• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Teori agensi (agency theory)

Teori agensi menguraikan tentang adanya hubungan antara pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Adanya konflik antara principal dengan agent yang disebutkan bahwa biaya agensi merupakan hasil penjumlahan a) pengeluaran untuk pemantauan (monitoring) oleh pemilik (principal), b) pengeluaran dalam rangka pengikatan oleh agent, dan c) biaya lain-lain yang berkaitan dengan pengendalian perusahaan.

Struktur modal disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Sebagai contoh, pemegang saham mempunyai konflik kepentingan dengan kreditur. Pemegang saham dengan manajemen juga seperti itu. Pada konflik kepentingan yang pertama, jika rasio hutang terhadap saham relatif tinggi, maka pemegang saham tergoda melakukan subtitusi aset, dalam hal ini mereka akan beroperasi dengan meningkatkan risiko perusahaan. Risiko yang meningkat menguntungkan bagi pemegang saham karena kemungkinan memperoleh keuntungan yang tinggi semakin besar. Sebaliknya, risiko ini tidak disukai kreditur karena bunga yang diterima mereka besarnya tetap, tidak peduli keuntungan yang diperoleh perusahaan. Untuk mencegah

(2)

situasi seperti ini, kreditur membebankan bunga yang semakin tinggi dengan meningkatnya jumlah hutang.

2. Profitabilitas

a. Pengertian profitabilitas

Menurut Irham (2011:135) Profitabilitas adalah efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dalam penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Perhatian perusahaan ditekankan pada profitabilitas karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan menguntungkan/ profitable. Tanpa adanya profit maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari kreditur, pemilik perusahaan dan sebagainya. Oleh sebab itu, perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan karena mengingat betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan (Syamsuddin, 2007 : 59).

Untuk mengetahui tingkat keuntungan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan di dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Lukviarman, 2006 : 33).

(3)

b. Rasio profitabilitas

Abd’rachim (2008:16) menjelaskan bahwa rasio profitabilitas terdiri atas tiga, yaitu rasio marjin laba atas penjualan, rasio pengembalian atas total aktiva yang dikenal dengan return on asset ratio, dan rasio pengembalian atas ekuitas saham biasa atau dikenal dengan return on equity ratio.

1) Rasio marjin laba atas penjualan

Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengendalikan biaya dan pengeluaran sehubungan dengan penjualan. 2) Rasio pengembalian atas total aktiva

Rasio ini dikenal dengan nama return on asset ratio atau ROA. Rasio ini mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan adanya hasil pengembalian yang sebanding dengan dana yang digunakan.

3) Rasio pengembalian atas ekuitas saham biasa

Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Rasio ini dikenal dengan istilah return on equity atau ROE.

(4)

Lukviarman (2006 : 34) menjelaskan bahwa selain ROE, terdapat satu rasio lagi yang sangat bermanfaat di dalam menilai efektifitas manajemen perusahaan secara keseluruhan. Rasio tersebut adalah Return On Investment (ROI). Return On Investment (ROI) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari sejumlah aktiva yang digunakan.

3. Perputaran Persediaan a. Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan salah satu aset yang sangat penting bagi suatu entitas baik bagi perusahaan ritel, manufaktur, jasa, maupun entitas lainnya. PSAK 14 (revisi 2008) mendefinisikan persediaan sebagai aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Martani Dwi, dkk (2012:245).

b. Sistem pencatatan persediaan

Terdapat dua jenis utama sistem akuntansi persediaan : 1). Sistem periodik

Sistem persediaan periodik digunakan pada barang dagangan yang relatif tidak mahal. Toko kebutuhan sehari-hari yang tanpa pengawasan mendetail atas register kas tidak akan menjalankan suatu pencatatan harian atas setiap potongan roti dan setiap kue yang dijual. Tetapi, perusahaan itu akan menghitung persediaannya

(5)

dalam interval waktu tertentu yang tetap untuk menentukan kuantitas sisa barang.

2). Sistem perpetual

Sistem persediaan perpetual melakukan pencatatan terus menerus atas persediaan dan harga pokok penjualan. Sistem ini memusatkan pengendalian atas persediaan. Bahkan dalam sistem perpetual, perusahaan menghitung persediaan setidaknya satu kali dalam satu tahun. Penghitungan fisik mencocokkan jumlah yang benar atas persediaan akhir untuk laporan keuangan dan juga berguna sebagai pengecekan atas pencatatan dengan komputer. c. Perbandingan sistem perpetual dan periodik :

1). Sistem persediaan perpetual

a). Melakukan pencatatan terus menerus atas persediaan dan harga pokok penjualan.

b). Menghitung persediaan setidaknya satu kali dalam satu tahun. 2). Sistem persediaan periodik

a). Tidak melakukan pencatatan terus menerus atas persediaan dan harga pokok penjualan.

b). Menghitung persediaan setidaknya satu kali dalam satu tahun. Horngren, Harrison & Bamber (2009 : 217)

d. Penetapan Biaya Persediaan dalam Sistem Perpetual 1). Metode First-in, First-out (FIFO)

(6)

Biaya pertama yang dibebankan ke persediaan adalah biaya pertama yang masuk dalam harga pokok penjualan. Persediaan akhir didasarkan pada biaya atas pembelian yang paling akhir. 2). Metode Last-in, First-out (LIFO)

Biaya terakhir pada persediaan adalah biaya pertama yang dibebankan ke harga pokok penjualan. Meninggalkan biaya paling lama – biaya persediaan awal dan pembelian pertama periode bersangkutan – ke dalam persediaan akhir.

3). Metode Biaya Rata-rata

Penetapan biaya persediaan yang didasarkan pada rata-rata biaya persediaan selama suatu periode. Biaya rata-rata ditentukan dengan membagi biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah unit yang ada.

Horngren, Harrison & Bamber (2009 : 288)

Perputaran persediaan adalah rasio yang menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal (Mujilan, 2012 : Tujuan menghitung perputaran persediaan adalah untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam setahun.

4. Piutang

a. Pengertian Piutang

Piutang merupakan klaim suatu perusahaan pada pihak lain. Hampir semua entitas memiliki piutang kepada pihak lain baik yang terkait dengan transaksi penjualan/pendapatan maupun merupakan piutang yang berasal dari transaksi lainnya. Kategoi piutang

(7)

dipengaruhi jenis usaha entitas. Untuk perusahaan dagang dan manufaktur jenis piutang yang muncul adalah piutang dagang dan piutang lainnya. Entitas menyebutkan piutang terkait dengan pendapatan sebagai piutang usaha.

Piutang yang tidak terkait dengan penjualan/pendapatan disebut piutang lainnya. Atau non trade receivable. Contohnya piutang karyawan, perusahaan afiliasi, pemegang saham, piutang pajak, piutang klaim asuransi, piutang bunga, piutang dividen, piutang jaminan pelanggan dan piutang jaminan pengembalian barang dari pelanggan. Jumlah piutang lainnya biasanya tidak signifikan dibandingkan dengan jumlah piutang dagang atau piutang usaha.

Piutang yang jatuh temponya kurang dari satu tahun atau satu siklus operasi diklasifikasikan sebagai asset lancar. Piutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Disajikan setelah aset tetap. Rincian piutang yang dimiliki perusahaan berbeda, tergantung kegiatan operasi perusahaan, jenis piutang yang dimiliki. Biasanya perusahaan memisahkan piutang berdasarkan piutang dagang dan piutang lain.

b. Pengakuan Awal Piutang

Piutang diakui pada laporan posisi keuangan jika entitas tersebut menjadi bagian dalam kontrak piutang tersebut. Dalam transaksi penjualan/pendapatan, pengakuan piutang dikaitkan dengan pengakuan pendapatan. Saat perusahaan telah mengakui pendapatannya maka

(8)

perusahaan akan mengakui piutangnya. Dalam transaksi piutang yang dikaitkan dengan pemberi pinjaman, piutang diakui sesuai ketentuan dalam kontrak pinjaman.

Sesuai dengan PSAK 55, piutang diakui oleh entitas sebesar nilai wajar. Nilai wajar merupakan harga perolehan atau nilai pertukaran antara kedua belah pihak pada tanggal transaksi. Nilai pertukaran ini dapat dipengaruhi oleh adanya hubungan relasi, karenanya piutang dari pihak berelasi perlu diungkapkan secara khusus.

Pada saat perolehan, entitas seharusnya mengukur piutang sebesar nilai kini dari kas yang akan diterima di masa depan (present value/discounted of future cash flow). Untuk pengukuran piutang dagang dan piutang usaha, jarang sekali memperhitungkan komponen bunga dari piutang tersebut. Dalam praktiknya, piutang dagang atau usaha jarang mempunyai bunga. Jangka waktu antara piutang dan pembayaran relatif pendek sehingga pendapatan bunga yang diperhitungkan relatif kecil dan tidak material. Misalnya, penjualan terjadi pada 1 Februari 2011 sebesar Rp.1.000.000, pembayaran dilakukan 1 Maret 2011, Jika tingkat suku bunga 6%, maka nilai kininya adalah Rp.995.000, jika pembayarannya lebih cepat lagi, maka nilai kininya akan semakin mendekati Rp.1.000.000.

c. Penurunan Nilai Piutang

(9)

Piutang pada setiap tanggal pelaporan harus dievaluasi apakah terdapat bukti objektif mengalami penurunan nilai. Jika terdapat bukti objektif maka akan diakui kerugian penurunan nilai. Bukti objektif terjadi akibat dari satu atau lebih peristiwa setelah pengakuan awal yang merugikan dan berdampak pada arus kas di masa depan. Peristiwa yang menyebabkan penurunan nilai meliputi data dan informasi yang dapat diobservasi yang menjadi perhatian pemegang aset. Beberapa contoh peristiwa yang menyebabkan penurunan nilai adalah sebagai berikut :

a). Piutang tidak dilunasi pada saat jatuh tempo.

b). Bunga dan pokok tertunggak dalam beberapa kali termin pembayaran.

c). Pihak pemberi pinjaman memberikan kelonggaran akibat kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam. Kelonggaran diberikan dalam bentuk perpanjangan jangka waktu pelunasan atau penurunan tingkat suku bunga.

d). Peminjam dinyatakan pailit oleh pengadilan.

e). Memburuknya kondisi ekonomi yang menyebabkan kemampuan membayar pihak peminjam akan menurun.

Untuk piutang dagang, bukti objektif yang dapat diobservasi diantaranya kesulitan signifikan pelanggan dan tertundanya pembayaran dalam jangka waktu melebihi yang disepakati. Jika pelanggan terbukti mengalami kesulitan keuangan maka piutang

(10)

tersebut tidak dapat dibayar atau dibayar namun waktu pembayaran lebih lama dari yang dijanjikan. Untuk piutang dari pelanggan yang terbukti tidak dapat membayar piutang karena pelanggan tersebut dipailitkan maka entitas harus menghapuskan semua piutang tersebut karena estimasi arus kas sama dengan nol, kecuali memiliki hak untuk mendapatkan pembayaran saat likuidasi. Tetapi jika ada jaminan atas piutang tersebut, maka kerugian hanya diakui sebesar piutang yang tidak ada jaminannya.

d. Penghitungan Penurunan Nilai

Untuk piutang yang signifikan secara individu, penentuan penurunan nilai dihitung secara individu. Piutang yang tidak mungkin dibayar karena kegiatan operasi pelanggan tersebut dihentikan atau pailit dan tidak ada pihak lain yang menjamin piutang tersebut, harus diturunkan nilainya secara keseluruhan. Jumlah penurunan nilai adalah seluruh nilai piutang tercatat nilai jaminan yang dikuasai oleh perusahaan (jika ada). Jika tidak ada jaminan maka semua piutang tersebut dihapuskan dan akan diakui oleh perusahaan sebagai beban.

Ilustrasi Penurunan Nilai Piutang karena Pelanggan Pailit

PT Aster memiliki piutang kepada pelanggannya, PT Mutiara, sebesar Rp.50.000.000. Piutang ini diberikan pada 1 Juni 2010. Pada 15 Desember 2011, PT Aster mendapatkan informasi bahwa PT Mutiara dipailitkan oleh pengadilan. Piutang ini tidak dijamin, aset PT Mutiara

(11)

tidak dapat digunakan untuk membayar utang dagang karena sudah diprioritaskan untuk membayar utang yang lain.

Dalam menghitung penurunan nilai, piutang PT Mutiara sebesar Rp.50.000.000 akan diturunkan seluruhnya karena kas dimasa datang dari perusahaan ini adalah nol. Untuk selanjutnya, PT Aster dapat menghapuskan piutang tersebut. Penghapusan piutang dilakukan dengan mendebit cadangan penurunan nilai piutang.

Pencadangan penurunan nilai dapat dibuat jurnal sebagai berikut:

Beban penurunan nilai piutang Rp.50.000.000

Cadangan penurunan nilai piutang Rp.50.000.000

Penghapusan piutang dapat dibuat jurnal sebagai berikut:

Cadangan penurunan nilai piutang Rp.50.000.000

Piutang dagang Rp.50.000.000

e. Penghentian Pengakuan Piutang

Penghentian pengakuan (derecognition) akan menyebabkan nilai piutang dan pinjaman tidak lagi dicatat dalam laporan keuangan. Secara sederhana, penghentian pengakuan akan terjadi ketika kontrak tersebut berakhir dan dipenuhi. Untuk piutang atau pinjaman penghentian pengakuan baik seluruhnya atau sebagian, terjadi pada saat piutang tersebut dilunasi. Kontrak piutang terkait dengan memberikan kas dimasa mendatang, ketika kas tersebut telah dipenuhi seluruhnya maka klaim terhadap pihak lain menjadi tidak ada lagi.

(12)

PSAK 55 secara spesifik menyebutkan, entitas menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika:

1). Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir atau;

2). Entitas mentransfer aset keuangan yang memenuhi kriteria penghentian pengakuan.

Transfer aset keuangan adalah transfer hak kontraktual penerimaan kas dari aset keuangan atau tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima tetapi memiliki kewajiban untuk membayar arus kas yang diterima tersebut kepada pihak lain. Dalam transfer aset keuangan, penghentian pengakuan akan dilakukan jika telah terjadi transfer manfaat dan risiko kepada pihak lain. Jika transfer risiko dan manfaat sulit untuk diidentifikasi, maka transfer terjadi jika pengendalian atas aset keuangan tersebut telah berpindah kepada pihak lain dengan alasan sebagai berikut :

1). Perusahaan ingin memperoleh kas lebih cepat dari jangka waktu pelunasan.

2). Perusahaan tidak mau mengurus penagihan piutang sehingga meminta pihak lain yang mengelola piutangnya. Perusahaan ingin tetap melakukan penjualan secara kredit untuk meningkatkan penjualannya, namun tidak mau mengelola piutangnya.

(13)

3). Penagihan piutang sulit dilakukan, sehingga perlu usaha khusus untuk melakukannya. Kegiatan ini sering dilakukan oleh beberapa perusahaan pengelola piutang bermasalah (debt collector).

f. Penyajian Piutang

Piutang dalam laporan posisi keuangan disajikan dalam kelompok aset lancar. Perusahaan menyajikan piutang dalam beberapa kategori seperti piutang dagang, piutang usaha, dan piutang lain. Nilai piutang disajikan di laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai. Piutang biasanya disajikan dalam satu baris, tetapi dapat juga disajikan secara detail sub komponennya. Jika disajikan dalam satu baris, maka sub komponennya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

g. Analisis Piutang

Entitas melakukan analisis piutang yang dimiliki perusahaan dengan menekankan pada risiko tidak tertagihnya piutang. Dalam melakukan analisis, pertama harus dicermati kebijakan akuntansi yang dilakukan dalam mengukur serta menilai piutang dan cadangan penurunan nilai. Analisis harus mempertimbangkan apakah penurunan nilai yang dilakukan telah cukup dalam analisis akuntansi, seorang analis dapat melakukan penyesuaian sebelum melakukan perhitungan rasio-rasio keuangan piutang terkait

Analisis piutang dilakukan dengan melihat perputaran piutang dan umur piutang. Perputaran piutang dihitung dari penjualan dalam satu

(14)

periode dibagi piutang rata-rata dala satu tahun. Piutang rata-rata dihitung dari piutang awal ditambah piutang akhir periode dibagi dua. Entitas dengan perputaran piutang tinggi menandakan bahwa entitas tersebut bagus.

Perputaran piutang = Penjualan

Piutang Rata-rata

Umur piutang = 365

Perputaran Piutang

Umur piutang dihitung dengan hari dalam satu tahun dibagi dengan perputaran piutang. Semakin lama jangka waktu piutang mengindikasi perputarannya rendah, sehingga modal kerja perusahaan banyak berhenti di investasi piutang. Rata-rata umur piutang ini akan dibandingkan dengan kebijakan kredit perusahaan. Jika hasil perhitungan umur piutang 60 hari, padahal kebijakan kredit dinyatakan dalam 2/10, n/30, maka kualitas penagihan piutang perusahaan kurang bagus. Diskon yang diberikan juga terbukti efektif mempercepat penagihan.

5. Perputaran Modal Kerja a. Pengertian modal kerja

Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek.Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Menurut konsep fungsional, modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk

(15)

menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut (Jumingan, 2009 : 66).

Perputaran modal kerja atau working capital turn over merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode (Kasmir, 2011 : 182). Perputaran modal kerja digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja (neto) yang berputar pada suatu periode siklus kas yang terdapat di perusahaan (Mujilan, 2012 : 6).

Peran modal kerja sangat penting bagi perusahaan, walaupun bentuk peranan tersebut selalu berbeda pada masing-masing perusahaan. Salah satu peranan modal kerja adalah menjamin kontinuitas kegiatan operasi dan menjaga likuiditas perusahaan (Abd’rachim (2008 : 21).

Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan. Manfaat tersedianya modal kerja yang cukup adalah melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya, memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga dan menjamin perusahaan memiliki

(16)

credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga (Jumingan, 2009 : 67).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja adalah sifat umum atau tipe perusahaan, waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu, syarat pembelian dan penjualan, tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran piutang, pengaruh konjungtor, derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek, pengaruh musim serta credit rating dari perusahaan (Jumingan, 2009 : 69).

Apabila perusahaan tidak dapat mempertahankan tingkat modal kerja yang memuaskan maka kemungkinan sekali perusahaan akan berada dalam keadaan insolvent (tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidir/ bangkrut (Syamsuddin, 2007 : 201).

6. Struktur Modal

a. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal adalah pertimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari : utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang dengan modal sendiri yang terdiri dari : saham preferen dan saham biasa. Maka dapat disimpulkan bahwa pimpinan perusahaan dalam hal ini manajer keuangan harus dapat mencari bauran pendanaan (financing mix) yang tepat agar tercapai

(17)

struktur modal yang optimal yang secara langsung akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dermawan (2007:179)

Sedangkan menurut Margaretha (2011:112) menyatakan bahwa struktur modal (capital structure) adalah menggambarkan pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri dari utang jangka panjang dan modal sendiri, jika utang sesungguhnya (realisasi) berada dibawah target, pinjaman perlu ditambah. Jika rasio utang melampaui target, maka saham dijual.

Kebijakan struktur modal merupakan trade off antara risk dan return. Jika utang meningkat, maka risk meningkat sehingga return pun meningkat. Jika risk meningkat, maka harga saham turun dan jika return meningkat, maka harga saham naik.

b. Struktur modal optimal

Struktur modal optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risk dan return sehingga memaksimalkan harga saham. Terdapat dua jenis risiko :

1). Risiko bisnis (business risk)

Yaitu tingkat risiko dari operasi perusahaan jika tidak menggunakan utang.

2). Risiko keuangan (financial risk)

Yaitu risiko tambahan bagi pemegang saham biasa karena perusahaan menggunakan utang.

(18)

c. Jenis-jenis struktur modal

Modal menunjukkan dana jangka panjang pada suatu perusahaan yang meliputi semua bagian disisi kanan neraca perusahaan kecuali utang lancar. Modal terdiri dari modal pinjaman dan modal sendiri. Sisi kanan neraca digambarkan sebagai berikut :

Modal pinjaman

Modal sendiri

Modal pinjaman, termasuk semua pinjaman jangka panjang yang diperoleh perusahaan. Pemberi dana umumnya meminta pengembalian yang relatif lebih rendah, karena mereka memperoleh risiko yang paling kecil atas segala jenis modal jangka panjang, sebab :

1). Modal pinjaman mempunyai prioritas lebih dahulu bila terjadi tuntutan atas pendapatan/aktiva yang tersedia untuk pembayaran. 2). Modal pinjaman mempunyai kekuatan hukum atas pembayaran

dibandingkan dengan pemegang saham preferen atau saham biasa.

Neraca

Aktiva

Utang lancar

Utang jangka panjang Modal sendiri

 Modal saham preferen

 Modal saham biasa

 Saham biasa

(19)

3). Bunga pinjaman merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak, maka biaya modal pinjaman yang sebenarnya secara substansial menjadi lebih rendah.

Modal sendiri/ekuitas, Dana jangka panjang dari pemilik perusahaan (pemegang saham). Tidak seperti pinjaman yang harus dibayar pada tanggal tertentu dimasa yang akan datang. Modal sendiri diharapkan tetap dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Ada 2 sumber dasar dari modal sendiri yaitu :

1). Saham preferen

2). Saham biasa yang terdiri dari saham biasa dan laba ditahan. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal

1). Business risk, makin besar business risk, makin rendah rasio utang.

2). Tax position, bunga utang mengurangi pajak. Semakin tinggi tarif pajak, semakin besar keuntungan dari penggunaan utang.

3). Managerial consevatism or aggresiveness. Manajer yang

konservatif akan menggunakan banyak modal sendiri sedangkan manajer yang agresif akan menggunakan banyak utang.

(20)

B. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan apakah perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas. Syamsuddin (2007 : 236) menekankan bahwa perputaran persediaan haruslah dimaksimalkan agar dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Semakin cepat persediaan bertukar maka mengindikasikan tingginya tingkat penjualan perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan meningkatkan laba bersih dari perusahaan itu sendiri (Perangin-angin, 2013 : 23).

Rahmi (2012) menyatakan bahwa perputaran persediaan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Namun, penelitian Sufiana & Purnawati (2012), Perangin-angin (2013) menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas.

Berdasarkan uraian diatas, maka diturunkan hipotesis sebagai berikut: H1 :Perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas

2. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas. Bagi sebagian perusahaan, piutang merupakan pos yang penting karena merupakan bagian aktiva lancar perusahaan yang jumlahnya cukup besar. Keadaan perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa semakin efisien dan efektif perusahaan

(21)

mengelola piutang, hal ini berarti profitabilitas perusahaanpun dapat dipertahankan (Julkarnain, 2013 : 6).

Perangin-angin (2013 : 23) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang tertanam pada piutang dapat ditagih menjadi uang tunai. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai.Dengan demikian, semakin meningkat perputaran piutang semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Penelitian yang dilakukan oleh Julkarnain (2013), Perangin-angin (2013) dan Rahmi (2012) menyatakan bahwa perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Sementara itu, Sufiana & Purnawati (2012) menemukan bahwa perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas.

Berdasarkan tinjauan literatur diatas dan didukung oleh hasil penelitian terdahulu, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2 :Perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas

3. Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas. Syamsuddin (2007 : 201) menjelaskan bahwa apabila perusahaan tidak dapat mempertahankan tingkat modal kerja yang memuaskan maka kemungkinan sekali perusahaan akan berada dalam keadaan insolvent (tidak mampu membayar

(22)

kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidir (bangkrut). Dengan demikian, jelaslah bahwa perputaran modal kerja sangatlah berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.

Julkarnain (2013) menyatakan bahwa perputaran modal kerja tidak berpengruh terhadap profitabilitas. Namun, Setiyono (2007) menemukan bahwa perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas.

Berdasarkan uraian di atas, maka di turunkan hipotesis berikut: H3:Perputaran modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas

4. Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang kebijakan struktur modal, apakah struktur modal berpengaruh terhadap profitabilitas.Menurut Lukas (2008:275), keputusan tentang struktur modal melibatkan analisis

trade-off” antara risiko dan keuntungan. Penggunaan hutang

meningkatkan risiko perusahaan, tapi juga meningkatkan keuntungan perusahaan. Oleh karena itu, struktur modal yang optimal akan menyeimbangkan risiko dan keuntungan perusahaan.

Setiyono (2007) menemukan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan Wisnala dan Purbawangsa menemukan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap profitabilitas.

(23)

Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian diatas maka hipotesis berikutnya adalah sebagai berikut :

H4 :Struktur modal berpengaruh terhadap profitabilitas

C. Penelitian Terdahulu No. Peneliti(Tah

un)

Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Julkarnain (2013)

Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja,

Perputaran Kas, dan

Perputaran Piutang

Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

Modal Kerja dan

Perputaran Kas

berpengaruh terhadap

Return On Investment

(ROI). sedangkan

Perputaran Modal Kerja dan Perputaran Piutang

tidak berpengaruh terhadap Return On Investment (ROI). 2. Sufiana & Purnawati (2012)

Pengaruh Perputaran Kas,

Perputaran Piutang

danPerputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas

Hasilanalisis dari

penelitian ini adalah

secara

parsialmenunjukkan hanya perputaran piutang dan

perputaran persediaan

yang berpengaruh

terhadap profitabilitas namun perputaran kas

tidak berpengaruh

terhadapprofitabilitas.

3.

Perangin-angin (2013)

Pengaruh Perputaran Aktiva

Tetap, Piutang dan

Persediaan Terhadap

Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa

(24)

Profitabilitas

padaPerusahaanOtomotif yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia

dan perputaran Piutang tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam menganalisa dan

memprediksi besaran

variabel ROA sedangkan

perputaran persediaan

memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam

menganalisa dan

memprediksi besaran

variabel ROA.

4. Setiyono

(2007) Pengaruh Perputaran Modal Kerja dan Struktur ModalTerhadap

Profitabilitas(Studi Empiris pada Perusahaan Food and Beverage Yang Listing di Bursa Efek Jakarta)

Hasil analisis dengan uji F dan uji T diketahui bahwa

secara simultan dan

parsialperputaran modal kerja dan struktur modal

tidak berpengaruh

signifikan terhadap profitabilitas. 5. Rahmi (2012) Pengaruh Perputaran Aktiva

Tetap, Perputaran

Persediaan, Perputaran

Piutang Terhadap

Profitabilitas pada

Perusahaan Real Estate dan Property yang Listing di BEI

Hasil analisis

memperlihatkan bahwa

hanya perputaran Aktiva Tetap yang memiliki pengaruh yangsignifikan terhadap ROI sedangkan Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROI.

6. Wisnala dan

Purbawangsa Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Sebelum dan Setelah Krisis Global Pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

Hasil penelitian

menemukan bahwa DER

berpengaruh negatif

terhadap profitabilitas. Sedangkan DAR, LDER dan LDAR berpengaruh

positif terhadap

(25)

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian terdahulu serta permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka secara sistematik kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Perputaran Persediaan

(ITO) (X1)

Perputaran Piutang (RTO)

Perputaran Modal Kerja (WCTO)

Struktur Modal (CS)

Profitabilitas (ROI)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Perputaran Persediaan

Referensi

Dokumen terkait

Anak gizi buruk dengan infeksi HIV mempunyai jumlah limfosit total yang lebih rendah dibandingkan gizi buruk tanpa infeksi HIV terutama pada kelompok umur 12-23 bulan.. Nur Aisiyah

Tabel ini diperlukan ketika kita mencari Transformasi Laplace inversi... Definisi Transformasi

yang baik untuk proses pembubutan, karena pada sudut ini hasil dari benda kerja. bubut menjadi

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia mengenai Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa dan Tunalaras.. Jakarta:

mengeraskan suaranya membuat murid dikelasnya yang tengah sibuk dengan tugas kimianya itu menoleh kepadanya dan Kintan."suara lo keras amat jadi diliatin

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sudah penulis jabarkan sebelumnya maka penulis menyimpulkan pelaksanaan metode bermain peran di PAUD Budi Asih Muara

Dengan kegiatan mengeksplorasi lingkungan, siswa dapat mengidentifikasi pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh dari benda konkret dengan tepat.. Dengan kegiatan mengamati

Pelaksanaan Senam Hamil di Kelas ibu di Posyandu Desa Betek Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang bulan Januari tahun 2014 sebagian besar melaksanakan senam