BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan salah satu bagian dari 18 nilai karakter Bangsa yang terkandung dalam pendidikan karakter yang di dalamnya terkandung pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral. Di SD Muhammadiyah Cipete siswa masih kurang melibatkan dirinya dalam proses pembelajaran berakibat pada kurangnya rasa ingin tahu siswa yang akan berdampak pada kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.
89-90) bagi peserta didik yang belajar dengan strategi pembelajaran kontekstual, menguasai materi pelajaran yang diberikan guru di kelas saja tidak cukup. Secara alamiah peserta didik akan terus mencari tahu, apa dan bagaimana materi tersebut berhubungan dan dapat digunakan sebagai pemecah masalah. Memang banyak ide maupun gagasan yang muncul, tetapi dalam prakteknya tidak sedikit peserta didik yang gagal dan harus mencari ide lain untuk menghubungkan dan menggunakan materi yang telah dikuasai tersebut sebagai problem solver. Kegagalan demi kegagalan tidak akan menyurutkan peserta didik untuk memecahkan masalah, karena peserta didik akan terus berusaha mencari cara lain yang dapat ditempuh. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran kontekstual mampu menanamkan nilai karakter, khususnya menumbuhkan rasa ingin tahu.
Tabel 2.1. Indikator Rasa Ingin Tahu
NILAI INDIKATOR
4-6
Rasa ingin tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran.
Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi.
Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru didengar.
Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi di luar yang dibahas di kelas.
Sumber : Hasan, 2010 : 34
Berdasarkan berbagai uraian tentang rasa ingin tahu maka dapat disimpulkan bahwa sikap rasa ingin tahu perlu ditanamkan kepada siswa. Pembiasaan dapat dilakukan dengan memulai bertanya kepada guru jika ada materi yang belum dipahami, berdiskusi dengan siswa lain terkait materi pelajaran dan senantiasa mempelajari hal-hal yang baru untuk memperdalam ilmu pengetahuannya.
2. Prestasi Belajar
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.
Howard L. Kingskey dalam Djamarah (2008 : 13) mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed trough practice or training. Belajar adalah
proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Cronbach dalam Djamarah (2008: 13) berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar suatu Aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan
lingkungan di mana siswa dapat melakukan explorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Teori belajar Bruner dapat digolongkan menjadi 3 yaitu (a) enactive, seperti belajar naik sepeda yang harus didahului dengan bermacam keterampilan motorik; (b) iconic, seperti mengenal jalan yang menuju ke pasar mengingat dimana bukunya yang penting diletakkan; (c) symbolic, seperti menggunakan kata-kata menggunakan formula. Jadi dapat disimpulkan, belajar merupakan kegiatan sadar secara jasmani dan rohani oleh seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang dibuktikan dengan adanya perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
a. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (2010 : 27-28) yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap siswa secara individual. Prinsip-prinsip dalam belajar diantaranya:
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
c) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.
d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2) Sesuai hakikat belajar
a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.
b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.
c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan.
3) Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari
a) Balajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memililki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.
4) Syarat keberhasilan belajar
a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.
b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.
b. Prestasi Belajar
Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukkan watak peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.
Prestasi belajar menurut Arifin (2013 : 12-13) merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentan kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa menurut Syah (2011 : 216) adalah mengetahui garis-garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur
Prestasi belajar (achievement) menurut Arifin (2013 : 12-13) mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain :
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) pada peserta didik.
3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Tujuan IPA
IPA mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Secara khusus tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi menurut Depdiknas (2013 : 2) dalam Trianto (2010 : 138) adalah sebagai berikut:
1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2) Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.
3) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi.
4) Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
b. Ruang lingkup Pembelajaran IPA di SD
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat sekolah dasar diharapkan ada penekanan pembelajaran yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,
padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
c. Materi IPA
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya. Kompetensi Dasar : 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang
dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
Indikator :
- Siklus I Pertemuan 1
5.2.1 Pesawat sederhana jenis pengungkit atau tuas dan kegunaannya
- Siklus I Pertemuan 2
5.2.2 Pesawat sederhana jenis bidang miring dan kegunaannya - Siklus II Pertemuan 1
1) Pesawat sederhana
Pesawat adalah alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia. Pesawat ada yang rumit dan ada yang sederhana. Pesawat rumit tersusun atas pesawat-pesawat sederhana. Pada prinsipnya, pesawat sederhana terbagi menjadi empat macam, yaitu pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda berporos.
2) Jenis-jenis pesawat sederhana a) Pengungkit atau Tuas
(1) Pengungkit Golongan I
Tuas golongan pertama, kedudukan titik tumpu terletak di antara beban dan kuasa. Contoh tuas golongan pertama ini di antaranya adalah gunting, linggis, jungkat-jungkit, palu, dan linggis.
(2) Pengungkit Golongan II
Pada tuas golongan kedua, kedudukan beban terletak di
antara titik tumpu dan kuasa. Contoh tuas golongan
kedua ini diantaranya adalah gerobak beroda satu, alat
pemotong kertas, dan alat pemecah kemiri, pembuka
tutup botol.
(3) Pengungkit Golongan III
Pada tuas golongan ketiga, kedudukan kuasa terletak di
antara titik tumpu dan beban. Contoh tuas golongan
b) Bidang Miring
Bidang miring dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk menaikan benda yang berat dari tempat rendah ke lebih tinggi. Tujuan menggunakan bidang miring adalah untuk mengurangi tenaga yang dibutuhkan untuk memindahkan benda tersebut. Bidang miring juga memiliki kelemahan, yaitu jarak yang di tempuh untuk memindahkan benda menjadi lebih jauh. Prinsip kerja bidang miring dapat ditemukan temukan pada beberapa perkakas, contohnya kapak, pisau, pahat, obeng, dan sekrup. Berbeda dengan bidang miring lainnya, pada perkakas yang bergerak adalah alatnya.
c) Katrol
Ada beberapa jenis katrol sebagai berikut.
(1) Katrol tetap : katrol yang tidak berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda.
(2) Katrol bebas : katrol yang berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda.
(3) Katrol rangkap : katrol yang terdiri dari lebih dari satu katrol yang disusun berjajar.
d) Roda Berporos
Roda berporos merupakan salah satu jenis pesawat sederhana yang banyak ditemukan pada alat-alat seperti setir mobil, setir kapal, roda sepeda, roda kendaraan bermotor, dan gerinda.
4. Learning Cycle 7E
Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Model pembelajaran Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis, pengetahuan dibangun dari pengetahuan siswa itu sendiri.
Learning Cycle menurut Ngalimun (2014 : 145) merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif
A Learning Cycle comes from the discipline itself; it represents science. If science is to be taught in a manner that leads students to construct knowledge, they must make a quest. The Learning Cycle leads students on that quest for knowledge. Renner and Marek (1988, p. 170) dalam Moyer (2007 : 23)
Menurut Warsono (2012 : 100-101) ada tahapan model Learning Cycle 7E adalah sebagai berikut :
a Engage (melibatkan), pokok pembelajaran bertumpu pada upaya bagaimana meningkatkan minat siswa sambil menilai pemahaman awal para siswa terhadap topik yang dibahas, misalnya melaui suatu kegiatan apersepsi. Fase ini siswa membuat hubungan antara pengalaman belajar masa lalunya dengan pengalaman belajarnya sekarang. Hal ini dapat dilaksanakan melalui suatu diskusi kelas. b. Explore (eksplorasi), pada tahap ini kegiatan pokok pembelajaran
adalah melibatkan siswa dalam pokok bahsan atau topik pembelajaran, memberikan kesempatan kepada mereka untuk membangun pemahaman sendiri. Pada tahap ini siswa terlibat secara langsung dengan fenomena yang diselidiki dan bahan-bahan kajian. Siswa bekerja sama dalam satu tim, lalu mengalami pengalaman bersama dengan saling berbagi dan berkomunikasi tentang esensi pokok pembelajaran.
c. Explain (menjelaskan), pada kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan apa yang telah dipelajarinya sejauh ini dan menjelaskan maksudnya.
e. Extend (memperluas), pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan barunya dan secara berkesinambungan melakukan explorasi dari implikasi ini. Pada tahap ini siswa mengembangkan konsep-konsep yang telah dipelajarinya, membuat jalinan dengan konsep terkait lainnya, kemudian mengaplikasikan pemahamannya ini dalam dunia nyata.
Tahapan selanjutnya dipaparkan oleh Paramita dkk, (2012) yaitu :
f. Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa), memperoleh informasi, guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Fase ini dimulai dengan pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan mengambil contoh mudah yang diketahui siswa seperti kejadian sehari-hari secara umum memang terjadi.
g. Elaborate (menerapkan), pengetahuan yang sudah dibangun oleh siswa dielaborasi dengan konsep awal siswa dan menyimpulkan konsep baru dengan pemahaman sendiri.
Langkah-langkah model pembelajaran Learning Cycle 7E dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Elecit
b. Engage
Kegiatan pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong kemampuan berpikirnya, dan membantu siswa meningkatkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. c. Explore
Tahap eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk belajar baik secara mandiri maupun secara berkelompok. Siswa melakukan kegiatan seperti percobaan, melakukan pengamatan, mengumpulkan data, sampai pada membuat kesimpulan dari percobaan yang dilakukan. Dalam kegiatan ini guru berperan sebagai fasilitator. d. Explain
Kegiatan pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan atau menyampaikan pendapat apa yang telah dipelajarinya dengan membuat ringkasan-ringkasan.
e. Elaboration
Dalam kegiatan elaborasi, guru mendorong siswa membaca, menuliskan atau menyampaikan hasil diskusi, mendengar pendapat, untuk lebih mendalami materi yang dipelajarinya.
f. Evaluate
g. Extend
Tahapan akhir ini, siswa dituntut untuk berpikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari.
Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar model Learning Cycle 7E berlangsung kontruktivis seperti yang dipaparkan Hudojo (2011) dalam Ngalimun (2014 : 152) adalah:
a. Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
b. Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan.
c. Terjadi transmisi sosial, yakni interaksi dan kerjasama individu dengan lingkungannya.
d. Tersedianya media pembelajaran
e. Kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.
Adapun kekurangan dan kelebihan menurut Soebagyo (2000) dalam Ngalimun (2014 : 150)
a. Kelebihan model pembelajaran Learning Cycle 7E
1) meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secar aktif dalm proses pembelajran
b. Kekurangan model pembelajaran Learning Cycle 7E
1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
2) menunut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
Cara untuk mengatasi kekurangan model pembelajaran Learning Cycle 7E yaitu, sebelum guru menerapkan model pembelajaran Learning
Cycle 7E guru hendaknya sudah mempelajari secara mendalam tentang
penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E. Guru berupaya mencari banyak informasi dari berbagai sumber terkait dengan model, karena penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 7E guru dituntut kreatif dan dapat mengelola pembelajaran dengan baik.
B. Penelitian Yang Relevan
Berbagai penelitian telah dilakukan kaitannya dengan penerapan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle Rachman dalam penelitian tentang “Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle 7e
Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI TITL 2 Smk N 2 Pengasih” menunjukkan hasil bahwa penerapan model pembelajaran
nilai ketuntasan siswa saat post test siklus I yaitu 77,42% dan post test siklus II 87,10% jadi peningkatan prestasi dari siklus I ke siklus II yaitu meningkat 9,68%. Selain itu, peningkatan juga dapat dilihat dari hasil perhitungan evaluasi proses pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran learning cycle 7E mengalami peningkatan dengan ditunjukkan oleh nilai rerata sebesar 78,11 pada siklus I dan 84,01 pada siklus II. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajarannya menggunakan learning cycle dapat meningkatkan kemampuan afektif dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran siklus belajar 7E memberikan pengaruh baik terhadap motivasi belajar siswa dan hasil belajar Fisika. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga memberikan dasar yang kuat pemilihan model Learning Cycle untuk diterapkan dalam PTK ini.
C. Kerangka Berpikir
Dari hasil observasi ditemukan masalah yang terjadi dalam pembelajaran IPA pada umumnya dan materi pesawat sederhana pada khususnya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan dalam latar belakang, diharapkan dengan penerapan model Learning Cycle 7E dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran di SD Muhammadiyah Cipete serta dapat meningkatkan rasa ingin tahu pada siswa dan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan selama 2 siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan.
Kerangka berpikir penelitian untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran melalui model Learning Cycle 7E. K.D 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat
Bagan 2.1. Gambar Kerangka Berpikir
Kondisi Awal.
Kondisi Akhir. Tindakan.
Sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan model Learning Cycle
7E
Rendahnya rasa ingin tahu dan prestasi belajar
siswa
Guru menerapkan model Learning Cycle 7E
Diduga melalui model Learning Cycle 7E dapat
meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar
siswa
Siklus I.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir penelitian yang telah disebutkan dapat dirumuskan hipotesis tindakan penelitian sebagai berikut : 1. Melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E, maka rasa
ingin tahu siswa SD Muhammadiyah Cipete dapat meningkat.