUX[4..0] bernilai dari 00000 –

00111. berikut tabel konfigurasi bit MUX.

(41)

ADCSRA merupakan register 8 bit yang berfungsi melakukan

manajemen sinyal kontrol dan status dari ADC. Memiliki susunan seperti

gambar 2-11 dibawah ini.

Gambar 2-11

Register ADCSRA

Bit penyusunnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a.

ADEN merupakan bit pengatur aktivasi ADC. Bernilai awal 0. Jika

bernilai 1, maka ADC aktif.

b.

ADCS merupakan bit penanda mulainya konversi ADC. Bernilai awal 0

dan selama konversi akan bernilai 1, sedangkan jika konversi telah selesai,

maka akan bernilai 0.

c.

ADATE merupakan bit pengatur aktivasi picu otomatis operasi ADC.

Bernilai awal 0. Jika bernilai 1, operasi konversi ADC akan dimulai pada

saat transisi positif dari sinyal picu yang dipilih. Pemilihan sinyal picu

menggunakan bit ADTS pada register SFIOR.

d.

ADIF merupakan bit penanda akhir suatu konversi. Bernilai awal 0. Jika

bernilai 1, maka konversi ADC pada suatu saluran telah selesai dan data

siap diakses.

e.

ADIE merupakan bit pengatur aktivasi interupsi yang berhubungan dengan

akhir konversi ADC. Bernilai awal 0. Jika bernilai 1 dan jika sebuah

(42)

f.

ADPS[2..0] merupakan bit pengatur

clock

ADC. Bernilai awal 000. Detail

nilai bit dapat dilihat pada tabel 2-10 di bawah ini.

Tabel 2-10

Konfigurasi Clock ADC

ADPS[2..0]

Besar clock ADC

000

f

osc

1

001

f

osc

2

010

f

osc

4

011

f

osc

8

100

f

osc

16

101

f

osc

32

110

f

osc

64

111

f

osc

12

8

SFIOR

merupakan

register

8

bit pengatur sumber picu konversi

ADC, apakah dari picu eksternal atau dari picu internal. Susunannya

seperti gambar 2-12.

Gambar 2-12

Register SFIOR

ADTS[2..0]

merupakan

bit

pengatur picu eksternal operasi ADC.

Hanya berfungsi jika bit ADATE pada register ADCSRA bernilai 1. Detail

nilai ADTS[2..0] dapat dilihat pada tabel 2-11.

2.1.5.2. Pembacaan ADC

Dalam proses pembacaan hasil konversi ADC, dilakukan pengecekan

(43)

bernilai satu jika konversi sebuah saluran ADC telah selesai dilakukan dan data

hasil konversi siap untuk diambil, dan demikian sebaliknya. Data disimpan dalam

dua buah register, yaitu ADCH dan ADCL.

Pada ATMega32 terdapat dua cara operasi, yaitu

single conversion

atau

mode

free running

. Mode

free running

memungkinkan hanya perlu mengkonversi

sekali saja, sedangkan pada mode

single conversion

, setiap konversi dimulai

dengan menyeting bit ADCS (ADC

Start Conversion

) pada register ADCSRA.

Mode

single conversion

tersebut biasanya digunakan apabila banyak kanal pada

ADC yang digunakan.

Nilai ADC masukan tunggal dapat dihitung dengan persamaan berikut:

.1024

Vin

ADC

Vref

=

(2.1)

Tabel 2-11

Pemilihan Sumber Picu ADC

ADTS[2..0]

Sumber Picu

000 Mode

free running

001 Komparator

analog

010 Interupsi

eksternal

011

Timer/Counter0 Compare Match

100

Timer/Counter0 Overflow

101

Timer/Counter1 Compare Match B

110

Timer/Counter1 Overflow

(44)

2.2

Sistem Kendali

Fuzzy

[2]

2.2.1.

Logika

Fuzzy

Logika kabur (

fuzzy logic

) diperkenalkan oleh Zadeh (1965) dengan

maksud mewakili dan memanipulasi data yang tidak presisi, tapi cenderung kabur.

Logika kabur menyediakan kesimpulan morfologi (ilmu bentuk kata)

memungkinkan kemampuan perkiraan alasan manusia untuk diaplikasikan pada

sistem berbasis pengetahuan.

Logika kabur diimplementasikan dalam empat tahapan :

1.

Tahap fuzzifikasi (

fuzzification

), yakni pemetaan dari masukan tegas ke

himpunan

fuzzy

.

2.

Tahap inferensi, yakni pembangkitan aturan

fuzzy

.

3.

Tahap komposisi, yakni mengkombinasikan

output

yang menyatakan

himpunan

fuzzy

ke dalam sebuah himpunan

fuzzy

.

4.

Tahap defuzzifikasi (

defuzzification

), yakni transformasi keluaran dari

nilai kabur ke nilai tegas.

Keempat tahapan logika

fuzzy

tersebut dapat digambarkan dalam gambar 2-13.

Gambar 2-13

Tahapan proses dalam logika

fuzzy

2.2.2.

Himpunan Tegas / Klasik (

Crisp/ Classic Set

)

Teori himpunan kabur merupakan perluasan dari teori himpunan klasik /

(45)

sehingga sebuah elemen dengan mudah dapat diketahui menjadi anggota

himpunan tersebut atau tidak. Tetapi pada kenyataannya ada banyak hal yang

tidak bisa secara tegas dibuat batasnya karena memang mempunyai

batas-batas keanggotaan yang kabur. Untuk itulah dibutuhkan teori lain yaitu teori

himpunan kabur (

fuzzy set

).

2.2.3.

Fuzzifikasi (

Fuzzification

)

Tidak seperti pada sistem klasik, di mana suatu nilai secara tegas dapat

dinyatakan sebagai anggota atau bukan anggota dari suatu fungsi, sistem logika

fuzzy

bekerja atas dasar keanggotaan dari suatu himpunan dan derajat keanggotaan

nilai tersebut untuk suatu fungsi keanggotaan tertentu. Pada tahap pengkaburan

(fuzzifikasi) ini nilai masukan nyata terukur dipetakan dalam keanggotaan

fuzzy

.

Sebagai contoh keanggotaan untuk suhu air dapat dilihat pada gambar 2-14.

(46)

2.2.4.

Inferensi

Bagian penentuan aturan dari sistem logika

fuzzy

disebut juga tahap

inferensi. Setelah fungsi keanggotaan untuk variabel masukan dan keluarannya

ditentukan, basis aturan pengendalian dapat dikembangkan untuk menghubungkan

aksi keluaran kontroller terhadap kondisi masukannya. Aturan didasarkan pada

deskripsi kata-kata, bukan dengan definisi matematis, maka semua hubungan yang

dapat dijelaskan dengan ungkapan bahasa pada umumnya dapat dilakukan dengan

pengendali logika

fuzzy

. Karena variabel memiliki keanggotaan berbobot, aturan

yang terdiri atas variabel-variabel ini juga memiliki bobot. Hal ini berarti sistem

non-linier

yang biasanya sulit dikendalikan dengan pengendali konvensional,

dapat dengan mudah dikendalikan oleh pengendali logika

fuzzy

.

Untuk sistem dengan banyak masukan dan keluaran serta memiliki banyak

aturan, fluktuasi liar pada tiap-tiap masukan dapat ditekan dengan pembobotan

aturan. Oleh karena itu sistem logika

fuzzy

bersifat sangat kuat (

robust

) dan

seringkali memungkinkan pembuangan atau pengubahan banyak aturan tanpa

secara signifikan mempengaruhi karakter pengendalian.

2.2.5.

Komposisi

Ada beberapa komposisi, diantaranya komposisi Godel, Mamdani dan

Maximum

(

max

). Metode komposisi yang sering digunakan adalah komposisi

max

, himpunan

fuzzy

untuk

output

ditentukan dengan mengambil titik maksimum

dari semua himpunan

fuzzy

yang dihasilkan oleh proses inferensi untuk

(47)

2.2.6.

Defuzzifikasi (

Defuzzification

)

Proses defuzzifikasi adalah proses mengubah variabel keluaran

fuzzy

menjadi nilai-nilai tegas yang dapat digunakan untuk mengendalikan sistem.

Setelah dilakukan evaluasi pada masukan, menerapkan basis aturan, dan

mengkomposisikan himpunan

fuzzy

, pengendali logika

fuzzy

menghasilkan

keluaran untuk diberikan kepada sistem kendali. Banyak metode untuk melakukan

defuzzifikasi ini, seperti

Center Of Gravity / Area

(COG / COA),

Mean Of

Maxima

(MOM) dan

Height / Center Of Average

.

Metode fuzzifikasi yang paling sederhana, mudah dan cepat adalah metode

Height

. Metode ini menjumlahkan titik tengah dari setiap

membership

yang

tersulut, kemudian membaginya dengan jumlahan dari derajat (tinggi)

keanggotaan dari

membership

yang tersulut. U

*

adalah nilai tegas, C

(k)

merupakan

nilai tengah

membership

, dan

merupakan nilai derajat dari

membership

yang

tersulut.

k

f

= =

=

n k k k m k k

f

f

C

U

1 1 *

.

(2.2)

Metode fuzzifikasi lainnya adalah COG :

)

(

)

(

.

1 1 * i i u i u i i

U

U

U

U

= =

=

l l

μ

μ

diskret

(2.3)

du

u

du

u

U

U

u u u u

)

(

)

(

.

*

μ

μ

(48)

Metode fuzzifikasi MOM :

2

(

)

(

sup

)

(

)

(

inf

*

u

height

u

U

U

u

height

u

X

U

U

u u

u u

u

u

=

+

=

=

=

μ

=

μ

(2.5)

Sebagai contoh pada gambar 2-15 diperlihatkan hasil komposisi yang akan

di defusifikasi dengan metode

Height

. Pada gambar diperoleh derajat dari

membership yang tersulut sebut saja f1 dan f2 dan juga nilai tengah dari

membership yang tersulut yaitu C

1

dan C

2

. Maka nilai defusifikasinya adalah U

*

.

Gambar2-15

Metode defusifikasi dengan

Height

2.2.7.

Logika

Fuzzy

dalam Teknik Kendali

Bentuk logika

fuzzy

dasar adalah arsitektur Mamdani, di mana pengendali

mengubah spesifikasi kinerja eksternal dan sifat

plant

ke dalam bahasa berbasis

aturan (

rule

) secara langsung. Paradigma dasar kendali logika

fuzzy

Mamdani

yang berbasis aturan memetakan

controlled variable

(

CV

1

,

CV

2

, ...) dari

plant

dengan

manipulated variable

(

MV

1

,

MV

2

, ...).

Dalam setiap

CV

bisa secara langsung menjadi variabel terukur atau beda

antara variabel terukur tersebut dengan suatu nilai referensi yang telah ditentukan

(49)

perubahan

error

(

dt

de

) yang digunakan dalam premis aturan. Untuk implementasi

waktu diskret digunakan

CV

e

( ) (

t

e

t

T

)

dengan

T

merupakan periode cuplik

sistem.

Struktur pengendali yang menghubungkan arsitektur ini dengan sistem

kendali umpan-balik konvensionalditunjukkan dalam gambar 2-16.

Mesin Inferensi

Aturan

Proses

(

Plant

)

Output

CV

Input

MV

Gambar 2-16

Arsitektur pengendali

fuzzy

Masukan

Fuzzy Logic Controller

(FLC) adalah

error

(

e

) dan perubahan

error

(

ce

). Pengendalian dilakukan oleh FLC yang memetakan nilai

error

,

e

n

(

t

),

dan perubahan

error

ternormalisasi,

ce

n

(

t

),

yang dinyatakan sebagai

( )

t

n

e

( )

t

e

n

=

e

( )

t

n

(

e

( ) (

t

e

t

T

)

ce

n

=

ce

)

(2.6)

dengan

T

adalah

time step

,

n

e

dan

n

ce

adalah faktor normalisasi, ke dalam

perubahan aksi pengendali

δ

u

n

(

t

) melalui aturan dalam bentuk:

If

e

n

(

t

) is P and

ce

n

(

t

) is N then

δ

u

n

(

t

) is Z

P, N, Z merupakan kependekan dari

positive, negative

dan

zero

, yang

didefinisikan sebagai

fuzzy set

melalui variabel-variabel yang relevan seperti yang

(50)

Keluaran dari FLC adalah perubahan dari aksi kontrol. Untuk memperoleh

aksi kontrol

u

, perlu diintegralkan dan didenormalisasikan dengan menggunakan

faktor denormalisasi

de

δu

, sehingga diperoleh nilai aksi kontrol saat

t

, dimana

nilai perubahan aksi kontrol ditambah dengan nilai

u

sebelumnya, melalui rumus:

( ) (

t

u

t

T

)

de

u

( )

t

u

=

+

δu

δ

n

(2.7)

Gambar 2-17

Fuzzy set

Gambar 2-18

Arsitektur umum sistem pengendali

fuzzy

Aturan-aturan tambahan dapat ditentukan dari inspeksi dan dapat dilihat

(51)

Tabel 2-12

Aturan-aturan kendali

fuzzy

secara umum

error

,

e

n

Atribut yang diamati

perubahan

error

,

ce

n

Atribut yang dikendalikan

perubahan sinyal kontrol untuk

plant,

δ

u

n

Kondisi aturan aksi

If

e

n

is P and

ce

n

is P then

δ

u

n

is P

I. Mulai, input dalam tanggapan diubah ke

perubahan

setpoint

If

e

n

is N and

ce

n

is N then

δ

u

n

is N

If

e

n

is P and

ce

n

is Z then

δ

u

n

is P

II.

Plant

tidak merespon; input disesuaikan

If

e

n

is N and

ce

n

is Z then

δ

u

n

is N

If

e

n

is P and

ce

n

is N then

δ

u

n

is Z

III. Tanggapan

plant

normal, input dijaga

tetap

If

e

n

is N and

ce

n

is P then

δ

u

n

is Z

IV. Mencapai kesetimbangan

If

e

n

is Z and

ce

n

is Z then

δ

u

n

is Z

If

e

n

is Z and

ce

n

is N then

δ

u

n

is N

V.

Error

nol, tetapi ada perubahan,

lakukan aksi

If

e

n

is Z and

ce

n

is P then

δ

u

n

is P

Penambahan aturan yang baru untuk 7

membership

dapat dilihat pada tabel 2-13.

Tabel 2-13

Aturan-aturan kendali

fuzzy

secara umum

e

n

Ce

n

NB NM NS ZE PS PM PB

NB

NB NB NB NB NM NS ZE

NM

NB NB NB NM NS ZE PS

NS

NB NM NM NS ZE PS PM

ZE

NS NS NS ZE PS PM PB

PS

NS NS ZE PS PM PB PB

PM

ZE ZE PS PM PB PB PB

PB

PS PS PM PB PB PB PB

(52)

Gambar 2-20

Membership

input

perubahan

error

dengan 7

membership

(Ce

n

)

Gambar 2-21

Membership

output dengan 7

membership

(

δ

u

n

)

NB, NM, NS, ZE, PS, PM, PB adalah kependekan dari

negative big

,

negative

medium, negative small, zero, positive small, positive medium

dan

positive big.

Katakanlah diperoleh nilai e

n

= 0,25 dan Ce

n

= 2,25 maka proses fusifikasi

dan defusifikasi yang terjadi dengan menggunakan aturan-aturan dari tabel 2-13.

Jika masukan e = 0,25 dan Ce = 2,25 maka aturan-aturan yang digunakan adalah:

1.

if

e

n

= ZE

and

Ce

n

= PM

then

δ

u

n

= PM

2.

if

e

n

= ZE

and

Ce

n

= PB

then

δ

u

n

= PB

3.

if

e

n

= PS

and

Ce

n

= PM

then

δ

u

n

= PB

4.

if

e

n

= PS

and

Ce

n

= PB

then

δ

u

n

= PB

sedangkan aturan-aturan yang lain tidak tersulut karena nilai

membership output

yang dihasilkan diperoleh derajat keanggotaan = 0. Dengan menggunakan metode

defusifikasi

height

maka nilai defusifikasinya dapat dihitung.

U

*

=

0,25

0,75

0,25

.

3,125

0,75

2.

+

+

(53)

2.3

Liquid Crystal Display

(LCD) [3]

LCD adalah komponen yang berfungsi untuk menampilkan suatu karakter

pada suatu tampilan (

display

) dengan bahan utama yang digunakan berupa

Liquid

Crystal

. Apabila diberi arus listrik sesuai dengan jalur yang telah dirancang pada

konstruksi LCD, cairan kristal akan terpolarisasi (keruh) sehingga menghalangi

cahaya dan membentuk suatu karakter tertentu. Gambar konstruksi LCD dapat

dilihat pada gambar 2-22.

Gambar 2-22

Konstruksi LCD

LCD yang sering digunakan adalah jenis LCD M1632. M1632 merupakan

modul LCD dengan tampilan 2 x 16 (2 baris, 16 kolom) dengan konsumsi daya

rendah. Modul tersebut dilengkapi dengan mikrokontroler yang didesain khusus

untuk mengendalikan LCD. Mikrokontroler HD44780 buatan Hitachi yang

berfungsi sebagai pengendali LCD memiliki CGROM (

Character General Read

Only Memory

), CGRAM (

Character General Random Access Memory

) , dan

(54)

2.3.1.

DDRAM (

Display Data Random Access Memory

)

DDRAM merupakan memori tempat karakter yang ditampilkan berada.

Contoh, untuk karakter ‘A’ atau 41H yang ditulis pada alamat 00h, maka karakter

tersebut akan tampil pada baris pertama dan kolom pertama dari LCD. Apabila

karakter tersebut ditulis di alamat 40h, maka karakter tersebut akan tampil pada

baris kedua kolom pertama dari LCD. Hubungan posisi tampilan dan alamat

DDRAM ditunjukkan gambar 2-23.

Gambar 2-23

Hubungan posisi tampilan dan alamat DDRAM.

2.3.2.

CGRAM (

Character Generator Random Access Memory

)

CGRAM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan

bentuk karakter dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Isi memori ini akan hilang

saat

power supply

tidak aktif, sehingga pola karakter akan hilang.

2.3.3.

CGROM (

Character Generator Read Only Memory

)

CGROM adalah memori untuk menggambarkan pola sebuah karakter dan

pola tersebut sudah ditentukan secara permanen dari HD44780 sehingga pengguna

tidak dapat mengubah lagi. Memori ini bersifat permanen, sehingga pola karakter

(55)

Tampilan karakter pada LCD ini menggunakan kode ASCII. Tampilan

karakter pada LCD dengan kode ASCII-nya sekaligus hubungan antara CGROM

dengan DDRAM dapat dilihat pada gambar 2-24 di bawah ini.

Pada gambar 2-24, terlihat pola-pola karakter yang tersimpan dalam

lokasi-lokasi tertentu dalam CGROM. Pada saat HD44780 akan menampilkan

data 4CH yang tersimpan pada DDRAM, maka HD44780 akan mengambil data di

alamat 4CH (0100 1100) yang ada pada CGROM, yaitu pola karakter ”L”. Untuk

konfigurasi kaki keluaran LCD dapat dilihat pada tabel 2-14.

(56)

Tabel 2-14

Konfigurasi kaki LCD

No Nama

Pin

Deskripsi

1 GND 0 v

2 VCC +5 v

3 VEE Tegangan Kontras LCD

4 RS Register Select, (0=Register Perintah, 1=Register Data)

5 R/W 1=Read, 0=Write

6 E

Enable Clock LCD, logika 1 setiap kali pengiriman atau pembacaan data

7 D0 Data Bus 0

8 D1 Data Bus 1

9 D2 Data Bus 2

10 D3 Data Bus 3

11 D4 Data Bus 4

12 D5 Data Bus 5

13 D6 Data Bus 6

14 D7 Data Bus 7

15 Anode Tegangan Positif Backlight 16 Katode Tegangan Negatif Backlight

2.4

Termoelektrik [4]

Termoelektrik merupakan sebuah fenomena terjadinya perubahan

sifat-sifat termodinamika menjadi sifat-sifat-sifat-sifat elektrik dan sebaliknya. Dua batang logam

berbeda bahan yang disambungkan dan dialiri arus listrik. Ketika salah satu ujung

dipanaskan maka pada rangkaian tertutup tersebut akan mengalir arus. Fenomena

ini dinamakan efek

Seebeck

, karena ditemukan oleh Thomas Seebeck pada tahun

1821.

Begitu pula bila dilakukan hal yang sebaliknya, yaitu jika rangkaian

tertutup dari dua batang logam berbeda bahan yang disambungkan tersebut

dialirkan arus listrik. Pada salah satu ujung sambungan akan menyerap kalor

sehingga menjadi panas dan pada ujung sambungan lainnya akan terasa dingin.

(57)

dinamakan efek

Peltier

yang kemudian digunakan sebagai dasar pembuatan

termoelektrik.

Dengan menempatkan ujung dari sambungan yang menyerap kalor pada

ruang yang akan didinginkan, maka ruang tersebut lama-kelamaan akan menjadi

dingin akibat kalor dipindahkan ke tempat lain hanya menggunakan energi

elektrik tanpa melibatkan refrigeran apapun.. Konstruksi dasar termoelektrik dapat

dilihat pada gambar 2-25.

Ketika elektron berpindah dari bahan semikonduktor tipe P ke bahan tipe

N melalui suatu sambungan elektrik, elektron melompat ke energi yang lebih

tinggi dengan menyerap energi panas (pada sisi dingin). Secara berlanjut melalui

kisi-kisi bahan, elektron mengalir dari bahan tipe N ke bahan tipe P melalui suatu

sambungan elektrik, sambil melepaskan keadaan energi panas yang melemah ke

bagian sisi panas.

2.5

Elemen Pemanas [5]

Pemanas air yang digunakan pada dispenser air biasanya disebut dengan

elemen pemanas. Elemen pemanas ini merupakan suatu resistansi yang berupa

lilitan logam. Karena dialiri arus dan tegangan yang tinggi, maka daya yang

terjadi pada elemen ini juga besar. Oleh karena itu lama kelamaan elemen ini akan

menghasilkan kalor karena energi yang terbuang.

Elemen pemanas ini bekerja dengan sumber AC 220V. Gambar elemen

(58)

Gambar 2-25

Konstruksi termoelektrik

Gambar 2-26

Elemen pemanas dispenser air

2.6

Rangkaian Elektronis

2.6.1.

Sensor Suhu LM35 [6]

Sensor suhu LM35 memiliki kemampuan untuk mengukur suhu ruangan

dalam skala °C dengan keluaran tegangan 10mV untuk setiap °C. Sensor suhu

LM35 dapat bekerja pada sumber tegangan 4-35V. Rentang suhu yang mampu

diukur oleh sensor ini adalah dari -5°C s/d 150 °C.

2.6.2.

Sensor Suhu NTC (

Negative Temperature Coefficient

) [7]

Thermistor

adalah suatu komponen yang resistansinya berubah saat

(59)

seiring kenaikan suhu disebut

Positive Temperature Coefficient

(PTC) dan yang

resistansinya meningkat seiring penurunan suhu disebut

Negative Temperature

Coefficient

(NTC).

Thermistor

yang biasanya digunakan dapat dilihat pada

gambar 2-27.

Gambar 2-27

Thermistor

Hubungan antara perubahan resistansi dan suhu pada NTC dapat dilihat

pada gambar 2-28. Dari gambar 2-28 dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhunya

maka resistansi

thermistor

NTC akan semakin menurun. Thermistor biasanya

digunakan untuk sensor suhu, pengaman rangkaian dengan resistansinya yang

tinggi dan pembatas arus yang bekerja seiring perubahan suhu.

Gambar 2-28

Hubungan antara resistansi dan temperatur pada NTC

2.6.3.

Solid State Relay (SSR)

(60)

2.6.3.1

TRIAC [8]

Triac adalah alat semikonduktor empat lapis (PNPN) yang mempunyai

tiga terminal, yaitu terminal utama 2 (MT

2

), terminal utama 1 (MT

1

) dan gerbang

(G). Triac merupakan alat thyristor dan banyak digunakan. Keluaran dari triac

adalah arus bolak-balik, bukan arus searah. Triac dibuat untuk menyediakan cara

agar kendali daya ac ditingkatkan. Rangkaian ekivalen triac diperlihatkan sebagai

dua SCR yang dihubungkan paralel terbalik seperti diperlihatkan pada Gambar

2-29.

Jika terminal MT1 dan MT2 diberi tegangan AC dan

gate

dalam kondisi

mengambang, maka tidak ada arus yang dilewatkan oleh triac sampai pada

tegangan

breakover

triac tercapai. Pada kondisi ini, triac

OFF

. Pada saat

gate

diberi arus positif atau negatif, tegangan

breakover

akan turun. Semakin besar

nilai arus yang masuk ke

gate,

semakin rendah tegangan

breakover

. Pada kondisi

ini triac menjadi

ON

selama tegangan pada MT1 dan MT2 di atas nol volt.

Apabila tegangan pada MT1 dan MT2 sudah mencapai nol volt, maka kondisi

kerja triac akan berubah dari

ON

ke

OFF

. Ketika triac sudah menjadi

OFF

kembali, triac akan selamanya

OFF

sampai ada arus

trigger

ke

gate

dan tegangan

MT1 dan MT2 melebihi tegangan

breakover

. Gambar 2-29 memperlihatkan

daerah kerja triac.

2.6.3.2

Optoisolator [10]

Optoisolator yang digunakan adalah MOC3020. Optoisolator terdiri dari

(61)

photodioda sehingga dapat mengaktifkan komponen atau rangakaian yang

terhubung pada optoisolator. Optoisolator digunakan untuk mengisolasi rangkaian

yang bekerja dengan sumber DC dengan rangkaian yang bekerja dengan sumber

AC.

2.6.4.

Penguat Non-Inverting [9]

Penguat

non-inverting

berfungsi untuk memperbesar sinyal tanpa merubah

fasanya. Rangkaian penguat

non-inverting

dapat dilihat pada gambar 2-31.

Nilai tegangan keluaran (Vout) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Vout = (1+

R

Rf

) vin

(2.8)

Dengan penguatan tegangan (Av) sebagai berikut:

Av = (1+

R

Rf

) (2.9)

(62)

Gambar 2-30

Kurva karakteristik TRIAC

Gambar 2-31

Penguat

non-inverting

2.6.5.

Komparator [9]

Komparator merupakan suatu rangkaian pembanding. Disebut pembanding

karena keluarannya akan berubah bila nilai masukannya lebih tinggi atau lebih

rendah dari V

nya. Ketika masukan lebih tinggi daripada suatu batasan

tertentu, keluaran komparator tinggi. Bila masukan berada di bawah batasan lain

(batas bawah), maka keluarannya rendah. Rangkaian komparator dan kurva

karakteristiknya ditunjukkan pada gambar 2-32.

ref

Nilai tegangan keluaran (Vout) dapat dirumuskan sebagai berikut:

in

V

>

V

ref

maka Vout = +Vsat

(2.10)

in

(63)

in

V

V

ref

maka Vout = A

OL

(V

in

-V

ref

)

(2.12)

Out

ref

V

+Vsat

-Vsat

in

V

Gambar 2-32

Komparator

2.6.6.

Darlington [7]

Saat ini kebutuhan akan arus yang besar untuk peningkatan daya yang

digunakan untuk komponen yang membutuhkan

supply

daya yang cukup besar

semakin banyak. Transistor sangat banyak digunakan sebagai penguat daya yang

efektif. Akan tetapi transistor juga memiliki batas penguatan.

Hubungan antara dua buah transistor bipolar yang sangat populer untuk

operasi sebagai transistor ”super beta” adalah Darlington seperti yang terlihat

pada gambar 2-32. Fitur utama darlington adalah gabungan transistor yang bekerja

sebagai satu unit dengan penguatan arus. Jika rangkaian yang dibangun dengan

dua buah transistor terpisah mempunyai penguatan

β

1

dan

β

2

maka Darlington

menyediakan penguatan arus :

β

D

=

β

1

β

2

(2.10)

Dengan mengasumsikan

β

transistor Q1 dan transistor Q2 yang digunakan

untuk koneksi Darlington adalah sama maka penguatan arus yang dihasilkan

adalah :

(64)

Q1

Q2

E C

B

Gambar 2-32

Koneksi Darlington

2.6.7.

Pembagi Tegangan (

Voltage Divider

) [7]

Dalam rangkaian elektronis terdapat hubungan seri dan paralel. Jika

komponen pasif seperti resistor terhubung paralel, maka tegangan antara resistor

yang satu dengan yang lainnya adalah sama. Tetapi jika terhubung seri maka

tegangan pada resistor satu dengan yang lainnya menjadi terbagi.

Hal ini sering dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi yang saat ini kita

gunakan. Rangkaian dasar pembagi tegangan dapat dilihat pada gambar 2-33.

Cara menghitung tegangan yang terbagi adalah sebagai berikut :

VR

2

=

VCC

1

R

2

R

2

R

×

+

(2.12)

R1

R2 VR2

VCC

(65)

digunakan, yaitu dengan syarat awal standar bahwa sistem mula-mula diam

dengan keluaran dan semua turunan waktunya nol[11]. Dengan demikian,

karakteristik tanggapannya dapat dengan mudah dibandingkan.Tanggapan

transien suatu sistem kontrol secara praktek selalu menunjukkan osilasi teredam

sebelum mencapai keadaan tunaknya. Dalam mengolongkan karakteristik

tanggapan transien suatu sistem kontrol terhadap masukan tangga satuan, umum

dikelompokkan sebagai berikut[11].

1.

Waktu tunda (td)

2.

Waktu naik (tr)

3.

Waktu puncak (tp)

4.

Overshoot

maksimum (Mp)

5.

Waktu turun (ts)

Pengelompokan ini didefinisikan sebagai berikut dan secara grafik

ditunjukkan pada gambar 2-34.

1.

Waktu tunda (td) : waktu yang diperlukan oleh tanggapan untuk

Gambar

Gambar 2-1 Konfigurasi Pin Mikrokontroler ATMega32
Gambar 2-2 Peta Memori Flash Mikrokontroler ATMega32
Gambar 2-3 Peta Memori Data SRAM
Gambar 2-4 Register – Register Pada EEPROM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan dataset yang ada, dilakukan perhitungan Entropy dan Information Gain yang berfungsi untuk menentukan atribut yang akan menjadi Root Node, Node Level

Adalah suatu cara dengan melakukan kegiatan yang menggunakan personil dan sarana dalam rangka pengamanan untuk menemukan serta menghancurkan agen-agen lawan yang

Obat yang bersifat asam lemah dan basa lemah yang sukar larut, dapat dilarutkan dengan bantuan kerja dari zat aktif permukaan dengan menurunkan tegangan permukaan antara zat

tebal pelat untuk menahan gaya geser pada sistem flat slab sebesar 50 cm sedangkan pada tipe two way slab with beam dibutuhkan tinggi balok 75 cm dengan tambahan

RHK yang merupakan pengembangan model ASLs (Advanced Stop Lines) adalah lajur yang disediakan khusus untuk pengguna sepeda motor untuk memisahkan ruang tunggu bagi sepeda

Bila dibandingkan, perbedaan kelompok yang operabel dan inoperabel perbedaannya tidak bermakna, sehingga ekspresi p53 mutan negatif dan ekspresi caspase 3 positif tidak

ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar oleh masyarakat umum. Media luar ruang adalah segala benda yang diletakkan diletakkan di luar ruang yang tidak

Perbandingan antara kondisi Aktual fisik jalur pedestrian dengan kondisi yang seharusnya berdasarkan fungsi dan Klasifikasi Jalan pada koridor jalan Masjid Algazali.