• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINSTIFIK TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINSTIFIK TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

12

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

DENGAN PENDEKATAN SAINSTIFIK TERHADAP

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

Rini Meilani1, Hunaepi2, Baiq Mirawati3

Jurusan Pendidikan Biologi1, Fakultas Pendidikan Matematikan Dan IPA2

e-mail : rinim719@gmail.com

Abstract: This study aims to determine the effect of problem-based learning model with a scientific approach to critical thinking skills of students of class X Islam High School Al-Ma'arif Pandan Indah T.A 2016/2017. The type of research used is quasi experiment (quasi experiment) with research design used is Non equivalent control group design. The population in this study were all students of class X SMA Islam Al-Maarif Pandan. The sample used in the study consisted of two classes taken using non probability sampling technique that is class XA as experiment class, and class XB as control class. Technique of collecting data of RPP implementation using observation sheet and students' critical thinking skill is measured using test of description which has been validated by 2 expert experts. Data analysis of critical thinking skill done with t-test is obtained that t-count = 2.58> 2.042, so Ho is rejected and Ha accepted. Based on the research results can be concluded that the problem-based learning model with the approach significantly affects the critical thinking skills of students.

Keywords: Problematic Learning, Scientific Approach, Critical Thinking Skills.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan sainstifik terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas X SMA Islam Al-Ma’arif Pandan Indah T.A 2016/2017. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experiment (eksperimen semu) dengan design penelitian yang digunakan adalah Non equivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Islam Al-Maarif Pandan. Sampel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua kelas yang diambil dengan menggunakan teknik non probability sampling yaitu kelas XA sebagai kelas eksperimen, dan kelas XB sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data keterlaksanaan RPP menggunakan lembar observasi dan keterampilan berpikir kritis siswa diukur menggunakan tes soal uraian yang telah di validasi oleh 2 ahli pakar. Analisis data keterampilan berpikir kritis yang dilakukan dengan Uji-t diperoleh bahwa t-hitung=2,58>2,042, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.

Kata kunci: Pembelajaran Berbais Masalah, Pendekatan Sainstifik, Keterampilan Berpikir Kritis.

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan kegiatan yang mempunyai tujuan, yaitu membelajarkan siswa untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh pengembangan minat peserta didik dalam mencari ilmu pengetahuan secara mandiri. Kepiawaian guru dalam menumbuhkan minat peserta didik untuk menggali ilmu secara mandiri ini sangat penting dibandingkan transfer ilmu yang diperoleh murid dari guru secara langsung. (BSNP 2010)

IPA (Biologi) sebagai salah satu ilmu yang memiliki nilai positif menuntut siswa untuk berpikir kritis. Berpikir kritis sangat

penting dalam mempelajari biologi karena berpikir kritis mencakup seluruh proses mendapatkan, membandingkan, menganalisis, mengevaluasi, dan bertindak malampaui ilmu pengetahuan dan nilai-nilai. (Menurut Liliasari 2013) Kemampuan berpikir kritis adalah salah satu tujuan pendidikan nasional yang sangat penting dalam pendidikan dan berfungsi disegala aspeks kehidupan. Tetapi kemampuan ini terkadang tidak berkembang dengan baik, maka perlu adanya metode yang mampu mengembangkan keterampilam berpikir kritis dalam pembelajaran biologi. Salah satunya dengan kegiatan ilmiah, karena kegiatan ilmiah membantu siswa untuk memahami suatu kejadian, melihat suatu kejadian lebih rinci dari

(2)

2

sebelumnya dan setelah itu mengingat kejadian tersebut.

Namun kenyataan dilapangan bahwa kondisi pembelajaran biologi pada umumnya tidak diberlakukan atau diajarkan sesuai dengan hakikat yang dimiliki, tetapi lebih kepada bagaimana mentranfer ilmu pengetahuan saja. Hal ini yang menyebabkan terjadinya kesenjangan ataupun ketimpangan yang terjadi dalam pendidikan biologi, sehingga hasil yang diinginkan tidak sesuai harapan. (Djamarah, 2012).

Permasalahan tersebut selaras dengan hasil observasi di SMA islam Al-ma’arif pandan indah bahwa pembelajaran biologi yang dilakukan guru dikelas masih dominan dengan metode ceramah, belum menggunakan variasi model pembelajaran lainnya serta kurang memberikan gambaran yang nyata kepada siswa terkait materi yang sedang diajarkan. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya minat siswa untuk belajar, sebagian besar siswa menggangap biologi sebagai ilmu hafalan yang hanya diperoleh dari buku referensi saja dan tidak berdasarkan proses ilmiah. Sehingga siswa kurang mampu memecahkan permasalah pembelajaran yang mengasah keterampilan berpikir kritis dan logis.

Upaya dalam menghadapi permasalahan diatas yaitu butuh suatu inovasi model pembelajaran yang efektif, yang dapat melatih keterampilan berpikir siswa. Salah satu solusi yang dapat digunakan yaitu guru harus memberikan model pembelajaran yang sifatnya berpusat kepada siswa. Dalam hal ini model pembelajaran yang digunakan untuk mengurangi berbagai permasalahan di atas yaitu dengan menerapkan pembelajaran

berbasis masalah dengan pendekatan sainstifik terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Sehingga berdasarkan uraian diatas dilakukan penelitian berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pendekatan Sainstific Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment (eksperimen semu). Penelitian eksperimen semu adalah penelitian yang bertujuan mencari hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat, dengan menggunakan dua kelompok perlakuan (Sugiyono,2007).

Pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kualitatif. pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data berupa diskripsi atau bahasa. Sedangkan pendekatan kuantitatif adalah data penelitian berupa angka-angka dan anlisis yang menggunakan statistik.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non equivalent kontrol group design, pada desain ini kelompok eksperiment maupun kelompok control tidak dipilih secara random. dalam penelitian ini kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran konvensional. Selanjutnya dua kelompok yang ada diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan, dan akhir diberikan posttest.

Tabel 1. Desain Penelitian non equivalent kontrol group design

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 Xa O2

Kontrol O3 Xb O4

Penelitian eksperimen ini melibatkan dua variable yaitu variable bebas dan variable terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan sainstifik. Sedangkan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis siswa.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Islam Al-Ma’arif Pandan Indah Tahun Pelajaran 2016/2017, yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah siswa 36 siswa. Secara rinci jumlah populasi dapat dilihat pada Tabel 2.

(3)

2

Tabel 2. Jumlah Populasi Siswa Kelas X SMA Islam Al-Ma’arif Pandan Indah tahun pelajaran 2016/2017 No Kelas Jumlah Siswa 1 Kelas X A 18 2 Kelas X B 18 Jumlah rata-rata 36

Penentuan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2014). Sehingga sebagai sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Islam Al-Ma’arif Pandan Indah Tahun Pelajaran 2016/2017.

Instrumen Penelitian yang digunakan adalah Lembar observasi keterlaksanaan RPP merupakan serangkaian jenis kegiatan yang telah dirancang oleh penelitian yang akan diamati pada saat pembelajaran. Tes keterampilan berpikir kritis meliputi soal-soal yang terdiri dari lima soal uraian. Lembar validasi soal yang dimaksud adalah validasi

soal dengan menggunakan lembar validasi yang dilakukan oleh dua orang ahli pakar.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik keterlaksanaan pembelajaran (RPP) yaitu observasi yang dilakukan oleh obsever selama proses pembelajaran berlangsung. Teknik tes keterampilan berpikir kritis siswa diberikan sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran, soal pretest diberikan kepada siswa sebelum proses pembelajaran dan soal posttest diberikan setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Teknik validasi soal keterampilan berpikir kritis yang disusun peneliti diberikan kepada dua ahli pakar. Validator memvalidasi soal layak atau tidaknya soal tersebut digunakan.

Teknik analisis data dalam penelitian ini berupa data keterlaksanaan (RPP) hanya sebagai data pendukung untuk memberikan informasi bahwa peneliti ini banar-benar sudah terlaksana sesuai dengan rencana .

% keterlaksanaan PMB = ∑𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎

∑𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑥 100%

Tabel 3. Kriteria keterlaksanaan proses pembelajaran Persentasi (%) Kategori 90% - 100 % Sangat Baik 80% - 89% Baik 75% - 79% Cukup Baik 65% - 69% Kurang Baik

< 55 % Sangat Kurang Baik Sumber: (Slameto, 2010)

Analisi data validasi soal diperoleh berdasarkan penilaian ahli pakar terhadap soal yang disusun oleh peneliti sendiri melalui lembar validasi soal.

Tabel 4. pedoman konversi kualifikasi validitas soal No soal Uji valid butir soal keterangan 1 Valid pakai

2 Invalid Tidak layak pakai Analisis data keterampilan berpikir kritis untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa dilihat dari skor yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal tes berpikir kritis yang mencerminkan indikator-indikator keterampilan berpikir kritis dikategorikan berdasarkan presentase skor perolehan siswa.

Adapun pengklasifikasian tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Klasifikasi keterampilan berpikir kritis siswa berdasarkan presentase perolehan siswa.

Presentase (%) Kategori 76 – 100 Sangat kritis 56 – 75 Kritis 40 – 55 Cukup kritis 0 – 39 Kurang kritis Sumber: (Arikunto, 2006)

Adapun rumus yang digunakan untuk mengkategorikan keterampilan berpikir kritis siswa digunakan rumus sebagai berikut:

Nilai =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100 Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah ada data posttest atau kemampuan akhir siswa pada kedua kelas berasal dari populasi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan rumus Chi-kuadrat

k i h h

f

f

f

x

1 2 0 2 Keterangan 2

x

= Chi-kuadrat 0

(4)

2

h

f

= frekuensi yang diharapkan

k

= banyaknya kelas interval

Penguji normalitas dengan Chi-kuadrat memiliki kriteria pengujian, jika X2 hitung ≤ x2 tabel pada taraf signifikan 5% maka distribusi data nilai hasil belajar (posttes) dinyatakan berdistribusi secara normal sedangkan jika x2

hitung ≥ x2 tabel maka dinyatakan tidak terdistribusi secara normal.

Uji Homogenitas untuk mengetahui apakah kedua data yang digunakan dalam penelitian ini homogen atau tidak homogen. Pengujian homogenitas menggunakan uji-F dengan rumus sebagai berikut:

F = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Data homogen jika Fhitung<Ftabel pada taraf segnifikan 5% Varians dicari dengan persamaan sebagai berikut :

S2 = ∑(𝑥−𝑥)2

̅

𝑛−1 Keterangan :

F = Indeks homogenitas yang dicari S2 = Varians

X = Nilai siswa

𝑋̅ = Nilai rata-rata siswa

X - 𝑋̅ = Nilai siswa – nilai rata-rata siswa N = Jumlah siswa

Uji Hipotesis (uji-t) untuk membuktikan signifikasi perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, perlu diuji secara statistik dengan t-tes berkorelasi (related). Rumus yang digunakan adalah

              2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 n n n n n n x x t

s

s

Keterangan 1

x

= Nilai rata-rata kelompok eksperimen

2

x

= Nilai rata-rata kelompok control

s

12= Standar deviasi nilai kelompok

eksperimen

s

22= Standar deviasi nilai kelompok kontrol

1

n

= jumlah siswa dalam kelompok eksperimen

2

n

= jumlah siswa dalam kelompok kontrol Dengan ketentuan jika thitung > ttabel maka hipotesis Ha diterima dan Ho ditolak jika thitung < ttabel maka hipotesis nol (Ho) diterima dan Ha ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Islam Al-Maarif Panan Indah yang berlangsung pada bulan mei-juli di kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2016-2017 dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas XA dan kelas XB. Kedua kelas diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda, dimana pada kelas eksperimen (XA) diajarkan dengan menggunakan model pembelejaran berbasis masalah dengan pendekatan sainstifik sedangkan kelas kontrol (XB)diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (ceramah). Berikut deskripsi data hasil penelitian yang telah dilaksanakan:

Tabel 6. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran pada Kelas Eksperiment dan Kelas Kontrol.

Keterlaksanaan pembelajaran Kelas eksperimen Kelas control Per I Per II PerI Per II

Jumlah aspek direncanakan 15 14 15 15

Jumlah langkah pembelajaran yang terlaksana 12 11 13 14 Jumlah langkah pembelajaran yang tidak

terlaksana

3 2 2 1

Persentase ketercapaian 80% 86% 87% 93%

Kategori Baik Baik Baik Sangat baik

Tabel 6 diatas menunjukan bahwa persentase keterlaksanaan RPP kelas

(5)

2

eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas control.

Data hasil keterampilan berpikir kritis terdapat data hasil pretest dan posttest.

Berdasarkan data hasil penelitian nilai Pretest dan nilai Posttest siswa kelas control dan kelas ekperimen menggunakan tes uraian untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. Tabel 7. Hasil Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas

Ekperimen dan Kontrol

Kelas Pretest Ket Posttest Ket

max min Rata-rata

Max min Rata-rata

Eksperimen 65 35 48 Cukup kritis 85 65 74 Kritis Kontrol 60 35 47 Cukup kritis 80 55 68 Kritis

Berdasarkan data pada tabel di atas terdapat perbedaan sebelum dan sesudah pembelajaran, dengan masing-masing kategori pada kelas control dan kelas eksperimen.

Hasil keterampilan berpikir kritis siswa tiap indikator yang digunakan yaitu untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tiap-tiap indikator dalam keterampilan berpikir

kritis siswa.

Tabel 8. Hasil Rata-Rata Tiap Indikator Keterampilan Berpikir Kritis No Indikator Keterampilan Berpikir

Kritis

Skor ideal

Rata-Rata Skor/Indikator Soal Kelas eksperimen Kelas kontrol

𝑥̅ % 𝑥̅ %

1 Memberikan penjelasan sederhana

4 3,44 86 3,11 78

2 Membangun keterampilan dasar 4 3,28 82 3,05 76 3 Membuat penjelasan lebih lanjut 3 2,38 79 2,33 78

4 Strategi dan taktik 3 2,5 83 2,55 85

5 Kesimpulan 4 3,1 78 2,5 63

Total skor 18 14,7 82 13,54 75

Pada tabel diatas rata-rata skor siswa untuk setiap kelas indikator mengalami peningkatan yang signifikan. Data tersebut menunjukan bahwa pada kelas eksperimen nilai rata-rata tiap indikator sebesar 14,7 dengan persentase 82% dikategorikan sangat kritis. Sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata

tiap indikator sebesar 13,54 dengan persentase 75% dapat digolongkan kategori kritis.

Data hasil uji normalitas bermaksud untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak.. Berikut hasil uji normalitas pada taraf signifikan 5% dapat dilihat pada

tabel 4.4.

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kontrol

Variable Jumlah siswa (N)

𝟐

hitung 𝟐tabel Keterangan

Eksperimen 18 1,77 7,815 Normal

Kontrol 18 2,46 9,488 Normal

Data hasil uji homogenitas yang bertujuan untuk mengetahui seragam tidaknya variasi sampel-sampel yang diambil dari

populasi yang sama. Hasil perhitungan uji homogenitas postest kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel

Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol.

Kelas Varians (S2) F

hitung Ftabel Keterangan

(6)

2

Kontrol 44,53 Homogen

Berdasarkan data di atas diperoleh Fhitung = 1,04 sedangkan Ftabel= 2,29 pada taraf

signifikan 5% dengan dk pembilang (18-1) = 17 dan dk penyebut (18-1) = 17. Berdasarkan kriteria yang ada, jika FhitungFtabel maka

sampel tersebut homogen. Hal ini berarti kedua kelas homogen.

Data hasil uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji statistik parametrik yaitu uji t. Data yag diperoleh terdapat pada tabel

Tabel 11. Hasil Uji Hipotesis Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kontrol Sampel Thitung Ttabel Keputusan

Kelas Eksperimen

2,58 2,042 H0 ditolak Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil perhitungan secara statistik diperoleh bahwa nilai thitung = 2,58 sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = n1+n2-2 = 34 adalah 2,042. Karena nilai thitung> ttabel (2,58 ≥ 2,042) maka dikatakan bahwa hipotesis nol (H0) di tolak dan hipotesis alternativ (Ha) diterima, itu berarti “Ada pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan sainstifik terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang dilaksanakan sebagai upaya untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan sainstifik terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah ini merupakan inovasi dalam pembelajaran yang mencirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai suatu kontek pembelajaran karena dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran RPP dilakukan oleh dua orang observer dengan memberikan ceklist pada aspek yang terlaksana. aktivitas kegiatan belajar mengajar guru maupun siswa dan juga digunakan sebagai indikator keterlaksaan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian dari observasi tersebut didapatkan bahwa keterlaksanaan RPP kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, yaitu dilihat dari persentase keterlaksanaan RPP pada kelas eksperimen pertemuan pertama dikategori baik. Pada pertemuan kedua mengalami peningkatan digolongkan dalam kategori sangat baik.

Sedangkan pada kelas kontrol pada pertemuan pertama dan pertemuan ke dua digolongkan dalam ketegori baik. Tingginya nilai persentase kelas eksperimen disebabkan oleh aktivitas guru dengan model pembelajaran yang diterapkannya. Pada kelas eksperimen guru menerapkan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam masalah kehidupan nyata sebagai suatu konteks pembelajaran sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah, dimana dengan model ini siswa dituntut untuk lebih aktif yang dikembangkan dengan pendekatan sainstifik untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif. Model pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri membantu siswa mencapai keterampilan mengarah diri dan mengasah siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Hastuti (2014) hasil penelitian mengatakan bahwa pembelajaran biologi yang berpusat pada siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisifasi aktif dalam pembelajaran dimana siswa mampu mengkontruksi sendiri pengetahuannya sehingga lebih dominan dalam pembelajaran.

Nilai rata-rata hasil keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen nilai rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa dikategorikan kritis, sedangkan nilai rata-rata pada kelas kontrol dikategorikan cukup kritis. Terdapatnya perbedaan nilai rata-rata kelas eksperimen dengan kelas kontrol tersebut dikarenakan adanya beberapa faktor penyebab. Hal yang menyebabkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi adalah proses pembelajaran dikelas, proses pembelajaran

(7)

2

tersebut diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran yang berbasis masalah adalah pembelajaran yang berpusat kepada siswa yang melibatkan aktivitas siswa dalam melakukan pemecahan masalah terhadap suatu permasalahan dan belajar mandiri melalui keterlibatan mereka dalam mengeksplorasi dunia nyata. Sehingga dapat mendorong siswa belajar mengembangkan keterampilan berpikir. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah, siswa masih pasif saat pembelajaran berlangsung karena pembelajaran berpusat pada guru. aktivitas siswa pada kelas kontrol hanya mencatat penjelasan guru dan tidak menemukan konsep melalui pengalaman langsung. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dinnandar (2014) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis masalah efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa, ketika pemecahan masalah digunakan sebagai konteks dalam matematika, fokus kegiatan belajar sepenuhnya berada pada siswa yaitu menemukan solusi dari suatu masalahan matematika.

Hal ini dapat dibuktikan melalui hasil analisis dari uji t yang telah dilakukan yakni diperoleh bahwa nilai thitung = 2,58 sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = 2,042. Karena nilai thitung> ttabel (2,58 ≥ 2,042) Berdasarkan uji hipotesis, didapatkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan sainstifik berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Keterampilan berpikir kritis siswa diperoleh

dari hasil belajar siswa setelah diajarkan dengan model pembelajaran Berbasis masalah dengan pendekatan Sainstifik memperoleh rata-rata persentase nilai Pretest sebesar 48% dengan kategori cukup kritis dan mengalami peningktan pada nilai Posttest sebesar 74% dengan kategori kritis.

2. Model pembelajaran Berbasis masalah dengan pendekatan Sainstifik berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas X SMA Islam Al-Ma’arif Pandan Indah Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai thitung = 3,58 sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = n1+n2-2 = 34 adalah 2,042. Karena nilai thitung> ttabel (2,58 ≥ 2,042) maka dikatakan bahwa hipotesis nol (H0) di tolak dan hipotesis alternativ (Ha) diterima.

Saran

1. Guru IPA Biologi harus dapat menerapkan penggunaan model pembelajaran barbasis masalah (PBM) dengan pendekatan sainstifik sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Adapun bagi para peneliti yang akan mengadakan penelitian tentang model pembelajaran berbasis masalah (PBM) ini dapat lebih optimal agar keterampilan berpikir kritis siswa lebih ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

BSNP. 2010. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Liliasari. (2013). Berpikir Kompleks dan

Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Makasar: badan Penerbit UNM Djamarah & Zein. (2012). Strategi belajar

mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, 2006. Prosedur penelitian suatu

pendekatan praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Hastuti. (2015) Penerapan model problem

based learning (PBL)

berbasisscientific approach untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas X Di SMA Negeri 2 Banguntapan T.A 2014/2015.

Dinandar. (2014) pengaruh model pembelajaran berbasis masalah (PBM) terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa di smk dharma karya Jakarta

Gambar

Tabel 6. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran pada Kelas Eksperiment     dan Kelas Kontrol
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen     dan Kontrol
Tabel 11. Hasil Uji Hipotesis Keterampilan Berpikir Kritis Kelas  Eksperimen dan Kontrol  Sampel  T hitung  T tabel Keputusan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan ulasan diatas, penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis kondisi Objek dan Daya Tarik Wisata Umbul Ponggok dilihat dalam hal atraksi, amenitas dan

Pada hari pertama, perlakuan dendeng lumat ikan nila dengan menggunakan anti kapang lidah buaya telah memiliki jumlah kapang yang lebih rendah dibandingkan dengan

l-{asil analisis residu insektisida klorpirifos dalam tubuh ikan nila dan air untuk setiap waktu dedah dapat terlihat pada Tabel 3.. Waktu dedah (hari) Expostre time

Rancangan pengelolaan persediaan bahan baku dengan pendekatan just in time dilakukan dengan perancangan sistem pengiriman milk run, pembuatan rencana persediaan dan

Menganalisis hasil dan pembahasan Hasil-hasil pengolahan data yang dibahas pada tahap ini antara lain hasil pengukuran waktu kerja, hasil perhitungan RCCP, hasil analisis

Konduksi termal merupakan suatu fenomena transport dimana perbedaan temperatur menyebabakan transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang lain dari

bosan saat mendapatkan materi atau soal yang di berikan oleh guru, saat sudah mulai bosan konseli akan sibuk sendiri dengan kegiatannya, sering mengobrol bahkan bermain

Kegiatan inti pada siklus II, menekankan aktivitas peserta didik dalam menggunakan media roda pintar secara berkelompok. Guru menjelaskan sedikit mengenai media