• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN SATU ATAP (StudiKasusPondokPesantrenPancasilaBlotongan Kota SalatigaTahun 2017) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN SATU ATAP (StudiKasusPondokPesantrenPancasilaBlotongan Kota SalatigaTahun 2017) - Test Repository"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

i

MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN SATU ATAP

(Studi Kasus Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga Tahun 2017)

SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kegururan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Oleh:

Puji Tri Utami NIM: 111 13 240

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN SATU ATAP

(Studi Kasus Pondok Pesantren Pancasila Blotongan SalatigaTahun 2017)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

PUJI TRI UTAMI

111 13 240

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

َةَرِخ ْلْا َراَّدلا ُهَّللا َكاَتآ اَميِف ِغَتْ باَو

ۖ

َنِم َكَبيِصَن َسْنَ ت َلََو

اَيْ نُّدلا

ۖ

َكْيَلِإ ُهَّللا َنَسْحَأ اَمَك ْنِسْحَأَو

ۖ

َداَسَفْلا ِغْبَ ت َلََو

ِضْرَْلْا ِفِ

ۖ

َنيِدِسْفُمْلا ُّبُِيُ َلَ َهَّللا َّنِإ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan

kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuatlah kebaikan (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah

kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S Al-Qoshas: 77).

“Kalau kita memulai langkah dengan rasa takut, maka sebenarnya kita tidak pernah melangkah” (A.H.Nayyar, Ph.D. Presiden Pakistan Peace Coalition)

“Sesungguhnya kesulitan itu selalu disertai dengan kemudahan. Maka apabila

kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT penulis persembahkan karya ini

teruntuk:

1. Syurgaku, Bapak Zamroni dan Ibu Jumiyem atas segala nasehat,

dukungan, perhatian, restu dan pengorbanannya dan yang tak pernah putus

selalu mendo‟akan kebaikan dunia akheratku.

2. Kakakku tercinta Rahmad Sholikin, Andi Wibowo dan Endang fitriyah,

yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan di setiap langkahku.

3. Abah Muhlasin dan Umi Choiriyatik (PP. Pancasila)

4. Pae Nasyir Asyari dan Mae Siti Aminah (PP. Masyithoh)

5. Sahabatku tercinta, Rifa Yuliani, Uswatun Khasanah yang selalu

membantuku, selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk sukses

bersama.

6. Muhammad Miftahul Arzaq, terimakasih telah menjadi sahabatku,

terimaksih atas segala bantuan, dukungan dan motivasi yang selalu

diberikan demi kesuksesanku.

7. Teman-teman seperjuangan di PP. Pancasila dan PP. Masyitoh Tingkir Lor

(Mbak Mayla, Mbak Laela, Dek Laeli, Dek Nurul, Dek Nadya, dek

afwah).

8. Keluarga besar Al Khidmah Kampus Kota Salatiga

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

nikmat, rahmat, hidayah serta inayah-Nya. Sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan lancar. Shalawat serta salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada baginda nabi Agung Muhammad SAW, keluarga,

sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa kita dari zaman

kebodohan hingga zaman kaya ilmu pengetahuan sekarang ini.

Skripsi yang berjudul “Manajemen Sistem Pendidikan Pesantren Satu

Atap (Studi Kasus Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga

Tahun 2017)” ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana pendidikan (S. Pd) pada jurusan Pendidikan

Agama Islam fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam

Negeri Salatiga.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari

bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan kali ini penulis ingin berterima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Sutrisna, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan

waktunya membimbing dan memberikan arahan kepada penulis hingga

terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik

yang dengan sabar mendengarkan keluh kesah dan memberikan

bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa IAIN Salatiga.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan

(9)

ix

7. Ibu Nyai Choiriyatik selaku ketua yayasan pondok pesantren Pancasila

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian di Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga.

8. Segenap pengurus, dewan asatidz, guru, santri pondok pesantren

pancasila yang telah mendukung jalannya penelitian ini.

9. Bapak Zamroni dan Ibu Jumiyem selaku kedua orang tua yang

senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

10.Teman-teman PAI IAIN Salatiga angkatan 2013, teman-teman IAIN

Salatiga angkatan 2013, telah memabantu penyelesaian skripsi ini.

Semoga bantuan dan kerja sama yang telah diberikan menjadi amal

baik dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penelitian ini

jauh dari kata sempurna. Untuk itu saran dari pembaca selalu penulis

harapkan demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya, penulis berharap

(10)

x ABSTRAK

Utami, Puji Tri. 2017. 1111240. Manajemen Sitem Pendidikan Pesantren Satu Atap (Studi Kasus Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga Tahun 2017. Skripsi. Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sutrisna, M.Pd.

Kata kunci: Manajemen Pendidikan Pesantren Satu Atap

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pendidikan pesantren satu atap di Pondok Pesantren Pancasila. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana pelaksanaan manajemen pendidikan pesantren satu atap di Pondok Pesantren Pancasila. (2) apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melaksanakan manajemen pendidikan pesantren satu atap, (3) upaya saja yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas manajemen system pendidikan pesantren satu atap di Pondok Pesantren Pancasila. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan pengkajian dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, display dan pengan kesimpulan.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa manajemen pesantren satu atap

telah dilaksanakan dengan baik, sesuai dengan perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), penggerak (actualling) dan pengawasan

(11)

xi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Kegunaan Penelitian... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian…... 9 A.Manajemen Sistem Pendidikan Pesantren Satu Atap... 17

1. Pengertian Manajemen... 18

2. Manajemen Sebagai Sistem... 24

3. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah... 25

B. Pengertian Pondok Pesantren... 33

C. Karakteristik Pendidikan Pesantren... 35

D. Tipologi Pondok Pesantren………....………... 38

E. Elemen-elemen Pesantren……….... . 40

F. Pesantren Satu Atap………..…... 42

BAB III : TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum... 44

1. Letak Georgafis………... 44

2. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Pancasila…………....…... 44

3. Visi, Misi, dan Tujuan PP. Pancasila………... 46

4. Keadaan Pendidik/Tenaga Pengajar………...……….... 49

(12)

xii 6. Preastasi

Siswa……...……….... 55

7. Bagian

Keuangan………. 64

8. Sarana dan

Prasarana………...………... 69 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN

A. Hasil

Penelitian………... 72

B. Analisis Data Penelitian……… 95

C. Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Pesantren Satu Atap di Pondok

Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga………. 101

D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan

Pesantren Satu

Atap………..………... 104 E. Upaya Meningkatkan Manajemen Pesantren Satu Atap……... 106 BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan... 107 B. Saran... 109

DAFTAR PUSTAKA……… 110

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gambaran dan Lokasi Pondok Pesantren Pancasila

Tabel 3.2 Data Ustadz/Ustadzah Pondok Pesantren Pancasila

Tabel 3.3 Keadaan Santri/Siswa Pondok Pesantren Pancasila

Tabel 3.4 Prestasi Akademik dan Non Akademik

Tabel 3.5 Jadwal Pelajaran Pondok Pesantren Pancasila

Tabel 3.6 Dirosah Santri Pondok Pesantren Pancasila

Tabel 3.7 Susunan Pengurus Pondok Pesantren Pancasila

Tabel 3.8 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Pancasila

Tabel 4.1 Daftar Identitas Informan atau Responden

Tabel 4.2 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 1

Tabel 4.3 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 2

Tabel 4.4 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 3

Tabel 4.5 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 4

Tabel 4.6 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 5

Tabel 4.7 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 6

Tabel 4.8 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 7

Tabel 4.9 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 8

Tabel 4.10 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 9

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Panduan Wawancara

Lampiran 2. Daftar Ustadz

Lampiran 3. Daftar Santri Pondok Pesantren Pancasila

Lampiran 4. Daftar Identitas Responden

Lampiran 5. Profil Sekolah MTs SA Pancasila

Lampiran 6. Profil Sekolah SMK Pancasila

Lampiran 7. Nota Pembimbing

Lampiran 8. Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 9. Surat Putusan

Lampiran 10. Daftar Nilai SKK

Lampiran 11. Riwayat Hidup

(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi dewasa ini Pondok Pesantren mempunyai peran

penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan

kualitas sumber daya manusia, karena tuntutan zaman dan juga persaingan

global yang semakin ketat sehingga dibutuhkan pendidikan yang merata bagi

seluruh warga Negara. Pendidikan merupakan bagian yang tidak lepas dari

semua individu di dunia ini, dengan pendidikan maka tingkat kepandaian dan

kemampuan setiap orang akan meningkat.

Pendidikan di Indonesia saat ini sedang mendapat sorotan, baik dari

pemerintah maupun pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan aspek

pendidikan. Pada mulanya pertumbuhan pendidikan berawal dari bentuk

pembelajaran yang terselenggara di masyarakat dalam bentuk formal atau

sistem pembelajaran tradisional. Era modernisasi seperti saat ini dimana

proses interaksi sosial berjalan semakin meningkat cepat, tingkat mobilisasi

masyarakat semakin tinggi. Maka, diharapkan pendidikan mampu menjawab

tantangan hadirnya dunia baru yang semakin akseleratif dengan berbagai

macam konsekuensi di dalamnya.

Dewasa ini yang menghendaki adanya pembinaan siswa/santri yang

dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan,

kecerdasaan, keterampilan kemampuan komunikasi, dan kesadaran teknologi,

(16)

2

teknologi) dan IMTAQ (iman dan taqwa), sehingga memperoleh kebahagiaan

dunia dan akherat yang didasarkan pada perintah Allah dalam Al-Qur‟an surat Al-Qashas ayat 77 :

َةَرِخ ْلْا َراَّدلا ُهَّللا َكاَتآ اَميِف ِغَتْ باَو

(kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan

kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuatlah kebaikan (kepada

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah

kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S Al-Qoshas: 77).

Telah beredar pemahaman dikalangan masyarakat adanya dualisme

pendidikan, yaitu lembaga pendidikan yang disebut sebagai lembaga

pendidikan umum (lembaga sekolah yang mengajarkan ilmu-ilmu bumi) dan

lembaga pendidikan agama (lembaga/sekolah yang mengajarkan ilmu-ilmu

agama) termasuk “Pondok Pesantren”, karena pesantren merupakan lembaga

pedidikan agama yang spesifik di Indonesia, semula Pondok Pesantren lebih

dikenal sebagai lembaga pendidikan agama yang hanya mengajarkan

(17)

3

Namun seiring dengan kebutuhan siswa dalam menghadapi tantangan

zaman maka pesantren memasukkan pendidikan umum dalam lembaga

Pondok Pesantren, sehingga siswa atau santri lebih siap dalam menghadapi

tantangan zaman yang semakin maju dengan teknologi yang semakin

berkembang. Fenomena pendidikan tersebut mewujud dalam bentuk

penggabungan antara pendidikan formal dan informal yang terbalut dalam

satu bingkai lembaga atau satuan pendidikan. Atau bisa dikatakan dengan

bahasa yang lain yaitu pendidikan yang mengintegrasikan (Integrated

Education) antara pendidikan umum dengan pendidikan agama.

Berbicara mengenai SDM, dapat dilihat dari kedua aspek, yakni

kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah SDM yang umumnya

dapat dianggap kurang penting kontribusinya terhadap pembangunan

masyarakat, dibandingkan aspek kualitas. Bahkan kuantitas SDM tanpa

disertai kualitas yang baik, akan menjadi beban pembangunan itu sendiri.

Sedangkan kualitas menyangkut mutu SDM, yang berkaitan dengan

kemampuan, baik kualitas fisik maupun kualitas non-fisik (kecerdasan dan

mental). Karena itu, untuk kepentingan pembangunan, maka kualitas SDM

merupakan prasarat utama.

Untuk mendapatkan kualitas serta kuantitas sumber daya manusia yang

mumpuni sebagaimana yang telah tertulis di atas. Maka, sangat diperlukan

adanya sistem tata kelola yang baik, manajemen yang terarah, sistematis serta

produktif. Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan

(18)

4

tindakan yang telah diputuskan sebelumnya. Hal tersebut meliputi segala

pengetahuan yang mana harus di laksanakan. Sejalan dengan itu, manajemen

pengelolaan yang ada relevansinya dengan lembaga, institusi, instansi

maupun satuan pendidikan perlu ditata sedemikian rupa hingga mampu

menciptakan iklim yang terintegrasi satu sama lain. Manajemen sekolah yang

berbasis pesantren perlu betul-betul diarahkan kepada manajemen yang

efektif dan tepat sasaran guna menyasar pada pencapaian pendidikan yang

transformative sesuai pada prinsip pengajaran pesantren.

Karena perkembangan pendidikan nasional, penyelanggaraan Pondok

Pesantren kini tidak lagi terpaku pada metode dan sistem klasik, namun juga

telah menerapkan jalur sekolah, yaitu dengan didirikannya sekolah atau

madrasah dilingkungan Pondok Pesantren.

Pondok Pesantren Pancasila adalah salah satu lembaga pendidikan non

formal yang berada di kota Salatiga. Pesantren ini sudah berdiri sejak tahun

September 1991, pondok pesantren Pancasila berdiri sebagai salah satu

lembaga pendidikan non formal sekaligus sebagai tempat pembelajaran

pendidikan agama Islam yang meliputi berbagai ilmu keagamaan dan ilmu

umum. Pondok pesantren Pancasila memiliki lembaga pendidikan formal,

yaitu MTs Pancasila dan SMK Pancasila, siswa-siswi yang sekolah di

sekolahan tersebut adalah santri-santri yang ada di pesantren Pancasila, tapi

ada juga siswa yang dari luar pondok pesantren. Untuk mencetak lulusan

yang baik dan yang mandiri dalam hal ilmu agama dan ilmu umum maka

(19)

5

dalamnya harus melakukan pengelolaan penataan manajemen pendidikan

dalam mengembangkan pendidikan yang efektif. Dari masalah yang telah

dipaparkan sebagaimana keterangan yang telah di jelaskan. Untuk

membuktikan konsep tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN

PESANTREN SATU ATAP (Studi Kasus Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga Tahun 2017)”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah ini maka penulis memiliki

beberapa hal yang mengulas tentang manajemen sistem pendidikan pesantren

satu atap studi kasus Pondok Pesantren Pancasila, yang meliputi:

1. Bagaimana manajemen sistem pendidikan pesantren satu atap di Pondok

Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017?

2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat manajemen system

pendidikan pesanten satu atap di Pondok Pesantren Pancasila Blotongan

Kota Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017?

3. Upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas manajemen

sistem pendidikan satu atap di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan,

(20)

6 C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam

penelitian, isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1.Untuk dapat mengetahui bagaimana manajemen sistem pendidikan

pesantren satu atap di Pondok Pesantren Pancasila Blotongan, Salatiga

Tahun 2016/2017.

2.Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat Manajemen

sistem pendidikan Pesantren Satu atap di Pondok Pesantren Pancasila

Blotongan Salatiga. Tahun ajaran 2016/2017

3.Untuk dapat mengetahui upaya yang dilakukan dalam meningkatkan

pendidikan pesantren satu atap Pondok Pesantren Pancasila blotongan

salatiga tahun ajaran 2016/2017

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan memberikan kegunaan sebagai berikut:

1.Manfaat secara teoritis

a. Sebagai sumbangsih dalam upaya memberikan informasi ilmiah

terkait manajemen sistem pendidikan pondok pesantren satu atap.

b. Mengembangkan wawasan keilmuan dalam pendidikan khususnya

terkait manajemen sistem pendidikan satu atap.

c. Memberikan sumbangan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan

sumber daya manusia, khususnya yang berkaitan dengan manajemen

(21)

7 2.Manfaat Praktis

a. Bagi pembaca

Memberi pengetahuan tentang manajemen sistem pendidikan satu

atap dan menjadikan pembaca mengetahui bagaimana

pengorganisasian pesantren terkait faktor-faktor penunjang dalam

pelaksanaan pendidikan.

b. Bagi lembaga pendidikan pesantren sebagai fokus penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam memberikan

pengetahuan serta sebagai upaya meningatkan mutu pendidikan dan

memberi sumbangsih pemikiran serta ide terhadap penyelenggaraan

pendidikan di pesantren.

c. Bagi peneliti

Mendapatkan ilmu baru yang bermanfaat sebagai pengetahuan dalam

bidang manajemen sistem pendidikan di Pondok Pesantren satu atap

di Pondok Pesantren.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran judul di atas, maka

perlu pembatasan pembahasan yang akan penulis teliti sehingga tidak terjadi

pembiasaan dalam permasalahan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu

di ketahui maksud dari istilah dalam judul di atas.

(22)

8

Manajemen merupakan proses merencana, mengorganisasi,

memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya

agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efesien (Fattah, 2004: 1).

2. Sistem

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema”, yang mempunyai arti bagian-bagian yang terhimpun atau komponen yang saling berhubungan

secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Sedangkan dalam kamus

Besar Bahasa Indonesia sistem diartikan seperangkat unsur yang secara

teratur saling berkaitan sehingga membentuk satu totalitas. Hal senada pun

terdapat pada kamus umum Bahasa Indonesia yang mengartikan sistem

adalah sekelompok bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan

sesuatu.

3. Pendidikan

Adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi

dalam dirinya (Usman, 2006: 30).

Melihat dari ciri-ciri tersebut, dapat diketahui bahwa pendidikan

adalah suatu sistem, hal ini terlihat pada pendidikan yang mempunyai

komponen-komponen seperti pada ciri-ciri suatu system, sehingga

pendidikan tidak dapat terlepas dengan suatu sistem.

Sedangkan maksud dari manajemen sistem pendidikan adalah suatu

kegiatan atau rangkaian kegiatan berupa proses pengelolaan usaha

(23)

9

pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

sebelumya, agar efektif dan efesien. Manajemen sistem pendidikan juga

dapat didefinisikan sebagi seni dan ilmu mengelola sumber daya

pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya

(Usman, 2006: 7).

Jadi, manajemen sistem pendidikan yang dimaksud oleh penulis

dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengelolaan pendidikan yang

dilaksanakan di Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga

tahun ajaran 2006-2017.

4. Pondok Pesantren Satu Atap

Pondok Pesantren satu atap, yaitu Pondok Pesantren yang di

dalamnya memiliki lembaga pendidikan formal dan kemudian mendapat

sumbangan bantuan gedung untuk MTs dari pemerintah Australia pada

tahun 2009/2010.

F. Metode Penelitian

Pendekatan dan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.

Metode penelitian ini juga disebut metode penelitian naturalistik karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alami (natural Setting), di sebut

juga metode enoghrapi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak di

gunakan untuk antropologi budaya, di sebut sebagai metode kualitatif, karena

data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiono,

(24)

10

mengenai manajemen system pendidikan pesantren satu atap di Pondok

Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018.

G.Sumber Data

Pada tahap ini, peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai

sumber data yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dalam

penelitian ini terdapat dua data yaitu: data utama (Primer) dan Data Skunder

(Skunder).

a.Data Primer

Data primer adalah yang langsung di kumpulkan oleh peneliti dari

sumber pertanyaan (Suryabrata, 2003:39). Adapun yang terlibat

langsung sebagai sumber data primer di sini yaitu:

No NAMA JABATAN

1. K. Mukhlasin/Ketua Yayasan Pengasuh PP.Pancasila

2. Mansur Hidayat Ketua Pondok

3. Sri Mulyani Kepala Sekolah SMK Pancasila

4. Nur Fadhilah Kepala Sekolah Mts Pancasila

5. Andre Ferdianto Bagian sarana prasarana

6. Lilik masfufah Kepala bagian keuangan

7. Sakinatul Birroh Kepala bagian Kesiswaan

8. Maria Ulfa Pengurus

9. Siti Isnaini Pengurus

10. Samsul Arifin Pengurus

b. Data Skunder

Data skunder adalah data yang sudah tersusun dan sudah di

jadikan dalam bentuk dokumen-dokumen (Suryabrata, 2003: 40).

(25)

11

dengan Manajemen Sistem Pendidikan, arsip-arsip, dokumen, catatan

dan laporan Pondok Pesantren Pancasila.

H. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data disini digunakan untuk memperoleh data

melalui beberapa yang nantinya akan dijadikan hasil penemuan di dalam

penelitian ini. Adapun Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a.Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya

jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari

pihak yang mewancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai

(Fathoni, 2011: 105).

Dalam metode ini peneliti meneliti dengan memberikan

instrument atau panduan wawancara secara terstruktur kepada responden,

wawancara disini di fokuskan tentang bagaimana manajemen system

pendidikan pesantren satu atap di Pondok Pesantren Pancasila Blotongan

Kota Salatiga yang mana fokusnya adalah manajemen sistem pendidikan

pesantren satu atap.

(Arikunto (2010: 270) mengemukakan bahwa secara garis besar

ada dua macam pedoman wawancara:

1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara

yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Hasil

wawancara dengan jenis ini lebih banyak tergantung dari

(26)

12

2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang

disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-List.

Peneliti disini menggunakan pedoman wawancara tidak

terstruktur. Namun responden telah disiapkan pertanyaan-pertanyaan

wawancara yang dicetak dan dibagikan kepada setiap responden

kedalam pokok pembahasan wawancara. Adapun

langkah-langkahnya, peneliti mengawali dengan menentukan siapa saja

responden yang akan diwawancarai yaitu guru/ustadzah sebanyak 10

orang yang terdiri dari ketua yayasan, pengurus pesantren,

guru/ustadzah di pesantren. Setelah itu peneliti melakukan wawancara

secara langsung dengan lembar pedoman tersebut sebagai pendukung

atau acuan responden dalam wawancara yang kemudian hasil

jawabannya dituliskan secara lengkap dan dijabarkan melalui lembar

pedoman tersebut.

b. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap

keadaan atau perilaku objek sasaran (Fathoni, 2011:104). Disini peneliti

meneliti tetang bagaimana manajemen system pendidikan pesantren satu

(27)

13 c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapan, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2014:274).

Pada penelitian ini, penelititi akan menggali informasi dari dokumen

yang sudah ada untuk dicari beberapa informasi mengenai data tentang

dinamika organisasi keagamaan atau organisasi sekolah termasuk prestasi

yang pernah di peroleh, semua itu dapat digali lewat arsip atau dokumen

yang ada.

I. Analisi Data

Analisis data dari pengumpulan data merupakan tahapan yang peting

dalam menyelesaikan suatu kegiatan ilmiah. Sehingga analisis data di sini

berfungsi untuk member arti, makna dan nilai yang terkandung dalam sata

tersebut. Analisis dalm penelitian kualitatif dimulai sejak peneliti

mengumpulkan data di lapangan, sejak akan masuk ke lapangan, ketika

sedang berada di lapangan da sesudah selesai mengumpulkan data di

lapangan (Kasiran, 2008: 351-352). Peneliti memulai proses analisis data

dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari

observasi yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, wawancara maupun

dokumen. Analisi data kualitatif berkaitan dengan:

a) Reduksi data

Reduksi data dimasukkan untuk memperoleh data yang lebih focus

(28)

14

gambaran yang jelas. Reduksi data merupakan penyederhanaan yang

diperoleh dari catatan lapangan sebagai upaya untuk

mengorganisasikan data dan mempermudah penarikan kesimpulan.

b) Penyajian data

Data yang dihasilkan melalui proses reduksi data akan langsung

disajikan sebagai kumpulan informasi terusan yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penulis membuat ini dengan naratif guna memperjelas hasil

penelitian.

c) Kesimpulan dan Verifikasi

Verifikasi merupakan penarikan kesimpulan melalui diskusi dengan

teman atau analisis dari peneliti. Penarikan kesimpulan hanyalah

sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.

Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama kegiatan berlangsung (Suprayogo

dan Tobroi, 2003: 95).

d) Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, data yang telah berhasil digali

dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan

kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu, peneliti harus memilih

dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas

data yang diperolehnya. Cara pengumpulan data yang beragam

tekniknya harus sesuai dan tepat untuk menggali data yang benar-benar

(29)

15

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria

tertentu. Dalam penelitian ini, validitas dan reabilitas data yang akan

digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik

Triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Lebih spesifik

triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

sumber.

Triangulasi sumber, yakni membandingkan dan mengecek baik

derajat kepercayaan suatu informan yang diperoleh melalui waktu dan

alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai

salah satunya dengan jalan/cara membandingkan hasil wawancara

narasumber atau informan satu dengan narasumebr/informan penelitian

yang lain (Moleong, 2007:330-331).

J. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan diperlukan untuk menata dan mengatur sistematika

penulisan sehingga mudah dibaca dan dipahami, adapun sistematika

penulisan dalam laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Memuat tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, kajian penelitian terdahulu dan

(30)

16 BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Memuat kajian pustaka tentang manajemen sistem pendidikan

Pondok Pesantren satu atap studi kasus Pondok Pesantren

Pancasila Blotongan Kota Salatiga tahun ajaran 2016/ 2017, yang

meliputi: teori pesantren satu atap, beberapa kinerja pelaksanaan

manajemen sistem pendidikan pesantren satu atap ditinjau dari

manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen

keuangan, sarana prasarana, manajemen ketenaga kependidikan

atau personalia serta faktor pendukung serta penghambat sekaligus

upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan pesantren satu atap

BAB III: TEMUAN PENELITIAN

Laporan hasil penelitian meliputi gambaran umum lokasi dan

subyek penelitian serta penyajian data hasil penelitian.

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN Pembahsan hasil penelitian berisi tentang hasil penelitian dan

analisis data penelitian

BAB V: PENUTUP

Mengakhiri penulisan skripsi pada bab ke lima menguraikan

mengenai kesimpulan akhir dari penelitian, kritik saran yang

berhubungan dengan pihak-pihak terkait subyek penelitian.

(31)

17 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Manajemen Sistem Pendidikan Pesantren Satu Atap 1. Pengertian Manajemen

Kata manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu asal dari kata

manus” yang berarti tangan dan “agree” yang berarti melakukan,

kata-kata itu digabung menjadi kata-kata kerja menjadi kata-kata “manager” yang artinya

menangani, manager diterjemahkan dalam bahasa inggris dalam bentuk

kerja to manager, dengan kata benda managemen, kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang memiliki arti penggelolaan

(Usman, 2006: 6).

Menurut Holt (dalam Winardi, 2000: 25) “Management is the

process of planning, organizing, leading, and controlling that

encompasses human, material, financial and information resources is an

organizational eniounment”.

Menurut Wahyudi (1996: 15)” Manajemen adalah suatu seni dan ilmu dari perbuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi

(evaluating) tentang keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi

yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa

mendatang”.

Menurut Guther Hullick (1999: 5) bahwa manajemen manajemen

(32)

18

untuk mamahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama

untuk mencapai tujuan dan membuat system kerjasama ini lebih manfaat

bagi kemanusiaan.

Menurut Jauch (1994: 6) bahwa manajemen adalah sejumlah

keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi

atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran

perusahaan, proses manajemen adalah dengan cara jalan mana para

perencana strategi menentukan sasaran dalam mengambil keputusan.

Menurut Sergiovanni dkk, yang terdapat dalam buku Ibrahim

Bafadhal, mengatakan bahwa “Manajemen sebagai process of working with and through others to accomplish organizational goals efficiently”.

(Manajemen sebagai proses kerja melalui orang lain untuk mencapai

tujuan organisasi secara efisien). Di dalam manajemen meliputi

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerak

(Actuanting), dan pengawasan (controlling). Manajemen merupakan suatu

proses sosial yang berhubungan dengan keseluruhan usaha manusia

dengan manusia lain serta sumber sumber lainnya dengan menggunakan

metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan

sebelumnya.

2. Fungsi-Fungsi Manajemen

Dari beberapa fungsi yang telah diungkapkan oleh para ahli di atas,

menurut penulis, fungsi manajemen menurut G.R. Terry dan Guther

(33)

19

(planning), pengorganisasian (organizing), penggerak (Actuanting), dan

pengawasan (controlling). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta

menggunakan asumsi-asumsi tentang masa depan dalam membuat

visualisasi dan perumusan kegiatan yang diusulkan dan memang

diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Planning mencakup

kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif

keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan

melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan

untuk masa mendatang. Perencanaan tidak muncul tiba-tiba, akan tetapi

berangkat dari sumber-sumber yang menjadi dasar dan inspirasi.

Adapun sumber-sumber perencanaan adalah:

1) Visi organisasi

2) Kebijakan organisasi

3) Hasil pengawasan

4) Kebutuhan mendatang

5) Studi yang berkesinambungan

6) Inisiatif dari dalam maupun dari luar organisasi

Perencanaan berarti menentukan sebelumnya apa yang harus dilakukan

dan bagaimana melakukannya. Fungsi perencanaan mencangkup tujuan,

(34)

20

apa yang dikirakan akan terjadi, dalam manajemen pendidikan

perencanaan memiliki manfaat-manfaat antara lain sebagai berikut:

1) Standar pelaksanaan dan pengawasan dalam setiap program

pendidikan yang akan dilaksanakan.

2) Penyususnan skala prioritas baik sasaran maupun kegiatan

pendidikan yang akan diselenggarakan dan akan ditetapkan.

3) Alat dalam memudahkan untuk berkoordinasi dengan pihak

terkait semua komponen penyelenggaraan pendidikan (Usman,

2006:49).

Fungsi diatas memberikan dukungan yang penuh dalam

merencanakan suatu perencanaan yang mengacu pada penentapan

tujuan, standar, aturan prosedur dan pembuatan rencana, juga

memberikan kemudahan dalam koordinasi dengan semua pihak

komponen penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tujuan yang

hendak dicapai.

b. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan

hubungan-hubungan yang efektif antara orang-orang, hingga mereka dapat

bekerja sama secara efisien dengan demikian mereka memperoleh

kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam

kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran

(35)

21

Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen

yang dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang

dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat

diselesaikan dengan sukses. Yang mencakup membagi

komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke

dalam kelompok-kelompok; membagi tugas kepada seorang manajer

untuk mengadakan pengelompokkan tersebut; dan menetapkan

wewenang di antara kelompok atau unit-unit organisasi. Esensi dari

pengorganisasian adalah pembagian tugas, wewenang, dan tanggung

jawab. Adapun fungsi pengorganisasian adalah untuk:

1) Membagi tugas serta mengatur kerjasama

2) Mencegah adanya overlapping (tumpang tindih)

3) Memperlancar proses kerja

Membuat kejelasan tanggung jawab Proses pengorganisasian pada

dasarnya meliputi pembatasan dan penjumlahan tugas-tugas,

pengelompokkan dan pengklasifikasian tugas-tugas, serta pendelegasian

wewenang.

b. Penggerak (actuanting)

Penggerak (actuanting) adalah salah satu fungsi manajemen yang

berfungsi untuk merealisasikan hasil perencanaan dan pengorganisasian.

Actuanting adalah upaya untuk menggerakan atau mengarahkan tenaga

kerja (man power) serta mendayagunakan fasilitas yang ada dengan

(36)

22

merupakan usaha untuk menggerakan anggota-anggota kelompok

sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk

mencapai sasaran perusahaan yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya

mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan

melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan

pengorganisasian agar tujuan tercapai secara efektif dan efisien.

c. Penyusunan Pegawai(Staffing)

Pengisian jabatan (staffing) akan mempengaruhi “kepemimpinan dan

pengendalian”. Pengisian jabatan mengharuskan adanya pendekatan dengan

sistem terbuka (open-system approach). Pengisian jabatan dilaksanakan di

dalam institusi, yang pada gilirannya mempunyai hubungan dengan

lingkungan luarnya. Aktifitas yang dilakukan dalam fungsi ini, antara lain

menentukan, memilih, mengangkat, membina, membimbing sumber daya

manusia dengan menggunakan berbagai pendekatan dan atau seni pembinaan

sumber daya manusia. Penyediaan staf merupakan pengarahan dan latihan

sekelompok orang yang mengerjakan sesuatu tugas, dan memelihara kondisi

kerja yang menyenangkan.

d. Pengarahan (Directing)

Pengarahan adalah penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan

bimbingan terdapat para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun

fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar, dengan

(37)

23

di bidangnya masing-masing tidak menyimpang dari garis program yang telah

ditentukan.

e. Koordinasi (Coordinating)

Coordinating atau pengkoordinasian merupakan satu dari beberapa fungsi

manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan,

percekcokan, kekosongan kegiatan dengan jalan menghubungkan,

menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja

sama yang terarah dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Koordinasi

adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi

kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar

kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para

anggota itusendiri.

f. Pelaporan (Reporting)

Dengan pelaporan dimaksudkan sebagai fungsi yang berkaitan dengan

pemberian informasi kepada manajer, sehingga yang bersangkutan dapat

mengikuti perkembangan dan kemajuan kerja. Jalur pelaporan dapat bersifat

vertikal, tetapi dapat juga bersifat horizontal. Pentingnya pelaporan terlihat

dalam kaitannya dengan konsep sistem informasi manajemen, yang

merupakan hal penting dalam pembuatan keputusan oleh manajer.

g. Pembuatan Anggaran (Budgeting)

Luther Gullick mengemukakan bahwa penganggaran termasuk salah satu

fungsi manajemen. Penganggaran adalah fungsi yang berkenaan dengan

(38)

24

anggaran, baik APBN maupun APBD, menunjukkan dua hal: pertama sebagai

satu pernyataan fiskal dan kedua sebagai suatu mekanisme. APBN

merupakan kependekan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

APBN adalah anggaran pendapatan dan belanja negara Republik Indonesia

setiap tahun yang telah disetujui oleh anggota DPR (Dewan perwakilan

Rakyat).

h. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan dalam manajemen suatu lembaga merupakan suatu bentuk

evaluasi dalam setiap kegiatan-kegiatan yang akan dilakasanakan dan telah

terlaksana, sehingga hasil dan rencana pelaksana sesuai dengan yang telah di

susun dan ditetapkan. Pengawasan adalah fungsi manajemen yang terakhir,

pengawasan adalah pengamatan dan pengukuran, apakah pelaksanaan dan

hasil kerja sudah sesuai dengan perencanaan atau tidak. Kalau tidak sesuai

dengan rencana, apa kendalanya dan bagaimana menghilangkan kendala

tersebut agar hasil kerja dapat sesuai dengan apa yang diharapkan (Abbas,

2009:102).

Tujuan pengawasan dalam lembaga pendidikan yaitu untuk membantu

mempertahankan hasil atau out-put yang sesaui dengan sayarat-syarat sistem.

Artinya dengan melakukan kerja pengawasan, diharapkan dapat mencapai

kualitas produk organisasi berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan.

3. Manajemen Sebagai Sistem

Ilmu manajemen yang menjadi prasarat berjalannya program

(39)

25

dalam lembaga pendidikan. Jangan samapai manajemen tersebut hanya

pemanis lidah “lips servise”, tetapi kosong dalam praktik. Sistem adalah

suatu kesatuan yang utuh dengan bagian-bagian yang tersusun secara

sistematis, yang mempunyai relasi satu dengan yang lain, dan sesuai

dengan konteknya. Bila sekolah atau lembaga pendidikan dipandang

sebagai sistem, maka termasuk sistem terbuka begitu pula dengan

manajemen, sistem terbuka mempunyai arti sekolah, pendidikan, atau

manajemen tidak mengisolasi diri dari lingkungannya, melainkan selalu

mengadakan kontak hubungan kerja sama.

Dalam pembahasan manajemen kita perlu memakai pendekatan

sistem, karena gerakan sistem adalah sesuatu yang baru cocok diterapkan

dalam bidang pendidikan pada umumnya dan manajemen khususnya,

masih ada gerakan yang mutakhir dalam administrasi, yaitu cintigency

atau pendekatan situasional. Namun, pendekatan ini tidak dipilih

mengingat pendekatan sistem itu sendiri bisa merangkul pendekatan

situasional berkat keterbukanya terhadap lingkungan (Asmani, 2009:84).

4. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah

Wahyudi (1996:15) “Manajemen berbasis Sekolah adalah suatu seni dan ilmu dari Pembuatan (Formulating), penerapan (implementing)

dan evaluasi (evaluating) tentang keputusan-keputusan strategis antar

fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai

(40)

26

Jadi, manajemen pendidikan adalah sebagai suatu proses atau

sistem pengelolaan kegiatan-kegiatan pengelolaan pada suatu sistem

pendidikan yang bertujuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar

yang mencangkup tujuan umum dan tujuan khusus yang semuanya

bermaksud mengubah nasib kaum yang berada dalam kebodohan dan

berusaha menjadi yang diharapkan Allah yang mengemban misi sebagai

kholifah dimuka bumi.

a. Tujuan Umum Manajemen Pendidikan

Secara umum manajemen pendidikan bertujuan untuk menyusun

suatu sistem pengelolaan yang meliputi:

1) Organisasi kurikulum

2) Pengelolaan keuangan

3) Pengelolaan sarana dan prasarana

4) Pengelolaan kesiswaan

5) Pengelolaan hubungan dengan masyarakat, yang mendukung

terlaksananya proses pembelajaran yang relevan, efektif dan

efisien yang menunjang tercapainya suatu tujuan pendidikan.

b. Tujuan Khusus Manajemen Pendidikan

Secara khusus manajemen pendidikan bertujuan menciptakan

sistem pengelolaan yang relefan, efektif, efisien yang dapat

dilaksanakan dan mencapai sasaran dengan suatu pola struktur

(41)

27

pemimpin/pengelola program, tenaga tata usaha, dan tenaga

pembinaan/pembimbing.

c. Prinsip Manajemen

Pentingnya prinsip-prinsip dasar dalam praktik manajemen antara

lain: (1) menentukan cara/metode kerja; (2) pemilihan pekerja dan

pengembangan keahliannya; (3) pemilihan prosedur kerja; (4)

menentukan batas-batas tugas; (5) mempersiapka dan membuat

spesifikasi tugas; (6) melakukan pendidikakn dan latihan; (7)

menentukan system dan besarnya imbalan. Semua itu dimaksudkan

untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan produktivitas kerja

(Fattah, 2004: 12).

d. Tujuan Manajemen

Manurut Shrode Dan Voich (1947) tujuan utama manajemen

adalah produktivitas dan kepuasan.Mungkin saja tujuan ini tidak

tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan mutu

pendidikan lulusannya, keuntungan profit yang tinggi, pemenuhan

kesempatan kerja, pembangunan daerah nasional, tanggung jawab

sosial. Tujua-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan

mengkajian terhdap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan

dan kelemahan, peluang, dan ancaman (Fattah, 2004:15).

Merujuk kepada kebijakan Direktorat pendidikan menengah umum

(42)

28

diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di

sekolah, yang mencangkup:

a. Manajemen kurikulum 1. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir

(pelari) dan curere (tempat berpacu), dan pada awalnya digunakan

dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai

jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start

sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan.

Kurikulum didefinisikan oleh Beauchamp, bahwa, “A Curriculum is a written document which may contain many

ingredients, but basically it is a plan for the education of people

during their enrolment in given school”. Kurikulum adalah dokumen tertulis yang berisi bahan-bahan, tetapi pada dasarnya

merupakan rencana pendidikan bagi orang-orang yang selama

mereka mengikuti pendidikan yang diberikan di sekolah.

2. Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan (peserta didik) merupakan salah satu

bidang manajemen sekolah, manajemen kesiswaan adalah

penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan

peserta didik mulai masuk sekolah hingga keluarnya peserta didik

dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk

(43)

29

meliputi aspek yang lebih luas secara opersional dapat membantu

upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui

proses pendidikan sekolah.

Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai

kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di

sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai

tujuan pendidikan sekolah (Mulyasa, 2009: 46).

Pada hakikatnya, tujuan dari pembinaan dan pengembangan

peserta didik itu sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional

Indonesia yang tercantum dalam GBHN, peserta didik sebagai

kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional,

harus dipersiapkan sebaik-bainya serta dihindarkan dari segala

kendala yang merusaknya, dengan memberikan bekal secukupnya

dalam kepemimpinan.

3. Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan

dengan kiat sekolah dalam mengali dana, kiat sekolah dalam

mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program

tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara

melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti dari

manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi efektivitas

(44)

30

Jadi, manajemen keuangan adalah segala aktifitas organisasi yang

berhubungan dengan bagaimana pemperoleh dana, menggunaan dana,

mengelola dana, dan mengelola asset sesuai tujuan organisasi secara

menyeluruh. Sedangkan manajemen keuangan pesantren adalah

seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan

dilaksanakan/diusahakan secara sengaja atau sungguh-sungguh, serta

pembinaan secara kontinu terhadap biaya operasional sekolahsehingga

kegiatan pendidikan lebih efektif dan efisien serta membantu

pencapaian tujuan pendidikan.

Sumber keuangan dan pembiyayaan pada suatu sekolah secara

garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu (1)

pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah atau kedua-duanya, yang

bersifat umum atau khsusus dan diperuntukkan bagi kepentinngan

pendidikan; (2) orang tua atau peserta didik; (3) masyarakat baik

mengikuti atau tidak mengikuti. Berkaitan dengan penerimaan

keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegasskan dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 1989 bahwa karena keterbatasan

kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan dana

pendidikan merupaka tanggung jawab bersama antara pemerintah,

masyarakat, dan orang tua (Mulyasa, 2001: 41).

Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang

memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin

(45)

31

transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber dari

pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.

4. Manajemen Sarana dan Prasarana

Manajemen sarana dan prasarana sekolah merupakan

tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk

merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan

sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja,

memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan

menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan prasarana sekolah.

Sarana pendidikan merupakan peralatan dan perlengkapan

secara langsung untuk menunjang proses pendidikan, khususnya

proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi,

serta alat-alat media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan

sarana pendidikan adalah falisitas yang secara tidak langsung

menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran seperti

halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi tidak

dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar menagjar,

tetapi taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah

sekaligus lapangan olah raga, tersebut termasuk sarana pendidikan.

5. Manajemen Personalia

Manajemen personalian adalah tehnik atau prosedur yang

berhubungan dengan pengelolaan SDM didalam suatu organisasi.

(46)

32

baik tenaga edukatif maupun tenaga administrative secara efektif

dan efisien banyak tergantungnya pada kemampuan kepala

sekolah/ madrasah/lembaga pendidikan lainnya baik sebagai

manajer maupun kepala lembaga pendidikan tersebut

(suryosubroto, 2004: 86).

Personalia adalah komponen yang bertanggung jawab

dalam upaya mencapai tujuan dalam pendidikan, maka peronalia

memiliki tanggung jawab yang sangat besar.

Terdapat empat Prinsip dasar manajemen peronalia, yaitu:

1) Dalam pengembangan suatu lembaga pendidikan baik

sekolah/madrasah/pesantren, sumberdaya manusia adalah

komponen paling penting dalam menunjang berlangsungnya

kegiatan, baik pendidikan maupun keorganisasian lembaga.

2) Sumberdaya manusia akan berperan secara optimal, jika dikelola

dengan baik, sebagaimana penunjang tercapainya tujuan dari

lembaga.

3) Kultur dan suasana organisasi lembaga pendidikan serta perilaku

manajerialnya sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan

pengembangan sekolah/madrasah/pesantren.

4) Manajemen personalia sekolah/madrasah/pesantren pada

prinsipnya mengupayakan agar setiap warga (guru/ustadz, staf

(47)

33

bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan

lembaga pendidikan (Kompri, 2014: 17).

Di samping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal

yang penting dalam manajemen personalia adalah berkenaan

penugasan kompetensi manajemen dari para personil di sekolah.

Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap

personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.

B. Pengertian Pondok Pesantren

Pondok Pesantren berasal dari kata funduk yang berarti hotel atau

asrama. Pondok berfungsi sebagai asrama bagi santri, pondok merupakan ciri

khas tradisi pesantren yang membedakan dengan sitem pendidikan tradisional

di masjid-masjid yang berkembang di kebanyakan wilayah Negara-Negara

lain (Muliawan, 2005:156-157).

Pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar agama

Islam, sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti, tempat orang

berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yang mengartikan pesantren

adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkannya sebagai

pedoman hidup keseharian (Haidar Putra Daulany, 2004:26-27).

Dhofier (1994: 84) mendefinisikan bahwa Pondok Pesantren adalah

(48)

34

menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya

moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.

Nasir (2005: 80) mendefinisikan bahwa Pondok Pesantren adalah

lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta

mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.

Tim Penulis Departemen Agama (2003: 3) dalam buku Pola

Pembelajaran Pesantren mendefinisikan bahwa Pondok Pesantren adalah

pendidikan dan pengajaran Islam di mana di dalamnya terjadi interaksi antara

kiai dan ustadz sebagai guru dan para santri sebagai murid dengan mengambil

tempat di masjid atau di halaman-halaman asrama (pondok) untuk mengkaji

dan membahas buku-buku teks keagamaan karya ulama masa lalu. Dengan

demikian, unsur terpenting bagi pesantren adalah adanya kyai, para santri,

masjid, tempat tinggal (pondok) serta buku-buku (kitab kuning).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesantren diartikan sebagai

asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan

secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri

biasanya tinggal dipondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab

klasik (kitab kuning) dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu

agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup

keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan

bermasyarakat (Fenomena, 2005: 72).

Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa

(49)

35

ilmu agama (tafaqquh fi al-din) dengan menekankan pada pembentukan moral

santri agar bias mengamalkanya dengan bimbingan kiai dan menjadikan kitab

kuning sebagai sumber primer serta masjid sebagai pusat kegiatan.

C. Karakteristik Pendidikan Pesantren

Potret pesantren dapat dilihat sebagai segi sistem pendidikan pesantren

secara menyeluruh, yang meliputi: materi pelajaran dan metode pengajaran,

prinsip-prinsip pendidikan, sarana dan tujuan pendidikan pesantren,

kehidupan kyai dan santri serta hubungan keduanya. Masing-masing dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Metode pengajaran dalam pendidikan pesantren

Sebagai lembaga pendidikan, Pondok Pesantren walaupun

dikategorikan sebagai lembaga pendidikan tradisional mempunyai

sistem pengajaran tersendiri, dan itu menjadi ciri khas sistem pengajaran

yang dilakukan di lembaga pendidikan formal. Ada beberapa metode

pengajaran yang diberlakukan di pesantren-pesantren, diantaranya:

1) Metode Sorogan

Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti

menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya di

hadapan kyai atau ustad. Sistem sorogan ini termasuk belajar

secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan

seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara

keduanya. sistem sorogan ini terbukti sangat efektif, sistem ini

(50)

36

membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid/santri

dalam menguasai kitab.

2) Metode Wetonan/Bandongan

Istilah wetonan ini berasal dari kata wektu (bhs jawa) yang

berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada

waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum atau sesudah melakukan shalat

fardhu. Metode weton ini merupakan metode kuliah, dimana para

santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang

menerangkan pelajaran secara kuliah. Santri menyimak kitab

masing-masing dan membuat mencatatan hal penting.

3) Metode Musyawarah/Bathsul Masa‟il

Metode musyawarah atau dalam bahasa lain sering disebut

dengan istilah bahtsul masa’il, metode pembelajran yang lebih

mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa santri dengan

jumlah tertentu membentuk halaqoh yang dipimpin langsung oleh

kyai atau ustadz, atau santri senior, untuk membahas atau

mengkaji suatu persoalan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam pelaksanaanya, para santri dengan bebas mengajukan

pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya. Dengan demikian

metode musyawarah lebih menitikberatkan pada kemampuan

perorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu

persoalan dengan argument logika yang mengacu pada kitab-kitab

(51)

37

4) Metode Pasan (Pasanan/Kilatan)

Metode pembelajaran pasan dalam bahasa jawa pasanan

atau sering juga disebut dengan metode kilatan, yaitu metode

pembelajaran kitab kuning yang biasanaya dilaksanakan pada tiap

bulan ramadhan, dalam metode pasanan (kilatan) murid-murid

berkumpul membentuk halaqoh dalam masjid atau tempat lain

dengan membawa kitab dan mendengarkan seorang kyai atau

ustadz yang membacakan kitab tertentu, yang pada umumnya

adalah kitab fiqih, kemudian para santri menuliskan arti pada kitab

gundhul (kitab kunig yang belum memiliki arti) atau sering disebut

dalam bahasa jawa dengan istilah maknani, metode pasanan hampir

sama denganmetode bandongan hanya saja dalam pelaksanaanya

dalam tenggang khatamnya ditentukan dalam waktu tertentu.

b. Sarana dan Tujuan Pesantren

Dengan menyandarkan diri kepada Allah SWT, para kyai pesantren

mulai pendidikan pesantren dengan modal niat ikhlas dakwah untuk

menegakkan kalimat-Nya, didukung dengan sarana prasarana sederhana

dan tebatas.Inilah ciri pesantren, tidak tergantung pada sponsor dalam

melaksanakan visi misinya. Memang sering kita jumpai dalam jumlah

kecil pesantren tradisional dengan sarana prasarana yang megah, namun

para kyai dan santrinya tetap mencerminkan perilaku–perilaku sederhana, keterbatasan sarana prasarana ini tidak menyurutkan para

(52)

38

telah dicanangkan. Mereka seakan sepakat bahwa pesantren adalah

tempat untuk melatih diri (Riyadhoh) dengan penuh keprihatinan, yang

penting semua itu tidak menghalangi mereka menuntut ilmu.

D. Tipologi Pondok Pesantren

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berbeda dalam

pengelolaan sistem pembelajarannya, selain itu juga berbeda dalam

pandangan hidup tata nilai yang dijadikan landasan. Pondok Pesantren

masing-masing memiliki keistimewaan yang berbeda-beda, meskipun

demikian Pondok Pesantren juga memiliki persamaan. Hal ini menjadikan

sebuah lembaga Pondok Pesantren memiliki karakteristik tersendiri yang

menjadikan ciri khas. Dari tingkat konsistensi, secara garis besar Pondok

Pesantren dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk:

1. Pondok Pesantren Salafiyah

Salaf artinya “lama”, “terdahulu”, atau “tradisional”. Pondok Pesantren salafiyah adalah Pondok Pesantren yang menyelenggarakan

pembelajaran dengan pendekatan tradisional, sebagaimana yang

berlangsung sejak awal pertumbuhannya, pembelajaran ilmu-ilmu agama

Islam di lakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi

pada kitab-kitab klasik. Penjenjangan tidak didasarkan pada satuan waktu,

tetapi berdasarkan tamatnya kitab yang telah dipelajari. Kurikulum pada

pesantren salafiyah disebut manhaj, yang dapat diartikan sebagai arah

(53)

39

bentuk jabaran silabus, tetapi berupa funun kitab-kitab yang diajarkan

pada santri (Departemen Pendidikan Agama RI, 2003: 31).

a. Pondok Pesantren Khalafiyah („Ashriyah)

Khalaf artinya “kemudian” atau “belakang”, sedangkan ashri

artinya “sekarang”atau”modern”. Pondok Pesantren khalafiyah adalah

Pondok Pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan

dengan pendekatan modern, melalui satuan pendidikan formal baik

madrasah atau sekolah umum.Pembelajaran Pondok Pesantren

khalafiyah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan,

dengan suatu program didasarkan pada satuan waktu (Departemen

Pendidikan Agama RI, 2003: 30).

Pondok Pesantren khalafiyah adalah Pondok Pesantren yang

mengadopsi sistem madrasah atau sekolah, dengan kurikulum yang

disesuaikan dengan kurikulum pemerintah, baik dari Departemen

Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional. Pondok Pesantren

khalafiyah biasanya menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan

jalur sekolah, baik itu dengan jalur sekolah umum (SD, SMP, SMA),

maupun sekolah berciri khas agama Islam (MI, MTs, MA). Biasanya

kegiatan pembelajaran pesantren memiliki kurikulum yang berjenjang,

metode yang digunakan sudah pasti adaptif atau sudah mengadaptasi

(54)

40

b. Pondok Pesantren Campuran/Kombinasi

Pondok Pesantren campuran ini adalah kombinasi antara

Pondok Pesantren salafiyah dan Pondok Pesantren khalafiyah. Pondok

Pesantren ini menggunakan pendekatan pembelajran dengan cara

mengkombinasikan metode kedua tersebut.

Ciri khas pesantren modern berupaya memadukan

tradisionalitas dan modernitas pendidikan. Sistem pengajaran wetonan

dan sorogan diganti dengan sistem klasikal (pengajaran di dalam

kelas) yang berjenjang dan kurikulum terpadu diadopsi dengan

penyesuaian tertentu. Dikotomi ilmu agama dan umum juga

dieleminasi. Kedua bidang ilmu ini sama-sama diajarkan, namun

dengan proporsi pendidikan agama lebih mendominasi.

Pembagian Pondok Pesantren tidak hanya didasarkan pada

penyelenggara pendidikan agama. Ada pembagian lain dibuat

berdasarkan penyelenggara fungsinya sebagai lembaga pengembangan

masyarakat melaui program pengembangan usaha (Departemen

Pedidikan Agama RI, 2003:30).

E. Elemen-Elemen Pesantren 1. Masjid/Surau

Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan

pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik

para santri, terutama dalam praktek sholat lima waktu yang dilaksanakan

Gambar

Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran Artikulasi merupakan tipe pembelajaran kooperatif dengan menerapkan model tutor sebaya yang dapat memotivasi siswa untuk melatih

Jumlah Bertambah / (Berkurang) Keterangan Rp Anggaran

Oleh karena itu, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan (1) kinerja mahasiswa dan (2) kinerja dosen Program SKGJ pada Prodi Penjaskesrek FKIP UNS

Hasil Sidik Ragam menunjukkan bahwa keberhasilan pembentukan nisbah jenis kelamin jantan pada umur larva ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berbeda yang direndam dalam

Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan kecepatan udara pengering 1,25 m/s dan temperatur udara pengering 43 o C - 60 o C. Setiap 5 menit proses pengeringan

Berdasarkan uraian latarbelakang yang telah di dikemukakan diatas, maka tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah: ingin mengetahui korelasi antara kelincahan,

Tiga puluh pasang saraf tepi yang keluar dari sumsum tulang belakang merupakan campuran serabut saraf sensoris dan serabut saraf motoris. Serabut saraf

Orang pertama yang memimpin pengajian Tarekat Naqsyabandiyah di Surau Desa Rimba Melintang dan sekaligus Mursyid Utama/ Tuan Guru adalah Syekh H. Syekh Muhammad Yusuf