• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1504161090Bab 3 Arahan Kebijakan Renstra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1504161090Bab 3 Arahan Kebijakan Renstra"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

3-1

3.1.

Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

(2)

3-2

Gambar 3-1. Bagan Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

3.1.1.

Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Pengertian Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional untuk masa 20 tahun ke depan yang mencakupi kurun waktu mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2025.

Maksud dan tujuan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025, selanjutnya disebut RPJP Nasional, adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif.

(3)

3-3 mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Program Pembangunan Nasional periode 2005 – 2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJP Nasional. RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonsesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional.

RPJP Nasional sebagaimana tercantum dalam Lampiran UU merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang tersebut. RPJP Nasional sebagaimana dimaksud dalam UU No. 17 tahun 2007 menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Nasional yang memuat Visi, Misi dan Program Presiden.

Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan untuk menghindarkan kekosongan rencana pembangunan nasional, Presiden yang sedang memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya diwajibkan menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP)untuk tahun pertama periode Pemerintahan Presiden berikutnya. RKP sebagaimana yang dimaksud digunakan sebagai pedoman untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun pertama periode Pemerintahan Presiden berikutnya. RPJP Nasional menjadi acuan dalam penyusunan RPJP Daerah yang memuat visi, misi, dan arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah. RPJP Daerah menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah yang memuat Visi, Misi dan Program Kepala Daerah. RPJM Daerah disusun dengan memerhatikan RPJM Nasional.

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu, dalam 20 tahun mendatang, sangat penting dan mendesak bagi bangsa Indonesia untuk melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah, antara lain di bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dan kelembagaannya sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat internasional.

(4)

3-4 ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok.

3.1.2.

Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Terdapat 5 (lima) tujuan pelaksanaan sistem perencanaan pembangunan nasional (sesuai Perpres nomor 05 tahun 2010), yaitu untuk mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antardaerah, antarruang, antarwaktu, dan antarfungsi pemerintah, maupun antar pusat dan daerah; menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

Sinergi antar bidang pembangunan sangat penting untuk kelancaran pelaksanaan dan tercapainya berbagai sasaran dalam RPJMN 2010-2014. Pada dasarnya pembangunan di setiap bidang untuk mencapai keberhasilan, tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling terkait dengan pembangunan di bidang lainnya. Dengan pembiayaan yang terbatas, untuk mencapai efektifitas, efisiensi dan hasil yang maksimal dalam mencapai sasaran pembangunan, harus dilakukan sinkronisasi pembangunan di setiap bidang sehingga kegiatan di setiap bidang saling terpadu, mendukung dan saling memperkuat. Setiap kementerian, lembaga pemerintah nonkementerian yang melaksanakan pembangunan di setiap bidang harus memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai sinergi tersebut melalui proses komunikasi, konsultasi, koordinasi serta monitoring, dan evaluasi dengan pemangku kepentingan terkait di pusat dan daerah dan mengedepankan keberhasilan bersama dalam pencapaian sasaran pembangunan.

Selanjutnya, di dalam melaksanakan pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah ini terdapat prinsip pengarusutamaan yang menjadi landasan operasional bagi seluruh pelaksanan pembangunan. Prinsip-prinsip pengarusutamaan ini diarahkan untuk dapat tercermin di dalam keluaran pada kebijakan pembangunan. Prinsip-prinsip pengarusutamaan ini akan menjadi jiwa dan semangat yang mewarnai berbagai kebijakan pembangunan di setiap bidang pembangunan. Diharapkan dengan dijiwainya prinsip-prinsip pengarustamaan itu, pembangunan jangka menengah ini akan memperkuat upaya mengatasi berbagai permasalahan yang ada.

Pengarusutamaan dilakukan dengan cara yang terstruktur dengan kriteria sebagai berikut:  Pengarusutamaan bukanlah merupakan upaya yang terpisah dari kegiatan

pembangunan sektoral

 Pengarusutamaan tidak mengimplikasikan adanya tambahan pendanaan (investasi) yang signifikan

 Pengarusutamaan dilakukan pada semua sektor terkait namun diprioritaskan pada sektor penting yang terkait langsung dengan isu-isu pengarustamaan.

(5)

3-5 menjadi komitmen semua pihak khususnya instansi pemerintah untuk dapat merealisasikannya secara sungguh-sungguh demi kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, disusun pula rencana kerja yang bersifat lintas bidang. Kebijakan lintas bidang ini akan menjadi sebuah rangkaian kebijakan antar bidang yang terpadu meliputi prioritas, fokus prioritas serta kegiatan prioritas lintas bidang untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan yang semakin kompleks.

3.2.

Arahan Penataan Ruang

3.2.1.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah Negara yang disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) sebagai pedoman dalam rencana strategis :

1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, 2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional, 4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan

antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, 5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, 6. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten merupakan bagian integral dari Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Mengingat Rencana Tata Ruang merupakan matra keruangan dari rencana pembangunan daerah dan bagian dari pembangunan nasional, maka ketiga tingkatan rencana tata ruang tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain baik dari segi substansi maupun operasionalnya.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Selatan merupakan sebuah upaya pembangunan wilayah yang diarahkan untuk terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanggamus, sebagai kabupaten induk. Juga diharapkan sesuai dan selaras dengan RTRW Kabupaten/kota sekitar yaitu Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Lampung Tengah, dengan tetap memperhatikan RTRW Provinsi Lampung. Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau  Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

(6)

3-6 2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:

 Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

 Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:

 Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

 Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

 Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

 Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya

4. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: a) Pertahanan dan keamanan,

 Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,

 Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau  Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar

yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. b) Pertumbuhan ekonomi,

 Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

 Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, memiliki potensi ekspor,

 Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,  Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

 Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

 Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

 Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. c) Sosial dan budaya

 Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

 Merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa,

(7)

3-7  Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,

 Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau  Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. d) Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

 Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

 Pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

 Memiliki sumber daya alam strategis nasional

 Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa  Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau  Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. e) Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

 Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,  Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang

 Ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

 Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

 Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro  Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup  Rawan bencana alam nasional

 Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

3.2.2.

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi yaitu Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung. Beberapa arahan yang diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPIJM Kabupaten Lampung Selatan adalah:

1. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: a. Arahan pengembangan pola ruang:

 Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya

 Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan Ruang Terbuka Hijau RTH.

b. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan drainase

(8)

3-8

Gambar 3-2. Struktur Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung 2009 – 2029

3.2.3.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Berdasarkan data dan hasil analisa sebagaimana yang diuraikan pada RTRW Kabupaten Lampung Selatan, maka untuk merumuskan tujuan penataan ruang Kabupaten Lampung Selatan adalah :

“Menjadikan Kabupaten Lampung Selatan Sebagai Pintu Gerbang Provinsi Lampung

Berbasis Pertanian, Pariwisata, Industri dan Jasa”

(9)
(10)

3-10

(11)

3-11

(12)

3-12

Gambar

Gambar 3-1. Bagan Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Gambar 3-2. Struktur Ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung 2009 – 2029
Gambar 3-3. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan
Gambar 3-4. Peta Struktur Ruang Kabupaten Lampung Selatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses belajar kreatif digunakan proses berfikir divergen, yaitu proses berfikir bermacam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif penyelesaiannya, dan proses

Hal ini menarik peneliti untuk menemukan apakah peningkatan volatilitas tingkat pengembalian saham individual, penurunan korelasi antar saham individual, pengurangan

Hasil penelitian meyimpulkan bahwa kenyataan dilapangan, peroses dalam penangganan perlindungan terhadap pelaku tindak pidana anak di bawah umur yang di tangani

Angka koefisien regresi yang menunjukkan elastisitas bahan baku (b3) adalah sebesar 0,988, artinya jika bahan baku dinaikkan sebesar satu persen dan faktor lain

Adalah tersirat daripada kuasa membuat peraturan yang diberi oleh Seksyen 32(2)(iv) Akta GSA bahawa peruntukan- peruntukan KTN yang berkaitan dengan pengeluaran permit

Jadi yang perlu dicamkan adalah bahwa dalam mencari ilmu harus dengan niat yang baik sebab dengan niat itu dapat menghantarkan pada pencapaian keberhasilan.. Niat yang

hiwar qishashi di atas dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) sudah layak digunakan untuk uji coba sebab skor masing-masing komponen yang merupakan

aluminosilikat lainnya atau polimorf silika dengan adanya perubahan iklim dan suhu (Eberl, 1984, Mirabella & Egli, 2003, Metwally & Chesnokov, 2012). Pada