• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Tifoid - ARIS NURSIHAB BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Tifoid - ARIS NURSIHAB BAB II"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Demam Tifoid

a. Definisi Demam Tifoid

Demam tifoid termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah (Sudoyo. 2010).

(2)

b. Etiologi

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhiatauSalmonella paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini

berbentuk batang, gram negatif,tidak membentuk spora, motil, berkapsul, dan mempunyai flagela (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah, dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 60°C) selama 15-20 menit, pasteurisasi, pndidihan, dan klorinisasi (Rahayu. 2013).

Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi yaitu bakteri enterik gram negatif berbentuk basil dan bersifat patogen pada manusia (Nurtjahjani, 2007). Penyakit ini mudah berpindah dari satu orang ke orang lain yang kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungannya yaitu penularan secara langsung jika bakteri ini terdapat pada fases, urine, atau muntahan penderita. Dapat menularkan kepada orang lain secara tidak langsung yaitu melalui makanan atau minuman. Demam tifoid disebarkan melalui jalur fecal-oral dan hanya menginfeksi manusia yang mengkonsumsi

makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri salmonella typhi. Ada dua sumber penularan salmonella typhi,

(3)

Seorang yang karier adalah orang yang pernah menderita demam tifoid dan terus membawa penyakit ini untuk beberapa waktu atauselamanya (Djauzi, 2005; Esmon, 2005, vollard 2007).

Menurut Widagdo (2011), penyebab dari demam typhiod adalah salmonella thypi, termasuk dalam genus salmonella yang tergolong dalam famili enterobacteriaceae.

Salmonela bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari/minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makanan kering, bahan farmasi dan tinja. Salmonela mati pada suhu 54,4°C dalam 1 jam, atau 60°C dalam 15 menit. Salmonela mempunyai antigen O (stomatik), adalah komponen dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan antigen H (flagelum) adalah protein yang labil terhadap panas. Pada S. Typhi, juga pada S. Dublin, dan S. Hirschfeldii terdapat antigen Vi yaitu polisakarida kapsul.

Menurut Sodikin (2011), penyebab penyakit demam typhoid adalah jenis salmonella thyposha, kuman ini memiliki

(4)

1.) Hasil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora.

2.) Terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida, antigen H (flagella), dan antigen Vi.

3.) Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien,biasanya terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.

Salmonella typhimempunyai 3 macam antigen, yaitu:

1.) Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.

2.) Antigen H (Antigen flagela), yang terletak pada flagela, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol yang telah memenuhi kriteria penilaian.

(5)

Ketiga macam antigen tersebut diatas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin (Sudoyo 2010).

c. Patogenesis

Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam

(6)

Di organ-organ ini kuman meningggalkan sel-sel fagosit kemudian berkemang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjtnya masuk ke dalam sirkulasi darah darah lagi yang mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, dan sakit perut (Sudoyo 2010). d. Tanda dan Gejala demam tifoid

Masa inkubasi demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingg kematian. Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala seupa dengan penyakit infeksi akut lain yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, munta, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik yang didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan terutama pada sore hari hingga malam hari. (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2014).

(7)

1.) Perasaan tidak enak badan 2.) Nyeri kepala

3.) Pusing 4.) Diare 5.) Anoreksia 6.) Batuk 7.) Nyeri otot

8.) Muncul gejala klinis yang lain

Demam berlangsung 3 minggu. Minggu pertama: demam remiten, biasanya menurun pagi hari, dan meningkat pada sore haridan malam hari. Minggu kedua: demam terus.

(8)

Menurut Sudoyo A. W (2010) gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

1.) Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi. Pada minggu pertama kebanyakan penderita hanya mengalami demam yang samar-samar, suhu tubuh akan naik turun. Penderita akan mengalami demam yang intermitten, yaitu pagi suhu tubuhnya normal sedangkan sore dan malam hari suhu tubuhnya akan lebih tinggi. Intensitas demam dari hari ke hari akan semakin tinggi disertai beberapa gejala tambahan seperti sakit kepala, nyeri otot, pegal-pegal, insomnia, mual dan munta. Pada minggu kedua demam tinggi terjadi terus menerus. Pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

2.) Gangguan pada saluran pencernaan

(9)

3.) Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah. e. Komplikasi

Menurut Sodikin (2011) komplikasi biasanya terjadi pada usus halus, namun hal tersebut jarang terjadi. Apabila komplikasi ini terjadi pada seorang anak, maka dapat berakibat fatal. Gangguan pada usus halus dapat berupa :

1.) Perdarahan usus

Apabila perdarahan terjadi dalam jumlah sedikit, perdarahan tersebut hanya dapat ditemukan jika dilakukan pemeriksaan feses dengan benzidin, jika perdarahan banyak maka dapat terjadi melena yang bisa disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. Perforasi usus biasanya timbul pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian usus distal ileum.

(10)

3.) Peritonitis

Peritonitis biasanya menyertai perforasi, namun dapat juga terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut seperti nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defebce musculair) dan nyeri tekan.

4.) Komplikasi diluar usus

Terjadi lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain-lain. Komplikasi diluar usus ini terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumenia.

f. Diagnosis

Menurut Mutaqin dan Kumala (2011), diagnosis keperawatan yang dapat muncul pada penyakit demam tifoid adalah :

1) Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan infeksi. 2) Nyeri akut berhubungan dengan saluran gastrointestinal.

3) Kekurangan volume cairanberhubungan dengan kekurangan asupan nutrisi

4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

5) Diare berhubungan dengan proses infeksi.

(11)

7) Gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu dan lingkungan sekitar.

8) Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit, misinterpretasi informasi.

9) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah interprestasi informasi, kurang pajanan, kurang minat dan belajar.

10) Intoleransi aktifitas berhubungan dengankelemahan umum. 11) Uji serologi

Uji serologi dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dengan cara mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen antigen Salmonella typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri.

Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi uji widal dan tubex test.

a) Uji widal

(12)

Salmonella typhi memiliki 3 macam antigen, yaitu: antigen O (antigen somatik), antigen H (antigen flagela) dan antigen Vi (antigen kapsul). Ketiga macam antigen tersebut ada di dalam tubuh penderita, maka secara alami tubuh penderita tersebut akan membentuk antibodi yang biasa disebut aglutinin (Widodo, 2006).

b) Pemeriksaan tubex

Pemeriksaan tubex merupakan metode diagnosis demam tifoid dengan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan widal. Pemeriksaan tersebut lebih cepat, mudah, sederhana dan akurat untuk digunakan dalam penegakan diagnosis demam tifoid (Rahayu, 2013).

12) Pemeriksaan kuman secara molekuler

Pendeteksian DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri Salmonella typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik

(13)

2. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Demam Tifoid

Pada Anak

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhi yang bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit

menular (Cahyono, 2010).

Demam typhoid salah satu penyebab kematian utama di dunia yang ditandai dengan demam salah satunya demam typhoid, dengan angkakematian sebesar 12,6 juta kasus dan diperkirakan terjadi 600.000 kematian tiap tahunnya. Abro, 2009 mengatakan hampir 80% dari kasus tersebut terjadi di Asia. Nasrudin, 2007 mengatakan kejadian demam typhoid di Indonesia sekitar 1100 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya dengan angka kematian 3,1-10,4%. Balitbangkes, 2008.

Menurut Departemen Kesehatan RI penyakit ini menduduki urutan kedua sebagai penyebab kematian pada kelompok umur 5-14 tahun di daerah perkotaan dan prevalensi penyakit ini di Kalimantan Selatan masih cukup tinggi yaitu sebesar 1,95% (Arifin, 2009).

(14)

Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain; pengalaman, tingkat pendidikan yang luas, keyakinan tanpa adanya pembuktian, fasilitas (televisi, radio, majalah, koran, buku), penghasilan, dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2011).

(15)

Menurut Notoatmojo (2012) tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mangingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (aplication)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) 4. Analisis (analysis)

(16)

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa proses yang terjadi untuk memperoleh pengetahuan antara lain; awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (obyek), interes (tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut, evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Trial (mencoba) dimana subyek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus, dan adopsi (meniru) dimana subyek berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

(17)

Hasil penelitian Sugihartiningsih (2012) di Desa Bakalan Banjarsari Surakarta diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang merawat demam anak usia 4-6 tahun dapat dikategorikan sebagai berikut: baik 9 responden (29%), cukup 19 responden (61,3%), dan kurang 3 responden (9,7%). Dapat digambarkan bahwa lebih dari 50% ibu yang tidak memiliki pengetahuan perawatan demam anak usia 4-6 tahun secara penuh atau kategori baik.

3. Gambaran Penatalaksanaan Demam Tifod Pada Anak Dengan

Teknik Kompres Hangat

Suhu tubuh mencerminkan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas dari tubuh, yang diukur dalam unit panas yang disebut derajat. Ada dua jenis suhu tubuh yaitu suhu inti dan suhu permukaan. Suhu inti merupakan suhu tubuh jaringan bagian dalam seperti rongga abdomen dan suhu permukaan merupakan suhu pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Tubuh akan terus menerus menghasilkan panas sebagai produk hasil metabolisme. Panas akan keluar dari tubuh melalui proses radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi (Kozier, 2010).

(18)

Peningkatan suhu tubuh ini pula sebagai respon terhadap infeksi atau peradangan, dimana demam sering menjadi alasan mengapa orang tua membawa anaknya ke pelayanan kesehatan (Sodikin, 2012).

Demam merupakan salah satu tanda gejala klinik pada pasien yang menderita demam demam thypoid. Demam thypoidadalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh salmonella typhi.

Demam typhoid banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik di perkotaan maupun pedesaaan. Dan demam typhoid masih merupakan masalah kesehatan penting di negara berkembang (Saraswati, 2010).

Seringnya demam terjadi pada berbagai penyakit, banyak orang tua yang langsung memberikan obat penurun panas saat anak mereka demam. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kemudahan mencari obat penurun panas, atau mereka berpikir lebih praktis bila dubandingkan dengan cara-cara yang lain, seperti memberikan kompres hangat (Rahayuningsih, 2011).

a. Pengertian Kompres Hangat

(19)

Kompres hangat adalah melapisi permukaan kulit dengan handuk yang telah dibasahi air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentusehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh. Tindakan kompres hangat merupakan tindakan yang cukup efektif dalam menurunkan demam (Mohamad, 2012).

b. Mengukur Suhu Tubuh

Mengukur suhu tubuh secar akurat ketika anak demam sangatlah penting, karena suhu tubuh dapat digunakan untuk mengetahui penyebab demam dan penanganan selanjutnya. Mengukur suhu tubuh dapat dilakukan melalui mulut, ketiak, dan rectal menggunakan thermometer.

c. Cara Mengatasi Demam

Demam atau suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan berbagai cara. Cara yang paling sering digunakan adalah meminum obat penurun demam seperti Paracetamol ataupun Ibuprofen. Selain itu adalah dengan mengobati penyebab demam, dan apabila ternyata demamnya karena infeksi oleh bakteri maka diberikan antibiotik untuk membunuh bakteri.

(20)

Menurut Purwanti dan Ambarwati, (2008) cara mengatasi demam yaitu sebagai berikut :

1.) Minum banyak, karena demam dapat menimbulkan dehidrasi 2.) Kompres anak dengan air hangat. Akibatnya suhu tubuh anak

bukannya turun, melainkan tambah panas. Sebaiknya kompres dilakukan ketika: anak merasa uncomfortable, suhu mencapai 40C, pernah kejang demam/keluarga dekat pernah menderita kejang demam atau anak muntah-muntah sehingga obat tidak bisa masuk.

3.) Beri obat penurun panas, acetaminophen atau paracetamol seperti tempra, panadol, atau paracetol, tylenol, sesuai dosis. Kapan obat penurun panas diberikan? Bila suhu di atas 38.5°C, atau bila anak uncomfortable. Sebaiknya jangan berikan obat demam apabila panasnya tidak terlalu tinggi (dibawah 38.5°C).

d. Macan-macam Kompres

(21)

e. Manfaat Kompres Hangat

Menurut Purwanti dan Ambarwati, (2008) kompres hangat dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis seperti : menurunkan suhu tubuh, memberikan rasa nyaman, mengurangi nyeri, memperlancar aliran darah, dan mengurangi kejang otot.

f. Pengaruh Kompres Hangat

Efek dari kompres hangat adalah untuk meningkatkan aliran darah ke bagian yang terinjuri, melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran daerah di dalam jaringan tersebut. Pada otot, panas memiliki efek menurunkan ketegangan, meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 didalam darah akan meningkat sedangkan PH darah akan mengalami penurunan.

(22)

g. Area-area Kompres Hangat

Kompres hangat dapat dilakukan pada bagian tuhun mana saja sperti dahi, punggung, dada, axilla atau lipat paha. Menurut Crowin (2002) dalam Ayu (2015), menyebutkan bahwa pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

h. Indikasi Kompres Hangat

1) Klien hipertermi (suhu tubuh yang tinggi). 2) Klien dengan perut kembung.

3) Klien yang mempunyai penyakit peradangan, seperti radang persendian.

4) Sepasme otot. 5) adanya abses. 6) hematoma. i. Kontra Indikasi

1) Trauma 12-24 jam pertama 2) Perdarahan/edema

(23)

j. Prinsip Pemberian Kompres Hangat

Pemberian kompres hangat pada aksila sebagai daerah dengan letak pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh.sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat (Potter dan Perri, 2005).

Kompres air hangat sangat dianjurkan untuk mengatasi demam. Tindakan ini bermanfaat untuk melebarkan pembuluh darah dan mempercepat pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan, serta menurunkan suhu tubuh pada bagian perifer. Intervensi pemberian kompres hangat dalam menangani demam dapat dilakukan pada beberapa area permukaan tubuh yaitu di daerah temporal/frontal (dahi), axilla (ketiak), servikal (leher), dan inguinal (lipatan paha)

(stikes.wdh.ac.id dperoleh pada tanggal 17 juli 2018). k. Pemberian Kompres Hangat

(24)

Kemudian, setelah dilaukan tindakan kompres hangat, ukur kembali suhu tubuh untuk mengetahuai apakah terdapat penurunan suhu tubuh pada anak.

l. Prosedur Pemberian Kompres Hangat 1) Tahap pra interaksi

a) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada, b) Mencuci tangan,

c) Menyiapkan alat yang dibutuhkan. 2) Tahap Orientasi

a) Berikansalam, perkenalkan diri, dan identifikasi pasien dengan memeriksa identitas pasien secara cermat,

b) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada keluarga,

3) Tahap Kerja

a) Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai, b) Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur,

c) Ukur dan catat suhu tubuh anak sebelum dilakukan tindakan kompres air hangat pada lembar observasi

d) Letakan perlak diatas tempat tidur tidurkan anak diatasnya, e) Atur posisi pasien sehingga merasakan aman dan nyaman,

(25)

g) Celupkan walsap atau kain dalam air hangat, peras hingga waslap lembab,

h) Letakan waslap pada axilla selama 30 detik ulangi sampai 10 menit , kemudian kompres pada bagian lipat paha selama 30 detik ulangi sampai 5 menit,

i) Hentikan prosedur sesuai waktu yang telah ditentukan, atau apabila terdapat tanda iritasi pada kulit sebelum batas waktu yang ditentukan,

j) Ukur kembali suhu setelah dilakukan tindakan kompres air hangat selesai dilakukan kemudian catat pada lembar observasi

k) Pakainkan anak baju yang tipis dan mudah menyerap keringat, l) Rapikan pasien ke posisi semula,

m) Beri tahu bahwa tindakan sudah selesai. 4) Tahap Terminasi

a) Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan lepas sarung tangan, b) Kaji respon pasien (respon subjektif dan objektif),

c) Berikan reinforce

d) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan ment positif pada pasien,

(26)

Hasil penelitian Fatmawati Mohamad (2012) dengan judul perbedaan efektifitas kompres hangat dalam menurunkan demam pada pasien tifoid abdominalis di RSUD Prof. Dr. H. Aloe Saboe Kota Gorontalo tahun 2012 mendapatkan hasil p<0,05 yang menunjukan tindakan kompres air hangat efektif dalam menurunkan demam pada anak dengan penurunan mencapai 1°C.

Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Ramdani (2014) dengan judul perbandingan efektifitas kompres hangat dan kompres plester dalam menurunkan suhu tubuh pada bayi umur 0-1 tahun yang mengalami demam di Puskesmas Bergas Semarang tahun 2014 menunjukkan rata-rata penurunan kompres air hangat sebesar 1,06°C, sedangkan kompres plester sebesar 0,64°C. Hal ini menunjukan kompres air hangat lebih efektif dibandingkan kompres plester.

Hasil penelitian Djuwariyah (2010), di Ruang Kanthil Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas diketahui bahwa rata-rata penurunan suhu tubuh sebelum diberikan kompres air hangat adalah 38,39 terjadi penurunan setelah diberikan kompres air hangat yaitu menjadi 37,68 (dengan selisih sebesar 0,71).

m. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Demam Tifod 1. Pengetahuan ibu

(27)

n. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah formulasi atau simplikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh karena itu kerangka konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain. Dengan adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita untuk menganalisis hasil penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Demam Tifoid : 1. Pengetahuan Ibu

Referensi

Dokumen terkait

Pelengkap I badah Wajib; dinamakan w ajib karena ada yang sunnah Dari Ibnu Umar rodhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: Rasulullah bersabda: Perintah yang pertama kali

pertumbuhan pasar hipotek (surat gadai) rumah Islam di Negara non Muslim. Adapun tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

Pada IKM keramik putaran mesin yang digunakan sekitar 40 rpm sampai 60 rpm. Sedangkan pada penelitian ini, putaran mesin dapat diatur dengan menggunakan inverter

Untuk tujuan ini, baik Fakultas maupun Sekolah menyediakan sumber daya akademik maupuan sumber daya pendukung akademik (laboratorium, studio, perpustakaan), bukan

Membentuk Tim Percepatan Pengembangan Kawasan Teknopolitan Provinsi Lampung di lahan BPPT Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016 dengan susunan personalia

[r]

Faktor pendorong migran ulang-alik meninggalkan daerah asal sebagian besar disebabkan karena sulit mencari pekerjaan di luar sektor pertanian di desa yaitu sebanyak

Kedudukan Dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Perumusan Isu Strategis Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan eksternal Perumusan Tujuan, Sasaran, Strategi,