• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA SDK Sorowajan Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori kognitif pada mata pelajaran IPA SDK Sorowajan Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
258
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI KOGNITIF

PADA MATAPELAJARAN IPA SDK SOROWAJAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Desy Indah Kurnianingsih

NIM : 091134246

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang sangat luar biasa untuk hidupku

Bapak Ibuku yang tercinta dan luar biasa mendidikku.

Kakak-kakakku yang terkasih yang selalu memberikan

dukungan.

Para sahabat yang selalu mendukung dalam kebersamaan.

(5)

v MOTTO

“ Do the best for your life ”

“ Percayalah bahwa Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik

untuk hidup kita “

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar siswa dan (2) mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis pada kategori kognitif siswa kelas V SDK Sorowajan Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2011 sampai dengan tanggal 2 Maret 2011. Desain penelitian ini adalah quasi-experimental design tipe non-equivalent control group design. Subjek peneilitian ini adalah siswa kelas V SDK Sorowajan yang terdiri dari kelas VA sebanyak 32 siswa sebagai kelompok kontrol dan kelas VB sebanyak 30 siswa sebagai kelompok eksperimen. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random atau acak. Instrumen penelitian berupa 10 soal pilihan ganda untuk mengukur prestasi belajar siswa dan 6 soal essai untuk mengukur kemampuan berpikir kritis kategori kognitif siswa. Instrumen tersebut telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas berdasarkan analisis statistik. Analisis data dilakukan dengan membandingan mean pre-test dan post-test, serta membandingkan rata-rata kenaikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan Indendent Sample T-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode inkuiri yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,002 (atau < 0,05). Akan tetapi, kenaikan skor prestasi belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) sebesar 0,326 (atau > 0,05). (2) Ada peningkatan kemampuan berpikir kritis kategori kognitif siswa dengan menggunakan metode inkuiri yang ditunjukkan dengan harga sig.(2-tailed) 0,048 (atau < 0,05).

(9)

ix ABSTRACT

The aims of the research are (1) to know the influence of inquiry method application through students‟ learning achievement and (2) the influence of inquiry method through critical thinking ability cognitive category in Sorowajan Yogyakarta Kanisius Elementary School grade VA at even semester year 2010-2011 with inquiry method in science course simple tools. The research was held from February 22nd , 2011 untill March 2nd,2011.

The design of the research is quasi-experimental design type non-equivalent control group design. The subject of the research are students grade V Kanisius Sorowajan Elementary School which contain 32 students from VA class as control group and 30 students from VB class as experimental group. Randomization do not applied while choosing experimental and control group.

The instruments of the research contain 10 multiple choice to measure students‟ learning achievement and 6 essays to measure students‟ critical thinking ability in cognitive category. The instruments are valid and reliable based on statistic analysis. The data analysis is done by comparing the mean of pre-test and

post-test, and comparing the mean of experimental group‟ development and control group with independent sample T-test.

The results of the research show that (1) there are students‟ learning achievement

using inquiry method which shows the score of sig.(2-tailed) with amount 0,002 (or < 0,05). However, the score development of experimental group‟ learning achievement and control group is not different positively and significantly. It shows with the score of sig.(2-tailed) with amount 0,326 (or > 0,05). (2) There is development of critical thinking in cognitive category using inquiry method which shows the score of sig.(2-tailed) 0,048 (or < 0,05).

(10)

x PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena hikmat, kasih, dan

setiaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI

TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI

KOGNITIF PADA MATAPELAJARAN IPA SDK SOROWAJAN

YOGYAKARTA” ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan, dan kerjasama dari

beberapa pihak. Oleh karena itu, dengan segenap hati penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku dosen pembimbing I, yang

memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyelesaian karya ilmiah

ini.

4. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A., selaku dosen pembimbing

II, yang memberikan bimbingan, masukan yang menginspirasi, dan

memotivasi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

5. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si., selaku dosen yang memberikan

(11)

xi

6. Bapak Suwardi, S.Pd, selaku kepala SDK Sorowajan yang memberikan

ijin penelitian dan dukungan kepada penulis.

7. Ibu Anna Maria Wahyuni, A.Ma.Pd, selaku guru kelas VB SDK

Sorowajan yang memberikan waktu dan tenaganya sebagai guru mitra

penelitian kolaboratif.

8. Siswa-siswi kelas VA dan VB SDK Sorowajan, yang bersedia sebagai

subjek penelitian.

9. Bapak dan Ibu tercinta, yang setia dalam doa dan dukungannya kepada

penulis.

10.Kakak-kakak tersayang, yang selalu memberikan motivasi bagi penulis.

11.Teman-teman penelitian kolaboratif SDK Sorowajan (mba Evi dan mba

Lisye), yang selalu berbagi pengetahuan, semangat, dan kecerian dalam

suka dan duka kepada penulis.

12.Teman-teman penelitian kolaboratif IPA, yang memberikan masukan dan

semangat kepada penulis.

13.Teman-teman „Kost L Ceria‟ yang selalu memberikan dukungan,

semangat dan kecerian setiap saat bagi penulis.

14.Teman-teman PGSD kelas B yang selalu memberikan dukungan dan

(12)
(13)

xiii

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Sistematika Penyajian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka... 5

2.1.1 Teori-teori yang Relevan ... 5

2.1.1.1Metode Inkuiri ... 5

2.1.1.2Inkuiri Terbimbing……….14

2.1.1.3Ilmu Pengetahuan Alam ... 15

2.1.1.4Pesawat Sederhana ... 17

2.1.1.5Prestasi Belajar ... 23

(14)

xiv

2.1.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 32

2.2 Kerangka Berpikir ... 37

2.3 Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Populasi dan Sampel ... 42

3.3 Variabel Penelitian ... 43

3.4 Definisi Operasional ... 44

3.5 Instrumen Penelitian ... 45

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 47

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.8 Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 63

4.1.1 Deskripsi Data Penelitian ... 63

4.1.1.1Data Prestasi Belajar ... 63

4.1.1.2Data Kecakapan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 68

4.1.2 Analisis Data Penelitian ... 72

4.1.2.1Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar ... 72

4.1.2.2Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 95

4.2Pembahasan ... 121

4.2.1 Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar .. 121

4.2.1.1Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Kognitif ... 122

(15)

xv BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 126

5.2 Saran ... 128

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

JUDUL TABEL HALAMAN

Tabel 1. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda dan Essay…………...………...46

Tabel 2. Kriteria Penentuan Skor Essai………...…………..47

Tabel 3. Uji Validitas Kelompok A...………...….50

Tabel 4. Uji Validitas Kelompok B...………...………51

Tabel 5. Uji Beda Soal Pilihan Ganda………...………53

Tabel 6. Kriteria Koefisien Reliabilitas………...………..55

Tabel 7. Uji Reliabilitas………...………..55

Tabel 8.Tabulasi hasil pretest pilihan ganda kelompok eksperimen…...64

Tabel 9. Tabulasi hasil posttest pilihan ganda kelompok eksperimen…...65

Tabel 10. Tabulasi hasil pretest pilihan ganda kelompok kontrol……...66

Tabel 11. Tabulasi hasil posttest pilihan ganda kelompok kontrol…...67

Tabel 12. Tabulasi hasil pretest kognitif kelompok eksperimen……...69

Tabel 13. Tabulasi hasil posttest kognitif kelompok eksperimen……...70

Tabel 14. Tabulasi hasil pretest kognitif kelompok control…………...71

Tabel 15. Tabulasi hasil posttest kognitif kelompok kontrol…………...72

Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Eksperimen...74

Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Eksperimen...75

Tabel 18. Uji Independent Samples T-test Prestasi Belajar Eksperimen...77

Tabel 19. Uji Normalitas Data Kenaikan Eksperimen...80

(17)

xvii

Tabel 21. Uji Independent Samples T-test Eksperimen dan Kontrol...83

Tabel 22. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Interpretasi...85

Tabel 23. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Analisis...87

Tabel 24. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Evaluasi...88

Tabel 25. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Inferensi...90

Tabel 26. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Eksplanasi...92

Tabel 27. Uji Kruskal Wallis Test Berpikir Kritis...93

Tabel 28. Ranking Aspek Kognitif Pilihan Ganda...94

Tabel 29. Hasil Uji Normalitas Data Pretest Kecakapan Berpikir Kritis...97

Tabel 30. Hasil Uji Normalitas Data Pretest Kecakapan Berpikir Kritis...99

Tabel 31. Uji Independent Samples T-test Pretest Kelompok Eksperimen...101

Tabel 32. Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Kelompok Eksperimen...103

Tabel 33. Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Kelompok Kontrol...105

Tabel 34. Uji Independent Samples T-test Pretest Kelompok Eksperimen...107

Tabel 35. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Interpretasi...109

Tabel 36. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Analisis...111

Tabel 37. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Evaluasi...112

Tabel 38. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Inferensi...114

Tabel 39. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Eksplanasi...116

Tabel 40. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Regulasi Diri...117

Tabel 41. Uji Kruskal Wallis Test Berpikir Kritis...119

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

JUDUL GAMBAR HALAMAN

Gambar 1. Prinsip Pengungkit Jenis Pertama...18

Gambar 2. Prinsip Pengungkit Jenis Kedua...19

Gambar 3. Prinsip Pengungkit Jenis Ketiga...19

Gambar 4. Katrol Tetap...20

Gambar 5. Katrol Bebas...21

Gambar 6. Katrol Berganda...22

Gambar 7. Katrol Blok Berganda...22

Gambar 8. Literatur Map dari Penelitian-penelitian Sebelumnya...36

Gambar 9. Proses Penyusunan Hipotesis...38

Gambar 10. Variabel Penelitian...44

Gambar 11. Grafik Pretest Eksperimen Pilihan Ganda...73

Gambar 12. Grafik Posttest Eksperimen Pilihan Ganda...75

Gambar 13. Grafik Kenaikan Pretest ke Posttest Kelompok Eksperimen...78

Gambar 14. Grafik Rata-rata Kenaikan Kelompok Eksperimen...79

Gambar 15. Grafik Rata-rata Kenaikan Kelompok Kontrol...81

Gambar 16. Grafik Kenaikan Interpretasi Kelompok Eksperimen...84

Gambar 17. Grafik Kenaikan Analisis Kelompok Eksperimen...86

Gambar 18. Grafik Kenaikan Evalusi Kelompok Eksperimen...88

(19)

xix

Gambar 20. Grafik Kenaikan Eksplanasi Kelompok Eksperimen...91

Gambar 21.Grafik Perbedaan Kecakapan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen...94

Gambar 22. Grafik Kenaikan Masing-masing Aspek...95

Gambar 23.Grafik Pretest Kecakapan Berpikri Kritis Kelompok Eksperimen...96

Gambar 24.Grafik Posttest Kecakapan Berpikri Kritis Kelompok Eksperimen....98

Gambar 25. Grafik Rata-rata Kenaikan Berpikir Kritis Eksperimen...102

Gambar 26. Grafik Rata-rata Kenaikan Berpikir Kritis Kontrol...104

Gambar 27. Grafik Kenaikan Interpretasi Kelompok Eksperimen...108

Gambar 28. Grafik Kenaikan Analisis Kelompok Eksperimen...110

Gambar 29. Grafik Kenaikan Evalusi Kelompok Eksperimen...112

Gambar 30. Grafik Kenaikan Inferensi Kelompok Eksperimen...113

Gambar31. Grafik Kenaikan Eksplanasi Kelompok Eksperimen...115

Gambar 32. Grafik Kenaikan Regulasi Diri Kelompok Eksperimen...117

Gambar 33.Grafik Perbedaan Kecakapan Berpikir Kritis Kelompok Eksperimen...120

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Kelompok Eksperimen

Lampiran 2 RPP Kelompok Kontrol

Lampiran 3 Soal PretestPosttest Kelompok Eksperimen yang Sudah Diisi Siswa

Lampiran 4 Soal PretestPosttest Kelompok Kontrol yang Sudah Diisi Siswa

Lampiran 5 LKS Kelompok Eksperimen yang Sudah Diisi Siswa

Lampiran 6 LKS Kelompok Kontrol yang Sudah Diisi Siswa

Lampiran 7 Soal Essai Kelompok Eksperimen yang Sudah Diisi siswa

Lampiran 8 Soal Essai Kelompok Kontrol yang Sudah Diisi siswa

Lampiran 9 Uji Validitas Kelompok Soal A

Lampiran 10 Uji Validitas Kelompok Soal B

Lampiran 11 Uji Reliabilitas Soal

Lampiran 12 Uji Beda Soal

Lampiran 13 Uji Normalitas Data

Lampiran 14 Uji Hipotesis

Lampiran 15 Uji Ranking

Lampiran 16 Foto-foto Penelitian

Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pada jaman sekarang ini pendidikan merupakan hal yang sangat penting.

Para orang tua berusaha memberikan pendidikan yang terbaik untuk

anak-anaknya. Salah satu cara orang tua untuk memberikan pendidikan yang terbaik

untuk anaknya adalah dengan menyekolahkan anak-anaknya di sekolah yang

bermutu baik. Dalam sebuah sekolah guru merupakan hal penting dalam

terselenggaranya sebuah pengajaran. Di lingkungan Sekolah Dasar guru

berperan sebagai seorang pengajar, pendidik dan pengasuh. Guru Sekolah

Dasar, sebagai guru kelas, selalu dituntut agar dapat menguasai pengetahuan

secara luas mengenai semua bahan mata pelajaran yang diajarkan. Berbeda

halnya dengan seorang guru mata pelajaran yang hanya mengajarkan satu

matapelajaran saja, guru kelas harus dapat mengajarkan semua matapelajaran

yang ada, diantaranya adalah IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dan

PKn.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang

harus dapat dikuasai oleh guru kelas secara baik. Ilmu Pengetahuan Alam

merupakan matapelajaran yang menyenangkan apabila diajarkan dengan

kreatif oleh guru. Ada banyak metode yang ditawarkan antara lain metode

ceramah, metode diskusi, metode inkuiri dan lain-lain yang dapat digunakan

oleh guru dalam mengajar. Berhasil atau tidaknya proses dan hasil dalam

pembelajaran sangat ditentukan oleh ketapatan guru dalam memilih metode

(22)

2

Dalam kenyataannya banyak guru yang hanya menggunakan metode

ceramah dalam setiap pembelajarannya. Proses pembelajaran hanya terjadi

satu arah, karena dalam pembelajaran tersebut hanya guru yang aktif dalam

kegiatan pembelajaran sedangkan siswa hanya menerima pengetahuan dari

apa yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak diberi kesempatan untuk

mencari pengetahuannya sendiri. Padahal mata pelajaran IPA akan lebih dapat

dimengerti dan dipahami apabila siswa dapat menemukan sendiri

pengetahuannya.

Terdorong dari hal di atas maka peneliti ingin mencoba sebuah metode

pengajaran yaitu metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) terutama pada materi pesawat sederhana. Metode

inkuiri tersebut diharapakan akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir

kritis siswa dan hasil belajarnya.

Batasan masalah untuk penelitian ini adalah metode inkuiri sebagai

variabel independen dan prestasi belajar serta kecakapan berpikir kritis

sebagai variabel dependen. Populasi untuk penelitian ini adalah siswa-siswi

kelas V SDK Sorowajan, sedangkan sampelnya adalah siswa-siswi kelas VA

dan VB SDK Sorowajan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode inkuiri terbimbing. Mata pelajaran yang diteliti adalah Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) materi pesawat sederhana.

(23)

3 1.2Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA

materi Pesawat Sederhana terhadap prestasi belajar siswa-siswi kelas V

SDK Sorowajan Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran

2010/2011?

2. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA

materi Pesawat Sederhana terhadap kemampuan berpikir kritis pada

kategori kognitif siswa-siswi kelas V SDK Sorowajan Yogyakarta pada

Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti merumuskan tujuan penelitian

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata

pelajaran IPA materi Pesawat Sederhana terhadap prestasi belajar

siswa-siswi kelas V SDK Sorowajan Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata

pelajaran IPA materi Pesawat Sederhana terhadap kemampuan berpikir

kritis pada kategori kognitif siswa-siswi SDK Sorowajan Yogyakarta.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Peneliti

Peneliti memperoleh pengetahuan baru tentang penggunaan metode

pembelajaran terutama dalam mata pelajaran IPA.

(24)

4

Sekolah mempunyai tambahan koleksi buku bacaan yang bermanfaat bagi

teman guru lainya.

3. Guru

Guru memperoleh referensi dalam menggunakan metode pembelajaran

terutama dalam mata pelajaran IPA.

4. Siswa

Siswa dapat termotivasi dan bersemangat dalam mengikuti proses

pembelajaran sehingga dapat berdampak pada peningkatan prestasi

belajarnya.

5. Program Studi PGSD

Menambah referensi bacaan pada perpustakaan.

1.5Sistematika Penyajian

Penulisan proposal ini disajikan dalam empat bab dengan sistematika sebagai

berikut:

Bab 1 membahas pendahuluan yang menjelaskan latar belakang penelitian,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

penulisan makalah. Bab 2 membahas kajian pustaka yang menjelaskan kajian

pustaka, teori-teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya, kerangka

berpikir, hipotesis. Bab 3 membahas metode penelitian yang menjelaskan

jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional,

intrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik

(25)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II merupakan landasan teori yang berisi kajian pustaka, kerangka

berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka membahas teori-teori yang

relevan dan hasil penelitian sebelumnya yang berisi tentang penelitian sejenis

yang pernah ada. Selanjutnya dirumuskan dalam kerangka berpikir dan

hipotesis penelitian yang berisi dugaan sementara atau jawaban sementara dari

rumusan masalah penelitian.

2.1Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Relevan 2.1.1.1Metode Inkuiri

2.1.1.1.1 Pengertian Metode Inkuiri

Menurut Sanjaya (2006:195), metode pembelajaran inkuiri adalah

rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir

secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri

jawaban dari masalah yang dipertanyakan. Gulo dalam Trianto

(2009:166) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,

analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya

(26)

6 2.1.1.1.2 Prinsip-prinsip Penggunaan Metode Inkuiri

Menurut Sanjaya (2006:197-199), prinsip-prinsip penggunaan

metode inkuiri sebagai berikut:

a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan

kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini

selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada

proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses

pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan

ditentukan oleh sejauh mana siswa dapat menguasai materi

pembelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari

dan menentukan sesuatu. Makna dari “sesuatu” yang harus

ditemukan oleh siswa melalui proses berpikir adalah sesuatu yang

dapat ditemukan, bukan sesuatu yang tidak pasti, oleh sebab itu

setiap gagasan yang harus dikembangkan adalah gagasan yang

dapat ditemukan.

b. Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik

interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan

interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai

proses interaksi berarti menempatakan guru bukan sebagai sumber

belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi

itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (directing) agar siswa bisa

(27)

7

mereka. Kemampuan guru untuk mengatur interaksi memang

bukan pekerjaan yang mudah. Sering guru terjebak oleh kondisi

yang tidak tepat mengenai proses interaksi itu sendiri.

c. Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan metode

inkuiri adalah guru sebagai penanya. Kemampuan siswa untuk

menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan

sebagian dari proses berpikir. Oleh sebab itu, kemampuan guru

untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.

Berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasi oleh setiap guru,

apakah itu bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa,

bertanya untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan

kemampuan, atau bertanya untuk menguji.

d. Prinsip Belajar untuk Berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar

adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses

mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak

kanan; baik otak raptil, otak limbik, maupun otak neokortek.

Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak

secara maksimal. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan

otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan

rasional, akan membuat anak dalam posisi “kering atau hampa”.

Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung

(28)

unsur-8

unsur yang dapat mempengaruhi emosi, yaitu unsur estetika

melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan.

e. Prinsip Keterbukaan

Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan.

Segala sesuatu mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu, anak perlu

diberikan kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan

kemampuan logika dan nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan

ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa

mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan

kebenaran hipotesis yang diajukannya.

2.1.1.1.3 Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Inkuiri

Menurut Sanjaya (2006:199-203), langkah-langkah proses

pembelajaran dengan menggunakan metode inkuri adalah sebagai

berikut:

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau

iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru

menggondisikan agar siswa siap melaksanakan proses

pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk

berpikir memecahkan masalah. Kemauan dan kemampuan siswa

sangat menentukan keberhasilan metode inkuiri ini.

b. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada

(29)

9

rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu

ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang

tepat. Proses mecari jawaban itulah yang sangat penting dalam

metode inkuiri, oleh sebab itu melaui proses tersebut siswa akan

memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya

mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan

demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah

teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari

dan ditemukan.

c. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang

sedang dikaji. Sabagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk

mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap

anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara

atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban

dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan sebagai hipotesis

bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan

berpikir kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat

rasional dan logis.

d. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

(30)

10

pembelajaran dengan menggunakan inkuiri, mengumpulkan data

merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya

memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga

membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi

berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan

ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang

dibutuhkan.

e. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang

dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang

diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Hal terpenting dalam

menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas

jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga

berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional, artinya,

kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan

argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan

dan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan

yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan

(31)

11

mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu

menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

Gulo (2002) dalam Trianto (2009: 168-169) menyatakan, dalam

pembelajaran inkuiri diperlukan kemampuan sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan

diajukan. Kegiatan tersebut dilakukan untuk meyakinkan bahwa

pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan

tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

b. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi

permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan

proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai

hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih

salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang

diberikan.

c. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data.

Data yang dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.

d. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan

dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting

dalam menguji hipotesis adalah pemikiran „benar‟ atau „salah‟.

(32)

12

menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis

itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan

proses inkuiri yang telah dilakukannya.

e. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat

kesimpulan sementara berdasarkan data yan diperoleh siswa.

Untuk keperluan penelitian ini akan dirancang tujuh langkah

inkuiri, yaitu sebagai berikut:

a. Orientasi

Kegiatan guru dalam orientasi adalah membagi siswa dalam

kelompok, menyampaikan masalah aktual yang berhubungan

dengan materi, membagikan lembar kerja siswa tentang meteri

yang akan disampaikan dengan gambar, tabel, simbol, atau grafik.

Guru juga perlu menjelaskan langkah-langkah metode inkuiri yang

akan dijalankan, menjelaskan media dan alat-alat apa saja yang

bisa digunakan dalam pembelajaran, serta memotivasi siswa agar

terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

b. Merumuskan permasalahan

Siswa dibimbing oleh guru untuk merumuskan permasalahan

sendiri yang dapat dijawab „ya‟ atau „tidak‟. Guru juga mendorong

siswa untuk menemukan jawaban sendiri dan membantu siswa

mengkaji teori, konsep, atau prinsip.

(33)

13

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan

berbagai kemungkinan jawaban, membimbing siswa untuk

menetukan jawaban-jawaban yang relevan saja dan membimbing

siswa untuk memilih prioritas jawaban-jawaban yang terbaik

sebagai hipotesis.

d. Melakukan eksperimen

Kegiatan guru dalam melakukan eksperimen adalah membimbing

siswa untuk menentukan langkah-langkah untuk melakukan

percobaan, membimbing siswa untuk mengurutkan

langkah-langkah percobaan, membimbing siswa untuk mendapatkan

data-data melalui percobaan, dan memberi kesempatan pada

masing-masing kelompok untuk menganalisis data-data.

e. Menarik kesimpulan

Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan.

f. Mempresentasikan hasil

Kagiatan guru dalam mempresentasikan hasil adalah membimbing

siswa untuk menyiapkan laporan ringkas kelompok dengan

langkah-langkah yang urut, tertulis, dan disertasi gambar, member

kesempatan pada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan

hasil di depan kelas, dan member pengayaan.

g. Mengevaluasi

Guru membimbing siswa untuk mengevaluasi apakah seluruh

(34)

14 2.1.1.2Inkuiri Terbimbing

Menurut Herdian (2010) metode inkuiri terbimbing adalah metode

inkuiri di mana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan

memberi pertanyaan awal dan mengarahkan siswa pada suatu diskusi.

Dalam proses belajar mengajar dengan metode inkuiri terbimbing, siswa

dituntut untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk dari guru.

Petunjuk-petunjuk tersebut pada umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan

yang membimbing. Dengan metode ini siswa belajar lebih berorientasi

pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami

konsep-konsep materi pembelajaran.

Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada

tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa

mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang

diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang

dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran. Di

samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa

yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus

memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan

memberikan petunjuk-petunjuk yang diperlukan oleh siswa.

Pada metode inkuiri terbimbing ini siswa akan dihadapkan pada

tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok

maupun secara individual agar siswa mampu menyelesaikan masalah dan

menarik suatu kesimpulan secara mandiri. Pada tahap awal guru banyak

(35)

15

tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri

secara mandiri. Siswa memerlukan bantuan dari guru untuk

mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun

siswa harus berusaha mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan yang dihadapi

tetapi pertolongan guru tetap diperlukan.

2.1.1.3Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.1.3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Darmodjo dan Kaligis (1992/1993: 3) Ilmu Pengetahuan

Alam dari segi istilah berarti „Ilmu‟ tentang „Pengetahuan Alam‟.

„Ilmu‟ artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar

artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran

ilmu, yaitu rasional dan obyektif. Rasional artinya masuk akal atau

logis, dapat diterima oleh akal sehat, sedangkan obyektif artinya sesuai

dengan obyeknya, sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan

pengalaman pengamatan melalui pancaindera. „Pengetahuan‟ artinya

segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. Jadi IPA adalah

pengetahuan yang rasioanal dan obyektif tentang alam semesta dengan

segala isinya.

2.1.1.3.2 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Darmodjo dan Kaligis (1992/1993) menjelaskan dalam

pembelajaran IPA haruslah terkandung tiga dimensi IPA yaitu IPA

dipandang dari segi proses, produk dan pengembangan sikap. Berikut

ini akan dijelaskan tentang IPA dipandang dari segi proses, produk dan

(36)

16

a. IPA sebagai proses

IPA sebagai proses maksudnya adalah proses untuk

mendapatkan ilmu itu sendiri. IPA diperoleh melalui penelitian

dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang disebut

metode ilmiah. Pada anak usia SD, metode ilmiah mulai

diperkenalkan secara bertahap dan berkesinambungan.

b. IPA sebagai produk

Bentuk ilmu pengetahuan alam sebagai produk berupa

fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori-teori, dan

hukum-hukum yang semuanya itu ditujukan untuk menjelaskan tentang

berbagai gejala alam. Dalam Iskandar yang dimaksud dengan

fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang

benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang

betul-betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif, contoh: ular

termasuk golongan reptilian. Konsep IPA adalah suatu ide yang

mempersatukan fakta-fakta IPA. Konsep merupakan penghubung

antara fakta-fakta yang ada hubungannya, contoh: benda-benda

hidup dipengaruhi oleh lingkungan, materi akan berubah tingkat

wujudnya bila menyerap atau melepaskan energi.

Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan di antara

konsep-konsep IPA, contoh: udara yang dipanaskan memuai, ini

adalah prinsip yang menghubungkan konsep-konsep udara, panas

dan pemuaian. Prinsip ini menyatakan jika udara dipanaskan maka

(37)

17

sudah diterima meskipun juga bersifat tentatif tetapi karena

mengalami pengujian-pengujian yang lebih keras daripada prinsip,

maka hokum alam bersifat lebih kekal. Teori ilmiah merupakan

kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep-konsep, dan

prinsip-prinsip yang saling berhubungan. Suatu teori merupakan

model, atau gambaran yang dibuat oleh ilmuwan untuk

menjelaskan gejala alam.

c. IPA sebagai pengembangan sikap

Untuk pengajaran IPA di Sekolah Dasar maka pengertian

„Sikap‟ disini dibatasi pada „sikapa ilmiah terhadap alam sekitar‟.

Menurut Harlen (1987) dalam Darmodjo dan Kaligis menjelaskan

bahwa setidak-tidaknya ada Sembilan aspek sikap ilmiah yang

dapat dikembangkan pada anak usia Sekolah Dasar, yaitu sikap

ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap kerja

sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas

diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir bebas, dan sikap

kedisipilanan diri.

2.1.1.4Pesawat Sederhana

2.1.1.4.1 Pengertian Pesawat Sederhana

Menurut Damayanti (2010:26), pesawat sederhana adalah alat-alat

sederhana yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia

dalam melakukan pekerjaan.

(38)

18

Fungsi dari pesawat sederhana adalah sebagai berikut (Haryanto,

2004):

1. Untuk mengubah energi

2. Mengubah arah gaya

3. Memindahkan energi

4. Menghemat energi

5. Menghemat waktu

6. Memudahkan pekerjaan manusia

2.1.1.4.3 Jenis Pesawat Sederhana

Berdasarkan prinsip kerjanya, pesawat sederhana dibagi menjadi lima

jenis, yaitu (Damayanti, 2010: 26-36):

1. Pengungkit atau tuas

Ada tiga jenis pengungkit yang dibedakan berdasarkan letak titik

tumpu, titik beban dan titik kuasa, yaitu

a. Pengungkit Jenis Pertama (I)

Pada pengungkit jenis pertama, titik tumpu (TT) terletak antara

titik beban (TB) dan titik kuasa (TK). Contoh alat yang

menerapkan prinsip kerja pengungkit jenis pertama antara lain

gunting, linggis, dan pemotong kuku.

TB TT TK

(39)

19

b. Pengungkit Jenis Kedua (II)

Pada pengungkit jenis kedua, titik beban (TB) terletak antara

titik kuasa (TK) dan titik tumpu (TT). Contoh alat yang

menerapkan prinsip kerja pengungkit jenis kedua antara lain

gerobak roda satu, mesin pemotong kertas, dan alat pembuka

tutup botol.

TK TB TT

Gambar 2. Prinsip Pengungkit Jenis Kedua

c. Pengungkit Jenis Ketiga (III)

Pada pengungkit jenis ketiga, titik kuasa (TK) terletak antara

titik tumpu (TT) dan titik beban(TB). Contoh alat yang

menerapkan prinsip kerja pengungkit jenis ketiga antara lain

pinset, dan sekop.

TT TK TB

Gambar 3. Prinsip Pengungkit Jenis Ketiga

2. Bidang miring

Bidang miring adalah alat bantu yang permukaannya dibuat

miring. Tujuan penggunaan bidang miring adalah untuk

(40)

20

alat yang menggunakan prinsip kerja bidang miring diantaranya

tangga, sekrup, alat bor, dan alat yang dimiringkan.

3. Katrol

Katrol adalah roda yang berputar pada porosnya dengan bagian

berongga di sepanjang sisinya untuk tempat tali atau rantai. Prinsip

kerja katrol sama dengan pengungkit, yaitu memiliki tiga titik, titik

tumpu, titik beban, dan titik kuasa. Berdasarkan jenisnya ada empat

macam katrol, yaitu:

a. Katrol Tetap

Katrol tetap adalah katrol yang dipasang pada tempat tertentu

dengan posisi tetap. Penggunaan katrol tetap akan mengubah

arah gaya, yaitu gaya ke atas diubah menjadi arah ke bawah.

Contoh alat yang menerapkan prinsip kerja katrol tetap antara

lain pada tiang bendera, sangkar burung, dan sumur timba.

Sumber: Azmiyawati (2008:103)

(41)

21

b. Katrol Bebas atau Lepas

Katrol bebas atau lepas adalah katrol yang dapat bergerak

bebas dan dapat dipindah-pindahkan. Katrol bebas biasa

diletakkan pada tali atau rantai. Beban yang akan diangkat

langsung digantungkan pada katrolnya. Pada katrol bebas, arah

kuasa selalu menuju ke atas dan gaya yang digunakan

diperkecil setengahnya.

Sumber: Azmiyawati (2008:103)

Gambar 5. Katrol Bebas

c. Katrol Berganda

Katrol berganda adalah gabungan katrol tetap dan katrol bebas.

Katrol berganda biasanya digunakan untuk mengangkut

(42)

22 Sumber: Azmiyawati (2008:103)

Gambar 6. Katrol Berganda

d. Katrol Blok Berganda

Katrol blok berganda tersusun dari beberapa roda katrol yang

disusun secara berdampingan dalam satu poros. Katrol blok

berganda digunakan untuk mengangkut beban yang sagat berat,

misalnya barang-barang peti kemas di pelabuhan.

Sumber: Sulistyanto (2008:118)

(43)

23

4. Roda berporos

Roda berporos adalah roda berbentuk silinder yang dihubungkan

dengan sebuah poros. Roda dan poros berputar bersama-sama.

Contoh penggunaan roda berporos terdapat pada roda sepeda, roda

gerobak, dan stir mobil. Asas roda dan poros digunakan untuk

memudahkan memindahkan barang. Hal tersebut dikarenakan roda

dapat mengurangi gesekan dengan jalan karena bentuknya yang

bulat sehingga mudah bergerak.

5. Gir

Gir adalah roda yang bergerigi. Gir tidak bisa bekerja sendiri. Ada

dua atau lebih dari gir yang menghubungkan satu dengan yang

lainnya agar dapat berjalan. Gir digunakan untuk mengubah

kecepatan dan arah gaya. Gir satu dengan gir lainnya selalu

dikaitkan baik dengan menggunakan rantai penghubung atau tidak.

Antara gir yang satu dengan gir yang lain selalu bergerak dengan

arah yang berlawanan. Ketika gir yang besar berputar satu kali

putaran, gir kecil lebih banyak lagi putarannya. Jumlah ronde

putaran bergantung pada banyaknya gigi dalam gir. Gir yang lebih

kecil berputar lebih cepat daripada gir yang besar.

2.1.1.5Prestasi Belajar

2.1.1.5.1 Pengertian prestasi belajar

Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah

suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa

(44)

24

dicapainya”. Menurut Nasution (1996:17) dalam Sunarto (2009)

prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam

berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna

apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor,

sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum

mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut”.

2.1.1.5.2 Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

1. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi

dua kelompok, yaitu :

a. Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera

 Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu

memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya.

Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi

siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya

memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan

pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar

metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk

memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan

(45)

25  Pancaindera

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya

belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem

pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling

memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.

Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang

dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan

pendengaran.

b. Faktor psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa, antara lain adalah :

 Intelligensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan

yang dimiliki siswa. Menurut Binet (Wahyuningsih, 2009)

hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan

dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu

penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk

menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf

inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang

siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi

mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi

belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki

(46)

26

memiliki prestasi belajar yang rendah. Meskipun demikian

bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf

inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi,

juga sebaliknya .

 Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat

merupakan faktor yang menghambat siswa dalam

menampilkan prestasi belajarnya. Sikap siswa yang positif

terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal

yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.

 Motivasi

Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar.

Motivasi timbul karena adanya keinginan atau

kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam

belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle

dalam Wahyuningsih (2009) motivasi belajar adalah

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan

arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang

dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi belajar

merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.

(47)

27

belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai

banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

2. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain di

luar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan

diraih, antara lain adalah :

a. Faktor lingkungan keluarga

 Sosial ekonomi keluarga

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih

berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih

baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah

 Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi

cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang

mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

 Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota

keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat

berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa

secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara

tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.

(48)

28  Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP

akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di

sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan

lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses

belajar mengajar

 Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih

prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai

kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia

belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk

berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya

dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang

berkualitas, yang dapat memenuhi rasa keingintahuannya,

hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung

harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang

menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk

terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

 Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan

materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang

lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan

minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.

(49)

29  Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan

mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.

Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan

akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan

cenderung memandang rendah pekerjaan guru/pengajar

 Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung

kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa

kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah,

setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha

memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

2.1.1.6Berpikir Kritis

2.1.1.6.1 Pengertian Berpikir Kritis

Menurut Johnson (2002: 185), berpikir kritis adalah sebuah proses

sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan

mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis

juga merupakan sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan

siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari

pernyataan orang lain. Chaffee 1994 dalam Johnson (2002: 187)

menyatakan, berpikir kritis sebagai berpikir sebagai berpikir untuk

(50)

30

tidak hanya memikirkan dengan sengaja, tetapi juga meneliti

bagaimana kita dan orang lain menggunakan bukti dan logika.

Facione (1996) berdasarkan The APA Concensus dalam Abrori

(2006) menyatakan berpikir kritis sebagai keputusan yang disertai

tujuan dan dikerjakan sendiri, merupakan hasil dari kegiatan

interpretasi, analisis, evaluasi, dan inferensi, serta penjelasan dari

pertimbangan yang didasarkan pada bukti, konsep, metodologi,

kriteriologi dan kontekstual. Proses tersebut melandasi keputusan yang

akan diambil oleh seseorang.

Menurut Halpen (1996) dalam Achmad (2007), berpikir kritis adalah

memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan

tujuan. Scriven dalam Achmad (2007) menyatakan, berpikir kritis

yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan

dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan,

menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan

tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran,

pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam

menentukan sikap dan tindakan.

2.1.1.6.2 Berpikir Kritis Kategori Kognitif

Facione (2004) dalam Abrori (2006) menjelaskan bahwa berpikir

kritis sebagai kemampuan kognitif, di dalamnya terdapat kegiatan

interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, serta pengelolaan

(51)

31

pengertian dari situasi, pengalaman, kejadian, data, keputusan, konvensi,

kepercayaan, aturan, prosedur dan kriteria. Analisis adalah

mengidentifikasi hubungan dari beberapa pernyataan pertanyaan,

konsep, deskripsi, dan berbagai model yang dipergunakan untuk

merefleksikan pemikiran, pandangan, kepercayaan, keputusan, alasan,

informasi dan opini. Mengevaluasi ide dan pendapat orang lain,

mendeteksi argumen dan menganalisis argumen merupakan bagian dari

analisis. Evaluasi adalah kemampuan untuk menguji kebenaran

pernyataan yang digunakan untuk menyampaikan pemikiran, persepsi,

pandangan, keputusan, alasan, serta opini. Evaluasi juga merupakan

kemampuan untuk menguji hubungan berbagai pernyataan, deskripsi,

pertanyaan, dan bentuk lain yang dipakai dalam merefleksikan

pemikiran.

Inferensi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih

elem yang dibutuhkan untuk menyusun simpulan yang memiliki alasan,

untuk menduga dan menegakkan diagnosis, untuk mempertimbangkan

informasi apa saja yang dibutuhkan dan untuk memutuskan konsekuensi

yang harus diambil dari data, informasi, pernyataan, kejadian, prinsip,

opini, konsep dan lain sebagainya. Kemampuan menjelaskan adalah

kemampuan menyatakan hasil pemikiran, penjelaskan alasan

berdasarkan pertimbangan bukti, konsep metodologi, kriteriologi dan

konteks. Termasuk dalam ketrampilan ini adalah kemampuan

menyampaikan hasil, menjelaskan prosedur, dan mempresentasikan

(52)

32

sendiri dalam berpikir. Dengan kemampuan ini seseorang akan selalu

memeriksa ulang hasil berpikirnya untuk kemudian diperbaiki sehingga

menghasilkan keputusan yang lebih baik.

2.1.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Hartini (2010) menyoroti masalah tentang efektifitas pengguanaan

metode inkuiri dalam pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran

IPA materi penyebab perubahan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dengan menggunakan metode

inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA. Peneliti mengambil sampel

yaitu seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Kintelan yang berjumlah 31

siswa. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah setelah penggunaan

metode inkuiri ternyata hasil belajar siswa sangat efektif. Hal ini dapat

dilihat dari nilai siswa yang mencapai KKM, sebelum mengguanakan

metode inkuiri 86,6% siswa tidak mencapai KKM dan setelah

menggunakan metode inkuiri ternyata hasilnya menurun menjadi 6,66%

siswa yang tidak mencapai KKM.

Dalam Raras (2010) masalah yang disoroti adalah apakah

pengguanaan metode inkuiri efektif dalam pencapaian hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPA materi perpindahan dan penghantar panas.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan

metode inkuiri terbimbing dalam pencapaian hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA materi perpindahan dan penghantar panas. Sampel yang

(53)

33

analisis data pada penelitian ini adalah penggunaan metode inkuiri

terbimbing cukup efektif untuk siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan.

Hal ini dapat dilihat dari siswa yang mencapai KKM. Pada waktu

dilakukan pretest sekitar 15,38% siswa yang mencapai KKM, sedang pada

waktu posttest jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi

53,84% siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Listyaningrum (2010) menyoroti

masalah tentang efektifitas penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam

pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi benda

terapung, melayang dan tenggelam. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui efektifitas penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam

pencapaian hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi benda

terapung, melayang dan tenggelam. Sampel yang diambil oleh peneliti

adalah siswa kelas IVA SD Kanisius Pugeran. Hasil yang dicapai dalam

penelitian ini adalah pengguanaan metode inkuiri terbimbing efektif untuk

mengingkatkan pencapaian hasil belajar siswa kelas IVA SD Kanisius

Pugeran. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa dari skor pretest

menjadi skor posttest mengalami kenaikan sebesar 20,6% dan jumlah

siswa yang mencapai KKM mengalami peningkatan sebesar 75,89%.

Sugiyarti (2005) menyoroti masalah tentang rendahnya aktivitas

belajar, keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar, keterampilan

berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Sampel yang diambil oleh peneliti

(54)

34

dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika berbasis masalah

dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar

siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata evaluai pada siklus I adalah

pretest 53,51 dengan ketuntasan 28,89% dan posttest 72,78 dengan

ketuntasan 60,86%, rata-rata test keterampilan berpikir kritis siswa 7,82

dari skor maksimal 30. Hasil pretest siklus II adalah 71,13 dengan

ketuntasan 56,52% sedangkan hasil posttest siklus II diperoleh nilai

rata-rata 80 dengan ketuntasan 89,13%. Berarti indikator kinerja pada siklus II

sudah tercapai. Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa dalam siklus II

ini juga meningkat menjadi 17,87.

Penelitian yang dilakukan oleh Diminarni (2010) mengambil masalah

tentang kesesuaian model analisis regresi berpengaruh pada motivasi

belajar, gaya belajar dan berpikir kritis terhadap indeks prestasi kumulatif

mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

kesesuaian model analisis regresi yang dihasilkan cocok untuk mengetahui

pengaruh motivasi belajar gaya belajar dan berpikir kritis terhadap indeks

prestasi kumulatif mahasiswa. Sampel yang diambil dalam penelitian ini

adalah mahasiswa reguler pagi S1 jurusan Akuntansi UPN “Veteran” Jawa

Timur angkatan 2006 yang berjumlah 61 mahasiswa yang telah

mengajukan bimbingan skripsi dan telah menempuh semua SKS yang

wajib ditempuh. Hasil dari penelitian ini adalah kesesuaian model analisis

regresi yang dihasilkan cocok untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar,

gaya belajar dan berpikir kritis terhadap indeks prestasi kumulatif mahasiswa

(55)

35 sedangkan secara parsial diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh

secara nyata antara motivasi belajar dan berpikir kritis terhadap indeks

prestasi kumulatif mahasiswa S1 reguler pagi program studi Akuntansi UPN

“Veteran” Jawa Timur. Sedangkan untuk gaya belajar terdapat pengaruh

secara nyata terhadap indeks prestasi kumulatif. Gaya belajar menjadi

variabel yang dominan.

Penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih (2005) bertujuan untuk

untuk menciptakan kondisi optimum pembelajaran SETS di mana proses

pembelajaran memenuhi karakter pendekatan SETS, kemampuan berpikir

kritis dan kreatif siswa meningkat. Sampel yang diambil dalam penelitian ini

adalah siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Semarang Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kondisi optimum tercapai pada siklus ke-3 dimana

proses pembelajaran memenuhi karakter pendekatan SETS, kemampuan

berpikir kritis dan kreatif siswa meningkat secara signifikan, ketuntasan

belajar klasikal tercapai dan tugas-tugas siswa bernuansa SETS terpenuhi.

(56)

36 Gambar 8. Literatur Map dari Penelitian-penelitian Sebelumnya

Metode Inkuiri Berpikir Kritis

Hartini – 2010

Inkuiri – Efektivitas Pencapaian Hasil Belajar

Raras – 2010

Inkuiri – Pencapaian Hasil Belajar

Diminarni – 2010

Berpikir Kritis – Indeks Prestasi Kumulatif

Sugiyarti – 2005

Berpikir Kritis - pembelajaran matematika berbasis masalah

Listyaningrum – 2010

Inkuiri – Pencapaian Hasil Belajar

Purwaningsih – 2005

Berpikir Kritis – Pendekatan SETS

Yang perlu diteliti

(57)

37 2.2 Kerangka Berpikir

Kerena metode inkuiri lebih melibatkan siswa untuk semakin aktif dalam

pembelajaran, pencapaian prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis

kategori kognitif di kelas eksperimen akan lebih tinggi dari kelas kontrol.

2.3 Hipotesis

Hipotesis untuk penelitian ini yaitu:

1. Penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi pesawat

sederhana berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar

siswa-siswi kelas V SDK Sorowajan Yogyakarta pada Semester Genap

Tahun Ajaran 2010/2011.

2. Penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi pesawat

sederhana berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan

berpikir kritis pada kategori kognitif siswa-siswi kelas V SDK Sorowajan

Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011.

Landasan teori dalam bab II ini dapat disintesaskan dalam piramida terbalik

dengan mengikuti logika berpikir deduktif yang menjadi dasar dari penelitian

kuantitatif eksperimental yang mulai dengan kajian pustaka,

(58)

38 Gambar 9. Proses Penyusunan Hipotesis

Variabel metode inkuiri

Variabel

prestasi belajar dan berpikir kritis kategori kognitif

Kajian Pustaka

Penelitian-penelitian sebelumnya

Kerangka berpikir

(59)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III membahas metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Pembahasan metode penelitian yaitu mengenai jenis penelitian yang digunakan,

populasi dan sampel penelitian, waktu penelitian, variabel penelitian, definisi

operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan uji reliabilitas instrumen,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 107) penelitian eksperimen adalah metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Ada empat bentuk

design eksperimen menurut Sugiyono (2010: 108-116) yang dapat digunakan

dalam penelitian, yaitu:

1. Pre-Experimental Design

Jenis ini belum merupakan penelitian ekperimental yang

sesungguhnya karena masih ada variabel luar selain variabel independen

yang ikut mempengaruhi terbentuknya variabel dependen. Pengaruh ini

dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak

dipilih secara random. Bentuk Pre-Experimental Design dibagi menjadi

beberapa macam, yaitu One-Shot Case Study, One-Group

Pretest-Posttest Design, Intact-Group Comparison.

(60)

40

Dikatakan true experimental karena dalam design ini, peneliti dapat

mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya

eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan

rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari design ini

adalah sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai

kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. True

experimental design dapat dibagi menjadi dua, yaitu Posttest-Only

Control Design dan Pretest-Posttest Control Group Design.

3. Factorial Design

Design faktorial merupakan modifikasi dari design true experimental,

yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator

yang mempengaruhi perlakuan (variabel independen) terhadap hasil

(variabel dependen). Pada desain ini semua kelompok dipilih secara

random, kemudian masing-masing diberi pretest.

4. Quasi Experimental Design.

Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true

experimental design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar

yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain ini dibagi menjadi

dua, yaitu Time series design dan Nonequivalent control group design.

Untuk kepentingan penelitian ini yang diambil adalah

quasi-experimental design tipe non-equivalent control group design. Penelitian

(61)

41

kelompok kontrol tidak dipilih secara random atau acak. Pengaruh desain

ini adalah − – − .

Keterangan:

= hasil observasi dengan pre-test pada kelompok eksperimen

=hasil observasi dengan post-test pada kelompok eksperimen

= hasil observasi dengan pre-test pada kelompok kontrol

= hasil observasi dengan post-test pada kelompok kontrol

= perlakuan (treatment) dengan metode inkuiri terbimbing

Semua data hasil observasi diperoleh dari data yang diambil dari

variabel dependen dengan pre-test dan post-test kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol. Pre-test dilakukan sebelum adanya proses

pembelajaran, ini bertujuan untuk mengetahui keadaan awal setiap

kelompok. Setelah adanya proses pembelajaran kemudian dilakukan

post-test. Pre-test dan post-test ini dilakukan pada masing-masing kelompok

dan kemudian hasilnya dibandingkan, ini bertujuan untuk mengetahui

apakah ada perbedaaan kemampuan sebelum dan setelah pembelajaran.

Perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu penerapan metode inkuri

terbimbing. Pada kelompok kontrol menggunakan metode tradisional

Gambar

Gambar 1. Prinsip Pengungkit Jenis Pertama
Gambar 2. Prinsip Pengungkit Jenis Kedua
Gambar 4. Katrol Tetap
Gambar 5. Katrol Bebas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada siswa dengan gaya kognitif field independent dan field dependent, pendekatan PMR memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan pendekatan

Memberikan pemahaman melalui penelitian tentang pengaruh struktur modal dengan performa keuangan (yang digambarkan rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan

Syaraf tiruan Algoritma Backpropagation menghasilkan nilai korelasi yang baik antara Debit prediksi dan Debit aktualnya, hal ini juga dipengaruhi oleh Pola data

Pada kasus penyimpangan dana berdasarkan temuan BPKP berjumlah 170 kasus, dengan nilai penyimpangan mencapai 10 Milliar dan yang telah kembali mencapai 8,9 Milliar

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 huruf a, Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1

Proses penentuan ke cluster mana suatu data akan masuk juga dilakukan juga untuk setiap data yang lain, sehingga setiap data akan tergabung ke dalam suatu cluster

Sedangkan Market Value Added (MVA) merupakan hasil kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupun yang diantisipasi

o Kemudian pada Nagori Panombean Baru, SAKSI SAMSUL BAHRI berbicara melalui handphone (HP) kepada temannya yakni SAKSI ALI BASA NASUTION (PEGAWAI KANTOR NAGORI PANOMBEAN