A. KANKER SERVIK
1. Pengertian
Kanker servik (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak
normal pada leher rahim (Nasir, 2008). Kanker servik adalah
pertumbuhan sel yang bersifat abnormal yang terjadi pada servik
uterus, yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antar
rahim (uterus) dengan liang senggama atau di kenal dengan leher
rahim (Andrijono, 2009). Kanker servik adalah penyakit akibat tumor
ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya
pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal disekitarnya (FKUI). Kanker merupakan salah satu penyakit
yang menyebabkan kematian terbesar pada abad ini. Pada tahun-tahun
ini tampak adanya peningkatan adanya kasus kanker karena
disebabkan oleh pola hidup diantaranya adalah seperti kebiasan
merokok, minum-minuman yang mengandung alkhohol, makanan
yang mengandung lemak jenuh, kehidupan sek bebas dan lain-lain.
Kanker merupakan suatu jenis penyakit yang di tandai dengan
pertumbuhan abnormal dan tidak terkendali dari sel-sel tubuh
(Hembing, 2005). Kanker servik sering terjadi pada usia reproduktif
servik menyerang pada usia dini yaitu 18 tahun.
Hal tersebut terjadi karena salah satu penyebab kanker servik
adalah telah melakukan hubungan seksual pada usia dini yaitu di
bawah 20 tahun sudah melakukan hubungan seksual. Adapun
diagnosis dapat ditemukan setelah hasil pap smear di sertai dengan
adanya displai, atau sel-sel atipik persisten, yang diikuti dengan hasil
biopsi yang mengidentifikasiadanya neoplasia intra epitel (CIN) atu
lesi intra epitel skuamosa tingkat tinggi (HGSIL). Istilah ini dignakan
dalam mengklasifikasi lesi servikal prmaligman. Infeksi HPV biasanya
menyulitkan kondisi ini. Temuan biopsi dapat juga mengidentifikasi
kanker insitu. Kanker servikal dapat dideteksi ketika pasien mengeluh
adanya rabas, perdarahan tidak teratur, atau perdarahan setelah
melakukan hubungan seksual, tetapi biasanya penyakit ini tidak
menimbulkan gejala. Rabas vagina pada kanker servik lanjut
meningkat secara bertahap dan menjadi lebih encer dan akhirnya
berwarna lebih gelap dan sangat berbau akibat nekrosis dan infeksi
tumor.
Perdarahan yang terjadi pada interval yang tidak teratur anatar
periode menstruasi (metroagia), atu setelah menopose, mungkin hanya
sedikit bercak darah (hanya cukup tampak pada celana dalam), dan
biasany terjadisetelah trauma ringan (seperti hubungan seksual, irigasi,
atau defekasi). Sejalan dengan berlajutnya penyakit, perdarahan dapat
signifikan dalam kanker servik. Tanda –tanda klinis penyakit termasuk
pertumbuhan besar, kemerahan atau crater yang mengalami ulserasi
cukup dalam sebelum pasien mengalami gejala. Dengan
berkembangnya kanker, jaringan diluar servik dapat terkena, termasuk
kelenjar limfe anterior ke sakrum. Pada sepertiga pasien dengan kanker
servikal invasif, penyakit ini juga menyerang fundus uteri. Saraf-saraf
region ini dapat terkena, yang menyebabkan nyeri tajam pada
punggung dan tungkai yang hilang hanya dengan analgesik opioid
dengan dosis besar. Tahap akhir jika penyakit ini tidak diobati ,
menyebabkan emasiasi ekstrim dan anemia, biasanya disertai dengan
demam akibat infeksi sekunder dan abses pada massa yang mengalami
ulserasi, dan pembentukan fistula.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel servik tidak diketahui
secara pasti , tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh
terhadap kejadian kanker servik di antaranya (Nurarif & kusuma,
2013):
a. HPV (human papilomavirus)Adalah virus penyebab kutil genetalis
(kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
b. Merokok tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi
kemampuana tubuh untuk melawan infeksi HPV pada servik.
d. Berganti-ganti pasangan seksual.
e. Suami / pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual
pertama pada usia dibawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan
pernah menikah dengan wanita dengan yang menderita kanker
servik.
f. Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk
mencegah keguguran ( banyak digunakan pada tahun 1940-1970).
g. Gangguan sistem kekebalan.
h. Pemakaian pil KB.
i. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
j. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap
smear secara rutin) Pap smear merupakan pemeriksaan yang
dilakukan untuk mendeteksi dini gejala prakanker servik.
Pemeriksaan ini di anjurkan oleh departement kesehatan
menganjurkan bahwa semua wanita yang telah berhubungan
seksual yang berusia 20-60 tahun harus melakukan pap smear.
3. Manifestasi Klinis (Nurarif & Kusuma, 2013)
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan
nekrosis jaringan.
b. Perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III).
c. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%).
d. Pedarahan spontan saat defekasi.
f. Anemi akibat perdarahan berulang.
g. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor keserabut saraf.
4. Departemen Kesehatan RI (2009), menyebutkan bahwa
Pencegahan Kanker Servik dapat dilakukan dengan :
a. Pencegahan yang utama adalah tidak berperilaku seksual beresiko
untuk terinfeksi HVP seperti tidak brganti-ganti pasangan seksual
dan tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini (kurang dari
18 tahun).
b. Menghindari fakrot resiko lain yang dapat memicu terjadinya
kanker seperti paparan asap rokok, dan meningkatkan daya tahan
tubuh dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan
banyak mengandung vitamin C, A dan asam folat.
c. Melakukan skrining atau penapisan untuk menentukan apakah
mereka telah terinfeksi HPV atau mengalami lesi prakanker yang
harus dilanjutkan dengan pengobatan yang sesuai bila ditemukan
lesi. Penapisan harus dilakukan karena kanker leher Rahim adalah
jenis kanker kedua yang paling sering trjadi prempuan diseluruh
dunia, juga termasuk diindonesia. Selain itu kanker leher Rahim
merupakan salah satu kanker yang dpat deketahui sejak dini
bahkan belum calon kanker pada keadaan lesi prankanker. Adapun
yang dianjurkan untuk melakukan penapisan adalah semua
perempuan yang telah melakukan hubungan seksual secara aktif,
melkukan penapisan 5 tahun sekali, dan bila memungkinkan 3
tahun sekali. Berikut beberapa tes penapisan untuk Kanker Leher
Rahim:
1) Tes HPV
Merupakan tes penapisan dengan menggunakan teknik
pemeriksaan molekuler, DNA yang sudah terkait dengan HPV
diuji dari sebuah contoh sel yang diambil dari leher rahi atau
ling senggama.
2) Tes Pap/Pap Smear
Merupakan pemeriksaan sitologis dari apusan sl-sel yang
diambil dari leher Rahim. Slide diperiksa oelh teknii sitology
atau dokter ahli yang mengindikasikan terjadinya inflamasi,
dysplasia atau kanker.
3) Tes IVA
Merupakan pemeriksaan inspeksi visual dengan mata telanjang
(tanpa pembesaran) seluruh permukaan leher Rahim dengan
bantuan asam asetat/cuka yang diencerkan. Pemeriksaan
dilakukan tidak dalam keadaan hamil maupun haid.
4) Servikografi
Merupakan kamera khusus digunakan untuk memfoto leher
Rahim. Film dicetak dan foto diinterpretasi oleh petugas
terlatih. Pemeriksaan ini terutama digunakan sebagai tambahan
sebagai metode panapisan primer.
5) Kolposkopi
Merupakan pemeriksaan visual bertenaga tinggi (pembesaran)
untuk melihat leher rahim, bagian luar dan kanal bagian leher
rahim. Biasanya disertai biopsy jaringan ikat yang tampak
abnormal. Terutama diunakan untuk mendiagnosa.
d. Melakukan vaksinasi HPV yang saat ini telah dikembangkan untuk
beberap tipe yaitu bivalea (tipe 16 dan 18) atau kuadrivalen (tipe 6,
11, 16 , 18). Namun kendala utama pelaksaan vaksin saat ini adalah
kendala biaya.
Dari beberapa tes diatas yaitu tes IVA atau Pap dapat dilakukan di
rumah sakit, puskesmas atau bidan/dokter atau jajaran kesehatan
lainya.
5. Evaluasi Diagnostik
Pentahapan klinis memperkirakan keparahan penyakit sehingga
pengobatan dapat di rencanakan lebih spesifik dan prognosis lebih
dapat diprediksi. Tanda dan gejala-gejala dapat dievaluasi, dan
rongten, pemeriksaan laboratorium, serta pemeriksaan spesifik seperti
biopsi punch dan kolposkopi dilakukan. Pemeriksaan lainya dapat
dilakukan untuk menetuka keluasan penyakit dan pengobatan yang
sesuai bergantung pada tahap tumor. Pemeriksaan ini termasuk dilatasi
dan kuretasi (D&C), pemindai CT, pencitraan resonan magnetik
barium (Smeltzer & Brenda, 2002).
6. Penatalalaksanaan (Smeltzer & Brenda, 2002)
Apabila lesi prekusor seperti lesi intra-epitel skuamosa tingkat
rendah (LGSIL) atau lesi intra epitel skuamosa tingkat tinggi (HGSIL)
ditemukan melaui koloskopi dan biopsi, pengangkatan nonbedah
konservatif memungkinkan untuk dilakukan. Kriotterapi (pembekuan
dengan oksida nitrat) atau terapi laser efektif untuk kondisi ini.
Konisasi (pengangkatan bagian yang berbentuk krucut dari servik)
dilakukan bila temuan biopsi menunjukan CIN atau HGSIL, yang
sebanding dengan displasiadan karsinoma in situ. CIN I dan II sesuai
dengan displasia ringan sampai sedang atau LGSIL (klasifikasi
betehsda). Adapun prosedur bedah yang mungkin dapat dilakukan
adalah:
a. Histerektomi total = pengangkatan iterus, servik, dan ovarium.
b. Histerktomi Radikal (Wertheim) = pengangkatan uterus, adneksa,
dan vagina proksimal dan nodus limfe bilateral melalui insisi
abdomen.
c. Histerektomi vaginal radikal (Scahuta) = pengangkatan vagina
uterus, adneska, dan vagina proksimal, (Catatan: “ Radikal”
menunjukan bahwa suatu area ekstensif paravaginal, paraservikal,
parametrial, dan uterosakralndiangkat bersama uterus).
d. Limfadenektomi pelvis bilateral = pengangkatan pembuluh dan
obstutator.
e. Ekstenterasi pelvis = pengangkatan organ-organ pelvis, termasuk
nodus limfe kandung kemih dan rektum serta konstruksi conduit
diversional, kolostomi, dan vagina.
f. Salpingo-oofarektomi (bilateral) = pengangkatan tuba fallopi dan
ovarium.
Tindak lanjut yang sering oleh ahli onkologi ginekologi sangat
penting untuk dilakukan, karena resiko kekambuhan kondisi
adalah 35% setelah pengobatan ka nker servik invasive. Radiasi
sering menjadi bagian pengobatan untuk mengurangi
kekambuhan penyakit dan dapat diberikan melalui penyinaran
eksternal atau melalui bakhiterapi (metode yang meletakan
sumber radiasi dekat dengan tumor).
g. Eksenterasi Pelvis = bebrapa pasien dengan kekambuhan kenker
servikal dipertimbangkan untuk menjalani eksetrasi pelvis,
dimana bagian besar isi pelvis diangkat. Edema tungkai unilateral,
skiatika, dan obstruksi uretal menunjukan kemungkinan
progersivitas penyakit. Pasien dengan gejala-gejala ini tidak
dipertimbangkan untuk menjalani prosedur bedah mayor.
Komplukasinya besar dan mencakup edema pulmoner, infark
miokardium, CVA, hemoragi, sepsis, obstruksi usu halus,
pembentukan fistula, obstruksi perkemihan akibat kondisi ileus,
B. TEMAN SEBAYA
1. Pengertian teman sebaya
Santrock (2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah
anak-anak atau remaja yang memiliki usia yang sama atau tingkat
kematangan yang sama. Biasa juga disebut peer group adalah
sekumpulan remaja yang sebaya yang punya hubungan erat dan saling
tergantung. Kesamaan yang ada pada kelompok teman sebaya
dilatarbelakangi dari factor usia/tingkat kedewasaan, sekolah, sosial,
ekonomi, aktivitas, bermain, minat, dsb. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa teman sebaya adalah hubungan individu pada
anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan
keakraban yang relaif besar dalam kelompoknya.
Teman sebaya salah satu motivasi dalam dalam pembentukan
identitas diri seorang remaja dalam melakukan sosialisasi, terutama
ketika remaja menjalin asrama dengan lawan jenis. Kadang teman
sebaya juga sebagai sumber informasi yang cukup berpengaruh dalam
pembentukan pengetahuan seksual dikalangan remaja.
Saat remaja pendekatan dengan teman sebaya sangat tinggi dengan
ikatan teman sepermainan menggantikan ikatan keluarga, mereka juga
merupakan sumber infeksi, simpati dan pengertian, Saling berbagi
pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi.
Maka tidak heran jika remaja mempunyai kecenderungan untuk
Hasil studi tentang remaja juga menunjukan yang positif tentang
teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian yang positif
(Santrock, 2007). Teman sebaya juga memberi pengaruh dan
memberikan fungsi-fungsi sosial dan psikologis yang penting bagi
remaja (Hartup dalam Desmita, 2009). Pada penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Maryatun, (2013) tentang “Peran teman Sebaya
Terhadap Perilaku sex Pra nikah Pada Remaja Di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta” tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan peran teman sebaya dengan perilaku seksual
pra nikah pada remaja. Hasil penelitian ini menunjukan adanya
hubungan bermakna antara teman sebaya dengan perilaku seksual pra
nikah yang berarti peran teman sebaya berpeluang melakukan perilaku
sexsual pra nikah lebih besar dari pada dengan responden yang tidak
mendapatkan pengaruh oleh teman sebaya. Itu artinya jika teman
sebaya mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan karakter
dan perilaku serta sikap dalam kehidupan sebaya tersebut. Melihat jika
tman sebaya dapat mempengaruhi, maka sudah seharusnya kita
manfaatkan peran teman sebaya dalam hal yang positif seperti dalam
penelitian kali ini dalam pengetahuan dan sikap tentang pencegahann
kanke servik. Kelly dan Hansen dalam Desmita (2009) menyebutkan
fungsi dari teman sebaya, yaitu:
a. Mengontrol impuls-impuls agresif, yaitu melalui interaksi dengan
pertentangan-pertentangan dengan cara-cara yang lain selain dengan tindakan
agresi langsung.
b. Memperoleh dorongan emosional dan sosial derta menjadi lebih
independen. Teman-teman dan kelompok teman sebaya
memberikan dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan
tanggung jawab baru mereka. Dorongan yang diperoleh remaja dari
teman-teman semaja mereka ini menyebabkan kekurangan
ketergantungan remaja pada dorongan keluarga mereka.
c. Menigkatkan ketrampilan sosial, mengembangkan kemampuan
penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan
dengn cara-cara yang lebih matang. Percakapan dan perdebatan
dengan teman sebaya akan membantu remaja untuk
mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan serta
mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah.
d. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran
berdasarkan jenis kelamin. Sikap-sikap seksual dan tingkah laku
peran jenis kelamin terutama dibentuk melalui interaksi dengan
teman-teman sebaya.
e. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Pergaulan dengan
kelompok teman sebaya akan membantu remaja untuk mencoba
mengambil keputusan atas diri mereka sendiri. Remaja
mengevaluasi nilai-nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki teman
f. Meningkatkan harga diri (self – estem)
Menurut Harter pengaruh utama terhadap harga diri adalah
dukungan social dari orangtua, teman sebaya, dan guru. Akan
tetapi pada umumnya, hal ini tidak akan mengimbangi evaluasi diri
yag rendah.
C. Pengetahuan
1. Pengertian
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2005), pengetahuan
merupakan pengembangan dari 3 tingkat renah perilaku yang artinya
adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya (mata,hidung,telinga,dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga),dan indera
penglihatan (mata).
Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Cheren, herlina dan franly (2013) tentang “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Siswi Tentang Pencegahan Kanker Servik Di SMA Negri 1 Manado “ bertujan untuk mengetahui perubahan pengetahuan siswi
terhadap pengetahuan serta sebagai upaya pencegahab tentang bahaya
ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
pengetahuan siswi tentang pencegahan kanker servik sebelum dan
sesudah mendapatkan pendidikan kesehatan. hal tersebut menunjukan
jika pengetahuan seseorang akan selalu berubah bila mendapat
penjelasan akan sesuatu yang baru maka seseorang yang belum
mengetahui akan menjadi bertambah pengetahuanya setelah mendapat
intervensi.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan
yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik
dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu “tahu” itu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
b. Memahami (Comperhension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, dan menyimpulkan terhadap objek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam
konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masi ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, dan mengelompokan.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formula dari formulasi-formulasi yang ada.
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi. Semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan (Nursalam, 2003).
Menurut Pondaag et. all (2013) dalam penelitianya mengatakan
bahwa pendidikan kesehatan yang dilakukan di SMA terhadap para
siswi tentang pengetahuannya akan kanker servik didapatkan hasil
terjadi peningkatan pengetahuan siswi akan kanker servik setelah
diberikan penkes. Itu artinya semakin banyak informasi yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan. hal itu juga mengisyaratkan jika pendidikan merupakan
faktor penting dalam kehidupan. Pendidikan dapat dilakukan
Menurut Batas et. all (2013) dalam penelitiannya “pengetahuan
dan sikap wanita mengenai kanker servik dan pap smear di RSU. Lehmana Lambean ” didapatkan hasil bahwa responden yang
berpendidikan SMA memiliki pengetahuan lebih baik akan kanker
servik dibandingan dengan responden yang berlatar belakang
pendidikan SD dan SMP. Hal ini berarti pendidikan merupakan
faktor penting dalam menentukan tingkat pengetahuan seseorang.
b. Informasi atau media masa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupum
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengethuan masyarakat
tentang inovasi baru.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Pondaag
et. all (2012) tentang pengetahuan siswi tentang kanker servik
menunjukan bahwa skor rata-rata pengetahuan sebelum pemberian
informasi adalah yang berpengetahuan Baik= 0%, pengetahuan
Cukup 79,0%, dan berpengetahuan Kurang 21,0% dan sesudah
dilakukan intervensi dengan pemberian informasi mengalami
Cukup 8,0% dan berpengetahuan Kurang= 0%. Hasil analisis lebih
lanjut didaptkan nilai p value = 0,000 yang berarti bahwa ada
perbedaan yang signifikan skor rata-rata pengetahuan sebelum dan
sesudah pemberian informasi
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun
tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga setatus ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Menurut Mardiana et. all (2013) dalam penelitannya
tentang ”Hubungan Mekanisme Koping dengan Kualitas hidup
penderita Kanker servik di RSUD Prof. dr Margono Soekarjo
Purwokerto” mengatakan bahwa kondisi sosial budaya dan
ekonomi dipengaruhi oleh pengetahuan penderita kanker servik
dalam menjalanai pengobatanya serta dalam copping masalah yang
efektif dalam menjalani hidup sebagai penderita kanker servik. Itu
artinya bahwa antara budaya dan keadaan sosial ekonomi
berpengaruh besardalam sifat setiap individu.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu,
baik lingungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan
berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam
individu yang berada dilingkungan tersebut.
Sulistianingsih (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
di dalam lingkungan pergaulan remaja terdapat beberapa
lingkungan seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat. Remaja yang tinggal bersama orang tua
maupun di kos - kosan tidak lepas dari interaksi dengan lingkungan
masyarakat. Lingkungan masyarakat yang mempengaruhi
pengetahuan dan sikap remaja contohnya pola kehidupan
masyarakat, teman bergaul, media massa.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu.
Menurut Sukamidinata (2007) bahwa pengalaman seorang
individu tentang berbagai hal diperoleh dari lingkungan kehidupan
dalam proses perkembangannya. Orang yang berpengalaman
mudah menerima informasi dari lingkungan sekitar sehingga
mengambil keputusan. Ayuningtyas (2012) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa pengalaman kerja memiliki pengaruh pada
jumlah pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Semakin lama
seseorang bekerja dalam bagian tertentu maka diharapkan akan
semakin bertambah pengalaman dalam mengerjakan pekerjaan
tersebut.
f. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah umur akan smakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperoleh semakin membaik.
Menurut Batas et. all (2013) dalam penelitiannya “pengetahuan
dan sikap wanita mengenai kanker servik dan pap smear di RSU. Lehmana Lambean ” menyatakan bahwa tingakat pengetahuan
seseoran lebih baik terbanyak pada usia >40tahun sedangkan
pengetahuan kurang baik pada usia <30 tahun. Hal ini disebabkan
karena beberapa faktor seperti pengalaman dan tingkat
pengetahuan. Semua itu terjadi karena adanya proses pendewasaan
dan perkembangan responden mulai dari pendidikan yang
diperolehnya serta pengalaman hidupnya dalam berinteraksi
4. Hubungan pengetahuan dengan perilaku
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas daripada
manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu
respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan. Blum (1986) menyatakan ada 4 faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan padamanusia yaitu genetik
(hereditas), lingkungan, pelayann kesehatan, dan perilaku
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) ada 3
faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun
kelompok sebagai berikut:
a. Faktor yang mempermudah (predisposing faktor) yang
mencangkup
pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain
yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.
b. Faktor pendukung (enabling faktor) antara lain umur, status sosial
ekonomi, pendidikan, dan sumber daya manusia.
c. Faktor pendorong (reinforcing faktor) yaitu faktor yang
memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan
adanya sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas
5. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subyek
penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur apat kita sesuaikan dengan tingkat tersebut
diatas (Notoatmodjo, 2005). Cara mengukur tingkat pengetahuan
dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan, kemudahan dilakukan
penilaian nilai 1 untuk jawabanbenardan nilai 0 untuk jawaban salah.
Kemudian digolongkan menjadi 4 katagori yaitu:
a. Baik, bila subyek menjawab dengan benar >75% - 100%.
b. Cukup baik, bila subyek mampu menjawab dengan benar >55% -
75% dari seluruh pertanyaan.
c. Kurang baik, bila subyek mampu menjawab dengan benar >40% -
55% dari seluruh pertanyaan.
d. Tidak baik, jika presentase jawaban <40% (Arikunto, 2006).
D. Sikap
1. Pengertian
Sikap evalusi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,
orang lain, subyek, atau issue (Azwar, 2003). Sikap adalah suatu
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu
perasaan tidak mendukung atau memihak (unfaforible) pada obyek
tersebut.
Nilai (value) dan opini (opinion) atau pendapat sangat erat
berkaitan dengan sikap, bahkan kedua konsep tersebut seringkali
digunakan dalam definisi-definisi mengenai sikap.Kadang-kadang
dijumpai pula pemakaian istilah sikap, nilai, dan opini yang disamakan
atau diperlukan artinya.
Notoatmodjo (2007) menggambarkan terjadinya sikap dan reaksi
tingkah laku manusia melalui suatu rangkaian proses tertentu, seperti
terlihat pada skema berikut:
Gambar 2.1 Skema proses terjadinya sikap dan reaksi tingkah
laku
Sikap tersebut sangat dipengaruhi oleh pengetahuan seorang akan
suatu hal yang terbarukan. Hal itu sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Batas et. all (2013) dalam penelitianya mengenai
pengetahuan dan sikap wanita mengenai kanker servik didapat hasil
penelitian bahwa tingkat pengetahuan sangat penting dalam
membentuk sikap dan perilaku. Rangka
stimulus
Proses stimulus
Reaksi tingkah laku (terbuka)
2. Komponen sikap
Azwar (2003), mengatakan struktur sikap terdiri atas 3 komponen
yang saling menunjang yaitu:
a. Komponen kognitif merupakan reprentasi apa yang dipercayai
oleh individu pemilik sikap. Komponen kognitif berisi
kepercayaan streotipe yang di miliki individu mengenai sesuatu
yang dapat disamakan penanganannya (opini) terutama apabila
menyangkut masalah issue atau problem yang kontroversial.
b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasa berakar paling
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah
mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan perasaan
yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
c. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan bererilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan
berisi kecenderungan untuk bertindak/ bereaksi terhadap sesuatu
dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan obyek yang
dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap
3. Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari bebagai tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2002):
a. Menerima (receiving)
Menerima di artikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap
karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan.
c. Menghargai (vauling)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga, misalnya
seseorang yang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudara, dsb)
untuk menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan
tentang gizi adalah suatu bukti bahwa ibu telah mempunyai sikap
positif terhadap gizi anak.
b. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun
4. Sifat Sikap
Menurut Heri Purwanto yang dikutip wawan dan dewi (2010), sikap
dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negative yaitu:
a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyayangi, mengharapkan obyek tertentu.
b. Sikap negatif terdapat kecenderungan adalah untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
5. Ciri – Ciri Sikap
Ciri – ciri sikap adalah (Heri Purwanto, 1998: 63):
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungannya dengan objeknya.
Sifat ini membedakannya dengan sifat motif – motif biogenis
seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
b. Sikap dapat berubah – ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan
sikap dapat berubah pada orang –orang bila terdapat keadaan –
keadaan dan syarat – syarat tertentu yang mempermudah sikap
pada orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
terntenu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
dipelajari atau berubah senatiasa berkenaan dengan suatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
e. Sikap mempunyai segi –segi motivasi dan segi – segi perasaan,
sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan – kecakapan
atau pengetahuan – pengetahuan yang dimiliki orang.
6. Fakto – Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor – factor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek
sikap lain (Azwar, 2005) antara lain:
a. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan pesan yang kuat. Karena itu, sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap dianggap
penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk beralifiasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting.
c. Pengaruuh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah
sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah telah
mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah
yang membri corak pengalaman individu – masyarakat asuhnya.
Dalam pemberitaan surat kabar atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya factual disampaikan secara objektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya
berpengaruh terhadap sikap konsumenya.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga
agama sangat menentukan system kepercayaan idaklah
mengherankan jika kalu pada giliranya konsep tersebut
mempengaruhhi sikap.
f. Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pertanyan yang
didassari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran
frustai atau bentuk mekanisme pertahanan ego.
7. Pengukuran Sikap
Salah satu aspek yang paling penting guna memahami sikap dan
perilaku adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran
(measuresment) sikap. Azwar (2003) menunjukan beberapa
karakteristik sikap yaitu:
a. Sikap mempunyai arah, sikap terpilah menjadi dua arah
kesetujuan yaitu setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau
tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap
mendukung dan memihak terhadap suatu obyek sikap berarti
memiliki sikap yang arahnya positif dan sebaliknya.
b. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap
terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahmya mungkin
tidak berbeda.
c. Sikap memiliki keluasan, kesetujuan atau ketidak setujuan
terhadap suatu obyek sikap dapat mengenai hanya aspek yang
sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup
banyak sekali aspek yang ada pada obyek sikap.
d. Sikap memiliki konsistensi, maksudnya kesesuaian anatara
pernyataan sikap yang di kemukakan dengan responnya terhadap
obyek sikap termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh
kesesuaian sikap antar waktu.
Beberapa metode pengungkapan sikap yang secara historik telah
dilakukan orang (Azwar, 2003):
a. Observasi perilaku
Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu dapat
dengan mempehatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan
salah satu indikator sikap individu. Perilaku yang kita amati dapat
menjadi indikator sikap dalam konteks situasional tertentu akan
tetapi interpretasi sikap harus sangat hati-hati apabila hanya
didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang di tampakan
b. Penanyaan Langsung
Sikap seseorang dapat diketahui dengan menanyakan langsung
(direct questioning) pada yang bersangkutan. Asumsi yang
mendasari metode penanyaan langsung guna pengungkapan sikap
pertama adalah asumsi bahwa individu orang yang paling tahu
mengenai dirinya sendiri dan yang kedua adalah asumsi
keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara
terbuaka apa yang dia rasakan.
Cara pengukuran ini mempunyai keterbatasan dan kelemahan
yang mendasar. Metode ini akan menghasilkan ukuran yang valid
hanya apabila apabila situasi dan kondisinya memungkinkan
kebebasan berpendapat tanpa tekanan psikologis maupun fisik.
c. Pengungkapan Langsung
Suatu versi pengungkapan langsung (direct assessement) secara
tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal
dengan menggunakan aitem ganda Azwar (2003).
Prosedur pengungkapan langsung dengan aitem tunggal sangat
sederhana. Responden meminta menjawab langsung pertanyaan
sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.
Penyajian dan pemberian responnya yang dilakukan lebih jujur bila
dia tidak menuliskan nama dan identitasnya. Variasi bentuk
pengungkapan dengan aitem tunggal adalah menggunakan kata
Problem utama dalam aitem tunggal adalah masalah relaibilitas
hasilnya. Aitem tunggal terlalu terbuka terhadap sumber error
pengukuran. Error yang terjadi dapat berkaitan dengan masalah
kalimat atau redaksional pertanyaannya yang mungkin kurang
jelas, mungkin dipahami secara salah, mungkin menggunakan
istilah teknis yang mempunyai arti khusus dan mungkin pula
mengandung istilah yang sensitive sehingga jawaban yang
diinginkan oleh individu tidak menggambarkan jawaban yang
seharusnya.
Salah satu pengungkapan langsung dengan menggunakan aitem
ganda adalah teknik deferensi semantik. Teknik defernsi semantik
dirancang untuk mengungkapkan efek atau perasaan yang
berkaitan dengan suatu obyek tertentu.
d. Skala sikap
Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang
hingga kini dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang
disebut dengan skala sikap.
Skala sikap berupa kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai
suatu obyek sikap. Dari respon subyek pada setiap pertanyaan ini
kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap
seseorang. Pada beberapa bentuk skala dapat pula diungkap
sikap adalah isi pertanyaan dapat berupa pertanyaan langsung yang
jelas tujuan ukurannya tetapi dapat pula berupa pertanyaan tidak
langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurannya bagi
responden.
Proses pengungkapan sikap merupakan proses yang rentan
terhadap berbagai kemungkinan error dikarenakan sikap itu sendiri
merupakan suatu kontrak hipotetik atau konsep psikologis yang
tidak mudah dirumuskan secara operasional. Oleh karena itu, untuk
mengurangi kemungkinan error pengukuran, skala sikap harus
dirancang secara hati-hati dengan sunggu-ungguh dan ditulis
dengan mengikuti kaidah-kaidah penyusunan skala yang berlaku.
e. Pengukuran terselabung
Metode pengukuran terselabung sebenarnya berorientasi
kembali ke metode observasi perilaku yang sudah dikemukakan
diatas, akan tetapi sebagai obyek pengamatan bukan lagi perilaku
yang tampak yang disadari atau sengaja dilakukan oleh seseorang
melainkan reaksi-reakasi fisiologis yang terjadi di luar kendali
orang yang bersangkutan.
Cara mengukur sikap (Hidayat, 2007) maka digunakan:
1) Pernyataan positif (favorable)
a) Sangat setuju
b) Setuju
2) Pernyataan negative (unfavorable)
a) Sangat setuju
b) Setuju
c) Tidak setuju
E. PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Pengertian
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan (Notoatmojo, 2003). Dari batasan diatas tersirat
unsur-unsur pendidikan yakni in put adalah sasaran pendidikan
(individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan),
proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain dan out put adalah melakukan apa yang diharapkan atau perilaku
(Corwin, 2000).
Pendidikan kesehatan sebagai bagian atau cabang dari ilmu
kesehatan, juga mempunyai dua sisi yakni sisi ilmu dan seni. Dari sisi
seni yakni praktisi atau aplikasi, pendidikan kesehatan merupakan
penunjang dari program-program kesehatan lain. Artinya setiap
program kesehatan misalnya pemberatasan penyakit, perbaikan gizi
pendidikan kesehatan atau sering disebut penyuluhan kesehatan
(Notoatmojo, 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Suagiarsi (2011) tentang “Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok Ibu PKK Dalam
Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Untuk Mencegah Penyakit
Kanker Servik“ bertujan untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan sikap dan perilaku masyarakatdalam
mencegah penyakit kanker di Desa Triyagan. Dalam hasil penelitian
ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
pengetahuan ibu-ibu PKK sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan tentang kanker servik dengan nilaip=0,0001.
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Berdasar batasan WHO (1954) tujuan pendidikan kesehatan adalah
untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak
sehat menjadi sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai
dengan prinsip kesehatan, maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan terhadap kesehatan (Susilo, 2011)
Meskipun menurut WHO secara garis besar tujuan dari pendidikan
kesehatan mengubah perilaku nbelum sehat menjadi perilaku sehat,
namun perilaku tersebut ternyata mencangkup hal yang luas, sehingga
18) membagi perilaku kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan
menjadi 3 macam :
a. Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai
di masyarakat.
b. Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya
sendiri maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok.
c. Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan yang ada secara teapat. Ada kalanya masyarakat
memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara berlebihan.
Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan sarana
kesehatan yang ada sebagaimana mestinya.
3. Sasaran
Sasaran pendidikan kesehatan di Indonesia, berdasarkan kepada
program pembangunan Indonesia adalah:
a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.
b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda,
remaja. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok
lembaga pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi,
sekolah agama swasta maupun negri.
4. Tahap – tahap kegiatan
Oleh karena mengubah perilaku seseorang tidak mudah, maka
kegiatan pendidikan kesehatan harus melalui tahap-tahap yang
hati-hati, secara ilmiah. Dalam hal ini Hanlon (1964) seperti dikutip Azwar
(1983) mengemukaan tahap-tahap ini yaitu:
a. Tahap Sensitasi / Promotif
Tahap dilakukan guna memberikan informasi dan kesadaran
pada masyarakat terhadap adanya hal-hal penting berkaitan
dengan kesehatan, misalnya: kesadaran akan adanya pelayanan
kesehatan, kesadaran akan adanya fasilitas kesehatan, kesadaran
akan adanya wabah penyakit, kesadaran akan adanya kegiatan
imunisasi. Kegiatan ini tidak memberikan peningkatan ata
penjelasan mengenai pengetahuan, tidak pula mengarah pada
perubahan, sikap, serta tdiak atau belum bermaksud agar
masyarakat mengubah pada perilaku tertenu. Bentuk kegiatan
adalah siaran radio berupa radio spot, poster, selebaran atau lainya
(Susilo, 2011).
b. Tahap Publisitas
Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitasi. Bentuk
kegiatan misalnya press release dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan untuk menjelaskan lebih lanjut jenis atau macam
pelayanan kesehatan, umpamamnya macam pelayanan pada
Puskesemas, Polindes, Postu atau lainya (Susilo, 2011).
c. Tahap Edukasi
Tahap ini adalah kelanjutan dari tahap sensitasi. Tujuannya
untuk meningkatkan pengetahuan, mengbah sikap serta
mengarahkan kepada perilaku yang diinginkan oleh kegiatan
tersebut. Dalam hal ini seperti penilian yang akan dilakukan oleh
peneliti yaitu kiranya bias merubah sikap dan pengetahuan siswi
akan bahaya dan pencegahan kanker servik.
d. Tahap Motivasi
Merupakan kelanjutan dari tahap edukasi. Perorangan atau
masyarakat setelah mengikuti pendidikan kesehatan, benar benar
mengubah perilaku sehari-harinya, sesuai dengan perilaku yang
dianjurkan oelh pendidikan kesehatan.
5. Metode Pengajaran Pendidikan Kesehatan.
a. Kelas
Metode pengajaran adalah alat dan cara dalam pelaksanaan
strategi belajar mengajar. Sedangkang strategi belajar mengajar
adalah pola umum perbuatan guru- siswa dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar (Susilo, 2011). Dasar pemilihan metode
dilakukan pengajar, keinginan dan harapan mahasiswa, materi
yang dibutuhkan dan sumber yang mendukung (Susilo, 2011).
Adapun metode yang sering digunakan dalam pendidikan
kesehatan yaitu ceramah, Tanya jawab, diskusi, kerja kelompok,
simulasi, demonstrasi, problem based learning, self directed
learning.
b. Klinik
Memahami tujuan pembelajaran klinik, menganalaisa cara
pengajar dalam memandu peserta didik, mensintesa lingkungan
yang sesuai untuk pembelajaran klinik, serta identifikasi
konsep-konsep yang digunakan untuk pembelajaran klinik. Adapun jenis
pembelajaran klinik yaitu eksperiensial, penyelesaian masalah,
koferensi, observasi, media, belajar mandiri dan prceptorship
(Susilo, 2011).
c. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan adalah semua sarana atau upaya
ntuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan
oleh penyuluh, baik melalui media cetak, elektronik dan media
luar ruang sehingga sasaran mendapat pengetahuan yang akhirnya
diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap
kesehatan (Notoajmodjo, 2003).
Menurut Susilo (2010), pendidikan kesehatan tak dapat lepas
dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut
sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya ke perilaku
yang positif. Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan
dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan antara lain:
1) Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
2) Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
3) Media dapat memperjelas informasi.
4) Media dapat mempermudah pengertian.
5) Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.
6) Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap
dengan mata.
7) Media dapat memperlancar komunikasi.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan,
Notoatmojo (2003) membagi media ini menjadi 3 yakni:
a. Media cetak
Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya
terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam
tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah booklet,
leaflet, flyer (selebaran), flipchart (lembar balik), rubric atau
tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang
mengngkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan
media cetak antara lain tahan lama, menyangkup banyak orang,
mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah
belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat
menstimuli efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis,
dapat dilihat dan didengar dan penyampaianya melalui alat
bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah
televise, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya
media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara
lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal
masyarakat, bertatap muka, mengikutsertakan seluruh panca
indra penyajianya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta
jangkauanya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah
biayanya lebih tinggi, sedikit rumit perlu listrik dan alat
canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan
selalu berkembang dan berubah, perlu ketrampilan
penyimpanan dan ketrampilan untuk mengoprasikanya.
c. Media Luar Ruang
Media menyampaikan pesanya diluar ruang, bias melali
media cetak maupun elektronik misalnya papan reklame,
spanduk, pameran, banner dan televise layar lebar. Kelebihan
dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik,
mengikutsertakan seluruh panca indra penyajian dapat
dikendalikan dan jangkauanya relative besar. Kelemahan dari
media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat
canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu
berkembang dan berubah, memerlukan ketrampilan
F. Kerangka Teori
Gambar 2.2 kerangka teori modifikasi menurut Nanda Nic-Noc, (2013),
Notoatmodjo (2007), Azwar, (2005), Santrock (2007).
G. Kerangka Konsep
Alur penelitian
H.
Hipotesis
Saryono (2011) mengatakan hipotesis penelitian sebagai terjemahan
dari tujuan penelitian ke dalam dugaan yang jelas. Berdasarkan uraian
teorisasi diatas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu “terdapat pengaruh
pendidik teman sebaya terhadap pengetahuan dan sikap siswi tentang