BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang bersifat sosial, yang berarti bahwa
manusia tersebut saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Sifat
manusia yang saling membutuhkan itu terjadi dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk dalam kegiatan perdagangan demi melangsungkan
kehidupan mereka. Kegiatan berdagang di kalangan manusia telah
berlangsung dari dahulu kala, kegiatan berdagang tersebut untuk memenuhi
kebutuhan para pembeli. Hubungan antara penjual dan pembeli terjadi di
pasar, pasar adalah suatu tempat yang didalamnya bertemu
kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga (Danang,
2013: 209).
Pasar lahir dari keinginan beberapa orang untuk memperoleh bahan
kebutuhan. Pada mulanya transaksi di pasar dilakukan dengan tukar-menukar
barang yang dimiliki dengan barang yang dikehendaki. Pasar identik dengan
keramaian, ada penjual, pembeli, transaksi jual-beli, negosiasi, dan termasuk
atmosfir persaingan antar penjual di pasar, hal ini juga terjadi pada pasar loak
yang menjual pakaian bekas (Malano, 2011: 1).
Pasar Loak secara umum merupakan pasar yang menjual
barang-barang jenis apapun yang sudah bekas dan tetapi masih bisa dimanfaatkan,
masyarakat menengah kebawah. Pakaian bekas merupakan pakaian yang
telah dikonsumsi oleh masyarakat luar negeri maupun dalam negeri berupa
baju kaos, kemeja, celana, jaket, handuk, dan sebagainya. Pasar Loak selalu
dilekatkan sebuah stigma sebagai tempat transaksi ekonomi kelas bawah
(farelbae.wordpress diakses pada tanggal 3 November 2015).
Layaknya keberadaan sebuah pasar selalu diminati oleh para pembeli
yaitu para peminat yang ingin membeli pakaian. Pasar penjual merupakan
suatu pasar yang terdiri dari atas individu-individu dan organisasi yang
membeli barang-barang dengan maksud dijual lagi supaya menghasilkan laba
(Daryanto: 2011: 97), Seperti salah satunya muncul di pasar loak di kota
Palembang, sebagian banyak orang yang memanfaatkan barang bekas pakai
sebagai bagian dari memenuhi kebutuhan primer dari penggunaan untuk
dipakai sendiri sampai dijadikan bisnis untuk diperdagangkan. Pedagangan
pakaian bekas di Palembang yang lebih terkenal dengan istilah “BJ” ( bekas
Jambi) karena sebagian barang nya berasal dari impor yang masuk dari
daerah Jambi (Dpjpp.co.id/kota Palembang diakses 20 November 2015).
Contoh barang bekas diantara lain baju, celana, jeans, tas, karpet, topi,
selimut . Masalah ekonomi dan kemiskinan menjadi penyebab meningkatnya
perdagangan pakaian bekas, barang “bekas pakai” dari luar negeri sudah
menjadi tumpuan hidup orang banyak. Pasar loak di Kota Palembang,
sebagian digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka yaitu dengan berdagang pakaian bekas selain untuk di gunakan
Di pasar loak diperjual belikan barang-barang bekas layak pakai.
Sedangkan pengertian pasar loak secara khusus merupakan sebuah tempat
yang memperjual belikan berbagai macam jenis barang-barang bekas
diantaranya Pakaian Bekas dimana lazimnya dikenal masyarakat dengan
sebutan Burukan Jambi, yang di minati oleh kalangan masyarakat. Kegiatan
berdagang yaitu bertemunya antara para penjual dengan pembeli. Dipasar
loak kota Pangkalpinang terdiri dari berbagai sitem penjualan diantaranya
dengan sistem eceran. Penjualan eceran dengan memilih sendiri dimana
melibatkan pembeli dalam mendapatkan barang-barang mereka sendiri,
meskipun mereka bisa meminta bantuan (Sunarto: 2012: 205-206).
Dalam kehidupannya manusia tak lepas dari kebutuhan style mereka,
kebutuhan yang mengikuti tren-tren zaman sekarang yag semakin tinggi,
minat pembeli yang semakin tahun semakin tinggi gaya style mereka, di mana
dikarenakan semakin tingginya gaya style mereka, tak ada pilihan lain untuk
memenuhi tingkat kebutuhan mereka oleh karena itu, salah satunya dengan
keberadaan Pasar Loak di kota Pangkalpinang merupakan salah satu pilihan
dari kebutuhan minat para pembeli yang ingin mengikuti gaya style tren
zaman sekarang.
Kebutuhan dari para pembeli baju bekas muncul karena minat mereka
tentang kebutuhan pakaian yag bermerek, kemudian pilihan mereka salah
satunya terdapat di tempat Pasar Loak penjualan pakaian bekas. Kebutuhan
minat berbelanja baju bekas pun juga ikut dilirik oleh mayarakat kalangan
bawah maupun atas yang tertarik ingin membeli.
Banyaknya minat masyarakat dengan adanya baju bekas dapat dilihat
dari tingginya kebutuhan belanja masyarakat, dimana tingginya kebutuhan
masyarakat dilihat dari besarnya minat masyarakat mengikuti gaya tren
berpakaian. Pilihan salah satunya muncul dari keberadaan Pasar Loak di Kota
Pangkalpinang dengan menjual semua jenis pakaian yang siap di gunakan
serta kondisi dari jenis pakaian tersebut masih bagus serta layak untuk
dipakai.
Di Kota Pangkalpinang, Pasar Loak Pakaian Bekas merupakan salah
satu pasar yang menjual pakaian bekas yang di dapatkan dari luar Kota
Pangkalpinang. Pasar Loak Pakaian Bekas ini menjual berbagai macam jenis
pakaian pria maupun wanita. Diantaranya seperti baju kaos, baju kemeja,
celana dan sebagainya semuanya merupakan pakaian bekas. Walaupun semua
jenis pakaian yang berada di Pasar Loak Kota Pangkalpinang bekas tetapi
kondisi dari pakaian tersebut masih cukup bagus dan bisa menarik minat
masyarakat kalangan bawah maupun atas.
Di Pasar Loak Pakaian Bekas yang menjual pakaian bekas harganya
pun cukup murah meriah, yakni berkisar harga dari ribuan sampai ratusan
ribu per potong perbaju, sehingga masyarakat pun tertarik untuk membeli
baju bekas tersebut di karenakan harga yang cukup terjangkau untuk semua
kalangan masyarakat. Hal ini menjadi keistimewaan Pasar Loak Baju Bekas
Keberadaan Pasar Loak Pakaian Bekas di Kota Pangkalpinang
merupakan tempat perbelanjaan para peminat pakaian bekas. Tentu dalam hal
ini menjadi tidak hanya bahan pertimbangan oleh pedagang baju bekas untuk
menjaga pasar Loak Pakaian Bekas saja namun juga bagi pihak pemerintah
untuk mendorong perkonomian Pasar Loak Pakaian Bekas menjadi lebih
baik. Kemajuan yang dimaksud berupa peran dari pemerintah kota Pangkal
Pinang untuk memajukan kondisi fisik terhadap infrastruktur, sarana
prasarana, lokal ataupun ruko yang ada disana menjadi lebih layak dan
menarik untuk dikunjungi. Termasuk juga dalam pendapatan yang di
dapatkan oleh pedagang baju bekas untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan studi yang mendalam
untuk mengetahui aktivitas Pasar Loak Pakaian Bekas di Kota Pangkalpinang
terkait perspektif teori pertukaran sosial Peter M.Blau. Selanjutnya mencari
tahu faktor pendukung aktivitas Pasar Loak Pakaian Bekas di Kota
Pangkalpinang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
adapun rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimanakah aktivitas perkembangan pasar loak pakaian bekas di
Kota Pangkalpinang?
2. Faktor apa yang mendukung aktivitas pasar loak pakaian bekas di
Kota Pangkalpinang terkait perspektif teori pertukaran sosial Peter
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menggambarkan apa saja faktor
pendukung aktivitas Pasar Loak Pakaian Bekas di Kota Pangkalpinang terkait
teori pertukaran sosial serta perkembangan aktivitas Pasar Loak Pakaian
bekas dikota Pangkalpinang terkait Teori Pertukaran Sosial Peter M.Blau.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian terhadap aktivitas Pasar
Loak Pakaian Bekas di Kota Pangkalpinang terkait Teori Pertukaran Peter
M.Blau dalam diantaranya adalah :
1. Secara teoritis
a. Diharapkan dapat bermanfaat secara akademik terutama dalam
pengembangan disiplin ilmu khususnya sosiologi terkait ilmu sosial yang
lainnya yang berkaitan dengan aktivitas Pasar Loak Pakaian Bekas yang
berada di pusat Kota Pangkalpinang terkait Teori Pertukaran Sosial Blau.
b. Memberikan wawasan dan makna dalam melihat pasar Loak Pakaian
Bekas sebagai sebuah sistem yang sinergis.
2. Secara praktis
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada para pedagang dan
b. Menjadi rujukan bagi pemerintah terutama Pemerintahan Kota terhadap
pasar sebagai sebuah sistem dalam meningkatkan manajemen dan
pengelolaan pasar agar lebih terorganisir dari sebelumnya.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji Mekanisme Teori Pertukaran
Sosial Blau didalam aktivitas Pasar Loak Pakaian Bekas di Kota
Pangkalpinang. Ada banyak penelitian yang terkait dengan pasar Loak.
Diantaranya Pertama, penelitian yang telah di lakukan Louisia
Wisnuwardhani, Iman Suyadi, Sunarti (2015), dengan judul “Upaya
Peningkatan Penjualan Baju Bekas Melalui Media Facebook (Studi Pada Vie
Second Kalla)”. Berisikan tentang Penjualan baju bekas melalui Facebook
merupakan salah satu bentuk eCommerce yang banyak dipakai karena
ketenaran Facebook sebagai jejaring sosial. Baju bekas merupakan barang
dengan harga murah dan mempunyai bentuk yang unik.
Menggunakan Facebook sebagai media promosi, dapat diperoleh
pasar yang lebih luas dan tepat sasaran sehingga meningkatkan volume
penjualan. Bagaimana proses penjualan baju bekas Viee Second Kalla melalui
Facebook dan bagaimana upaya yang dilakukan oleh Viee Second Kalla
dalam meningkatkan penjualan baju bekas di Facebook. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa proses penjualan dalam Viee Second Kalla berupa
mengirimkan identitas dan transfer pembayaran sehingga transaksi dapat
dilakukan dengan aman.
Penjualan pada Viee Second Kalla mengalami peningkatan penjualan
dengan menggunakan Facebook sebagai media promosi. Perbedaan penelitian
di Pasar Loak Pakaian Bekas, melihat aktivitas Pasar Loak Pakaian Bekas di
Kota Pangkalpinang terkait Mekanisme Teori Pertukaran Sosial Peter
M.Blau. Kemudian juga melihat faktor apa saja yang menjadi pendukung
aktivitas pasar Loak Pakaian Bekas di Kota Pangkalpinang.
Selanjutnya yang kedua, penelitian yang di lakukan Siti Komaria
(2013), yang berjudul “Fenomena Penjualan Pakaian Bekas (BJ) di Taman Kota Nusa Indah Palembang”. Penelitian ini mengkaji perkembangan
penjualan pakaian bekas (BJ) di Taman kota Nusa Indah Palembang. Adapun
masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : Pertama, bagaimana
perkembangan penjualan pakaian bekas (BJ) di Taman kota Nusa Indah
Palembang. Kedua, faktor pendorong fenomena penjualan pakaian bekas (BJ)
di Taman kota Nusa Indah Palembang. Lokasi penelitian ini adalah Taman
kota Nusa Indah yang berada tepat di bawah Jembatan Ampera Palembang.
Penentuan informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive
atau ditetapkan secara sengaja oleh peneliti dan disesuaikan dengan keperluan
data. Informan dalam penelitian ini berjumlah 18 orang, yang terdiri dari 10
informan penjual dan 5 informan pembeli dan 3 informan kunci. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan tekhnik pengumpulan
Untuk menganalisis data menggunakan teknik reduksi data, penyajian data
dan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perkembangan
penjualan pakaian bekas (BJ) di Taman kota Nusa Indah Palembang
mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas
penjualan, sistem pemasaran serta lokasi penjualan. Akan tetapi dari pihak
Pemerintah perkembangan penjualan pakaian bekas (BJ) yang pesat, tidak
sesuai dengan peraturan yang ada.
Selain pakaian bekas yang memang merupakan penjualan yang ilegal,
lokasi penjualan yang merupakan taman kota juga dinilai melanggar
Peraturan daerah No 44 tahun 2002 tentang ketertiban dan ketentraman
sebagai penunjang fasilitas publik. Sehingga ada bentuk tindakan yang
dilakukan oleh Satpol PP sebagai pengawas, yaitu penertiban dan
pembubaran penjual pakaian bekas (BJ). Adapun faktor pendorong terjadinya
fenomena penjualan pakaian bekas (BJ) di Taman kota Nusa Indah
Palembang yaitu faktor ekonomi, faktor sosial yang meliputi keluarga dan
pendidikan, faktor budaya dan lingkungan.
Perbedaan antara penelitian ini dalam melihat aktivitas Pasar Loak
Pakaian Bekas di Kota Pangkalpinang bahwa pasar Loak Pakaian Bekas di
Kota Pangkal Pinang bukan merupakan pusat perbelanjaan yang diminati dari
kalangan bawah, dan juga penjualan baju bekas di Kota Pangkalpinang tidak
melanggar peraturan seperti penjualan yang terjadi di Taman Kota Nusa
Baju bekas dengan aktivitas Pasar Loak Pakaian Bekas di Kota
Pangkalpinang.
Selanjutnya yang ketiga, penelitian yang di lakukan Rolas L.F.I.N
(2010), dengan judul Pola Pengasuhan Anak di Kalangan Perempuan
Pedagang Pakaian Bekas Sambu Kota Medan (Studi di Kalangan Perempuan
yang Berjualan sambil Menjaga Anak). Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan sampai kepada interpretasi dan analisis data dapat diketahui bahwa ibu
penjual pakaian bekas yang berjualan sambil membawa anak ke dalam
lingkungan eksternal yang memiliki keadaan lingkungan yang kurang memiliki
kontrol sosial yang baik tetap dapat melakukan fungsinya sebagai ibu dalam
keluarga yaitu fungsi perlindungan, fungsi afeksi, dan fungsi sosialisasi terhadap
anak dengan baik, hal tersebut dibuktikan dengan adanya strategi-strategi khusus
yang digunakan oleh para ibu penjual pakaian bekas dalam mengasuh anaknya,
dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagaian besar para ibu penjual
pakaian bekas termasuk ke dalam pola pengasuhan yang bertipe Autoritative
Parenting Style.
Perbedaan dengan penelitian Pasar Loak di Kota Pangkalpinang, dimana
peneliti melihat aktivitas Pasar Loak Pakaian Bekas di Kota Pangkalpinang dan
faktor pendukung berjalannya Pasar Loak Pakaian Bekas. Sedangkan penelitian
Pola Pengasuh Anak di Kalangan Pedagang Pakaian Bekas melihat bahwa ibu
penjual pakaian bekas yang berjualan sambil membawa anak ke dalam
lingkungan eksternal yang memiliki keadaan lingkungan yang kurang memiliki
kontrol sosial yang baik tetap dapat melakukan fungsinya sebagai ibu dalam
anak dengan baik, hal tersebut dibuktikan dengan adanya strategi-strategi khusus
yang digunakan oleh para ibu penjual pakaian bekas dalam mengasuh anaknya.
F. Kerangka Teoretis
Berdasarkan asumsi diatas, aktivitas di Pasar Loak pakaian bekas di
Kota Pangkalpinang akan dikaji peneliti dengan menggunakan teori yang
dianggap relevan dengan permasalahan yang ada, yaitu teori pertukaran sosial
menurut Peter M. Blau dalam Upe (2010: 181-182). Deskripsi teori
pertukaran sosial yang digunakan, seperti yang dipaparkan berikut ini :
Teori Pertukaran Sosial digunakan sebagai upaya untuk menjelaskan
serta mengkaji bagaimana peran pertukaran sosial terhadap aktifitas pasar
Loak pakaian bekas di Kota Pangkalpinang, serta juga faktor pendukung dari
pasar Loak Pakaian bekas di Kota Pangkalpinang. Peter M.Blau berusaha
mengembangkan sebuah teori pertukaran yang menggembangkan tingkah
laku sosial dasar manusia dengan struktur masyarakat yang lebih luas antara
kelompok, organisasi atau negara. Dia ingin memusatkan perhatiannya pada
pemahaman struktur sosial yang terjadi pada relasi-relasi diantara individu.
Menurutnya studi tentang interaksi tatap muka adalah meletakan
dasar pemahaman yang lebih mendalam tentang strukur-strutur sosial. Disini
tampak bahwa Teori Pertukaran Blau mencerminkan suatu usaha untuk
bergerak dari tingkat mikro ke makro. Pada tingat mikro, Blau membedakan
penghargaan interistik, dimana pertukaran dengan penghargaan interistik
terjadinya tawar-menawar mengenai biaya dan imbalan dan yang mengurangi
perhatian apa harus dibayarkan oleh individu. Blau yang menekankan pada
pentingnya nilai-nilai pengaruh dari struktur makro yang besar, memberikan
suatu tekanan tambahan pada tingkat budaya dari kenyataan sosial (Upe ,
2010: 183-185).
Selanjutnya, pada teori pertukaran Peter M.Blau dari mikro ke makro
yang menekankan pada pentingnya nilai-nilai pengaruh dan struktur makro
yang besar, memberikan suatu tekanan tambahan pada tingkat budaya dari
kenyataan sosial. Beberapa sifat dasar yang muncul dalam struktur makro
yaitu munculnya nilai-nilai dan norma bersama. Menurut Blau dalam Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka (2004: 6.16), terdapat dua syarat yang
dipenuhi bagi prilaku sehingga dapat dikatakan sebagai pertukaran sosial.
Pertama, perilaku tersebut harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya
dapat dicapai melalui interaksi dengan orang lain. Kedua, prilaku harus
bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan-tujuan seperti
uang, barang, jasa sebagai ganjaran ekstrinsik, lalu kasih sayang, kecantikan,
kehormatan sebagai ganjaran intristik. Teori Blau sangat jelas melihat
hubungan-hubungan dalam pilihan dimana seorang individu merasa tertarik
satu sama lain kalau itu diharapkan bermanfaat baginya proses pertukaran
akan terus berjalan.
Menurut Poloma (2004: 52-53), pertukaran sosial itu dilandasi pada
prinsip transaksi ekonomis yang elementer, orang menyediakan barang dan
diinginkan. Ahli teori pertukaran memiliki asumsi sederhana bahwa interaksi
sosial itu mirip dengan transaksi ekonomi.
Model timbal balik tetap ada sejauh orang memberi dan berharap
memperoleh imbalan barang dan jasa. Selain itu menurut Upe (2010:
181-182), Blau melihat struktur mikro terdiri dari individu-individu yang
berinteraksi, sedangkan struktur makro terdiri dari kelompok-kelompok yang
saling berinteraksi . Blau memfokuskan analisisnya pada proses pertukaran
yang menurutnya mengatur kebanyakan prilaku manusia dan melandasi
hubungan antar individu maupun kelompok.
Dalam konteks ini, Blau membayangkan empat langkah proses
pertukaran yang terjadi mulai dari pertukaran antara pribadi ke struktur sosial
hingga ke perubahan sosial. Pertukaran atau transaksi antar individu
merupakan langkah pertama, kemudian meningkat ke diferensiasi status dan
kekuasaan sebagai langkah kedua. Selanjutnya mengarah ke legitimasi dan
pengorganisasian sebagai langkah ketiga, dan pada akhirnya menyebabkan
bibit oposisi dan perubahan.
Selain itu menurut Upe (2010: 185-186), mekanisme yang menegahi
antara struktur sosial yang kompleks itu adalah norma dan nilai yang ada
dalam masyarakat, demikian pandangan Blau. Norma-norma sosial
menggantikan pertukaran sosial yang tidak langsung untuk pertukaran yang
langsung. Disini tampak bahwa Teori Pertukaran Blau mencerminkan suatu
Pada tingkat makro, Blau membedakan penghargaan intristik, dimana
pertukaran dengan penghargaan interistik tunduk pada hambatan-hambatan
normatif tertentu yang menghalangi terjadinya tunduk pada
hambatan-hambatan normatif tertentu yang menghalangi terjadinya tawar-menawar
mengenai biaya dan imbalan yang mengurangi perhatian terhadap apa yang
harus dibayarkan oleh individu. Blau yang menekankan pada pentingnya
nilai-nilai pengaruh dan strukuktur makro yang besar, memberikan suatu