• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN INDEKS PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 4 KLATEN. ABSTRAK Nur Wulan Agustina*

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN MEROKOK DENGAN INDEKS PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 4 KLATEN. ABSTRAK Nur Wulan Agustina*"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN INDEKS PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 4 KLATEN

ABSTRAK Nur Wulan Agustina*

Latar Belakang : Remaja memiliki sifat coba-coba dan rasa ingin tahu yang besar akhirnya terpengaruh ke perilaku merokok. Rokok dapat mengakibatkan penimbunan nikotin dalam darah sehingga oksigen dalam darah menurun dan meningkatkan karbon monoksida dalam aliran darah akibatnya tubuh akan mudah lemas, mengantuk dan kurang bersemangat. Kejadian tersebut akan mempengaruhi fungsi otak sebagai pusat konsentrasi apabila konsentrasi menurun prestasi belajar juga akan menurun.

Tujuan Penelitian : untuk membuktikan hubungan merokok dengan indeks prestasi belajar siswa kelas X SMK Muhammadiyah 4 Klaten.

Metode Penelitian : desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif analitik korelasional dengan pendekatan croos sectional. Pengambilan sampel dengan Simple random sampling di dapatkan 96 siswa sebagai responden.

Hasil Penelitian : sebagian besar responden (51,0%) tidak merokok dan (64,6%) berprestasi baik. Hasil Uji statistik menggunakan Two Sample Kolmogorov-Smirnov Test didapatkan p value = 0,000 (α < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara merokok dengan indeks prestasi belajar siswa kelas X SMK Muhammadiyah 4 Klaten.

Kesimpulan : Hasil penelitian tersebut adalah ada hubungan antara merokok dengan prestasi belajar siswa kelas X SMK Muhammadiyah 4 Klaten.

Kata Kunci : Merokok, indeks prestasi belajar, remaja.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor tiga setelah China dan India (WHO, 2008). Merokok tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, bahkan sudah dilakukan oleh anak-anak. Hampir 80% perokok di Indonesia mulai merokok ketika belum mencapai 19 tahun Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2010) menyebutkan prevalensi merokok pada penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 34,7%, dan 28,2% diantaranya merokok setiap hari. Sebesar 1,7% perokok mulai merokok sejak usia 5 tahun, sebesar 43,3% mulai merokok di usia 15-19 tahun, sebanyak 17,5% mulai merokok di usia 10-14 tahun dan 14,6% mulai merokok di usia 20-24. Prevalensi perokok di Jawa Tengah sebesar 32,6%.

Merokok dapat menimbulkan berbagai masalah, diantaranya penyakit jantung, hipertensi, kanker paru. Utama (2004) menjelaskan bahwa biasanya kerusaka yang diakibatkan dari merokok akan terakumulasi sedikit demi sedikit dan baru dapat dirasakan langsung dalam beberapa tahun atau beberapa puluh tahun kemudian. Merokok yang dilakukan sejak usia dini akan mempengaruhi fungsi otak, dan mengakibatkan penumpukan nikotin di otak dan racun ini membuat darah lebih mudah membeku, merusak jaringan otak dan dalam jangka pendek merokok akan menimbulkan kenikmatan sesaat dan menyebabkan ketagihan (Abdullah, 2010). Remaja yang sudah kecanduan merokok umumnya tidak dapat menahan keinginan untuk merokok dan cenderung lebih sensitif terhadap efek dari nikotin (Kandel dalam Baker, 2004).

Merokok juga mengakibatkan penyempitan pembuluh darah otak dan periver yang selanjutnya akan mengganggu sirkulasi darah ke otak (Hawari D, 2006). Remaja yang sudah kecanduan nikotin akan meningkatkan konsumsi rokoknya. Rasa sensitif terhadap nikotin tersebut juga akan mempengaruhi fungsi otak dan di setiap aktifitas selalu menyempatkan untuk merokok apabila tidak merokok siswa akan cenderung lemas dan tidak bersemangat dikarenakan sudah ketagihan zat nikotin. Ketergantungan nikotin akan mengganggu fungsi otak sehingga mengakibatkan penurunan konsentrasi (Kholis, 2011).

Penurunan konsentrasi bila terjadi pada anak sekolah maka akan mengganggu aktivitas belajar. Anak sekolah menjadi malas belajar, akibatnya

(3)

prestasi belajar akan menurun (Prasadja, 2008). Prestasi belajar merupakan indikator keberhasilan belajar siswa. Prestasi belajar merupakan bentuk penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan dari mata pelajaran. Prestasi belajar ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Winkel, 2006).

Prestasi belajar siswa rendah dapat mengakibatakan rendahnya sumber daya manusia dan masalah psikologi siswa. Siswa dengan prestasi belajar rendah akan kehilangan rasa percaya diri bahkan sress dan depresi karena tidak bisa mengaktualisasikan diri dengan baik.

Penelitian lain dilakukan oleh Casino (2006) mengenai hubungan kondisi lingkungan tempat tinggal, tingkat kesehatan gaya hidup dan prestasi belajar menunjukan bahwa stress akibat kondisi tempat tinggal berhubungan positif dengan prestasi akademik, selain itu terdapat hubungan antara tingkat kesehatan dengan prestasi belajar di antaranya penggunan alkohol, obat-obatan dan merokok.

Survai awal kepada 100 orang siswa SMK Muhammadiyah 4 Klaten , diperoleh data bahwa siswa tersebut merokok sekitar 5-7 batang perhari. Alasan merokok adalah ikut-ikutan teman, kemudian akhirnya menjadi berkelanjutan. Siswa sudah diberikan penyuluhan baik dari guru maupun dari tim kesehatan, siswa mengaku sudah mengerti tentang bahaya merokok diantaranya penyakit jantung, hipertensi, kangker paru, tetapi tidak menghiraukan bahaya merokok siswa menyatakan kalau tidak merokok lidah terasa pahit dan mengantuk. Berdasarkan data yang diperoleh siswa yang merokok sering tidak berkonsentari saat pelajaran, data tersebut disebabkan siswa mengantuk dan tidak besemangat lagi bila tidak merokok. Data dari bagian akademik menunjukkan bahwa prestasi belajar lebih dari 70 siswa yang merokok dari berabagai kelas baik kelas XA, XB, XC, XD dan X TKJ tersebut remidi ujian semester 2 dengan nilai KKM Pendidikan Jasmani, Keterampilan Komputer, Mengintepretasikan Gambar Tekhnik, Matematika, Fisika Memahami Proses-Proses Dasar Pembentukan Logam, Memahami Sistem Hidrolik, Kemuhammadiyahan, Bahasa Indonesia,

(4)

Ilmu Pengetahuan Alam, Kimia Fisika, Kewirausahaan, Menggunakan Alat-alat Ukur, Bahasa Inggris, Tarikh, Akhlaq kurang dari 75.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di SMK Muhammadiyah 4 Klaten pada tanggal 11-13 Juni 2013. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMK Muhammadiyah 4 Klaten sejumlah 126 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dengan sampel 96 siswa. Adapun kriteria inklusi penelitian adalah: (a) Siswa laki-laki; (b) Bersedia menjadi responden; (c) Bersedia mengisi kuesioner. Kriteria eksklusi penelitian: (a) Siswa yang sedang sakit / tidak hadir saat penelitian; (b) Membatalkan ikut dalam penelitian. Instrumen yang digunakan adalah raport siswa dan kuesioner. Analisis univariat yaitu analisis yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan distribusi frekuensi variabel merokok dan indeks prestasi belajar. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji Two Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan nilai kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Karakteristik responden a. Umur

Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Rata-Rata Umur di SMK Muhammadiyah 4 Klaten (N=96)

Umur Minimum Maksimum X± S.D Umur

Siswa

16 17 16.62 ± .487

Tabel 1 menunjukan umur bahwa responden paling muda 16 tahun dan umur responden paling tua 17 tahun sedangkan rata-rata umur responden yaitu 16.62 ± .487 tahun.

(5)

b. Kebiasaan Merokok

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan merokok responden Kebiasaan Merokok Siswa Frekuensi % Merokok 47 49.0 Tidak Merokok 49 51.0 Jumlah 96 100.0

Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak merokok (51,0%) dan responden yang merokok (49,0%).

c. Indeks Prestasi Belajar

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indeks Prestasi Belajar Siswa SMK Muhammadiyah 4 Klaten

Indeks Prestasi Belajar Frekuensi %

Baik 62 64.6

Cukup 32 33.3

Kurang 2 2.1

Jumlah 96 100.0

Tabel 3 diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden dengan indeks prestasi baik (64,6%), dan prestasi belajar cukup (33,3%), kurang (2,1%).

d. Siswa Mulai Merokok

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Siswa mulai Merokok di SMK Muhammadiyah 4 Klaten

Mulai Merokok Frekuensi %

Tidak Merokok 45 46.9

< 1 tahun yang lalu 20 20.8

(6)

Jumlah 96 100.0

Tabel 4 diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden mulai merokok lebih dari 1 tahun yang lalu (32,3%) dan responden yang merokok kurang dari 1 tahun yang lalu (20,8%).

e. Batang Rokok Yang Dihisap Dalam Sehari

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Batang rokok yang dihisap dalam sehari

Batang Rokok Frekuensi %

Tidak Merokok 49 51.0

1-10 batang perhari 41 42.7

11-20 batang perhari 6 6.2

Jumlah 96 100.0

Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar responden (42,7%) menghisap jumlah batang rokok dalam sehari 1-10 batang perhari, dan responden yang merokok 11-20 batang perhari (6,2%).

f. Motivasi Merokok

Tabel 6 Disribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Motivasi Merokok Siswa SMK Muhammadiyah 4 Klaten

Motivasi merokok Frekuensi %

Teman 35 36.5

Orang tua 4 4.2

Iklan 8 8.3

Jumlah 96 100.0

Tabel 6 diatas menunjukan (36,5%) responden termotivasi untuk merokok karena di pengaruhi oleh teman. Dan responden yang dipengaruhi orang tua (4,2%), iklan (8,3%).

(7)

g. Perasaan Saat Merokok

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perasa saat Merokok Pada Siswa SMK Muhammadiyah 4 Klaten

Perasaan saat Merokok Frekuensi %

Senang 34 35.4

Peningkatan Konsentrasi 4 4.2

Mengantuk 9 9.4

Jumlah 96 100.0

Tabel 7 menunjukan sebagian besar responden (35,4%) responden merasakan senang saat merokok, dan responden yang merasakan peningkatan konsentrasi (4,2%), mengantuk (9,4%).

2. Hubungan merokok dengan indeks prestasi belajar siswa

Tabel 8 Analisis Merokok denagan Indeks Prestasi Siswa di SMK Muhammadiyah 4 Klaten 2013 (N=96)

Merokok

Prestasi Belajar

Total P.Value Kurang Cukup Baik

f % f % f %

0,000 Merokok 2 2.1 29 30.2 16 16.7 49,0%

Tidak merokok 0 .0 3 3.1 46 47.9 51,0%

Jumlah 2 2.1 32 33.3 62 64.6 100,0%

Tabel 8 menunjukan bahwa responden responden yang merokok (49,0%) yang mendapatkan indeks prestasi baik (16,7%). Responden yang tidak merokok (51,0%) dengan indeks prestasi baik (47,9 %). Berdasarkan analisis uji Two Sample Kolmogorov-Smirnov Test didapatkan hasil p(0,000) <α(0,005). Berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat hubungan antara merokok dengan indeks prestasi belaja siswa kelas X SMK Muhammadiyah 4 Klaten.

(8)

B. Pembahasan

Tabel 1 menunjukan rata-rata umur responden yaitu 16,62 ± 0,487. Remaja adalah seseorang yang berumur 15-24 tahun. Remaja merupakan masa dimana seseorang dalam pencarian jati diri sehingga remaja ingin mencoba sesuatu hal yang baru. Hasil wawancara ini didapatkan data bahwa responden memulai merokok dari mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar informasi. Kondisi ini sangat didukung lingkungan sekolah yang semua berjenis kelamin laki-laki dan mayoritas

merokok. Penelitian ini sesuai dengan penelitian jamal (2007) bahwa 70%

perokok di Indonesia memulai merokok sebelum usia 19 tahun. Arriyadi (2008) menyatakan bahwa remaja diantara usia 14-17 tahun sering kesulitan dalam menyesuaikan diri, karena pada saat ini remaja mulai mencari identitas diri, dan sering meniru gaya hidup orang dewasa.

Berdasarkan analisis uji Two Sample Kolmogorov-Smirnov Test didapatkan hasil p(0,000) < α(0,005). Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat hubungan antara merokok dengan indeks prestasi belajar siswa kelas X SMK Muhammadiyah 4 Klaten. Hal ini sesuai dengan penelitian Poetri (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara gaya hidup remaja dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jatinom Klaten.

Remaja adalah masa pencarian identitas diri sehingga sering timbul berbagai masalah karena remaja mempunyai rasa ingin tahu yang besar, sifat coba-coba dan ingin dianggap lelaki pemberani. Remaja cenderung mempunyai perilaku merokok disebabkan karena pergaulan remaja lebih luas dan sering menghabiskan waktu bersama teman-teman. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja yang merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-teman adalah perokok dan demikian sebaliknya (Ariyani, 2010).

Remaja yang berkumpul akan mempengaruhi satu sama lain diantranya perilaku merokok. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden merokok awalnya diajak teman (36,5%). Merokok akhirnya menjadi

(9)

kebiasaan karena responden yang sudah mulai merokok merasakan senang dengan kebiasaan yang baru. Hasil penelitian didapatkan (35,4%) menyatakan perasaanya senang akibat merokok. (9,4%) responden merasakan mengantuk setelah merokok dan (32,3%) responden sudah merokok lebih dari 1 tahun. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Abdullah (2010) bahwa merokok yang dilakukan sejak usia dini akan menimbulkan kenikmatan sesaat dan menyebabkan ketagihan. Arriyadi (2008) yang bahwa merokok dapat menimbulkan perasaan senang. Hal ini sesuai dengan penelitian Safitri (2010) bahwa teman sebaya merupakan pengaruh dalam pembentukan perilaku merokok.

Merokok pada remaja dapat mempengaruhi kesehatan pada remaja dan lingkungan yang terkena dampak dari merokok. Depkes RI (2003) menyatakan bahwa efek rokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan perokok saja, tetapi juga mempengaruhi kesehatan orang disekitarnya yang tidak merokok, karena terpapar oleh asap. Dampak rokok bagi tubuh manusia diantranya adalah penyakit yang berhubungan dengan paru-paru, jantung dan otak.

Rokok juga berpengaruh terhadap organ-organ tubuh lainnya diantaranya adalah aliran darah ke otak. Rokok dapat mengakibatkan penimbunan nikotin dalam darah dan mengakibatkan oksigen dalam darah menurun. Berkurangnya oksigen dalam darah maka akan meningkatkan jumlah karbon monoksida dalam aliran darah bahkan ke otak. Darah yang kekurangan oksigen sehingga karbon monoksida dalam darah meningkat akibatnya tubuh akan mudah lemas, kurang bersemangat dan mengantuk. Jika kejadian tersebut secara terus menurus akan mempengaruhi fungsi otak sebagai pusat konsentrasi (Ariyani, 2010). Konsentrasi yang berkurang apabila terjadi pada pelajar akan menurunkan prestasi belajar. Hasil penelitian menunjukan bahwa responden yang merokok, (30,2%)mempunyai prestasi belajar yang cukup bahkan kurang (2,1%). Responden yang tidak merokok (47,9%) mempunyai prestasi baik.

(10)

Hal ini sesuai dengan pernyatan Kholis (2011) bahwa remaja yang sudah kecanduan nikotin akan meningkatkan konsumsi rokoknya. Rasa sensitif terhadap nikotin tersebut juga akan mempengaruhi fungsi otak dan di setiap aktifitasnya selalu menyempatkan untuk merokok apabila tidak merokok siswa akan cenderung lemas dan tidak bersemangat dikarenakan sudah ketagihan zat nikotin. Ketergantungan nikotin akan mengganggu fungsi otak sehingga mengakibatkan penurunan konsentrasi yang disebabkan oleh kekurangan oksigen di dalam darah. Teori ini sesuai dengan penelitian Casino (2006) bahwa terdapat hubungan antara tingkat kesehatan dengan prestasi belajar.

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Ada hubungan yang signifikan antara merokok dengan indeks pretasi belajar pada siswa kelas X SMK Muhammadiyah 4 Klaten pValue=(0,000) ; (0,005). B. Saran

1. Bagi Remaja

Remaja dapat berhenti merokok dengan melakukan aktifitas yang positif. 2. Bagi peneliti lain

Peneliti berikutnya dapat penelitian dengan meneliti variabel baru tentang merokok dengan penurunan konsentrasi belajar pada siswa.

3. Bagi Institusi Pendiikan

SMK Muhammadiyah 4 Klaten dapat mempertegas peraturan tentang larangan merokok agar siswa dapat menurunkan frekuensi merokok. 4. Bagi Perawat

Perawat dapat memberikan edukasi secara berkala tentang bahaya merokok, dengan menjelaskan dampak negatif dari rokok yang berdampak bagi tubuh terutama otak sehingga mempengaruhi konsentrasi siswa akhirnya prestasi belajar akan menurun. Dengan adanya edukasi perawat, siswa dapat meningkatkan prestasi belajar.

(11)

DAFTAR REFERENSI

Arriyadi. 2008. Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta.

Kholis, Nur. 2011. Kisah Inspiratif Perjuangan Berhenti Merokok. Yogyakarta : Real Book.

Kementrian, Komunikasi dan Informatika. 2010. Jumalah Perokok Peringkat Ke-3 Dunia. http//www.depkemonfo.go.id

Kumboyono. 2010. Hubungan dan perilaku merokok dengan motivasi belajar anak usia remaja di SMK Bina Bangsa Malang.

Mulya,Y. &. Ramdani, S. 2010. Analisa Perilaku Konsumen Rokok di Kalngan MahasiswaUniversitasPakuan.Pakuan:MahasiswaUniversitasPakuan. Poetri. 2012. Hubungan antara Gaya Hidup Remaja dengan Prestasi Belajar pada

Siswa Jurusan IPS Kelas XI SMA N 1 Jatinom. STIKES Muhammadiyah Klaten : Tidak dipubliasikan

WHO.2008. 10 Negara dengan jumalah rokokter besar [internet]. http// www. bmf. litbang. depkes. co .id /

WHO. 2008. Konsumsi Tembakau dan Prevalensi Merokok di Indonesia [internet]. http//www.bmf.litbang.depkes.co.id/

Gambar

Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Rata-Rata Umur di  SMK Muhammadiyah 4 Klaten (N=96)
Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak merokok  (51,0%) dan responden yang merokok (49,0%)
Tabel  5  Distribusi  Frekuensi  Karakteristik  Responden    Berdasarkan  Batang  rokok yang dihisap dalam sehari
Tabel  7  Distribusi  Frekuensi  Responden  Berdasarkan  Perasa  saat  Merokok  Pada Siswa SMK Muhammadiyah 4 Klaten

Referensi

Dokumen terkait

“PENGARUH PROFITABILITAS, SIZE PERUSAHAANDAN MEDIA EXPOSURE TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL.. PADA PERUSAHAAN MANUFAKTURYANG TERDAFTAR

Skripsi ini telah diuji dan dinyatakan oleh Panitia Ujian Tingkat Sarjana (S1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagai

[r]

Based on the previously stated background analysis, the proposed framework provided in this research should be able to provide a uniform data functionality and allowing

Perangkat keras yang dibutuhkan untuk membangun sistem ini terdiri dari : sumber daya perangkat keras untuk sistem developer, sumber daya ini merupakan perangkat keras yang

tuberculata pada jumlah 200 spora menghasilkan serapan N batang dan N tajuk bibit kelapa sawit nyata lebih tinggi dibandingkan dengan inokulasi G.. margarita pada

Pertumbuhan sel dalam labu Erlenmeyer Kalus remah yang tumbuh cepat pada medium padat WP dengan pikloram 15 µ M dan BAP 0,5 µ M dijadikan bahan untuk biak suspensi

[r]