i
PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI KOGNITIF
PADA MATAPELAJARAN IPA SDK SOROWAJAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh: Desy Indah Kurnianingsih
NIM : 091134246
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang sangat luar biasa untuk hidupku
Bapak Ibuku yang tercinta dan luar biasa mendidikku.
Kakak-kakakku yang terkasih yang selalu memberikan
dukungan.
Para sahabat yang selalu mendukung dalam kebersamaan.
v MOTTO
“ Do the best for your life ”
“ Percayalah bahwa Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik
untuk hidup kita “
viii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar siswa dan (2) mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis pada kategori kognitif siswa kelas V SDK Sorowajan Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2011 sampai dengan tanggal 2 Maret 2011. Desain penelitian ini adalah quasi-experimental design tipe non-equivalent control group design. Subjek peneilitian ini adalah siswa kelas V SDK Sorowajan yang terdiri dari kelas VA sebanyak 32 siswa sebagai kelompok kontrol dan kelas VB sebanyak 30 siswa sebagai kelompok eksperimen. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random atau acak. Instrumen penelitian berupa 10 soal pilihan ganda untuk mengukur prestasi belajar siswa dan 6 soal essai untuk mengukur kemampuan berpikir kritis kategori kognitif siswa. Instrumen tersebut telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas berdasarkan analisis statistik. Analisis data dilakukan dengan membandingan mean pre-test dan post-test, serta membandingkan rata-rata kenaikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan Indendent Sample T-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode inkuiri yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,002 (atau < 0,05). Akan tetapi, kenaikan skor prestasi belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,326 (atau > 0,05). (2) Ada peningkatan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif siswa dengan menggunakan metode inkuiri yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) 0,048 (atau < 0,05).
ix ABSTRACT
The aims of the research are (1) to know the influence of inquiry method application through students‟ learning achievement and (2) the influence of inquiry method through critical thinking ability cognitive category in Sorowajan Yogyakarta Kanisius Elementary School grade VA at even semester year 2010-2011 with inquiry method in science course simple tools. The research was held from February 22nd , 2011 untill March 2nd,2011.
The design of the research is quasi-experimental design type non-equivalent control group design. The subject of the research are students grade V Kanisius Sorowajan Elementary School which contain 32 students from VA class as control group and 30 students from VB class as experimental group. Randomization do not applied while choosing experimental and control group.
The instruments of the research contain 10 multiple choice to measure students‟ learning achievement and 6 essays to measure students‟ critical thinking ability in cognitive category. The instruments are valid and reliable based on statistic analysis. The data analysis is done by comparing the mean of pre-test and
post-test, and comparing the mean of experimental group‟ development and control group with independent sample T-test.
The results of the research show that (1) there are students‟ learning achievement
using inquiry method which shows the score of sig.(2-tailed) with amount 0,002 (or < 0,05). However, the score development of experimental group‟ learning achievement and control group is not different positively and significantly. It shows with the score of sig.(2-tailed) with amount 0,326 (or > 0,05). (2) There is development of critical thinking in cognitive category using inquiry method which shows the score of sig.(2-tailed) 0,048 (or < 0,05).
x PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena hikmat, kasih, dan
setiaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI
TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI
KOGNITIF PADA MATAPELAJARAN IPA SDK SOROWAJAN
YOGYAKARTA” ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan, dan kerjasama dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, dengan segenap hati penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku dosen pembimbing I, yang
memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyelesaian karya ilmiah
ini.
4. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A., selaku dosen pembimbing
II, yang memberikan bimbingan, masukan yang menginspirasi, dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
5. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si., selaku dosen yang memberikan
xi
6. Bapak Suwardi, S.Pd, selaku kepala SDK Sorowajan yang memberikan
ijin penelitian dan dukungan kepada penulis.
7. Ibu Anna Maria Wahyuni, A.Ma.Pd, selaku guru kelas VB SDK
Sorowajan yang memberikan waktu dan tenaganya sebagai guru mitra
penelitian kolaboratif.
8. Siswa-siswi kelas VA dan VB SDK Sorowajan, yang bersedia sebagai
subjek penelitian.
9. Bapak dan Ibu tercinta, yang setia dalam doa dan dukungannya kepada
penulis.
10.Kakak-kakak tersayang, yang selalu memberikan motivasi bagi penulis.
11.Teman-teman penelitian kolaboratif SDK Sorowajan (mba Evi dan mba
Lisye), yang selalu berbagi pengetahuan, semangat, dan kecerian dalam
suka dan duka kepada penulis.
12.Teman-teman penelitian kolaboratif IPA, yang memberikan masukan dan
semangat kepada penulis.
13.Teman-teman „Kost L Ceria‟ yang selalu memberikan dukungan,
semangat dan kecerian setiap saat bagi penulis.
14.Teman-teman PGSD kelas B yang selalu memberikan dukungan dan
xiii
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Sistematika Penyajian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka... 5
2.1.1 Teori-teori yang Relevan ... 5
2.1.1.1Metode Inkuiri ... 5
2.1.1.2Inkuiri Terbimbing……….14
2.1.1.3Ilmu Pengetahuan Alam ... 15
2.1.1.4Pesawat Sederhana ... 17
2.1.1.5Prestasi Belajar ... 23
xiv
2.1.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 32
2.2 Kerangka Berpikir ... 37
2.3 Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 39
3.2 Populasi dan Sampel ... 42
3.3 Variabel Penelitian ... 43
3.4 Definisi Operasional ... 44
3.5 Instrumen Penelitian ... 45
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 47
3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 56
3.8 Teknik Analisis Data ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 63
4.1.1 Deskripsi Data Penelitian ... 63
4.1.1.1Data Prestasi Belajar ... 63
4.1.1.2Data Kecakapan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 68
4.1.2 Analisis Data Penelitian ... 72
4.1.2.1Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar ... 72
4.1.2.2Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 95
4.2Pembahasan ... 121
4.2.1 Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar .. 121
4.2.1.1Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 122
xv BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 126
5.2 Saran ... 128
xvi
DAFTAR TABEL
JUDUL TABEL HALAMAN
Tabel 1. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda dan Essay…………...………...46
Tabel 2. Kriteria Penentuan Skor Essai………...…………..47
Tabel 3. Uji Validitas Kelompok A...………...….50
Tabel 4. Uji Validitas Kelompok B...………...………51
Tabel 5. Uji Beda Soal Pilihan Ganda………...………53
Tabel 6. Kriteria Koefisien Reliabilitas………...………..55
Tabel 7. Uji Reliabilitas………...………..55
Tabel 8.Tabulasi hasil pretest pilihan ganda kelompok eksperimen…...64
Tabel 9. Tabulasi hasil posttest pilihan ganda kelompok eksperimen…...65
Tabel 10. Tabulasi hasil pretest pilihan ganda kelompok kontrol……...66
Tabel 11. Tabulasi hasil posttest pilihan ganda kelompok kontrol…...67
Tabel 12. Tabulasi hasil pretest kognitif kelompok eksperimen……...69
Tabel 13. Tabulasi hasil posttest kognitif kelompok eksperimen……...70
Tabel 14. Tabulasi hasil pretest kognitif kelompok control…………...71
Tabel 15. Tabulasi hasil posttest kognitif kelompok kontrol…………...72
Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Eksperimen...74
Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Eksperimen...75
Tabel 18. Uji Independent Samples T-test Prestasi Belajar Eksperimen...77
Tabel 19. Uji Normalitas Data Kenaikan Eksperimen...80
xvii
Tabel 21. Uji Independent Samples T-test Eksperimen dan Kontrol...83
Tabel 22. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Interpretasi...85
Tabel 23. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Analisis...87
Tabel 24. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Evaluasi...88
Tabel 25. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Inferensi...90
Tabel 26. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Eksplanasi...92
Tabel 27. Uji Kruskal Wallis Test Berpikir Kritis...93
Tabel 28. Ranking Aspek Kognitif Pilihan Ganda...94
Tabel 29. Hasil Uji Normalitas Data Pretest Kecakapan Berpikir Kritis...97
Tabel 30. Hasil Uji Normalitas Data Pretest Kecakapan Berpikir Kritis...99
Tabel 31. Uji Independent Samples T-test Pretest Kelompok Eksperimen...101
Tabel 32. Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Kelompok Eksperimen...103
Tabel 33. Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Kelompok Kontrol...105
Tabel 34. Uji Independent Samples T-test Pretest Kelompok Eksperimen...107
Tabel 35. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Interpretasi...109
Tabel 36. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Analisis...111
Tabel 37. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Evaluasi...112
Tabel 38. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Inferensi...114
Tabel 39. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Eksplanasi...116
Tabel 40. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Regulasi Diri...117
Tabel 41. Uji Kruskal Wallis Test Berpikir Kritis...119
xviii
DAFTAR GAMBAR
JUDUL GAMBAR HALAMAN
Gambar 1. Prinsip Pengungkit Jenis Pertama...18
Gambar 2. Prinsip Pengungkit Jenis Kedua...19
Gambar 3. Prinsip Pengungkit Jenis Ketiga...19
Gambar 4. Katrol Tetap...20
Gambar 5. Katrol Bebas...21
Gambar 6. Katrol Berganda...22
Gambar 7. Katrol Blok Berganda...22
Gambar 8. Literatur Map dari Penelitian-penelitian Sebelumnya...36
Gambar 9. Proses Penyusunan Hipotesis...38
Gambar 10. Variabel Penelitian...44
Gambar 11. Grafik Pretest Eksperimen Pilihan Ganda...73
Gambar 12. Grafik Posttest Eksperimen Pilihan Ganda...75
Gambar 13. Grafik Kenaikan Pretest ke Posttest Kelompok Eksperimen...78
Gambar 14. Grafik Rata-rata Kenaikan Kelompok Eksperimen...79
Gambar 15. Grafik Rata-rata Kenaikan Kelompok Kontrol...81
Gambar 16. Grafik Kenaikan Interpretasi Kelompok Eksperimen...84
Gambar 17. Grafik Kenaikan Analisis Kelompok Eksperimen...86
Gambar 18. Grafik Kenaikan Evalusi Kelompok Eksperimen...88
xix
Gambar 20. Grafik Kenaikan Eksplanasi Kelompok Eksperimen...91
Gambar 21.Grafik Perbedaan Kecakapan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen...94
Gambar 22. Grafik Kenaikan Masing-masing Aspek...95
Gambar 23.Grafik Pretest Kecakapan Berpikri Kritis Kelompok Eksperimen...96
Gambar 24.Grafik Posttest Kecakapan Berpikri Kritis Kelompok Eksperimen....98
Gambar 25. Grafik Rata-rata Kenaikan Berpikir Kritis Eksperimen...102
Gambar 26. Grafik Rata-rata Kenaikan Berpikir Kritis Kontrol...104
Gambar 27. Grafik Kenaikan Interpretasi Kelompok Eksperimen...108
Gambar 28. Grafik Kenaikan Analisis Kelompok Eksperimen...110
Gambar 29. Grafik Kenaikan Evalusi Kelompok Eksperimen...112
Gambar 30. Grafik Kenaikan Inferensi Kelompok Eksperimen...113
Gambar31. Grafik Kenaikan Eksplanasi Kelompok Eksperimen...115
Gambar 32. Grafik Kenaikan Regulasi Diri Kelompok Eksperimen...117
Gambar 33.Grafik Perbedaan Kecakapan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen...120
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelompok Eksperimen
Lampiran 2 RPP Kelompok Kontrol
Lampiran 3 Soal PretestPosttest Kelompok Eksperimen yang Sudah Diisi Siswa
Lampiran 4 Soal PretestPosttest Kelompok Kontrol yang Sudah Diisi Siswa
Lampiran 5 LKS Kelompok Eksperimen yang Sudah Diisi Siswa
Lampiran 6 LKS Kelompok Kontrol yang Sudah Diisi Siswa
Lampiran 7 Soal Essai Kelompok Eksperimen yang Sudah Diisi siswa
Lampiran 8 Soal Essai Kelompok Kontrol yang Sudah Diisi siswa
Lampiran 9 Uji Validitas Kelompok Soal A
Lampiran 10 Uji Validitas Kelompok Soal B
Lampiran 11 Uji Reliabilitas Soal
Lampiran 12 Uji Beda Soal
Lampiran 13 Uji Normalitas Data
Lampiran 14 Uji Hipotesis
Lampiran 15 Uji Ranking
Lampiran 16 Foto-foto Penelitian
Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian
1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Pada jaman sekarang ini pendidikan merupakan hal yang sangat penting.
Para orang tua berusaha memberikan pendidikan yang terbaik untuk
anak-anaknya. Salah satu cara orang tua untuk memberikan pendidikan yang terbaik
untuk anaknya adalah dengan menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang
bermutu baik. Dalam sebuah sekolah guru merupakan hal penting dalam
terselenggaranya sebuah pengajaran. Di lingkungan Sekolah Dasar guru
berperan sebagai seorang pengajar, pendidik dan pengasuh. Guru Sekolah
Dasar, sebagai guru kelas, selalu dituntut agar dapat menguasai pengetahuan
secara luas mengenai semua bahan mata pelajaran yang diajarkan. Berbeda
halnya dengan seorang guru mata pelajaran yang hanya mengajarkan satu
matapelajaran saja, guru kelas harus dapat mengajarkan semua matapelajaran
yang ada, diantaranya adalah IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dan
PKn.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang
harus dapat dikuasai oleh guru kelas secara baik. Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan matapelajaran yang menyenangkan apabila diajarkan dengan
kreatif oleh guru. Ada banyak metode yang ditawarkan antara lain metode
ceramah, metode diskusi, metode inkuiri dan lain-lain yang dapat digunakan
oleh guru dalam mengajar. Berhasil atau tidaknya proses dan hasil dalam
pembelajaran sangat ditentukan oleh ketapatan guru dalam memilih metode
2
Dalam kenyataannya banyak guru yang hanya menggunakan metode
ceramah dalam setiap pembelajarannya. Proses pembelajaran hanya terjadi
satu arah, karena dalam pembelajaran tersebut hanya guru yang aktif dalam
kegiatan pembelajaran sedangkan siswa hanya menerima pengetahuan dari
apa yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak diberi kesempatan untuk
mencari pengetahuannya sendiri. Padahal mata pelajaran IPA akan lebih dapat
dimengerti dan dipahami apabila siswa dapat menemukan sendiri
pengetahuannya.
Terdorong dari hal di atas maka peneliti ingin mencoba sebuah metode
pengajaran yaitu metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) terutama pada materi pesawat sederhana. Metode
inkuiri tersebut diharapakan akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa dan hasil belajarnya.
Batasan masalah untuk penelitian ini adalah metode inkuiri sebagai
variabel independen dan prestasi belajar serta kecakapan berpikir kritis
sebagai variabel dependen. Populasi untuk penelitian ini adalah siswa-siswi
kelas V SDK Sorowajan, sedangkan sampelnya adalah siswa-siswi kelas VA
dan VB SDK Sorowajan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode inkuiri terbimbing. Mata pelajaran yang diteliti adalah Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) materi pesawat sederhana.
3 1.2Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA
materi Pesawat Sederhana terhadap prestasi belajar siswa-siswi kelas V
SDK Sorowajan Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran
2010/2011?
2. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA
materi Pesawat Sederhana terhadap kemampuan berpikir kritis pada
kategori kognitif siswa-siswi kelas V SDK Sorowajan Yogyakarta pada
Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti merumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata
pelajaran IPA materi Pesawat Sederhana terhadap prestasi belajar
siswa-siswi kelas V SDK Sorowajan Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata
pelajaran IPA materi Pesawat Sederhana terhadap kemampuan berpikir
kritis pada kategori kognitif siswa-siswi SDK Sorowajan Yogyakarta.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Peneliti
Peneliti memperoleh pengetahuan baru tentang penggunaan metode
pembelajaran terutama dalam mata pelajaran IPA.
4
Sekolah mempunyai tambahan koleksi buku bacaan yang bermanfaat bagi
teman guru lainya.
3. Guru
Guru memperoleh referensi dalam menggunakan metode pembelajaran
terutama dalam mata pelajaran IPA.
4. Siswa
Siswa dapat termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti proses
pembelajaran sehingga dapat berdampak pada peningkatan prestasi
belajarnya.
5. Program Studi PGSD
Menambah referensi bacaan pada perpustakaan.
1.5Sistematika Penyajian
Penulisan proposal ini disajikan dalam empat bab dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab 1 membahas pendahuluan yang menjelaskan latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan makalah. Bab 2 membahas kajian pustaka yang menjelaskan kajian
pustaka, teori-teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya, kerangka
berpikir, hipotesis. Bab 3 membahas metode penelitian yang menjelaskan
jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional,
intrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik
5 BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II merupakan landasan teori yang berisi kajian pustaka, kerangka
berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka membahas teori-teori yang
relevan dan hasil penelitian sebelumnya yang berisi tentang penelitian sejenis
yang pernah ada. Selanjutnya dirumuskan dalam kerangka berpikir dan
hipotesis penelitian yang berisi dugaan sementara atau jawaban sementara dari
rumusan masalah penelitian.
2.1Kajian Pustaka
2.1.1 Teori-teori yang Relevan 2.1.1.1Metode Inkuiri
2.1.1.1.1 Pengertian Metode Inkuiri
Menurut Sanjaya (2006:195), metode pembelajaran inkuiri adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir
secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari masalah yang dipertanyakan. Gulo dalam Trianto
(2009:166) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
6 2.1.1.1.2 Prinsip-prinsip Penggunaan Metode Inkuiri
Menurut Sanjaya (2006:197-199), prinsip-prinsip penggunaan
metode inkuiri sebagai berikut:
a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual
Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan
kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini
selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada
proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses
pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan
ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi
pembelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari
dan menentukan sesuatu. Makna dari “sesuatu” yang harus
ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang
dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu
setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang
dapat ditemukan.
b. Prinsip Interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan
interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatakan guru bukan sebagai sumber
belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi
itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa
7
mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi memang
bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi
yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri.
c. Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan metode
inkuiri adalah guru sebagai penanya. Kemampuan siswa untuk
menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru
untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.
Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasi oleh setiap guru,
apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa,
bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan
kemampuan, atau bertanya untuk menguji.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar
adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak
kanan; baik otak raptil, otak limbik, maupun otak neokortek.
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak
secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan
otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan
rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering atau hampa”.
Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung
unsur-8
unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika
melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.
e. Prinsip Keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.
Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu
diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan
kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan
ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan
kebenaran hipotesis yang diajukannya.
2.1.1.1.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Inkuiri
Menurut Sanjaya (2006:199-203), langkah-langkah proses
pembelajaran dengan menggunakan metode inkuri adalah sebagai
berikut:
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau
iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru
menggondisikan agar siswa siap melaksanakan proses
pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk
berpikir memecahkan masalah. Kemauan dan kemampuan siswa
sangat menentukan keberhasilan metode inkuiri ini.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada
9
rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu
ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang
tepat. Proses mecari jawaban itulah yang sangat penting dalam
metode inkuiri, oleh sebab itu melaui proses tersebut siswa akan
memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya
mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan
demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah
teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari
dan ditemukan.
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sabagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji
kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap
anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara
atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban
dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis
bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan
berpikir kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat
rasional dan logis.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
10
pembelajaran dengan menggunakan inkuiri, mengumpulkan data
merupakan proses mental yang sangat penting dalam
pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan
ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang
dibutuhkan.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang
dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Hal terpenting dalam
menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga
berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional, artinya,
kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan
yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan
11
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Gulo (2002) dalam Trianto (2009: 168-169) menyatakan, dalam
pembelajaran inkuiri diperlukan kemampuan sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan
diajukan. Kegiatan tersebut dilakukan untuk meyakinkan bahwa
pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan
tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
b. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan
proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai
hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih
salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang
diberikan.
c. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data.
Data yang dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.
d. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan
dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting
dalam menguji hipotesis adalah pemikiran „benar‟ atau „salah‟.
12
menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis
itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan
proses inkuiri yang telah dilakukannya.
e. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat
kesimpulan sementara berdasarkan data yan diperoleh siswa.
Untuk keperluan penelitian ini akan dirancang tujuh langkah
inkuiri, yaitu sebagai berikut:
a. Orientasi
Kegiatan guru dalam orientasi adalah membagi siswa dalam
kelompok, menyampaikan masalah aktual yang berhubungan
dengan materi, membagikan lembar kerja siswa tentang meteri
yang akan disampaikan dengan gambar, tabel, simbol, atau grafik.
Guru juga perlu menjelaskan langkah-langkah metode inkuiri yang
akan dijalankan, menjelaskan media dan alat-alat apa saja yang
bisa digunakan dalam pembelajaran, serta memotivasi siswa agar
terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
b. Merumuskan permasalahan
Siswa dibimbing oleh guru untuk merumuskan permasalahan
sendiri yang dapat dijawab „ya‟ atau „tidak‟. Guru juga mendorong
siswa untuk menemukan jawaban sendiri dan membantu siswa
mengkaji teori, konsep, atau prinsip.
13
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan
berbagai kemungkinan jawaban, membimbing siswa untuk
menetukan jawaban-jawaban yang relevan saja dan membimbing
siswa untuk memilih prioritas jawaban-jawaban yang terbaik
sebagai hipotesis.
d. Melakukan eksperimen
Kegiatan guru dalam melakukan eksperimen adalah membimbing
siswa untuk menentukan langkah-langkah untuk melakukan
percobaan, membimbing siswa untuk mengurutkan
langkah-langkah percobaan, membimbing siswa untuk mendapatkan
data-data melalui percobaan, dan memberi kesempatan pada
masing-masing kelompok untuk menganalisis data-data.
e. Menarik kesimpulan
Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan.
f. Mempresentasikan hasil
Kagiatan guru dalam mempresentasikan hasil adalah membimbing
siswa untuk menyiapkan laporan ringkas kelompok dengan
langkah-langkah yang urut, tertulis, dan disertasi gambar, member
kesempatan pada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan
hasil di depan kelas, dan member pengayaan.
g. Mengevaluasi
Guru membimbing siswa untuk mengevaluasi apakah seluruh
14 2.1.1.2Inkuiri Terbimbing
Menurut Herdian (2010) metode inkuiri terbimbing adalah metode
inkuiri di mana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan
memberi pertanyaan awal dan mengarahkan siswa pada suatu diskusi.
Dalam proses belajar mengajar dengan metode inkuiri terbimbing, siswa
dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk dari guru.
Petunjuk-petunjuk tersebut pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan
yang membimbing. Dengan metode ini siswa belajar lebih berorientasi
pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami
konsep-konsep materi pembelajaran.
Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada
tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa
mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang
diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang
dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran. Di
samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa
yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus
memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan
memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh siswa.
Pada metode inkuiri terbimbing ini siswa akan dihadapkan pada
tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok
maupun secara individual agar siswa mampu menyelesaikan masalah dan
menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada tahap awal guru banyak
15
tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri
secara mandiri. Siswa memerlukan bantuan dari guru untuk
mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun
siswa harus berusaha mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan yang dihadapi
tetapi pertolongan guru tetap diperlukan.
2.1.1.3Ilmu Pengetahuan Alam
2.1.1.3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Darmodjo dan Kaligis (1992/1993: 3) Ilmu Pengetahuan
Alam dari segi istilah berarti „Ilmu‟ tentang „Pengetahuan Alam‟.
„Ilmu‟ artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar
artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran
ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya masuk akal atau
logis, dapat diterima oleh akal sehat, sedangkan obyektif artinya sesuai
dengan obyeknya, sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan
pengalaman pengamatan melalui pancaindera. „Pengetahuan‟ artinya
segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi IPA adalah
pengetahuan yang rasioanal dan obyektif tentang alam semesta dengan
segala isinya.
2.1.1.3.2 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
Darmodjo dan Kaligis (1992/1993) menjelaskan dalam
pembelajaran IPA haruslah terkandung tiga dimensi IPA yaitu IPA
dipandang dari segi proses, produk dan pengembangan sikap. Berikut
ini akan dijelaskan tentang IPA dipandang dari segi proses, produk dan
16
a. IPA sebagai proses
IPA sebagai proses maksudnya adalah proses untuk
mendapatkan ilmu itu sendiri. IPA diperoleh melalui penelitian
dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang disebut
metode ilmiah. Pada anak usia SD, metode ilmiah mulai
diperkenalkan secara bertahap dan berkesinambungan.
b. IPA sebagai produk
Bentuk ilmu pengetahuan alam sebagai produk berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori-teori, dan
hukum-hukum yang semuanya itu ditujukan untuk menjelaskan tentang
berbagai gejala alam. Dalam Iskandar yang dimaksud dengan
fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang
benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang
betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif, contoh: ular
termasuk golongan reptilian. Konsep IPA adalah suatu ide yang
mempersatukan fakta-fakta IPA. Konsep merupakan penghubung
antara fakta-fakta yang ada hubungannya, contoh: benda-benda
hidup dipengaruhi oleh lingkungan, materi akan berubah tingkat
wujudnya bila menyerap atau melepaskan energi.
Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan di antara
konsep-konsep IPA, contoh: udara yang dipanaskan memuai, ini
adalah prinsip yang menghubungkan konsep-konsep udara, panas
dan pemuaian. Prinsip ini menyatakan jika udara dipanaskan maka
17
sudah diterima meskipun juga bersifat tentatif tetapi karena
mengalami pengujian-pengujian yang lebih keras daripada prinsip,
maka hokum alam bersifat lebih kekal. Teori ilmiah merupakan
kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-konsep, dan
prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Suatu teori merupakan
model, atau gambaran yang dibuat oleh ilmuwan untuk
menjelaskan gejala alam.
c. IPA sebagai pengembangan sikap
Untuk pengajaran IPA di Sekolah Dasar maka pengertian
„Sikap‟ disini dibatasi pada „sikapa ilmiah terhadap alam sekitar‟.
Menurut Harlen (1987) dalam Darmodjo dan Kaligis menjelaskan
bahwa setidak-tidaknya ada Sembilan aspek sikap ilmiah yang
dapat dikembangkan pada anak usia Sekolah Dasar, yaitu sikap
ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja
sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas
diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir bebas, dan sikap
kedisipilanan diri.
2.1.1.4Pesawat Sederhana
2.1.1.4.1 Pengertian Pesawat Sederhana
Menurut Damayanti (2010:26), pesawat sederhana adalah alat-alat
sederhana yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia
dalam melakukan pekerjaan.
18
Fungsi dari pesawat sederhana adalah sebagai berikut (Haryanto,
2004):
1. Untuk mengubah energi
2. Mengubah arah gaya
3. Memindahkan energi
4. Menghemat energi
5. Menghemat waktu
6. Memudahkan pekerjaan manusia
2.1.1.4.3 Jenis Pesawat Sederhana
Berdasarkan prinsip kerjanya, pesawat sederhana dibagi menjadi lima
jenis, yaitu (Damayanti, 2010: 26-36):
1. Pengungkit atau tuas
Ada tiga jenis pengungkit yang dibedakan berdasarkan letak titik
tumpu, titik beban dan titik kuasa, yaitu
a. Pengungkit Jenis Pertama (I)
Pada pengungkit jenis pertama, titik tumpu (TT) terletak antara
titik beban (TB) dan titik kuasa (TK). Contoh alat yang
menerapkan prinsip kerja pengungkit jenis pertama antara lain
gunting, linggis, dan pemotong kuku.
TB TT TK
19
b. Pengungkit Jenis Kedua (II)
Pada pengungkit jenis kedua, titik beban (TB) terletak antara
titik kuasa (TK) dan titik tumpu (TT). Contoh alat yang
menerapkan prinsip kerja pengungkit jenis kedua antara lain
gerobak roda satu, mesin pemotong kertas, dan alat pembuka
tutup botol.
TK TB TT
Gambar 2. Prinsip Pengungkit Jenis Kedua
c. Pengungkit Jenis Ketiga (III)
Pada pengungkit jenis ketiga, titik kuasa (TK) terletak antara
titik tumpu (TT) dan titik beban(TB). Contoh alat yang
menerapkan prinsip kerja pengungkit jenis ketiga antara lain
pinset, dan sekop.
TT TK TB
Gambar 3. Prinsip Pengungkit Jenis Ketiga
2. Bidang miring
Bidang miring adalah alat bantu yang permukaannya dibuat
miring. Tujuan penggunaan bidang miring adalah untuk
20
alat yang menggunakan prinsip kerja bidang miring diantaranya
tangga, sekrup, alat bor, dan alat yang dimiringkan.
3. Katrol
Katrol adalah roda yang berputar pada porosnya dengan bagian
berongga di sepanjang sisinya untuk tempat tali atau rantai. Prinsip
kerja katrol sama dengan pengungkit, yaitu memiliki tiga titik, titik
tumpu, titik beban, dan titik kuasa. Berdasarkan jenisnya ada empat
macam katrol, yaitu:
a. Katrol Tetap
Katrol tetap adalah katrol yang dipasang pada tempat tertentu
dengan posisi tetap. Penggunaan katrol tetap akan mengubah
arah gaya, yaitu gaya ke atas diubah menjadi arah ke bawah.
Contoh alat yang menerapkan prinsip kerja katrol tetap antara
lain pada tiang bendera, sangkar burung, dan sumur timba.
Sumber: Azmiyawati (2008:103)
21
b. Katrol Bebas atau Lepas
Katrol bebas atau lepas adalah katrol yang dapat bergerak
bebas dan dapat dipindah-pindahkan. Katrol bebas biasa
diletakkan pada tali atau rantai. Beban yang akan diangkat
langsung digantungkan pada katrolnya. Pada katrol bebas, arah
kuasa selalu menuju ke atas dan gaya yang digunakan
diperkecil setengahnya.
Sumber: Azmiyawati (2008:103)
Gambar 5. Katrol Bebas
c. Katrol Berganda
Katrol berganda adalah gabungan katrol tetap dan katrol bebas.
Katrol berganda biasanya digunakan untuk mengangkut
22 Sumber: Azmiyawati (2008:103)
Gambar 6. Katrol Berganda
d. Katrol Blok Berganda
Katrol blok berganda tersusun dari beberapa roda katrol yang
disusun secara berdampingan dalam satu poros. Katrol blok
berganda digunakan untuk mengangkut beban yang sagat berat,
misalnya barang-barang peti kemas di pelabuhan.
Sumber: Sulistyanto (2008:118)
23
4. Roda berporos
Roda berporos adalah roda berbentuk silinder yang dihubungkan
dengan sebuah poros. Roda dan poros berputar bersama-sama.
Contoh penggunaan roda berporos terdapat pada roda sepeda, roda
gerobak, dan stir mobil. Asas roda dan poros digunakan untuk
memudahkan memindahkan barang. Hal tersebut dikarenakan roda
dapat mengurangi gesekan dengan jalan karena bentuknya yang
bulat sehingga mudah bergerak.
5. Gir
Gir adalah roda yang bergerigi. Gir tidak bisa bekerja sendiri. Ada
dua atau lebih dari gir yang menghubungkan satu dengan yang
lainnya agar dapat berjalan. Gir digunakan untuk mengubah
kecepatan dan arah gaya. Gir satu dengan gir lainnya selalu
dikaitkan baik dengan menggunakan rantai penghubung atau tidak.
Antara gir yang satu dengan gir yang lain selalu bergerak dengan
arah yang berlawanan. Ketika gir yang besar berputar satu kali
putaran, gir kecil lebih banyak lagi putarannya. Jumlah ronde
putaran bergantung pada banyaknya gigi dalam gir. Gir yang lebih
kecil berputar lebih cepat daripada gir yang besar.
2.1.1.5Prestasi Belajar
2.1.1.5.1 Pengertian prestasi belajar
Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah
suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa
24
dicapainya”. Menurut Nasution (1996:17) dalam Sunarto (2009)
prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam
berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna
apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor,
sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum
mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”.
2.1.1.5.2 Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
1. Faktor internal
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi
dua kelompok, yaitu :
a. Faktor fisiologis
Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera
Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya.
Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi
siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya
memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan
pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar
metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk
memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan
25 Pancaindera
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya
belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem
pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling
memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.
Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang
dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan
pendengaran.
b. Faktor psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa, antara lain adalah :
Intelligensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan
yang dimiliki siswa. Menurut Binet (Wahyuningsih, 2009)
hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan
dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu
penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk
menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf
inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang
siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi
mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi
belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki
26
memiliki prestasi belajar yang rendah. Meskipun demikian
bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf
inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi,
juga sebaliknya .
Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat
merupakan faktor yang menghambat siswa dalam
menampilkan prestasi belajarnya. Sikap siswa yang positif
terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal
yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Motivasi
Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar.
Motivasi timbul karena adanya keinginan atau
kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam
belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle
dalam Wahyuningsih (2009) motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan
arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang
dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi belajar
merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.
27
belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
2. Faktor eksternal
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain di
luar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan
diraih, antara lain adalah :
a. Faktor lingkungan keluarga
Sosial ekonomi keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih
berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih
baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah
Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi
cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang
mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota
keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat
berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa
secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara
tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.
28 Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP
akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di
sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan
lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses
belajar mengajar
Kompetensi guru dan siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih
prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai
kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia
belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk
berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya
dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang
berkualitas, yang dapat memenuhi rasa keingintahuannya,
hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung
harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang
menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk
terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
Kurikulum dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan
materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang
lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan
minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.
29 Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan
mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.
Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan
akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan
cenderung memandang rendah pekerjaan guru/pengajar
Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung
kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa
kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah,
setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha
memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
2.1.1.6Berpikir Kritis
2.1.1.6.1 Pengertian Berpikir Kritis
Menurut Johnson (2002: 185), berpikir kritis adalah sebuah proses
sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan
mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis
juga merupakan sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan
siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari
pernyataan orang lain. Chaffee 1994 dalam Johnson (2002: 187)
menyatakan, berpikir kritis sebagai berpikir sebagai berpikir untuk
30
tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti
bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.
Facione (1996) berdasarkan The APA Concensus dalam Abrori
(2006) menyatakan berpikir kritis sebagai keputusan yang disertai
tujuan dan dikerjakan sendiri, merupakan hasil dari kegiatan
interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, serta penjelasan dari
pertimbangan yang didasarkan pada bukti, konsep, metodologi,
kriteriologi dan kontekstual. Proses tersebut melandasi keputusan yang
akan diambil oleh seseorang.
Menurut Halpen (1996) dalam Achmad (2007), berpikir kritis adalah
memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan
tujuan. Scriven dalam Achmad (2007) menyatakan, berpikir kritis
yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan
dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan,
menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan
tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran,
pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam
menentukan sikap dan tindakan.
2.1.1.6.2 Berpikir Kritis Kategori Kognitif
Facione (2004) dalam Abrori (2006) menjelaskan bahwa berpikir
kritis sebagai kemampuan kognitif, di dalamnya terdapat kegiatan
interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, serta pengelolaan
31
pengertian dari situasi, pengalaman, kejadian, data, keputusan, konvensi,
kepercayaan, aturan, prosedur dan kriteria. Analisis adalah
mengidentifikasi hubungan dari beberapa pernyataan pertanyaan,
konsep, deskripsi, dan berbagai model yang dipergunakan untuk
merefleksikan pemikiran, pandangan, kepercayaan, keputusan, alasan,
informasi dan opini. Mengevaluasi ide dan pendapat orang lain,
mendeteksi argumen dan menganalisis argumen merupakan bagian dari
analisis. Evaluasi adalah kemampuan untuk menguji kebenaran
pernyataan yang digunakan untuk menyampaikan pemikiran, persepsi,
pandangan, keputusan, alasan, serta opini. Evaluasi juga merupakan
kemampuan untuk menguji hubungan berbagai pernyataan, deskripsi,
pertanyaan, dan bentuk lain yang dipakai dalam merefleksikan
pemikiran.
Inferensi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih
elem yang dibutuhkan untuk menyusun simpulan yang memiliki alasan,
untuk menduga dan menegakkan diagnosis, untuk mempertimbangkan
informasi apa saja yang dibutuhkan dan untuk memutuskan konsekuensi
yang harus diambil dari data, informasi, pernyataan, kejadian, prinsip,
opini, konsep dan lain sebagainya. Kemampuan menjelaskan adalah
kemampuan menyatakan hasil pemikiran, penjelaskan alasan
berdasarkan pertimbangan bukti, konsep metodologi, kriteriologi dan
konteks. Termasuk dalam ketrampilan ini adalah kemampuan
menyampaikan hasil, menjelaskan prosedur, dan mempresentasikan
32
sendiri dalam berpikir. Dengan kemampuan ini seseorang akan selalu
memeriksa ulang hasil berpikirnya untuk kemudian diperbaiki sehingga
menghasilkan keputusan yang lebih baik.
2.1.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Hartini (2010) menyoroti masalah tentang efektifitas pengguanaan
metode inkuiri dalam pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA materi penyebab perubahan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan menggunakan metode
inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA. Peneliti mengambil sampel
yaitu seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan yang berjumlah 31
siswa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah setelah penggunaan
metode inkuiri ternyata hasil belajar siswa sangat efektif. Hal ini dapat
dilihat dari nilai siswa yang mencapai KKM, sebelum mengguanakan
metode inkuiri 86,6% siswa tidak mencapai KKM dan setelah
menggunakan metode inkuiri ternyata hasilnya menurun menjadi 6,66%
siswa yang tidak mencapai KKM.
Dalam Raras (2010) masalah yang disoroti adalah apakah
pengguanaan metode inkuiri efektif dalam pencapaian hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA materi perpindahan dan penghantar panas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan
metode inkuiri terbimbing dalam pencapaian hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA materi perpindahan dan penghantar panas. Sampel yang
33
analisis data pada penelitian ini adalah penggunaan metode inkuiri
terbimbing cukup efektif untuk siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan.
Hal ini dapat dilihat dari siswa yang mencapai KKM. Pada waktu
dilakukan pretest sekitar 15,38% siswa yang mencapai KKM, sedang pada
waktu posttest jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi
53,84% siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Listyaningrum (2010) menyoroti
masalah tentang efektifitas penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam
pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi benda
terapung, melayang dan tenggelam. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam
pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi benda
terapung, melayang dan tenggelam. Sampel yang diambil oleh peneliti
adalah siswa kelas IVA SD Kanisius Pugeran. Hasil yang dicapai dalam
penelitian ini adalah pengguanaan metode inkuiri terbimbing efektif untuk
mengingkatkan pencapaian hasil belajar siswa kelas IVA SD Kanisius
Pugeran. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dari skor pretest
menjadi skor posttest mengalami kenaikan sebesar 20,6% dan jumlah
siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan sebesar 75,89%.
Sugiyarti (2005) menyoroti masalah tentang rendahnya aktivitas
belajar, keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar, keterampilan
berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Sampel yang diambil oleh peneliti
34
dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika berbasis masalah
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar
siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata evaluai pada siklus I adalah
pretest 53,51 dengan ketuntasan 28,89% dan posttest 72,78 dengan
ketuntasan 60,86%, rata-rata test keterampilan berpikir kritis siswa 7,82
dari skor maksimal 30. Hasil pretest siklus II adalah 71,13 dengan
ketuntasan 56,52% sedangkan hasil posttest siklus II diperoleh nilai
rata-rata 80 dengan ketuntasan 89,13%. Berarti indikator kinerja pada siklus II
sudah tercapai. Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa dalam siklus II
ini juga meningkat menjadi 17,87.
Penelitian yang dilakukan oleh Diminarni (2010) mengambil masalah
tentang kesesuaian model analisis regresi berpengaruh pada motivasi
belajar, gaya belajar dan berpikir kritis terhadap indeks prestasi kumulatif
mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
kesesuaian model analisis regresi yang dihasilkan cocok untuk mengetahui
pengaruh motivasi belajar gaya belajar dan berpikir kritis terhadap indeks
prestasi kumulatif mahasiswa. Sampel yang diambil dalam penelitian ini
adalah mahasiswa reguler pagi S1 jurusan Akuntansi UPN “Veteran” Jawa
Timur angkatan 2006 yang berjumlah 61 mahasiswa yang telah
mengajukan bimbingan skripsi dan telah menempuh semua SKS yang
wajib ditempuh. Hasil dari penelitian ini adalah kesesuaian model analisis
regresi yang dihasilkan cocok untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar,
gaya belajar dan berpikir kritis terhadap indeks prestasi kumulatif mahasiswa
35 sedangkan secara parsial diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh
secara nyata antara motivasi belajar dan berpikir kritis terhadap indeks
prestasi kumulatif mahasiswa S1 reguler pagi program studi Akuntansi UPN
“Veteran” Jawa Timur. Sedangkan untuk gaya belajar terdapat pengaruh
secara nyata terhadap indeks prestasi kumulatif. Gaya belajar menjadi
variabel yang dominan.
Penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih (2005) bertujuan untuk
untuk menciptakan kondisi optimum pembelajaran SETS di mana proses
pembelajaran memenuhi karakter pendekatan SETS, kemampuan berpikir
kritis dan kreatif siswa meningkat. Sampel yang diambil dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Semarang Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kondisi optimum tercapai pada siklus ke-3 dimana
proses pembelajaran memenuhi karakter pendekatan SETS, kemampuan
berpikir kritis dan kreatif siswa meningkat secara signifikan, ketuntasan
belajar klasikal tercapai dan tugas-tugas siswa bernuansa SETS terpenuhi.
36 Gambar 8. Literatur Map dari Penelitian-penelitian Sebelumnya
Metode Inkuiri Berpikir Kritis
Hartini – 2010
Inkuiri – Efektivitas Pencapaian Hasil Belajar
Raras – 2010
Inkuiri – Pencapaian Hasil Belajar
Diminarni – 2010
Berpikir Kritis – Indeks Prestasi Kumulatif
Sugiyarti – 2005
Berpikir Kritis - pembelajaran matematika berbasis masalah
Listyaningrum – 2010
Inkuiri – Pencapaian Hasil Belajar
Purwaningsih – 2005
Berpikir Kritis – Pendekatan SETS
Yang perlu diteliti
37 2.2 Kerangka Berpikir
Kerena metode inkuiri lebih melibatkan siswa untuk semakin aktif dalam
pembelajaran, pencapaian prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis
kategori kognitif di kelas eksperimen akan lebih tinggi dari kelas kontrol.
2.3 Hipotesis
Hipotesis untuk penelitian ini yaitu:
1. Penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi pesawat
sederhana berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar
siswa-siswi kelas V SDK Sorowajan Yogyakarta pada Semester Genap
Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi pesawat
sederhana berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan
berpikir kritis pada kategori kognitif siswa-siswi kelas V SDK Sorowajan
Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.
Landasan teori dalam bab II ini dapat disintesaskan dalam piramida terbalik
dengan mengikuti logika berpikir deduktif yang menjadi dasar dari penelitian
kuantitatif eksperimental yang mulai dengan kajian pustaka,
38 Gambar 9. Proses Penyusunan Hipotesis
Variabel metode inkuiri
Variabel
prestasi belajar dan berpikir kritis kategori kognitif
Kajian Pustaka
Penelitian-penelitian sebelumnya
Kerangka berpikir
39 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III membahas metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
Pembahasan metode penelitian yaitu mengenai jenis penelitian yang digunakan,
populasi dan sampel penelitian, waktu penelitian, variabel penelitian, definisi
operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan uji reliabilitas instrumen,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2010: 107) penelitian eksperimen adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Ada empat bentuk
design eksperimen menurut Sugiyono (2010: 108-116) yang dapat digunakan
dalam penelitian, yaitu:
1. Pre-Experimental Design
Jenis ini belum merupakan penelitian ekperimental yang
sesungguhnya karena masih ada variabel luar selain variabel independen
yang ikut mempengaruhi terbentuknya variabel dependen. Pengaruh ini
dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak
dipilih secara random. Bentuk Pre-Experimental Design dibagi menjadi
beberapa macam, yaitu One-Shot Case Study, One-Group
Pretest-Posttest Design, Intact-Group Comparison.
40
Dikatakan true experimental karena dalam design ini, peneliti dapat
mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan
rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari design ini
adalah sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai
kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. True
experimental design dapat dibagi menjadi dua, yaitu Posttest-Only
Control Design dan Pretest-Posttest Control Group Design.
3. Factorial Design
Design faktorial merupakan modifikasi dari design true experimental,
yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator
yang mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil
(variabel dependen). Pada desain ini semua kelompok dipilih secara
random, kemudian masing-masing diberi pretest.
4. Quasi Experimental Design.
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true
experimental design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi
tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain ini dibagi menjadi
dua, yaitu Time series design dan Nonequivalent control group design.
Untuk kepentingan penelitian ini yang diambil adalah
quasi-experimental design tipe non-equivalent control group design. Penelitian
41
kelompok kontrol tidak dipilih secara random atau acak. Pengaruh desain
ini adalah − – − .
Keterangan:
= hasil observasi dengan pre-test pada kelompok eksperimen
=hasil observasi dengan post-test pada kelompok eksperimen
= hasil observasi dengan pre-test pada kelompok kontrol
= hasil observasi dengan post-test pada kelompok kontrol
= perlakuan (treatment) dengan metode inkuiri terbimbing
Semua data hasil observasi diperoleh dari data yang diambil dari
variabel dependen dengan pre-test dan post-test kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Pre-test dilakukan sebelum adanya proses
pembelajaran, ini bertujuan untuk mengetahui keadaan awal setiap
kelompok. Setelah adanya proses pembelajaran kemudian dilakukan
post-test. Pre-test dan post-test ini dilakukan pada masing-masing kelompok
dan kemudian hasilnya dibandingkan, ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada perbedaaan kemampuan sebelum dan setelah pembelajaran.
Perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu penerapan metode inkuri
terbimbing. Pada kelompok kontrol menggunakan metode tradisional