KERANGKA ACUAN KERJA 1
KERANGKA ACUAN PROGRAM ROLE MODEL 2018
EKOWISATA
TWA BUKIT KABA BERBASIS MASYARAKAT
PELAYANAN WISATA SATU ATAP JALAN WISATA MENUJU PUNCAK FESTIVAL BUKIT KABA 2018 WISATA KULINER LOKAL ASURANSI PENGUNJU NG
DESA SUMBER URIP KECAMATAN SELUPU REJANG KABUPATEN REJANG LEBONG
Kerangka Acuan Kerja Ini disusun secara partisipatif
Bersama Masyarakat Desa Sumber Urip dalam FGD yang
dilaksanakan pada tanggal 5 September 2017
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM BENGKULU
KERANGKA ACUAN KERJA 2 KERANGKA ACUAN KERJA
ROLE MODEL
BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM BENGKULU
1.Judul Role Model : Ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis Masyarakat
2.Pemrakarsa Role Model
2.1.Kementerian/Lembaga 2.2.Unit KerjaEselon I 2.3.Satuan Kerja : : :
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal KSDAE
Balai KSDA Bengkulu
3.Durasi Pelaksanaan : 12 bulan (Tahun 2018)
4.Lokasi : Taman Wisata Alam Bukit Kaba dan Desa Sumber Urip Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.
5.Gambaran Umum Role Model
5.1.Latar Belakang
Taman Wisata Alam Bukit Kaba berada di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Berdasarakan SK penetapan kawasan SK Menhut No. 3981/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 23 Mei 2014, Luas kawasan TWA Bukit Kaba adalah 14.650,51 Ha. Kawasan ini dapat diakses dengan waktu tempuh ± 4 jam perjalanan darat dari Kota Bengkulu, atau sekitar 30 menit dari pusat Kota Curup, Rejang Lebong.
Taman Wisata Alam Bukit Kaba memiliki potensi wisata alam yang relative tinggi. Feature utama wisata TWA Bukit Kaba adalah area sekitar puncak Gunung Kaba. Terdapat beberapa kawah di sekitar Puncak Gunung Kaba yang dapat dikunjungi. Selain itu, potensi keanekaragaman hayati dan nilai sosial budaya juga menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung ke kawasan ini. Pengunjung didominasi oleh wisatawan domestik. Berdasarkan asal pengunjung, kunjungan didominasi oleh wisatawan yang berasal dari Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan, terutama kabupaten Lubuk Linggau.
Jalur utama menuju puncak Bukit Kaba adalah melalui Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong. Desa ini berjarak 8 km dari kecamatan, 17 km dari kabupaten, dan 100 km dari provinsi. Dengan
KERANGKA ACUAN KERJA 3 menggunakan kendaraan bermotor, desa ini dapat ditempuh selama 15 menit dari kecamatan, 30 menit dari kabupaten, dan 4 jam dari ibukota provinsi.
Desa ini memiliki luas 650 ha. Penggunaan lahan yang dominan adalah perkebunan dengan luas 589 ha. Dari total 545 KK penduduk desa Sumber Urip, 394 KK diantaranya memiliki lahan antara 1 – 5 Ha. Terdapat 131 KK yang memiliki lahan kurang dari 1 Ha dan hanya 20 KK yang tidak memiliki lahan. Berdasarkan profil desa, terdapat 20 orang yang mengusahakan hasil hutan madu. Produk yang dihasilkan mencapai 600 liter per tahun.
Beberapa hal yang akan menjadi keunggulan komparatif TWA Bukit Kaba Bagian Desa Sumber Urip adalah:
a. Kawasan ini memiliki area dimana hutan hujan tropis khas pegunungan masih tumbuh dalam kondisi baik.
b. Tingginya nilai keanekaragaman hayati dengan beragam spesies dan komunitas flora fauna yang mungkin tidak dapat ditemui ditempat lain di Bengkulu termasuk jenis- jenis dilindungi dan terancam punah
c. Bernilai kultural tinggi berkaitan dengan tradisi spiritual nazar bagi masyarakat sekitar kawasan
d. Aksesibilitas menuju batas kawasan melalui Desa Sumber Urip cukup baik.
Untuk mengoptimalkan pengelolaan fungsi kawasan, upaya optimalisasi potensi TWA Bukit Kaba perlu mendapatkan intervensi lebih kuat. Intervensi pengelolaan yang dilakukan harus dilakukan Bersama masyarakat guna memastikan pelaksanaan program dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar kawasan. Oleh Karena itu, program optimalisasi pengelolaan ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis masyarakat Desa Sumber Urip perlu segera diwujudkan.
5.2.Tujuan
Dengan horizon waktu satu tahun, terdapat dua tujuan program role model ini yaitu:
1. Peningkatan efektivitas pengelolaan wisata TWA Bukit Kaba
2. Peningkatan jumlah penerima manfaat langsung pengelolaan ekowisata TWA Bukit Kaba
5.3.Kondisi Saat ini
Tingginyanya potensi kepariwisataan alam TWA Bukit Kaba belum dapat dikapitalisasi untuk mewujudkan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya lemahnya
KERANGKA ACUAN KERJA 4 keterlibatan masyarakat, minimnya sarana prasarana yang memadai, serta kurangnya promosi wisata.
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata TWA Bukit Kaba masih cukup minim. Saat ini peran sekelompok masyarakat terbatas pada perbantuan dalam pengelolaan pos tiket masuk kawasan. Masih banyak ruang bagi masyarakat untuk terlibat aktif dalam pengelolaan wisata Bukit Kaba.
Sarana prasarana yang tersedia belum memadai untuk menghadirkan kualitas pelayanan wisata yang baik. Fasilitas penunjang kenyamanan pengunjung seperti gedung informasi, penunjuk jalur wisata, serta sanitasi belum memadai. Selain itu, fasilitas penunjang keselamata pengunjung pun belum tersedia di TWA Bukit Kaba. Tingginya potensi wisata serta posisi strategis kawasan di utara Bengkulu belum dipromosikan dengan cukup massif. Upaya promosi yang saat ini dilakukan masih dalam lingkup local dan terbatas. Dibutuhkan promosi wisata yang lebih kreatif dan massive untuk mengundang minat pengunjung yang lebih besar.
5.4.Peta Lokasi
Program role model Ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis Masyarakat akan dilaksanakan di Blok Pemanfaatan TWA Bukit Kaba yang berbatasan dengan Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Peta lokasi pelaksanaan program tersaji pada Gambar 1.
5.5.Kondisi yang diinginkan
Pada tahun 2018, kondisi yang diinginkan dari pengelolaan TWA Bukit Kaba adalah:
a. Pengelolaan pariwisata alam yang optimal
b. Masyarakat sekitar mendapat maanfaat langsung dari keberadaan kawasan. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat memperluas jaringan penerima diantaranya:
1. Balai KSDA Bengkulu dan Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong dalam bentuk PNBP dan penerimaan lain dari multiplier effect dari kegiatan pariwisata antara lain lapangan pekerjaan
2. Masyarakat lokal berupa kesempatan membuka usaha di berbagai sektor wisata alam (antara lain homestay, porter, jasa informasi pariwisata, jasa pramu wisata (interpreter dan pemandu), jasa transportasi, jasa perjalanan wisata, jasa makanan dan minuman dan jasa cinderamata)
3. Masyarakat umum sebagai pengunjung/wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara
KERANGKA ACUAN KERJA 5 Gambar 1. Peta lokasi pelaksanaan program role model ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis Masyarakat
6.Keterkaitan dengan RENSTRA DITJEN KSDAE 2015-2019 dan/atau RKP 2018
Program Role Model Ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis Masyarakat sejalan (in line) dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018, Renstra Kemenlhk 2015-2019 dan Renstra Ditjen KSDAE 2015-2019. Dalam konteks program nasional, program role model ini mendukung dua prioritas nasional dalam RKP 2018, yaitu Pengembangan Pariwisata dan Pembangunan Wilayah. Program role model ekowisata ini juga mendukung pencapaian sasaran program Kementerian bidang KSDAE yaitu (a) Peningkatan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati dan (b) Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati.
Selain itu, pelaksanaan role model ini akan mendukung pencapaian 6 IKK Ditjen KSDAE 2015-2019. Beberapa Indikator Kinerja Kegiatan yang akan didukung diantaranya adalah (a) Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan nusantara dan (b) Jumlah desa di daerah penyangga kawasan konservasi yang dibina sebanyak 77 Desa selama 5 tahun. Hubungan keterkaitan
KERANGKA ACUAN KERJA 6 program role model dengan rencana kerja pemerintah Tahun 2018, Renstra Kementerian LHK, dan renstra Ditjen KSDAE 2015-2019 tersaji dalam Tabel 1.
KERANGKA ACUAN KERJA 7
Tabel 1. Matriks Keterkaitan Program Role Model dengan Program Prioritas Nasional, Sasaran Strategis Kementerian LHK dan IKK Ditjen KSDAE
No. Program Role
Model Pembangunan Prioritas Nasional /Bidang
(RKP 2018)
Sasaran Strategis
KemenLHK Sasaran Program Ditjen KSDAE Ditjen KSDAE Kegiatan Ditjen KSDAE IKK
1 Ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis Masyarakat
Pengembangan Dunia Usaha dan Pariwisata
Menjaga luasan dan fungsi hutan untuk menopang kehidupan, menyediakan hutan untuk kegiatan sosial, ekonomi rakyat, dan menjaga jumlah dan jenis flora dan fauna serta endangered species (SS2)
Peningkatan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati (SP2) Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi (K4)
1. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan
konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan mancanegara
2. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan
konservasi minimal sebanyak 20 juta orang wisatawan nusantara Pengembangan
wilayah Menjaga keseimbangan ekosistem dan keberadaan SDA untuk
kelangsungan kehidupan, menjaga DAS dan sumber mata air serta menjaga daya dukung fisik ruang wilayah serta kualitasnya (SS3)
Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya konservasi keanekaragaman hayati (SP1) Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (K1)
1. Jumlah paket data dan informasi
kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 521 KSA, KPA dan TB di seluruh Indonesia
2. Jumlah KPHK pada kawasan konservasi
non taman nasional yang operasional sebanyak 100 Unit KPHK
3. Jumlah kerjasama pembangunan
strategis dan kerjasama penguatan fungsi pada kawasan konservasi sebanyak 100 PKS
Pengelolaan Kawasan Konservasi (K2)
1. Jumlah desa di daerah penyangga
kawasan konservasi yang dibina sebanyak 77 Desa selama 5 tahun
KERANGKA ACUAN KERJA 8 7.Indikator Pencapaian Proyek
Terdapat beberapa output, outcome dan impact yang diharapkan dari program role model ekowisata TWA Bukit Kaba berbasis masyarakat seperti yang tersaji dalam Tabel 2.
Tabel 2. Outputs, outcomes, dan impacts yang diharapkan dari program role model.
Output/ Outcome/
Impact
Uraian Kriteria Keberhasilan Indikator
Output Peningkatan pelayanan pengunjung
Terbangunnya pusat layanan pengunjung
Satu unit Visitor center terbangun Penyediaan asuransi
pengunjung
Terjalinnya PKS dengan penyedia jasa suransi
Terbentuknya Tim SAR Terbitnya SK Tim SAR Beroperasionalnya posko wisata Terbitnya SK Personil Posko Peningkatan fasilitas
(sarana prasarana) wisata
Terbangunnya jalan wisata menuju puncak Bukit Kaba
1.PKS dengan Pemda Rejang Lebong
2.Terbangunnya jalan menuju puncak Bukit Kaba
Tersedianya fasilitas sanitasi yang memadai
Terbangunnya 2 Unit Toilet Tersedianya sarana penunjang
keselamatan dan SAR
Tersedianya 1 paket Sarpras SAR Terselenggaranya
kegiatan promosi wisata kawasan konservasi
Terselenggaranya Festival Bukit Kaba
Terselenggara Festival Bukit Kaba Tersebarnya informasi wisata
TWA Bukit Kaba melalui berbagai media
Terdistribusinyanya pamphlet dan leaflet informasi wisata
Terpublikasinya informasi wisata melalui media sosial
Pembentukan kelembagaan kolaboratif pengelola ekowisata TWA Bukit Kaba
Terbentuknya kelembagaan kolaboratif pengelola ekowisata TWA Bukit Kaba
Terbitnya SK Kepala Balai tentang lembaga pengelola
Meningkatnya kapasitas lembaga pengelola ekowisata
Terselenggaranya pelatihan dengan jumlah peserta 30 orang
Penyediaan alternatif mata pencaharian sector wisata
Teridentifikasinya produk dan jasa wisata berbasis masyarakat
Produk dan jasa teridentifikasi Terbentuknya
kelompok-kelompok penyedia produk dan jasa wisata
Terbitnya SK Kepala Desa tentang kelompok penyedia produk dan jasa Outcome Peningkatan
efektivitas
Peningkatan jumlah pengunjung Jumlah pengunjung meningkat 100% dari baseline tahun 2017.
KERANGKA ACUAN KERJA 9
pengelolaan wisata TWA Bukit Kaba
Peningkatan jumlah penerimaan negara bukan pajak (PNBP) wisata
Jumlah PNBP meningkat 50% dari baseline 2017
Peningkatan jumlah penerima manfaat pengelolaan ekowisata
Peningkatan jumlah anggota kelompok penerima manfaat
Jumlah anggota kelompok meningkat 100% dari baseline tahun 2016.
Peningkatan manfaat ekonomi Kontribusi usaha ekowisata terhadap pendapatan tahunan meningkat 30%.
Kondisi nilai penting kawasan tetap terjaga
Kondisi tutupan lahan pada blok pemanfaatan tetap terjaga
tutupan lahan pada blok pemanfaatan tetap terjaga Impact Penguatan nilai
strategis kawasan konservasi dalam aspek ekologi, social ekonomi dalam konteks pembangunan regional
Peningkatan persepsi positif publik terhadap kawasan
Peningkatan persepsi positif publik terhadap kawasan
8.Analisis Role Model
8.1.Analisis Teknis
Pelaksanaan program role model ekowisata TWA Bukit Kaba didukung oleh beberapa pertimbangan teknis yang akan menjadi keunggulan komparatif TWA Bukit Kaba Bagian Desa Sumber Urip. Beberapa hal teknis tersebut adalah:
a. Kawasan ini memiliki area dimana hutan hujan tropis khas pegunungan masih tumbuh dalam kondisi baik.
b. Tingginya nilai keanekaragaman hayati dengan beragam spesies dan komunitas flora fauna yang mungkin tidak dapat ditemui ditempat lain di Bengkulu termasuk jenis- jenis dilindungi dan terancam punah
c. Bernilai kultural tinggi berkaitan dengan tradisi spiritual nazar bagi masyarakat sekitar kawasan
d. Aksesibilitas menuju batas kawasan melalui Desa Sumber Urip cukup baik.
Program penyediaan sarana prasarana yang memadai berpotensi berdampak negative terhadap nilai ekologi kawasan. Namun hal ini harus ditimbang dengan potensi kemanfaatan yang akan diperoleh dari penyediaan fasilitas penunjang wisata. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan sarana-prasarana wisata alam adalah:
a. Tidak merubah karakteristik bentang alam atau menghilangkan fungsi utamanya;
KERANGKA ACUAN KERJA 10 b. Tidak menutup/menghilangkan jalur lintas tradisional masyarakat
c. pembangunan atau terkait kegiatan lainnya tidak memotong jalur lintas satwa liar;
d. Tidak melakukan penebangan, dan dalam hal ditemui satu atau sekelompok vegetasi endemic atau yang dilindungi, agar ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat (kelestarian fungsi setempat); dan
e. Tidak diperbolehkan memasukkan/introduksi vegetasi asal luar kawasan untuk
f. Keperluan apapun, dan dalam hal ditemui keperluan vegetasi untuk pertamanan, dipenuhi melalui proses budidaya setempat
8.2.Analisis Dampak Ekonomi
Program role model ekowisata diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang positif. Sesuai dengan tujuannya, program ini akan diarahkan pada upaya peningkatan nilai manfaat atau keuntungan finansial bagi masyarakat Desa Sumber Urip. Peningkatan nilai ekonomi akan diperoleh masyarakat dari penyediaan produk dan jasa pendukung wisata. Masyarakat akan didorong untuk dapat menyediakan kebutuhan produk dan jasa secara swadaya sehingga masyarakat dapat memperoleh keuntungan maksimum.
8.3.Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan
Program role model berperkirakan akan memiliki dampak pada lingkungan sosial masyarakat Desa Sumber Urip. Salah satu program role model adalah pembentukan kelembagaan kelompok pengelola ekowisata. Pengkelompokan masyarakat akan berpotensi berdampak sosial dan menciptakan konflik horizontal. Kelompok-kelompok penyedia jasa wisata pun akan didorong untuk menciptakan spesialisasi dan profesionalisme. Namun, pengkelompokan ini juga berpotensi memicu konflik sosial. Dibutuhkan strategi dan pendekatan yang tepat untuk meminimalisasi dampak negative program role model terhadap lingkungan sosial masyarakat. Salah satu strategi yang dapat dikedepankan adalah upaya musyawarah mufakat dalam proses-prose pengambilan keputusan penting pengelolaan ekowisata TWA Bukit Kaba Berbasis Masyarakat.
9. Tahapan-Tahapan Pencapaian Role Model
Sasaran output, outcome dan impact program role model sebagaimana telah dijabarkan pada subbagian 7 akan diwujudkan melalui beberapa strategi dan rencana aksi. Terdapat 7 strategi yang ditetapkan untuk mewujudkan serangkaian sasaran yang telah ditetapkan, diantaranya adalah penataan kawasan (program pra-kondisi),
KERANGKA ACUAN KERJA 11 Mewujudkan pelayanan satu atap, penguatan kelembagaan kelompok masyarakat, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, Pengembangan produk wisata berbasis masyarakat local, Pembangunan sarana dan prasarana wisata, Penanganan kunjungan wisatawan, serta Promosi wisata kawasan konservasi. Masing-masing strategi pencapaian sasaran akan diikuti oleh rencana-rencana aksi. Strategi dan rencana aksi program role model ekowisata TWA bukit Kaba tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3. Strategi dan rencana aksi program role model ekowisata TWA Bukit Kaba
No Strategi Rencana Aksi
1 Penataan kawasan (Pra-kondisi)
Dilaksanakan pada akhir tahun 2017
Penyusunan blok pengelolaan kawasan Penyusunan rencana pengelolaan kawasan Penyusunan design tapak TWA Bukit Kaba
Penyusunan rencana induk kelompok masyarakat desa konservasi
2 Pelayanan satu atap (kolaborasi Bersama masyarakat)
Posko siaga wisata
Pusat layanan pengunjung 3 Penguatan kelembagaan
kelompok masyarakat Pendampingan penyuluh kehutanan Sosialisasi kelembagaan
Pelatihan pengelolaan lembaga dan administrasi 4 Peningkatan kapasitas
sumber daya manusia Pengembangan kemitraan masyarakat di sekitar KK (pelatihan/peningkatan kapasitas masyarakat)
5 Pengembangan produk wisata berbasis
masyarakat local (kuliner, homestay, souvenir)
Penyediaan sarana prasarana
Pelatihan dan peningkatan kapasitas masyarakat Pengembangan usaha ekonomi kelompok
masyarakat 6 Pembangunan sarana
dan prasarana wisata
Peningkatan kualitas jalan wisata menuju Puncak bukit kaba bekerja sama dengan Pemkab. Rejang Lebong
KERANGKA ACUAN KERJA 12 7. Penanganan kunjungan
wisatawan Penyediaan asuransi pengunjung Pembetukan Tim SAR Penyediaan sarana prasarana SAR 8. Promosi wisata kawasan
konservasi Festival bukit kaba Web-based information management system Pembuatan leaflet dan poster
Pameran tingkat nasional dan provinsi Penyusunan dan percetakan 1 paket buku
Untuk mencapai target kegiatan role model, pelaksanaan rencana aksi akan dilakukan dengan kerangka acuan kegiatan sebagai berikut:
a. Pra-kondisi
Kegiatan pra-kondisi dilakukan dengan menyusun dokumen-dokumen perencanaan penataan kawasan dan perencanaan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini mulai dilaksanakan sejak tahun 2017. Penyusunan dokumen perencanaan dilakukan dengan menyelesaikan dokumen rencana pengelolaan, bloking, dan desain tapak kawasan. Penyusunan rencana pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan dilakukan dengan menyusun rencana induk pengembangan pemberdayaan masyarakat desa.
b. Pelayanan pengunjung satu atap (kolaborasi Bersama masyarakat)
Seluruh pelayanan pengunjug akan dipusatkan pada area visitor center sebagai pusat pelayanan pengunjung. Pengunjung dapat membeli tiket masuk dan tiket kegiatan di visitor center. Selain tempat pembelian tiket, visitor center juga akan menjadi tempat dimana pengunjung akan mendapatkan informasi lengkap mengenai objek, atraksi dan paket wisata yang ada. Media yang ditampilkan akan dibuat informatif dan menarik seperti maket gunung kaba serta media audio visual lainnya. Pengelolaan pusat layanan pengunjung akan dikelola secara kolaboratif antar petugas BKSDA dan masyarakat desa Sumber Urip. c. Penguatan kelembagaan kelompok masyarakat
Sebagai salah satu outcome dari pengelolaan kawasan konservasi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan. Harapannya, peningkatan kesejateraan masyarakat akan berbanding lurus dengan peningkatan kualitas ekosistem kawasan. Peningkatan kesejahteraan juga harus dilakukaan secara berkeadilan. Hal ini dilakukan dengan memaksimalkan jumlah penerima manfaat langsung dari pengelolaan kawasan. Untuk memaksimalkan distribusi manfaat, keterlibatan masyarakat arus diwujudkan dengan keterlibatan
KERANGKA ACUAN KERJA 13 masyarakat dalam kelompok-kelompok tertentu dibandingkan per individu an sich.
Secara kelembagaan, diharapkan kelompok masyarakat ini yang akan bekerja sama dengan Balai KSDA Bengkulu dalam mengelola ekowisata TWA Bukit Kaba bagian Desa Sumber Urip. Kelembagaan dapat berbentuk BUMDES atau koperasi masyarakat. Koperasi mayarakat ke depannya, selain dapat bekerja sama dengan Balai KSDA Bengkulu, dapat juga mengajukan izin pemanfaatan pariwisata alam.
d. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
Untuk mendukung operasionalisasi program ini, perlu didukung oleh sumber daya manusia yang cukup memadai. Upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas SDA parsonil BKSDA dan masyarakat menjadi mutlak untuk dilakukan. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan, magang dan studi banding. Peningkatan kapasitas akan dilakukan pada bidang:
1. Pelayanan wisata
2. Interpretasi nilai penting kawasan 3. Promosi dan pemasaran
4. Pengelolaan lembaga dan administrasi 5. Penguasaan Bahasa asing
e. Pengembangan dan peningkatan kualitas jalan wisata dan sarana pendukung lainnya (kolaborasi dengan Pemkab Rejang Lebong)
Saat ini sedang dilakukan proses pembahasan rencana kerjasama peningkatan jalan wisata dan pengembangan sarana pendukung lainnya antara Balai KSDA Bengkulu dan Pemkab Rejang Lebong. Jalan wisata yang dulu beraspal saat ini dalam kondis rusak. Saat ini jalan wisata hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki dan pengendara roda dua. Mengendarai motor pun harus diselingi berjalan kaki Karena jalan yang sangat rusak.
Dengan dukungan Pemkab Rejang Lebong, harapannya jalan dapat diperbaiki sehingga dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Dengan demikian, dapat dikembangkan konsep kendaraan wisata. Pengunjung dengan kendaraan dapat memarkirkan kendaraanya di batas kawasan untuk kemudian melanjutkan perjalanan menuju Puncak Bukit Kaba dengan kendaraan wisata. Harapannya ini akan membuka peluang baru bagi pengembangan usaha produktif masyarakat sekitar.
Selain itu, akan muncul peluang difersirikasi income bagi masyarakat dari sector jasa penyediaan lahan parkir dan penitipan kendaraan. Pengelolaan lahan parkir dapat dilakukan oleh pemerintah desa atau kelompok lainnya sesuai dengan musyawarah mufakat yang dilakukan.
KERANGKA ACUAN KERJA 14 f. Pengembangan produk wisata lainnya (Souvenir, homestay, agrowisata, kuliner)
Selain wisata utama pendakian menuju puncak Bukit Kaba, dapat juga dikembangkan beberapa produk dan jasa wisata lainnya, diantaranya adalah produksi cinderamata (souvenir), pengembangan homestay, Pengembangan agrowisata, dan Pengembangan wisata kuliner.
Dengan memproduksi cinderamata tidak hanya akan mendapat keuntungan dari penjualan, namun juga akan menciptakan peluang penyerapan tenaga kerja baru. Balai KSDA Bengkulu dapat melakukan intervensi melalui suntikan bantuan sarpras maupun pelatihan peningkatan kapasitas produksi. Konsep pengembangan homestay berbasis masyarakat akan berfungsi ganda, mengenalkan tradisi budaya masyarakat sekitar sekaligus mendapatkan keuntungan finansial. Dengan menginap di rumah-rumah penduduk (homestay), pengunjung juga akan membutuhkan jasa catering serta kebutuhan sehari-hari lainnya. Hal ini akan mendorong roda perekonomian masyarakat secara lebih luas.
Masyarakat desa Sumber Urip adalah masyarakat pekebun dengan komoditas utama tanaman holtikultura. Hal ini dapat diintegrasikan dengan paket wisata utama, baik dari segi penjualan langsung produk perkebunan ataupun penyediaan jasa wisata “petik sayur sendiri”.
Pengembangan wisata kuliner dapat dikembangkan sebagai pendukung pengembangkan konsep homestay atau dapat berdiri sendiri. Pengembangan wisata kuliner dapat difasilitasi melalui penyediaan kios-kios penjual makanan atau berbasis lahan pekarangan masyarakat.
g. Pengembangan atraksi wisata melalui penyelenggaraan Festival Bukit Kaba 2017 Sebagai media promosi dan pemasaran, serta untuk mengundang lebih banyak pengunjung, akan dilaksanakan kegiatan Festival Bukit Kaba 2017. Festival ini merupakan gelaran Perdana yang akan menjadi tonggak baru pengembangan ekowisata di TWA Bukit Kaba. Kegiatan Festival Bukit Kaba akan dimeriahkan dengan lomba lintas alam, lomba fotografi, pemilihan putri konservasi, kegiatan rembug desa sekitar kawasan, serta pagelaran seni budaya masyarakat sekitar kawasan.
h. Peningkatan layanan kunjungan
Peningkatan layanan pengunjung dilakukan dengan penyediaan asuransi, pembentukan tim SAR wisata dan pendampingan wisata. Penyediaan asuransi dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan pengunjung terhadap pengelolaan objek wisata. Pembentukan tim SAR dengan komponen utamanya adalah masyarakat sekitar kawasan. Selain itu, dilakukan juga penyediaan sarana prasarana pendukung SAR dan pelatihan SAR bagi masyarakat sekitar.
KERANGKA ACUAN KERJA 15
Tabel 4. Tata waktu tentatif pelaksanaan rencana aksi program role model ekowisata
No Rencana Aksi 2017
2018
J F M A M J J A S O N D
1 Penyusunan blok pengelolaan kawasan (prakon)
2 Penyusunan RP kawasan (prakon)
3 Penyusunan design tapak TWA Bukit Kaba (prakon)
4 Penyusunan rencana induk kelompok masyarakat desa
konservasi
5 Posko siaga wisata
6 Pusat layanan pengunjung
7 Pendampingan penyuluh kehutanan
8 Sosialisasi kelembagaan
9 Pelatihan pengelolaan lembaga dan administrasi
10 Penyediaan sarana prasarana
11 Pelatihan dan peningkatan kapasitas masyarakat
12 Pengembangan usaha ekonomi kelompok masyarakat
13 Peningkatan kualitas jalan wisata menuju Puncak bukit kaba bekerja sama dengan Pemkab. Rejang Lebong 14 Pembangunan fasilitas pendukung wisata
KERANGKA ACUAN KERJA 16
16 Pembetukan Tim SAR
17 Penyediaan sarana prasarana SAR
18 Festival bukit kaba
19 Web-based information management system
20 Pembuatan leaflet dan poster
21 Pameran tingkat nasional dan provinsi
22 Penyusunan dan percetakan 1 paket buku
KERANGKA ACUAN KERJA 17 10.Keberlanjutan Role Model
Beberapa hal yang akan dilaksanakan Balai KSDA Bengkulu untuk memastikan keberlanjutan role model di masa yang akan datang adalah:
a. Internalisasi program role model di kalangan internal Balai KSDA Bengkulu b. Memformalkan dukungan para pihak terhadap program ini dalam bentuk nota
kesepahaman dan perjanjian kerjasama
1. Pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi program role model merupakan hal
penting untuk memberikan masukan terhadap kebijakan strategis dan rencana aksi di masa yang akan datang. Tujuan monitoring dan evaluasi adalah untuk menilai efektivitas pelaksanaan strategi dan rencana aksi serta pencapaian sasaran outputs, outcome dan impact, dan agar dapat melakukan penyesuaian rencana aksi sesuai dengan kebutuhan.
Monitoring dan evaluasi akan dilaksanakan paling sedikit satu kali dalam 3 (tiga) bulan. Monitoring dan evaluasi akan dilakukan dengan menggunakan metode analisis komparatif. Analisis terhadap implementasi program role model dilakukan dua tahap, yaitu:
1. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana aksi
Monev ini untuk mengetahui pencapaian maksud dan tujuan dari masing-masing rencana aksi/kegiatan.
2. Monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian output dan outcome
Monev ini untuk mengetahui progres pencapaian output dan outcome sebagaimana indikator yang telah dijabarkan pada Bagian 7 Dokumen ini.
11.Rencana Anggaran dan Biaya Role Model
Alokasi anggaran kegiatan pencapaian pada tahun 2018 akan dibiayai oleh DIPA Balai KSDA Bengkulu, APBD Kab. Rejang Lebong serta sumber pendanaan lain yang sah. Rincian biaya program role model terlampir.
Penanggung Jawab Usulan Role Model Kepala Balai KSDA Bengkulu
Ir. Abu Bakar