xiii INTISARI
Perusahaan yang menjadi obyek penelitian tesis ini adalah sebuah usaha yang bergerak di bidang industri penjualan produk farmasi atau apotek yang dikategorikan sebagai usaha kecil sesuai dengan klasifikasi dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Apotek ini mempunyai empat cabang yang tersebar di beberapa daerah di pinggiran kota Sidoarjo.
Situasi yang saat ini dihadapi oleh pemilik apotek adalah bagaimana meningkatkan dan mengembangkan keempat apoteknya tersebut untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat, terutama dari usaha yang sejenis seperti apotek, toko obat maupun klinik dokter praktek bersama. Saat ini, apotek tersebut masih dijalankan secara tradisional dan pemilik tidak mempunyai strategi bisnis apapun dalam menjalankan usahanya tersebut.
Dari analisis yang telah dilakukan selama penyusunan tesis ini, dapat disimpulkan bahwa usaha apotek tersebut dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang yang dimilikinya untuk menciptakan strategi untuk bersaing. Namun diperlukan beberapa perbaikan apotek yang berkaitan dengan proses kontrol kegiatan internal.
xiv ABSTRACT
Small Medium Enterprise industry has been increasing quite rapid especially for recent years in Indonesia and it happen almost all over the cities. Therefore, this phenomenon becomes an interesting subject to be analyzed and specifically for the tesis development, author picked one of SME business which runs four pharmacies in suburb part of Sidoarjo, East java.
Situation that the owner deals at the moment is on how to increase and strengthening its business to anticipate the tough competition among pharma retail industry. Currently, there are many competitors located nearby these pharmacies, forming as pharmacy, drug store or small hospital (medical clinic). Although has become a pioneer for quite a long time in those four areas in Sidoarjo, but this competition brings quite impact for the business. Another challenge comes from the business process that still runs traditionally and manually, and yet not having business strategies to achieve business objectives. Additionally, internal management is relatively weak due to not having management information system to control daily operations.
Based on the analysis that has been done, the author has found out that actually this SME business has set of strengths and opportunities that can be maximized to create competitive advantage as well as to overcome the weaknesses and anticipate the threats from external factors. However, these can be utilized as the recommended strategies for future development.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penulisan tesis ini akan diawali dengan bab pertama yaitu Pendahuluan yang berisi penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang dan alasan pemilihan topik. Bab Pendahuluan berisi beberapa sub bab antara lain latar belakang penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian dimana menjadi landasan penelitian melalui beberapa alat analisis yang disesuaikan dengan topik bahasan, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik bagi praktisi bisnis maupun akademis, batasan masalah dan sistematika penulisan. Pada bab ini dipaparkan sekilas profil perusahaan yaitu berupa sebuah usaha apotek berupa apotek yang dimiliki oleh perseorangan dengan latar belakang apoteker. Dari profil tersebut, paparan tesis dilanjutkan pada latar belakang penelitian dan detail-detail bentuk penelitian yang menjadi landasan bagi penelitian ini. Hasil analisis dari penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dikemukakan pada bab pertama ini. Adapun tujuan utama yang ingin dicapai oleh penulis adalah sebuah perumusan strategi yang tepat bagi perusahaan disesuaikan dengan kondisi internal dan kondisi eksternal apotek yang mempengaruhi jalannya usaha.
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Setiap usaha baik skala besar seperti korporasi yang mempunyai berbagai macam jenis usaha maupun skala kecil dan menengah seperti perusahaan keluarga yang hanya mempunyai satu jenis usaha, tentunya tetap memerlukan
2 strategi tersendiri dengan tujuan memenangkan persaingan di antara kompetitor. Terlepas dari jenis industri yang dijalani, tujuan setiap perusahaan tentunya adalah agar terus dapat meningkatkan performa perusahaan dan terutama agar dapat bersaing di dalam kompetisi yang makin ketat saat ini. Perumusan strategi tidak dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan intuisi pemilik, namun untuk mendapatkan strategi yang komprehensif diperlukan analisis manajemen secara internal dan eksternal. Analisis internal merupakan suatu hal mutlak yang perlu dilakukan tiap perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan, keunggulan yang dimilik perusahaan saat ini. Sementara itu, analisis eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.
Pada tesis ini, penulis telah melakukan penelitian pada perumusan strategi berupa apotek yang berlokasi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Penelitian ini mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal apotek untuk mencermati kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman. Kemudian penulis menyusun visi dan misi perusahaan yang bersumber dari pemilik apotek. Pada akhirnya, penelitian ini merumuskan strategi bisnis yang tepat untuk diterapkan agar dapat bersaing dalam kompetisi yang cukup ketat di lingkungan sekitar.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002, apotek adalah suatu tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat.
3 Sementara itu, definisi apotek menurut Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009, apotek merupakan suatu tempat atau terminal distribusi obat perbekalan farmasi yang dikelola oleh apoteker sesuai standar dan etika kefarmasian, dikutip dari laman resmi Departemen Koperasi dan UKM (2013).
Perusahaan ini dimiliki oleh seorang apoteker yang telah lama menekuni dunia apotek dan farmasi sejak pertengahan tahun 1980an. Sebelum dimiliki oleh pemilik sekarang, apotek ini telah dirintis sejak tahun 1988 dimana pemilik sekarang bekerja sebagai apoteker penanggung jawab. Pada tahun 1998, apotek ini dijual ke pemilik kedua, namun dikarenakan permasalahan internal, pemilik tersebut memutuskan untuk menjual dan menawarkannya kepada pemilik sekarang. Pada tahun 2004, apotek tersebut resmi diakuisisi. Sejak saat itu, apotek tersebut berkembang yang berawal dari satu apotek mulai tahun 2004 sampai saat ini telah menjadi empat apotek. Walaupun telah mempunyai beberapa cabang, pemilik masih menjalankan usahanya ini dengan cara tradisional. Belum ada sistem terpadu seperti komputerisasi, logistik serta aktivitas pemasaran dan promosi yang pernah dijalankan pemilik. Antar cabang juga masih belum terintegrasi secara sistem dan aktivitas operasional juga masih dilakukan secara manual.
Penulis mempunyai ketertarikan untuk meneliti usaha apotek ini, salah satunya adalah ketertarikan penulis pada dunia kewirausahaan yang saat ini mulai berkembang di Indonesia. Dari sudut pandang bisnis, dunia kesehatan selalu berkembang dan berakibat pada kedinamisan pertumbuhan usaha farmasi, termasuk apotek.
4 1.1.1 LATAR BELAKANG DAN MOTIVASI PENELITIAN
Beberapa alasan yang menjadikan usaha apotek ini menjadi menarik untuk diteliti adalah sebagai berikut:
1) Perkembangan yang cukup baik. Sejak diakuisisi pada tahun 2004, apotek ini telah berkembang pesat menjadi empat cabang. Bahkan sebelumnya pemilik sempat mempunyai lima cabang, namun pada tahun 2010 cabang kelima terpaksa ditutup karena kekurangan sumber daya manusia yang kompeten untuk bersedia ditempatkan di cabang kelima. Dengan demikian, sebenarnya usaha apotek ini mempunyai prospek bisnis yang cukup besar untuk dikembangkan 2) Tingkat kompetisi yang semakin ketat menjadi permasalahan utama
yang dihadapi oleh pemilik. Dalam periode 3 tahun terakhir, mulai banyak usaha sejenis bermunculan, sehingga meningkatkan level kompetisi. Sebagai contoh, dalam radius satu kilometer bermunculan satu sampai dengan dua apotek maupun toko obat baru. Belum ditambah makin banyaknya minimarket seperti Indomart dan Alfamart yang juga menjual obat-obatan bebas OTC (Over the Counter). Dampaknya adalah beralihnya para konsumen dari apotek ini ke apotek pesaing dengan alasan jarak yang lebih dekat dengan lokasi rumah konsumen.
3) Pemilik maupun pihak karyawannya tidak mempunyai kapasitas memadai dari segi pengetahuan manajemen untuk menentukan strategi bisnis untuk diterapkan pada apoteknya.
5 4) Aktivitas operasional masih dijalankan secara manual atau tradisional. Belum ada sistem yang mengatur (komputerisasi) dan antar cabang juga belum terintegrasi. Dengan demikian pemilik mempunyai hambatan dari segi kontrol secara operasional.
5) Pemilik juga mempunyai keinginan untuk menerapkan aktivitas pemasaran dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
6) Terlepas dari tujuan bisnis, pemilik sebagai seorang apoteker mempunyai keinginan untuk dapat memberikan pelayanan tidak hanya pada penjualan obat-obatan namun juga edukasi dan komunikasi kepada masyarakat mengenai obat-obatan, terutama untuk mengurangi penyalahgunaan obat maupun resep yang diminta oleh masyarakat.
Sementara itu, motivasi penulis mengambil topik bahasan ini adalah berdasarkan pertumbuhan dunia wirausaha di Indonesia yang semakin berkembang. Usaha yang diteliti ini, mempunyai pendapatan kotor atau omset lebih dari 300 juta tiap bulan dengan aset senilai lebih dari 200 juta, sehingga berdasarkan kriteria UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM (Usaha Kecil Menengah), termasuk dalam kategori Usaha Kecil. Masih dari sumber yang sama, definisi Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung
6 maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang. Dibawah ini kriteria dari sisi aset dan omset tiap bulan menurut laman resmi Departemen Koperasi dan UKM.
Tabel 1.1 Klasifikasi dan Kriteria UKM
No. URAIAN KRITERIA
ASSET OMZET
1. USAHA MIKRO Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta 2. USAHA KECIL > 50 Juta - 500 Juta > 300 Juta - 2,5 Miliar 3. USAHA MENENGAH > 500 Juta - 10 Miliar > 2,5 Miliar - 50 Miliar
Sumber: Departemen Koperasi dan UKM
Berdasarkan data yang diambil dari laman Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada tahun 2013, menyebutkan bahwa jumlah industri usaha kecil menengah (UKM) di Indonesia mengalami pertumbuhan cukup besar sejak tahun 2010 hingga 2013. Tahun 2010, jumlah UKM di Indonesia hanya mencapai 0,18% dari total penduduk, namun pada tahun 2013 telah mencapai angka 1,65% dari total populasi.
Selain itu, dilihat dari industri kesehatan, tingkat belanja masyarakat atas industri kesehatan baik berupa pengobatan ke rumah sakit maupun belanja obat-obatan di apotek maupun toko aoat meningkat dari tahun ke tahun. Data dibawah yang didapatkan dari Credit Suisse menunjukkan peningkatan total belaja masyarakat Indonesia atas industri kesehatan termasuk apotek1.
7
Gambar 1.1 Pertumbuhan Belanja Kesehatan Indonesia 2013 Sumber: Credit Suisse Indonesia, Consumer Survey 2013 Data dari Frost & Sullivan yang dikutip oleh Pusat Data Persatuan Rumah Sakit Indonesia mengatakan bahwa belanja kesehatan di Indonesia mengalami peningkatan antara tahun 2010 sampai tahun 2014 dengan rata-rata pertumbuhan 10,43% per tahun. Hal ini dipicu seiring dengan pertumbuhan masyarakat kelas menengah di Indonesia yang telah mengalami peningkatan atas kesadaran hidup sehat dan pentingnya obat-obatan penunjang bagi aktivitas sehari-hari yang semakin padat. Sebagai gambaran, data dari Bank Dunia menyebutkan, pada tahun 2012 dari 236,6 juta jiwa penduduk Indonesia, 56,5% atau sekitar 134 juta masuk dalam kategori kelas menengah dengan nilai belanja sebesar Rp.20.000 – Rp.200.000 per hari.
Berangkat dari latar belakang tersebut, semoga penulisan tesis yang mengangkat topik Manajemen Strategi pada usaha apotek skala kecil, dapat memperkaya ulasan ilmiah mengenai Manajemen Strategi pada dunia
8 kewirausahaan. Selain itu, diharapkan dapat menjadi acuan bagi penulisan-penulisan sejenis selanjutnya.
1.1.2 KARAKTERISTIK APOTEK DI INDONESIA
Di Indonesia, terdapat berbagai macam tipe apotek dilihat dari sistem operasi, SDM (Sumber Daya Manusia) yang dimiliki sampai dari sudut pandang kepemilikan. Mulai dari kepemilikan perseorangan sampai dengan kepemilikan dari sebuah korporasi besar maupun kepemilikan dari negara melalu perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Dari amatan yang dilakukan penulis pada usaha apotek, dapat disimpulkan model bisnisnya di Indonesia antara lain:
Gambar 1.2 Model Bisnis Usaha Apotek Indonesia Analisis Penulis Berdasarkan Hasil Amatan dan Wawancara
Model bisnis apotek di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu apotek yang mempunyai beberapa cabang (Chain) dan Independen yang hanya mempunyai satu cabang apotek. Dari segi kepemilikan, model bisnis Chain