• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - MIKA ANISA TRI MUMPUNI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - MIKA ANISA TRI MUMPUNI BAB II"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian Sectio Caesarea

Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada

dinding abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin

lebih dari 1000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu (Manuaba,

2012). Sectio caesarea merupakan tindakan melahirkan bayi

melalui insisi (membuat sayatan) didepan uterus. Sectio

caesarea merupakan metode yang paling umum untuk

melahirkan bayi, tetapi masih merupakan prosedur operasi

besar, dilakukan pada ibu dalam keadaan sadar kecuali dalam

keadaan darurat menurut Hartono (2014).

Persalinan melalui sectio caesarea didefinisikan sebagai

pelahiran janin melalui insisi di dinding abdomen (laparatomi)

dan dinding uterus (histerotomi) menurut Norman (2012).

Sedangkan Koniak (2011) menambahkan, pelahiran sesarea juga

dikenal dengan istilah sectio caesarea adalah pelahiran janin

melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen dan uterus,

tindakan ini dipertimbangkan sebagai pembedahan abdomen

(2)
(3)

2. Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya

ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada

akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada

tanda-tanda persalinan (Arif Mansjoer, 2011)

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan. Ketuban pecah dini merupakan komplikasi

yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai

kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi yang

kurang bulan. Pengelolaan ketuban pecah dini pada kehamilan

kurang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk

menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas (Soewarto,

2008)

3. Post Partum

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali dimulai

setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu

6-8 minggu.

Masa nifas dibagi dalam 3 periode, yang pertama yaitu

puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri

(4)

boleh bekerja setelah 40 hari. Yang kedua, Puerperium intermedial

yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lama 6-8

minggu. Yang ketiga Remote puerperium adalah waktu yang di

perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil

atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk sehat

sempurna biasa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

Post partum adalah suatu masa antara pelahiran sampai

organ-organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder

Martin, 2011)

B. Etiologi Sectio Caesarea dan KPD

Manuaba (2009) Ibu hamil dilakukan sectio caesarea karena

mengalami antara lain ruptur uteri iminen, pedarahan antepartum,

ketuban pecah dini, panggul sempit.

Menurut Roestam (2009) dan Saeffudin (2009), penyebab

ketuban pecah dini belum di ketahui secara pasti. Maka preventif

tidak dapat di lakukan kecuali dalam usaha menekan infeksi.

Adapun penyebab ketuban pecah dini karena faktor infeksi,

berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra

uteri pada tri semester ke dua servik inkompeten (berkontraksi).

Selaput ketuban yang terlalu tipis, propas tali pusat, mal presentasi

(5)

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri

berkaitan dengan penyakit, kelahiran prematur dan terjadinya

infeksi korioamnionitis sampai sepsis yang meningkatkan

morboditas dan mortalitas perinatal. Selain itu juga dapat

menyebabkan infeksi pada ibu (Muchtar, 2009) . beberapa faktor

predisposisi KPD , antara lain

- Faktor selaput ketuban

- Faktor infeksi, misal infeksi genitalia menyebabkan

berkurangnya membran atau meningkatnya tekanan intra uteri

oleh kedua faktor tersebut.

- Faktor tekanan intra uteri yang mendadak.

- Faktor yang berhubungahn dengan obstetrik dan ginekologi.

- Faktor sosio ekonomi yang rendah.

- Faktor antagorismus golongan darah A, B, O

- Faktor rokok

- Faktor keturunan

- Trauma, misalnya pemeriksaan panggul atau poitis

- Kelainan letak ata presentasi janin.

(6)

C. Tanda dan Gejala ketuban pecah dini (KPD)

Tanda-tanda dan gejala terjadinya ketuban pecah dini dari

beberapa sumber seperti yang disebutkan di bawah ini : Memeriksa

keluarnya cairan air ketuban secara ngepyok atau merembes, misalnya

keluar cairan yang banyak atau sedikit-sedikit merembes dari vagina.

Sifat fisik cairan amnion yaitu bau khas, warna keruh, tes lakmus

alkalis, jika kertas lakmus tetap berwarna biru maka tanda air ketuban,

jika berwarna merah maka tanda urine (Gulardi & Mochtar, 2011)

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau

amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,

dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan

berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi

bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah

biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.

Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin

bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Nugroho,

(7)

D. Anatomi dan Fisiologi

(8)

Gambar 2 alat reproduksi interna pada wanita (Winkjosastro, 2010)

1. Alat reproduksi eksterna pada wanita yaitu :

a. Mons veneris

Adalah yang menggunung di atas simpisis dan akan di tumbuhi

rambut kemaluan (pubis)

b. Labia mayora

Berada pada bagian kanan dan kiri, berbentuk lonjong, kedua

(9)

c. Labia minora

Bagian dari bibir besar yang berwarna merah jambu, di sini di

jumpai fenulum klitoris, preputium dan prenulum prudanti.

d. Klitoris

Kira-kira sebesar kacang ijo sampai cabe rawit dan ditutup oleh

frenulum klitoris. Glans klitoris berisi jaringan yang dapat

bereaksi dan sifatnya amat sensitif karena banyak memiliki

serabut saraf.

e. Vulva

Adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong,

berukuran panjang mulai dari klitoris kanan kiri dibatasi bibir

kecil sampai ke belakang di batasi perineum.

f. Vestibulum

Terletak di sebelah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus

vertibuli dan kiri.

g. Himen

Merupakan selaput yang menutupi introitus vagina, berlubang

membentuk semukularis, anularis, lapisan septata.

h. Lubang kemih (ovifisium uretra eksterna)

Adalah tempat keluarnya air kemih terletak di bawah klitoris

(10)

a. Vagina adalah liang untuk saluran yang menghubungkan vulva

dengan rahim, terletak diantara saluran kemih dan liang dubur.

Di bagian ujung atasnya terletak mulut rahim. Ukuran panjang

dinding depan 8 cm dan dinding 10 cm. dinding vagina terdiri

dari lapisan mukosa, lapisan otot dan lapisan jaringan ikat.

b. Uterus

Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis diantara

kandung kemih dan rektum.

1) Peritoneum

Merupakan penebalan yang di isi jaringan ikat dan

pembuluh darah limfe dan urat saraf meliputi dinding rahim

bagian luar yang menutupi bagian luar uterus.

2) Lapaisan otot

Dalam lapisan ini terdapat isthmus yang mengalami

perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir

serviks.

3) Endometrium

Pada saat konepsi endometrium mengalami perubahan

menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi

implantasi (nidasi). Lapisan epitel serviks berbentuk

(11)

bersifat mengularkan cairan secara terus menerus sehingga

dapat membasahi vagina.

c. Tuba fallopi

Terdapat di tepi atas ligementum latum, tuba fallopi

merupakan tabula muskuler dengan panjang ± 12 cm dan

diameternya antara 8-9 cm.

d. Ovarium

Ovarium terdapat dua buah, yaitu kanan dan kiri :

1) Korteks ovani mengandung folikel primodial

2) Medula ovani terdapat pembuluh darah diantara kedua

kembar ligamentum latum.

E. Patofisiologi Sectio Caesarea dan KPD

1. SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500

gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi

dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,

distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk

janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan

SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif

berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek

fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan

ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris

(12)

luka dengan prinsip steril. Nyeri karena insisi yang mengakibatkan

gangguan rasa nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu

dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi

umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu, anestesi

umum menyebabkan bayi lahir dalam keadaan apnoe yang tidak dapat

diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan

pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa

atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap

nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan

karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga

mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi

proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap

untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari

mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang

ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga

menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu

dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga

berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin,

Mansjoer & Prawirohardjo, 2002).

(13)

duanya. Kemungkinan tekanan intrauteri yang kuat adalah penyebab

independen dari ketuban pecah dini dan selaput ketuban yang tidak kuat

akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah

dengan mengeluarkan air ketuban.

Menurut Taylor (2010), terjadinya ketuban pecah dini ternyata ada

hubungannya dengan hal-hal berikut : Adanya hipermotilitas rahim yang

sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti

pielonefritis, sistitis, servitis dan vaginitis, Selaput ketuban terlalu tipis

(kelainan ketuban), Infeksi (amnionitis atau korioamnitis), Faktor-faktor

lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi, disproporsi,

cervix incompetent dan lain-lain, Ketuban pecah dini artifisial

(amniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini (Mochtar, 2008)

F. Pemeriksaan penunjang Ketuban Pecah Dini Pre sectio caesarea

a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa. Warna, konsentrasi,

bau dan pH nya

b. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban,

(14)

c. Sekret vagina ibu hamil pH 4-5, dengan kertas nitrazin tidak

berubah warna, tetap kuning

d. Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi

biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban

7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif

palsu.

e. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas

objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik

(15)

G. Pathways (Gambar 3)

Sumber : Nurarifin dan Hardhi (2015)

Ketuban pecah dini

Induksi Persalinan

Belum inpartu inpartu

Fetal distress dan 12 jam pasien pada fase inpartu dengan ketuban pecah 4 jam sebelumnya

Sectio Caesarea (SC)

Post Operasi SC

Luka post operasi anestesi

Jaringan terputus Merangsang area sensori motorik Jaringan terbuka Proteksi kurang Invasi bakteri Nyeri bedres Nifas Uterus Kontraksi Uterus

Adekuat Tidak Adekuat

Pengelupasan desi dua Lochea Atonia uretri Pendarahan Anemi HbO2 menurun Metabolism anaerob

Asam laktat meningkat

Nekrose

Suplai O2 kejaringan menurun Kelelahan

Penurunan hormon

Menstimulasi hopifisi anterior dan posterior

Skresi prolaktin Iaktasi Pengeluaran ASI Ejeksi ASI Adekuat ASI keluar Efektif laktasi Tidak adekuat

Pengeluaran ASI tdk lancar

Kurang pengetahuan perawatan payudara

Ketidakefektifan pemberian ASI Psikologis (takingin, takinghold, takinggo) Perubahan psikologis Penambahan anggota baru

(16)
(17)
(18)

H.Penatalaksanaan post partum

1. Penatalaksanaan umum

Perawatan pasca bedah menurut Mochtar (2010)

a. Perawatan luka insisi

Luka insisi di bersihkan dengan natrium clorida lalu ditutup

dengan luka kasa dan di ganti secara periodik.

b. Pemberian cairan

Setelah 24 jam pertama klien pada pasca operasi, maka

pemberian cairan per infus harus banyak mengandung elektrolit

yang diperlukan agar jaringan tidak terjadi hipertermi, dehidrasi dan

komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang diberikan

biasanya ringer laktat. Apabila kadar Hb rendah berikan transfusi

darah sesuai kebutuhan.

c. Diit

Pemberian cairan infus biasanya dihentikan setelah penderita

flatus lalu dimulailah pemberian makanan dan minuman per oral.

Sebenarnya pemberian cairan diperbolehkan pada 6-10 jam pasca

operasi berupa air putih. Setelah diperbolehkan minum pada hari

pertama, obat-obatan diberikan secara oral. Makanan diberikan

(19)

2. Nyeri

Dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan didaerah operasi

dan untuk mengurangi dapat di berikan obat-obatan anti sakit dan

penenang. Setelah hari pertama atau kedua rasa nyeri hilang sendiri.

3. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus beristirahat tidur terlentang

selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring kekanan dan

kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada

hari ke dua di perbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari ke

empat lima boleh pulang.

4. Perawatan payudara

Perawatan payudara telah dilakukan sejak wanita hamil, supaya puting

susu lemas, tidak kasar dan kering sebagai persiapan untuk menyususi

bayinya.

5. Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telah

terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamae :

a. Peliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak

bertambah.

b. Keluar jaringan susu dari duktus laktiferus yang disebabkan

kolostrum berwarna kuning putih susu.

c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian diaman vena-vena

(20)

d. Setelah persalinan, pengaruh supresi ekstrogen dan progesteron

hilang, maka akan timbul pengaruh horon laktogenik atau prolaktio

yang akan merangsang air susu. Disamping itu oksitosin akan

meningkata pada hari 2-3 post persalinan.

6. Nasehat pada ibu post operasi sectio caesaria

a. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih 1-2 tahun dengan

menggunakan kontrasepsi

b. Kehamilan berikutnya hendaknya dengan antenatal yang baik

c. Dianjurkan bersali dirumah sakit besar

d. Persalinan selanjutnya tergantung dari indikasi sectio caesaria dan

(21)

ketidakadekuatan suplai ASI

a. Klien mengungkapkan puas dengan kebutuhan untuk menyusui

b. Klien mengatakan payudaranya sudah tidak lembek lagi

c. Klien mampu mendemonstrasikan perawatan payudara

o Keuntungan menyusui o Perawatan payudara o Kebutuhan diit kusus

o Faktor-faktor yang menghambat proses menyusui.

2. Demonstrasikan breast care dan pantau kemampuan klien untuk melakukan secara teratur.

3. Ajarkan cara mengeluarkan ASI dengan benar, cara menyiapkan, cara transportasi sehingga dapat diterima oleh bayi

4. Berikan dukungan dan semangat pada ibu untuk melaksanakan pemberian asi ekslusif

5. Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala bendungan payudara, infeksi payudara

(22)

No Diagnosa Kep NOC Intervensi 3 Resiko infeksi

b.d tindakan invasif, paparan lingkungan patogen

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x

24 jam diharapkan resiko infeksi terkontrol dengan indikator :

Imunne status

Knowledge : infection control Risck control

a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi b. Mendskripisakn proses penularan penyakit,

faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaanya

c. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

d. Jumlah leukosit dalam batas normal e. Menunjukan perilaku hidup sehat

Infection Control (kontrol infeksi)

1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 2. Pertahankan tehnik isolasi

3. Batasi pengunjung bila perlu

4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

5. Gunakan sabun anti mikrobia untuk cuci tangan 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

keperawatan

7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

9. Beriakan terapi antibiotik bila perlu

Infection protection (proteksi terhadap infeksi) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

lokal

2. Monitor hitungan granulosit, WBC 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi 4. Batasi pengunjung

5. Saring pengunjung terhadap penyakit menular 6. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien yang

(23)

9. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

(24)

tentang

perawatan ibu

nifas dan

perawatan post

operasi b.d

kurangnya sumber informasi

meningkat dengan indikator : Kowledge : disease process Kowledge : helath behavior

a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

b. Pasien dan kelurga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan

kembali apa yang dijelaskan perawat atau tim kesehatan lainnya.

pasien tentang proses penyakit yang spesifik 2. Jelaskan patofisiologi dari penyait dan

bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit

4. Gambarkan proses penyakit

5. Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi

dengan cara yang tepat

7. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi penyakit 8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan 9. Dukung pasien untuk mengeksplorasikan

dengancara yang tepat

10.Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan dengan cara yang tepat

No Diagnosa Kep NOC Intervensi

(25)

a. Melaporkan istirahat tidur malam yang optimal

b. Tidak menunjukan perilaku gelisah

c. Wajah tidak pucat dan konjungtiva mata tidak anemis karena kurang tidur malam d. Mempertahankan (atau membentuk) pola

tidur yang memberikan energi yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari-hari

4. Kaji faktor yang menyebabkan gangguan tidur 5. Catat tindakan kemampuan untuk mengurangi

kegeliasahan

6. Ciptakan suasan nyaman, kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur

7. Ajarkan relaksasi distraksi

8. Beri obat dengan kolaborasi dokter

No Diagnosa Kep NOC Intervensi

6 Hambatan

mobilitas fisik b.d nyeri

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

selama … x 24 jam diharapkan hambatan mobilitas

fisik pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil : a. Klien meningkatkan dalam aktifitas fisik b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas c. Memverbalisasikan perasaan dalam

meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

d. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker)

1. Monitor vital sign

2. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi 3. Ajarkan ROM

(26)

Gambar

Gambar 1 alat reproduksi eksterna pada wanita (Winkjosastro, 2010)
Gambar 2 alat reproduksi interna pada wanita (Winkjosastro, 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Metode komponen simetris digunakan dalam perhitungan yang berhubungan dengan keadaan yang tak seimbang pada perangkat listrik tiga fasa, dan secara khusus untuk perhitungan

TUNJUKAN PADA KAMI REKAM $UKTI ADA KAMI REKAM $UKTI PEM$ERIAN PEM$ERIAN IN'ORMASI LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTORAL IN'ORMASI LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTORAL TUNJUKKAN PADA

Wajibnya hakim, mediator dan para pihak untuk menempuh penyelesaian sengketa melalui mediasi telah diatur dalam Pasal 2 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Akper Patria Husada Surakarta dalam pelak- sanaan pembelajaran skills lab keperawatan Anak masih ditemukan beberapa permasalahan

4) Apakah tato memiliki nilai yang sama pada suatu kelompok?.. Makna pesan tato di kalangan pengguna tato di Kota Bandung:. 1) Apakah tujuan utama

Teknologi Penyimpanan Rebung Betung (Dendro calamus asper) Segar Dengan Pengendalian Atmos- fer

1) Perbaikan kurikulum dan sistem pengelolaan kuliah kerja sibermas (KKS) berbasis keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat. KKS-Pengabdian Revolusi Mental ini

Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan terjadi fraktur pada fibula di atas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligamen medial atau fraktur avulsi