A.Latar Belakang
Tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular bersamaan dengan pemeriksaaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode langsung, metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer, dan yang kedua metode tak langsung, metode yang menggunakan sfigmomanometer (Hidayat & Uliya, 2012).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu faktor umur, jenis kelamin, genetik, nutrisi, obesitas, olah raga, stres, merokok dan kualitas tidur (Susilo & Wulandari, 2011). Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah, tidur merupakan suatu fenomena dasar yang penting bagi kehidupan, kurang lebih sepertiga dari kehidupan manusia dijalankan dengan tidur. Tidur merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (Natural Healing Mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Noviani, 2011).
mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pantas (Khasanah, 2012).
Perubahan kualitas tidur dialami oleh pekerja salah satunya adalah perawat. Perawat adalah mereka yang dipersiapkan untuk mengerjakan tugas mulia dan penting untuk menyelamatkan umat manusia, fisik, dan mentalnya. Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk mengatakan aktivitas perawat dalam praktek, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara profesional sesuai dengan kode etik profesional. Pada peran ini perawat diharapkan mampu memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, atau, masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dalam masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks. Perawat juga bertugas untuk memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien (Handayani, 2008)
Kekurangan tidur terjadi ketika durasi tidur berkurang. Manusia umumnya tidur selama 8 jam dalam 24 jam. Pekerja shift mengalami kehilangan waktu tidur kurang lebih 7 jam dalam 24 jam. Meski kerja shift
dengan ritme sirkardian (circardian rhytms) dari siang ke malam. Hasilnya mungkin menjadi masalah besar dari perubahan kualitas tidur, kesehatan dan fungsi sosial dan emosional (Thurston, 2010).
Survei Tepas et.al. (2005) menunjukkan bahwa tenaga kerja shift malam kurang tidur, shift sore banyak tidur dan shift pagi lama tidurnya yaitu antara
shift malam dan shift sore. Demikian pula survey Smith et.al (1982) dalam Wijayanti (2014) menunjukkan bahwa shift malam paling menonjol berpengaruh terhadap kualitas, time, dan periode tidur. Dampak kerja shift
khususnya shift malam akan menyebabkan perubahan pada kualitas tidur perawat diantaranya perubahan jam tidur yang biasanya tidur di malam hari menjadi tidur di siang hari (napping) yang berdampak pada sering terbangun atau terjaga dari tidur, waktu dan kedalaman tidur berkurang, kekurangan total jam tidur dalam 24 jam, dan timbulnya kelelahan yang berakibat terjadinya penurunan kewaspadaan dalam bekerja (Wahyuni, 2013).
usia dan kondisi kesehatan. Kurang tidur yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikis. Dari segi fisik, kurang tidur akan menyebabkan muka pucat, mata sembab, badan lemas dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Sedangkan dari segi psikis, kurang tidur akan menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lamban menghadapi rangsangan dan sulit berkonsentrasi (Endang, 2007 dalam Komalasari, 2012).
Wendy et.al (2010) menyatakan bahwa gangguan tidur secara terus menerus akan mengakibatkan perubahan fisiologis tubuh berupa ketidakseimbangan homeostasis tubuh. Jika hal tersebut terjadi, maka system saraf simpatis akan diaktifkan oleh hipotalamus sebagai efek dari ketidakseimbangan homeostasis. Sistem saraf simpatis yang aktif, akan megakibatkan peningkatan tahanan perifer dan peningkatan curah jantung yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kualitas tidur buruk akan mengalami perubahan tekanan darah.
Berdasarkan hasil penelitian Magfirah (2016) tentang hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada mahasiswi program studi S1 fisioterapi angkatan 2013 dan 2014 di Universitas Hasanuddin, didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tekanan darah sistolik antara kualitas tidur baik dengan kualitas tidur buruk berdasarkan hasil uji Mann-whitney
p=0,001. Terdapat pula hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dengan hasil analisis Chi-square p=0,001. Berdasarkan hasil penelitian Tavasoli (2015) tentang Correlation Between Sleep Quality and Blood Pressure Changes in Iranian Children, didapatkan hasil penelitian ada hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada anak-anak di Iran.
Perawat merupakan orang yang paling sering berhubungan dengan pasien dan paling beresiko untuk terkena keluhan kesehatan. Perawat disamping itu juga mengalami perubahan kualitas tidur, setelah menjalankan sistem kerja
shift yang memperbesar kemungkinan untuk mengalami keluhan kesehatan (Ayas, 2014). World Health Organization (WHO), menyebutkan bahwa pada tahun 2015 di negara berkembang kejadian hipertensi menempati 40% dan di negara maju kejadian hipertensi menempati 35%. Pada tahun 2007 angka kejadian hipertensi di Indonesia menurun 31,7%, namun di tahun 2013 meningkat kembali menjadi 25,8%. Pada tahun 2015 di Jawa Tengah kejadian hipertensi mencapai 148.254 kasus yang menempati urutan pertama dari kasus penyakit tidak menular yaitu sebesar 53,06% (Riskesdas, 2015). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas menunjukkan angka kejadian hipertensi pada tahun 2015 sebesar 1,5% dari total penduduk. Pada Januari sampai Oktober 2015 kejadian hipertensi di Kabupaten Banyumas menempati urutan pertama sebesar 37.693 kasus (Dinkes Banyumas, 2015).
Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2016 sebanyak 145 perawat dengan jumlah perawat yang di Kelas III total ada 57 perawat. Hasil wawancara menggunakan kuesioner terhadap 10 orang perawat yang sift malam didapatkan 80% perawat mengalami kualitas tidur buruk dan 20% kualitas tidur baik. Saat dilakukan pengukuran tekanan darah didapatkan 60% perawat memiliki tekanan darah tinggi dan 40% tekanan darah normal.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah perawat kelas III di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga
Tahun 2017”.
B.Rumusan Masalah
hipotalamus sebagai efek dari ketidakseimbangan homeostasis. Sistem saraf simpatis yang aktif, akan megakibatkan peningkatan tahanan perifer dan peningkatan curah jantung yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kualitas tidur buruk akan mengalami perubahan tekanan darah
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Bagaimanakah hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah perawat kelas III di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2017?”
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah perawat kelas III di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2017. 2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik perawat kelas III di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2017
b. Mengidentifikasi kualitas tidur perawat kelas III di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2017.
c. Mengidentifikasi tekanan darah perawat kelas III di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang akan digunakan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada perawat, dimana kualitas yang buruk akan dapat mempengaruhi proses homeostatis tubuh yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah.
2. Manfaat praktis a. Bagi Peneliti
Diharapkan dengan melakukan penelitian dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu tentang kesehatan. Peneliti mendapatkan pengalaman nyata dalam mencari literatur ilmiah, menyusun karya ilmiah, melakukan pengambilan data, menganalisis data dan melakukan pembahasan mengenai hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada perawat
b. Bagi Tempat Penelitian
c. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya tentang kualitas tidur dan tekanan darah pada perawat.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadiakn dasar bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian tentang peningkatan tekanan darah pada perawat dan faktor yang dapat mempengaruhinya seperti beban kerja perawat.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama
(tahun) Judul Metode penelitian
Hasil penelitian Persamaan dan Perbedaan Imawan
(2015)
Hubungan antara kualitas
tidur dengan
tekanan darah
pada pekerja
pabrik dengan
sistem rotasi
shift
Penelitian ini
menggunakan desain penelitian
observasional
analitik dengan
pendekatan cross
sectional. Jumlah responden penelitian sebanyak 51 sampel pekerja pabrik dipilih dengan menggunakan
teknik purposive
sampling. Data
dianalisis dengan
menggunakan uji
korelatif Spearman.
Hasil penelitian
menunjukkan jumlah
sampel terbesar
adalah sampel pria yaitu 26 sampel dan
kelompok usia
terbesar 19-22 tahun.
Kualitas tidur
tebanyak adalah
kualitas tidur buruk.
Hasil penelitian
didapatkan bahwa
tidak
terdapat korelasi
antara kualitas tidur dengan tekanan darah sistolik p=0,739 dan
diastolik p=0,802
(p>0,05) pada pekerja dengan sistem rotasi shift.
Perbedaan
penelitian ini
dengan penelitian
sebelumnya adalah terletak pada desain
penelitian, jumlah
sampel dan teknik
analisa data.
Sedangkan persamaannya terletak pada jenis
pendekatan dan
teknik pengambilan sampel.
Rahmaning sih (2015)
Perbedaan
tekanan darah
antara shift pagi, sore dan malam
pada perawat
Penelitian ini
menggunakan metode observasional analitik
dengan pendekatan
cross sectional.
Ada perbedaan
tekanan darah yang signifikan (p value =
0,026) antara shift
pagi, sore dan malam
Perbedaan
penelitian ini
dengan penelitian
Nama
(tahun) Judul Metode penelitian
Hasil penelitian Persamaan dan Perbedaan rawat inap di
RSUD Banyudono
Populasi dalam
penelitian yaitu
seluruh perawat rawat
inap di RSUD
Banyudono yang
berjumlah 38 orang
perawat. Teknik
pengambilan sampel
menggunakan total
sampling. Uji statistik
dengan taraf
signifikansi (α=0,05)
menggunakan Kruskal Wallis
pada perawat rawat
inap di RSUD
Banyudono.
penelitian, jumlah
sampel, teknik
pengambilan sampel dan teknik
analisa data.
Sedangkan persamaannya terletak pada jenis pendekatan.
Lumantow (2016)
Hubungan
kualitas tidur
dengan tekanan
darah pada
remaja di Desa Tombasian
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian
observasional
analitik dengan
pendekatan cross
sectional, dimana
pengumpulan data
variabel independen dan
dependen dilakukan secara bersama-sama.
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh remaja yaitu
80 orang dengan
kategori usia 13-18
tahun. Teknik
pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh/total sampling.
Hasil uji statistik Chi-Square test dengan tingkat kemaknaan 95
% (α = 0,05)
disajikan dalam tabel 3x2 diperoleh nilai p = 0,000 yakni lebih
kecil dibandingkan α
(0,05) dengan Ho
ditolak dan Ha
diterima, yaitu
terdapat hubungan
kualitas tidur dengan tekanan darah pada remaja.
Perbedaan
penelitian ini
dengan penelitian
sebelumnya adalah terletak pada desain
penelitian, jumlah
sampel, teknik
pengambilan sampel dan teknik
analisa data.
Sedangkan persamaannya terletak pada jenis pendekatan.
Tavasoli (2015)
Correlation Between Sleep
Quality and
Blood Pressure
Changes in
Iranian Children
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian
observasional analitik. Delapan puluh enam pasien berusia 5-15 tahun
sejarah infeksi
saluran kemih
dimasukkan dalam
studi ini. Mereka
menjalani 24 jam BP
pemantauan. Selain
itu, mengisi kuesioner
Setelah tidak
termasuk duplikat
kasus dan
orang-orang dengan data yang cukup, 76 anak
masuk ke dalam
studi. Secara
keseluruhan kualitas
tidur adalah baik
dalam 48 dan buruk dalam 28 orang anak. Rata-rata diastolik BP beban (P = 0,019), diastolik beban waktu
Perbedaan
penelitian ini
dengan penelitian
sebelumnya adalah terletak pada desain
penelitian, jumlah
sampel, teknik
pengambilan sampel dan teknik
analisa data.
Nama
(tahun) Judul Metode penelitian
Hasil penelitian Persamaan dan Perbedaan Pittsburg dan data
dibandingkan dengan BP catatan
berarti waktu tidur sistolik (P = 0.022),
negara bebas-Biduk
(P = 0.009) Statistik
berbeda antara
kelompok-kelompok.
Dengan membagi
anak-anak menjadi
dua kelompok
kualitas tidur baik dan
buruk, parameter
tekanan darah itu
tidak berbeda. Selain itu, ada tidak ada korelasi antara BP klasifikasi dan latensi tidur, durasi tidur,
tidur efisiensi,
gangguan tidur,
disfungsi hari karena kantuk, dan secara
keseluruhan skor
kualitas tidur
Calhoun (2010)
Sleep Quality
and Blood
Pressure
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian
observasional
analitik dengan
pendekatan cross
sectional,
Studi observasional
menunjukkan korelasi
yang kuat antara
tingkat keparahan
apnea tidur obstruktif (OSA) dan tingkat keparahan hipertensi,
sedangkan studi
prospektif pasien
dengan OSA
menunjukkan
hubungan positif
antara OSA dan risiko
kejadian hipertensi.
percobaan intervensi
dengan continuous
positive airway
pressure (CPAP)
menunjukkan efek
sederhana, tetapi
tidak konsisten pada
BP pada pasien
dengan OSA berat
dan kemungkinan
lebih besar manfaat pada pasien dengan sebagian CPAP
Perbedaan
penelitian ini
dengan penelitian
sebelumnya adalah terletak pada desain
penelitian, jumlah
sampel, teknik
pengambilan sampel dan teknik
analisa data.