• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN IPS

TERHADAP SIKAP SOSIAL DENGAN KOVARIABEL INTENSITAS

HUBUNGAN DALAM POLA ASUH KELUARGA PADA SISWA

KELAS IV SD PERKOTAAN

Kadek Ade Puspitarini

1

, Nyoman Dantes

2

, I Made Tegeh

3

1

Jurusan PGSD,

2

Jurusan BK,

3

Jurusan TP, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: puspita_mi@yahoo.com

1

, nyoman.dantes@pasca.undiksha.ac.id

2

,

made.tegeh@pasca.undiksha.ac.id

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan saintifik terhadap sikap sosial, setelah diadakan pengendalian terhadap variabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga pada siswa kelas IV SD Perkotaan. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan desain analisis single factor independent groups design with use of covariate. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas IV pada tahun pelajaran 2014/2015 yang ada di SD perkotaan gugus XIII Kecamatan Buleleng dengan sampel berjumlah 45 orang siswa yang dipilih dengan teknik random sampling. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner. Pengolahan data menggunakan anakova dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat perbedaan sikap sosial antara siswa yang mengikuti pendekatan saintifik dengan siswa yang mengikuti pendekatan konvensional pada siswa kelas IV SD Perkotaan. (2) setelah diadakan pengendalian terhadap variabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga, terdapat perbedaan sikap sosial antara siswa yang mengikuti pendekatan saintifik dengan siswa yang mengikuti pendekatan konvensional. (3) terdapat kontribusi yang signifikan antara kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap sosial siswa.

Kata – kata kunci: intensitas pola asuh keluarga, pendekatan saintifik, sikap sosial

Abstract

The purpose of the research to investigate the effect of scientific approach on social attitudes, after covariable intensive the family’s guidance controlled of the fourth grade students in urban Primary School. This research was experiment research with analysis design single factor independent groups design with use of covariate.The populations of this research were all of fourth grade student subdistrict in academic year 2014/2015 in urban Primary School of cluster XIII Kecamatan Buleleng with the total sample 45 students selected by random sampling technique. The data were collected using questionnaire. The data was collected analyzed by anacova one way with SPSS 16.0 for windows. The result of analysis shows that (1) there was a difference social attitudes between group of students that followed learning scientific approach and group of students that followed learning conventional approach. (2) there was a difference of social attitudes between group of students that followed learning scientific approach and group of students that followed learning conventional approach after covariable intensive the family’s guidance controlled. (3) there was a contribution intensive the family’s guidance of social attitudes.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses pemanusiaan manusia. Proses tersebut dilakukan melalui suatu aktivitas yang disebut dengan pendidikan informal, nonformal, dan formal. Melalui pendidikan itulah pertumbuhan, perkembangan, dan pembentukan kepribadian serta kemampuan dan kecerdasan intelektual seseorang terbentuk. Kualitas proses interaksi edukatif itu sangat mewarnai pembentukan dan perkembangan seseorang. Keseimbangan antara pembentukan kepribadian dan kecerdasan intelektual sangat penting diperhatikan. Kecerdasan intelektual akan mengantarkan seseorang pada kesuksesan penguasaan ilmu pengetahuan dan sains, sedangkan kecerdasan hati nurani akan mengantarkan seseorang pada keberhasilan menjalani kehidupan kemanusiaannya secara harmonis.

Melalui usaha pendidikan terutama pada bidang IPS akan sangat berperan aktif dalam usaha meningkatkan kualitas anak bangsa, karena dapat mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberi pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara. Pendidikan IPS saat ini dihadapkan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas sumber daya manusia, sehingga eksistensi pendidikan IPS benar-benar dapat mengembangkan pemahaman konsep dan cara berpikir siswa.

Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang pendidikan di lingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan bekal pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta keterampilan dalam kehidupan siswa di masyarakat, bangsa, dan negara dalam berbagai karakteristik. Seperti yang disampaikan Susanto (2013), pendidikan IPS dapat mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang

terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Pelajaran IPS bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari kehidupan sosial dan sejarah kehidupan di sekitarnya yang mencakup kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia (Susanto, 2013). Pembelajaran dilaksanakan dengan peran aktif siswa dalam memperoleh informasi mengenai keberadaan kehidupan sosial dan sejarah. Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan salah satu program pembelajaran yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan sosial budaya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Berhasilnya suatu proses pembelajaran terutama pembelajaran IPS tidak terlepas dari usaha seorang pendidik dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik. Pendekatan pembelajaran IPS yang digunakan oleh guru sebaiknya berpijak pada aktivitas yang memungkinkan siswa secara aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip IPS secara keseluruhan. Dengan demikian, siswa akan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng pada bulan Januari 2014, diketahui bahwa 83,46% siswa cenderung menyatakan mata pelajaran IPS di sekolah membosankan dan kurang menarik. Hal tersebut terjadi karena dalam proses pembelajaran terutama mata pelajaran IPS guru masih menggunakan pendekatan konvensional sehingga tidak pelak hal tersebut membuat siswa tidak dapat mengeksplorasi segenap kompetensi yang dimilikinya. Bahkan siswa cenderung pasif dan hanya sebagai pendengar ceramah guru tanpa diberi kesempatan untuk

(3)

mengeluarkan pendapatnya. Oleh karena itu, proses belajar mengajar terasa kaku dan guru cenderung menjadi kurang demokratis.

Disamping itu berdasarkan observasi langsung saat pembelajaran ditemukan beberapa permasalahan yang dialami siswa dalam mengikuti pembelajaran yaitu (1) kurangnya keterlibatan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran, (2) adanya batasan ruang gerak siswa untuk melakukan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik, (3) kurangnya kepekaan siswa terhadap konteks kehidupan. Masalah-masalah tersebut akhirnya berdampak pada rendahnya sikap sosial siswa. Kondisi yang tidak jauh berbeda terlihat ketika siswa kurang disiplin saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa asik berbicara dengan temannya ketika guru sedang menjelaskan materi. Selain disiplin, toleransi yang dimiliki siswa juga masih kurang. Terlihat saat pembentukan kelompok, siswa cenderung memilih-milih teman. Begitu juga dengan rasa percaya diri siswa. Beberapa siswa terlihat malu bahkan menolak ketika diminta untuk menjawab pertanyaan. Perilaku tersebut dapat menggambarkan bagaimana sebenarnya sikap sosial mereka. Hal tersebut mengiindikasikan bahwa sikap sosial siswa perlu dibenahi.

Sikap siswa yang ditunjukkan pada paparan diatas kurang menunjukan adanya sikap sosial yang tertanam pada diri siswa. Hal tersebut hampir dihadapi disemua sekolah baik sekolah yang terletak di perkotaan, pinggiran, maupun pedesaan. Terutama sekolah yang letaknya di perkotaan. Hal ini dikarenakan siswa sangat mudah memperoleh informasi dari berbagai sumber sehingga siswa mengalami kesulitan untuk memilah informasi yang baik bagi perkembangan mental, prilaku, serta sikap sosial siswa. Perlu adanya karakter atau sikap yang kokoh yang tertanam dalam diri siswa agar mereka tidak tergerus ke informasi yang mempunyai nilai kurang baik untuk mereka.

Menyikapi problematika pendidikan di atas, sejatinya pembelajaran baru bisa diakatakan bermakna apabila pembelajaran tersebut berlandaskan pada suatu proses

mengajar yang memperhatikan

pengetahuan awal siswa. Mengajar dalam arti ini bukan suatu proses pemindahan pengetahuan dari guru ke siswa saja, melainkan suatu proses yang memungkinkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya yang baru. Apabila kita memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa, maka miskonsepsi dalam proses pembelajaran akan dapat dihindarkan. Selain itu, pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam menafsirkan dan memahami materi ajar yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran, termasuk pada proses pembelajaran IPS. Pola pikir yang dimiliki oleh siswa akan tercermin pada sikap sosial yang dimiliki oleh siswa tersebut sehingga sikap sosial siswa dapat dijadikan sebagai pijakan dan indikator keberhasilan belajar siswa. Senada dengan hal tersebut, Suarni (2004:1) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses mental yang tampak pada prilaku belajar siswa yang diperlihatkan melalui tindak-tindak belajar siswa. Oleh karena itu, perilaku siswa sangat penting bagi keberhasilan belajarnya.

Secara umum berbagai temuan di lapangan menunjukkan bahwa guru menggunakan pendekatan pembelajaran yang hanya terfokus pada pencapaian aspek intelektual semata dan mengabaikan aspek-aspek yang lain, seperti aspek sikap siswa. Hal ini mengakibatkan sikap sosial siswa menjadi domain aspek pendidikan yang terabaikan. Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya sikap sosial siswa karena siswa dibiasakan dengan paradigma mempelajari IPS dengan hanya menghafal dan mencatat saja sehingga kualitas produk pendidikan yang dihasilkan masih jauh dari tuntutan pendidikan yang diamandatkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, perlu ada sesuatu yang harus dilakukan

(4)

pengelolaan pembelajaran yang masih dianggap melenceng dari tuntutan kurikulum yang berlaku.

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan melaksanakan pembelajaran yang berkualitas dan bermakna bagi kebutuhan belajar siswa. Implementasi fungsi dan tujuan pendidikan IPS yang hakiki sejatinya merupakan persyaratan wajib yang harus dilakukan untuk pencapaian proses dan hasil pembelajaran yang optimal. Untuk merealisasikan fungsi dan tujuan di atas, maka harus dilakukan suatu upaya dan langkah yang nyata dalam proses pembelajaran IPS, salah satunya adalah dengan pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, Wahab (dalam Lasmawan, 2010:352) menjelaskan “kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran”.

Berdasarkan kajian permasalahan yang diuraikan diatas, penelitian ini menempatkan penerapan pendekatan pembelajaran yang sepenuhnya melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satunya dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan suatu proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Daryanto, 2014). Pendekatan saintifik lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Kegiatan tersebut melatih siswa berkreativitas dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu konsep sehingga pada akhirnya mampu menggunakan konsep tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi, khususnya aspek-aspek masalah sosial.

Selain itu, pendekatan pembelajaran ini merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan analitis sehingga siswa mampu merumuskan sendiri penemuannya. Hal ini tentunya akan berpengaruh positif terhadap sikap sosial siswa yang jauh lebih optimal.

Ada banyak faktor yang membuat sikap sosial siswa rendah diantaranya adanya faktor indogen dan eksogen. Salah satu faktor eksogen yang mempengaruhi rendahnya sikap sosial siswa adalah faktor lingkungan keluarga. Pengaruh orangtua dalam keluarga sangatlah besar. Didikan orangtua yang terlalu keras dan terlalu

memberikan kebebasan akan

mempengaruhi timbulnya permasalahan pada anak. Penelitian Pratama (2014) menemukan bahwa intensitas hubungan dalam pola asuh orang tua berkontribusi terhadap kecenderungan perilaku menyimpang pada siswa. Begitu pula penelitian Setyarini (2012) membuktikan bahwa pada anak-anak usia dini yang memiliki tingkat intensitas pengasuhan orang tua yang tinggi cenderung memiliki kemandirian dalam aspek sosial. Dari beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa keluarga berpotensi untuk mengembangkan karakter, sikap, dan tingkah laku anak melalui interaksi antara orang tua dan anak, prinsip pengasuhan orang tua yang menentukan apresiasi anak terhadap nilai disiplin diri yang ditanamkan.

Penerapan pendekatan saintifik dengan mengendalikan intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga diduga memberikan kontribusi terhadap sikap sosial siswa. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengkaji pengaruh pendekatan saintifik dengan mengendalikan intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga di sekolah dasar yang letaknya di perkotaan, melalui sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran IPS terhadap Sikap Sosial Siswa dengan Kovariabel Intensitas Hubungan dalam Pola

(5)

Asuh Keluarga pada Siswa Kelas IV SD di Perkotaan Tahun Pelajaran 2014/2015”.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini tergolong penelitian eksperimen dengan menggunakan desain analisis single factor independent groups design with use of covariate. Dalam desain ini ada satu variabel bebas yakni pendekatan pembelajaran yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang

pembelajarannya menggunakan

pendekatan saintifik (kelompok eksperimen) dan kelompok yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional (kelompok kontrol) sedangkan sebagai kovariabel adalah intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga. Pemilihan desain ini karena peneliti ingin mengetahui perbedaan sikap sosial antara kelompok eksperimen dan kolompok kontrol setelah dikendalikan oleh variabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga. Desain ini dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini.

Tabel 1. Design Single Factor Independent Group Design With Use Of Covariat

A1 A2

X Y X Y

(Dantes,2012) Keterangan: A1 = pendekatan saintifik, A2 =

pendekatan konvensional, X = intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga, Y =

sikap sosial

Populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian (Agung, 2010). Selanjutnya Agung juga menjelaskan sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Populasi dalam penelitian ini yaitu kelompok siswa kelas IV SD Perkotaan di Gugus XIII Kecamatan Buleleng yang berjumlah 127 siswa. Pemilihan sampel penelitian dilakukan

secara undi dengan teknik random sampling. Sampel penelitian berjumlah 45 orang siswa yang diperoleh dengan melakukan uji kesetaraan pada masing - masing kelas terlebih dahulu. Uji kesetaraan dilakukan dengan menggunakan program microsoft excel pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil uji kesetaraan diperoleh nilai Fhitung = 0,02 sedangkan nilai Ftabel pada dbantar = 5 dan dbdal = 121 adalah 2,29. Dengan demikian maka terlihat Fhitung < Ftabel, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Dari pernyataan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan sikap sosial siswa kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng. Dengan kata lain sikap sosial siswa kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng dinyatakan setara. Setelah dinyatakan setara maka diperoleh kelompok siswa kelas IV SD No. 2 Banjar Tegal yang berjumlah 18 orang sebagai kelas eksperimen dan kelompok siswa kelas IV SD No. 1 Banjar Tegal yang berjumlah 27 orang sebagai kelas kontrol.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terdiri dari dua jenis meliputi data sikap sosial siswa dan data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga. Data sikap sosial dan data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikumpulkan dengan instrumen kuesioner masing-masing berjumlah 20 butir pernyataan dengan 5 alternatif jawaban yang sesuai dengan skala Linkert. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian terlebih dulu perlu dilakukan uji coba. Uji coba atau validitas instrumen dilakukan untuk memperoleh gambaran kelayakan dari instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Terdapat beberapa langkah validasi terhadap instrumen meliputi validitas isi, validitas butir, dan reliabilitas.

Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi mean, median, dan modus. Selain itu data hasil penelitian juga dianalisis dengan Anava, Anakova dan Korelasi Product Moment untuk menguji

(6)

hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, homogenitas, dan uji linieritas dan keberartian arah regresi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi data dikelompokakan untuk menganalisis kecendrungan pertama sikap sosial siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan saintifik. Kedua intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan saintifik. Ketiga sikap sosial siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Keempat skor intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga yang mengikuti pembelajaran konvensional. Rekapitulasi hasil perhitungan skor keempat variabel dapat dilihat pada pada Tabel 2. berikut. Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan

Skor Sikap Sosial dan Intensitas Hubungan dalam Pola Asuh Keluarga Variabel A1Y1 A1Y2 A2Y1 A2Y2 Mean 87,78 86,28 80,07 73,56 Median 87,50 85,50 79,00 72,00 Modus 80 79 72 70 Std. Deviasi 5,17 5,76 6,46 6,68 Varians 26,77 33,27 41,76 44,64 Jangkauan 16 17 22 26 Minimum 80 78 72 62 Maksimum 96 95 94 88 Keterangan:

A1Y1 : skor sikap sosial siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan saintifik

A1Y2 : skor intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga siswa yang mengikuti pembelajaran pendekatan saintifik

A2Y1 : Skor sikap sosial siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

A2Y2 : skor intensitas hubungan dalam

pola asuh keluarga yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Rata-rata skor sikap sosial siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaransaintifik adalah 87,78 berada pada interval lebih besar dari 80, termasuk kategori sangat tinggi. Rata-rata skor intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga yang mengikuti pendekatan pembelajaran saintifik adalah 86,28 berada pada interval lebih besar dari 80 termasuk katagori sangat tinggi. Rata-rata skor sikap sosial siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah 80,07 berada pada interval lebih besar dari 80 termasuk kategori sangat tinggi. Rata-rata skor intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga yang belajar dengan pembelajaran konvensional adalah 73,56 berada pada interval lebih besar dari 70 termasuk katagori tinggi.

Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat yang pertama adalah uji Normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan perhitungan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov, diketahui data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga kelompok eksperimen menunjukkan nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 > 0,05 maka datanya dinyatakan berdistribusi normal. Data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga kelompok kontrol menunjukkan nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,064 > 0,05 maka datanya dinyatakan berdistribusi normal. Data sikap sosial kelompok eksperimen menunjukkan nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 > 0,05 maka datanya dinyatakan berdistribusi normal. Data sikap sosial kelompok kontrol menunjukkan nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 > 0,05 maka datanya dinyatakan berdistribusi normal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keempat kelompok data dinyatakan berdistribusi normal.

(7)

Selanjutnya uji homogenitas varians dilakukan dua kelompok data yaitu intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dan sikap sosial antara pasangan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan Levene’s Test of Equality. Berdasarkan hasil analisis diketahui harga F = 0,294 dengan nilai signifikansi 0,591 > 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa varians data intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen. Selanjutnya, Berdasarkan hasil analisis diketahui harga F = 1,342 dengan nilai signifikansi 0,253 > 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa varians data sikap sosial antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen.

Sealnjutnya dilakukan uji linieritas data dan keberartian arah regresi untuk mengetahui persamaan garis regresi antara variabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap sosial dengan bantuan SPSS 16.00 for windows. Berdasarkan hasil analisis diketahui linearity untuk uji keberartian regresi memiliki nilai F = 48,205 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Sehingga H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa data memiliki keberartian arah regresi. Deviation from linearity memiliki nilai F sebesar 0,794 dengan signifikansi 0,635 > 0,05. Sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa data memiliki bentuk regresi yang linier. Sedangkan berdasarkan hasil analisis uji linieritas data dan keberartian arah regresi kelompok kontrol diketahui linearity untuk uji keberartian regresi memiliki nilai F = 71,984 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Sehingga H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa data memiliki keberartian arah regresi. Deviation from linearity memiliki nilai F sebesar 1,047 dengan signifikansi 0,477 > 0,05. Sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa data memiliki bentuk regresi yang linier.

Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan rumus anava satu jalur. Berdasarkan hasil analisis anava antar kelompok eksperimen dan kontrol

menunjukkan bahwa harga F = 17,885 dengan angka signifikansi 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Selanjutnya pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan menggunakan Anokova satu jalur. Berdasarkan hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa harga F= 4,182 dengan signifikansi 0,047 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa untuk kelompok eksperimen, korelasi yang terjadi sebesar 0,879 dengan angka sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolakdan H1 diterima. Sedangkan hasil analisis untuk kelompok kontrol diketahui bahwa korelasi yang terjadi sebesar 0,859 dengan angka sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolakdan H1 diterima.

Perbedaan yang signifikan terlihat dari rerata hasil kuesioner sikap sosial siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan pembelajaran saintifik adalah 87,78 termasuk kategori sangat tinggi sedangkan rerata hasil kuesioner sikap sosial siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional adalah 80,07 termasuk kategori tinggi. Hal ini berarti, rata-rata skor sikap sosial kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata skor pada kelompok kontrol (87,78 > 80,07).

Hasil uji hipotesis pertama telah berhasil menolak H0 yang menyatakan tidak terdapat perbedaan sikap sosial siswa kelas IV di SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng antara kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Perbedaan yang sigfnifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih mengutamakan peserta didik

(8)

sebagai pembelajar sepanjang hayat yang difasilitasi untuk mencari tahu pengetahuannya sendiri dari berbagai sumber belajar. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini sangat berbanding terbalik dengan pendekatan pembelajaran konvensional yang lebih didominasi oleh metode ceramah, dimana siswa hanya menerima informasi dari guru tanpa mendorong siswa untuk menggali serta menemukan sendiri konsep yang ingin dipelajari.

Hasil uji coba kedua telah berhasil menolak H0 yang menyatakan tidak terdapat perbedaan sikap sosial antara siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran saintifik dengan siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional, setelah kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga dikendalikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data menggunakan anakova satu jalur. Pada analisis ini diperoleh nilai F = 4,182, dengan angka signifikansi 0,047 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan setelah diadakan pengendalian terhadap variabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga, terdapat perbedaan sikap sosial antara siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran saintifik dengan siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional.

Hasil uji coba ketiga telah berhasil menolak H0 yang menyatakan tidak terdapat kontribusi positif intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap sosial siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat kontribusi positif intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga terhadap sikap sosial siswa kelas IV SD Perkotaan.

Perlu diberikan penjelasan mengapa pendekatan pembelajaran saintifik lebih baik dibandingkan pendekatan pembelajaran konvensional dalam pencapaian sikap sosial siswa baik sebelum atau setelah

pengendalian kovariabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga. Dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, terdapat 5 fase yang harus ditempuh, yakni: 1) mengamati, 2) menanya, 3) mengumpulkan informasi/eksperimen, 4) mengasosiasikan/

mengolah informasi, dan 5)

mengkomunikasikan (Kurniasih, 2014). Dengan diterapkannnya langkah-langkah pembelajaran tersebut siswa dapat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Penerapan pendekatan pembelajaran saintifik siswa dilibatkan secara langsung dan secara aktif menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa yang tidak terbiasa bertanya dengan dilibatkan secara langsung akan aktif untuk bertanya, aktif mengumpulkan informasi baik dari buku atau diskusi dengan teman, dan aktif serta mampu berkomunikasi dengan baik. Setiap siswa dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasinya melalui bertanya, diskusi dan menyampaikan hasil pekerjaannya. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat menumbuhkan rasa toleransi antar siswa. Dengan adanya komunikasi yang baik serta interaksi antar siswa melalui diskusi atau kegiatan kelompok akan dapat mningkatkan toleransi antar siswa. siswa tidal lagi membeda-bedakan teman satu sama lain dan mau menerima pendapat teman yang berbeda dari pendapatnya.

Keunggulan pendekatan pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang mengutamakan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat yang difasilitasi untuk mencari tahu pengetahuannya sendiri dari berbagai sumber belajar. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik dan suasana belajar menyenangkan dan menantang. Sehingga terjadi toleransi dan kerjasama positif antara siswa dalam

(9)

kelompok belajar serta sikap jujur, teliti, disiplin, dan tanggung jawab dalam memperoleh informasi guna memecahkan masalah pembelajaran.

Disisi lain Borrowes (dalam Warpala, 2006) menyatakan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Pendekatan pembelajaran konvensional dalam proses pembelajarannya cenderung berpusat pada guru. Pada saat merancang dan mengimplementasikan program pembelajaran, guru tidak memperhatikan prior knowledge yang dimiliki siswa. Proses pembelajaran berlangsung satu arah, peran guru tidak lagi sebagai fasilitator dan mediator, melainkan guru memegang otoritas pembelajaran. Guru dalam menerapkan pembelajaran konvensional sangat jarang bahkan tidak memperhatikan intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga yang dimiliki siswa, padahal intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga sangat penting untuk pencapaian sikap sosial siswa.

Intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga ialah cara mengasuh dan metode disiplin keluarga dalam berhubungan dengan anaknya dengan tujuan membentuk watak, kepribadian, kecerdasan emosional dan memberikan nilai-nilai bagi anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Masing - masing siswa yang memiliki intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga yang berbeda - beda. Ini berarti siswa yang memiliki intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga yang tinggi sikap sosialnya akan lebih baik daripada siswa yang memiliki intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga rendah. Tetapi dalam kondisi siswa yang sama-sama mempunyai intensitas hubungan dalam pola asuh yang

tinggi, bila diperlakukan dengan pendekatan pembelajaran yang berbeda maka sikap sosialnya akan berbeda.

Hasil penelitian yang dilakukan relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wartini, 2014) mengatakan bahwa terdapat perbedaan sikap sosial dan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Rakasiwi (2014) yang menyatakan bahwa melalui pendekatan saintifik dapat menonjolkan prinsip kerjasama yang positif hal ini terlihat pada saat diskusi kelompok dimana siswa memberikan kesan keseriusan, mampu memberikan tanggapan, menghargai perbedaan, serta memiliki semangat yang tinggi hal ini sangat berdampak terhadap sikap sosial yang positif. Penelitian yang dilakukan oleh Ariana (2015) dengan judul “Pengaruh Pendekatan Saintifik Berbasis Asesmen Portofolio terhadap Hasil Belajar Pengetahuan Bahasa Indonesia dan Sikap Sosial Siswa Kelas IV pada Tema Cita-citaku di SD Gugus Moch. Hatta Denpasar” menyatakan bahwa terdapat perbedaan sikap sosial antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dilakukan serta hasil penelitian yang relevan dari peniliti lain mengindikasikan bahwa pendekatan saintifik sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Oleh karena itu penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPS sangat diperlukan dalam rangka perbaikan pembelajaran di dalam kelas. Perbaikan pembelajaran di kelas dalam rangka peningkatan sikap sosial. Peningkatan sikap sosial ini diharapkan dapat membentuk watak dan karakter siswa yang berkaitan dengan hati nurani. Terbentuknya sikap sosial yang baik

(10)

pada siswa diharapkan dapat menjadikan siswa sebagai warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab setelah

mendapatkan pemahaman dari

pembelajaran IPS. Harapan untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran guru yang inovatif dan kreatif untuk mengembangkan sebuah pembelajaran. Pencapaian tersebut memunculkan kualitas proses dan produk hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

PENUTUP

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, dapat diinterpretasikan bahwa (1) terdapat perbedaan sikap sosial antara kelompok siswa yang mengikuti pendekatan saintifik dengan kelompok siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan F = 17,885 dengan angka signifikansi 0,000 < 0,05 dengan demikian H0 ditolak. (2) setelah diadakan pengendalian terhadap variabel intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga, terdapat perbedaan sikap sosial antara kelompok siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran saintifik dengan kelompok siswa yang mengikuti pendekatan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan F = 4,182 dengan angka signifikansi 0,047 < 0,05 maka H0 ditolak. (3) Intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga berkontribusi terhadap sikap sosial siswa kelas IV SD Perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari angka signifikansi sikap sosial dengan intensitas hubungan dalam pola asuh keluarga sebesar 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan pendekatan pembelajaran saintifik terbukti berpengaruh terhadap sikap sosial.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. (a) Kepada guru yang mengajar mata pelajaran IPS di sekolah dasar untuk

dapat menerapkan pendekatan

pembelajaran saintifik secara berkelanjutan karena pendekatan pembelajaran saintifik dapat meningkatkan sikap sosial siswa. (b) Kepada Kepala Sekolah di Sekolah Dasar agar dapat membantu guru dalam menyediakan sumber-sumber belajar yang menunjang terutama mengenai pendekatan dan strategi pembelajaran. (c) Kepada peneliti lain disarankan agar melaksanakan penelitian lebih lanjut dengan mengambil pokok bahasan yang lain sehingga diperoleh hasil yang lebih meyakinkan tentang keefektifan penerapan pendekatan pembelajaran saintifik pada cakupan materi yang lebih luas.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2010. Metodelogi Penelitian. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja.

Ariana, Arya. 2015. Pengaruh Pendekatan Saintifik Berbasis Asesmen Portofolio terhadap Hasil Belajar Pengetahuan Bahasa Indonesia dan Sikap Sosial Siswa Kelas IV pada Tema Cita-citaku di SD Gugus Moch. Hatta Denpasar. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian.

Yogyakarta: C. V. Andi OFFSET. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran

Saintifik Kurikulum 2013.Yogyakarta: Gava Media.

Lasmawan, W. 2010. Menelisik Pendidikan IPS dalam Perspektif Kontekstual

(11)

Empiris. Singaraja: Mediakom Indonesia Press Bali.

Pratama, Krisna. 2014. Kontribusi Intensitas Hubungan Dalam Pola Asuh Orang Tua Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kecenderungan Perilaku Menyimpang. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Rakasiwi, R. 2014. Penerapan Prinsip Kerja Sama Dan Prinsip Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik Oleh Siswa Kelas IV SD Jembatan Budaya. Tesis (tidak diterbitkan). Undiksha: Singaraja

Setyarini, Estha. 2012. Hubungan Intensitas Pengasuhan Orang Tua dengan Kemandirian Anak Usia Dini (Studi PAUD di Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar). Skripsi (tidak diterbitkan). Malang: Universitas Negeri Malang.

Suarni.N.K. 2004. Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa Sekolah Menengah Umum di Bali dengan Strategi Pengelolaan Diri Model Yates. Disertasi (tidak diterbitkan) . Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembeljaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Wartini, Mirah. 2014. Pengaruh Implementasi Pendekatan Saintifik terhadap Sikap Sosial dan Hasil Belajar PKn di Kelas VI SD Jembatan Budaya, Kuta. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian fasilitas pembiayaan berikutnya PTA Syaro’iah dikelompokan dan dibagi menjadi lima karakteristik, yang mewakili analisis dari 5C

Soal tersebut digunakan untuk memperoleh data tes awal dan tes akhir siswa sehingga mendeskripsikan bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif

Berbeda dengan Amerila Latin dan Karibia dimana anak gadis hampir semuanya terdaftar di sekolah dasar.Pada tahun 1950-1960 seorang tokoh bernama Esther Boserup

Sebagian remaja pernah melakukan kenakalan, terutama pada tingkat kenakalan biasa seperti berbohong, pergi ke luar rumah tanpa pamit pada orang tuanya, keluyuran, berkelahi

bisa membandingkan informasi baru dengan informasi lama yang sudah diketahui

[r]

Berdasarkan pengolahan data dan pengujian hipotesis yang diperoleh dari hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan hasil belajar kimia siswa yang

Rangkaian buzzer ini akan berbunyi jika pin pada mikrokontroler memberikan tegangan sebesar +5 Volt, dengan kondisi program yang telah dibuat diisikan kedalam