i
MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN SATU ATAP
(Studi Kasus Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga Tahun 2017)
SKRIPSI
Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Kegururan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
Oleh:
Puji Tri Utami NIM: 111 13 240
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iii
MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN SATU ATAP
(Studi Kasus Pondok Pesantren Pancasila Blotongan SalatigaTahun 2017)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
PUJI TRI UTAMI
111 13 240
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi MOTTO
َةَرِخ ْلْا َراَّدلا ُهَّللا َكاَتآ اَميِف ِغَتْ باَو
ۖ
َنِم َكَبيِصَن َسْنَ ت َلََو
اَيْ نُّدلا
ۖ
َكْيَلِإ ُهَّللا َنَسْحَأ اَمَك ْنِسْحَأَو
ۖ
َداَسَفْلا ِغْبَ ت َلََو
ِضْرَْلْا ِفِ
ۖ
َنيِدِسْفُمْلا ُّبُِيُ َلَ َهَّللا َّنِإ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan
kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuatlah kebaikan (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S Al-Qoshas: 77).
“Kalau kita memulai langkah dengan rasa takut, maka sebenarnya kita tidak pernah melangkah” (A.H.Nayyar, Ph.D. Presiden Pakistan Peace Coalition)
“Sesungguhnya kesulitan itu selalu disertai dengan kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan
vii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT penulis persembahkan karya ini
teruntuk:
1. Syurgaku, Bapak Zamroni dan Ibu Jumiyem atas segala nasehat,
dukungan, perhatian, restu dan pengorbanannya dan yang tak pernah putus
selalu mendo‟akan kebaikan dunia akheratku.
2. Kakakku tercinta Rahmad Sholikin, Andi Wibowo dan Endang fitriyah,
yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan di setiap langkahku.
3. Abah Muhlasin dan Umi Choiriyatik (PP. Pancasila)
4. Pae Nasyir Asyari dan Mae Siti Aminah (PP. Masyithoh)
5. Sahabatku tercinta, Rifa Yuliani, Uswatun Khasanah yang selalu
membantuku, selalu memberikan dukungan dan motivasi untuk sukses
bersama.
6. Muhammad Miftahul Arzaq, terimakasih telah menjadi sahabatku,
terimaksih atas segala bantuan, dukungan dan motivasi yang selalu
diberikan demi kesuksesanku.
7. Teman-teman seperjuangan di PP. Pancasila dan PP. Masyitoh Tingkir Lor
(Mbak Mayla, Mbak Laela, Dek Laeli, Dek Nurul, Dek Nadya, dek
afwah).
8. Keluarga besar Al Khidmah Kampus Kota Salatiga
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
nikmat, rahmat, hidayah serta inayah-Nya. Sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan lancar. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada baginda nabi Agung Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan hingga zaman kaya ilmu pengetahuan sekarang ini.
Skripsi yang berjudul “Manajemen Sistem Pendidikan Pesantren Satu
Atap (Studi Kasus Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga
Tahun 2017)” ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana pendidikan (S. Pd) pada jurusan Pendidikan
Agama Islam fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari
bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan kali ini penulis ingin berterima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Sutrisna, M.Pd selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktunya membimbing dan memberikan arahan kepada penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik
yang dengan sabar mendengarkan keluh kesah dan memberikan
bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa IAIN Salatiga.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
ix
7. Ibu Nyai Choiriyatik selaku ketua yayasan pondok pesantren Pancasila
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga.
8. Segenap pengurus, dewan asatidz, guru, santri pondok pesantren
pancasila yang telah mendukung jalannya penelitian ini.
9. Bapak Zamroni dan Ibu Jumiyem selaku kedua orang tua yang
senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
10.Teman-teman PAI IAIN Salatiga angkatan 2013, teman-teman IAIN
Salatiga angkatan 2013, telah memabantu penyelesaian skripsi ini.
Semoga bantuan dan kerja sama yang telah diberikan menjadi amal
baik dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penelitian ini
jauh dari kata sempurna. Untuk itu saran dari pembaca selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya, penulis berharap
x ABSTRAK
Utami, Puji Tri. 2017. 1111240. Manajemen Sitem Pendidikan Pesantren Satu Atap (Studi Kasus Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga Tahun 2017. Skripsi. Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Sutrisna, M.Pd.
Kata kunci: Manajemen Pendidikan Pesantren Satu Atap
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pendidikan pesantren satu atap di Pondok Pesantren Pancasila. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana pelaksanaan manajemen pendidikan pesantren satu atap di Pondok Pesantren Pancasila. (2) apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melaksanakan manajemen pendidikan pesantren satu atap, (3) upaya saja yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas manajemen system pendidikan pesantren satu atap di Pondok Pesantren Pancasila. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan pengkajian dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, display dan pengan kesimpulan.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa manajemen pesantren satu atap
telah dilaksanakan dengan baik, sesuai dengan perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerak (actualling) dan pengawasan
xi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR... vii
ABSTRAK... vii
DAFTAR ISI ... viii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Fokus penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Kegunaan Penelitian... 6
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Metode Penelitian…... 9 A.Manajemen Sistem Pendidikan Pesantren Satu Atap... 17
1. Pengertian Manajemen... 18
2. Manajemen Sebagai Sistem... 24
3. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah... 25
B. Pengertian Pondok Pesantren... 33
C. Karakteristik Pendidikan Pesantren... 35
D. Tipologi Pondok Pesantren………....………... 38
E. Elemen-elemen Pesantren……….... . 40
F. Pesantren Satu Atap………..…... 42
BAB III : TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum... 44
1. Letak Georgafis………... 44
2. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Pancasila…………....…... 44
3. Visi, Misi, dan Tujuan PP. Pancasila………... 46
4. Keadaan Pendidik/Tenaga Pengajar………...……….... 49
xii 6. Preastasi
Siswa……...……….... 55
7. Bagian
Keuangan………. 64
8. Sarana dan
Prasarana………...………... 69 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN
A. Hasil
Penelitian………... 72
B. Analisis Data Penelitian……… 95
C. Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Pesantren Satu Atap di Pondok
Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga………. 101
D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan
Pesantren Satu
Atap………..………... 104 E. Upaya Meningkatkan Manajemen Pesantren Satu Atap……... 106 BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan... 107 B. Saran... 109
DAFTAR PUSTAKA……… 110
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Gambaran dan Lokasi Pondok Pesantren Pancasila
Tabel 3.2 Data Ustadz/Ustadzah Pondok Pesantren Pancasila
Tabel 3.3 Keadaan Santri/Siswa Pondok Pesantren Pancasila
Tabel 3.4 Prestasi Akademik dan Non Akademik
Tabel 3.5 Jadwal Pelajaran Pondok Pesantren Pancasila
Tabel 3.6 Dirosah Santri Pondok Pesantren Pancasila
Tabel 3.7 Susunan Pengurus Pondok Pesantren Pancasila
Tabel 3.8 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Pancasila
Tabel 4.1 Daftar Identitas Informan atau Responden
Tabel 4.2 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 1
Tabel 4.3 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 2
Tabel 4.4 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 3
Tabel 4.5 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 4
Tabel 4.6 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 5
Tabel 4.7 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 6
Tabel 4.8 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 7
Tabel 4.9 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 8
Tabel 4.10 Hasil Wawancara Manajemen Pesantren Satu Atap Poin 9
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Panduan Wawancara
Lampiran 2. Daftar Ustadz
Lampiran 3. Daftar Santri Pondok Pesantren Pancasila
Lampiran 4. Daftar Identitas Responden
Lampiran 5. Profil Sekolah MTs SA Pancasila
Lampiran 6. Profil Sekolah SMK Pancasila
Lampiran 7. Nota Pembimbing
Lampiran 8. Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 9. Surat Putusan
Lampiran 10. Daftar Nilai SKK
Lampiran 11. Riwayat Hidup
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi dewasa ini Pondok Pesantren mempunyai peran
penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, karena tuntutan zaman dan juga persaingan
global yang semakin ketat sehingga dibutuhkan pendidikan yang merata bagi
seluruh warga Negara. Pendidikan merupakan bagian yang tidak lepas dari
semua individu di dunia ini, dengan pendidikan maka tingkat kepandaian dan
kemampuan setiap orang akan meningkat.
Pendidikan di Indonesia saat ini sedang mendapat sorotan, baik dari
pemerintah maupun pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan aspek
pendidikan. Pada mulanya pertumbuhan pendidikan berawal dari bentuk
pembelajaran yang terselenggara di masyarakat dalam bentuk formal atau
sistem pembelajaran tradisional. Era modernisasi seperti saat ini dimana
proses interaksi sosial berjalan semakin meningkat cepat, tingkat mobilisasi
masyarakat semakin tinggi. Maka, diharapkan pendidikan mampu menjawab
tantangan hadirnya dunia baru yang semakin akseleratif dengan berbagai
macam konsekuensi di dalamnya.
Dewasa ini yang menghendaki adanya pembinaan siswa/santri yang
dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan,
kecerdasaan, keterampilan kemampuan komunikasi, dan kesadaran teknologi,
2
teknologi) dan IMTAQ (iman dan taqwa), sehingga memperoleh kebahagiaan
dunia dan akherat yang didasarkan pada perintah Allah dalam Al-Qur‟an surat Al-Qashas ayat 77 :
َةَرِخ ْلْا َراَّدلا ُهَّللا َكاَتآ اَميِف ِغَتْ باَو
(kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan
kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuatlah kebaikan (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S Al-Qoshas: 77).
Telah beredar pemahaman dikalangan masyarakat adanya dualisme
pendidikan, yaitu lembaga pendidikan yang disebut sebagai lembaga
pendidikan umum (lembaga sekolah yang mengajarkan ilmu-ilmu bumi) dan
lembaga pendidikan agama (lembaga/sekolah yang mengajarkan ilmu-ilmu
agama) termasuk “Pondok Pesantren”, karena pesantren merupakan lembaga
pedidikan agama yang spesifik di Indonesia, semula Pondok Pesantren lebih
dikenal sebagai lembaga pendidikan agama yang hanya mengajarkan
3
Namun seiring dengan kebutuhan siswa dalam menghadapi tantangan
zaman maka pesantren memasukkan pendidikan umum dalam lembaga
Pondok Pesantren, sehingga siswa atau santri lebih siap dalam menghadapi
tantangan zaman yang semakin maju dengan teknologi yang semakin
berkembang. Fenomena pendidikan tersebut mewujud dalam bentuk
penggabungan antara pendidikan formal dan informal yang terbalut dalam
satu bingkai lembaga atau satuan pendidikan. Atau bisa dikatakan dengan
bahasa yang lain yaitu pendidikan yang mengintegrasikan (Integrated
Education) antara pendidikan umum dengan pendidikan agama.
Berbicara mengenai SDM, dapat dilihat dari kedua aspek, yakni
kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah SDM yang umumnya
dapat dianggap kurang penting kontribusinya terhadap pembangunan
masyarakat, dibandingkan aspek kualitas. Bahkan kuantitas SDM tanpa
disertai kualitas yang baik, akan menjadi beban pembangunan itu sendiri.
Sedangkan kualitas menyangkut mutu SDM, yang berkaitan dengan
kemampuan, baik kualitas fisik maupun kualitas non-fisik (kecerdasan dan
mental). Karena itu, untuk kepentingan pembangunan, maka kualitas SDM
merupakan prasarat utama.
Untuk mendapatkan kualitas serta kuantitas sumber daya manusia yang
mumpuni sebagaimana yang telah tertulis di atas. Maka, sangat diperlukan
adanya sistem tata kelola yang baik, manajemen yang terarah, sistematis serta
produktif. Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan
4
tindakan yang telah diputuskan sebelumnya. Hal tersebut meliputi segala
pengetahuan yang mana harus di laksanakan. Sejalan dengan itu, manajemen
pengelolaan yang ada relevansinya dengan lembaga, institusi, instansi
maupun satuan pendidikan perlu ditata sedemikian rupa hingga mampu
menciptakan iklim yang terintegrasi satu sama lain. Manajemen sekolah yang
berbasis pesantren perlu betul-betul diarahkan kepada manajemen yang
efektif dan tepat sasaran guna menyasar pada pencapaian pendidikan yang
transformative sesuai pada prinsip pengajaran pesantren.
Karena perkembangan pendidikan nasional, penyelanggaraan Pondok
Pesantren kini tidak lagi terpaku pada metode dan sistem klasik, namun juga
telah menerapkan jalur sekolah, yaitu dengan didirikannya sekolah atau
madrasah dilingkungan Pondok Pesantren.
Pondok Pesantren Pancasila adalah salah satu lembaga pendidikan non
formal yang berada di kota Salatiga. Pesantren ini sudah berdiri sejak tahun
September 1991, pondok pesantren Pancasila berdiri sebagai salah satu
lembaga pendidikan non formal sekaligus sebagai tempat pembelajaran
pendidikan agama Islam yang meliputi berbagai ilmu keagamaan dan ilmu
umum. Pondok pesantren Pancasila memiliki lembaga pendidikan formal,
yaitu MTs Pancasila dan SMK Pancasila, siswa-siswi yang sekolah di
sekolahan tersebut adalah santri-santri yang ada di pesantren Pancasila, tapi
ada juga siswa yang dari luar pondok pesantren. Untuk mencetak lulusan
yang baik dan yang mandiri dalam hal ilmu agama dan ilmu umum maka
5
dalamnya harus melakukan pengelolaan penataan manajemen pendidikan
dalam mengembangkan pendidikan yang efektif. Dari masalah yang telah
dipaparkan sebagaimana keterangan yang telah di jelaskan. Untuk
membuktikan konsep tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN
PESANTREN SATU ATAP (Studi Kasus Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga Tahun 2017)”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah ini maka penulis memiliki
beberapa hal yang mengulas tentang manajemen sistem pendidikan pesantren
satu atap studi kasus Pondok Pesantren Pancasila, yang meliputi:
1. Bagaimana manajemen sistem pendidikan pesantren satu atap di Pondok
Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017?
2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat manajemen system
pendidikan pesanten satu atap di Pondok Pesantren Pancasila Blotongan
Kota Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017?
3. Upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas manajemen
sistem pendidikan satu atap di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan,
6 C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam
penelitian, isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.Untuk dapat mengetahui bagaimana manajemen sistem pendidikan
pesantren satu atap di Pondok Pesantren Pancasila Blotongan, Salatiga
Tahun 2016/2017.
2.Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat Manajemen
sistem pendidikan Pesantren Satu atap di Pondok Pesantren Pancasila
Blotongan Salatiga. Tahun ajaran 2016/2017
3.Untuk dapat mengetahui upaya yang dilakukan dalam meningkatkan
pendidikan pesantren satu atap Pondok Pesantren Pancasila blotongan
salatiga tahun ajaran 2016/2017
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan memberikan kegunaan sebagai berikut:
1.Manfaat secara teoritis
a. Sebagai sumbangsih dalam upaya memberikan informasi ilmiah
terkait manajemen sistem pendidikan pondok pesantren satu atap.
b. Mengembangkan wawasan keilmuan dalam pendidikan khususnya
terkait manajemen sistem pendidikan satu atap.
c. Memberikan sumbangan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan
sumber daya manusia, khususnya yang berkaitan dengan manajemen
7 2.Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca
Memberi pengetahuan tentang manajemen sistem pendidikan satu
atap dan menjadikan pembaca mengetahui bagaimana
pengorganisasian pesantren terkait faktor-faktor penunjang dalam
pelaksanaan pendidikan.
b. Bagi lembaga pendidikan pesantren sebagai fokus penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam memberikan
pengetahuan serta sebagai upaya meningatkan mutu pendidikan dan
memberi sumbangsih pemikiran serta ide terhadap penyelenggaraan
pendidikan di pesantren.
c. Bagi peneliti
Mendapatkan ilmu baru yang bermanfaat sebagai pengetahuan dalam
bidang manajemen sistem pendidikan di Pondok Pesantren satu atap
di Pondok Pesantren.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran judul di atas, maka
perlu pembatasan pembahasan yang akan penulis teliti sehingga tidak terjadi
pembiasaan dalam permasalahan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu
di ketahui maksud dari istilah dalam judul di atas.
8
Manajemen merupakan proses merencana, mengorganisasi,
memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya
agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efesien (Fattah, 2004: 1).
2. Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema”, yang mempunyai arti bagian-bagian yang terhimpun atau komponen yang saling berhubungan
secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Sedangkan dalam kamus
Besar Bahasa Indonesia sistem diartikan seperangkat unsur yang secara
teratur saling berkaitan sehingga membentuk satu totalitas. Hal senada pun
terdapat pada kamus umum Bahasa Indonesia yang mengartikan sistem
adalah sekelompok bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan
sesuatu.
3. Pendidikan
Adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi
dalam dirinya (Usman, 2006: 30).
Melihat dari ciri-ciri tersebut, dapat diketahui bahwa pendidikan
adalah suatu sistem, hal ini terlihat pada pendidikan yang mempunyai
komponen-komponen seperti pada ciri-ciri suatu system, sehingga
pendidikan tidak dapat terlepas dengan suatu sistem.
Sedangkan maksud dari manajemen sistem pendidikan adalah suatu
kegiatan atau rangkaian kegiatan berupa proses pengelolaan usaha
9
pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumya, agar efektif dan efesien. Manajemen sistem pendidikan juga
dapat didefinisikan sebagi seni dan ilmu mengelola sumber daya
pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya
(Usman, 2006: 7).
Jadi, manajemen sistem pendidikan yang dimaksud oleh penulis
dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengelolaan pendidikan yang
dilaksanakan di Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga
tahun ajaran 2006-2017.
4. Pondok Pesantren Satu Atap
Pondok Pesantren satu atap, yaitu Pondok Pesantren yang di
dalamnya memiliki lembaga pendidikan formal dan kemudian mendapat
sumbangan bantuan gedung untuk MTs dari pemerintah Australia pada
tahun 2009/2010.
F. Metode Penelitian
Pendekatan dan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif.
Metode penelitian ini juga disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alami (natural Setting), di sebut
juga metode enoghrapi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak di
gunakan untuk antropologi budaya, di sebut sebagai metode kualitatif, karena
data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif (Sugiono,
10
mengenai manajemen system pendidikan pesantren satu atap di Pondok
Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga Tahun Ajaran 2017/2018.
G.Sumber Data
Pada tahap ini, peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai
sumber data yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dalam
penelitian ini terdapat dua data yaitu: data utama (Primer) dan Data Skunder
(Skunder).
a.Data Primer
Data primer adalah yang langsung di kumpulkan oleh peneliti dari
sumber pertanyaan (Suryabrata, 2003:39). Adapun yang terlibat
langsung sebagai sumber data primer di sini yaitu:
No NAMA JABATAN
1. K. Mukhlasin/Ketua Yayasan Pengasuh PP.Pancasila
2. Mansur Hidayat Ketua Pondok
3. Sri Mulyani Kepala Sekolah SMK Pancasila
4. Nur Fadhilah Kepala Sekolah Mts Pancasila
5. Andre Ferdianto Bagian sarana prasarana
6. Lilik masfufah Kepala bagian keuangan
7. Sakinatul Birroh Kepala bagian Kesiswaan
8. Maria Ulfa Pengurus
9. Siti Isnaini Pengurus
10. Samsul Arifin Pengurus
b. Data Skunder
Data skunder adalah data yang sudah tersusun dan sudah di
jadikan dalam bentuk dokumen-dokumen (Suryabrata, 2003: 40).
11
dengan Manajemen Sistem Pendidikan, arsip-arsip, dokumen, catatan
dan laporan Pondok Pesantren Pancasila.
H. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data disini digunakan untuk memperoleh data
melalui beberapa yang nantinya akan dijadikan hasil penemuan di dalam
penelitian ini. Adapun Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a.Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya
jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari
pihak yang mewancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai
(Fathoni, 2011: 105).
Dalam metode ini peneliti meneliti dengan memberikan
instrument atau panduan wawancara secara terstruktur kepada responden,
wawancara disini di fokuskan tentang bagaimana manajemen system
pendidikan pesantren satu atap di Pondok Pesantren Pancasila Blotongan
Kota Salatiga yang mana fokusnya adalah manajemen sistem pendidikan
pesantren satu atap.
(Arikunto (2010: 270) mengemukakan bahwa secara garis besar
ada dua macam pedoman wawancara:
1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara
yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Hasil
wawancara dengan jenis ini lebih banyak tergantung dari
12
2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-List.
Peneliti disini menggunakan pedoman wawancara tidak
terstruktur. Namun responden telah disiapkan pertanyaan-pertanyaan
wawancara yang dicetak dan dibagikan kepada setiap responden
kedalam pokok pembahasan wawancara. Adapun
langkah-langkahnya, peneliti mengawali dengan menentukan siapa saja
responden yang akan diwawancarai yaitu guru/ustadzah sebanyak 10
orang yang terdiri dari ketua yayasan, pengurus pesantren,
guru/ustadzah di pesantren. Setelah itu peneliti melakukan wawancara
secara langsung dengan lembar pedoman tersebut sebagai pendukung
atau acuan responden dalam wawancara yang kemudian hasil
jawabannya dituliskan secara lengkap dan dijabarkan melalui lembar
pedoman tersebut.
b. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku objek sasaran (Fathoni, 2011:104). Disini peneliti
meneliti tetang bagaimana manajemen system pendidikan pesantren satu
13 c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapan, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2014:274).
Pada penelitian ini, penelititi akan menggali informasi dari dokumen
yang sudah ada untuk dicari beberapa informasi mengenai data tentang
dinamika organisasi keagamaan atau organisasi sekolah termasuk prestasi
yang pernah di peroleh, semua itu dapat digali lewat arsip atau dokumen
yang ada.
I. Analisi Data
Analisis data dari pengumpulan data merupakan tahapan yang peting
dalam menyelesaikan suatu kegiatan ilmiah. Sehingga analisis data di sini
berfungsi untuk member arti, makna dan nilai yang terkandung dalam sata
tersebut. Analisis dalm penelitian kualitatif dimulai sejak peneliti
mengumpulkan data di lapangan, sejak akan masuk ke lapangan, ketika
sedang berada di lapangan da sesudah selesai mengumpulkan data di
lapangan (Kasiran, 2008: 351-352). Peneliti memulai proses analisis data
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari
observasi yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, wawancara maupun
dokumen. Analisi data kualitatif berkaitan dengan:
a) Reduksi data
Reduksi data dimasukkan untuk memperoleh data yang lebih focus
14
gambaran yang jelas. Reduksi data merupakan penyederhanaan yang
diperoleh dari catatan lapangan sebagai upaya untuk
mengorganisasikan data dan mempermudah penarikan kesimpulan.
b) Penyajian data
Data yang dihasilkan melalui proses reduksi data akan langsung
disajikan sebagai kumpulan informasi terusan yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penulis membuat ini dengan naratif guna memperjelas hasil
penelitian.
c) Kesimpulan dan Verifikasi
Verifikasi merupakan penarikan kesimpulan melalui diskusi dengan
teman atau analisis dari peneliti. Penarikan kesimpulan hanyalah
sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.
Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama kegiatan berlangsung (Suprayogo
dan Tobroi, 2003: 95).
d) Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, data yang telah berhasil digali
dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan
kemantapan dan kebenarannya. Oleh karena itu, peneliti harus memilih
dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas
data yang diperolehnya. Cara pengumpulan data yang beragam
tekniknya harus sesuai dan tepat untuk menggali data yang benar-benar
15
Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria
tertentu. Dalam penelitian ini, validitas dan reabilitas data yang akan
digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik
Triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Lebih spesifik
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber.
Triangulasi sumber, yakni membandingkan dan mengecek baik
derajat kepercayaan suatu informan yang diperoleh melalui waktu dan
alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai
salah satunya dengan jalan/cara membandingkan hasil wawancara
narasumber atau informan satu dengan narasumebr/informan penelitian
yang lain (Moleong, 2007:330-331).
J. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan diperlukan untuk menata dan mengatur sistematika
penulisan sehingga mudah dibaca dan dipahami, adapun sistematika
penulisan dalam laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Memuat tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, kajian penelitian terdahulu dan
16 BAB II: KAJIAN PUSTAKA
Memuat kajian pustaka tentang manajemen sistem pendidikan
Pondok Pesantren satu atap studi kasus Pondok Pesantren
Pancasila Blotongan Kota Salatiga tahun ajaran 2016/ 2017, yang
meliputi: teori pesantren satu atap, beberapa kinerja pelaksanaan
manajemen sistem pendidikan pesantren satu atap ditinjau dari
manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen
keuangan, sarana prasarana, manajemen ketenaga kependidikan
atau personalia serta faktor pendukung serta penghambat sekaligus
upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan pesantren satu atap
BAB III: TEMUAN PENELITIAN
Laporan hasil penelitian meliputi gambaran umum lokasi dan
subyek penelitian serta penyajian data hasil penelitian.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN Pembahsan hasil penelitian berisi tentang hasil penelitian dan
analisis data penelitian
BAB V: PENUTUP
Mengakhiri penulisan skripsi pada bab ke lima menguraikan
mengenai kesimpulan akhir dari penelitian, kritik saran yang
berhubungan dengan pihak-pihak terkait subyek penelitian.
17 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Manajemen Sistem Pendidikan Pesantren Satu Atap 1. Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu asal dari kata
“manus” yang berarti tangan dan “agree” yang berarti melakukan,
kata-kata itu digabung menjadi kata-kata kerja menjadi kata-kata “manager” yang artinya
menangani, manager diterjemahkan dalam bahasa inggris dalam bentuk
kerja to manager, dengan kata benda managemen, kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang memiliki arti penggelolaan
(Usman, 2006: 6).
Menurut Holt (dalam Winardi, 2000: 25) “Management is the
process of planning, organizing, leading, and controlling that
encompasses human, material, financial and information resources is an
organizational eniounment”.
Menurut Wahyudi (1996: 15)” Manajemen adalah suatu seni dan ilmu dari perbuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi
(evaluating) tentang keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi
yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa
mendatang”.
Menurut Guther Hullick (1999: 5) bahwa manajemen manajemen
18
untuk mamahami mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama
untuk mencapai tujuan dan membuat system kerjasama ini lebih manfaat
bagi kemanusiaan.
Menurut Jauch (1994: 6) bahwa manajemen adalah sejumlah
keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi
atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran
perusahaan, proses manajemen adalah dengan cara jalan mana para
perencana strategi menentukan sasaran dalam mengambil keputusan.
Menurut Sergiovanni dkk, yang terdapat dalam buku Ibrahim
Bafadhal, mengatakan bahwa “Manajemen sebagai process of working with and through others to accomplish organizational goals efficiently”.
(Manajemen sebagai proses kerja melalui orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi secara efisien). Di dalam manajemen meliputi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerak
(Actuanting), dan pengawasan (controlling). Manajemen merupakan suatu
proses sosial yang berhubungan dengan keseluruhan usaha manusia
dengan manusia lain serta sumber sumber lainnya dengan menggunakan
metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan
sebelumnya.
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Dari beberapa fungsi yang telah diungkapkan oleh para ahli di atas,
menurut penulis, fungsi manajemen menurut G.R. Terry dan Guther
19
(planning), pengorganisasian (organizing), penggerak (Actuanting), dan
pengawasan (controlling). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah pemilihan dan menghubungkan fakta
menggunakan asumsi-asumsi tentang masa depan dalam membuat
visualisasi dan perumusan kegiatan yang diusulkan dan memang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Planning mencakup
kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif
keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan
melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan
untuk masa mendatang. Perencanaan tidak muncul tiba-tiba, akan tetapi
berangkat dari sumber-sumber yang menjadi dasar dan inspirasi.
Adapun sumber-sumber perencanaan adalah:
1) Visi organisasi
2) Kebijakan organisasi
3) Hasil pengawasan
4) Kebutuhan mendatang
5) Studi yang berkesinambungan
6) Inisiatif dari dalam maupun dari luar organisasi
Perencanaan berarti menentukan sebelumnya apa yang harus dilakukan
dan bagaimana melakukannya. Fungsi perencanaan mencangkup tujuan,
20
apa yang dikirakan akan terjadi, dalam manajemen pendidikan
perencanaan memiliki manfaat-manfaat antara lain sebagai berikut:
1) Standar pelaksanaan dan pengawasan dalam setiap program
pendidikan yang akan dilaksanakan.
2) Penyususnan skala prioritas baik sasaran maupun kegiatan
pendidikan yang akan diselenggarakan dan akan ditetapkan.
3) Alat dalam memudahkan untuk berkoordinasi dengan pihak
terkait semua komponen penyelenggaraan pendidikan (Usman,
2006:49).
Fungsi diatas memberikan dukungan yang penuh dalam
merencanakan suatu perencanaan yang mengacu pada penentapan
tujuan, standar, aturan prosedur dan pembuatan rencana, juga
memberikan kemudahan dalam koordinasi dengan semua pihak
komponen penyelenggaraan pendidikan untuk mencapai tujuan yang
hendak dicapai.
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan yang efektif antara orang-orang, hingga mereka dapat
bekerja sama secara efisien dengan demikian mereka memperoleh
kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam
kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran
21
Pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen
yang dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang
dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan sukses. Yang mencakup membagi
komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ke
dalam kelompok-kelompok; membagi tugas kepada seorang manajer
untuk mengadakan pengelompokkan tersebut; dan menetapkan
wewenang di antara kelompok atau unit-unit organisasi. Esensi dari
pengorganisasian adalah pembagian tugas, wewenang, dan tanggung
jawab. Adapun fungsi pengorganisasian adalah untuk:
1) Membagi tugas serta mengatur kerjasama
2) Mencegah adanya overlapping (tumpang tindih)
3) Memperlancar proses kerja
Membuat kejelasan tanggung jawab Proses pengorganisasian pada
dasarnya meliputi pembatasan dan penjumlahan tugas-tugas,
pengelompokkan dan pengklasifikasian tugas-tugas, serta pendelegasian
wewenang.
b. Penggerak (actuanting)
Penggerak (actuanting) adalah salah satu fungsi manajemen yang
berfungsi untuk merealisasikan hasil perencanaan dan pengorganisasian.
Actuanting adalah upaya untuk menggerakan atau mengarahkan tenaga
kerja (man power) serta mendayagunakan fasilitas yang ada dengan
22
merupakan usaha untuk menggerakan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk
mencapai sasaran perusahaan yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya
mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan
melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan
pengorganisasian agar tujuan tercapai secara efektif dan efisien.
c. Penyusunan Pegawai(Staffing)
Pengisian jabatan (staffing) akan mempengaruhi “kepemimpinan dan
pengendalian”. Pengisian jabatan mengharuskan adanya pendekatan dengan
sistem terbuka (open-system approach). Pengisian jabatan dilaksanakan di
dalam institusi, yang pada gilirannya mempunyai hubungan dengan
lingkungan luarnya. Aktifitas yang dilakukan dalam fungsi ini, antara lain
menentukan, memilih, mengangkat, membina, membimbing sumber daya
manusia dengan menggunakan berbagai pendekatan dan atau seni pembinaan
sumber daya manusia. Penyediaan staf merupakan pengarahan dan latihan
sekelompok orang yang mengerjakan sesuatu tugas, dan memelihara kondisi
kerja yang menyenangkan.
d. Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan
bimbingan terdapat para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun
fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar, dengan
23
di bidangnya masing-masing tidak menyimpang dari garis program yang telah
ditentukan.
e. Koordinasi (Coordinating)
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan satu dari beberapa fungsi
manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan,
percekcokan, kekosongan kegiatan dengan jalan menghubungkan,
menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja
sama yang terarah dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Koordinasi
adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi
kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar
kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para
anggota itusendiri.
f. Pelaporan (Reporting)
Dengan pelaporan dimaksudkan sebagai fungsi yang berkaitan dengan
pemberian informasi kepada manajer, sehingga yang bersangkutan dapat
mengikuti perkembangan dan kemajuan kerja. Jalur pelaporan dapat bersifat
vertikal, tetapi dapat juga bersifat horizontal. Pentingnya pelaporan terlihat
dalam kaitannya dengan konsep sistem informasi manajemen, yang
merupakan hal penting dalam pembuatan keputusan oleh manajer.
g. Pembuatan Anggaran (Budgeting)
Luther Gullick mengemukakan bahwa penganggaran termasuk salah satu
fungsi manajemen. Penganggaran adalah fungsi yang berkenaan dengan
24
anggaran, baik APBN maupun APBD, menunjukkan dua hal: pertama sebagai
satu pernyataan fiskal dan kedua sebagai suatu mekanisme. APBN
merupakan kependekan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
APBN adalah anggaran pendapatan dan belanja negara Republik Indonesia
setiap tahun yang telah disetujui oleh anggota DPR (Dewan perwakilan
Rakyat).
h. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan dalam manajemen suatu lembaga merupakan suatu bentuk
evaluasi dalam setiap kegiatan-kegiatan yang akan dilakasanakan dan telah
terlaksana, sehingga hasil dan rencana pelaksana sesuai dengan yang telah di
susun dan ditetapkan. Pengawasan adalah fungsi manajemen yang terakhir,
pengawasan adalah pengamatan dan pengukuran, apakah pelaksanaan dan
hasil kerja sudah sesuai dengan perencanaan atau tidak. Kalau tidak sesuai
dengan rencana, apa kendalanya dan bagaimana menghilangkan kendala
tersebut agar hasil kerja dapat sesuai dengan apa yang diharapkan (Abbas,
2009:102).
Tujuan pengawasan dalam lembaga pendidikan yaitu untuk membantu
mempertahankan hasil atau out-put yang sesaui dengan sayarat-syarat sistem.
Artinya dengan melakukan kerja pengawasan, diharapkan dapat mencapai
kualitas produk organisasi berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan.
3. Manajemen Sebagai Sistem
Ilmu manajemen yang menjadi prasarat berjalannya program
25
dalam lembaga pendidikan. Jangan samapai manajemen tersebut hanya
pemanis lidah “lips servise”, tetapi kosong dalam praktik. Sistem adalah
suatu kesatuan yang utuh dengan bagian-bagian yang tersusun secara
sistematis, yang mempunyai relasi satu dengan yang lain, dan sesuai
dengan konteknya. Bila sekolah atau lembaga pendidikan dipandang
sebagai sistem, maka termasuk sistem terbuka begitu pula dengan
manajemen, sistem terbuka mempunyai arti sekolah, pendidikan, atau
manajemen tidak mengisolasi diri dari lingkungannya, melainkan selalu
mengadakan kontak hubungan kerja sama.
Dalam pembahasan manajemen kita perlu memakai pendekatan
sistem, karena gerakan sistem adalah sesuatu yang baru cocok diterapkan
dalam bidang pendidikan pada umumnya dan manajemen khususnya,
masih ada gerakan yang mutakhir dalam administrasi, yaitu cintigency
atau pendekatan situasional. Namun, pendekatan ini tidak dipilih
mengingat pendekatan sistem itu sendiri bisa merangkul pendekatan
situasional berkat keterbukanya terhadap lingkungan (Asmani, 2009:84).
4. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah
Wahyudi (1996:15) “Manajemen berbasis Sekolah adalah suatu seni dan ilmu dari Pembuatan (Formulating), penerapan (implementing)
dan evaluasi (evaluating) tentang keputusan-keputusan strategis antar
fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai
26
Jadi, manajemen pendidikan adalah sebagai suatu proses atau
sistem pengelolaan kegiatan-kegiatan pengelolaan pada suatu sistem
pendidikan yang bertujuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar
yang mencangkup tujuan umum dan tujuan khusus yang semuanya
bermaksud mengubah nasib kaum yang berada dalam kebodohan dan
berusaha menjadi yang diharapkan Allah yang mengemban misi sebagai
kholifah dimuka bumi.
a. Tujuan Umum Manajemen Pendidikan
Secara umum manajemen pendidikan bertujuan untuk menyusun
suatu sistem pengelolaan yang meliputi:
1) Organisasi kurikulum
2) Pengelolaan keuangan
3) Pengelolaan sarana dan prasarana
4) Pengelolaan kesiswaan
5) Pengelolaan hubungan dengan masyarakat, yang mendukung
terlaksananya proses pembelajaran yang relevan, efektif dan
efisien yang menunjang tercapainya suatu tujuan pendidikan.
b. Tujuan Khusus Manajemen Pendidikan
Secara khusus manajemen pendidikan bertujuan menciptakan
sistem pengelolaan yang relefan, efektif, efisien yang dapat
dilaksanakan dan mencapai sasaran dengan suatu pola struktur
27
pemimpin/pengelola program, tenaga tata usaha, dan tenaga
pembinaan/pembimbing.
c. Prinsip Manajemen
Pentingnya prinsip-prinsip dasar dalam praktik manajemen antara
lain: (1) menentukan cara/metode kerja; (2) pemilihan pekerja dan
pengembangan keahliannya; (3) pemilihan prosedur kerja; (4)
menentukan batas-batas tugas; (5) mempersiapka dan membuat
spesifikasi tugas; (6) melakukan pendidikakn dan latihan; (7)
menentukan system dan besarnya imbalan. Semua itu dimaksudkan
untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan produktivitas kerja
(Fattah, 2004: 12).
d. Tujuan Manajemen
Manurut Shrode Dan Voich (1947) tujuan utama manajemen
adalah produktivitas dan kepuasan.Mungkin saja tujuan ini tidak
tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan mutu
pendidikan lulusannya, keuntungan profit yang tinggi, pemenuhan
kesempatan kerja, pembangunan daerah nasional, tanggung jawab
sosial. Tujua-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan
mengkajian terhdap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan
dan kelemahan, peluang, dan ancaman (Fattah, 2004:15).
Merujuk kepada kebijakan Direktorat pendidikan menengah umum
28
diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di
sekolah, yang mencangkup:
a. Manajemen kurikulum 1. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir
(pelari) dan curere (tempat berpacu), dan pada awalnya digunakan
dalam dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai
jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start
sampai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan.
Kurikulum didefinisikan oleh Beauchamp, bahwa, “A Curriculum is a written document which may contain many
ingredients, but basically it is a plan for the education of people
during their enrolment in given school”. Kurikulum adalah dokumen tertulis yang berisi bahan-bahan, tetapi pada dasarnya
merupakan rencana pendidikan bagi orang-orang yang selama
mereka mengikuti pendidikan yang diberikan di sekolah.
2. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan (peserta didik) merupakan salah satu
bidang manajemen sekolah, manajemen kesiswaan adalah
penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
peserta didik mulai masuk sekolah hingga keluarnya peserta didik
dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk
29
meliputi aspek yang lebih luas secara opersional dapat membantu
upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui
proses pendidikan sekolah.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai
kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di
sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai
tujuan pendidikan sekolah (Mulyasa, 2009: 46).
Pada hakikatnya, tujuan dari pembinaan dan pengembangan
peserta didik itu sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional
Indonesia yang tercantum dalam GBHN, peserta didik sebagai
kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional,
harus dipersiapkan sebaik-bainya serta dihindarkan dari segala
kendala yang merusaknya, dengan memberikan bekal secukupnya
dalam kepemimpinan.
3. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan
dengan kiat sekolah dalam mengali dana, kiat sekolah dalam
mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program
tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara
melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti dari
manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi efektivitas
30
Jadi, manajemen keuangan adalah segala aktifitas organisasi yang
berhubungan dengan bagaimana pemperoleh dana, menggunaan dana,
mengelola dana, dan mengelola asset sesuai tujuan organisasi secara
menyeluruh. Sedangkan manajemen keuangan pesantren adalah
seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan/diusahakan secara sengaja atau sungguh-sungguh, serta
pembinaan secara kontinu terhadap biaya operasional sekolahsehingga
kegiatan pendidikan lebih efektif dan efisien serta membantu
pencapaian tujuan pendidikan.
Sumber keuangan dan pembiyayaan pada suatu sekolah secara
garis besar dapat dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu (1)
pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah atau kedua-duanya, yang
bersifat umum atau khsusus dan diperuntukkan bagi kepentinngan
pendidikan; (2) orang tua atau peserta didik; (3) masyarakat baik
mengikuti atau tidak mengikuti. Berkaitan dengan penerimaan
keuangan dari orang tua dan masyarakat ditegasskan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 1989 bahwa karena keterbatasan
kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan dana
pendidikan merupaka tanggung jawab bersama antara pemerintah,
masyarakat, dan orang tua (Mulyasa, 2001: 41).
Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang
memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin
31
transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber dari
pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
4. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana dan prasarana sekolah merupakan
tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk
merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan
sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja,
memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan
menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan prasarana sekolah.
Sarana pendidikan merupakan peralatan dan perlengkapan
secara langsung untuk menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi,
serta alat-alat media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan
sarana pendidikan adalah falisitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran seperti
halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi tidak
dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar menagjar,
tetapi taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah
sekaligus lapangan olah raga, tersebut termasuk sarana pendidikan.
5. Manajemen Personalia
Manajemen personalian adalah tehnik atau prosedur yang
berhubungan dengan pengelolaan SDM didalam suatu organisasi.
32
baik tenaga edukatif maupun tenaga administrative secara efektif
dan efisien banyak tergantungnya pada kemampuan kepala
sekolah/ madrasah/lembaga pendidikan lainnya baik sebagai
manajer maupun kepala lembaga pendidikan tersebut
(suryosubroto, 2004: 86).
Personalia adalah komponen yang bertanggung jawab
dalam upaya mencapai tujuan dalam pendidikan, maka peronalia
memiliki tanggung jawab yang sangat besar.
Terdapat empat Prinsip dasar manajemen peronalia, yaitu:
1) Dalam pengembangan suatu lembaga pendidikan baik
sekolah/madrasah/pesantren, sumberdaya manusia adalah
komponen paling penting dalam menunjang berlangsungnya
kegiatan, baik pendidikan maupun keorganisasian lembaga.
2) Sumberdaya manusia akan berperan secara optimal, jika dikelola
dengan baik, sebagaimana penunjang tercapainya tujuan dari
lembaga.
3) Kultur dan suasana organisasi lembaga pendidikan serta perilaku
manajerialnya sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan
pengembangan sekolah/madrasah/pesantren.
4) Manajemen personalia sekolah/madrasah/pesantren pada
prinsipnya mengupayakan agar setiap warga (guru/ustadz, staf
33
bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan
lembaga pendidikan (Kompri, 2014: 17).
Di samping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal
yang penting dalam manajemen personalia adalah berkenaan
penugasan kompetensi manajemen dari para personil di sekolah.
Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap
personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.
B. Pengertian Pondok Pesantren
Pondok Pesantren berasal dari kata funduk yang berarti hotel atau
asrama. Pondok berfungsi sebagai asrama bagi santri, pondok merupakan ciri
khas tradisi pesantren yang membedakan dengan sitem pendidikan tradisional
di masjid-masjid yang berkembang di kebanyakan wilayah Negara-Negara
lain (Muliawan, 2005:156-157).
Pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar agama
Islam, sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti, tempat orang
berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yang mengartikan pesantren
adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkannya sebagai
pedoman hidup keseharian (Haidar Putra Daulany, 2004:26-27).
Dhofier (1994: 84) mendefinisikan bahwa Pondok Pesantren adalah
34
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya
moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
Nasir (2005: 80) mendefinisikan bahwa Pondok Pesantren adalah
lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta
mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.
Tim Penulis Departemen Agama (2003: 3) dalam buku Pola
Pembelajaran Pesantren mendefinisikan bahwa Pondok Pesantren adalah
pendidikan dan pengajaran Islam di mana di dalamnya terjadi interaksi antara
kiai dan ustadz sebagai guru dan para santri sebagai murid dengan mengambil
tempat di masjid atau di halaman-halaman asrama (pondok) untuk mengkaji
dan membahas buku-buku teks keagamaan karya ulama masa lalu. Dengan
demikian, unsur terpenting bagi pesantren adalah adanya kyai, para santri,
masjid, tempat tinggal (pondok) serta buku-buku (kitab kuning).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesantren diartikan sebagai
asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan
secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri
biasanya tinggal dipondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab
klasik (kitab kuning) dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu
agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup
keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan
bermasyarakat (Fenomena, 2005: 72).
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa
35
ilmu agama (tafaqquh fi al-din) dengan menekankan pada pembentukan moral
santri agar bias mengamalkanya dengan bimbingan kiai dan menjadikan kitab
kuning sebagai sumber primer serta masjid sebagai pusat kegiatan.
C. Karakteristik Pendidikan Pesantren
Potret pesantren dapat dilihat sebagai segi sistem pendidikan pesantren
secara menyeluruh, yang meliputi: materi pelajaran dan metode pengajaran,
prinsip-prinsip pendidikan, sarana dan tujuan pendidikan pesantren,
kehidupan kyai dan santri serta hubungan keduanya. Masing-masing dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Metode pengajaran dalam pendidikan pesantren
Sebagai lembaga pendidikan, Pondok Pesantren walaupun
dikategorikan sebagai lembaga pendidikan tradisional mempunyai
sistem pengajaran tersendiri, dan itu menjadi ciri khas sistem pengajaran
yang dilakukan di lembaga pendidikan formal. Ada beberapa metode
pengajaran yang diberlakukan di pesantren-pesantren, diantaranya:
1) Metode Sorogan
Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti
menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya di
hadapan kyai atau ustad. Sistem sorogan ini termasuk belajar
secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan
seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara
keduanya. sistem sorogan ini terbukti sangat efektif, sistem ini
36
membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid/santri
dalam menguasai kitab.
2) Metode Wetonan/Bandongan
Istilah wetonan ini berasal dari kata wektu (bhs jawa) yang
berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada
waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum atau sesudah melakukan shalat
fardhu. Metode weton ini merupakan metode kuliah, dimana para
santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang
menerangkan pelajaran secara kuliah. Santri menyimak kitab
masing-masing dan membuat mencatatan hal penting.
3) Metode Musyawarah/Bathsul Masa‟il
Metode musyawarah atau dalam bahasa lain sering disebut
dengan istilah bahtsul masa’il, metode pembelajran yang lebih
mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa santri dengan
jumlah tertentu membentuk halaqoh yang dipimpin langsung oleh
kyai atau ustadz, atau santri senior, untuk membahas atau
mengkaji suatu persoalan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam pelaksanaanya, para santri dengan bebas mengajukan
pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya. Dengan demikian
metode musyawarah lebih menitikberatkan pada kemampuan
perorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu
persoalan dengan argument logika yang mengacu pada kitab-kitab
37
4) Metode Pasan (Pasanan/Kilatan)
Metode pembelajaran pasan dalam bahasa jawa pasanan
atau sering juga disebut dengan metode kilatan, yaitu metode
pembelajaran kitab kuning yang biasanaya dilaksanakan pada tiap
bulan ramadhan, dalam metode pasanan (kilatan) murid-murid
berkumpul membentuk halaqoh dalam masjid atau tempat lain
dengan membawa kitab dan mendengarkan seorang kyai atau
ustadz yang membacakan kitab tertentu, yang pada umumnya
adalah kitab fiqih, kemudian para santri menuliskan arti pada kitab
gundhul (kitab kunig yang belum memiliki arti) atau sering disebut
dalam bahasa jawa dengan istilah maknani, metode pasanan hampir
sama denganmetode bandongan hanya saja dalam pelaksanaanya
dalam tenggang khatamnya ditentukan dalam waktu tertentu.
b. Sarana dan Tujuan Pesantren
Dengan menyandarkan diri kepada Allah SWT, para kyai pesantren
mulai pendidikan pesantren dengan modal niat ikhlas dakwah untuk
menegakkan kalimat-Nya, didukung dengan sarana prasarana sederhana
dan tebatas.Inilah ciri pesantren, tidak tergantung pada sponsor dalam
melaksanakan visi misinya. Memang sering kita jumpai dalam jumlah
kecil pesantren tradisional dengan sarana prasarana yang megah, namun
para kyai dan santrinya tetap mencerminkan perilaku–perilaku sederhana, keterbatasan sarana prasarana ini tidak menyurutkan para
38
telah dicanangkan. Mereka seakan sepakat bahwa pesantren adalah
tempat untuk melatih diri (Riyadhoh) dengan penuh keprihatinan, yang
penting semua itu tidak menghalangi mereka menuntut ilmu.
D. Tipologi Pondok Pesantren
Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berbeda dalam
pengelolaan sistem pembelajarannya, selain itu juga berbeda dalam
pandangan hidup tata nilai yang dijadikan landasan. Pondok Pesantren
masing-masing memiliki keistimewaan yang berbeda-beda, meskipun
demikian Pondok Pesantren juga memiliki persamaan. Hal ini menjadikan
sebuah lembaga Pondok Pesantren memiliki karakteristik tersendiri yang
menjadikan ciri khas. Dari tingkat konsistensi, secara garis besar Pondok
Pesantren dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk:
1. Pondok Pesantren Salafiyah
Salaf artinya “lama”, “terdahulu”, atau “tradisional”. Pondok Pesantren salafiyah adalah Pondok Pesantren yang menyelenggarakan
pembelajaran dengan pendekatan tradisional, sebagaimana yang
berlangsung sejak awal pertumbuhannya, pembelajaran ilmu-ilmu agama
Islam di lakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi
pada kitab-kitab klasik. Penjenjangan tidak didasarkan pada satuan waktu,
tetapi berdasarkan tamatnya kitab yang telah dipelajari. Kurikulum pada
pesantren salafiyah disebut manhaj, yang dapat diartikan sebagai arah
39
bentuk jabaran silabus, tetapi berupa funun kitab-kitab yang diajarkan
pada santri (Departemen Pendidikan Agama RI, 2003: 31).
a. Pondok Pesantren Khalafiyah („Ashriyah)
Khalaf artinya “kemudian” atau “belakang”, sedangkan ashri
artinya “sekarang”atau”modern”. Pondok Pesantren khalafiyah adalah
Pondok Pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan
dengan pendekatan modern, melalui satuan pendidikan formal baik
madrasah atau sekolah umum.Pembelajaran Pondok Pesantren
khalafiyah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan,
dengan suatu program didasarkan pada satuan waktu (Departemen
Pendidikan Agama RI, 2003: 30).
Pondok Pesantren khalafiyah adalah Pondok Pesantren yang
mengadopsi sistem madrasah atau sekolah, dengan kurikulum yang
disesuaikan dengan kurikulum pemerintah, baik dari Departemen
Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional. Pondok Pesantren
khalafiyah biasanya menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan
jalur sekolah, baik itu dengan jalur sekolah umum (SD, SMP, SMA),
maupun sekolah berciri khas agama Islam (MI, MTs, MA). Biasanya
kegiatan pembelajaran pesantren memiliki kurikulum yang berjenjang,
metode yang digunakan sudah pasti adaptif atau sudah mengadaptasi
40
b. Pondok Pesantren Campuran/Kombinasi
Pondok Pesantren campuran ini adalah kombinasi antara
Pondok Pesantren salafiyah dan Pondok Pesantren khalafiyah. Pondok
Pesantren ini menggunakan pendekatan pembelajran dengan cara
mengkombinasikan metode kedua tersebut.
Ciri khas pesantren modern berupaya memadukan
tradisionalitas dan modernitas pendidikan. Sistem pengajaran wetonan
dan sorogan diganti dengan sistem klasikal (pengajaran di dalam
kelas) yang berjenjang dan kurikulum terpadu diadopsi dengan
penyesuaian tertentu. Dikotomi ilmu agama dan umum juga
dieleminasi. Kedua bidang ilmu ini sama-sama diajarkan, namun
dengan proporsi pendidikan agama lebih mendominasi.
Pembagian Pondok Pesantren tidak hanya didasarkan pada
penyelenggara pendidikan agama. Ada pembagian lain dibuat
berdasarkan penyelenggara fungsinya sebagai lembaga pengembangan
masyarakat melaui program pengembangan usaha (Departemen
Pedidikan Agama RI, 2003:30).
E. Elemen-Elemen Pesantren 1. Masjid/Surau
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan
pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik
para santri, terutama dalam praktek sholat lima waktu yang dilaksanakan