• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI OLEH GURU DALAM PEMBELAJARAN CERPEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 SINGARAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI OLEH GURU DALAM PEMBELAJARAN CERPEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 SINGARAJA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI OLEH GURU DALAM

PEMBELAJARAN CERPEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5

SINGARAJA

I Made Wijana, Gede Artawan, Gede Gunatama

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail

:

madewijana98@yahoo.com, gartawan@yahoo,com, detama-fbs-21@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran inkuiri oleh guru dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja. Objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, dokumentasi, angket/kuesioner, dan wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) penerapan model pembelajaran inkuiri oleh guru dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja tergolong katagori positif. Semua itu dilihat berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya bahwa penelitian mengenai respons siswa dikatakan berhasil jika 75% siswa memberikan respons positif. Jadi, penelitian ini telah dapat dikatakan berhasil karena 79% siswa memberikan respons positif, (2) kendala-kendala yang dihadapi oleh guru adalah guru sulit untuk mengondisikan kelas agar lebih kondusif, karena perhatian siswa banyak yang belum terfokus. Guru mengatakan bahwa siswa di kelas VII A dan VII D sangat beragam dari segi minat dan kemampuannya, (3) respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri oleh guru dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja tergolong positif.

Kata-kata Kunci: Model Pembelajaran Inkuiri dan Pembelajaran Cerpen. ABSTRACT

This study aimed to describe the application of inquiry learning model by the teacher in short story teaching to the students of class VII on SMP Negeri 5 Singaraja. The subject in this study is the students class VII on SMP Negeri 5 Singaraja. Objects in this research is the application of inquiry learning model in short stories teaching. The data collection methods used in this study is the method of observation, documentation, questionnaires, and interview. The analysis method in this study is qualitative descriptive.

The results of research show that (1) the application of inquiry learning model by the teacher in short story teaching to the students of class VII on SMP Negeri 5 Singaraja classified as positive categories. It can be seen based on the criteria that is used previous that the research about the student response is successful if 75% of students gave a positive responses. Therefore, this study is successful because 79% of students gave a positive response, (2) the constraints which is faced by the teacher was difficult for conditioning the class in order to be more comfortable, because most of students attention were not focus. The teacher said that students in class VII A and VII D is very diverse in terms of interests and abilities, (3) student response to the application of inquiry learning model by the teacher in short story teaching to the student of class VII stories on SMP Negeri 5 Singaraja classified positive categories.

(2)

PENDAHULUAN

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) Bahasa Indonesia

tingkat SMP, dicantumkan empat

keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis. Keraf (2001: 5) menyatakan

keempat keterampilan ini mempunyai

hubungan erat karena pada dasarnya keempat keterampilan ini merupakan satu-kesatuan. Seseorang dikatakan terampil

berbahasa apabila terampil menyimak,

membaca, berbicara, dan menulis. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

merupakan mata pelajaran yang

mengembangkan pengetahuan umum,

keterampilan berbahasa, sikap terhadap bahasa, dan budi pekerti. Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia pada

hakikatnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun secara tulisan. Selain itu, tujuan pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia adalah untuk

mengembangkan kemampuan bahasa dalam segala fungsinya, yaitu sebagai sarana

komunikasi, sarana berpikir, sarana

mengemukakan gagasan/ide, perasaan, dan sebagai sarana berekspresi.

Di luar keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut, ada pembelajaran sastra yang menjadi salah satu aspek keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Indriyani (2006: 25) mengungkapkan bahwa karya sastra diciptakan untuk dibaca. Jadi, tanpa pembaca, karya sastra hampir tidak ada manfaatnya dan tanpa pembaca tidak akan ada pembacaan, pemahaman, penikmatan, pertunjukkan, dan penilaian karya sastra. Tidak serta merta hanya dengan memiliki keinginan membaca cerpen yang besar, kita akan dapat dengan mudah memahami isi cerpen tersebut. Hal itu terjadi karena karya

sastra menggunakan bahasa sebagai

mediumnya, yang dirangkai sedemikian rupa sehingga menimbulkan makna sebenarnya (denotasi) dan makna dengan nilai rasa tertentu (konotasi), sesuai dengan tujuan dan maksud pengarangnya.

Kesulitan dalam memahami isi cerpen

juga sering dialami pembaca akibat

kurangnya pengetahuan mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen. Unsur-unsur dalam karya sastra, seperti Unsur-unsur intrinsik menjadi tumpuan dalam mewujudkan problematik kehidupan masyarakat dalam bentuk cipta sastra (Sutresna, 2006: 53).

Unsur intrinsik sebenarnya memiliki

hubungan yang sangat erat dengan bahasa

sebagai suatu sistem. Pengetahuan

mengenai bahasa saja tidak cukup membuat seseorang paham dengan sebuah cerpen, khususnya unsur-unsur intrinsik cerpen.

Pemahaman mengenai unsur intrinsik

menjadi penting karena pemahaman unsur intrinsik dalam sebuah cerpen akan sangat membantu pembaca memahami cerpen yang tengah dibaca.

Hal ini dikarenakan unsur-unsur

intrinsik merupakan tumpuan dalam

mewujudkan problematika kehidupan

masyarakat dalam bentuk karya sastra. Fenomena inilah yang ditemukan di kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja. Nilai rata-rata penguasaan sastra Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja, yaitu sebesar 6,00. Hal ini tidak memenuhi KKM yang sudah ditetapkan oleh sekolah, sedangkan standar

kompetensi yang menjadi tumpuan

pembelajaran berbunyi “Memahami isi

berbagai teks bacaan sastra dengan

membaca” dan kompetensi dasar berbunyi “Menceritakan kembali cerita anak yang dibaca”.

Faktor-faktor penyebab kurangnya pemahaman siswa mengenai pembelajaran karya sastra, khususnya cerpen adalah (1)

siswa selalu ramai/ribut pada saat

pembelajaran berlangsung, sehingga

konsentrasi siswa tidak terfokus, (2)

keberadaan guru pada waktu pembelajaran kurang mendapat perhatian dari siswa, dan (3) kurangnya keberanian siswa dalam

mengajukan pertanyaan. Selain itu,

berdasakan hasil wawancara dengan

sejumlah siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja, penulis dapat menangkap bahwa mereka mengalami kesulitan memahami

(3)

mereka terhadap unsur-unsur pembangun cerpen.

Dalam kegiatan pembelajarannya,

guru seyogianya melaksanakan

pembelajaran secara efektif, hal itu dapat dilakukan dengan jalan memilih metode atau model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran dimaksudkan untuk menggairahkan belajar anak didik. Dengan bergairahnya anak didik dalam pembelajaran, anak didik tidak akan sukar untuk mencapai tujuan pembelajaran karena bukan guru yang memaksa anak didik untuk mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan. Mengingat pentingnya penerapan suatu model pembelajaran dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran cerpen, maka guru harus menerapkan suatu model pembelajaran di dalam proses belajar mengajar. Di samping itu, sesuai dengan permasalahan yang terjadi di SMP Negeri 5 Singaraja, penulis dapat

mengambil sebuah simpulan bahwa

kurangnya pemahaman unsur intrinsik yang menyebabkan kesulitan tersebut. Karena itulah penulis menetapkan bahwa model pembelajaran yang tepat digunakan dalam pengajaran adalah model pembelajaran inkuiri.

Model pembelajaran inkuiri adalah

rangkaian kegiatan pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu

masalah yang dipertanyakan (Sanjaya,

2008:196). Model pembelajaran inkuiri lebih menekankan pada proses mencari dan menemukan dari jawaban masalah yang dipertanyakan. Melalui proses inkuiri ini akan menimbulkan ketertarikan mempelajari materi pelajaran dan ini merupakan hal yang sangat penting, sehingga siswa belajar dalam kondisi yang tidak dipaksakan.

Penelitian mengenai model

pembelajaran inkuiri serta unsur-unsur

intrinsik cerpen sudah pernah dilakukan oleh Ni Made Dwi Jayanti pada tahun 2012 dengan judul penelitian, yaitu “Pengaruh

penerapan model pembelajaran inkuiri

terhadap aktivitas dan hasil belajar menyimak

komprehensif pada siswa kelas VIII di SMP

Negeri 1 Sukasada. Hasil penelitian

menunjukkan adanya pengaruh yang positif terhadap penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa dalam menyimak komprehensif. Hal ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh siswa di

kelas yang menggunakan model

pembelajaran inkuiri sebesar 60,00, dengan rata-rata 4,00 yang dinyatakan lebih tinggi daripada skor yang diperoleh pada kelas yang menggunakan model konvensional, yaitu sebesar 51,00 dengan rata-rata 3,44.

Penelitian sejenis juga pernah

dilakukan oleh Ni Putu Wiliani pada tahun

2012, yaitu dengan judul penelitian

“Penggunaan metode quiz team dalam

mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada pembelajaran

yang menggunakan metode quiz team dalam

mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen (alur, penokohan, dan latar) pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Denpasar berjalan dengan baik. Selain itu, Penelitian mengenai meningkatkan pemahaman siswa terhadap unsur-unsur intrinsik cerpen juga pernah diteliti oleh Ni Wayan Alit Widyanti, yaitu pada

tahun 2011 dengan judul penelitian

“Penerapan teknik pengajuan pendapat

tertulis (opinionnaire technique) untuk

meningkatkan pemahaman siswa terhadap unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas XI IPB SMA Saraswati Singaraja. Adapun persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Alit. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

tersebut adalah dari rancangan

penelitiannya. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Alit menggunakan rancangan PTK.

Berdasarkan uraian permasalahan itulah peneliti tertarik meneliti sekaligus mengetahui penerapan model pembelajaran inkuiri oleh guru dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja. Rumusan penelitian ini adalah 1)

(4)

pembelajaran inkuiri oleh guru dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja?, 2) apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi guru ketika menerapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas

VII SMP Negeri 5 Singaraja?, 3)

bagaimanakah respons siswa terkait dengan penerapan model pembelajaran inkuiri oleh guru dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja?. Tujuan

dari penelitian ini adalah 1) untuk

mendeskripsikan penerapan model

pembelajaran inkuiri oleh guru dalam

pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII

SMP Negeri 5 Singaraja, 2) Untuk

mendeskripsikan kendala-kendala yang

dihadapi guru ketika menerapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja, 3) ntuk mendeskripsikan respons siswa terkait dengan penerapan model

pembelajaran inkuiri oleh guru dalam

pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini dirancang suatu metode penelitian yang berguna untuk membantu peneliti dalam mengarahkan penelitian yang dilaksanakan. Ketepatan memilih metode penelitian akan mewujudkan keberhasilan yang diharapkan, sebaliknya kekeliruan memilih metode dapat merusak data dan membuahkan kesia-siaan (Suandi, 2008:39). Prosedur yang dibahas mencakup rancangan penelitian, subjek dan objek penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan analisis data.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualititaf. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas, objektif, sistematis, dan cermat mengenai fakta-fakta yang diperoleh. Rancangan penelitn deskriptif ini dipilih oleh peneliti untuk memberikan suatu penggambaran yang jelas mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri oleh guru dalam pembelajaran cerpen

pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran inkuiri oleh guru dalam pembelajaran cerpen, kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen, dan respons

siswa terhadap penerapan model

pembelajaran inkuiri oleh guru dalam

pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja.

Metode observasi yang digunakan adalah metode observasi nonpartisipasi. Metode observasi nonpartisipasi ini peneliti pilih agar memperoleh situasi pembelajaran yang alami yang dilakukan oleh guru dan siswa tanpa adanya pengaruh dari pihak

ketiga. Untuk memperoleh situasi

pembelajaran yang alami tentunya peneliti harus mengambil jarak dengan subjek penelitian, sehingga tercipta situasi yang natural. Sesuai dengan permasalahan dalam

penelitian ini, metode observasi

dipergunakan untuk mencari data tentang permasalahan pertama, yaitu penerapan model pembelajaran inkuiri oleh guru dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja. Observasi dilakukan saat guru mulai masuk kelas. Dalam hal ini, peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi peneliti cukup melakukan pengamatan dan melakukan

pencatatan tentang pelaksanaan

pembelajaran pada lembar observasi yang sudah disiapkan.

Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai penerapan model

pembelajaran inkuiri oleh guru dalam

pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja. Penggunaan metode ini merupakan metode lanjutan dari metode observasi. Hal ini dikarenakan agar data yang diperoleh benar-benar valid dan memang diperlukan dalam penelitian. Dalam metode ini, data-data akan dikumpulkan untuk dapat dipergunakan sebagai bukti atau keterangan di dalam melakukan pengkajian dan penelaahan, seperti pengkajian pada

(5)

RPP yang digunakan guru dalam mengajar. Metode angket yang digunakan adalah angket tertutup. Peneliti dalam hal ini menyediakan beberapa alternatif jawaban yang cocok bagi seluruh siswa (responden).

Pada angket jenis ini, peneliti telah

memberikan alternatif jawaban yang ada pada kolom yang disediakan, sementara itu responden tinggal memilih jawaban dari jawaban yang ada, yang paling mendekati pilihan responden.

Sedangkan wawancara yang

dilakukan pada penelitian ini berupa

pengajuan pertanyaan secara tidak

terstruktur. Metode wawancara ini akan dipergunakan peneliti untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang diteliti, yaitu tentang kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja.

Wawancara dilakukan peneliti secara

informal saat jam pelajaran telah usai atau saat jam istirahat. Dalam hal ini, peneliti akan mewawancarai guru mengenai kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja.

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2007:102). Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hal ini sejalan dengan

pendapat Moleong (2007:5) yang

menyatakan bahwa peneliti dapat dikatakan

sebagai human instrument. Artinya, dalam

pengumpulan data, peneliti lebih banyak berperan. Selain diri sendiri, peneliti juga menggunakan alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini berupa (1) lembar

observasi (terlampir), (2) pedoman

wawancara (terlampir), dan (3) lembar kuesioner/angket. Analisis data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sugiyono (2006: 336) menyatakan bahwa analisis data merupakan proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam pola, memilih data yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami oleh peneliti sendiri dan orang lain.

Teknik analisis ada dua macam yaitu teknik analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif. Reduksi data dalam penelitian ini, melalui kegiatan yang berupa

pengidentifikasian dan pengklasifikasian.

Setelah pemilihan data, selanjutnya peneliti akan menyajikan data. Dalam penyajian data ini, data yang didapat akan dihubungkan

dengan teori-teori yang relevan yang

nantinya akan dapat menjawab

permasalahan yang ingin dipecahkan. Pada tahap ini, data mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri akan dikumpulkan serta dipaparkan dengan jenis wacana deskripsi yang sesuai dengan rancangan penelitian.

Langkah terakhir setelah proses

reduksi data, penyajian data adalah

penarikan kesimpulan. Penyimpulan yang dilakukan harus dapat menjawab semua masalah yang diangkat dalam penelitian tersebut, sehingga hasil akhirnya nanti akan diperoleh informasi mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri oleh guru dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari penelitian ini

adalah data Berdasarkan metode

pengumpulan data yang digunakan, maka hasil penelitian ini diperoleh melalui metode dokumentasi, observasi, angket/kuesioner, dan wawancara terhadap kegiatan guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran inkuiri oleh guru dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja.

Penelitian ini dilaksanakan pada hari Senin, 28 Oktober 2013 karena kelas VIIA

dan VIID mendapat pelajaran bahasa

Indonesia pada hari tersebut. Pelajaran bahasa Indonesia diberikan oleh guru

(6)

sebanyak dua kali dalam satu minggu di masing-masing kelas dengan alokasi waktu 2x45 menit atau dua jam pelajaran.

Dari hasil observasi yang dilaksanakan, pada saat guru menerapakan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja, khususnya di kelas VIIA dan VIID, pertama guru memasuki ruang kelas dan semua siswa berdiri mengucapkan “Om Swastyastu”.

Sebelum memulai pelajaran, guru

mengabsen siswa, kemudian guru

menyampaikan standar kompetensi (SK) dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Standar kompetensi (SK) yang dipelajari pada saat itu adalah ”Memahami isi

berbagai teks bacaan sastra dengan

membaca”. Guru memberikan apersepsi

kepada siswa, kemudian guru menanyakan kepada siswa tentang cerpen yang pernah dibaca oleh siswa. Saat guru menanyakan hal tersebut, siswa kurang antusias dalam memberikan pendapat mereka mengenai cerpen yang pernah dibacanya.

Setelah kegiatan pendahuluan

dilakukan, guru menjelaskan pengertian

cerpen, unsur-unsur yang membangun

cerpen, dan contoh cerpen. Terlihat semua siswa aktif mengikuti pelajaran, seperti mencatat hal-hal yang penting, bertanya kepada guru ketika ada hal yang tidak dimengerti oleh siswa, dan aktif menjawab pertanyaan guru. Ketika itu, guru selalu memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang belum memahami atau masih

ragu-ragu mengenai materi yang

didiskusikan. Beberapa siswa bertanya

kepada guru mengenai materi yang dipelajari, dan guru pun menanggapi pertanyaan-pertanyaan siswa. Begitu pula sebaliknya, guru juga menanyakan materi yang telah dijelaskan tersebut kepada siswa.

Selanjutnya, guru memberikan contoh cerpen yang berjudul “Teman Setia” dan membacakan cerpen tersebut di depan kelas.

Siswa nampak serius menyimak dan

memperhatikan guru saat membacakan cerpen. Dengan ekspresi dan penjiwaan yang baik dalam membaca cerpen, membuat

siswa termangu dan situasi kelas menjadi lebih kondusif. Setelah guru membacakan cerpen tersebut, guru menyuruh siswa untuk membentuk beberapa kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas lima orang, sehingga dalam kelas tersebut terdapat lima kelompok. Kemudian, guru menugaskan masing-masing kelompok untuk mencari unsur-unsur intrinsik pembentuk cerpen.

Terlihat masing-masing kelompok

berdiskusi mengerjakan tugas tersebut. Ada yang membacakan kembali cerpen tersebut, ada yang menjadi juru tulis, dan ada juga yang memberikan komentar terhadap hasil temuan dari bacaan. Semua kelompok

nampaknya berlomba untuk mencari

ketepatan jawaban. Hal itu terlihat dari kekompakan mereka di setiap kelompok. Guru pun dengan cermat memperhatikan siswanya, bahkan sesekali melihat pekerjaan mereka.

Dalam kegiatan inti tersebut, guru

kemudian mengajak semua kelompok

berdiskusi. Diskusi yang membahas

unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut begitu

menarik. Banyak siswa yang ikut andil dalam

diskusi dengan memberikan komentar

mereka masing-masing. Komentar yang diberikan sangat beragam, sesuai dengan

pengetahuan dan kemampuan mereka.

Menyikapi hal tersebut, guru memberikan

arahan beserta pendapat terkait

permasalahan yang akan dipecahkan.

Setelah itu, guru menugaskan siswa untuk membaca sebuah cerpen, kemudian siswa disuruh mencari unsur-unsur intrinsik cerpen yang dibacanya. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran hari itu dan menutup pelajaran dengan mengucapkan “Om Santhi, Santhi, Santhi, Om.

Berdasarkan data yang diperoleh dari siswa setelah memberikan angket kuisioner kepada siswa, dapat dinyatakan bahwa dari 62 siswa yang mengisi angket, ada 5 siswa atau 8% siswa yang menyatakan respons sangat positif dan 49 siswa atau 79% siswa yang menyatakan respons positif serta 8 siswa atau 13% siswa yang menyatakan cukup positif terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri

(7)

dalam pembelajaran cerpen. Dari 62 siswa yang dijadikan sampel, tidak ada satu pun siswa yang menyatakan kurang positif, bahkan sangat kurang positif.

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata respons siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen adalah sangat positif.

Bedasarkan uraian pada hasil

penelitian di atas, dapat diindentifikasi tiga temuan yang dianggap menonjol. Temuan tersebut adalah ini meliputi pelaksanaan

model pembelajaran inkuiri dalam

pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja, kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan

model pembelajaran inkuiri dalam

pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja, dan respons siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen

Dilihat dari, dapat diketahui bahwa

rata-rata respons siswa terhadap

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen adalah sangat positif.

Hal ini terbukti pada saat peneliti memperoleh data angket/kuesioner pada saat akhir pelajaran di kelas. Berdasarkan hasil penelitian, dari 62 siswa yang mengisi angket, ada 5 siswa atau 8% siswa yang menyatakan respons sangat positif dan 49 siswa atau 79% siswa yang menyatakan respons positif serta 8 siswa atau 13% siswa yang menyatakan cukup positif terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen. Dari 62 siswa yang dijadikan sampel, tidak ada satu pun siswa yang menyatakan kurang positif, bahkan sangat kurang positif.

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata respons siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen adalah positif. Hal itu dapat dilihat dari semua komponen atau pernyataan yang ada di dalam angket yang diisi oleh siswa. Pada

pernyataan pertama, yaitu dengan

menerapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen begitu menarik, ada 41 siswa atau 66% siswa menyatakan sangat setuju, 18 siswa atau 29% siswa menyatakan setuju dan 3 siswa atau 5%

menyatakan tidak setuju. Kemudian untuk

pernyataan yang kedua, yaitu saya merasa senang dan nyaman terhadap penerapan

model pembelajaran inkuiri dalam

pembelajaran cerpen, ada 27 siswa atau 44% siswa yang menjawab sangat setuju, 33 siswa atau 53% siswa yang menjawab setuju, dan 2 siswa atau 3% menyatakan kurang setuju.

Kemudian, ada 24 siswa atau 39% siswa yang menyatakan sangat setuju, 31 siswa atau 50% siswa yang menyatakan setuju, dan 5 siswa atau 8% siswa yang menyatakan kurang setuju, serta 2 siswa atau 3% menyatakan tidak setuju untuk merespons pernyataan yang ketiga, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen, saya lebih memahami aspek menulis dengan menghubungkan dunia nyata. Terkait dengan

pernyatan keempat, yaitu dengan

menerapkan model pembelajaran inkuiri

dalam pembelajaran cerpen, lebih

memudahkan saya untuk berdiskusi dengan teman sekelas, ada 19 siswa atau 31% siswa yang menyatakan sangat setuju, 35 siswa atau 56% siswa yang menyatakan setuju, 4 siswa atau 6% siswa yang menyatakan kurang setuju, 3 siswa atau 5% siswa yang menyatakan tidak setuju, dan 1 siswa atau 2% siswa yang menyatakan sangat kurang setuju. Untuk pernyataan yang kelima, yaitu penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen membuat saya semakin termotivasi untuk belajar, ada 20 siswa atau 32% siswa yang menyatakan sangat setuju, 32 siswa atau 52% siswa yang menyatakan setuju, 46siswa atau 10% siswa yang menyatakan kurang setuju, dan 4 siswa atau 6% siswa yang menyatakan tidak setuju.

Selanjutnya, ada 30 siswa atau 48% siswa yang menyatakan sangat setuju dan 27 siswa atau 44% siswa yang menyatakan setuju, serta 4 siswa atau 6% siswa yang menyatakan setuju, dan 1 siswa atau 2%

(8)

siswa yang menyatakan sangat tidak setuju dalam merespons pernyataan yang keenam,

yaitu dengan menerapkan model

pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen membuat saya lebih suka dengan pembelajaran cerpen. Untuk pernyataan ketujuh, yaitu saya merasa lebih memahami

unsur-unsur intrinsik cerpen setelah

mengikuti model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran, ada 24 siswa atau 39% siswa yang menyatakan sangat setuju, 25 siswa atau 40% siswa yang menyatakan setuju, 11 siswa atau 18% siswa yang menyatakan kurang setuju, dan 2 siswa atau 3% siswa yang menyatakan tidak setuju. Kemudian, ada 27 siswa atau 43% siswa yang menyatakan sangat setuju dan 31 siswa atau 50% siswa yang menyatakan setuju, 3 siswa atau 5% menyatakan kurang setuju, serta 1 siswa atau 2% siswa yang menyatakan tidak

setuju dalam menjawab pernyataan

kedelapan, yaitu setelah mengikuti model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen, kecintaan saya menjadi bertambah terhadap pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia khususnya materi pelajaran

mengenai cerpen.

Pernyataan kesembilan,

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri membuat hasil belajar saya menjadi meningkat, ada 15 siswa atau 24% siswa yang menyatakan sangat setuju, 37 siswa atau 60% siswa yang menyatakan setuju, ada 8 siswa atau 13% siswa yang menyatakan kurang setuju serta 2 siswa atau 3% siswa yang menyatakan tidak setuju. Terkait dengan pernyataan kesepuluh atau

terakhir, yaitu dengan mengikuti

pembelajaran cerpen dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri, pembelajaran menjadi lebih terarah. Ada 19 siswa atau 31% siswa yang menyatakan sangat setuju, ada 35 siswa atau 56% siswa yang menyatakan setuju, ada 6 siswa atau 10% siswa menyatakan kurang setuju, dan ada 2 siswa atau 3% siswa menyatakan sangat kurang setuju.

Berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya bahwa penelitian mengenai respons siswa dikatakan berhasil

jika 75% siswa memberikan respons positif. Jadi, penelitian ini telah dapat dikatakan berhasil karena 79% siswa memberikan respons positif.

Berdasarkan hasil penelitian, kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen adalah guru sulit untuk mengondisikan kelas agar lebih kondusif, karena perhatian siswa banyak yang belum terfokus. Guru mengatakan bahwa siswa di kelas VII A dan VII D sangat

beragam dari segi minat dan

kemampuannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Ada tiga simpulan yang dapat peneliti ambil berdasarkan rumusan masalah yang telah

ditetapkan. Simpulan tersebut adalah

sebagai berikut. (1) Penerapan model

pembelajaran inkuiri oleh guru dalam

pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja, yaitu dapat dilihat melalui beberapa langkah penerapan model

pembelajaran inkuiri pada kegiatan

pendahuluan hingga kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru mendata kehadiran siswa, serta melakukan apersepsi termasuk juga menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Pada bagian kegiatan inti, yaitu eksplorasi, guru mengaitkan materi yang akan dijelaskan dengan kehidupan sehari-hari, guru menanyakan kepada siswa terkait dengan beberapa submateri yang akan diajarkan, guru menjelaskan materi,

yaitu pengertian cerpen, unsur-unsur yang

membangun cerpen, dan contoh cerpen.

Bagian elaborasi, guru menyuruh siswa untuk

membentuk beberapa kelompok, guru

menugaskan masing-masing kelompok untuk mencari unsur-unsur intrinsik pembentuk

cerpen. Kemudian, guru mengajak semua

kelompok berdiskusi. Diskusi yang

membahas unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut begitu menarik. Banyak siswa yang ikut andil dalam diskusi dengan memberikan komentar mereka masing-masing. Komentar yang diberikan sangat beragam, sesuai

dengan pengetahuan dan kemampuan

(9)

memberikan arahan beserta pendapat terkait

permasalahan yang akan dipecahkan.

Setelah itu, guru menugaskan siswa untuk membaca sebuah cerpen, kemudian siswa disuruh mencari unsur-unsur intrinsik cerpen yang dibacanya. Pada tahap konfirmasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas mengenai materi yang dijelaskan sebelumnya. Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran yang

telah berlangsung dan guru menutup

pembelajaran dan mengakhirinya dangan mengucapkan salam penutup. Oleh karena

itu, disarankan kepada guru bahasa

Indonesia agar selalu meningkatkan cara mengajar ataupun penguasaan terhadap model pembelajaran inkuiri agar penerapan model pembelajaran inkuiri yang selanjutnya menjadi lebih baik.

(2) Ada banyak kendala yang

dihadapi guru dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja, antara lain guru sulit untuk mengondisikan kelas agar lebih kondusif, karena perhatian siswa banyak yang belum terfokus. Selain itu, saat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru mengalami kesulitan ketika menentukan komponen-komponen yang terdapat dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran.

Kesulitannya terletak ketika mengaitkan komponen tersebut agar memiliki koherensi yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Di samping itu, alokasi waktu juga menjadi kendala saat pembelajaran cerpen. Dalam hal ini, alokasi waktu sebenarnya tidak

mencukupi dalam pelajaran sastra,

khususnya cerpen. Akan tetapi, waktu yang tersedia harus dioptimalkan agar mencukupi

hingga pelajaran berakhir. Hal itu

dikarenakan jumlah materi pelajaran Bahasa Indonesia sangat banyak, sehingga harus

lebih diefektifkan agar semua materi

pelajaran tersebut tersampaikan. Oleh karena

itu, disarankan kepada guru bahasa

Indonesia yang mengajar di kelas VII SMP

Negeri 5 Singaraja agar lebih

mengembangkan wawasannya mengenai

metode-metode pembelajaran. Hal ini sangat

penting untuk dikuasai mengingat

pemahaman terhadap suatu metode

pembelajaran sangat menunjang ketika

menerapkannya di dalam kelas.

(3) Sesuai dengan hasil

angket/kuesioner, siswa merespons positif terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, yaitu ketika guru menerapkan

model pembelajaran inkuiri dalam

pembelajaran cerpen pada siswa kelas VII SMP Negeri 5 Singaraja. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya bahwa penelitian mengenai respons siswa dikatakan berhasil jika 75% siswa memberikan respons positif. Jadi, dalam penelitian ini telah dapat

dikatakan berhasil karena 79% siswa

memberikan respons positif. Berdasarkan hal tersebut, disarankan kepada guru bahasa

Indonesia agar selalu memberikan

pengetahuan yang optimal kepada peserta didiknya. Hal itu dapat dilakukan melalui pemilihan materi yang baik, atraktif, dan tidak jauh dari lingkungan siswa, serta yang menjadi elemen utama dalam pembelajaran ialah pemilihan model pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Antara, IGP. 1985. Apresiasi Puisi. Denpasar: CV. Kayu Mas.

Atmowiloto, Arswendo. 2001. Mengarang Itu

Gampang. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Indriyani, Sri Made. Modul Keterampilan

Membaca. Singaraja: Universitas

Pendidikan Singaraja.

Jayanti, Ni Made Dwi. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Menyimak Komprehensif pada Siswa Kelas VIII

di SMP Negeri 1 Sukasada. Tidak

Diterbitkan. Singaraja: Undiksha. Juliantari, Ni Kadek. 2009. Penulisan New

Diary Untuk Meningkatkan

Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas XI A SMP Darma Kirti. Skripsi

Pendidikan Bahasa Dan Sastra

Indonesia. Undiksha (Tidak

(10)

Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Semarang: Nusa Indah.

Putrayasa, I. B. 2006. Pembelajaran Bahasa

Indonesia Berbasis Inkuiri. Ikip

Singaraja.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran

(Mengembangkan Profesionalisme

Guru). Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenada Media.

Sofyan, Ahmadi. 2006. Jangan Takut

Menulis. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Suandi, I Nengah. 2008. Metodologi

Penelitian Bahasa. Singaraja: Undiksha. Sutresna, Ida Bagus. 2006. Sejarah sastra

Indonesia. Singaraja: Undiksha.

---. 2006. Prosa Fiksi. Singaraja:

Universitas Pendidikan Singaraja.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran

Inovatif Berorientasi Konstruktivistik (Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya). Jakarta: Prestasi Pustaka.

---. 2010. Model Pembelajaran Terpadu

(Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam KTSP).

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Widyanti, Ni Wayan Alit. 2011. Penerapan Teknik Pengajuan Pendapat Tertulis

(Opinionnaire Technique) untuk

Meningkatkan Pemahaman Siswa

Terhadap Unsur Intrinsik Cerpen pada Siswa Kelas XI IPB SMA Saraswati

Singaraja. Tidak Diterbitkan.

Singaraja: Undiksha.

Wiliani, Ni Putu. 2012. Penggunaan Metode Quiz Team dalam Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Cerpen pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Denpasar. Tidak Diterbitkan. Singaraja: Undiksha

Referensi

Dokumen terkait

Obyek penelitian dalam tesis ini mengenai pendapat dan metode istinbath hukum yang dilakukan oleh ulama klasik dan ulama kontemporer terhadap upah mengajar

berlangsung dan Pelaksanaan PBM yang diselenggaran oleh guru. Hasil observasi guru terhadap aktivitas siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung dengan

Slika 2.1. Model statičkog neurona ... Prikaz nekih aktivacijskih funkcija neurona ... Struktura statičke unaprijedne neuronske mreže s jednim sakrivenim slojem ... Struktura

Adapun implementasi pendidikan multi budaya secara empiris dilakukan melalui pembelajaran seni dan budaya dengan ala- san bahwa seni dan budaya merupakan salah

Berdasarkan pemikiran tersebut mengingat belum pernah ada penelitian yang bertujuan untuk me ngetahui “Analisis Proses Manajemen Sumber Daya Manusia di Bidang sumber daya

シZテムρ吻 蜥 歴 考憲乙た1柵 (1)あるプロセスに投 入され た財 の持ち込 むCO2配 分量 とその プロセスに おいて発 生する∞2量 の 和 は

Berdasarkan pengertian gadai yang dikemukakan oleh para ahli hukum di atas, Zainuddin Ali berpendapat bahwa gadai ( rahn) adalah menahan barang jaminan yang bersifat

Siswa secara berkelompok mengamati dua video dari teks prosedure yang berbeda untuk membandingkan video tersebut dengan menjawab pertanyaan sesuai dengan LKPD yang