• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI SATUAN WAKTU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS MEDIA TUNJUK SATU BINTANG SISWA KELAS II DI SD NEGERI 4 RAWALO - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI SATUAN WAKTU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS MEDIA TUNJUK SATU BINTANG SISWA KELAS II DI SD NEGERI 4 RAWALO - repository perpustakaan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

E. Landasan Teori 9. Belajar

e. Pengertian Belajar

Pengertian secara psikologis, belajar merupakan proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk lainya. Menurut Aunurrahman (2014: 33) belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar.

(2)

Menurut Rahyubi (2012: 1) belajar merupakan proses hidup yang sadar atau tidak harus dijalani semua manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperoleh, artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Proses belajar merupakan mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan siswa merenkontruksi sendiri pengetahuannya sehingga mampu menggunakan pengetahuan dalam kehidupan seharian-hari

f. Peranan Belajar dalam Kehidupan Sehari-hari

(3)

g. Unsur-unsur Belajar

Para konstruktivis (Suyono dan Hariyanto, 2014: 127) memaknai unsur-unsur belajar sebagai berikut:

1) Tujuan belajar

Tujuan belajar yaitu membentuk makna. Makna diciptakan para pembelajar dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. 2) Proses belajar

Proses belajar adalah proses kontruksi makna yang berlangsung terus menerus, setiap kali berhadapan dengan fenomena atau pengalaman baru diadakan rekontruksi, baik secara kuat atau lemah. Belajar bukanlah hasil perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri.

3) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung kepada apa yang telah diketahui pembelajar, konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

h. Jenis-jenis Belajar

Menurut (Slameto, 2010: 5) jenis-jenis belajar sebagai berikut: 2) Belajar bagian (part learning, fractioned learning).

(4)

3) Belajar dengan wawasan (learning by insight).

Sebagai suatu konsep, wawasan (insight) ini merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. 4) Belajar diskriminatif (discriminatif learning).

Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

5) Belajar global/keseluruhan (global whole learning).

Bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya.

6) Belajar incidental (incidental learning).

Belajar disebut incidental bila tidak ada intruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenal materi belajar yang akan diujikan.

7) Belajar instrument (instrumental learning).

Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal.

(5)

9) Belajar laten (laten learning).

Belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara segera.

10)Belajar mental (mental learning).

Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain.

11)Belajar produktif (productive learning).

Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikan suatu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain. 12)Belajar verbal (verbal learning).

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan.

10.Hasil Belajar

d. Pengertian Hasil Belajar

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresasi dan ketrampilan (Suprijono, 2013: 5).

(6)

e. Tipe Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2013: 49) tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikatagorikan menjadi 3 bidang yakni bidang kognitif, bidang afektif, serta bidang psikomotor. Ketiganya tidak berdiri sendiri tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa disekolah.

Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek tersebut.

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap terdiri dari lima aspek, yaitu: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi atau karakteristik nilai.

3) Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Terdapat enam aspek ranah psikomotoris, yaitu: gerakan reflek, ketrampilan gerak dasar, kemampuan perseptual, kemampuan di bidang fisik, gerakan-gerakan kecakapan, gerakan-gerakan ekspresif dan interpretatif.

(7)

dapat mengetahui atau menyebutkan konsep dari materi satuan waktu. Pada ranah afektif yaitu siswa dapat mengembangkan karakter yang diharapkan (tekun, kerjasama, dan tanggung jawab), siswa juga dapat berfikir kreatif dan berlatih berkomunikasi baik dengan teman-temannya dan guru. Pada ranah psikomotor yaitu siswa mampu menggambar jam sesuai dengan petunjuk.

Kesimpulnya bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan atau kemampuan siswa (kognitif, afektif, psikomotor) yang dimiliki setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar yang diperoleh siswa kemudian dilaksanakan evaluasi atau penilian untuk mengukur kemampuan siswa memahami atau menguasai materi. Evaluasi atau penilian dilaksanakan tidak hanya menilai konsep atau materi tetapi bakat yang dimiliki pun dan ketrampilan motorik harus dinilai.

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Berdasarkan teori Gestalt hasil belajar dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungan. Pertama, siswa dalam arti kemampuan berfikir atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan yaitu sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta dukungan lingkungan keluarga, dan lingkungan.

(8)

merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:

1) Faktor internal; faktor ini merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

2) Faktor eksternal; faktor berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga yang morat-marit keadaan ekonominya, pertengkaran suami istri, perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orang tua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar siswa.

(9)

11. Metode Cooperative Learning

g. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang

artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah

siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuanya berbeda (Isjoni, 2011: 12).

Menurut Suprijono (2013: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Penggunaan model pembelajaran cooperative learning siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. (Daryanto dan Rahardjo, 2012: 241). Siswa yang ada di dalam kelompok mempunyai tingkat tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.

(10)

dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Dukungan teori kontruktivisme sosial Vygotsky telah meletakan arti penting model pembelajaran kooperatif. Kontruktivisme sosial Vygotsky menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual. Peserta didik terlibat dalam konteks sosio historis

Menurut Roger dan David Jonson dalam Lei (2010: 31) mengatakan bahwa tidak semua belajar berkelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mencapai hasil maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:

a) Positive interdependence (saling ketergantungan positif). b) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan). c) Face to facepromotive interaction (interaksi promotif). d) Interpersonal skill (komunikasi anatara anggota).

e) Group processing (pemrosesan kelompok).

h. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning menurut Isjoni (2011: 21) adalah agar siswa

(11)

Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih sukses. Meraih tujuan personal mereka anggota kelompok harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil, dan mungkin yang lebih penting mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal (Slavin 2005: 34).

i. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Menurut Zamroni dalam Trianto (2009: 57) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Belajar kooperatif dapat mengembangan solidaritas sosial dikalangan siswa. Belajar kooperatif diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidariras sosial yang kuat.

(12)

j. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif menurut Daryanto dan Rahardjo (2012: 241):

1) Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.

3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari masing-masing individu.

k. Unsur Penting dalam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Johnson dan Sutton dalam Trianto (2009: 60), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.

2) Kedua, interaksi antara siswa yang semakin mengingkat. Hal ini, terjadi dalam seseorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok.

3) Ketiga, tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual

(13)

hal: a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan, dan b) siswa tidak dapat sekedar membonceng pada hasil kerja teman.

4) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Siswa

dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.

5) Kelima, proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota

kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih aktif. Kelima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan agar mencapai hasil yang maksimal.

l. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Jorolimek & Parker dalam Isjoni (2011: 24) kelebihan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah:

1) Saling ketergantungan yang positif.

2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Saling dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.

5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.

(14)

Menurut Slavin (2005:5) pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antar siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa pendidikan khususnya terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan penting dalam menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas berbeda. Siswa dibentuk dalam suatu kelompok yang berbeda kepribadianya akan melatih siswa untuk menyesuaikan diri dengan teman-temanya, hal ini untuk mempersiapakan siswa masuk di kehidupan sosial yang sebenarnya.

Menurut Isjoni (2011:25) kelemahan model pembelajaran cooperative learning, yaitu:

1) Guru harus mempersiapkam pembelajaran secara matang.

2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, biaya yang cukup memadai.

3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

(15)

12. Model Cooperative Learning tipe TPS (Think Pair Share) a. Pengertian model TPS (Think Pair Share)

Pengertian model TPS (Think Pair Share) menurut Arends (2007: 354) adalah:

The Think-Pair-Share strategi has grown out of the cooperative learning and wait time research. The particular approach described here, initially developed by frank lyman and his colleagues at the University of Maryland, is an effective way to change the discourse pattern in a classroom. It challenges the assumption that all recitations or discussion need to be held in whole group settings, and it has built in procedures for giving students more time to think and to respond and to help each other.

Strategi Think Pair Share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland, menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu.

(16)

aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran kooperatif Tipe TPS (Think Paair Share) diharapkan dapat mengembangkan keterampilaan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.

(17)

b. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dan langkah model pembelajaran cooperative learning Tipe TPS

Langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning Tipe TPS (Arends, 2007: 354) yang telah dikaitkan dengan model pembelajaran kooperatif (Suprijono, 2013: 65), adalah sebagai berikut:

1. Present goals and set.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa siap belajar.

2. Present information.

Mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal.

3. Thingking : The teacher proses a question or an issue associeated with the lesson and ask student to spead a minute thinking alone about the answer or the issue. Students need to be taught that talking is not part of thinking time.

Berfikir: Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berfikir.

4. Organize student intolearning teams.

(18)

5. Pairing: next, the teacher ask students to pair off and discuss what they have been thinking about. Interaction duing this period cn be sharing answers if a question has been posed or sharing ideas if specific issue was identified. Usually, theachers no more than four or five minute for pairing.

Berpasangan: selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan gagasan apabila suatu masalah khususnya yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. 6. Assist team work and study.

Membantu tim-tim belajar selama siswa mengerjakan tugasnya.

7. Provide recognition.

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

8. Sharing: in the final step, the teacher asks the pairs to share what they have been talking about with the whole class. It is effective to simply go around the room from pair to pair and continue until about a fourt or a half of the pairs have had a chance to report.

(19)

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe TPS Menurut Lie (2010: 46) kelebihan pembelajaran Kooperatif

Tipe TPS (Think Pair Share) yaitu: a. Meningkatkan partisipasi siswa. b. Cocok untuk tugas sederhana.

c. Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok.

d. Interaksi lebih mudah.

e. Lebih mudah dan cepat membentuknya.

Adapun kekurangan dari pembelajaran kooperatif Tipe TPS yaitu:

a. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. b. Lebih sedikit ide yang muncul.

c. Jika ada perselisihan tidak ada penengah.

(20)

13. Matematika d. Pengertian Metamatika

Kata matematika berasal dari bahasa latin mathematika, dan bahasa Yunani mathematike yang berarti mempelajari, dimana asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan dengan kata mathein dan

mathenein yang artinya belajar (berpikir). Berdasarkan asal katanya

maka matematika berarti ilmu pengetahuan didapat dengan berpikir (bernalar), dimana menekankan pada kegiatan dalam dunia rasio, bukan menekankan pada hasil eksperimen atau observasi matematika.

Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Secara informal, dapat pula disebut sebagai ilmu tentang bilangan dan angka. Segi pandangan formalis, matematika adalah penelaah struktur abstrak yang didefinisikan secara aksioma dengan menggunakan logika simbolik dan notasi. Menurut Hariwija (2009: 29) pandangan lain bahwa matematika ialah itu dasar yang mendasari ilmu pengetahuan lain.

(21)

Pada usia siswa sekolah dasar (7-8 tahun hingga 12-13 tahun), menurut teori kognitif pieget termasuk pada tahap operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika yang bersifat abstrak karena keabstrakan matematika relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa seolah dasar pada umumnya.

Menurut Heruman (2007: 2) dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami oleh siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat pada pola pikir dan tindakan. Pembelajaran matamatika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi dengan menunjukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainya untuk meningkatkan keaefektifan pembelajaran.

Menurut Hariwijaya (2009: 20) syarat anak bisa dikatakan mahir matematika memiliki potensi dibawah ini:

1) Menguasai konsep matematika, maksudnya mengetahui dan memahami soal mana yang memerlukan penambahan, pembagian, pengalian atau pengurangan.

2) Penalaran yang logis. Menyangkut kemampuan menjelaskan secara logika, sebab akibatnya serta sistematis.

3) Positive disposition. Sikap bahwa matematika bermanfaat dalam

(22)

Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) sebagai strategi mengajar guru maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru. Faktor-faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share). Sarana pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tujuan materi pembelajaran.

e. Pembelajaran Matematika

(23)

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontrusi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran (Susanto, 2013: 187). Pemberian pengalaman kepada siswa melalui serangkaian kegiatan terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan materi yang dipelajari.

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungan disaat pembelajaran matematika sedang berlangsung.

(24)

dan percaya pada diri sendiri. Kedua dari segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku kearah positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan saat mengajar.

f. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika di SD

Menurut Heruman (2007: 2) tujuan akhir pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari, namun untuk menuju tahap ketrampilan tersebut harus melalui langkah-langkah benar sesuai dengan kemampun dan lingkungan siswa. Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu penanaman konsep, dan tujuan akhir pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari, namun untuk menuju tahap ketrampilan tersebut guru harus melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa.

Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika:

(25)

2) Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari pemahaman konsep, yaitu bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.

3) Pembinaan ketrampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.

14.Silabus Matematika Kelas II SD Semester 2

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Geometri dan Pengukuran

2.Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah.

2.1 Menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam

15.Materi Pokok

(26)

16.Media dan Alat Peraga

a. Pengertian Media dan Alat peraga

Salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa yaitu adanya alat peraga dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pelajar menerima pengetahuan, sikap, dan ketrampilan (Anitah, 2008: 2).

Menurut Gearlanch & Ely dalam Arsyad (2007: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media

(27)

Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep prinsip atau prosedur tertentu agar tampat lebih nyata/ konkrit. Tanpa alat sukar rasanya dipercaya untuk tercapainya tujuan yang diharapkan disuatu lembaga pendidikan. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar efektif. Metode dan alat peraga merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur yang lainya yang berfungsi sebagai cara untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien. Alat ini memudahkan penyampaian pesan yang akan disampaikan.

Menurut Sudjana (2013: 99), Ada enam fungsi pokok dari alat peraga dalam proses belajar mengajar. Keenam fungsi pokok tersebut adalah:

1) Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar memiliki bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

2) Penggunaan alat peraga merupakan bagian integral dari keseluruhan situasi belajar.

(28)

4) Penggunaan alat peraga dalam pelajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

5) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.

6) Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Salah satu faktor pendukung keberhasilan belajar siswa yaitu adanya media atau alat peraga yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan menggunakan alat peraga lingkungan sekitar yang dapat dipakai untuk membantu menjelaskan konsep-konsep matematika di Sekolah Dasar. Menentukan jenis alat peraga harus cermat, jangan dipaksakan karena tujuan menggunakan alat peraga yaitu agar konsep lebih mudah dipahami bukan menyulitkan siswa dalam memahami konsep. Alat peraga yang digunakan dalam materi satuan waktu adalah media tunjuk satu bintang.

b. Media Tunjuk Satu Bintang

(29)

menarik dan bintang-bintang yang cantik yang melingkar pada jam sebagai pengganti menit. Bintang memiliki 2 warna yaitu warna kuning emas dan merah nantinya bintang-bintang tersebut akan ditunjuk satu oleh jarum jam yang paling panjang dan warna merah. Bintang warna merah untuk membedakan setiap 5 menit dalam jam. Jarum jam yang paling panjang adalah jarum jam yang berhak menunjuk bintang karena jarum jam ini adalah jarum jam yang menunjukan menit. Jika salah satu bintang yang telah ditunjuk kemudian guru bersama-sama siswa menghitung jumlah bintang yang telah dilewati dimulai dari bintang diangka 12.

1) Cara membuatnya:

a. Siapkan triplek dengan ukuran 80 cm. b. Bentuklah triplek menjadi bundar.

c. Lubangi titik tengahnya umtuk pegangan jarum jam. d. Berilah pilok warna biru agar menarik dan tetap awet. e. Diamkan sekitar setengah hari sampai mengering.

f. Siapkan skotlet putih untuk dibentuk menjadi angka 1-12. g. Bentuklah angka 1-12 pada skotlet.

h. Siapkan skotlet warna kuning emas untuk dibentuk menjadi bintang dengan ukuran panjang 3 cm sebanyak 48 bintang. i. Bentuklah bintang sebanyak 48 pada skotlet.

(30)

k. Bentuklah bintang sebanyak 12 pada skotlet.

l. Berilah tanda titik dengan pensil sebagai tanda untuk meletakan angka-angka pada jam melingkar.

m. Tempelah skotlet yang sudah berbentuk angka 1-12 pada titik yang sudah ditandai dengan jarak sekitar 4 cm dari tepi.

n. Tempelah bintang berwarna merah tepat diatas angka 1-12 melingkar.

o. Tempelah bintang berwarna kuning emas di antara bintang berwarna merah sebanyak 4 bintang dan melingkar penuh dalam jam.

p. Buatlah jarum jam 3 bentuk untuk jarum sebagai petunjuk jam, menit dan detik.

q. Jarum menunjukan jam dibuat dari bambu dibentuk tipis dengan ukuran 15 cm menyerupai tanda panah dengan lebar 1, 5 cm dan balutlah dengan skotlet berwarna putih.

r. Jarum menunjukan menit dibuat dari bambu dibentuk tipis dengan ukuran 25 cm menyerupai tanda panah dengan lebar 1, 5 cm dan balutlah dengan skotlet berwarna putih.

(31)

t. Siapkan mur dan kuncinya untuk mengaitkan ketiga jarum tersebut.

u. Semua jarum jam bagian bawahnya dilobangi untuk dimasukan mur yang nanti akan diletakan di tengah jam dengan urutan jarum jam terlebih dahulu, kemudian jarum yang menunjukan menit, kemudian jarum yang menunjukan detik.

v. Letakakanlah jarum yang sudah dimasukan mur ditempel ditengah-tengah jam.

2) Cara menggunakan:

a. Tunjuklah salah satu bintang pada jam dengan jarum paling panjang atau jarum yang menunjukan menit.

b. Hitung bintang yang sudah terlewati oleh jarum dimulai dari angka 12 atau untuk mempermudah menghitung, bahwa dari bintang warna merah menuju bintang warna merah selanjutnya yaitu jumlah 5 bintang (5 menit).

F. Penelitian yang relevan

(32)

ini dengan menggunakan metode deskriptif. Bentuk PTK bersifat kolaboratif, subjek penelitian guru dan siswa kelas V SDN 13 Toho. Hasil penelitian rata-rata hasil belajar pada siklus I adalah 44, 16. Pada siklus II adalah 67, 50. Pada siklus III adalah 81, 66. Peningkatan adalah 37, 5. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan model cooperative Tipe Think Pair Share pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

G. Kerangka Berpikir

Meningkatkan hasil belajar siswa dapat dengan cara menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair Share). Pendekatan yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah salah satunya dengan media tunjuk satu bintang.

(33)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema dibawah ini:

K

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Kondisi awal Hasil belajar

siswa rendah. Siklus I dalam pembelajaran siswa melaksanakan dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair Share) Media tunjuk satu bintang. Dalam pelajaran guru menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe TPS (Think Pair Share) Media tunjuk satu Tindakan

Hasil belajar matamatika meningkat pada ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

(34)

H. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan analisi teoritis dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1. Pendekatan model pembelajaran cooperative learning Tipe TPS (Think Pair Share) media tunjuk satu bintang dapat meningkatkan hasil belajar

matematika materi satuan waktu ranah kognitif kelas II SD.

2. Pendekatan model pembelajaran cooperative learning Tipe TPS (Think Pair Share) media tunjuk satu bintang dapat meningkatkan hasil belajar

matematika materi satuan waktu ranah afektif kelas II SD.

3. Pendekatan model pembelajaran cooperative learning Tipe TPS (Think Pair Share) Media tunjuk satu bintang dapat meningkatkan hasil belajar

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari hasil penelitian ini disarankan kepada Bank Mandiri di Surabaya agar nantinya Bank Mandiri memberikan edukasi kepada nasabah dengan mem- berikan layanan yang berkelanjutan

means song can help student to increase and memorable the word using song, because for students elementary school leam vocabulary using song Is very fun and easy to remember.. Songs

Berdasarkan lampiran 15 menunjukkan bahwa sebagian besar sumber informasi yang didapatkan responden melalui tenaga kesehatan yang mempunyai sikap positif dalam

The existence of this solutions is still kept putting the death pe- nalty in criminal law, whereas the effectiveness of the death penalty is scientifically still in

Fenomena yang terjadi saat ini adalah jual beli atau pengalihan fung- si harta benda wakaf yang dikarena- kan sudah tidak dapat difungsikan lagi secara

Keempat : M ewajibkan kepada penerima bantuan dana penelitian untuk membuat laporan akhir hasil penelitian yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Pendidikan

Between the internal auditors and the audit committee must be established appropriate communication processes are well stated by Cohen, et.al (2007) the process