• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoretis 1. Hakikat Bahan Ajar - BAB II BAYU AJI WICAKSONO PASCASARJANA'17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoretis 1. Hakikat Bahan Ajar - BAB II BAYU AJI WICAKSONO PASCASARJANA'17"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teoretis

1. Hakikat Bahan Ajar

Peran seorang guru dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar sangatlah menentukan keberhasilan proses belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:87) “bahan ajar” berarti “segala sesuatu

yang dapat dipakai atau dijadikan pedoman atau digunakan untuk mengajar”.

Bahan ajar adalah segala bahan (baik informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengn tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Prastowo, 2011: 17).

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pemebelajaran dan memungkinkan siswa untuk belajar (Direktorat Pembinaan SMA, 2010).

(2)

pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

a. Jenis-jenis Bahan Ajar

Jenis bahan ajar terbagi menjadi lima macam, yaitu : (1) Bahan cetak (Printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi utuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contohnya, handout, buku, modul, lembar keja siswa, brosur dll., (2) Bahan ajar dengar atau program Audio, yakni semua system yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau di dengar oleh sekelompok orang. Contohnya kaset, radio, dan piringan hitam, (3) Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yakni semua system yang menggunakan sinyal radio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak. Contoh, Film, (4) Bahan ajar multimedia interaktif (Interactive Teaching Material) seperti CAI, compact disc (CD), dan multimedia pembelajaran interaktif, dan (5) Bahan ajar berbasis web (web based learning materials). (Direktorat Pengembangan SMA, 2010).

b. Kriteria Bahan Ajar

(3)

6) cocok dengan gaya belajar peserta didik, dan 7) Lingkungan dimana bahan ajar digunakan harus tepat sesuai dengan jenis media yang digunakan.

Berdasar pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang baik mempunyai kriteria: 1) Sesuai dengan tujuan pembelajaran maksudnya, bahan ajar yang dipilih/digunakan sebaiknya mendukung kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan, 2) Berguna dan sesuai dengan perkembangan anak, maksudnya bahwa bahan ajar dapat memotivasi belajar peserta didik dan senang dalam mengikuti kegiatan belajar, 3) Mudah dipahami maksudnya baik materi maupun penggunaan bahasanya mudah diikuti oleh peserta didik, dan 4) Tersusun secara sistematis artinya, bahan ajar disajikan dengan sistematika yang urut.

c. Prinsip-prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan bahan ajar yaitu: (1) Prinsip relevansi atau keterkaitan materi sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar, (2) Prinsip konsistensi atau keajegan, dimaksudkan jika kompetensi dasar yang harus dicapai siswa ada empat macam, maka bahan ajarnya pun harus empat macam, (3) Prinsip adekuasi atau kecukupan adalah kecukupan materi dalam bahan ajar untuk mencapai kompetensi seperti yang diajarkan oleh guru (Direktorat Pembinaan SMA, 2010).

(4)

tiga prinsip yang dapat dijadikan pedoman. Pertama, prinsip relevansi. Maksudnya, bahan ajar yang dipilih hendaknya ada relasi dengan pencapaian standar kompetensi maupun kompetensi dasar. Kedua, prinsip konsistensi, maksudnya bahan ajar yang dipilih memiliki keajegan. Jadi, antara kompetensi dasar yang mesti dikuasai peserta didik dengan bahan ajar yang disediakan memiliki keselarasan dan kesamaan. Ketiga, prinsip kecukupan, maksudnya, ketika memilih bahan ajar hendaknya dicari yang memadai untuk membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

Adapun penelitian pengembangan ini dilakukan dengan mengacu pada prinsip pengembangan bahan ajar menurut Borg and Gall yang dikembangkan oleh Sugiyono yaitu penelitian pengembangan level 3, yaitu peneliti melakukan penelitian untuk mengembangkan produk yang telah ada, membuat produk dan menguji keefektifan produk tersebut secara terbatas.

2. Hakikat Big Book

a. Pengertian Big Book

Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Big Book. Bahan ajar berbasis visual memegang peran yang sangat penting

(5)

Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi.

Buku besar (Big Book) adalah buku bacaan yang memiliki ukuran, tulisan, dan gambar yang besar. Big Book berkarakteristik khusus yang dibesarkan, baik teks maupun gambarnya, sehingga memungkinkan terjadinya kegiatan membaca bersama antara guru dan murid. Ukuran Big Book bisa beragam, misalnya ukuran A3, A4, A5, atau seukuran koran. Ukuran Big Book harus mempertimbangkan segi keterbacaan seluruh siswa di kelas.

Guru dapat memilih Big Book yang isi cerita dan topiknya sesuai dengan minat siswa atau sesuai dengan tema pelajaran. Bahkan, guru dapat membuat sendiri Big Book sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Big Book digunakan oleh guru saat ia sedang melakukan pemodelan membaca atau membaca bersama. Jenis buku ini akan diminati siswa karena tampilannya menarik perhatian mereka.

b. Prinsip-prinsip Pembuatan Big Book

Big Book merupakan media berbasis visual sehingga harus

(6)

1) Kesederhanaan

Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disampaikan. Pesan atau informasi yang panjang dan rumit harus dibagi ke dalam beberapa bahan visual yang mudah dibaca dan mudah dipahami, demikian pula teks yang menyertai bahan visual harus dibatasi (misalnya antara 15 sampai 20 kata). Kata-kata harus memakai huruf yang sederhana dengan gaya huruf yang mudah terbaca dan tidak terlalu beragam dalam satu tampilan ataupun serangkaian tampilan visual. Kalimat-kalimatnya juga harus ringkas tetapi padat, dan mudah dimengerti.

2) Keterpaduan

Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat di antara elemen-elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal yang dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya.

3) Penekanan

(7)

4) Keseimbangan

Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak semuanya simetris. Keseimbangan yang keseluruhannya simetris disebut keseimbangan formal. Keseimbangan seperti ini menampakkan dua bayangan yang sama dan sebangun. Oleh karena itu keseimbangan formal cenderung statis. Sebaliknya, keseimbangan informal (tidak seluruhnya simetris) cenderung memberikan kesan dinamis dan menarik perhatian siswa.

Menurut Karges-Bone (1992) agar pembelajaran bahasa dapat lebih efektif dan berhasil, sebuah Big Book sebaiknya memiliki kriteria berikut ini:

1) Cerita singkat (10-15 halaman). 2) Pola kalimat jelas.

3) Gambar memiliki makna.

4) Jenis dan ukuran huruf jelas terbaca. 5) Jalan cerita mudah dipahami.

(8)

minat siswa dalam membaca. Penggunaan Big Book dalam pembelajaran membaca memiliki beberapa tujuan, di antaranya adalah berikut ini.

1) Memberi pengalaman membaca. 2) Membantu siswa memahami buku.

3) Mengenalkan berbagai jenis bahan membaca kepada siswa.

4) Memberikan peluang kepada guru memberi contoh bacaan yang baik.

5) Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

6) Menyediakan contoh teks yang baik untuk digunakan siswa. 7) Menggali informasi.

c. Langkah-langkah Membuat Big Book

Dalam menyusun sebuah Big Book, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu :

1) Siapkan kertas minimal berukuran A3 sebanyak 8-10 halaman atau 10-15 halaman, spidol warna, lem, dan kertas HVS.

2) Tentukan topik cerita.

3) Kembangkan topik cerita menjadi cerita utuh dalam kalimat-kalimat singkat.

4) Tentukan gambar atau ilustrasi untuk setiap halaman. 5) Buatlah desain cerita dan gambar/ilustrasi.

(9)

7) Apa kalimatnya dan bagaimana gambar/ilustrasinya yang sesuai dengan kalimat tersebut.

8) Dalam satu halaman terdapat beberapa kalimat singkat disertai dengan gambar/ilustrasi yang sesuai. Begitu juga dengan bagian muka (cover) Big Book. Tuliskan judul Big Book, tentukan gambar/ilustrasi yang menarik dan sesuai dengan judul, serta tulislah nama penulisnya.

d. Skenario Pembelajaran Menggunakan Bahan Ajar Big Book

Susan dan Barbara (2006: 494-497) memaparkan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan Big Book supaya memudahkan guru dalam mengajar. Berikut langkah-langkah pembelajaran menggunakan Big Book:

(10)

2) selanjutnya, guru mulai membaca judul dan nama pengarang untuk menambah prediksi-prediksi dari siswa. Hal ini bertujuan supaya keadaan kelas terlihat akrab dengan tanggapan terbuka. Guru juga mengaitkan pengetahuan yang dimiliki siswa dengan judul Big Book

3) guru mulai membacakan cerita dengan keras dan ekspresif supaya siswa dapat fokus terhadap cerita. Guru juga menunjukkan gambar ilustrasi cerita supaya siswa mengetahui secara pasti bagaimana gambaran cerita. Siswa mendengarkan tanpa menyela sampai akhir cerita.

4) guru bertanya bagaimana isi cerita yang telah dibacanya apakah menarik atau tidak. Siswa mulai mengekspresikan reaksi mereka. 5) guru mengajak siswa untuk membaca bersama dengan suara keras

secara klasikal. Guru menunjuk setiap kata yang dibaca.

6) guru meminta siswa membaca cerita secara kelompok agar siswa benarbenar memahami isi cerita.

7) guru menunjuk siswa satu per satu untuk membaca. Membaca berulang-ulang dapat meningkatkan keterampilan siswa.

8) guru mengembangkan keterampilan membaca siswa untuk melihat apakah siswa mengetahui isi yang di baca atau belum. Hal yang biasa dilakukan dalam kegiatan pengembangan yaitu menceritakan kembali isi cerita yang di baca.

(11)

dapat dilakukan sebagai berikut: (a) Guru menyiapkan alat/bahan yang dibutuhkan (Big Book), (b) Guru terlebih dahulu membaca Big Book sampai benar-benar memahami isinya, (c) Guru mengkondisikan siswa (siswa yang belum lancar membaca duduk di depan), (d) Guru mengatur strategi sesuai kondisi kelas, (e) Guru membaca cerita dengan intonasi yang sesuai, (f) Guru membaca dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku, (g) Guru meminta salah satu siswa membaca kalimat berikutnya, diikuti siswa yang lain. Begitu seterusnya, dan (h) Di akhir cerita, guru meminta siswa menceritakan kembali isi cerita. (Modul Lokakarya Praktik yang Baik: 40)

Sedangkan pada penelitian ini, langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan melalui media Big Book adalah sebagai berikut: 1) Guru mengatur tempat duduk siswa supaya lebih nyaman,

2) Guru memperlihatkan sampul Big Book dan membacakan judul Big Book.

3) Guru bertanya kepada siswa apa yang mereka pikirkan terkait judul Big Book.

4) Guru menulis jawaban-jawaban siswa di papan tulis.

5) Guru membacakan Big Book dengan lafal dan intonasi yang jelas. 6) Guru mencocokkan prediksi siswa dengan cerita yang telah di

(12)

7) Guru bertanya apakah siswa suka dengan cerita di dalam Big Books.

8) Guru membacakan Big Book lagi dengan menunjuk setiap kata. 9) Guru mempersilahkan siswa untuk bertanya atau memberikan

tanggapan terkait cerita di dalam Big Book.

10)Guru membacakan cerita di dalam Big Book dan diikuti oleh seluruh siswa

11)Guru meminta siswa secara kelompok membaca cerita di dalam Big Book.

12)Guru meminta siswa satu per satu membaca cerita di dalam Big Book.

13)Guru mengatur siswa lain agar mendengarkan apa yang sedang dibacakan temannya.

14)Guru memberikan bimbingan dan evaluasi terkait membaca siswa, dan

15)Guru meminta siswa untuk menuliskan kembali cerita di dalam Big Book.

e. Kelebihan Menggunakan Big Book

(13)

membaca dengan buku yang besar dan berwarna.

Dengan ukurannya yang besar dan gambar yang menarik, Big Book memiliki beberapa keistimewaan, di antaranya adalah berikut

ini:

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam kegiatan membaca dengan cara yang tidak menakutkan.

2) Memungkinkan semua siswa melihat tulisan yang sama ketika guru membaca tulisan tersebut.

3) Memungkinkan siswa secara bersama-sama memberi makna pada setiap tulisan yang ada dalam Big Book.

4) Memberikan kesempatan kepada siswa yang lambat membaca untuk mengenali tulisan dengan bantuan guru dan teman-teman lainnya.

5) Disukai siswa, termasuk siswa yang terlambat membaca. Dengan membaca Big Book bersama-sama, timbul keberanian dan keyakinan dalam diri siswa bahwa mereka “sudah bisa” membaca. 6) Mengembangkan semua aspek bahasa.

7) Dapat diselingi percakapan yang relevan mengenai isi cerita bersama siswa sehingga topik bacaan semakin berkembang sesuai pengalaman dan imajinasi siswa.

Big Book tidak hanya menekankan pada keterampilan

(14)

atau pesan yang terkandung dalam sebuah cerita yang dituliskan dalam Big Book.

3. Hakikat Budaya Lokal

Menurut KBBI, budaya memiliki arti pikiran, akal budi. Konsep budaya selalu mengacu pada pola pikir secara menyeluruh dan kompleks mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, serta kebiasaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat dalam bentuk ide, perilaku, dan artifak. Konsepsi ini mengandung arti sebagai berikut :

1) Bentuk budaya terdiri dari ide, perilaku, dan artifak. 2) Masyarakat memiliki cara berfikir.

3) Masyarakata memiliki kriteria mengatakan sesuatu itu baik atau buruk. 4) Baik atau buruk didasarkan pada nilai yang diyakininya.

Lokal menurut KBBI mengandung arti terjadi (berlaku, ada, dan sebagainya) di satu tempat, tidak merata; setempat. Budaya lokal disini mengandung pengertian budaya yang diangkat pada bahan ajar Big Book lingkupnya terbatas pada area tertentu khususnya budaya lokal berupa cerita rakyat yang ada di daerah kabupaten Purbalingga.

4. Hakikat Membaca Pemahaman

(15)

Henry Guntur Tarigan (1995:ii-iv) mengatakan : “Harus kita sadari benar-benar bahwa membaca mempunyai peranan sosial yang amat penting dalam kehidupan manusia sepanjang masa. Karena Pertama, membaca merupakan alat komunikasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat berbudaya. Kedua, bahan bacaan setiap kurun zaman berkembang. Ketiga, membaca dapat menjadi alat pemersatu, tetapi di satu sisi bisa menjadi pemecah belah. Oleh karena itu guru harus belajar membaca untuk menambah ilmu pengetahuannya sendiri dan harus mengajarkan membaca untuk menerapkan ilmu pengetahuan kepada siswa sebagai harapan bangsa di masa depan.

Burhan (1971:90) mengatakan bahwa membaca tidaklah hanya menyuarakan bahasa tertulis atau mengikuti lembat lambat dan teliti bacaan itu saja, tetapi lebih dari itu membaca adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan, yaitu mengamati, memahami, dan memikirkan.

Jenis-jenis membaca erat kaitannya dengan tujuan membaca. Berdasarkan berbagai tujuan membaca, maka ada beberapa jenis membaca yang biasa dilakukan. Menurut Sukirno, (2009:7-8) jenis-jenis kegiatan membaca antara lain :

(16)

Kadang-kadang cepat sekali, cepat, agak lambat, dan lambat bergantung dengan tujuan yang akan dicari dalam bacaan.

2. Membaca kritis, yaitu membaca untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan, kemudian memberi penilaian kepada fakta-fakta itu. Membaca kritis adalah jenis membaca tertinggi yang dicapai seseorang.

3. Membaca cepat, yaitu membaca secara cepat untuk memahami gagasan pokok dalam bacaan secara cepat pula.

4. Membaca bahasa atau membaca telaah bahasa, yaitu keterampilan membaca untuk menelaah bahasa. Penekanan membaca ini terletak pada latihan penelaahan hukum dan kaidah bahasa.

5. Membaca untuk keperluan studi, yaitu kegiatan membaca yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan studi seseorang.

6. Membaca untuk keperluan praktis, yaitu membaca yang digunakan untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari sesuai dengan tugas kita masing-masing.

7. Membaca bebas, yaitu keterampilan membaca yang penekanannya terletak pada latihan kebiasaan mengisi waktu terluang dengan kegiatan membaca

(17)

9. Membaca teknik, yaitu keterampilan membaca lisan atau membaca bersuara atau membaca keras yang penekanannya terletak pada kemempuan membaca dengan pengucapan atau pelafalan, intonasi, jeda, dan pelaguan yang sesuai dengan isi situasi bacaan.

10.Membaca indah, yaitu keterampilan membaca nyaring/bersuara yang sering juga disebut juga dengan istilah membaca sastra, membaca estetis, membaca ekspresif.

Dalam penelitian pengembangan ini lebih mengarah ke membaca pemahaman dimana siswa diharapkan mampu memahami isi cerita yang disajikan dalam media Big Book dan mengakomodasikan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Siswa diharapkan juga dapat memahami hal-hal kecil dalam bacaan seperti tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan kosakata yang ada pada cerita.

Kesimpulan diatas didukung oleh pendapat berikut, membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang untuk memahami isi bacaan secara menyeluruh. Membaca pemahaman dilakukan dengan menghubungkan skemata atau pengetahuan awal yang dimilki pembaca dan pengetahuan baru yang diperoleh saat membaca sehingga proses pemahaman terbangun secara maksimal. (Modul Lokakarya Praktik yang Baik di SD: 40).

B. Penelitian yang Relevan

(18)

yang menarik untuk dikaji. Beberapa penelitian telah dilakukan terkait masalah tersebut.

Pertama penelitian yang dilakukan oleh Nabilah1, Ananthia2, Abidin3 Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian ini

berjudul “Penggunaan Big Book untuk Meningkatkan Kemampuan Reading Comprehension Siswa Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

nilai rerata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 68, pada siklus II adalah 72, dan pada sikus III adalah 85. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan Big Book dapat meningkatkan hasil belajar reading comprehension siswa sekolah dasar.

Sekilas masalah dalam penelitian itu hampir sama dengan masalah penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Perbedaannya pada penelitian yang akan dilaksanakan peneliti, yaitu fokus pada pengembangan bahan ajar Big Book berisi cerita berbasis budaya lokal.

(19)

Dalam penelitian itu terlihat ada kesamaan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh penulis, yaitu sama-sama mengkaji tentang Big Book. Yang membedakan adalah penelitian yang dilakukan penulis fokus pada pengembangan Big Book bukan hanya mengkaji manfaat penggunaan Big Book yaitu untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa.

Jadi dari dua contoh penelitian yang relevan tadi dan sejauh yang peneliti ketahui belum ada penelitian yang sama persis dengan penelitian yang peneliti lakukan.

C. Kerangka Berpikir

Membaca merupakan jendela dunia. Tapi pada kenyataannya, sebagian besar siswa membaca hanya jika diminta oleh guru. Hal ini bisa disebabkan buku yang dibaca kurang menarik bagi siswa, siswa belum memahami bahwa membaca dapat dijadikan sebagai salah satu kegiatan rekreasi, dan siswa merasa terbebani karena kegiatan membaca hanya sebagai suatu tugas yang diberikan guru untuk mencari suatu informasi dalam kegiatan pembelajaran.

Terkait dengan kompetensi pedagogik guru dituntut untuk memiliki pemahaman terhadap peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran, termasuk didalamnya memilih bahan ajar yang tepat dan mengembangkannya sehingga dapat membantu peserta didik mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

(20)

pembelajaran membaca menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan bagi siswa.

Terkait dengan masalah diatas, penulis berusaha menemukan solusi permasalahan tersebut dengan mengembangkan sebuah bahan ajar berupa Big Book berbasis budaya lokal. Big Book penulis kembangkan dengan

pertimbangan beberapa hal berikut :

1. Big Book memiliki beberapa kelebihan, diantaranya tampilannya menarik

baik warna yang mencolok, ukuran Big Book dan ukuran fontnya.

2. Big Book yang ada selama ini belum ada yang mengangkat cerita berbasis

budaya lokal, dalam hal ini cerita rakyat yang ada di daerah asal siswa yaitu cerita sejarah yang berasal dari Kabupaten Purbalingga. Oleh karena itu penulis berkeyakinan, cerita yang diangkat dari lingkungan sekitar siswa akan lebih menarik minat siswa dan memudahkan siswa dalam belajar membaca sehingga kemampuan membaca siswapun akan meningkat. Selain itu, penulis juga memiliki tujuan di dalam mengembangkan Big Book berbasis budaya lokal, yaitu ingin melestarikan budaya lokal berupa

cerita rakyat yang berjudul “Sejarah Wirasaba” sehingga siswapun tidak akan lupa dengan sejarah daerahnya.

Gambar

gambar maupun tulisannya. Siswa tentu tertarik untuk belajar

Referensi

Dokumen terkait

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

Hal ini sejalan dengan hasil analisis regresi yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan kualitas pelayanan terhadap keputusan konsumen dalam menggunakan

Esimerkiksi aasialaisilla on korkeampi toleranssi korkean väentiheyden alueella viihtymiseen kuin länsimaalaisilla, jotka eivät ole tottuneet siihen (Al-Kodmany,

Di lingkungan yang baru, Melati memang kurang bisa bergaul atau beradaptasi dengan yang lain akan tetapi jika sudah mengenal Melati adalah orang yang baik, suka

Dirjen Imigrasi, Syarat dan ketentuan izin bagi imigran, (Jakarta, 2009) hal 21.. 1) Setiap orang asing yang kehilangan dokumen Imigrasi berupa Kartu Izin Tinggal Terbatas atau

Kedua, adalah bahwa strategi pemenangan dilakukan dengan cara pemanfaatan modal sosial (jaringan) berbasis trust, simbolik, budaya, dan ekonomi untuk mendapatkan pengakuan

Curah hujan wilayah ditentukan berdasarkan data yang tercatat pada alat penakar hujan yang terdapat pada suatu stasiun hujan.Namun demikian, tidak ada stasiun hujan yang terdapat