• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Acuan Kerja EKOWISATA TWA BUKIT KABA BERBASIS MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kerangka Acuan Kerja EKOWISATA TWA BUKIT KABA BERBASIS MASYARAKAT"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA ACUAN KERJA 1

KERANGKA ACUAN PROGRAM ROLE MODEL 2018

EKOWISATA

TWA BUKIT KABA BERBASIS MASYARAKAT

PELAYANAN WISATA SATU ATAP JALAN WISATA MENUJU PUNCAK FESTIVAL BUKIT KABA 2018 WISATA KULINER LOKAL ASURANSI PENGUNJU NG

DESA SUMBER URIP KECAMATAN SELUPU REJANG KABUPATEN REJANG LEBONG

Kerangka Acuan Kerja Ini disusun secara partisipatif

Bersama Masyarakat Desa Sumber Urip dalam FGD yang

dilaksanakan pada tanggal 5 September 2017

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM BENGKULU

(2)

KERANGKA ACUAN KERJA 2 KERANGKA ACUAN KERJA

ROLE MODEL

BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM BENGKULU

1.Judul Role Model : Ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis Masyarakat

2.Pemrakarsa Role Model

2.1.Kementerian/Lembaga 2.2.Unit KerjaEselon I 2.3.Satuan Kerja : : :

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal KSDAE

Balai KSDA Bengkulu

3.Durasi Pelaksanaan : 12 bulan (Tahun 2018)

4.Lokasi : Taman Wisata Alam Bukit Kaba dan Desa Sumber Urip Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.

5.Gambaran Umum Role Model

5.1.Latar Belakang

Taman Wisata Alam Bukit Kaba berada di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Berdasarakan SK penetapan kawasan SK Menhut No. 3981/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 23 Mei 2014, Luas kawasan TWA Bukit Kaba adalah 14.650,51 Ha. Kawasan ini dapat diakses dengan waktu tempuh ± 4 jam perjalanan darat dari Kota Bengkulu, atau sekitar 30 menit dari pusat Kota Curup, Rejang Lebong.

Taman Wisata Alam Bukit Kaba memiliki potensi wisata alam yang relative tinggi. Feature utama wisata TWA Bukit Kaba adalah area sekitar puncak Gunung Kaba. Terdapat beberapa kawah di sekitar Puncak Gunung Kaba yang dapat dikunjungi. Selain itu, potensi keanekaragaman hayati dan nilai sosial budaya juga menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung ke kawasan ini. Pengunjung didominasi oleh wisatawan domestik. Berdasarkan asal pengunjung, kunjungan didominasi oleh wisatawan yang berasal dari Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan, terutama kabupaten Lubuk Linggau.

Jalur utama menuju puncak Bukit Kaba adalah melalui Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong. Desa ini berjarak 8 km dari kecamatan, 17 km dari kabupaten, dan 100 km dari provinsi. Dengan

(3)

KERANGKA ACUAN KERJA 3 menggunakan kendaraan bermotor, desa ini dapat ditempuh selama 15 menit dari kecamatan, 30 menit dari kabupaten, dan 4 jam dari ibukota provinsi.

Desa ini memiliki luas 650 ha. Penggunaan lahan yang dominan adalah perkebunan dengan luas 589 ha. Dari total 545 KK penduduk desa Sumber Urip, 394 KK diantaranya memiliki lahan antara 1 – 5 Ha. Terdapat 131 KK yang memiliki lahan kurang dari 1 Ha dan hanya 20 KK yang tidak memiliki lahan. Berdasarkan profil desa, terdapat 20 orang yang mengusahakan hasil hutan madu. Produk yang dihasilkan mencapai 600 liter per tahun.

Beberapa hal yang akan menjadi keunggulan komparatif TWA Bukit Kaba Bagian Desa Sumber Urip adalah:

a. Kawasan ini memiliki area dimana hutan hujan tropis khas pegunungan masih tumbuh dalam kondisi baik.

b. Tingginya nilai keanekaragaman hayati dengan beragam spesies dan komunitas flora fauna yang mungkin tidak dapat ditemui ditempat lain di Bengkulu termasuk jenis- jenis dilindungi dan terancam punah

c. Bernilai kultural tinggi berkaitan dengan tradisi spiritual nazar bagi masyarakat sekitar kawasan

d. Aksesibilitas menuju batas kawasan melalui Desa Sumber Urip cukup baik.

Untuk mengoptimalkan pengelolaan fungsi kawasan, upaya optimalisasi potensi TWA Bukit Kaba perlu mendapatkan intervensi lebih kuat. Intervensi pengelolaan yang dilakukan harus dilakukan Bersama masyarakat guna memastikan pelaksanaan program dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar kawasan. Oleh Karena itu, program optimalisasi pengelolaan ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis masyarakat Desa Sumber Urip perlu segera diwujudkan.

5.2.Tujuan

Dengan horizon waktu satu tahun, terdapat dua tujuan program role model ini yaitu:

1. Peningkatan efektivitas pengelolaan wisata TWA Bukit Kaba

2. Peningkatan jumlah penerima manfaat langsung pengelolaan ekowisata TWA Bukit Kaba

5.3.Kondisi Saat ini

Tingginyanya potensi kepariwisataan alam TWA Bukit Kaba belum dapat dikapitalisasi untuk mewujudkan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya lemahnya

(4)

KERANGKA ACUAN KERJA 4 keterlibatan masyarakat, minimnya sarana prasarana yang memadai, serta kurangnya promosi wisata.

Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata TWA Bukit Kaba masih cukup minim. Saat ini peran sekelompok masyarakat terbatas pada perbantuan dalam pengelolaan pos tiket masuk kawasan. Masih banyak ruang bagi masyarakat untuk terlibat aktif dalam pengelolaan wisata Bukit Kaba.

Sarana prasarana yang tersedia belum memadai untuk menghadirkan kualitas pelayanan wisata yang baik. Fasilitas penunjang kenyamanan pengunjung seperti gedung informasi, penunjuk jalur wisata, serta sanitasi belum memadai. Selain itu, fasilitas penunjang keselamata pengunjung pun belum tersedia di TWA Bukit Kaba. Tingginya potensi wisata serta posisi strategis kawasan di utara Bengkulu belum dipromosikan dengan cukup massif. Upaya promosi yang saat ini dilakukan masih dalam lingkup local dan terbatas. Dibutuhkan promosi wisata yang lebih kreatif dan massive untuk mengundang minat pengunjung yang lebih besar.

5.4.Peta Lokasi

Program role model Ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis Masyarakat akan dilaksanakan di Blok Pemanfaatan TWA Bukit Kaba yang berbatasan dengan Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Peta lokasi pelaksanaan program tersaji pada Gambar 1.

5.5.Kondisi yang diinginkan

Pada tahun 2018, kondisi yang diinginkan dari pengelolaan TWA Bukit Kaba adalah:

a. Pengelolaan pariwisata alam yang optimal

b. Masyarakat sekitar mendapat maanfaat langsung dari keberadaan kawasan. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat memperluas jaringan penerima diantaranya:

1. Balai KSDA Bengkulu dan Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong dalam bentuk PNBP dan penerimaan lain dari multiplier effect dari kegiatan pariwisata antara lain lapangan pekerjaan

2. Masyarakat lokal berupa kesempatan membuka usaha di berbagai sektor wisata alam (antara lain homestay, porter, jasa informasi pariwisata, jasa pramu wisata (interpreter dan pemandu), jasa transportasi, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman dan jasa cinderamata)

3. Masyarakat umum sebagai pengunjung/wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara

(5)

KERANGKA ACUAN KERJA 5 Gambar 1. Peta lokasi pelaksanaan program role model ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis Masyarakat

6.Keterkaitan dengan RENSTRA DITJEN KSDAE 2015-2019 dan/atau RKP 2018

Program Role Model Ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis Masyarakat sejalan (in line) dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, Renstra Kemenlhk 2015-2019 dan Renstra Ditjen KSDAE 2015-2019. Dalam konteks program nasional, program role model ini mendukung dua prioritas nasional dalam RKP 2018, yaitu Pengembangan Pariwisata dan Pembangunan Wilayah. Program role model ekowisata ini juga mendukung pencapaian sasaran program Kementerian bidang KSDAE yaitu (a) Peningkatan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati dan (b) Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati.

Selain itu, pelaksanaan role model ini akan mendukung pencapaian 6 IKK Ditjen KSDAE 2015-2019. Beberapa Indikator Kinerja Kegiatan yang akan didukung diantaranya adalah (a) Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan nusantara dan (b) Jumlah desa di daerah penyangga kawasan konservasi yang dibina sebanyak 77 Desa selama 5 tahun. Hubungan keterkaitan

(6)

KERANGKA ACUAN KERJA 6 program role model dengan rencana kerja pemerintah Tahun 2018, Renstra Kementerian LHK, dan renstra Ditjen KSDAE 2015-2019 tersaji dalam Tabel 1.

(7)

KERANGKA ACUAN KERJA 7

Tabel 1. Matriks Keterkaitan Program Role Model dengan Program Prioritas Nasional, Sasaran Strategis Kementerian LHK dan IKK Ditjen KSDAE

No. Program Role

Model Pembangunan Prioritas Nasional /Bidang

(RKP 2018)

Sasaran Strategis

KemenLHK Sasaran Program Ditjen KSDAE Ditjen KSDAE Kegiatan Ditjen KSDAE IKK

1 Ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis Masyarakat

Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata

Menjaga luasan dan fungsi hutan untuk menopang kehidupan, menyediakan hutan untuk kegiatan sosial, ekonomi rakyat, dan menjaga jumlah dan jenis flora dan fauna serta endangered species (SS2)

Peningkatan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati (SP2) Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi (K4)

1. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan

konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan mancanegara

2. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan

konservasi minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan nusantara Pengembangan

wilayah Menjaga keseimbangan ekosistem dan keberadaan SDA untuk

kelangsungan kehidupan, menjaga DAS dan sumber mata air serta menjaga daya dukung fisik ruang wilayah serta kualitasnya (SS3)

Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati (SP1) Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (K1)

1. Jumlah paket data dan informasi

kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 521 KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia

2. Jumlah KPHK pada kawasan konservasi

non taman nasional yang operasional sebanyak 100 Unit KPHK

3. Jumlah kerjasama pembangunan

strategis dan kerjasama penguatan fungsi pada kawasan konservasi sebanyak 100 PKS

Pengelolaan Kawasan Konservasi (K2)

1. Jumlah desa di daerah penyangga

kawasan konservasi yang dibina sebanyak 77 Desa selama 5 tahun

(8)

KERANGKA ACUAN KERJA 8 7.Indikator Pencapaian Proyek

Terdapat beberapa output, outcome dan impact yang diharapkan dari program role model ekowisata TWA Bukit Kaba berbasis masyarakat seperti yang tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2. Outputs, outcomes, dan impacts yang diharapkan dari program role model.

Output/ Outcome/

Impact

Uraian Kriteria Keberhasilan Indikator

Output Peningkatan pelayanan pengunjung

Terbangunnya pusat layanan pengunjung

Satu unit Visitor center terbangun Penyediaan asuransi

pengunjung

Terjalinnya PKS dengan penyedia jasa suransi

Terbentuknya Tim SAR Terbitnya SK Tim SAR Beroperasionalnya posko wisata Terbitnya SK Personil Posko Peningkatan fasilitas

(sarana prasarana) wisata

Terbangunnya jalan wisata menuju puncak Bukit Kaba

1.PKS dengan Pemda Rejang Lebong

2.Terbangunnya jalan menuju puncak Bukit Kaba

Tersedianya fasilitas sanitasi yang memadai

Terbangunnya 2 Unit Toilet Tersedianya sarana penunjang

keselamatan dan SAR

Tersedianya 1 paket Sarpras SAR Terselenggaranya

kegiatan promosi wisata kawasan konservasi

Terselenggaranya Festival Bukit Kaba

Terselenggara Festival Bukit Kaba Tersebarnya informasi wisata

TWA Bukit Kaba melalui berbagai media

Terdistribusinyanya pamphlet dan leaflet informasi wisata

Terpublikasinya informasi wisata melalui media sosial

Pembentukan kelembagaan kolaboratif pengelola ekowisata TWA Bukit Kaba

Terbentuknya kelembagaan kolaboratif pengelola ekowisata TWA Bukit Kaba

Terbitnya SK Kepala Balai tentang lembaga pengelola

Meningkatnya kapasitas lembaga pengelola ekowisata

Terselenggaranya pelatihan dengan jumlah peserta 30 orang

Penyediaan alternatif mata pencaharian sector wisata

Teridentifikasinya produk dan jasa wisata berbasis masyarakat

Produk dan jasa teridentifikasi Terbentuknya

kelompok-kelompok penyedia produk dan jasa wisata

Terbitnya SK Kepala Desa tentang kelompok penyedia produk dan jasa Outcome Peningkatan

efektivitas

Peningkatan jumlah pengunjung Jumlah pengunjung meningkat 100% dari baseline tahun 2017.

(9)

KERANGKA ACUAN KERJA 9

pengelolaan wisata TWA Bukit Kaba

Peningkatan jumlah penerimaan negara bukan pajak (PNBP) wisata

Jumlah PNBP meningkat 50% dari baseline 2017

Peningkatan jumlah penerima manfaat pengelolaan ekowisata

Peningkatan jumlah anggota kelompok penerima manfaat

Jumlah anggota kelompok meningkat 100% dari baseline tahun 2016.

Peningkatan manfaat ekonomi Kontribusi usaha ekowisata terhadap pendapatan tahunan meningkat 30%.

Kondisi nilai penting kawasan tetap terjaga

Kondisi tutupan lahan pada blok pemanfaatan tetap terjaga

tutupan lahan pada blok pemanfaatan tetap terjaga Impact Penguatan nilai

strategis kawasan konservasi dalam aspek ekologi, social ekonomi dalam konteks pembangunan regional

Peningkatan persepsi positif publik terhadap kawasan

Peningkatan persepsi positif publik terhadap kawasan

8.Analisis Role Model

8.1.Analisis Teknis

Pelaksanaan program role model ekowisata TWA Bukit Kaba didukung oleh beberapa pertimbangan teknis yang akan menjadi keunggulan komparatif TWA Bukit Kaba Bagian Desa Sumber Urip. Beberapa hal teknis tersebut adalah:

a. Kawasan ini memiliki area dimana hutan hujan tropis khas pegunungan masih tumbuh dalam kondisi baik.

b. Tingginya nilai keanekaragaman hayati dengan beragam spesies dan komunitas flora fauna yang mungkin tidak dapat ditemui ditempat lain di Bengkulu termasuk jenis- jenis dilindungi dan terancam punah

c. Bernilai kultural tinggi berkaitan dengan tradisi spiritual nazar bagi masyarakat sekitar kawasan

d. Aksesibilitas menuju batas kawasan melalui Desa Sumber Urip cukup baik.

Program penyediaan sarana prasarana yang memadai berpotensi berdampak negative terhadap nilai ekologi kawasan. Namun hal ini harus ditimbang dengan potensi kemanfaatan yang akan diperoleh dari penyediaan fasilitas penunjang wisata. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan sarana-prasarana wisata alam adalah:

a. Tidak merubah karakteristik bentang alam atau menghilangkan fungsi utamanya;

(10)

KERANGKA ACUAN KERJA 10 b. Tidak menutup/menghilangkan jalur lintas tradisional masyarakat

c. pembangunan atau terkait kegiatan lainnya tidak memotong jalur lintas satwa liar;

d. Tidak melakukan penebangan, dan dalam hal ditemui satu atau sekelompok vegetasi endemic atau yang dilindungi, agar ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat (kelestarian fungsi setempat); dan

e. Tidak diperbolehkan memasukkan/introduksi vegetasi asal luar kawasan untuk

f. Keperluan apapun, dan dalam hal ditemui keperluan vegetasi untuk pertamanan, dipenuhi melalui proses budidaya setempat

8.2.Analisis Dampak Ekonomi

Program role model ekowisata diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang positif. Sesuai dengan tujuannya, program ini akan diarahkan pada upaya peningkatan nilai manfaat atau keuntungan finansial bagi masyarakat Desa Sumber Urip. Peningkatan nilai ekonomi akan diperoleh masyarakat dari penyediaan produk dan jasa pendukung wisata. Masyarakat akan didorong untuk dapat menyediakan kebutuhan produk dan jasa secara swadaya sehingga masyarakat dapat memperoleh keuntungan maksimum.

8.3.Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan

Program role model berperkirakan akan memiliki dampak pada lingkungan sosial masyarakat Desa Sumber Urip. Salah satu program role model adalah pembentukan kelembagaan kelompok pengelola ekowisata. Pengkelompokan masyarakat akan berpotensi berdampak sosial dan menciptakan konflik horizontal. Kelompok-kelompok penyedia jasa wisata pun akan didorong untuk menciptakan spesialisasi dan profesionalisme. Namun, pengkelompokan ini juga berpotensi memicu konflik sosial. Dibutuhkan strategi dan pendekatan yang tepat untuk meminimalisasi dampak negative program role model terhadap lingkungan sosial masyarakat. Salah satu strategi yang dapat dikedepankan adalah upaya musyawarah mufakat dalam proses-prose pengambilan keputusan penting pengelolaan ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis Masyarakat.

9. Tahapan-Tahapan Pencapaian Role Model

Sasaran output, outcome dan impact program role model sebagaimana telah dijabarkan pada subbagian 7 akan diwujudkan melalui beberapa strategi dan rencana aksi. Terdapat 7 strategi yang ditetapkan untuk mewujudkan serangkaian sasaran yang telah ditetapkan, diantaranya adalah penataan kawasan (program pra-kondisi),

(11)

KERANGKA ACUAN KERJA 11 Mewujudkan pelayanan satu atap, penguatan kelembagaan kelompok masyarakat, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, Pengembangan produk wisata berbasis masyarakat local, Pembangunan sarana dan prasarana wisata, Penanganan kunjungan wisatawan, serta Promosi wisata kawasan konservasi. Masing-masing strategi pencapaian sasaran akan diikuti oleh rencana-rencana aksi. Strategi dan rencana aksi program role model ekowisata TWA bukit Kaba tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3. Strategi dan rencana aksi program role model ekowisata TWA Bukit Kaba

No Strategi Rencana Aksi

1 Penataan kawasan (Pra-kondisi)

Dilaksanakan pada akhir tahun 2017

Penyusunan blok pengelolaan kawasan Penyusunan rencana pengelolaan kawasan Penyusunan design tapak TWA Bukit Kaba

Penyusunan rencana induk kelompok masyarakat desa konservasi

2 Pelayanan satu atap (kolaborasi Bersama masyarakat)

Posko siaga wisata

Pusat layanan pengunjung 3 Penguatan kelembagaan

kelompok masyarakat Pendampingan penyuluh kehutanan Sosialisasi kelembagaan

Pelatihan pengelolaan lembaga dan administrasi 4 Peningkatan kapasitas

sumber daya manusia Pengembangan kemitraan masyarakat di sekitar KK (pelatihan/peningkatan kapasitas masyarakat)

5 Pengembangan produk wisata berbasis

masyarakat local (kuliner, homestay, souvenir)

Penyediaan sarana prasarana

Pelatihan dan peningkatan kapasitas masyarakat Pengembangan usaha ekonomi kelompok

masyarakat 6 Pembangunan sarana

dan prasarana wisata

Peningkatan kualitas jalan wisata menuju Puncak bukit kaba bekerja sama dengan Pemkab. Rejang Lebong

(12)

KERANGKA ACUAN KERJA 12 7. Penanganan kunjungan

wisatawan Penyediaan asuransi pengunjung Pembetukan Tim SAR Penyediaan sarana prasarana SAR 8. Promosi wisata kawasan

konservasi Festival bukit kaba Web-based information management system Pembuatan leaflet dan poster

Pameran tingkat nasional dan provinsi Penyusunan dan percetakan 1 paket buku

Untuk mencapai target kegiatan role model, pelaksanaan rencana aksi akan dilakukan dengan kerangka acuan kegiatan sebagai berikut:

a. Pra-kondisi

Kegiatan pra-kondisi dilakukan dengan menyusun dokumen-dokumen perencanaan penataan kawasan dan perencanaan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini mulai dilaksanakan sejak tahun 2017. Penyusunan dokumen perencanaan dilakukan dengan menyelesaikan dokumen rencana pengelolaan, bloking, dan desain tapak kawasan. Penyusunan rencana pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan dilakukan dengan menyusun rencana induk pengembangan pemberdayaan masyarakat desa.

b. Pelayanan pengunjung satu atap (kolaborasi Bersama masyarakat)

Seluruh pelayanan pengunjug akan dipusatkan pada area visitor center sebagai pusat pelayanan pengunjung. Pengunjung dapat membeli tiket masuk dan tiket kegiatan di visitor center. Selain tempat pembelian tiket, visitor center juga akan menjadi tempat dimana pengunjung akan mendapatkan informasi lengkap mengenai objek, atraksi dan paket wisata yang ada. Media yang ditampilkan akan dibuat informatif dan menarik seperti maket gunung kaba serta media audio visual lainnya. Pengelolaan pusat layanan pengunjung akan dikelola secara kolaboratif antar petugas BKSDA dan masyarakat desa Sumber Urip. c. Penguatan kelembagaan kelompok masyarakat

Sebagai salah satu outcome dari pengelolaan kawasan konservasi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan. Harapannya, peningkatan kesejateraan masyarakat akan berbanding lurus dengan peningkatan kualitas ekosistem kawasan. Peningkatan kesejahteraan juga harus dilakukaan secara berkeadilan. Hal ini dilakukan dengan memaksimalkan jumlah penerima manfaat langsung dari pengelolaan kawasan. Untuk memaksimalkan distribusi manfaat, keterlibatan masyarakat arus diwujudkan dengan keterlibatan

(13)

KERANGKA ACUAN KERJA 13 masyarakat dalam kelompok-kelompok tertentu dibandingkan per individu an sich.

Secara kelembagaan, diharapkan kelompok masyarakat ini yang akan bekerja sama dengan Balai KSDA Bengkulu dalam mengelola ekowisata TWA Bukit Kaba bagian Desa Sumber Urip. Kelembagaan dapat berbentuk BUMDES atau koperasi masyarakat. Koperasi mayarakat ke depannya, selain dapat bekerja sama dengan Balai KSDA Bengkulu, dapat juga mengajukan izin pemanfaatan pariwisata alam.

d. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia

Untuk mendukung operasionalisasi program ini, perlu didukung oleh sumber daya manusia yang cukup memadai. Upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas SDA parsonil BKSDA dan masyarakat menjadi mutlak untuk dilakukan. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan, magang dan studi banding. Peningkatan kapasitas akan dilakukan pada bidang:

1. Pelayanan wisata

2. Interpretasi nilai penting kawasan 3. Promosi dan pemasaran

4. Pengelolaan lembaga dan administrasi 5. Penguasaan Bahasa asing

e. Pengembangan dan peningkatan kualitas jalan wisata dan sarana pendukung lainnya (kolaborasi dengan Pemkab Rejang Lebong)

Saat ini sedang dilakukan proses pembahasan rencana kerjasama peningkatan jalan wisata dan pengembangan sarana pendukung lainnya antara Balai KSDA Bengkulu dan Pemkab Rejang Lebong. Jalan wisata yang dulu beraspal saat ini dalam kondis rusak. Saat ini jalan wisata hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki dan pengendara roda dua. Mengendarai motor pun harus diselingi berjalan kaki Karena jalan yang sangat rusak.

Dengan dukungan Pemkab Rejang Lebong, harapannya jalan dapat diperbaiki sehingga dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Dengan demikian, dapat dikembangkan konsep kendaraan wisata. Pengunjung dengan kendaraan dapat memarkirkan kendaraanya di batas kawasan untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju Puncak Bukit Kaba dengan kendaraan wisata. Harapannya ini akan membuka peluang baru bagi pengembangan usaha produktif masyarakat sekitar.

Selain itu, akan muncul peluang difersirikasi income bagi masyarakat dari sector jasa penyediaan lahan parkir dan penitipan kendaraan. Pengelolaan lahan parkir dapat dilakukan oleh pemerintah desa atau kelompok lainnya sesuai dengan musyawarah mufakat yang dilakukan.

(14)

KERANGKA ACUAN KERJA 14 f. Pengembangan produk wisata lainnya (Souvenir, homestay, agrowisata, kuliner)

Selain wisata utama pendakian menuju puncak Bukit Kaba, dapat juga dikembangkan beberapa produk dan jasa wisata lainnya, diantaranya adalah produksi cinderamata (souvenir), pengembangan homestay, Pengembangan agrowisata, dan Pengembangan wisata kuliner.

Dengan memproduksi cinderamata tidak hanya akan mendapat keuntungan dari penjualan, namun juga akan menciptakan peluang penyerapan tenaga kerja baru. Balai KSDA Bengkulu dapat melakukan intervensi melalui suntikan bantuan sarpras maupun pelatihan peningkatan kapasitas produksi. Konsep pengembangan homestay berbasis masyarakat akan berfungsi ganda, mengenalkan tradisi budaya masyarakat sekitar sekaligus mendapatkan keuntungan finansial. Dengan menginap di rumah-rumah penduduk (homestay), pengunjung juga akan membutuhkan jasa catering serta kebutuhan sehari-hari lainnya. Hal ini akan mendorong roda perekonomian masyarakat secara lebih luas.

Masyarakat desa Sumber Urip adalah masyarakat pekebun dengan komoditas utama tanaman holtikultura. Hal ini dapat diintegrasikan dengan paket wisata utama, baik dari segi penjualan langsung produk perkebunan ataupun penyediaan jasa wisata “petik sayur sendiri”.

Pengembangan wisata kuliner dapat dikembangkan sebagai pendukung pengembangkan konsep homestay atau dapat berdiri sendiri. Pengembangan wisata kuliner dapat difasilitasi melalui penyediaan kios-kios penjual makanan atau berbasis lahan pekarangan masyarakat.

g. Pengembangan atraksi wisata melalui penyelenggaraan Festival Bukit Kaba 2017 Sebagai media promosi dan pemasaran, serta untuk mengundang lebih banyak pengunjung, akan dilaksanakan kegiatan Festival Bukit Kaba 2017. Festival ini merupakan gelaran Perdana yang akan menjadi tonggak baru pengembangan ekowisata di TWA Bukit Kaba. Kegiatan Festival Bukit Kaba akan dimeriahkan dengan lomba lintas alam, lomba fotografi, pemilihan putri konservasi, kegiatan rembug desa sekitar kawasan, serta pagelaran seni budaya masyarakat sekitar kawasan.

h. Peningkatan layanan kunjungan

Peningkatan layanan pengunjung dilakukan dengan penyediaan asuransi, pembentukan tim SAR wisata dan pendampingan wisata. Penyediaan asuransi dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan pengunjung terhadap pengelolaan objek wisata. Pembentukan tim SAR dengan komponen utamanya adalah masyarakat sekitar kawasan. Selain itu, dilakukan juga penyediaan sarana prasarana pendukung SAR dan pelatihan SAR bagi masyarakat sekitar.

(15)

KERANGKA ACUAN KERJA 15

Tabel 4. Tata waktu tentatif pelaksanaan rencana aksi program role model ekowisata

No Rencana Aksi 2017

2018

J F M A M J J A S O N D

1 Penyusunan blok pengelolaan kawasan (prakon)

2 Penyusunan RP kawasan (prakon)

3 Penyusunan design tapak TWA Bukit Kaba (prakon)

4 Penyusunan rencana induk kelompok masyarakat desa

konservasi

5 Posko siaga wisata

6 Pusat layanan pengunjung

7 Pendampingan penyuluh kehutanan

8 Sosialisasi kelembagaan

9 Pelatihan pengelolaan lembaga dan administrasi

10 Penyediaan sarana prasarana

11 Pelatihan dan peningkatan kapasitas masyarakat

12 Pengembangan usaha ekonomi kelompok masyarakat

13 Peningkatan kualitas jalan wisata menuju Puncak bukit kaba bekerja sama dengan Pemkab. Rejang Lebong 14 Pembangunan fasilitas pendukung wisata

(16)

KERANGKA ACUAN KERJA 16

16 Pembetukan Tim SAR

17 Penyediaan sarana prasarana SAR

18 Festival bukit kaba

19 Web-based information management system

20 Pembuatan leaflet dan poster

21 Pameran tingkat nasional dan provinsi

22 Penyusunan dan percetakan 1 paket buku

(17)

KERANGKA ACUAN KERJA 17 10.Keberlanjutan Role Model

Beberapa hal yang akan dilaksanakan Balai KSDA Bengkulu untuk memastikan keberlanjutan role model di masa yang akan datang adalah:

a. Internalisasi program role model di kalangan internal Balai KSDA Bengkulu b. Memformalkan dukungan para pihak terhadap program ini dalam bentuk nota

kesepahaman dan perjanjian kerjasama

1. Pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi program role model merupakan hal

penting untuk memberikan masukan terhadap kebijakan strategis dan rencana aksi di masa yang akan datang. Tujuan monitoring dan evaluasi adalah untuk menilai efektivitas pelaksanaan strategi dan rencana aksi serta pencapaian sasaran outputs, outcome dan impact, dan agar dapat melakukan penyesuaian rencana aksi sesuai dengan kebutuhan.

Monitoring dan evaluasi akan dilaksanakan paling sedikit satu kali dalam 3 (tiga) bulan. Monitoring dan evaluasi akan dilakukan dengan menggunakan metode analisis komparatif. Analisis terhadap implementasi program role model dilakukan dua tahap, yaitu:

1. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana aksi

Monev ini untuk mengetahui pencapaian maksud dan tujuan dari masing-masing rencana aksi/kegiatan.

2. Monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian output dan outcome

Monev ini untuk mengetahui progres pencapaian output dan outcome sebagaimana indikator yang telah dijabarkan pada Bagian 7 Dokumen ini.

11.Rencana Anggaran dan Biaya Role Model

Alokasi anggaran kegiatan pencapaian pada tahun 2018 akan dibiayai oleh DIPA Balai KSDA Bengkulu, APBD Kab. Rejang Lebong serta sumber pendanaan lain yang sah. Rincian biaya program role model terlampir.

Penanggung Jawab Usulan Role Model Kepala Balai KSDA Bengkulu

Ir. Abu Bakar

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi pelaksanaan program role model ekowisata TWA Bukit Kaba  Berbasis Masyarakat
Tabel 1. Matriks Keterkaitan Program Role Model dengan Program Prioritas Nasional, Sasaran Strategis Kementerian LHK  dan IKK Ditjen KSDAE
Tabel 2. Outputs, outcomes, dan impacts yang diharapkan dari program role model.
Tabel 3. Strategi dan rencana aksi program role model ekowisata TWA Bukit Kaba
+2

Referensi

Dokumen terkait

Santo Montfort mengakui salah satu kebenaran teologis bakti ini adalah “Yesus Kristus penebus kita, sungguh Allah dan sungguh manusia, harus menjadi tujuan akhir segala bakti

Pimpinan Fakultas dan LPM, GPM menyelenggarakan rapat atau forum diskusi membahas laporan monitoring dan evaluasi serta hasil audit Internal dengan Auditi dan atau

Pemerintah #ndonesia tida+ boleh la*i menutup matanya dan diam saa melihat +ebudayaannya dia+ui oleh Ne*ara lain $aran lain dari +ami adalah pemerintah #ndonesia perlu

Pada rumusan masalah mengenai pembentukan wakamono kotoba, fungsi ujaran wakamono kotoba dan makna ujaran wakamono kotoba, setelah diterapkannya teknik simak, kemudian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut: Apakah penerapan media Virtual Laboratory

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggambarkan pelaksanaan perkawinan adat suku sabu (kenoto) di Mangili

Sebuah parti iaitu Parti Perikatan Telah berusaha untuk mendapatkan kemerdekaan pada awal tahun 1956.Ketua Menteri Persekutuan Tanah Melayu,Tunku

AMDRY 2000 terlebih dahulu dicairkan dengan suhu tmggi menggunakan arus listrik. Penyemprotan plasma dan peralatan penyemprotan Jet plasma yang dipakai plasma yang