KEFIR SUSU SAPI DAN KEFIR
SUSU KAMBING TERHADAP BAKTERI
STAPHYLOCOCCUS AUREUS
1Dwi Suhartanti dan
2Muhammad Iqbal
1Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Ahmad Dahlan 2Fakultas Farmasi Unviersitas Ahmad Dahlan
Abstrak
Telah dilakukan penelitian pada kefir susu sapi dan susu kambing dalam hal kemampuannya menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus aureus.
Pada penelitian ini, Formula kefir susu sapi dan kefir susu kambing yang dibuat adalah dengan penambahan biji kefir 2%, 4%, 6% untuk masing-masing kefir susu sapi dan kefir susu kambing. Kemudian uji Aktifitas Antibakteri dilakukan dengan metode Kirby Bauer, dan diuji nilai pH tiap kefir. Kemudian hasil dianalisis dengan ANOVA dan Tukey dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna dalam hal kemampuan Aktifitas Antibakteri antara kefir susu sapi dan kefir susu kambing, kemampuan Antibakteri terbesar adalah kefir susu kambing 4% dengan nilai rata-rata diameter 5,67 mm, kemudian kefir susu kambing 6%, kefir susu sapi 4%, kefir susu kambing 2%, kefir susu sapi 6% dan terakhir kefir susu sapi 2%.
Kata kunci : kefir, Staphyloccus aureus, susu sapi, susu kambing
Pendahuluan
Pada zaman Modern sekarang ini, penyakit-penyakit yang timbul akibat infeksi bakteri pathogen semakin banyak seperti misalnya infeksi pada saluran pencernaan yang berakibat pada terjadinya diare atau kejang perut. Maka dari itu, perlu suatu zat yang mempunyai aktifitas Antibakteri yang dapat membunuh bakteri-bakteri pathogen tersebut dimana pada zaman sekarang ini aktifitas Antibakteri tersebut hanya didapat dari pengobatan dengan Antibiotik. Antibiotik memiliki banyak
kelemahan seperti dapat menimbulkan efek hipersensitif, alergi, ataupun bisa menimbulkan efek resistensi karena mekanisme pertahanan yang dilakukan bakteri pathogen akibat serangan kuat dari Antibiotik. Oleh karena itu, perlu adanya alternatif lain dimana dapat mengatasi kelemahan Antibiotik antara lain dengan kefir. (Winarno et al., 1980)
Kefir adalah minuman fermentasi yang memiliki kemampuan probiotik. Asam laktat sebagai penghambat bakteri pathogen yang dihasilkan oleh kefir pada saat proses fermentasi adalah berasal dari laktosa yang terkandung dalam susu sebagai medium Email: dwi.suhartanti@yahoo.com
yang digunakan berbeda kandunganya, maka hasil kefir yang dihasilkan juga akan berbeda dan kemampuan penghambatan juga akan berbeda. Susu sapi dan susu kambing memiliki kandungan yang berbeda sehingga kefir yang dihasilkan juga memiliki kemampuan yang berbeda. Selain itu, kefir juga mengandung CO2, diasetil, asetaldehida dan hidrogen peroksida dan bakteriosin suatu senyawa protein yang menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri sejenis (Surono, 2004).
Masalah pencernaan yang biasa dialami manusia adalah sakit perut, mual, muntah, yang bahkan lebih parah bisa terjadi gejala infeksi. Secara umum gejala-gejala tersebut timbul akibat adanya infeksi dari bakteri Staphylococcus aureus yang terkandung pada makanan kotor yang terkadang tidak kita ketahui. Sehingga untuk mengatasinya perlu dilakukan pencegahan yang dapat menghambat pertumbuhannya sebelum bakteri S.aureus mencapai jumlah yang cukup untuk membuat manusia terinfeksi, solusi penggunaan Antibiotik bukanlah solusi yang bagus karena Antibiotik tidak bisa diminum setiap hari dan sembarangan terkait efek sampingnya yang lebih merugikan(Usmiati, 2007).
Metode Penelitian
Alat yang digunakan untuk membuat kefir yaitu timbangan analitik, panci, kompor, penyaring karet, gelas ukur, wadah kaca tertutup (semua alat yang digunakan dalam pembuatan Kefir dalam keadaan steril). Alat yang digunakan untuk uji perhitungan koloni bakteri asam laktat yaitu tabung reaksi, cawan petri, propipet, inkubator, pipet volume, lampu bunsen . Alat yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri yaitu mikro pipet, yellow tip, spritus, kapas lidi steril (Invansive steril Eurotubo, Collection Swab) ,kapas, dan ose.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan kefir yaitu susu sapi segar,
susu kambing segar, biji kefir. Bahan yang digunakan untuk perhitungan koloni bakteri asam laktat yaitu Kefir dengan berbagai macam konsentrasi starter, media mRSA, larutan NaCl fisiologis. Bahan yang digunakan untuk uji aktivitas antibakteri yaitu bakteri Staphylococcus aureus, Kefir, media Nutrien Agar, larutan NaCl fisiologis dan alkohol.
Prosedur Kerja sebagai berikut:
1. Pembuatan Kefirr susu sapi dan kefir susu kambing
Susu segar ( susu sapi / susu kambing ) di panaskakn pada suhu 85-900C
selama 30 menit kemudian didinginkan sampai mencapai suhu kamar, dimasukkan 2%, 4%, dan 6% butir biji kefir dan di aduk merata, inkubasi pada suhu kamar selama 20-24 jam, bila sudah menggumpal saring dengan penyaring plastik untuk mendapatkan buji kefir kembali. Dan diperoleh kefir segar dengan konsentrasi 2% , 4% ,dan 6%.
2. Uji mikrobiologi a. Sterilisasi
Semua peralatan yang digunakan seperti labu ukur, Erlenmeyer, pipet ukur, pipet volume,dan alat-alat gelas lainnya disterilkan dengan oven pada suhu 1700C
selama 2 jam, sedangkan yellow tip, media dan Aquadest, NaCl 0,9 % disterilkan dengan Autoclave pada suhu 1210C selama
15 menit.
b. Uji Aktivitas Antibakteri 1) Pembutan Suspensi Bakteri
Pembuatan suspensi bakteri dilakukan dengan cara mengambil 1 koloni bakteri dari stok bakteri S.aureus yaitu sebanyak 1 ose, kemudian dimasukkan dalam BHI 1 mL dan diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37ºC, setelah diinkubasi diambil sebanyak 100 µl dari BHI 1 mL yang sudah diinkubasi dan dimasukkan dalam 1 mL BHI kemudian diinkubasi kembali selama 4-8 jam pada suhu 37ºC, kemudian hasil inkubasi diencerkan dengan menggunakan NaCl 0,9% hingga kekeruhan sama dengan
standar Mc Farland yaitu konsentrasi sebesar 108 CFU/mL, setelah kekeruhan
sama dengan Mc Farland yang berarti konsentrasinya adalah 108 CFU/mL
kemudian diencerkan kembali dengan media BHI DS hingga kekeruhan 106 CFU/
mL, sehingga konsentrasi suspensi bakteri S.aureus yang digunakan untuk uji aktifitas Antibakteri adalah dengan konsentrasi 106
CFU/mL.
Metode yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri yaitu metode difusi kertas cakram. Dengan metode difusi kertas cakram ini diharapkan sampel dapat diamati zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus karena metode ini memiliki beberapa keunggulan yaitu dapat digunakan untuk sampel uji yang memiliki kekeruhan dan mudah dalam pengamatannya yaitu mengukur diameter zona hambat bahan uji terhadap aktivitas bakteri uji.. Cara pertama yang dilakukan yaitu menggunakan mikropipet diambil 100 µl suspensi bakteri yang sebelumnya telah diukur kekeruhannya, kemudian diteteskan lalu dioleskan di permukaan media Nutrien Agar sampai rata dengan cara olesan secara bolak-balik pada seluruh permukaan media sampai rata. Perlu diperhatikan pada saat mengoles,gerakan olesan harus hati-hati agar permukaan media tidak rusak. Apabila media Nutrien Agar rusak maka akan berpengaruh pada hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang diharapkan karena suspensi yang sudah dioleskan,akan meresap dan menyebar ke dalam agar. Setelah dioleskan kemudian di atas media diletakkan kertas cakram yang mengandung kefir 2%, 4%, 6%, kontol positif dan kontrol negatif yang memiliki diameter 6 mm pada masing-masing media. Setiap media diberi kertas cakram sebanyak 5. Kemudian setelah itu, media diinkubasi pada suhu 37 oC selama 24 jam. Hasil dari inkubasi dapat diamati zona beningnya yang terbentuk, setelah itu diukur diameter zona beningnya
menggunakan penggaris. 3. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan statistika.Dilakukan uji pendahuluan dengan uji Kolgomorov-Smirnov untuk memeriksa normalitas data dan uji Levene untuk melihat homogenitas data. Jika data yang diuji terdistribusi normal dan homogen (p > 0.05), maka dilanjutkan dengan uji parametrik meliputi uji t berpasangan,ANOVA satu jalur dilanjutkan uji t Tukey’s dan Duncan dengan taraf kepercayaan 95% untuk menunjukan perbedaan yang signifikan antar pasangan kelompok. Jika dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Levene tidak didapatkan distribusi normal dan homogenya, maka dilanjutkan dengan uji non parametrik yaitu uji Wilcoxon.
Pembahasan
Jumlah awal starter biji kefir yang digunakan menurut rancangan penelitian awal adalah sebesar 2% dari total mL medium susu yang digunakan, kemudian dilihat hasilnya, jika sudah terbentuk kefir maka jumlah awal terkecil starter kefir yang dibuat adalah 2% (dari jumlah medium susu yang digunakan), namun apabila belum terbentuk kefir maka dilakukan pembuatan kefir dengan jumlah konsentrasi 4% (dari jumlah medium susu yang digunakan).
Perbandingan antara kefir susu sapi dan kefir susu kambing hampir sama seluruhnya kecuali warna pada kefir susu sapi yang agak lebih kuning dibanding kefir susu kambing karena masih terdapat karotenoid pada susu sapi, dan untuk kekentalan, rasa, aroma, dan rasa adalah sama untuk kefir susu sapi dan kefir susu kambing.
Tabel I. Perbandingan Kefir hasil penelitian dan produk kefir komersial
Perbandingan Produk Kefir Kefir susu sapi Kefir susu kambing
Rasa Asam, khas Asam Asam
Kekentalan Kental Kental Kental
Aroma Khas kefir Khas kefir Khas kefir
Keasaman Asam Asam Asam
Warna Putih Putih Agak kuning
Dari hasil Anova diatas, dapat dilihat bahwa hasil diameter zona hambat kelompok kontrol (+) berbeda bermakna dengan semua kelompok (kelompok 2%, 4%, 6%, dan kontrol -) hal ini menunjukkan bahwa ternyata Antibiotik yang dipakai sebagai kontrol + memiliki aktivitas Antibakteri yang terbesar terhadap bakteri S.aureus. kemudian diameter zona hambat antar kelompok 2%, 4%, dan 6% menunjukkan hubungan yang tidak berbeda bermakna, artinya memang penambahan jumlah starter kefir yang digunakan tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap
Kelompok Kontrol + 2% 4% 6% Kontrol
-Kontrol + Sig : 0,000 Berbeda bermakna Sig : 0,000 Berbeda bermakna Sig : 0,000 Berbeda ber-makna Sig : 0,000 Berbeda bermakna 2% Sig : 0,000 Berbeda bermakna Sig : 0,590 Tidak berbeda bermakna Sig : 0,995 Tidak berbeda bermakna Sig : 0,447 Tidak berbeda bermakna 4% Sig : 0,000 Berbeda bermakna Sig : 0,590 Tidak berbeda bermakna Sig : 0,794 Tidak berbeda bermakna Sig : 0,061 Tidak berbeda bermakna 6% Sig : 0,000 Berbeda bermakna Sig : 0,995 Tidak berbeda bermakna Sig : 0,794 Tidak berbeda bermakna Sig : 0,311 Tidak berbeda bermakna Kontrol - Sig : 0,000 Berbeda bermakna Sig : 0,487 Tidak berbeda bermakna Sig : 0,061 Tidak berbeda bermakna Sig : 0,311 Tidak berbeda bermakna
Tabel II. Interpretasi Hasil uji Anova kefir susu kambing
kemampuan Antibakterinya terhadap bakteri S.aureus. Hal yang cukup menarik terlihat antara kelompok 4% dan kontrol (–) yang memiliki hubungan berbeda bermakna, sehingga dapat disimpulkan bahwa diantara kelompok perlakuan 2%, 4%, dan 6%, Kelompok 4% memiliki kemampuan penghambatan atau Antibakteri yang terbesar diantara ketiganya.
Dari hasil uji Duncan, dapat dilihat bahwa nilai diameter zona hambat terbesar adalah kelompok kontrol +, kemudian kelompok 4% (kefir dengan penambahan biji kefir 4% dari total susu), kemudian
kelompok 6%, kelompok 2%, dan terakhir kelompok kontrol -. Dari hasil ini dapat disimpulkan pula bahwa kefir dengan penambahan biji kefir 4% dari total susu sapi adalah formula yang terbaik dalam hal penelitian ini.
berbeda bermakna dengan kelompok lainnya, sehingga dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan akibat penambahan jumlah starter kefir pada saat pembuatan kefir namun hubungan yang berbeda bermakna antara kelompok
Kelompok Kontrol + 2% 4% 6% Kontrol
-Kontrol + Sig : 0,034 Berbeda bermakna Sig : 0,043 Berbeda bermakna Sig : 0,046 Berbeda ber-makna Sig : 0,034 Berbeda bermakna 2% Sig : 0,034 Berbeda bermakna Sig : 0,034 Berbeda bermakna Sig : 0,121 Tidak berbeda bermakna Sig : 0,025 Berbeda bermakna 4% Sig : 0,043 Berbeda bermakna Sig : 0,034 Berbeda bermakna Sig : 0,637 Tidak berbeda bermakna Sig : 0,034 Berbeda bermakna 6% Sig : 0,046 Berbeda bermakna Sig : 0,121 Tidak berbeda bermakna Sig : 0,637 Tidak berbeda bermakna Sig : 0,037 Berbeda bermakna Kontrol - Sig : 0,034 Berbeda bermakna Sig : 0,025 Berbeda bermakna Sig : 0,034 Berbeda bermakna Sig : 0,037 Berbeda ber-makna
Tabel III. Hasil interpretasi uji Mann Whitney kefir susu sapi
Dari hasil uji Mann Whitney diatas, dapat dilihat bahwa perbedaan bermakna selain antara kelompok kontrol (+) dan masing-masing kelompok lain, adalah kelompok kontrol (-) yang juga memiliki hubungan
variasi jumlah biji kefir dan kontrol (-) menunjukkan bahwa kefir susu sapi memiliki aktifitas Antibakteri. Selain itu, kelompok yang bermakna hanya kelompok kefir susu sapi 2% dan kefir susu sapi 4%.
Perbandingan Hasil uji Anova
2% kefir susu kambing dan 2% kefir susu
sapi Tidak berbeda bermakna
4% kefir susu kambing dan 4% kefir susu
sapi Tidak berbeda bermakna
6% kefir susu kambing dan 6% kefir susu
sapi Tidak berbeda bermakna
Tabel X. Hasil Interpretasi Perbandingan zona hambat antara kefir susu sapi dan kefir susu kambing
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa secara statistik, tidak ada perbedaan yang bermakna antara kemampuan Antibakteri kefir susu sapi dan kefir susu kambing terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Dan jika dilihat rata-rata dari kedua kelompok tersebut antara kefir susu sapi dan kefir susu kambing, rata-rata terbesar secara umum adalah kefir susu kambing sehingga susu kambing lebih cocok digunakan sebagai medium fermentasi pembuatan kefir.
Kesimpulan
Kefir susu sapi dan kefir susu kambing memiliki aktifitas Antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Tidak ada perbedaan bermakna dalam hal kemampuan Antibakteri antara kefir susu sapi dan kefir susu kambing.
Formula dengan aktifitas Antibakteri terbesar adalah kefir dengan penambahan biji kefir sebesar 4% dari jumlah susu yang digunakan.
Saran
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan bakteri pathogen lain. Perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan waktu inkubasi kefir dengan kemampuan Antibakteri kefir.
Perlu dilakukan penelitian Antibakteri dengan menggunakan kefir dari susu lain.
Perlu dilakukan perhitungan koloni Bakteri Asam Laktat yang ada pada kefir.
Dalam membuat suspensi bakteri dengan konsentrasi 108 CFU/mL, akan lebih
praktis menggunakan alat Densicheck, dan apabila menggunakan metode menyamakan kekeruhan dengan standar Mc Farland, maka saat menyamakan kekeruhan, gunakan latar belakang kertas putih dan bertuliskan sebuah huruf, kekeruhan dikatakan sudah sama apabila tulisan tersebut yang dibaca lewat tabung
suspensi yang sedang kita buat sudah sama terlihatnya dengan yang ada pada standar Mc Farland.
Ucapan Terima Kasih
1. Dekan Fakultas Farmasi Univ Ahmad
Dahlan.
2. Kepala Laboratorium Farmasi Univ
Ahmad Dahlan. Daftar Pustaka
Albaarri, AN dan Murti, T.W. 2003. Analisa pH, Keasaman dan Kadar Laktosa pada Yakult, Yoghurt, Kefir dalam Proceeding Simposium Nasional Hasil-hasil Penelitian di Unika Soegijapranata, Semarang 22 Maret 2003.
Anonim, 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Revisi oleh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Ardiansyah, 2005. Daun Beluntas Sebagai Bahan Antibakteri dan Antioksidan. Artikel Iptek - Bidang Biologi, Pangan, dan Kesehatan.
Balows, A, HG. Truper, M. Dworkin,W. Harar and KH. Schleifer. 1991. The Prokaryotes, 2nd edition, A Handbook on the Biology of Bacteria Chapter 70 pg 1547. Buttock, M and S. A. Ali. 1998. Basic
Principles of Fermentation. FAO. Agricultural Services Bulletin No. 134. Intermediate Technology, Schumacher Centre for Technology and Development, Bourton Hall, Bourton On Dunsmore, Rugby, Warwickshire, UK.
Ensminger, 1995. The concise encyclopedia of foods and Nutrition, CRC Press, London.
Fardiaz, S. 1987. Penuntun Praktek: Mikrobiologi Pangan. Lembaga Sumberdaya Informasi. IPB. Farnworth, E.R. 2005. Kefir – a complex
probiotic. Food Research and Development Centre, Agriculture and Agri-food Canada, St. Hyacinthe, Quebec, Canada J2S 8E3.
Ganiswarna, G.S., Setyabudi,R., Suyatno, D.F., Purbaningsih, Nafrialdi., 1995 Farmakologi dan Terapan, Edisi IV, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Penerbit ECG, Jakarta.
Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III Jilid 2. Jakarta Media Aesculapiusn FK UI.
Muchtadi, T. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Depdikbud. PAU IPB. Bogor.
Rachman, A. 1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor p 88.
Sari, N.K. 2007. Tren dan Potensi Susu Sapi dalam Food Review bulan Maret 2007. PT Media Pangan Indonesia.
Seyis I and N. Akzos. 2004. Production of Lactase By Trichoderma Sp Food Technol Biotechnol. 42 (2) 121 – 124 (2004).
Surono, I.S. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan. YayasanPengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (YAPMMI). TRICK. Jakarta. p 31-32.
Usmiati, S. 2007. Kefir, Susu Fermentasi dengan Rasa Menyegarkan.Warta Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Vol. 29, No.2, 2007. Bogor. Winarno, FG, Fardiaz,S, Fardiaz D. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia. Jakarta p 63 – 64. Winarno, FG, Fardiaz,S, Fardiaz D. 1980.
Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia. Jakarta p 63 – 64.