• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Pola Tanam Di Daerah Irigasi Senggowar Dan Widas. Optimization of Croppingat Senggowar and Widas Irrigation Areas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Optimasi Pola Tanam Di Daerah Irigasi Senggowar Dan Widas. Optimization of Croppingat Senggowar and Widas Irrigation Areas"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

315 Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk

Optimasi Pola Tanam Di Daerah Irigasi

Senggowar Dan Widas

Dwitik Winar Rahayu*, Ruslan Wirosoedarmo, Bambang Suharto

Jurusan keteknikan Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian - Universitas Brawijaya Jl.Veteran, Malang 65145

*Penulis Korespondensi, E-mail: dwitikwina@gmail.com

ABSTRAK

Daerah Irigasi Senggowar dan Widas berada di wilayah Kabupaten Ngajuk yang meliputi 5 (lima) Kecamatan untuk DI Senggowar dengan luas lahan 2655 Ha, yaitu Nganjuk, Sukomoro, Rejoso, Gondang, dan Tanjunganom. Untuk DI Widas dengan luas lahan 3194 Ha meliputi 6 (enam) Kecamatan, yaitu Sawahan, Wilangan, Bagor, Nganjuk, Sukomoro, dan Rejoso. Daerah Irigasi Senggowar dan Widas memanfaatkan sumber air dari Waduk Bening. Dengan keterbatasan air yang tersedia, dilakukan studi optimasi agar dapat memaksimalkan keuntungan hasil usaha tani berdasarkan luas tanaman yang optimal. Untuk analisa ini digunakan program linear dengan program bantu Quantity Methods for Windows 2. Metode Optimasi pola tanam menggunakan program linier dengan fungsi tujuan memaksimumkan keuntungan dengan kendala debit air yang tersedia, sumber tenaga kerja, dan luas lahan.

Kata kunci: Pola tanam, Optimasi, Program linear

Optimization of Croppingat Senggowar and Widas

Irrigation Areas

ABSTRACT

Senggowar and Widas Irrigation Areas (IA) are located in Nganjuk regency which are consists of five subdistricts for Senggowar IA with total area 2655 Ha, namely Nganjuk, Sukomoro, and Rejoso, Gondang, and Tanjunganom. And for Widas IA with total area 3194 Ha which consists of six subdistricts, namely Sawahan, Wilangan, Bagor, Nganjuk, Sukomoro, and Rejoso. Senggowar and WidasIrrigation Areaare using water resources from Bening reservoir. Because the limited water of this reservoir, this study is aimed to optimize the cropping in order to maximize the profit of farming based on the optimal land area. For this analysis, this study used a linear program with the auxiliary of Quantity Methods program for Windows 2. Optimization Method of cropping patterns using a linear program with the objective function of maximizing profits by debit constraints of available water, a source of labor, and land area.

Keywords: Cropping, Optimization, Linear programming

PENDAHULUAN

Air adalah salah satu sumber kekayaan alam yang sangat bermanfaat, dan merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Permasalahan saat ini adalah keberadaan air dimuka bumi ini tidak cukup merata, baik jumlah maupun lokasinya, meskipun ketersediaannya masih cukup banyak. Potensi ketersediaan air relatif tetap dan beragam menurut tempat dan musim, pada musim hujan, jumlah air yang tersedia untuk irigasi sangat

(2)

316 Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk

melimpah, sebaliknya jumlah air menurun pada musim kemarau. Maka dari itu penggunaan air irigasi selayaknya dilakukan secara efektif dan efisien (Montarcih, 2008).

Pola tata tanam merupakan ketetapan mengenai jadwal tanam, jenis tanam dan luas tanam yang diberlakukan di suatu daerah irigasi. Setiap tahun Dinas Pengairan merencanakan pola tata tanam yang disebut Rencana Tata Tanam Global (RTTG). RTTG dibuat berdasarkan Rencana Luas Tanaman suatu daerah irigasi pada umunya dibagi menjadi tiga musim. Yaitu : Musim Tanam 1 (MT I), Musim Tanam II (MT II), dan Musim Tanam III (MT III). Pada musim hujan lahan ditanami padi karena padi lebih banyak memerlukan air daripada palawija. Pada musim kemarau lahan ditanami palawija untuk mencegah terjadinya lahan berro, tetapi apabila air yang tersedia cukup banyak maka padi dan palawija dapat ditanam secara bersamaan (Andalusia, 2005).

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil pertanian pada tiap satuan luasnya adalah dengan menggunakan pengaturan cara pemberian air irigasi yang baik dan juga pengaturan pola tanam yang lebih optimal. Hal ini bisa dipresentasikan dengan studi optimasi pola tanam, untuk menganalisa digunakan program linier dengan memanfaatkan fasilitas Quantity Method for Windows 2.

METODE PENELITIAN

Jenis metode penelitian dalam kajian ini adalah penelitian deskriptif yang merupakan penelitian kasus dan penelitian lapangan (case study and field research). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pola tata tanam yang telah dilaksanakan di Daerah Irigasi Senggowar dan Daerah Irigasi Widas berdasarkan data yang telah dikumpulkan kemudian disusun rekomendasi pola tata tanam dari hasil kajian yang telah dilakukan sehingga dapat mengoptimalkan kebutuhan air.

Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengukuran atau pengamatan atau survey langsung dengan mewawancari beberapa koresponden di daerah studi. Data sekunder didapat dari Dinas PU Pengairan Kabupaten Nganjuk dan Stasiun Klimatologi Sawahan dengan obyek studi yang berada pada ketinggian 625 m di atas permukaan laut dengan koordinat 07 0 44’ LS dan 1110 46’ BT. Adapun beberapa

data sekunder yang diperlukan antara lain adalah:

a. Data curah hujan menggunakan data curah hujan sekunder selama 10 tahun terakhir yang dimulai 2002 sampai 2011.

b. Data Debit merupakan data yang sangat penting. Data debit yang dipakai adalah data debit dari Kali Senggowar dan Kali Widas.

c. Data klimatologi menggunakan data selama 10 tahun dari tahun 2002 sampai 2011, yang terdiri dari data suhu rata-rata bulanan, data kecepatan angin rerata bulanan, data radiasi sinar matahari. Data klimatologi digunakan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi yang terjadi di daerah studi tersebut.

d. Data pola tata tanam akan memberikan gambaran yang jelas antara lain tentang jenis, luas dan jadwal tanam dari masing-masing tanaman yang diusahakan dalam satu tahun tiap satuan luas.

e. Skema jaringan irigasi digunakan untuk mengetahui luas lahan pertanian yang akan diairi. f. Data jenis tanah digunakan untuk mengetahui besarnya nilai perkolasi serta infiltrasi yang

terjadi di Daerah Irigasi tersebut.

g. Peta lokasi daerah studi didapatkan dari Dinas PU Pengairan Kabupaten Nganjuk

Tahapan Perhitungan

Adapun tahapan-tahapan perhitungan dalam studi ini adalah sebagai berikut:

1. Pengolahan Data Curah Hujan

(3)

317 Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk

a. Perhitungan curah hujan wilayah dengan menggunakan metode aritmatika.

b. Perhitungan curah hujan andalan dengan menggunakan metode tahun penentu dengan tingkat kepercayaan 80% dan 50% yang terdapat pada persamaan.

c. Perhitungan curah hujan efektif, setelah melakukan perhitungan curah hujan andalan maka hasilnya digunakan untuk menghitung besar curah hujan efektif dengan menggunakan metode basic year.

2. Pengolahan data debit dimaksudkan untuk menghitung debit andalan. Pada studi ini perhitungan data debit menggunakan metode tahun dasar (Basic Year) yaitu dengan cara mengambil satu pola debit dari tahun tertentu yang peluang kejadiannya dihitung dengan rumus Weibull yang digunakan untuk mengetahui debit tersedia dari debit rata-rata yang didapat di bendungan.

3. Pengolahan data klimatologi sehubungan dengan penyiapan lahan digunakan metode Van De Goor dan Ziljstrayang. Data klimatologi diperlukan juga untuk menghitung nilai evapotranspirasi dengan rumusan Penman.

4. Menghitung besarnya kebutuhan air tanaman 5. Perhitungan kebutuhan air disawah

6. Efisiensi irigasi

7. Perumusan model optimasi dengan menggunakan metode Program Linier dengan penyelesaian menggunakan fasilitas QM versi 2.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Curah Hujan

Menurut Montarcih (2008), uji konsistensi data dimaksudkan untuk menguji keakuratan suatu data yang dilakukan dengan menggunakan uji kurva massa ganda (double mass curve) dengan cara data curah hujan tahunan dengan jangka waktu yang panjang dari suatu stasiun penakar hujan dibandingkan dengan data curah hujan rata-rata sekelompok stasiun penakar hujan lain dalam periode yang sama.

Tabel 1. Nilai Koefisien Determinasi (R2) yang diuji pada DI. Senggowar

No. Nama Stasiun Hujan Koefisien Determinasi (R2)

1 Tempuran 0,997

2 Gondang 0,998

3 Ngrambek 0,995

Tabel 2. Nilai Koefisien Determinasi (R2) yang diuji pada DI. Widas

No. Nama Stasiun Hujan Koefisien Determinasi (R2)

1 Nganjuk 0,999

2 Tunglur 0,996

3 Sumbersoko 0,997

4 Ngudikan 0,998

Dari tabel tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 99% dari seluruh

stasiun hujan baik DI Senggowar maupun DI Widas, sehingga menunjukkan bahwa data curah hujan dari ketiga stasiun untuk DI Senggowar dan empat stasiun untuk DI Widas tidak mengalami penyimpangan akibat pengaruh lingkungan maupun kesalahan pengukuran sehingga dianggap baik karena nilai koefisien determinasi mendekati 100%.

Curah Hujan Andalan dan Curah Hujan Efektif

Curah hujan andalan dan curah hujan efektif digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan air tanaman baik untuk tanaman padi maupun palawija. Jumlah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman tergantung pada jenis tanaman. Curah hujan efektif juga dapat

(4)

318 Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk

dihitung berdasarkan data hujan yang tersedia dengan peluang keandalan 80%. Jumlah reratacurah hujan efektif dan curah hujan andalan untuk daerah irigasi Senggowar dan Widas dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4 berikut:

Tabel 3.Rerata Curah Hujan Efektif dan Curah Hujan Andalan untuk Daerah Irigasi Senggowar

Bulan R80 (mm) Re Padi (mm/hari) Re Palawija (mm/hari) Re Tebu (mm/hari) Januari 131,67 13,17 5,64 5,72 Februari 99,67 9,97 5,81 5,89 Maret 38,33 3,83 5,27 5,35 April 21,00 2,10 2,83 2,87 Mei 34,67 3,47 1,61 1,64 Juni 6,67 0,27 0,39 0,39 Juli 3,33 0,33 0,25 0,25 Agustus 0,00 0,00 0,07 0,07 September 2,00 0,20 0,64 0,65 Oktober 23,67 2,37 1,66 1,68 Nopember 53,33 5,33 4,16 4,22 Desember 41,33 4,13 4,41 4,48

Tabel 4.Rerata Curah Hujan Efektif dan Curah Hujan Andalan untuk Daerah Irigasi Widas

Bulan R80 (mm) Re Padi (mm/hari) Re Palawija (mm/hari) Re Tebu (mm/hari) Januari 48,33 3,37 4,62 4,69 Februari 81,67 5,70 5,43 5,50 Maret 45,33 3,18 5,21 5,29 April 79,33 5,52 3,32 3,37 Mei 25,00 1,75 1,67 1,69 Juni 1,33 0,09 0,26 0,27 Juli 0,00 0,00 0,00 0,00 Agustus 0,00 0,00 0,00 0,00 September 0,00 0,00 0,37 0,37 Oktober 0,67 0,05 0,64 0,65 Nopember 0,67 0,05 2,77 2,81 Desember 102,67 7,19 1,53 5,61 Debit Andalan

Debit andalan merupakan besarnya debit yang kemungkinan terpenuhi 80%, besarnya debit andalan pada Daerah Irigasi Senggowar dan Widas dihitung dengan menggunakan Metode Tahun Penentu (Basic Year), selama sepuluh tahun terakhir yaitu dari tahun 2002 sampai 2011. Untuk keperluan air irigasi akan dicari debit andalan bulanan dengan tingkat keandalan sebesar 80%. Debit andalan 80% ialah debit dengan kemungkinan terpenuhi 80% atau tidak terpenuhi 20% dari periode waktu tertentu, untuk menentukan kemungkinan terpenuhi atau tidak terpenuhi, debit yang sudah diamati disusun dengan urutan dari terbesar menuju terkecil.Besarnya debit andalan pada Kali Senggowar dan Kali Widas dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6.

(5)

319 Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk

Tabel 5. Debit Andalan Kali Senggowar

Tabel 6.Debit Andalan Kali Widas

Bulan Debit Andalan (lt/dt)

Periode I Periode II Periode III

Januari 996,0 2760,0 1000,0 Februari 880,0 795,8 955,8 Maret 955,8 699,8 699,8 April 699,8 735,2 844,0 Mei 944,0 2000,0 2000,0 Juni 2000,0 2000,0 2160,0 Juli 2000,0 1960,0 1960,0 Agustus 1440,0 1380,0 1380,0 September 1200,0 1040,0 1040,0 Oktober 440,0 440,0 440,0 Nopember 440,0 1200,0 2000,0 Desember 1900,0 1900,0 1672,4

Menurut hasil perhitungan debit andalan Kali Senggowar, dapat dilihat debit andalan tertinggi terdapat pada bulan Maret periode 2 sebesar 3303 lt/dt dan debit andalan terendah terdapat pada bulan Maret periode 1 dengan besar debit 367,8 lt/dt. Sedangkan pada Kali Widas, dapat dilihat debit andalan tertinggi terdapat pada bulan Januari periode 2 sebesar 2760 liter/detik dan debit andalan terendah dengan besar debit 440 liter/detik terdapat pada bulan Oktober periode 1, 2, 3 dan November periode 1.

Evapotranspirasi

Dari hasil perhitungan, besar nilai evapotranspirasi potensial tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 6,956 mm/hari. Tingginya nilai evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh meningkatnya nilai suhu, radiasi panas matahari, kelembaban dan kecepatan angin yang semakin meningkat sedangkan rendahnya nilai evapotranspirasi dipengaruhi oleh rendahnya kecepatan angin (Rahadi, 2009). Nilai evapotranspirasi potensial hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 7.

Bulan Debit Andalan (lt/dt)

Periode I Periode II Periode III

Jan 756,2 755,2 679,6 Feb 679,6 679,6 679,6 Maret 367,8 3303,0 999,8 April 1855,8 1856,2 1785,0 Mei 1855,0 1933,8 1933,4 Juni 1971,4 1973,6 1172,0 Juli 1172,0 1170,8 1170,8 Agustus 1170,8 1072,6 1072,6 September 1072,6 946,6 946,4 Oktober 946,4 946,4 946,4 Nopember 1264,0 1424,0 1424,0 Desember 868,0 1704,0 1705,6

(6)

320 Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk

Tabel 7.Data Klimatologi dan Nilai Evapotranspirasi Potensial Daerah Sawahan

Bulan T RH n/N U Eto °C % % Km/jam Mm/hari Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 23,6 23,8 23,6 24,1 23,7 22,9 22,4 22,5 23,3 24,6 24,2 23,8 86,8 85,5 86,6 85,4 84,6 81,1 80,0 74,5 75,9 77,2 84,5 86,6 48,2 45,3 54,7 55,4 71,0 77,6 83,4 82,1 79,1 77,3 64,4 42,9 228,7 216,9 153,8 202,1 114,5 148,8 156,0 162,0 174,7 179,5 141,1 164,2 5,3 5,3 4,7 4,6 4,3 4,4 4,9 5,5 6,6 6,9 6,1 5,1 Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air tanaman merupakan jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal (Coniferiana, 2010).Kebutuhan air tanaman adalah banyaknya air yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan, baik melalui tanaman itu sendiri ataupun melalui tanah. Kebutuhan air untuk tanaman selain dipengaruhi oleh evapotranspirasi potensial, jenis tanaman dan umur pertumbuhannya.

Tabel 8. Rerata Kebutuhan Air Tanaman DI. Senggowar dan Widas

Bulan Padi (mm/hari) Palawija (mm/hari) Tebu (mm/hari)

Jan 3,954 4,031 3,840 Feb 1,574 1,001 1,497 Mar 4,878 2,912 4,698 Apr 4,783 4,248 4,880 Mei 3,191 2,619 3,488 Jun 0,776 0,619 1,283 Jul 3,432 2,999 4,854 Ags 5,114 5,049 5,455 Sep 3,520 4,053 4,049 Okt 1,876 1,676 1,102 Nop 6,303 6,354 3,574 Des 5,226 5,353 4,083

Tabel 8. menunjukkan bahwa kebutuhan air tanaman untuk tanaman padi maksimal untuk DI Senggowar dan Widas adalah 6,303 mm/hari. Untuk tanaman palawija, kebutuhan air paling besar untuk DI Senggowar dan DI Widas adalah 6,354 mm/hari. Sedangkan tanaman tebu, nilai kebutuhan air tanaman memiliki peningkatan yang konstan, ini dikarenakan masa tanam tebu yang sangat lama. Kebutuhan air maksimal untuk tanaman tebu adalah sebesar 5,455 mm/hari untuk DI Senggowar dan Widas.

Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan

Penyiapan lahan sebelum pembibitan harus dilakukan untuk mengkondisikan lahan pertanian untuk keperluan tanaman agar dapat sesuai dengan pertumbuhannya. Kondisi lahan untuk pembibitan harus lembab sehingga memadahi untuk persemaian yang baru tumbuh, hal ini berarti air yang dibutuhkan cukup banyak. Khususnya pada tanaman padi yang

(7)

321 Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk

membutuhkan banyak air agar tanah tetap dalam keadaan lunak dan gembur. Pengolahan tanah ini dilakukan antara 20 sampai dengan 30 hari sebelum masa tanam. Minggu pertama sebelum kegiatan penanaman dimulai, petak sawah diberi air secukupnya untuk melunakkan tanahnya. Biasanya dilakukan dengan membajak atau mencangkul sawah. Kebutuhan air untuk pengolahan tanah dipengaruhi oleh proses evapotranspirasi potensial yang terjadi.

Penyiapan lahan hanya dilakukan sebelum awal tanam padi, maka kabutuhan air penyiapan lahan harus disesuaikan dengan rasio luas lahan yang sedang diolah. Rerata kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rerata Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan

Bulan Penyiapan Lahan

(mm/hari) Rasio Penyiapan Lahan Kebutuhan Air (mm/hari) Jan 12,269 0,500 6,139 Feb 12,795 0,500 6,407 Mar 11,893 0,000 0,000 Apr 12,073 0,000 0,000 Mei 11,558 0,500 5,863 Jun 11,898 0,500 5,932 Jul 11,996 0,000 0,000 Agus 12,438 0,000 0,000 Sept 13,476 0,500 6,707 Okt 13,489 0,500 6,672 Nop 13,133 0,000 0,000 Des 12,120 0,000 0,000

Dari tabel dapat dilihat kebutuhan air untuk penyiapan lahan yang paling tinggi ada pada bulan Oktober sebanyak 13,133 mm/hari. Sedangkan kebutuhan air harian terbesar berada pada September sebanyak 6,707 mm/hari.

Perkolasi dan Laju Pergantian Lapisan Air

Daerah irigasi Senggowar Memiliki jenis tanah lempung berliat yang mempunyai nilai perkolasi 1,5 mm/hari, sedangkan untuk Daerah irigasi Widas memiliki jenis tanah liat yang mempunyai nilai perkolasi 1 mm/hari.

Efisiensi Irigasi

Efisiensi irigasi sering terjadi di saluran primer, sekunder, maupun tersier, dimana dalam sistem saluran sering terjadi kehilangan debit yang disebabkan oleh evaporasi, kebocoran saluran, rembesan, maupun eksploitasi oleh masyarakat setempat sehingga mengakibatkan jumlah air yang sampai kepetak sawah menjadi berkurang dari jumlah yang diambil dari pintu pengambilan. Efisisensi saluran pada DI. Senggowar dan DI. Widas sama besarnya yaitu sebesar 80%.

Tenaga Kerja Kertanian

Tenaga kerja pertanian yang digunakan adalah tenaga manusia, dan tenaga mesin yang membantu dalam pengolahan lahan. Pengambilan data tenaga kerja yang ada di Daerah Irigasi didapat dengan cara pemberian kuisioner kepada petani sambil dilakukan wawancara. Petani pengisi kuisioner di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas lebih banyak dikerjakan oleh orang tua dengan kisaran usia 35-55 tahun, sedangkan untuk para pemudanya lebih banyak bekerja di bangunan atau pabrik-pabrik disekitar tempat tinggal mereka. Tenaga dalam usaha pertanian merupakan bagian terpenting dalam kebutuhan akan tenaga kerja penggerak yang secara langsung maupun tidak langsung mengendalikan atau menggerakkan suatu peralatan tani. Kebutuhan tenaga kerja untuk setiap Ha lahan dapat dilihat pada Tabel 10.

(8)

322 Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk

Tabel 10. Tenaga Kerja

Sumber Tenaga Total Daya (HP)

Senggowar Widas

Manusia 397,8 344,3

Traktor Roda 2 250,0 315,0

Tenaga kerja yang tersedia merupakan hasil penjumlahan dari banyaknya masyarakat yang bekerja sebagai petani/buruh tani(diubah dalam satuan HP). Tenaga kerja usaha tani merupakan faktor produksi kedua selain tanah, modal, dan pengelolaan. Jenis tenaga kerja antara lain adalah: tenaga kerja manusia, ternak, dan mekanik yang mempunyai faktor produksi utama. Tenaga kerja yang paling banyak dimanfaatkan adalah pada saat pemanenan. Jumlah seumber tenaga untuk DI. Senggowar sebesar 647,8 HP/hari dan untuk DI Widas sebesar 659,3 HP/hari.

Analisa Usaha Tani

Analisa usaha tani dimaksudkan untuk menghitung biaya produksi yang dikeluarkan untuk usaha tani meliputi biaya bibit, pupuk, pengendalian hama dan penyakit tanaman, dan biaya tenaga kerja serta mesin yang digunkan untuk pengolahan lahan. Analisa usaha tani yang dimaksudkan tidak memperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk sewa tanah, pajak dan iuran pengairan. Besarnya keuntungan untuk jenis komoditas tertentu di daerah irigasi Senggowar dan Widas dapat dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 11. Keuntungan hasil komoditas tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas

No Nama DI Jenis Komoditi Keuntungan

(Rp/Ha) 1 Senggowar Padi 13.389.000 Tebu 15.764.500 Palawija 8.110.500 2 Widas Padi 13.918.000 Tebu 14.162.500 Palawija 6.575.000

Letak lahan yang berbeda menyebabkan berbedanya pola tanam sehingga keuntungan yang didapatkan petani juga berbeda-beda. Untuk Daerah Irigasi Senggowar dengan pola tanam padi-padi-padi keuntungan yang didapat sebesar Rp.40.167.000,- pertahun, untuk pola tanam palawija keuntungannya sebesar Rp.34.888.500,- pertahun, untuk pola tanam padi-palawija-palawija keuntungannya sebesar Rp.29.610.000,- pertahun dan petani yang menanam tebu sepanjang tahun mendapat keuntungan sebesar Rp.15.764.500,-.

Daerah Irigasi Widas dengan pola tanam padi-padi-padi keuntungannya

Rp.41.754.000,- pertahun, pola tanam padi-padi-palawija keuntungannya Rp.34.411.000,- pertahun, untuk pola tanam padi-palawija-palawija keuntungannya sebesar Rp.27.068.000,- pertahun dan petani yang menanam tebu sepanjang tahun mendapat keuntungan sebesar Rp.14.162.500,-.

Optimasi Pola Tanam

Usaha pengoptimalan pola tanam dengan fungsi tujuan untuk memaksimalkan keuntungan hasil produksi menggunakan persamaan matematika, dimana koefisien dari variabel yang dicari adalah nilai keuntungan yang dihasilkan dari bertani berdasarkan analisis usaha tani di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas. Fungsi tujuan dan fungsi kendala dari pengoptimalan pola tanam dimasukkan dalam program QM, dan memberikan penyelesaian sebagaimana dapat dlihat pada Tabel 12 dan 13.

(9)

323 Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk

Tabel 12.Hasil Optimasi DI Senggowar

Variabel Nilai Optimal

(Ha) Nilai Keuntungan Awal (Rp) Batas Bawah (Rp) Batas Atas (Rp) X1 24 40.167.000 30.160.400 52.250.880 X2 370 34.888.500 25.934.230 59.672.470 X3 243 29.610.000 19.706.450 34.091.660 X4 25 15.764.500 10.721.740 31.431.000 Keuntungan Maksimal 490.201.732

Tabel 13. Hasil Optimasi DI Widas Variabel Nilai Optimal (Ha) Nilai Keuntungan Awal (Rp) Batas Bawah (Rp) Batas Atas (Rp) X1 390 41.754.000 36.111.090 X2 34.411.000 39.788.250 X3 27.068.000 39.169.400 X4 14.162.500 39.424.220 Keuntungan Maksimal 300.950.894

Lahan seluas 2655 Ha di DI Senggowar, setelah dioptimasikan denngan program linear di dapat keuntungan maksimal sebesar Rp.490.201.732,-. Dengan pola tanam padi-padi-padi seluas 24 Ha, padi-padi-palawija seluas 370 Ha, padi-palawija-palawija seluas 243 Ha, dan tebu seluas 25 Ha. Lahan seluas 390 Ha DI Widas didapatkan keuntungan maksimal sebesar Rp.300.950.894,- dengan pola tanam padi-padi-padi.

Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa DI Senggowar mengalami bero seluas 1904 Ha sedangkan pada DI Widas sebesar 2804 Ha, hal ini diakibat karena kecilnya debit yang ada di daerah irigasi serta minimnya tenaga kerja pertanian yang mengolah lahan, namun kenyataannya dilahan tidak pernah mengalami bero ini disebabkan karena pada Daerah Irigasi masih diberlakukannya sistem penggiliran air yang dimaksudkan agar setiap lahan tetap dapat terairi meskipun musim kemarau dan dilakukan penambahan debit di setiap saluran Irigasi.

Menurut hasil perhitungan diatas, diketahui bahwa DI Senggowar lebih menguntungkan daripada DI Widas yang keuntungan maksimalnya dapat dicapai setelah dilakukan optimasi dengan pola tanam yang sama. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: jumlah tenaga kerja, debit, jenis tanaman da jenis tanah. Dari hasil optimasi dapat dilihat alternatif pola tanam yang baik guna terpenuhinya kebutuhan air pada musim hujan atau pada musim tanam selanjutnya.

KESIMPULAN

Data debit Kali Senggowar dan Kali Widas, dengan menggunakan perumusan empiris diperoleh debit andalan sungai dengan peluang keandalan 80% (Q80%). Diketahui debit andalan terbesar yang tersedia pada Kali Senggowar adalah 1973,6 lt/dt dan Kali Widas 2760 lt/dt.

Besarnya kebutuhan air irigasi untuk setiap jenis tanaman berdasarkan perhitungan yang sesuai dengan pola tanam yang ada pada DI Senggowar dan DI Widas adalah 1-6 mm/hr untuk tanaman padi, 0-5 mm/hr untuk tanaman palawija dan 1-5 mm/hr untuk tanaman tebu.

Hasil Optimasi diketahui keuntungan maksimum untuk lahan seluas 2655 Ha di DI Senggowar sebesar Rp. 490.201.732-, dengan pola tanam padi seluas 24 Ha, padi-padi-palawija seluas 370 Ha, padi-padi-palawija-palawija seluas 243 Ha, dan tebu seluas 25 Ha. Untuk lahan seluas 390 Ha DI Widas didapatkan keuntungan maksimal sebesar Rp 300.950.894,- dengan pola tanam padi-padi-padi.

(10)

324 Optimasi Pola Tanam di Daerah Irigasi Senggowar dan Widas – Rahayu, dkk

DAFTAR PUSTAKA

Andalusia, Asti. 2005. Optimasi Pola Tanam Di Daerah Irigasi Molek Untuk Memaksimalkan Keuntungan Hasil Produksi (Kajian UPTD Kepanjen Dinas

Pengairan Kabupaten Malang). Skripsi tidak di terbitkan. Malang : Jurusan

Keteknikan Pertanian Universitas Brawijaya.

Bakrie, Asmawar. 2000. Irigasi. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.

Budueny, Hary, Fachan, N., dan Darmanto. 2002. Analisis Optimasi Pengolahan

Sumberdaya Air Waduk Sermo. Media Teknik no.1 Tahun XXIV.

De Chaira, Joseph.1989 Perencanaan Saluran Drainase. Erlangga. Jakarta.

Mahmud, Amir. 2009. Optimasi Potensi dan Pola pemanfaatan Air Irigasi Jurnal

sumberdaya insane edisi januari no 15. Fakultas Perikanan Universitas

Muhammdiyah Kendari.

Montarcih, Lily. 2008. Pengaruh Perubahan Cuaca terhadap Optimasi Irigasi dengan

Program Linear (Studi Kasus Daerah Irigasi Pamotan). Citra Malang. Malang.

Rahadi dan Hastari, S. 2009. Rancangan Pola Tani di Daerah Irigasi (Studi Kasus di Molek

Menggunakan Progam Solver). Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 1 (April

2009) hal 28-33.

Rispiningtati. 2008. Model Alokasi dan Nilai Air pada System Sungai Multi Waduk. Jurusan Teknik Pengairan, FTUB. Malang.

Setiawan, Agung. 2007. Kajian Keandalan Waduk Sempor Jurnal Teknik Sipil Volume 7

No.3 : 279 – 286. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram. Nusa Tenggara Barat.

Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi Terapan. Beta offset: Yogyakarta.

Usman. 2004. Analisis Kepekaan Beberapa Metode Pendugaan Evapotranspirasi Potensial

terhadap perubahan Iklin Jurnal Natur Indonesia 6(2) : 91-98. Faperika,

Universitas Riau.

Andansari, Silvy Eka., Roesyadi, Achmad., Sari, Desty Rusdiana. 2014. Konversi Rumput

Laut Menjadi Monosakarida Secara Hidrotermal. Jurnal Teknik POMITS Vo.3,

No.2, (2014). ISSN:23373539. Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh November.

Referensi

Dokumen terkait

telah terkumpul dan di sajikan dalam bentuk tabel dan di lanjutkan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori yang ada.Dari hasil penelitian Tingkat pengetahuan

bila ditemui masalah penyesuaian diri dalam perkawinan ~;ang dikaitkan dengan

Telaah yang telah dilakukan oleh dosen ahli dan guru biologi bertujuan untuk mengetahui kelayakan LKS secara teoretis berdasarkan aspek penyajian, aspek materi, aspek

1) Prosedur atau tahapan yang dilakukan dalam pengembangan media pembelajaran berbasis aplikasi Videoscribe Sparkol pada mata pelajaran ekonomi di SMK Batik

terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran sejarah di kelas X SMA Negeri 1 Indralaya, ini menggunakan alat pengumpul data berupa tes untuk

Kegiatan di Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Kalurahan yang dilaksanakan berdasarkan Peraturan Kalurahan tentang APBKal Tahun Anggaran 2020 dan sesuai

Data kemudian dianalisis berdasarkan: pelanggaran prinsip kerjasama, yang meliputi maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, maksim pelaksanaan; pelanggaran

Remote EXEcution Command Daemon (REXECD) adalah merupakan server yang memperbolehkan menjalankan suatu perintah yang dikirimkan oleh suatu host melalui jaringan TCP/IP,