• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Tinjauan Pustaka Dan Metode Pengamatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II Tinjauan Pustaka Dan Metode Pengamatan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

8 A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Prosedur

Pada suatu kantor atau instansi, prosedur dibuat untuk membantu kelancaran dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terdapat dua pengertian mengenai prosedur, yaitu:

1) tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas;

2) metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah

Berikut pengertian prosedur menurut beberapa ahli:

1. Prosedur merupakan serangkaian dari tahapan-tahapan atau urut-urutan dari langkah-langkah yang saling terkait dalam menyelesaiakn suatu pekerjaan. Maryati, (2014: 34).

2. Prosedur perkantoran adalah segenap rangkaian metode kantor yang telah menjadi langkah-langkah tetap dalam penyelesaian sesuatu pekerjaan dibidang tatausaha biasanya oleh lebih daripada satu petugas. The Liang Gie, (2012: 28).

3. Menurut Moekijat dalam buku Ida Nuraida, (2008: 35)

Prosedur yaitu urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan) dimana pekerjaan tersebut dilakukan berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana melakukannya, dimana melakukannya dan siapa yang melakukannya. Menurut Ida Nuraida (2008:35), Prosedur merupakan metode yang dibutuhkan untuk menangani aktivitas yang digunakan untuk mencapai tujuan. Prosedur hendaknya memiliki sifat, yaitu :

a. Bersifat Formal, artinya prosedur diakui oleh semua orang dalam organisasi

b. Tertulis

c. Prosedur hendaknya selalu terbaharui, artinya selalu up to date dengan perkembangan organisasi yang aktif dan dinamis (Ida Nuraida, 2008:35).

(2)

2. Pentingnya Prosedur

Pentingnya prosedur dalam perkantoran menurut MC. Maryati (2008:43), “Prosedur kerja membuat pekerjaan kantor dapat dilaksanakan lebih lancar. Sehingga waktu penyelesaian lebih cepat. Prosedur kerja juga memberikan pengawasan lebih baik tentang apa dan bagaimana suatu pekerjaan telah dilakukan. Prosedur kerja menjadikan setiap bagian berkoordinasi dengan bagian yang lain. Dengan adanya prosedur kerja maka pekerjaan dapat dikendalikan dengan baik, dan tentu saja hal tersebut akan membuat penghematan yang besar bagi perusahaan”.

3. Manfaat Prosedur

Menurut Ida Nuraida (2014:44) dalam bukunya Manajemen Administrasi Perkantoran, manfaat prosedur antara lain : a. Planning-controlling

1. Mempermudan pencapaian tujuan

2. Merencanakan secara seksama mengenai besarnya beban kerja yang optimal bagi masing-masing pegawai

3. Menghindari pemborosan atau memudahkan penghematan biaya 4. Mempermudah pengawasan mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan yang sudah dilakukan, apakah pelaksanaan pekerjaan sudah sesuai dengan prosedur atau belum. Apabila belum, perlu diketahui penyebabnya sebagai bahan masukan untuk mempertimbangkan apakah perlu dilakukan tindakan b. Organizing

1. Mendapatkan intrulsi kerja yang dapat dimengerti oleh bawahan mengenai :

- Bagaimana tanggungjawab setiap prosedur pada masing-masing bagian/divisi, terutama pada saat pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan bagian-bagian lain.

- Bagaimana proses penyelesaian suatu pekerjaan.

2. Dihubungkan dengan alat-alat yang mendukung pekerjaan kantor serta dokumen kantor

(3)

3. Mengakibatkan arus pekerjaan kantor menjadi lebih baik dan lebih lancar serta mencipatkan konsistensi kerja

c. Staffing-leading

1. Membantu atasan dalam memberikan pelatihan atau training atau dasar-dasar instruksi kerja bagi pegawai baru dan pegawai lama. Prosedur mempermudah orientasi bagi pegawai baru. Sedangkan bagi pegawai lama, training juga diperlukan apabila pegawai lama harus menyesuaikan diri dengan metode dan teknologi baru, atau mendapat tugas baru yang masih asing sama sekali. Dengan demikian pegawai akan terbiasa dengan prosedur-prosedur yang baku dalam suatu pekerjaan rutin di kantor yang berisi tentang cara kerja dan kaitannya dengan tugas lain.

2. Atasan perlu mengadakan counselling bagi bawahan yang bekerja tidak sesuai dengan prosedur. Penyebab ketidaksesuaian harus diketahui dan atasan dapat memberikan pengarahan yang dapat memotivasi pegawai agar mau memberikan kontribusi yang maksimal bagi kantor.

3. Mempermudah pemberian penilaian terhadap bawahan. d. Coordination

1. Menciptakan koordinasi yang harmonis bagi tiap departemen dan antar departemen.

2. Menetapkan dan membedakan antara prosedur-prosedur rutin dan prosedur-prosedur independen. (Ida Nuraida, 2008:37) Menurut Maryati, (2014:41) Prosedur yang ada atau sedang digunakan biasanya memiliki beberapa kekurangan, walaupun sudah dianggap baik, tetapi perlu diadakan evaluasi secara terus menerus untuk perbaikan prosedur yang ada.

Adapun langkah-langkah perbaikan prosedur adalah: a. Menemukan pokok permasalahan.

(4)

b. Mengumpulkan data pendukung yang menjadi alasan mengapa prosedur harus diperbaiki.

c. Temukan prosedur yang lebih baik, dengan melihat mana yang harus dihilangkan, ditambah, dikombinasikan, atau diubah.

d. Uji coba prosedur yang baru

e. Evaluasi apakah prosedur baru tersebut benar-benar lebih baik. f. Jika sudah baik lalu bakukan/standardisasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prosedur merupakan: 1. Metode-metode yang dibutuhkan untuk menangani aktivitas-

aktivitas yang akan datang.

2. Tahapan kerja secara berurutan yang bertujuan untuk menyelesaikan tahapan kerja.

3. Urutan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. 4. Pedoman untuk bertindak.

4. Arti kata Penyediaan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata penyediaan adalah suatu proses, cara, perbuatan menyediakan.

5. Arti kata Pemesanan

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata pemesanan adalah proses, perbuatan, cara memesan atau memesankan.

6. Pengertian Cukai

Menurut Pasal 1 ayat (1) UU No.39 Tahun 2007 tentang perubahan atas UU No.11 Tahun 1995 tentang cukai,

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik yang di tetapkan dalam undang-undang ini (UU No. 39 Tahun 2007).

Cukai dikenakan terhadap Barang Kena Cukai yang terdiri dari:

a) etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya;

(5)

b) minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa pun, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya, termasuk konsentrat yang mengandung etil alkohol; c) hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau

iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya.

7. Barang yang dikenai cukai

Menurut Pasal 2 ayat (1) UU No.39 tahun 2007 tentang perubahan atas UU No.11 Tahun 1995 tentang cukai,

Barang yang dikenai cukai adalah barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik sebagai berikut:

a. konsumsinya perlu dikendalikan, b. peredarannya perlu diawasi,

c. pemakainannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup, atau

d. pemakainnya perlu pembebanan pungutuan negara demi keadilan dan keseimbangan.

8. Subjek dan Objek Cukai

Subjek dan objek cukai yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang cukai dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Subjek Cukai

Subjek cukai adalah barang siapa yang melakukan usaha sebagai pengusaha pajak (pabrikan), baik dari barang yang diimpor maupun diekspor dari barang yang dikenakan pungutan cukai.

b. Objek Cukai

Objek cukai hingga saat ini ada tiga, yaitu: Cukai Etil Alkohal (EA) atau Ethanol, Minuman Mengandung Etil Alkohal (MMEA), dan Hasil Tembakau (HT).

(6)

9. Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC)

Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2008 Tentang Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai,

Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai yang selanjutnya disingkat NPPBKC adalah izin untuk menjalankan kegiatan sebagai pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importir barang kena cukai, penyalur, atau pengusaha tempat penjualan eceran di bidang cukai.

10. Tarif Cukai Hasil Tembakau a. Pengenaan Tarif Cukai

Menurut PMK Nomor 179 Tahun 2012 pasal 3 menyatakan bahwa tarif cukai hasil tembakau adalah sebagai berikut.

1. Tarif cukai hasil tembakau ditetapkan dengan menggunakan jumlah dalam rupiah untuk setiap satuan batang atau gram hasil tembakau.

2. Besaran tarif cukai hasil tembakau untuk masing-masing jenis hasil tembakau didasarkan pada.

a) golongan pengusaha yang didasarkan pada masing-masing jenis dan jumlah produksi hasil tembakau sesuai batasan jumlah produksi pabrik.

b) batasan harga jual eceran per batang atau per gram yang ditetapkan oleh Menteri (hanya berlaku bagi jenis tembakau iris /TIS dan hasil pengolahan tembakau lainnya /HPTL). b. Tarif Cukai berdasarkan Pasal 5 Undang- Undang Nomor 39 Tahun

2007 tentang perubahan atas UU No.11 Tahun 1995 tentang Cukai, adalah sebagai berikut.

1. Terhadap hasil tembakau yang dibuat di Indonesia, adalah: a) 275% ( dua ratus tujuh puluh lima persen) dan harga dasar

apabila harga dasar yang digunakaan adalah harga jual pabrik; atau

b) 57% (lima puluh tujuh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual eceran.

2. Terhadap tarif hasil tembakau yang di impor adalah:

a) 275% (dua ratus tujuh puluh lima persen) dan harga dasar apabila harga dasar yang digunakaan adalah nilai pabean

(7)

ditambah bea masuk; atau

b) 57% (lima puluh tujuh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan adalah harga jual eceran.

11. Harga Dasar Barang Kena Cukai

Menurut Pasal 6 UU No. 39 Tahun 2007 tentang perubahan atas UU No.11 Tahun 1995 tentang cukai

- Harga dasar yang digunakan untuk perhitungan cukai atas BKC yang dibuat di Indonesia adalah harga jual pabrik atau harga jual eceran (HJE).

- Harga dasar yang digunakan untuk penghitungan cukai atas BKC yang diimpor adalah nilai pabean ditambah Bea Masuk/HJE.

- Ketentuan lebih lanjut mengenai penetepan harga dasar diatur dengan peraturan menteri.

12. Cukai Hasil Tembakau

Cukai HT menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap Hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya.

13. Pita cukai

Berdasarkan Pasal 1 ayat (9) Peraturan Direktur Jendral Bea dan Cukai nomor PER-24/BC/2015 tentang Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai, “Pita Cukai adalah dokumen sekuriti sebagai tanda pelunasan cukai dalam bentuk kertas yang memiliki sifat/ unsur sekuriti dengan spesifikasi dan desain tertentu”.

14. Permohonan Penyediaan Pita Cukai Hasil Tembakau (P3C HT) Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Peraturan Direktur Jendral Bea dan Cukai nomor PER-24/BC/2015 tentang Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai, Permohonan Penyediaan Pita Cukai Hasil Tembakau yang selanjutnya disingkat P3C HT adalah dokumen cukai yang digunakan Pengusaha untuk mengajukan permohonan penyediaan pita cukai sebelum pengajuan dokumen pemesanan pita cukai hasil tembakau.

(8)

15. Permohonan Pemesanan Pita Cukai Hasil tembakau (CK-1)

Berdasarkan Pasal 1 ayat (4) Peraturan Direktur Jendral Bea dan Cukai nomor PER-24/BC/2015 tentang Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai, “Permohonan Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau yang selanjutnya disebut dengan CK-1 adalah dokumen cukai yang digunakan Pengusaha untuk mengajukan permohonan pemesanan pita cukai hasil tembakau”. 16. CK-2 atau disebut Tanda Bukti Perusakan Pita Cukai

Adalah dokumen cukai yang digunakan Importir dan/atau Produsen sebagai tanda bukti perusakan pita cukai Hasil Tembakau yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang cukai.

17. CK-3 atau disebut Tanda Bukti Penerimaan Pengembalian Pita Cukai Adalah dokumen cukai yang digunakan Importir dan/atau Produsen sebagai tanda bukti penerimaan pengembalian pita cukai Hasil Tembakau yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang cukai.

18. Billing atau Kode Billing

Berdasarkan Pasal 1 ayat (28) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 32/ PMK.05/ 2014 Kode Billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan oleh sistem billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran yang akan dilakukan Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor.

19. SPPBP-1

Berdasarkan Pasal 1 ayat (17) Peraturan Direktur Jendral Bea dan Cukai nomor PER-24/BC/2015 tentang Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai, SPPBP-1 adalah surat berupa ketetapan yang diterbitkan oleh Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan penagihan biaya pengganti atas penyediaan pita cukai yang telah diajukan dengan P3C HT/ MMEA tetapi tidak direalisasikan dengan CK-1/ CK-1A

(9)

20. Pelunasan Cukai

Menurut Pasal 7 UU No. 39 Tahun 2007 tentang perubahan atas UU No.11 Tahun 1995 tentang cukai, cukai atas barang kena cukai yang dibuat di Indonesia, dilunasi pada saat pengeluaran barang kena cukai dari pabrik atau tempat penyimpanan. Sementara itu, cukai atas barang kena cukai yang diimpor dilunasi pada saat barang kena cukai diimpor untuk dipakai. Pelunasan Cukai dapat dilakukan dengan antara lain:

a. pembayaran;

b. pelekatan pita cukai; atau

c. pembubuhan tanda pelunasan cukai.

Pembayarannya dapat diberikan secara berkala kepada pengusaha pabrik dalam jangka waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari sejak tanggal pengeluaran barang kena cukai tanpa dikenai bunga. Penundaan pembayaran cukai dapat diberikan kepada pengusaha pabrik dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal pemesanan pita cukai bagi yang melaksanakan pelunasan dengan cara pelekatan pita cukai. Dan paling lama 45 (empat puluh lima) hari sejak tanggal pengeluaran barang kena cukai bagi yang melaksanakan pelunasan dengan cara pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya

21. Tidak Dipungut Cukai

Berdasarkan pasal 8 UU No. 39 Tahun 2007 tentang perubahan atas UU No.11 Tahun 1995 tentang cukai.

Cukai tidak dipungut atas Barang Kena Cukai terhadap antara lain: a) tembakau iris yang dibuat dari tembakau hasil tanaman di

Indonesia yang tidak dikemas untuk penjualan eceran atau dikemas untuk penjualan eceran atau dikemas dengan bahan pengemas tradisional yang lazim dipergunakan, apabila dalam pembuatanya tidak dicampur atau ditambah dengan tembakau yang berasal dari luar negeri atau bahan lain yang lazim dipergunakan dalam pembuatan hasil tembakau dan/ atau pada kemasanya ataupun tembakau irisnya tidak dibumbui merek dagang, etiket, atas yang sejenis itu;

b) minuman yang mengandung Etil Alkohol hasil peragihan atau penyu- lingan yang dibuat oleh rakyat Indonesia secara sederhana, semata- mata untuk mata pencaharian dan tidak dikemas untuk

(10)

penjualan ecer- an.

Cukai juga tidak dipungut atas barang kena cukai apabila:

1. diangkut terus dan diangkut lanjut dengan tujuan luar daerah pabean;

2. diekspor;

3. dimasukan kedalam pabrik atau tempat penyimpanan;

4. digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang yang hasil akhirnya merupakan barang kena cukai;

5. telah musnah atau rusak sebelum dikeluarkan dari pabrik, tempat penyimpanan atau sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai.

22. Pembebasan Cukai

Menurut pasal 9 UU No.39 Tahun 2007 tentang perubahan atas UU No.11 Tahun 1995 tentang cukai. Dalam hal tertentu pembebasan cukai dapat diberikan atas Barang Kena Cukai antara lain:

a) BKC yang digunakan sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan BKC; b) untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; c) untuk keperluan perwakilan Negara asing peserta para pejabatnya

yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;

d) untuk keperluan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada badan atau organisasi internasional di Indonesia;

e) BKC yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, atau kiriman dari luar negeri dalam jumlah yang di tentukan;

f) BKC yang di pergunakan untuk tujuan sosial; dan

g) BKC yang di masukan kedalam tempat penimbunan berikat. 23. Pembayaran Secara Berkala

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Peraturan Direktur Jendral Bea dan Cukai nomor P-27/BC/2009 tentang Tata Cara Pemberian Pembayaran Secara Berkala, Pembayaran Secara Berkala adalah kemudahan pembayaran dalam bentuk penangguhan pembayaran cukai tanpa dikenai bunga.

(11)

24. Jaminan Bank

Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Peraturan Direktur Jendral Bea dan Cukai nomor P-27/BC/2009 tentang Tata Cara Pemberian Pembayaran Secara Berkala, Jaminan Bank adalah garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh Bank yang mewajibkan pihak Bank membayar kepada pihak yang menerima garansi apabila pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi).

25. Sistem Aplikasi Cukai Sentralisasi

Program aplikasi pelayanan adalah program aplikasi yang secara khusus dibuat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk melakukan kegiatan pelayanan kepada masyarakat usaha (Ernawan Tri: 2009). Sentralisasi adalah suatu sistem aplikasi terkait kegiatan pelayanan di bidang cukai yang menggunakan teknologi smart client yang berfungsi untuk menghubungkan sebagian atau seluruhnya kegiatan di bidang cukai pada satu database di KP DJBC (sentralisasi di KP DJBC) (Frans Rupang: 2009). Aplikasi ini berada di Kantor Pusat DJBC dan digunakan oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai untuk proses pelayanan Pita Cukai Hasil Tembakau. Dalam aplikasi ini, setiap transaksi yang dilakukan oleh kantor pelayanan dapat dimonitor secara real time oleh Direktorat Cukai. Terhadap setiap dokumen yang dilakukan proses pelayanan dapat dilakukan monitoring statusnya.

Aplikasi Cukai Tembakau mulai dibangun pada tahun 2001. Namun karena beberapa kendala pada saat itu, aplikasi ini tidak jadi diimplementasikan. Selanjutnya pada tahun 2003 aplikasi ini dikembangkan lagi dengan desain yang baru. Aplikasi dikembangkan dengan menggunakan software oracle developer dan database yang digunakan juga database Oracle. Aplikasi ini biasa disebut aplikasi versi server, karena diimplementasikan di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) yang mempunyai server. April tahun 2008, mulai dikembangkan aplikasi cukai hasil tembakau versi baru, untuk mengantisipasi akan dibentuknya Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC)

(12)

tipe Madya Cukai. Aplikasi ini diujicoba di KPPBC 18 Malang pada awal Juli 2008. Aplikasi ini berbeda dengan aplikasi yang lama. Perbedaan yang sangat signifikan adalah diterapkannya sistem sentralisasi. Sedangkan aplikasi yang lama menggunakan sistem desentralisasi, di mana setiap KPPBC harus ada server untuk aplikasi dan database. Dengan system sentralisasi, server aplikasi dan database hanya ada satu, yang ditempatkan di Kantor Pusat. Sistem ini memungkinkan Kantor Pusat untuk mengetahui data transaksi di KPPBC pada saat itu juga (Tim Penyusun Modul Pusdiklat Bea dan Cukai: 2010). Menurut Frans Rumpang (2009), adapun perbedaan antara Sistem Aplikasi Cukai Sentralisasi (SAC-S) dengan Sistem cukai sebelumnya adalah:

1. SAC Sentralisasi database dan aplikasi cukainya terpusat sedangkan pada sistem cukai yang lama database dan aplikasinya terdesentralisasi (berada di KPPBC) ;

2. SAC Sentralisasi upgrade versinya secara otomatis, sehingga apabila ada perubahan akibat pengembangan sistem ataupun karena perubahan kebijakan dilakukan secara otomatis, sedangkan pada sistem cukai yang lama upgrade versinya harus dilakukan secara manual dengan mendatangi tiap-tiap KPPBC ;

3. Transaksi data pada SAC dapat diakses oleh Direktorat Cukai secara real time (transaksi di KPPBC dan KP DJBC dapat langsung diketahui), sedangkan pada sistem cukai yang lama tidak bisa real time;

4. Pada sistem cukai yang lama perekaman dokumen PPPC dan CK-1 sepenuhnya dilakukan oleh pegawai, sedangkan pada SAC Sentralisasi pengusaha dapat merekam sendiri dokumen PPPC dan CK-1 nya ;

5. Pada sistem cukai yang lama, informasi status pelayanan tidak ada, sedangkan pada SAC Sentralisasi informasi status pelayanan dapat dipantau

(13)

6. Pada sistem cukai yang lama, pengajuan dokumen dan serah terima pita cukai tanpa tanda terima dari aplikasi, sedangkan pada SAC pengajuan dokumen dan serah terima pita cukai mendapat tanda terima dari aplikasi.

B. Metode Pengamatan 1) Lokasi Pengamatan

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini lokasi pengamatan ini bertempat di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta. Jl. L.U. Adisucipto 36 Colomadu, Karanganyar, Surakarta 57174. Telp. (0271)719601.

Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a) Dalam lokasi pengamatan, terdapat masalah yang ingin dikaji dalam pengamatan ini.

b) Dalam lokasi pengamatan, penulis memperoleh izin melaksanakan pengamatan yang memungkinkan penulis mendapat informasi yang diperlukan yaitu mengenai prosedur penyediaan dan pemesanan pita cukai hasil tembakau.

2) Jenis Pengamatan

Jenis pengamatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Menurut H.B. Sutopo (2002:111), deskriptif kualitatif adalah pengamatan yang mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Menurut Moleong (2004:7) Penelitian kualitatif dimanfaatkan untuk beberapa keperluan, yaitu antara lain :

a) Digunakan untuk meneliti secara mendalam

b) Digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fenomena yang sampai sekarang belum banyak diketahui

(14)

c) Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari segi prosesnya

Pada intinya, penelitian dengan pendeketan deskriptif kualitatif adalah pengamatan yang digambarkan melalui kata-kata, dan lebih fokus ke proses bukan hasil.

Berdasarkan pernyataan di atas penulis melakukan pengamatan secara kualitatif tentang Prosedur Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau melalui Sistem Aplikasi Cukai Sentralisasi (SAC-S) di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta.

3) Penentuan Sampel dan Sumber Data a. Teknik penentuan sampel

Dalam pengamatan ini, pemilihan narasumber menggunakan teknik sampling purposive, yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, Sugiyono (2009:124). Sampling purposive bisa juga diartikan dengan memilih sampel pada beberapa orang yang dipandang memiliki sumber data penting berkaitan dengan masalah yang diamati. Sampel yang digunakan oleh penulis dalam pengamatan ini meliputi: Kepala Seksi beserta staff bagian Perbendaharaan dan beberapa pegawai di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta.

b. Sumber Data

Sumber data dalam pengamatan ini terdiri dari sumber, yaitu :

a) Tempat atau lokasi dilakukannya pengamatan, yaitu Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta.

b) Narasumber (informan), yaitu para pegawai di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta khususnya pada bagian perbendaharaan.

c) Dokumen dan arsip yang ditemui penulis saat sedang melakukan pengamatan. Dokumen-dokumen yang digunakan

(15)

dalam pengamatan ini meliputi struktur organisasi, diskripsi jabatan, dokumen serta arsip yang berkaitan dengan Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau.

4) Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengamatan ini, pegumpulan data menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Observasi

Dalam observasi ini, penulis menggunakan teknik observasi partisipasi aktif. Menurut Sugiyono (2009: 312) “Observasi partisipasi aktif yaitu penulis ikut melakukan apa yang dilakukan narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap”. Penulis melakukan pengamatan dengan cara datang langsung ke lokasi pengamatan yaitu Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta

b. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan narasumber untuk memperoleh data, keterangan atau pendapat tentang suatu hal.

Menurut H.B. Sutopo (2002:58), “Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data diperlukan teknik wawancara, yang dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk wawancara mendalam. Teknik wawancara ini merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif, terutama pada penelitian lapangan. Secara umum ada dua jenis teknik wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur yang disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing)”. Dalam pengamatan ini, penulis menggunakan jenis wawancara terstruktur. Jenis wawancara tersruktur adalah dengan menggunakan pedoman/ instrumen wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya yang alternatif jawabannya pun telah

(16)

disiapkan (Esterberg, 2002). c. Mengkaji Dokumen dan Arsip

Menurut H.B. Sutopo (2002 : 69), mengkaji dokumen dan arsip yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti bukan hanya sekedar mencatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya yang tersirat.

Dalam pengamatan ini diperoleh data dari berbagai dokumen-dokumen, arsip-arsip, peraturan-peraturan, laporan dan literatur lainya yang berhubungan dengan penyediaan dan pemesanan pita cukai hasil tembakau.

5) Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif. Menurut H.B Sutopo, (2002: 95) menyebutkan bahwa teknik analisis interaktif yaitu teknik analisis data kualitatif yang dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus-menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh atau proses analisis pengamatan kualitatif yang dilakukan sepanjang proses pengamatan sehingga data akan terkumpul semua dan berperan aktif serta interaktif sepanjang proses pengamatan. Dalam proses analisis data model interaktif terdapat tiga komponen yaitu : a. Reduksi Data

Merupakan komponen pertama dalam analisis data yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus-menerus sepanjang pelaksanaan pengamatan data sampai laporan akhir pengamatan selesai disusun.

b. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, teks yang bersifat naratif yang memungkinkan simpulan pengamatan dapat dilakukan. Dengan menyajikan data, akan memudahkan

(17)

penulis untuk lebih memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Menurut H.B Sutopo (2002:93), “Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantab dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu penulis perlu melakukakn aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan hasil pengamatan. Dari awal pengumpulan data penulis sudah harus memahami arti dari berbagai hal yang di temui. Konkluksi-konkluksi yang ada tetap dibiarkan, pada awalnya kurang jelas kemudian semakin meningkat secara eksplisit dan juga memiliki landasan yang semakin kuat melalui verifikasi yang dilakukan secara berulang-ulang. Pada dasarnya, data harus duji kebenarannya agar simpulan hasil penelitian terpercaya dan bisa dipertanggungjawabkan. Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai proses pengumpulan data berakhir.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu perlunya ada alternatif dalam pembuatan SAD QCM yang murah tetapi dapat menampilkan pergeseran sinyal frekuensi tinggi, dengan metode sistem pencacahan

Kesimpulan: (1) Dari 25 jenis penyakit hewan menular strategis yang teridentifikasi, terdapat beberapa jenis diantaranya yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia

adalah pemberlakuan pajak yang sangat tinggi kepada masing-masing kepala keluarga terutama petani yang setiap tahunnya menghasilkan tanaman padi dan gandum.

Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi belajar PKn pada materi Organisasi di Sekolah melalui metode bermain peran di kelas V SD Negeri 1 Kracak tahun

adalah menganalisis perbedaan antara algoritma pencarian Breadth First Search dan Algoritma Depth First Search sebagai focused crawler, pendalaman proses pembuatan

Walaupun Pesta Adat Belian Paser Nondoi ini juga dirancang untuk menarik wisatawan tetapi pelaksanaannya tetap tidak meninggalkan ciri-ciri ritualnya seperti

Dengan membeli barang maupun jasa dari pelaku usaha, pada dasarnya konsumen dengan pelaku usaha telah terikat hubungan keperdataan. Akan tetapi, Undang-undang Perlindungan

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka saran yang dapat peneliti berikan adalah kepada guru mata pelajaran pendidikan agama islam di SMP Negeri 1 Labakkang