• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

5.1 Pendahuluan

Pemanfaatan yang lestari adalah pemanfaatan sumberdaya perikanan pada kondisi yang berimbang, yaitu tingkat pemanfaatannya tidak melebihi kemampuan sumberdaya untuk memperbaharui diri. Tingkat pemanfaatan masing-masing sumberdaya perikanan berbeda tergantung pada ukuran besarnya masing-masing sumberdaya perikanan. Pauly (1983) mengemukakan bahwa produksi ikan pada waktu tertentu dapat dijadikan indikator dari ukuran stok ikan pada saat itu sehingga pengelolaan stok ikan untuk periode berikutnya dapat ditentukan. Dengan bertambahnya tekanan pada stok ikan karena adanya aktivitas penangkapan, konsep pertumbuhan alami harus tetap dipertahankan yang artinya jumlah kematian ikan akibat penangkapan dan kematian alami tidak boleh lebih besar dari proses penambahan stok ikan itu sendiri. Dengan kata lain bahwa jumlah tangkapan tertinggi suatu jenis ikan (tangkapan maksimum lestari/MSY) ditambah dengan jumlah kematian alami ikan tersebut tidak boleh melebihi jumlah penambahan stok ikan tersebut.

Kemampuan sumberdaya perikanan untuk memperbaharui diri mereka melalui pertumbuhan dan rekrutmen sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya dalam hal pengadaan sumber makanan, persaingan antar dan inter spesies, lingkungan yang sehat dan sesuai, dan adanya predator. Jika aktivitas penangkapan dilakukan dengan tidak hati-hati walaupun jumlahnya tidak melebihi daya dukung suatu sumberdaya perikanan, maka aktivitas penangkapan tersebut cepat atau lambat akan membahayakan kemampuan sumberdaya perikanan dalam memperbaharui diri (Pauly, 1983).

Sustainable fisheries management erat kaitannya dengan aktivitas penangkapan yang bertanggung jawab (responsible fisheries). Pengertian “pemanfaatan berkelanjutan” tidak hanya kegiatan atau aktivitas perikanan yang lestari semata tetapi juga merupakan aktivitas perikanan yang memenuhi persyaratan-persyaratan responsible fisheries, yaitu penggunaan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan. Aktivitas perikanan dikatakan lestari jika konsistensi kemampuan sumberdaya perikanan untuk pulih kembali terpelihara setiap saat tanpa mengabaikan stabilitas tangkapan sekarang. Dengan kata lain aktivitas perikanan lestari adalah sangat memperhatikan keinginan untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan sekaligus menjaga kelestariannya.

(2)

Dalam pengelolaan dan pemanfaatan stok sumberdaya ikan di suatu wilayah perairan, yang perlu dikaji terlebih dahulu adalah tentang kondisi biologi dari sumberdaya tersebut. Kondisi biologi disini adalah tentang kondisi sumberdaya ikan, yang dikaitkan dengan berapa besarnya potensi lestari dan tingkat pemanfaatannya. Sebagian besar dari ikan demersal yang didaratkan di Tegal pada umumnya hanya ditangkap oleh dua jenis alat saja yaitu alat tangkap dogol/cantrang dan juga arad. Jenis alat tangkap seperti pukat pantai, gillnet dasar dan lainnya sebenarnya juga bisa menangkap ikan demersal tetapi dalam jumlah yang relatif kecil, sehingga oleh Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal tidak didata. Dari beberapa macam jenis ikan demersal yang ditangkap dengan alat tangkap dogol dan arad yang selama 10 tahun terakhir (dari tahun 1996 sampai dengan 2005) tertangkap, adalah jenis ikan manyung, pepetek, tigawaja, beloso, pari, kuniran serta jenis lainnya seperti cumi-cumi dan udang.

Udang merupakan ikan target khususnya untuk alat tangkap arad. Jenis ikan demersal lainnya seperti pepetek, tigawaja, pari dan lainnya merupakan hasil tangkapan sampingan lainnya dari alat tangkap arad. Jenis ikan demersal seperti pari, tigawaja, manyung, beloso, kuniran dan lainnya merupakan tujuan utama dari pengoperasian alat tangkap dogol/cantrang

Kemampuan alat tangkap arad dan jaring dogol/cantrang sangat berbeda. Hal ini disebabkan baik dari ukuran unit penangkapan (alat tangkap, kapal dan jumlah ABK) serta cara pengoperasian sangat berbeda, juga dari tujuan ikan targetnya. Alat tangkap arad memang ditujukan untuk menangkap udang dengan hasil sampingan ikan demersal, sedangkan alat tangkap dogol/cantrang lebih ditujukan untuk menangkap semua jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, terutama jenis ikan demersal. Jenis ikan demersal yang selalu tertangkap dengan alat tangkap dogol/cantrang selama 10 tahun terakhir antara lain manyung, pepetek, tigawaja, beloso, pari, kuniran serta jenis cumi-cumi. Selain itu, jenis ikan demersal lainnya yang juga tertangkap dengan alat tangkap dogol/cantrang antara lain adalah jenis ikan kakap, bambangan, kerapu, dan lain sebagainya. Jenis-jenis ikan tersebut tidak tertangkap secara kontinyu dalam 10 tahun terakhir (dari Tahun 1996 – 2005).

5.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji aspek biologi dengan menganalis potensi sumberdaya ikan demersal serta tingkat pemanfaatannya dari beberapa jenis ikan

(3)

demersal yang dominan tertangkap dan secara keseluruhan serta potensi sumberdaya pada wilayah pantai (0 – 4 mil) dan lepas pantai (4 – 12 mil).

5.3 Manfaat

Manfaat dari pengkajian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang potensi sumberdaya perikanan demersal dan tingkat pemanfaatannya pada saat ini. Kajian ini digunakan sebagai bahan dalam pengkajian pada bab-bab selanjutnya sehingga dapat untuk membuat strategi kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan perikanan demersal yang berkelanjutan di daerah penelitian dan wilayah perairan utara Jawa.

5.4 Metodologi

5.4.1 Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE)

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis CPUE (Catch per Unit Effort). Perhitungan CPUE bertujuan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan unit penangkapan ikan demersal yang didasarkan atas pembagian total hasil tangkapan (catch) dengan upaya penangkapan (effort), rumus yang digunakan sebagai berikut :

CPUEi = fi ci

Keterangan: ci : Hasil tangkapan ke – i (kg)

fi : Upaya penangkapan ke – i (trip)

CPUEi : Jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan ke – i ( kg / trip )

5.4.2 Standardisasi alat tangkap

Adanya beberapa jenis alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan untuk memanfaatkan ikan demersal seperti jaring arad, dogol/cantrang, trammel net, pukat pantai dll.

(4)

Namun demikian hanya jaring arad dan dogol saja yang dominan menangkap ikan demersal. Pukat pantai dan tramel net sudah jarang dioperasikan oleh nelayan setempat. Dari kedua alat tangkap tersebut (arad dan dogol/cantrang) masing-masing memiliki kemampuan yang berbeda dalam kategori jumlah spesies yang tertangkap dan jenis spesiesnya. Untuk menyeragamkannya diperlukan standarisasi alat tangkap yaitu dengan memilih satu unit alat tangkap sebagai alat tangkap standar berdasarkan jumlah hasil tangkapan paling banyak.

Unit penangkapan yang dijadikan sebagai standar adalah jenis unit penangkapan yang paling dominan menangkap jenis-jenis ikan demersal di suatu daerah (mempunyai laju tangkap rata-rata per CPUE terbesar pada periode waktu tertentu). Tampubolon (1991), menjelaskan bahwa alat tangkap yang ditetapkan sebagai alat tangkap standar mempunyai faktor daya tangkap atau Fishing Power Index yang sama dengan satu (FPI = 1). Jenis alat tangkap lain dapat dihitung nilai daya tangkapnya dengan membagi hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE) alat tangkap tersebut dengan CPUE dari alat tangkap standar.

Nilai daya tangkap kemudian digunakan untuk mencari upaya standar (Standar effort) yaitu dengan mengalikan nilai FPI dan upaya penangkapan alat tersebut.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

CPUE = dar Fs dar Cs tan tan ; CPUE = Fi Ci FPI = dar CPUEs dar CPUEs tan tan = 1 FPI = dar CPUEs CPUEi tan

Standar Effort (Fstandar) = FPI x Jumlah Effort (fi) FPI = dar Fs Ci tan Keterangan :

FPI = Fishing Power Indeks Fstandar = Standard Effort

(5)

Fstandar = Upaya penangkapan alat standar Ci = Hasil tangkapan tahun ke – i Fi = Upaya penangkapan tahun ke – i

CPUEstandar = Hasil tangkapan per upaya penangkapan alat standar CPUEi = Hasil tangkapan per upaya penangkapan tahun ke – i

5.4.3 Pendugaan potensi lestari

Analisis terhadap hubungan antara upaya penangkapan dan hasil tangkapan ikan demersal dianalisis dengan metode surplus produksi. Pada model ini setiap populasi ikan demersal diperlakukan sebagai satu unit tanpa mempertimbangkan struktur dari populasi, sehingga dinamika dari suatu populasi merupakan fungsi dari populasi itu sendiri. Model didasarkan kepada keadaan keseimbangan dimana hasil berimbang dengan pertumbuhan populasi.

Data yang digunakan dalam metode surplus produksi berupa hasil tangkapan (catch) dan upaya penangkapan (effort) dan kemudian dilakukan pengolahan data melalui pendekatan Model Schaefer. Model surplus produksi sering pula disebut sebagai Model Schaefer. Model ini merupakan model analisis regresi dari CPUE terhadap jumlah effort. Kesederhanaan model ini adalah tidak memerlukan banyak data, tetapi dapat memberikan hasil pokok yang diperlukan dalam pengelolaan (Naamin, 1984).

Secara umum langkah-langkah pengolahan data dalam metode surplus produksi adalah sebagai berikut :

(1) Membuat tabulasi hasil tangkapan (catch = C) beserta upaya penangkapan (effort = f), kemudian dihitung nilai hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (CPUE = Catch Per Unit Effort).

(2) Jika ada beberapa macam alat tangkap yang digunakan, maka dilakukan standarisasi alat tangkap. Alat tangkap dominan dijadikan standar, sedangkan alat tangkap lain dikonversikan dalam alat tangkap standar.

(3) Memplotkan nilai f terhadap nilai c/f dan menduga nilai intercept (a) dan slope (b) dengan regresi linier.

(4) Menghitung pendugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield = MSY) dan upaya optimum (effort optimum = fopt).

(6)

Besarnya parameter a dan b secara matematik dapat dicari dengan menggunakan persamaan regresi linier sederhana dengan rumus Y = a + bx.

Selanjutnya, parameter a dan b dapat dicari dengan rumus :

a = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛

n xi b yi ; b =

(

(

)(

)

)

− − xi xi n yi xi xiyi n Keterangan :

Xi : Upaya penangkapan pada periode-i; dan

Yi : Hasil tangkapan per satuan upaya pada periode-i

Rumus-rumus surplus production models (MSY) hanya berlaku bila parameter b bernilai (-), artinya penambahan upaya penangkapan akan menyebabkan penurunan CPUE.

Model persamaan Schaefer dapat ditulis :

CPUE = a + bf

Keterangan :

CPUE : Jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (kg/trip) a : Intercept

b : Koefisien regresi/variabel f

f : Upaya penangkapan (trip) pada periode ke-i.

Hubungan antara C (hasil tangkapan)dan f (upaya penangkapan) adalah : C = af + b(f)2

Keterangan :

C : Jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (kg/trip) a : Intercept

b : Koefisien regresi/variabel f

f : Upaya penangkapan (trip) pada periode ke-i. Nilai upaya optimum adalah :

(7)

fopt = - (a/2b)

Keterangan : a : Intercept

b : Koefisien regresi/variabel f

f : Upaya penangkapan (trip) pada periode ke-i. Nilai potensi lestari adalah :

MSY = -a2 / 4b

Keterangan :

C : Jumlah hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan (kg/trip) a : Intercept

b : Koefisien regresi/variabel f MSY : Nilai potensi maksimum lestari.

Asumsi yang digunakan dalam model Produksi Surplus adalah :

(1) Stok ikan dianggap sebagai unit tunggal tanpa memperhatikan struktur populasinya; (2) Penyebaran ikan pada setiap periode dalam wilayah perairan dianggap merata; (3) Stok ikan dalam keadaan seimbang; dan

(4) Masing-masing unit penangkapan ikan memiliki kemampuan yang sama.

5.4.4 Pendugaan tingkat pemanfaatan

Pendugaan tingkat pemanfaatan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal. Pendugaan dilakukan dengan cara mempresentasikan jumlah hasil tangkapan pada tahun tertentu dengan nilai produksi maksimum lestari (MSY).

Rumus dari tingkat pemanfaatan adalah :

Tingkat pemanfaatan = MSY

Ci

x 100%

Keterangan : Ci = Jumlah hasil tangkapan ikan demersal pada tahun ke-i MSY = Maximum Sustainable Yield (Produksi Maksimum Lestari)

(8)

5.5 Hasil Penelitian

Terdapat 8 jenis ikan demersal yang dominan tertangkap oleh alat tangkap arad dan dogol/cantrang, yakni manyung, pepetek, pari, kuniran, beloso, tigawaja, cumi-cumi dan udang dan ikan demersal secara keseluruhan. Untuk melihat hasil analisis per jenis ikan tersebut di atas, dibawah ini disajikan tabel dan gambar hasil analisis CPUE dan hubungan antara CPUE dan effort, MSY untuk masing-masing ikan dan per wilayah penangkapan dan tingkat pemanfaatannya.

5.5.1 Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) (1) Manyung

Untuk menghitung hasil tangkapan per upaya penangkapan atau catch per unit effort (CPUE) maka diperlukan data hasil tangkapan dan effort. Hasil dari rata-rata CPUE hasil tangkapan per jenis ikan manyung yang merupakan salah satu ikan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir (Tahun 1996 – 2005), adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 14 berikut

Tabel 14 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) tahunan ikan manyung yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005

Tahun Catch (kg) Standard Effort (trip) CPUE (kg/trip) 1996 8.783 2.642 3,32 1997 10.589 3.210 3,30 1998 2.804 842 3,33 1999 15.151 4.613 3,28 2000 24.560 7.573 3,24 2001 16.008 4.886 3,28 2002 17.611 5.331 3,30 2003 11.907 5.331 0,79

(9)

2004 21.825 6.745 3,24

2005 31.937 9.909 3,22

Pada Tabel 14 di atas dapat dilihat hasil tangkapan (catch) ikan manyung yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 2.804 kg (pada tahun 1998), dengan jumlah upaya standar (standard effort) sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standard, dogol/cantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 31.937 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 9.909 trip. CPUE ikan manyung adalah berkisar dari yang terkecil 0,79 kg/trip (pada tahun 2003) dan yang terbesar 3,33 kg/trip (pada tahun 1998). CPUE pada tahun 2005 adalah sebesar 3,22 kg/trip. Dari Tabel 14 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan manyung relatif stabil atau tidak berfluktuasi. Nilai CPUE dari ikan manyung juga relatif tetap kecil hanya berkitar 3 kg/trip saja. Kecilnya dinilai CPUE tersebut diduga karena potensi dari ikan manyung juga relatif kecil.

Hubungan antara upaya penangkapan (effort) dan CPUE ikan manyung digambarkan pada Gambar 13 dengan persamaan CPUE = 3,3305 – 0,0006f yang artinya setiap penambahan satu unit variabel x (effort) akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 0,0006 kg. y = -9E-06x + 3.3305 R2 = 0.8187 3.180 3.200 3.220 3.240 3.260 3.280 3.300 3.320 3.340 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 Effort (trip) CP UE ( k g /t ri p )

Gambar 13 Hubungan antara CPUE dan effort ikan manyung.

(10)

Hasil analisis catch per unit effort (CPUE) dari ikan pepetek yang merupakan salah satu ikan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir (Tahun 1996 – 2005), adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 15 berikut :

Tabel 15 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) tahunan ikan pepetek yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005

Tahun Catch (kg) Standard Effort (trip) CPUE (kg/trip) 1996 981.878 2.642 371,64 1997 1.177.441 3.210 366,80 1998 405.230 842 481,27 1999 1.473.587 4.613 319,44 2000 415.431 7.573 54,86 2001 1.267.055 4.886 259,32 2002 1.139.848 5.331 213,82 2003 629.396 5.038 124,93 2004 1.346.482 6.745 199,63 2005 921.320 9.909 92,98

Pada Tabel 15 di atas dapat dilihat hasil tangkapan (catch) ikan pepetek yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 405.230 kg (pada tahun 1998), dengan jumlah upaya standar (standard effort) sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar, dogol/cantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 1997 sebesar 1.177.441 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 3.210 trip. CPUE ikan pepetek adalah berkisar dari yang terkecil 54,86 kg/trip (pada Tahun 2000) dan yang terbesar 481,27 kg/trip (pada Tahun 1998). CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 92,98 kg/trip. Dari Tabel 15 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan pepetek relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari ikan pepetek mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga karena potensi dari ikan pepetek semakin menurun dan semakin tinggi upaya penangkapan dari tahun ke tahun.

Hubungan antara upaya penangkapan (effort) dan CPUE ikan pepetek digambarkan pada Gambar 14 dengan persamaan CPUE = 437,41 – 0,0324f yang artinya setiap penambahan satu

(11)

unit variabel x (effort) akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 437,41 kg. y = -0.0324x + 437.41 R2 = 0.8024 -100.000 0.000 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 Effort (trip) CP UE ( k g /t rip )

Gambar 14 Hubungan antara CPUE dan effort ikan pepetek.

(3) Tigawaja

Hasil analisis catch per unit effort (CPUE) dari ikan tigawaja yang merupakan salah satu ikan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir (Tahun 1996 – 2005), adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 16 berikut :

Tabel 16 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) tahunan ikan tigawaja yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 – 2005

Tahun Catch (kg) Standard Effort (trip) CPUE (kg/trip) 1996 252.793 2.642 95,68 1997 270.703 3.210 84,33 1998 92.184 842 109,48 1999 306.210 4.613 66,38 2000 117.850 7.573 15,56 2001 247.890 4.886 50,74

(12)

2002 214.230 5.331 40,19

2003 48.547 5.038 9,66

2004 236.233 6.745 35,02

2005 204.965 9.909 20,69

Pada Tabel 16 di atas dapat dilihat hasil tangkapan (catch) ikan tigawaja yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 92.184 kg (pada tahun 1998), dengan jumlah upaya standar (standard effort) sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar, dogol/cantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 1999 sebesar 306.210 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 4.613 trip. CPUE ikan tigawaja adalah berkisar dari yang terkecil 9,66 kg/trip (pada Tahun 2003) dan yang terbesar 109,48 kg/trip (pada Tahun 1998). CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 20,69 kg/trip. Dari Tabel 16 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan tigawaja relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari ikan tigawaja mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga karena potensi dari ikan tigawaja semakin menurun dan semakin tinggi upaya penangkapan dari tahun ke tahun.

Hubungan antara upaya penangkapan (effort) dan CPUE ikan tigawaja digambarkan pada Gambar 15 dengan persamaan CPUE = 100,09 – 0,0079f yang artinya setiap penambahan satu unit variabel x (effort) akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 100,09 kg. y = -0.0079x + 100.09 R2 = 0.8021 -40.000 -20.000 0.000 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 Effort (trip) CP UE ( k g /t ri p )

Gambar 15 Hubungan antara CPUE dan effort ikan tigawaja.

(13)

(4) Beloso

Hasil analisis catch per unit effort (CPUE) dari ikan beloso yang merupakan salah satu ikan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir (Tahun 1996 – 2005), adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 17 berikut :

Tabel 17 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) tahunan ikan beloso yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 – 2005

Tahun Catch (kg) Standard Effort (trip) CPUE (kg/trip) 1996 103.797 2.642 39,29 1997 115.216 3.210 35,89 1998 34.625 842 41,12 1999 106.268 4.613 23,04 2000 121.714 7.573 16,07 2001 109.275 4.886 22,37 2002 103.144 5.331 19,35 2003 70.490 5.038 13,99 2004 116.019 6.745 17,20 2005 153.725 9.909 15,51

Pada Tabel 17 di atas dapat dilihat hasil tangkapan (catch) ikan beloso yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 34.625 kg (pada tahun 1998), dengan jumlah upaya standar (standard effort) sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar, dogol/cantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 153.725 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 9.909 trip. CPUE ikan beloso adalah berkisar dari yang terkecil 13,99 kg/trip (pada Tahun 2003) dan yang terbesar 41,12 kg/trip (pada Tahun 1998). CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 15,51 kg/trip. Dari Tabel 17 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan beloso relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari ikan beloso mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga karena potensi dari ikan beloso semakin menurun dan semakin tinggi upaya penangkapan dari tahun ke tahun.

Hubungan antara upaya penangkapan (effort) dan CPUE ikan beloso digambarkan pada Gambar 16 dengan persamaan CPUE = 39,398 – 0,0026f yang artinya setiap penambahan satu unit variabel x (effort) akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 39,98 kg.

(14)

y = -0.0026x + 39.398 R2 = 0.8248 -5.000 0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 Effort (trip) CP UE ( k g /t ri p )

Gambar 16 Hubungan antara CPUE dan effort ikan beloso.

(5) Pari

Hasil analisis catch per unit effort (CPUE) dari ikan pari yang merupakan salah satu ikan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir (Tahun 1996 – 2005), adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 18 berikut :

Tabel 18 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) tahunan ikan pari yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005

Tahun Catch (kg) Standard Effort (trip) CPUE (kg/trip) 1996 90.447 2.642 34,23 1997 109.772 3.210 34,20 1998 40.817 842 48,48 1999 166.273 4.613 36,04 2000 173.150 7.573 22,86 2001 168.449 4.886 34,48 2002 164.855 5.331 30,92 2003 10.790 5.038 2,140 2004 179.998 6.745 26,69 2005 191.454 9.909 19,32

(15)

Pada Tabel 18 di atas dapat dilihat hasil tangkapan (catch) ikan pari yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 40.817 kg (pada tahun 1998), dengan jumlah upaya standar (standard effort) sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar, dogol/cantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 191.454 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 9.909 trip. CPUE ikan pari adalah berkisar dari yang terkecil 2,14 kg/trip (pada Tahun 2003) dan yang terbesar 48,48 kg/trip (pada Tahun 1998). CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 19,32 kg/trip. Dari Tabel 18 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan pari relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari ikan pari mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga karena potensi dari ikan pari semakin menurun dan semakin bertambahnya upaya penangkapan dari tahun ke tahun.

Hubungan antara upaya penangkapan (effort) dan CPUE ikan pari digambarkan pada Gambar 17 dengan persamaan CPUE = 43,629 – 0,003f yang artinya setiap penambahan satu unit variabel x (effort) akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 43,629 kg. y = -0.003x + 47.305 R2 = 0.9521 0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 Effort (trip) CP UE ( k g /t ri p )

Gambar 17 Hubungan antara CPUE dan effort ikan pari.

(16)

Hasil analisis catch per unit effort (CPUE) dari ikan kuniran yang merupakan salah satu ikan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir (Tahun 1996 – 2005), adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 19 berikut :

Tabel 19 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) tahunan ikan kuniran yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005

Tahun Catch (kg) Standard Effort (trip) CPUE (kg/trip) 1996 127.363 2.642 48,21 1997 148.093 3.210 46,14 1998 55.597 842 66,03 1999 213.204 4.613 46,22 2000 194.718 7.573 25,71 2001 201.233 4.886 41,19 2002 251.723 5.331 47,22 2003 97.774 5.038 19,41 2004 221.315 6.745 32,81 2005 174.281 9.909 17,59

Pada Tabel 19 di atas dapat dilihat hasil tangkapan (catch) ikan kuniran yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 55.597 kg (pada tahun 1998), dengan jumlah upaya standar (standard effort) sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar, dogol/cantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 251.723 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 5.331 trip. CPUE ikan kuniran adalah berkisar dari yang terkecil 19,41 kg/trip (pada Tahun 2003) dan yang terbesar 66,03 kg/trip (pada Tahun 1998). CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 17,59 kg/trip. Dari Tabel 19 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan kuniran relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari ikan kuniran mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga karena potensi dari ikan kuniran semakin menurun dan semakin tinggi upaya penangkapan dari tahun ke tahun.

Hubungan antara upaya penangkapan (effort) dan CPUE ikan kuniran digambarkan pada Gambar 18 dengan persamaan CPUE = 62,616 – 0,0041f yang artinya setiap penambahan satu unit variabel x (effort) akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 62,616 kg.

(17)

y = -0.0041x + 62.618 R2 = 0.9224 0.000 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 Effort (trip) CP UE ( k g /t ri p )

Gambar 18 Hubungan antara CPUE dan effort ikan kuniran.

(7) Cumi-cumi

Hasil analisis catch per unit effort (CPUE) dari cumi-cumi yang merupakan salah satu hasil tangkapan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir (Tahun 1996 – 2005), adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 20 berikut :

Tabel 20 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) tahunan cumi-cumi yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005

Tahun Catch (kg) Standard Effort (trip) CPUE (kg/trip) 1996 21.972 2.642 8,32 1997 19.659 3.210 6,12 1998 6.180 842 7,34 1999 24.050 4.613 5,21 2000 25.620 7.573 3,38 2001 22.378 4.886 4,58 2002 20.114 5.331 3,77 2003 6.105 5.038 1,21 2004 13.717 6.745 2,03 2005 17.530 9.909 1,77

(18)

Pada Tabel 20 di atas dapat dilihat hasil tangkapan (catch) cumi-cumi yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 6.180 kg (pada tahun 1998), dengan jumlah upaya standar (standard effort) sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar, dogol/cantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2000 sebesar 25.620 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 7.573 trip. CPUE cumi-cumi adalah berkisar dari yang terkecil 1,21 kg/trip (pada Tahun 2003) dan yang terbesar 8,32 kg/trip (pada Tahun 1996). CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 1,77 kg/trip. Dari Tabel 20 di atas terlihat bahwa CPUE untuk cumi-cumi relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari cumi-cumi mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga karena potensi dari cumi-cumi semakin menurun dan semakin tinggi upaya penangkapan dari tahun ke tahun.

Hubungan antara upaya penangkapan (effort) dan CPUE cumi-cumi digambarkan pada Gambar 19 dengan persamaan CPUE = 7,7037 – 0,0006f yang artinya setiap penambahan satu unit variabel x (effort) akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 7,7037 kg. y = -0.0006x + 7.7037 R2 = 0.8174 -2.000 -1.000 0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 Effort (trip) C P U E (k g /tr ip )

Gambar 19 Hubungan antara CPUE dan effort cumi-cumi.

(8) Udang

Hasil analisis catch per unit effort (CPUE) dari udang yang merupakan salah satu hasil tangkapan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir (Tahun 1996 – 2005), adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 21 berikut :

(19)

Tabel 21 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) tahunan udang yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005

Tahun Catch (kg) Standard Effort (trip) CPUE (kg/trip) 1996 27.030 4.680 5,78 1997 24.070 4,680 5,14 1998 22.620 5.760 3,93 1999 29.470 12.120 2,43 2000 8.859 32.880 0,27 2001 18.510 32.880 0,56 2002 10.300 43.080 0,24 2003 17.830 43.080 0,41 2004 39.000 43.080 0,91 2005 32.160 43.080 0,75

Pada Tabel 21 di atas dapat dilihat hasil tangkapan (catch) udang yang ditangkap oleh alat tangkap arad, terendah adalah sebesar 8.859 kg (pada tahun 2000), dengan jumlah upaya standar (standard effort) sebanyak 32.880 trip. Dalam menghitung upaya standar, arad yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 39.000 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 43.080 trip. CPUE udang adalah berkisar dari yang terkecil 0,24 kg/trip (pada Tahun 2002) dan yang terbesar 5,78 kg/trip (pada Tahun 1996). CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 0,75 kg/trip. Dari Tabel 21 di atas terlihat bahwa CPUE untuk udang relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari udang mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga karena potensi dari udang semakin menurun dan semakin tinggi upaya penangkapan dari tahun ke tahun.

Hubungan antara upaya penangkapan (effort) dan CPUE udang digambarkan pada Gambar 20 dengan persamaan CPUE = 5,02777 – 0,0001f yang artinya setiap penambahan satu unit variabel x (effort) akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 5,02777 kg.

(20)

y = -0.0001x + 5.0277 R2 = 0.8464 0.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 - 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 Effort (trip) CP UE ( k g /t ri p )

Gambar 20 Hubungan antara CPUE dan effort udang.

(9) Ikan Demersal

Hasil analisis catch per unit effort (CPUE) dari ikan demersal yang merupakan salah satu hasil tangkapan dominan yang tertangkap selama 10 tahun terakhir (Tahun 1996 – 2005), adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 22 berikut :

Tabel 22 Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) tahunan ikan demersal yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005

Tahun Catch (kg) Standard Effort (trip) CPUE (kg/trip) 1996 1.614.063 2.687 600,69 1997 1.875.543 3.252 576,78 1998 660.057 872 757,05 1999 2.334.213 4.672 499,62 2000 1.081.902 7.636 141.69 2001 2.050.798 7.636 268,59 2002 1.921.825 5.360 358,57 2003 929.219 5.332 173,06 2004 2.174.589 6.868 316,62 2005 1.727.372 10.097 171,08

(21)

Pada Tabel 22 di atas dapat dilihat hasil tangkapan (catch) ikan demersal yang ditangkap oleh alat tangkap arad dan dogol, terendah adalah sebesar 660.057 kg (pada tahun 1998), dengan jumlah upaya standar (standard effort) sebanyak 842 trip. Dalam menghitung upaya standar, dogol/cantrang yang dijadikan alat tangkap standar. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 1999 sebesar 2.334.213 kg dengan jumlah upaya standar sebanyak 4.672 trip. CPUE ikan demersal adalah berkisar dari yang terkecil 141,69 kg/trip (pada Tahun 2000) dan yang terbesar 757,05 kg/trip (pada Tahun 1998). CPUE pada Tahun 2005 adalah sebesar 171,08 kg/trip. Dari Tabel 22 di atas terlihat bahwa CPUE untuk ikan demersal relatif berfluktuasi. Nilai CPUE dari ikan demersal mempunyai kecenderungan yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Penurunan ini diduga karena potensi dari ikan demersal semakin menurun dan semakin tinggi upaya penangkapan dari tahun ke tahun.

Hubungan antara upaya penangkapan (effort) dan CPUE ikan demersal digambarkan pada Gambar 21 dengan persamaan CPUE = 698,89 – 0,0503f yang artinya setiap penambahan satu unit variabel x (effort) akan mengakibatkan terjadinya penurunan CPUE secara keseluruhan sebesar 62,616 kg. y = -0.0503x + 698.89 R2 = 0.846 -200.000 -100.000 0.000 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 Effort (trip) CP UE ( k g /t ri p )

Gambar 21 Hubungan antara CPUE dan effort ikan demersal.

Dari hasil perhitungan dengan analisi regresi diperoleh bahwa tidak semua penambahan jumlah upaya penangkapan mengakibatkan penurunan jumlah tangkapan sseperti misalnya pada

(22)

penangkapan ikan pepetek, pari, udang dan ikan demersal secara keseluruhan. Hal ini menggambarkan bahwa upaya penangkapan ikan demersal masih menguntungkan.

5.5.2 Pendugaan nilai hasil tangkapan maksimum lestari (MSY), upaya penangkapan optimum (fopt) dan tingkat pemanfaatan per jenis ikan demersal

Berdasarkan hasil analisis regresi linier, diperoleh nilai dugaan parameter a (intercept); b (slope)dan koefisien untuk model Schaefer. Dengan diketahuinya nilai a (intersept) dan b (slope), diperoleh pendugaan nilai potensi maksimum lestari (MSY) penangkapan untuk masing-masing jenis ikan demersal serta pendugaan nilai upaya penangkapan optimum (fopt) dan tingkat

pemanfaatannya (lihat Tabel 23). Hasil analisis regresi dari masing-masing jenis ikan demersal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 11 s/d Lampiran 18. Upaya optimum (f optimum) tersebut adalah untuk alat tangkap dogol, kecuali untuk hasil tangkapan udang upaya tersebut adalah untuk alat tangkap arad. Untuk hasil tangkapan ikan demersal adalah berdasarkan produksi hasil tangkapan demersal pada tahun terakhir (2005).

Tabel 23 Potensi produksi lestari maksimum (MSY) dan upaya penangkapan optimum (fopt),

produksi aktual (tahun 2005), dan tingkat pemanfaatan.

Jenis Ikan MSY/Potensi (kg/th) f optimum (trip/th) C terakhir (kg) Tingkat Pemanfaatan (%) Kuniran 239.723,39 7.656 174.281 72,70 Manyung 25.489,22 12.835 31.937 125,30 Pari 83.718,01 7.767 191.454 104,21 Beloso 147.937,56 7.509 153.725 103,91 Tigawaja 317.439,54 6.342 204.965 64,57 Pepetek 1.474.107,32 6.740 921.320 62,50 Cumi-cumi 26.450,40 6.866 17.530 66,28 Udang 56.146,77 22.334 32.160 57,28 Demersal 2.429.360,64 6.952 1.727.372 71,10

Nilai pendugaan potensi masimum lestari (MSY) ikan demersal sebesar 2.429.360,64 kg per tahun dengan tingkat upaya penangkapan optimum sebesar 6.952,04 trip. Untuk per jenis ikan demersal yang dominan tertangkap yang memiliki nilai pendugaan potensi maksimum lestari adalah jenis ikan pepetek dengan nilai MSY sebesar 1.474.107,32 kg per tahun dengan upaya maksimum sebesar 6.740,22 trip/th. Nilai MSY yang terkecil adalah untuk jenis

(23)

cumi-cumi yaitu dengan nilai sebesar 26.450,40 kg pet tahun dengan upaya optimum sebesar 6.866,96 trip.

5.5.3 Pendugaan nilai hasil tangkapan maksimum lestari (MSY), upaya penangkapan optimum (fopt) dan tingkat pemanfaatan berdasarkan wilayah perairan

Daerah penangkapan ikan untuk alat tangkap arad adalah di perairan masuk ke jalur I yaitu daerah penangkapan yang berjarak antara 0 – 4 mil dari pantai. Daerah penangkapan alat tangkap arad pada umumnya di wilayah pantai dengan kedalaman 5 – 10 meter di sepanjang pesisir pantai dari perairan Tegal, Brebes dan Pemalang. Alat tangkap dogol/cantrang dioperasikan di perairan yang lebih dalam, yakni di kedalaman sekitar 10 – 30 m. Pada umumnya kondisi tersebut berada pada jalur II (jarak dari pantai 4 – 12 mil. Berdasarkan perkiraan luasan wilayah perairan tersbut, dihitung nilai dugaan potensi lestari sumberdaya ikan demersal. Nilai dugaan potensi lestari tersebut disajikan dalam Tabel 24 berikut.

Tabel 24 Nilai potensi maksimum lestari (MSY) dan upaya penangkapan optimum (fopt) dan

tingkat pemanfaatan berdasarkan luas wilayah perairan

Wilayah perairan dari garis pantai MSY/Potensi (kg/th) F optimum (trip/th) C terakhir (kg) Tingkat Pemanfaatan (%) 0 - 4 mil 272.627,77 8.211,81 198.465,20 72,80 4 - 12 mil 2.151.542,18 6.811,97 1.525.690,80 70,91 5.6 Pembahasan

Tingkat pemanfaatan ikan demersal adalah tingkat kemampuan para nelayan dalam memanfaatkan sumberdaya ikan demersal yang ada. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil tangkapan (catch) setiap tahunnya dengan nilai potensi maksimum lestari (MSY). Berdasarkan Klasifikasi Uktolseja et al., (1989) tingkat pemanfaatan dibagi atas empat bagian yaitu : tahap rendah (0-33,3 %), berkembang (33,4 – 66,7 %), padat tangkap (66,8 – 100 %), dan lebih tangkap (> 100 %).

(24)

Pada Tabel 23 dapat dilihat bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal tahun terakhir (tahun 2005), adalah sebesar 71,10 %. Hal ini bisa diartikan bahwa kondisi penangkapan ikan di perairan Tegal dan sekitarnya sudah tergolong pada padat tangkap. Sebagai perbandingan hasil penelitian terhadap tingkat pemanfaatan ikan demersal di perairan Rembang tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal pada tahun 2004 adalah sebesar 82,23 % dari nilai MSY nya (Pramitasari et al., 2006).

Beberapa jenis ikan seperti ikan pari dan beloso tingkat pemanfaatannya di Kota Tegal sudah melebihi 100 %, yaitu masing-masing tingkat pemanfaatannya adalah 104,21 % dan 103,91 %. Hal ini berarti untuk ikan pari dan beloso, tingkat pemanfaatannya sudah berkatagori lebih tangkap. Oleh sebab itu maka perlu adanya suatu pengelolaan penangkapan ikan demersal yang baik agar pemanfaatan sumberdaya ikan demersal dapat berkelanjutan.

Tinggi tingkat pemanfaatan seperti yang terjadi pada tahun 2005 untuk beberapa jenis ikan demersal seperti pari, beloso, dan kuniran disebabkan oleh banyak faktor sehingga tingkat pemanfaatan ikan demersal tersebut dalam kondisi sumberdaya yang mengkhawatirkan. Salah satu faktornya karena teknologi penangkapan dogol/cantrang dan juga arad termasuk jenis alat tangkap yang efektif dan cenderung tidak ramah lingkungan karena menggunakan mesh size jaring terutama pada bagian kantong yang berukuran sangat kecil, sehingga semua jenis ikan demersal termasuk jenis ikan pari, beloso, dan ikan kuniran dapat tertangkap dengan ukuran yang kecil. Menurut Fauzi, (2004) dan Pramono (2006), ukuran ikan yang tertangkap dengan arad cenderung berukuran kecil.

Nilai dugaan potensi lestari ikan demersal pada wilayah 0 – 4 mil dari garis pantai adalah sebesar 272.627,77 kg/th, dengan tingkat upaya optimum sebesar 8.211,81 trip/th. Pada tahun terakhir (2005) jumlah produksi hasil tangkapam sebesar 198.465,20 kg, sehingga tingkat pemanfaatan pada tahun 2005 sebesar 72,80 %. Hal ini berarti bahwa tingkat pemanfaatan ikan demersal diperairan tersebut sudah mendekati 80% dari MSY, atau mendekati jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan.

Nilai dugaan potensi lestari ikan demersal pada wilayah 4 – 12 mil dari garis pantai adalah sebesar 2.151.542,18 kg/th, dengan tingkat upaya optimum sebesar 6.811,97 trip/th. Pada tahun terakhir (2005) jumlah produksi hasil tangkapan sebesar 1.525.690,80 kg, sehingga tingkat pemanfaatan pada tahun 2005 sebesar 70,91 %. Hal ini berarti bahwa tingkat pemanfaatan ikan demersal diperairan tersebut sudah mendekati 80% dari MSY, atau mendekati jumlah hasil

(25)

tangkapan yang diperbolehkan. Juga berdasarkan kesepakatan internasional mengenai perikanan yang tertuang pada Code of Counduct fot Responsible Fisheries (CCRF), maka sumberdaya yang boleh ditangkap hanya sekitar 80 % dari potensi lestari yang ada (Nikijuluw, 2002).

Sumberdaya ikan demersal secara keseluruhan terancam over fishing, karena hasil tangkapannya sudah mendekati angka 80 % dari MSY nya. Hal ini dapat dilihat dari nilai tingkat pemanfaatan tahun terakhir pengambilan data (2005) yang tergolong pada kategori padat tangkap. Diperkirakan tingkat pemanfaatan ikan demersal akan terus meningkat seiring meningkatnya jumlah effort setiap tahunnya. Hal ini diperkirakan akibat adanya penambambahan jumlah armada dogol/cantrang, seiring dengan telah selesainya fasilitas tambat dan labuh yang dimiliki di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari yang dapat menampung armada dalam jumlah yang relatif banyak. Kelestarian sumberdaya ikan demersal dapat terus terjaga bila ada kesadaran dari semua pihak baik bagi nelayan maupun pemerintah sebagai pengatur kebijakan.

Untuk mengatasi tingkat pemanfaatan sumberdaya jenis ikan demersal yang sudah lebih tangkap dan juga cenderung meningkat setiap tahunnya, maka perlu segera diatasi dengan cara mengurangi upaya penangkapan. Bila hal ini terus berlanjut maka akan berdampak buruk bagi kelangsungan sumberdaya ikan pari, beloso, kuniran serta jenis ikan demersal lainnya. Pengelolaan sumberdaya perikanan yang bertanggung jawab yang sesuai dengan Code of Counduct fot Responsible Fisheries (CCRF) tersebut menerapkan sistem MCSE (monitoring, controlling, surveillance, enforcement). Pemantaun, pengendalian, pengawasan, dan penegakan hukum merupakan suatu keharusan bagi pengelolaan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Pada umumnya penerapan MCSE dilakukan melalui peraturan daerah dan peraturan lainnya. Salah satu peraturan dalam rangka MCSE adalah Keputusan Menteri No.03 Tahun 2002 tentang Log Book Penangkapan dan Penangkutan Ikan. Peraturan ini adalah dalam rangka melakukan pemantauan atau monitoring. Pengisian log book seringkali menemui hambatan di lapangan, dikarenakan pada umumnya nelayan tidak memiliki keahlian dan kesempatan untuk mengisinya. Barangkali yang menjadi sebabnya adalah karena pendidikan yang dimiliki nelayan, umumnya berpendidikan rendah sehingga tidak mengerti maksud, tujuan dan manfaat dari log book tersebut.

Pengendalian dapat dilakukan melalui pengaturan perizinan terhadap pengoperasian jenis alat tangkap dan jumlahnya. Jaring arad yang merupakan minitrawl seharusnya dilarang

(26)

dioperasikan sesuai dengan Keppres No. 39 Tahun 1980. Pengoperasian jaring arad di Tegal memang terkesan dibiarkan saja, barangkali karena belum meninbulkan persoalan atau konflik besar antar nelayan. Dengan melihat kondisi tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal yang sudah dalam kategori padat tangkap, maka sudah selayaknya agar mengoperasian jaring dogol/cantrang dan khususnya jaring arad diatur kembali, agar kondisi sumberdaya perikanan demersal di perairan Tegal dan sekitarnya tetap lestari.

5.7 Kesimpulan

(1) Terdapat delapan jenis ikan demersal yang secara kontinyu ditangkap dan didaratkan di Kota Tegal oleh arad dan dogol/cantrang. Delapan jenis ikan secara kontinyu tertangkap oleh armada arad dan dogol/ cantrang. Kedelapan jenis ikan beserta nilai potensi lestari dan tingkat upaya optimum masing-masing adalah : manyung (25.489,22 kg/th; 12.835,90 trip/th) ; pepetek (1.474.107,322 kg/th ; 921.320 trip/th) ; tigawaja (317.439,54 kg/th ; 6.342,90 trip/th) ; beloso (147.937,56 kg/th; 7.509,93 trip/th) ; kuniran (239.723,39 kg/th ; 174.281 trip/th) ; cumi-cumi (26.450,40 kg/th ; 6.866,96 trip/th); udang (56.146,77 kg/th ; 22.334 trip/th).

(2) Tingkat pemanfaatan pada tahun terakhir (Tahun 2005), untuk ikan manyung, ikan pari dan ikan beloso sudah melebihi batas potensi lestari (lebih dari 100 %), yakni masing-masing sebesar 125,30 %, 104, 21 % dan 103,91 %. Untuk ikan lainnya pada umumnya sudah dalam kategori padat tangkap (antara 66,8 – 100 % dari MSY). Dari ketentuan Total Allowable Catch (TAC) atau Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB), yakni tidak melebihi ketentuan 80 % dari MSY, umumnya sudah mendekati nilai TAC nya, sehingga hal ini juga memerlukan pengelolaan yang baik agar tidak semakin terjadi degradasi penangkapan yang lebih besar lagi terhadap sumberdaya perikanan demersal.

Gambar

Tabel  16    Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) tahunan ikan  tigawaja  yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 – 2005
Tabel  18     Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) tahunan ikan  pari yang  didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005
Tabel  20     Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) tahunan cumi-cumi yang  didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005
Tabel  22     Rata-rata hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) tahunan ikan  demersal  yang didaratkan di TPI Kota Tegal dari tahun 1996 - 2005
+2

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.(1) Bagi manajemen KPP Pratama Singaraja disarankan perlu adanyaanalisadan tindaklanjut mengenaipenerapan e-faktur,

Analisis univariat dalam penelitian ini adalah melihat gambaran karakteristik responden berupa jenis kelamin, umur, serta data variabel status gizi dan kelelahan

Skala motivasi beragama disusun peneliti dengan menggunakan Teori dari Adrew, Abdullah Hadziq, dan Nico Syukur Dister, dan dari teori tersebut aspek yang dipakai dalam

Sebagai contoh, bila ditemukan file atau program yang menarik dan berhubungan dengan masalah yang dihadapi, untuk itu biasanya dilakukan modifikasi pada program

Hal itu dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan.Perusahaan dalam memasarkan barang dan jasa selalu dihadapkan pada pertanyaan, “mengapa

absorben timbal (Pb) di udara dapat disimpulkan bahwa tanaman bakung, puring dan bintaro memiliki potensi sebagai absorben Pb di udara dengan kadar timbal (Pb) daun

Memandang bahwa banyaknya siswa kurang memahami perilaku introvert, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai Efektifitas Konseling Behavioral dengan Teknik

Hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 1 di atas juga menunjukkan hasil yang diperoleh dari penelitian bahwa semakin tinggi radiometri bijih BM-179 Kalan Kalimantan Barat,