SKRIPSI
GAMBARAN PERILAKU SISWI DALAM PEMERIKSAAN
PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA PLUS SAFIYYATUL
AMALIYYAH
MEDAN TAHUN 2012
Oleh:
NIM 061000098 Masdiana Tanjung
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PERILAKU SISWI DALAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI
SMA PLUS SAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM : 061000098 MASDIANA TANJUNG
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul
GAMBARAN PERILAKU SISWI DALAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI
SMA PLUS SAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2012
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM : 061000098 MASDIANA TANJUNG
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim penguji Skripsi Pada Tanggal 06 Agustus 2012 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua penguji Penguji I
Dra. Syarifah, MS
NIP. 19611219 198708 2 0 NIP. 19590713 198703 1 001 Drs. Eddy Syahrial, MS
Penguji II Penguji III
dr. Taufik Ashar, MKM
NIP. 19780331 200312 1 001 NIP. 19721004 200003 2 001
Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc.,Phd.
Medan, 10 Agustus 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Dekan,
ABSTRAK
Gaya Hidup dan perkembangan zaman adalah faktor penting yang sangat memengaruhi remaja dalam terkena resiko kanker payudara. Kanker payudara dapat ditemukan pada stadium dini dengan cara deteksi dini yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). SADARI merupakan metode yang efektif dan efisien untuk menemukan kanker payudara pada stadium dini. Akan tetapi, teknik SADARI juga masih awam, karena kurangnya promosi dari pemerintah dan masih sedikitnya jumlah remaja yang rutin melakukan SADARI setiap bulan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku siswi yang meliputi gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap upaya pencegahan kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah .
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi SMA yang masih bersekolah di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan. Sampel berjumlah 45 orang, dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan pertanyaan ketika melakukan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang SADARI dikategorikan baik yaitu yaitu sebanyak 37 orang responden (84,45%), sikap responden dikategorikan baik sebanyak 41 orang responden (91,11%), dan tindakan responden terhadap SADARI dikategorikan baik yaitu sebanyak 34 orang responden (75,56%).
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan disarankan kepada dinas kesehatan kota Medan dan lembaga kesehatan anti kanker lainnya untuk intensitas pemberian informasi serta penyuluhan kepada para remaja untuk melakukan tindakan pencegahan bagi dini kanker payudara dengan cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
ABSTRACT
Lifestyle and the times are very important factor in influencing adolescents exposed to risk of breast cancer. Breast cancer can be found at an early stage by means of early detection of the breast self examination (BSE). BSE is an effective and efficient methods for finding breast cancer at an early stage. However, Breast self-exam techniques are not common, just the small number of teenagers who regularly perform breast self-exam every month.
This study aims to know the description of student behavior that includes an overview of knowledge, attitudes and actions toward the prevention of breast cancer with breast self-examination (BSE) in High School Plus Safiyyatul amaliyyah.
This type of study is a descriptive survey research with a quantitative approach. The population in this study were all high school female student. The number of samples amounted to 45 person, with a purposive sampling technique sampling. The data was collected using a questionnaire as a guide when interview questions.
The results showed that most respondents knowledge about BSE categorization that as many as 37 respondents (84.45%), the attitude of the respondents considered good by 41 respondents (91.11%), and measures against BSE categorization of respondents as many as 34 the respondents (75.56%).
Based on the results of the study suggested to Medan city health department and other anti-cancer health agencies to adding intensity for information and counseling to young people to take precautionary action for early breast cancer by breast self-examination (BSE).
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat kesehatan serta keselamatan, dan atas berkah dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Gambaran Perilaku Siswi Dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2012”.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak baik secara materi maupun dukungan moril. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
2. Drs. Tukiman, MKM selaku ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada
penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.
3. Dra. Syarifah, MS, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
4. Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikirannya dalaam membimbing
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. dr. Taufik Ashar, MKM, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.
6. Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc. Phd, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis.
7. Seluruh staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terima kasih
untuk pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis selama ini dan tidak
lupa kepada Bang Warsito yang selalu membantu penulis dalam hal
8. Dra. Jumirah, Apt. MKes , selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan petunjuk selama penulis
mengikuti perkuliahan di FKM USU.
9. Rudi Sumarto. S.Si selaku Kepala Sekolah SMA Plus YP.Safiyyatul Amaliyyah Medan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan
penelitian.
10.Orangtua Tercinta, Tiamas Harahap, Abang Tercinta Lahuddin, serta adik-adik tersayang Raja Akbar Hamonangan Tanjung dan Ainun Saadah,
11.Tulang Tersayang Anwar Sanusi Harahap dan Opung Tercinta, Sutan Amas Muda Harahap dan Mijah Sitorus terima kasih atas dukungan moril, materil serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis.
12. Sahabat terbaikku, Nanda Kesuma Lubis, terima kasih atas kebersamaan dan motivasinya, semoga tetap akan menjadi sahabat terbaik.
13. Teman-teman tersayang Lidya N Situngkir, Eli M Hutagaol, Beta Liana Nasution,Erika Junita Pasaribu, dan Intan Fauziah yang telah banyak memberikan dukungan serta semangat kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
14. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi
ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Amin
Medan, 08 Agustus 2012
Penulis
DAFTAR ISI 1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 10
1.3. Tujuan Penelitian ... 11
1.3.1. Tujuan Umum ... 11
1.3.2. Tujuan Khusus ... 11
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Perilaku ... 13
2.2 Perilaku Kesehatan ... 15
2.3 Teori Perubahan Perilaku ... 14
2.3.1. Teori Lw. Green ... 17
2.3.2. Teori WHO ... 19
2.3.3 Teori Snehandu B. Karr... 19
2.4. Faktor – faktor yang memengaruhi siswi dalam SADARI ... 20
2.5. Kanker Payudara... 24
2.5.1. Definisi Kanker Payudara... 24
2.5.2. Anatomi Payudara ... 25
2.5.3 Gejala Kanker ... 27
2.5.4 Stadium Kanker Payudara ... 29
2.5.5 Diagnosis Kanker Payudara... 31
2.6. Determinan Kanker Payudara ... 33
2.7. Pencegahan Kanker Payudara ... 36
2.8. Penatalaksanaan Medis ... 42
2.9. Ketahanan Hidup 5 tahun ... 44
2.10. Teknis Pelaksanaan SADARI ... 45
2.11. Kerangka Konsep ... 48
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 50
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 50
3.2.2. Waktu Penelitian ... 51
3.3.1. Populasi ... 51
3.3.2. Sampel ... 51
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 52
3.5. Definisi Operasional ... 52
3.6. Skala Pengukuran ... 54
3.7. Teknik Analisa Data ... 60
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum ... 61
4.1.1. Latar Belakang Pendirian YPSA Medan ... 61
4.1.2. Visi dan Misi... 62
4.1.3 Jenjang Pendidikan ... 63
4.1.3.1 Sekolah Mengengah Atas (SMA) Plus ... 63
4.1.4 Sarana dan Prasana YPSA ... 65
4.1.4 Struktur Organisasi ... 66
4.2. Faktor Predisposing ... 66
4.2.1. Pekerjaan Orang Tua ... 66
4.2.2. Penghasilan Orang Tua ... 67
4.2.3. Riwayat Keluarga ... 67
4.2.4. Pengetahuan Responden ... 68
4.2.5. Sikap Responden ... 75
4.2.7. Tindakan Responden ... 78
BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Faktor Predisposing ... 80
5.1.1 Pekerjaan Orang Tua ... 80
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Orang tua
Siswi SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah 2012……..……… 66 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang
Tua per Bulan Siswi SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah 2012...67 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat
Keluarga Menderita Kanker Payudara Siswi SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah 2012... 67 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Pengertian
kanker payudara... 68 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Gejala
Kanker Payudara... 68
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Faktor yang paling mempengaruhi seseorang terkena
kanker payudara... 69 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Upaya
Deteksi Dini Kanker Payudara yang cukup efektif dan mudah
Untuk dilakukan... 69 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Remaja
Dapat Terserang Kanker Payudara... 70 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab
Utama Seorang Remaja Dapat Terserang Kanker... 70 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Pengertian
SADARI... 71 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Usia Wanita
Dianjurkan untuk Melakukan SADARI... 71
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang waktu
untuk memulai melakukan SADARI ...71 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Biaya untuk
Melakukan SADARI... 72 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Intensitas
Melakukan SADARI... 72
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Teknis
Pelaksanaan SADARI... 73 Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden tentang Sumber Informasi
mengenai SADARI...73
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Media Informasi Responden Tentang Informasi mengenai kanker payudara dan SADARI (Televisi,
Radio, Majalah/Koran, Leaflet, Jejaring sosial/internet/BBM)...74 Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Kategori Pengetahuan
Tabel 4.18 Distribusi Sikap Responden Terhadap Bahaya Kanker Payudara
dan SADARI... 75 Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap Perilaku Siswi
dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA Plus
Safiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2012...77 Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Pelaksanaan
SADARI...78 Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Frekuensi
Melakukan SADARI... 78 Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Alasan
Melakukan SADARI………... 78 Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Tindakan Keluarga/Kerabat Responden yang
Telah Melakukan SADARI………... 79 Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Intensitas
Melakukan SADARI……… 79 Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Teknis
Melakukan SADARI dengan Benar………... 80 Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Teknis
Pelaksanaan SADARI………... 80 Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Perilaku
mengajak/mendorong teman untuk melakukan SADARI………. 81 Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Terhadap Perilaku
Siswi dalam Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di SMA
ABSTRAK
Gaya Hidup dan perkembangan zaman adalah faktor penting yang sangat memengaruhi remaja dalam terkena resiko kanker payudara. Kanker payudara dapat ditemukan pada stadium dini dengan cara deteksi dini yaitu pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). SADARI merupakan metode yang efektif dan efisien untuk menemukan kanker payudara pada stadium dini. Akan tetapi, teknik SADARI juga masih awam, karena kurangnya promosi dari pemerintah dan masih sedikitnya jumlah remaja yang rutin melakukan SADARI setiap bulan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku siswi yang meliputi gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap upaya pencegahan kanker payudara dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah .
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi SMA yang masih bersekolah di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan. Sampel berjumlah 45 orang, dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan pertanyaan ketika melakukan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang SADARI dikategorikan baik yaitu yaitu sebanyak 37 orang responden (84,45%), sikap responden dikategorikan baik sebanyak 41 orang responden (91,11%), dan tindakan responden terhadap SADARI dikategorikan baik yaitu sebanyak 34 orang responden (75,56%).
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan disarankan kepada dinas kesehatan kota Medan dan lembaga kesehatan anti kanker lainnya untuk intensitas pemberian informasi serta penyuluhan kepada para remaja untuk melakukan tindakan pencegahan bagi dini kanker payudara dengan cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
ABSTRACT
Lifestyle and the times are very important factor in influencing adolescents exposed to risk of breast cancer. Breast cancer can be found at an early stage by means of early detection of the breast self examination (BSE). BSE is an effective and efficient methods for finding breast cancer at an early stage. However, Breast self-exam techniques are not common, just the small number of teenagers who regularly perform breast self-exam every month.
This study aims to know the description of student behavior that includes an overview of knowledge, attitudes and actions toward the prevention of breast cancer with breast self-examination (BSE) in High School Plus Safiyyatul amaliyyah.
This type of study is a descriptive survey research with a quantitative approach. The population in this study were all high school female student. The number of samples amounted to 45 person, with a purposive sampling technique sampling. The data was collected using a questionnaire as a guide when interview questions.
The results showed that most respondents knowledge about BSE categorization that as many as 37 respondents (84.45%), the attitude of the respondents considered good by 41 respondents (91.11%), and measures against BSE categorization of respondents as many as 34 the respondents (75.56%).
Based on the results of the study suggested to Medan city health department and other anti-cancer health agencies to adding intensity for information and counseling to young people to take precautionary action for early breast cancer by breast self-examination (BSE).
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelaksanaan pembangunan nasional yang menimbulkan perubahan dari suatu
negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa
kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Hal tersebut dapat
dilihat dari terjadinya perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak
menular atau transisi epidemiologi dan adanya penurunan angka kematian dari
penyakit menular dan peningkatan kematian akibat penyakit tidak menular.
Kecenderungan transisi ini dipengaruhi oleh adanya perubahan gaya hidup yang
terjadi karena perkembangan pembangunan, industrialisasi, pertumbuhan ekonomi,
globalisasi, dan urbanisasi (DepKes RI, 2003)
Pada akhir abad 20 prevalensi penyakit menular mengalami penurunan,
sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Penyakit tidak
menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor
risiko yang sama (common underlying risk factor). Penyakit tidak menular mengalami peningkatan karena perubahan gaya hidup masyarakat seperti pola
konsumsi yang lebih mementingkan makanan berlemak, kurang serat, maupun yang
diproses seperti diawetkan, diasinkan, dan diasap (DepKes RI, 2003)..
Kanker adalah salah satu penyakit tidak menular yang bisa menyerang
jaringan dalam berbagai organ tubuh, termasuk organ reproduksi wanita yang terdiri
dari payudara, rahim, indung telur,dan vagina (Mardiana,2004).
mengalami peningkatan kejadian dengan cepat dan berdampak pula pada peningkatan
angka kematian dan kecacatan. Kanker merupakan salah satu penyakit degeneratif
yang ditakuti karena insidennya terus meningkat (Dewinta, 2005).
Kanker sebagai penyakit tidak menular merupakan salah satu penyebab
kematian yang cukup tinggi di negara-negara maju maupun negara-negara
berkembang. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2003 di dunia diperkirakan terdapat 1.334.100 kasus kanker dengan 556.500 orang meninggal
dengan Case Fatality Rate (CFR) 41,71%. Pada tahun 2004, insiden kanker di dunia 10 juta orang, dan 6 juta orang meninggal akibat kanker di seluruh dunia
(CFR=60%). Pada tahun 2005 di seluruh dunia, jumlah kematian akibat kanker 7,6
juta jiwa. Pada tahun 2005 di Eropa CFR kanker 66,65% (WHO).
Menurut Organisasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) 8-9% wanita akan
mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker
yang paling banyak ditemui pada wanita. Laporan WHO tahun 2005 jumlah
perempuan penderita kanker payudara mencapai 1.150.000 orang, 700.000
diantaranya tinggal di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penelitian Kanker
Internasional di Lyon Perancis juga mencatat lebih dari satu juta kasus terjadi di
seluruh dunia setiap tahunnya, dan mayoritas menyerang perempuan usia lanjut.
Berdasarkan data dari IARC (International Agency for Research on Cancer), pada tahun 2002 kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada
perempuan (insiden rate 38 per 100.000 perempuan) dengan kasus baru sebesar
The American Cancer Society memperkirakan 211.240 wanita di Amerika Serikat akan didiagnosis menderita kanker payudara stadium I-IV dan 40.140 orang
akan meninggal pada tahun 2005. Selanjutnya, Canadian Cancer Society memperkirakan penderita kanker payudara pada tahun 2005 di Kanada akan
mencapai 21.600 wanita dan 5.300 orang akan meninggal dunia. Sementara itu,
berdasarkan data dari Australian Institute of Health and Welfare Menunjukkan jumlah penderita kanker payudara di Australia pada tahun 2001 sebanyak 11.791
wanita dan jumlah yang meninggal sebanyak 2.594 orang (Kusminarto,2005).
Kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker leher rahim yang
menyerang kaum wanita di seluruh dunia (Dalimartha, 2004). Berdasarkan Survei
Kesehatan Nasional tahun 2001 dan sistem informasi rumah sakit tahun 2006, kanker
merupakan penyebab kematian kelima di Indonesia. Kanker payudara merupakan
kasus terbanyak dari seluruh kasus kanker (Pidato Menkes pada peringatan hari
kanker sedunia April 2008).
Di Negara-Negara Asia, insiden kanker payudara mencapai 20 per 100.000
penduduk (Medicastore,2002). Disamping itu, berdasarkan data Globocan,
International Agency for Research on Cancer (IARC) (2002), didapatkan estimasi insiden kanker payudara di Indonesia sebesar 26 per 100.000 perempuan (Depkes
RI,2008).
Menurut data dari Badan Registrasi Kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi
Indonesia (IAPI) tahun 1998 pada perempuan kanker payudara menduduki urutan
kedua terbanyak dari seluruh kasus kanker dengan proporsi 12,2%. Menurut SIRS
menempati urutan pertama dari seluruh kasus kanker dengan proporsi 24,3% (Juliana,
2005).
Data patologi anatomi di 13 Rumah Sakit terbesar di Indonesia menunjukkan
bahwa jenis kanker pasien rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia tahun 2004
tertinggi adalah kanker payudara yaitu 5.196 kasus dengan jumlah kematian 367. Di
Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta tahun 2007 kanker payudara merupakan
urutan pertama dari seluruh kasus kanker yaitu 437 kasus. Insiden kanker payudara
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Usia perempuan yang lebih sering
terkena kanker payudara adalah diatas 40 tahun, yang disebut dengan “cancer age
group”. Namun usia muda juga bukan jaminan aman dari kanker payudara (Luwia,
2003).
Menurut Sutjipto, saat ini telah banyak ditemukan penderita kanker payudara
pada usia muda, bahkan tidak sedikit remaja putri usia empat belas tahun menderita
tumor di payudaranya. Dimana tumor yang terjadi bisa menjadi kanker, bila tidak
terdeteksi lebih awal. Meskipun tidak semuanya ganas, tetapi ini menunjukkan bahwa
saat ini sudah ada tren gejala kanker payudara yang semakin tinggi di usia remaja
(Lily, 2008).
Di Jawa Tengah pada tahun 2006 insidens rate kanker payudara 34,5 per
100.000 penduduk. Di Semarang pada tahun 1990-1999, insidens rate kanker
payudara 14,84 per 100.000 perempuan per tahun dan pada tahun 2007 berdasarkan
laporan program yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas jumlah kasus kanker
payudara rawat inap dengan jenis kelamin perempuan 205 kasus (99%) dan lak-laki 2
kasus (1%) (Juliana, 2005).
Menurut data dari tahun 2000-2004 di Rumah Sakit Tembakau Deli Medan
tercatat sebanyak 116 kasus kanker payudara rawat inap dengan jenis kelamin
semuanya perempuan (Dewinta,2004). Penelitian Nurmaya tahun 2003-2007 di
Rumah Sakit Santa Elizabeth Medan tercatat sebanyak 170 kasus kanker payudara
rawat inap dengan jenis kelamin semuanya perempuan. Data yang diperoleh dari
rekam medik Rumah Sakit Haji Medan pada tahun 2005-2009 terdapat 156 kasus
kanker payudara rawat inap yaitu tahun 2005 terdapat 40 kasus, tahun 2006 terdapat
38 kasus , tahun 2007 terdapat 32 kasus, tahun 2008 terdapat 21 kasus, dan tahun
2009 terdapat 25 kasus. Sedangkan data dari RSUD dr. Pirngadi jumlah penderita
kanker payudara yang berobat ke RSUD dr.Pirngadi tahun 2006 – 2010 sebanyak 350
orang dan terjadi peningkatan jumlah penderita setiap tahunnya. Dimana dari data
tahun 2011 tersebut, ditemukan 2 kasus kanker payudara pada remaja usia 17 tahun
dan 18 tahun.
Menurut Jane Wardle dari Badan Penelitian Kanker Amal Inggris, sebagian
besar remaja putri disetiap negara tidak menyadari faktor pola hidup dapat
memengaruhi resiko mereka terserang kanker payudara. Hanya 5% yang menyadari
bahwa menyantap makanan, minuman alkohol serta kurang berolahraga beresiko
terserang kanker payudara (Kollinko, 2007).
Janet E Olson dari Mayo Clinic College of Medicine di Rochester Minnesota
(AS) mengatakan bahwa resiko kanker payudara dimulai saat remaja wanita
menunjukan bahwa para wanita yang mulai merokok sebelum mengalami kehamilan
pertama akan memiliki resiko terkena kanker payudara setelah masa menopause.
Olson menyatakan bahwa target untuk menanggulangi terjadinya kanker payudara
pada wanita bisa dicegah saat masih remaja (Jaknews, 2005).
Dunia Kedokteran dan kaum wanita semakin resah akibat laju perkembangan
dari angka kejadian penyakit kanker payudara yang sangat cepat. Sampai saat ini
belum ditemukan penyebab timbulnya kanker payudara secara pasti. Namun, dari
keberhasilan para ahli klinik dalam bidang kanker menemukan beberapa prinsip
untuk deteksi dini dan pengobatan penyakit kanker payudara yang segera
memberikan masa depan yang cerah bagi penderita kanker payudara
(Tjindarbumi,2005).
Penanganan terhadap kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat
pesat, akan tetapi angka kematian dan angka kejadian kanker payudara masih tetap
tinggi karena penderita ditemukan pada stadium lanjut. Kanker payudara akan
mendapat penanganan yang secepatnya dan akan memberikan harapan kesembuhan
serta harapan hidup yang lebih baik apabila kanker payudara dideteksi sejak dini.
Kesembuhan akan semakin tinggi jika kanker payudara ditemukan dalam stadium
dini yang biasanya masih berukuran kecil (Supit, 2002).
Kanker payudara dapat ditemukan pada stadium dini dengan cara deteksi dini.
Menurut Soebroto, Ahmad Ghozali, Siswono, dan Evi Yulianti (2001), satu-satunya
cara deteksi dini kanker payudara yang murah, namun praktis, akurat dan dapat
dini. Masalah utama pada SADARI adalah ketidak teraturan dan jarang sekali
dilakukan dengan benar. Sehingga perlu adanya intervensi berupa pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik (Erniyati, 2006).
Hasil penelitian para ahli yang dikutip oleh Widiyanto (1999) menunjukkan
kanker payudara ditemukan secara tidak sengaja oleh penderita, seperti penelitian
Long (1989) yang menyebutkan sekitar 90% kanker payudara ditemukan dengan
SADARI. Demikian juga, Soelarto (1995) dalam penelitiannya menyebutkan kurang
lebih 85% tumor ditemukan oleh penderita sendiri secara tidak sengaja. Dengan
demikian, menurut Reksoprojo (1995), akan sangat besar artinya bila SADARI lebih
digalakkan terhadap kaum wanita terutama yang lebih dari 15 tahun sampai dengan
wanita yang lebih dari 30 tahun (Cancer Age) sehingga diharapkan akan banyak dijaring kasus kanker secara dini (Widiyanto, 1999).
Kesembuhan akan semakin tinggi jika kanker payudara (Ca Mammae) ditemukan dalam stadium dini, yang biasanya masih berukuran kecil. Minimnya
informasi dan upaya publikasi deteksi dini kanker payudara menyebabkan penemuan
dan penanganan kanker belum bisa terkelola dengan baik. Salah satu upaya untuk
memberikan informasi tentang SADARI kepada wanita remaja adalah melalui
pendidikan kesehatan (Melda S, 2008).
Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari
masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah
norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup mereka. Berbagai hal tersebut mengakibatkan
peningkatan kerentanan remaja terhadap berbagai macam penyakit (Agustiani, 2009).
memengaruhi remaja dalam terkena resiko kanker payudara. Pola makan dan
makanan juga merupakan faktor penting yang dapat memicu terkena kanker
payudara. Dalam hal ini budaya makan makanan di Indonesia sangat memengaruhi
resiko remaja Indonesia terkena kanker payudara, misalnya saja: gorengan (semua
jenis gorengan), yang merupakan makanan favoritnya masyarakat Indonesia. Selain
itu efek negatif yang didapat dari globalisasi yaitu masuknya tren makan makanan
cepat saji seperti buger, kentang goreng, dll (fast food, junk food) yang kian merebak tidak hanya pada remaja tapi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Gaya hidup
modern yang memicu semakin meningkatnya pola konsumsi alkohol, kebiasaan
merokok yang terus meningkat khususnya di kalangan remaja. Ditambah lagi remaja
saat ini kurang melakukan aktifitas fisik dan berolahraga (Kusminarto, 2005).
Selain daripada itu, masih banyak remaja Indonesia masih belum peka
terhadap perawatan untuk payudaranya sendiri, mereka lebih peka terhadap jerawat
yang timbul di wajah daripada adanya gejala kanker payudara. Di balik
ketidakpekaan itu, juga dilatarbelakangi oleh kurang informasi dan kemauan untuk
menggali informasi mengenai pencegahan kanker payudara ini. Selain daripada
program pemerintah yang saat ini belum terfokus pada promosi tentang pelaksanaan
SADARI bagi remaja, masih fokus kepada pelaksanaan mammografi saja. Bukan
hanya itu, Teknik SADARI juga terasa masih awam, karena masih sedikitnya jumlah
wanita yang rutin melakukan SADARI setiap bulan (Henny, 2007).
Oleh karena itu, sebagai upaya preventif sekaligus promotif yang dapat
adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang
kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat
menyadari atau mengerti atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka,
dan kesehatan orang lain. Pendididikan kesehatan dapat disisipkan dalam setiap mata
pelajaran, misal mata pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga, biologi, dan melalui
bimbingan konseling (Notoatmodjo, 2003).
Selain daripada itu, adanya dampak positif dari perkembangan teknologi dan
informasi yang mudah diakses oleh para remaja misalnya saja akses internet, jejaring
sosial seperti pesan lewat layanan telpon selular blackberry (blackberry messanger) yang dengan mudah menyebarkan informasi-informasi kesehatan dan berbagai upaya
pencegahan penyakit, dalam hal ini terutama mengenai kanker payudara yang dapat
menyerang remaja dan SADARI dimana dapat dengan mudah diterima oleh kalangan
remaja. Melalui survey awal yang telah dilakukan, pengetahuan yang didapat oleh
para siswi di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah cukup baik karena mereka telah
mengetahui tentang bahaya kanker payudara dan apa itu SADARI dibandingkan
dengan siswi sekolah lainnya. Untuk beberapa alasan diatas dipilih SMA Safiyyatul
Amaliyyah sebagai lokasai penelitian. SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah merupakan
salah satu SMA swasta favorit yang terletak di Jl. Setia Budi Kelurahan Tanjung Rejo
Kecamatan Medan Selayang, juga merupakan Sekolah Menengah Atas Swasta
Nasional berstandar Internasional, mempunyai jumlah siswa sebanyak 345 orang,
terdiri dari 181 siswa laki-laki dan 164 siswa perempuan dengan rentang umur 15-19
tahun yang tergolong usia remaja. Selain itu juga SMA ini juga aktif dalam berbagai
bersekolah disini berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas
yang dimana gaya hidup, pergaulan dan akses teknologinya sudah modern dan
mengikuti perkembangan zaman. Dimana pola pikir dan tingkah laku mereka lebih
berlandaskan pada pendidikan dan ilmu yang mereka peroleh.
Akan tetapi, sebagian besar dari gaya hidup yang modern tersebut, banyak
diantaranya yang mengikuti pola hidup kebarat-baratan yang tidak sehat. Gaya hidup
tidak sehat yang sering mereka lakukan antara lain, seperti menyukai makanan cepat
saji seperti burger, kentang goring, dll (junk food, fast food) dan gorengan tentunya. Terbukti dari banyaknya pedagang makanan cepat saji dan gorengan yang berada di
sekitar sekolah tersebut.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh bagian tata usaha SMA Plus
Safiyyatul Amaliyyah, belum pernah ada penelitian maupun penyuluhan tentang
SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara di SMA tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian
adalah perilaku siswi dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA Plus
Safiyyatul Amaliyyah Medan.
1.2. Tujuan Penelitian 1.2.1. Tujuan Umum
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor predisposing (pekerjaan orang tua,
penghasilan orang tua, riwayat penyakit keluarga) terhadap pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) di SMA Plus Safiyyatul Amaliyyah Medan.
2. Untuk mengetahui pengetahuan siswi terhadap SADARI di SMA Plus
Safiyyatul Amaliyyah Medan.
3. Untuk mengetahui sikap siswi terhadap SADARI di SMA Plus Safiyyatul
Amaliyyah Medan.
1.3. Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi Dinas Kesehatan sehingga dapat merancang program
kesehatan sebagai sarana promosi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
SADARI pada setiap remaja.
2. Sebagai informasi bagi Yayasan Kanker Indonesia (YKI) di Medan sehingga
dapat merancang program kesehatan sebagai sarana promosi untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai SADARI pada setiap remaja.
3. Sebagai sarana penambah pengetahuan penulis tentang perilaku siswi dalam
SADARI.
4. Sebagai sarana penambah pengetahuan bagi segenap siswi di SMA Plus
Safiyyatul Amaliyyah Medan dan siswi-siswi generasi berikutnya beserta beserta
para staf akademis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku
Perilaku adalah segala sesuatu yang dapat dikerjakan oleh seseorang baik
secara langsung maupun tidak langsung . Pengertian perilaku secara umum adalah
perbuatan atau tindakan yang dilakukan makhluk hidup, sedangkan menurut
ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi dan reaksi dari organisme terhadap
lingkungannya. Departemen Kesehatan RI mendefinisikan perilaku sebagai respon
individu terhadap suatu stimulus atau tindakan yang dapat diamati dan mempunyai
frekuensi spesifik, durasi dan tujuan, baik disadari maupun tidak disadari. Pada
dasarnya perilaku dapat diamati dengan sikap dan tindakan seseorang, hal tersebut
sejalan dengan pernyataan Robert Kwick (1974) bahwa perilaku merupakan tindakan
atau perbuatan yang dapat diamati serta dapat dipelajari.
Ross, Helen dan Mico, Paul tahun 1974 (dalam Sarwono, 1985)
mendefinisikan perilaku manusia sebagai suatu keadaan yang seimbang antara
kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku menurut teori dari Lawrence Green (1980) yang membedakan masalah
kesehatan menjadi 2 determinan yaitu faktor perilaku dan non perilaku. Untuk faktor
perilaku sendiri bertujuan untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku pada
setiap individu. Green membagi faktor perilaku menjadi 3 faktor utama yaitu faktor
Faktor predisposisi merupakan faktor yang memotivasi suatu perilaku atau
mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Perilaku siswi dalam SADARI dapat
dihubungkan dengan faktor predisposisi seperti umur, pendidikan, pendapatan
keluarga, pengetahuan, sikap, dan riwayat penyakit keluarga. Faktor pemungkin
merupakan faktor lanjutan dari faktor predisposisi, dimana motivasi untuk terjadinya
perubahan perilaku tersebut dapat terwujud. Biaya, informasi kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan media informasi menjadi faktor pemungkin bagi setiap individu untuk
berperilaku. Hal ini disebabkan karena seseorang akan mendapat dan mencari
informasi kesehatan maupun mendapat atau mencari informasi mengenai pencegahan
dan pengobatan apabila adanya akses ke informasi dan pelayanan kesehatan tersebut.
Selain informasi kesehatan dan media informasi, faktor lingkungan juga memiliki
andil untuk mempengaruhi perilaku karena faktor lingkungan dapat memfasilitasi
perilaku atau tindakan tersebut seperti biaya akses informasi dan biaya ke fasilitas
kesehatan sehingga individu dapat mencari informasi mengenai perkembangan tren
kesehatan , pencegahan penyakit dan pengobatan yang dibutuhkan (Green et al, 1980 yang dikutip oleh Gielen dan McDonald dalam Glanz, Rimer, Lewis 2002)
Faktor penguat yaitu faktor yang diperoleh dari orang terdekat dan adanya
dukungan sosial yang diberikan ke individu tersebut seperti keluarga, teman, guru
maupun petugas kesehatan yang dapat memperkuat perilaku. Dengan adanya
dukungan yang diberikan dari orang-orang terdekat diharapkan dapat mendorong
Menurut Green dkk (1999) yang dikutip Gielen, dkk (2002), ada 6 langkah proses
perubahan perilaku kesehatan yaitu :
1. Penilaian Sosial
Penilaian sosial menentukan persepsi orang akan kebutuhan dan kualitas
hidup mereka. Pada tahap ini ahli perencana memperluas pemahaman mereka
pada masyarakat dimana mereka bekerja dengan beragam data, tindakan
terpadu. Penilaian sosial penting untuk berbagai alasan yaitu hubungan antara
kesehatan dan kualitas hidup yang saling berhubungan timbal balik dengan
pengaruh masing-masing.
2. Penilaian Epidemiologi
Penilaian epidemiologi membantu menetapkan permasalahan kesehatan
yang terpenting dalam suatu masyarakat. Penilaian ini dihubungkan dengan
kualitas hidup dari masyarakat, juga sumber daya yang terbatas sebagai
permasalahan kesehatan yang meluas di masyarakat.
3. Penilaian Perilaku dan Lingkungan
Penilaian perilaku dan lingkungan merupakan faktor-faktor yang
memberi konstribusi kepada masalah kesehatan. Dimana faktor perilaku
merupakan gaya hidup perorangan yang beresiko memberikan dukungan
kepada kejadian dan kesulitan masalah kesehatan. Sedangkan faktor
lingkungan merupakan semua faktor-faktor sosial dan fisiologis luar kepada
seseorang, sering tidak mencapai titik kontrol perorangan, yang dapat
4. Mengidentifikasi faktor yang mendahului dan yang dikuatkan yang harus
ditempatkan untuk memulai dan menopang proses perubahan. Faktor ini
diklasifikasikan sebagai pengaruh, penguat dan pemungkin dan secara
bersama-sama mempengaruhi kemungkinan perubahan perilaku dan
lingkungan.
5. Penilaian Administrasi dan Kebijakan
Merancang intervensi yang strategis dan rencana akhir untuk
implementasi. Yaitu, administrasi dan kebijakan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasikan kebijakan, sumber-sumber dan keadaan umum yang
berlaku dalam konteks program diorganisasi yang dapat memfasilitasi atau
menghalangi program implementasi.
6. Implementasi dan Evaluasi
Dalam langkah ini program kesehatan siap untuk dilaksanakan untuk
mengevaluasi proses, dampak dan hasil dari program, final dari tiga langkah
dalam model perencanaan precede-proceed. Secara halus, proses evaluasi menentukan tingkat tertentu dari program yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan. Penilaian yang berpengaruh kuat berubah pada predisposing, reinforcing dan enabling faktor sebaik dalam perilaku dan faktor lingkungan.
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang mencakup dalam domain
1). Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkatan ini adalah mengingat
kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.
2). Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai mengingat suatu kemampuan untuk menjelaskan
dengan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3). Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4). Analisis (analysis)
Analisis dapat diartikan suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
5). Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru di
formulasi-formulasi yang udah ada.
6). Evaluasi
Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang tidak disadari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum seseorang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yaitu:
a. Kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek
sudah mulai timbul.
c. Menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang di dapat dari pendidikan
(Soekidjo,2003).
2.1.2. Sikap (attitude)
Definisi sikap menurut Thurstone (2000) yang dikutip Azwar (2003), adalah
derajat efek positif atau efek negatif yang dikaitkan dengan suatu obyek psikologis.
Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui
individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari sini sikap
dapat digambarkan sebagai kecenderungan subyek merespon suka atau tidak suka
terhadap suatu obyek. Dobb (1974) menyatakan bahwa sikap pada hakekatnya adalah
tingkah laku yang tersembunyi yang terjadi secara disadari atau tidak disadari.
Tingkah laku tersembunyi ditambahkan dengan faktor-faktor yang lain dari dalam
diri individu seperti dorongan, kehendak, kebebasan akan menimbulkan tingkah laku
nyata (overt behaviour). Dengan demikian maka setiap sikap akan selalu mendahului tingkah laku nyata tertentu dan selalu menunjuk ke tingkah laku nyata tersebut.
Sikap ini ditunjukkkan dalam berbagai kualitas dan intensitas yang berbeda
dan bergerak secara kontiniu dari positif melalui areal netral ke arah negatif. Kualitas
sikap digambarkan sebagai valensi positif menuju negatif, sebagai hasil penilaian
terhadap obyek tertentu. Sedangkan intensitas sikap digambarkan dalam kedudukan
ekstrim positif atau negatif. Kualitas dan intensitas sikap tersebut menunjukkkan
suatu prosedur pengukuran yang menempatkan sikap seseorang dalam sesuatu
dimensi evaluatif yang bipolar dari ekstrim positif menuju ekstrim negatif.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Newcomb, seorang ahli psikologi sosial menyatakan
bahwa sikap ini merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu.
Menyimak uraian sikap di atas dapat dipahami bahwa sikap merupakan suatu
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu obyek. Seseorang bersikap
tidak memihak, favorit–tidak favorit, positif–negatif. Walgito (2001) mengemukakan
bahwa sikap adalah faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau
menimbulkan perilaku tertentu. Adapun ciri-ciri sikap yaitu: tidak dibawa sejak lahir,
selalu berhubungan dengan obyek sikap, dapat tertuju pada satu obyek saja maupun
tertuju pada sekumpulan obyek-obyek, dapat berlangsung lama atau sebentar, dan
mengandung faktor perasaan dan motivasi.
Selanjutnya Walgito (2001) mengemukakan tiga komponen yang membentuk
struktur sikap yaitu :
1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan
dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan
dengan rasa senang atau tidak senang terhadap obyek sikap. Rasa senang
merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif.
3. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak atau berperilaku
terhadap obyek sikap.
Dalam psikologi umum, sikap merupakan ukuran besarnya pengaruh atas
pengalaman subjektif. Anggapan yang mendasarinya adalah bahwa melalui
pengalaman-pengalaman yang spesifik terjadi harapan-harapan, atau dengan kata lain
hal-hal yang pernah dialami akan mempunyai suatu arti tertentu. Dalam arti inilah
didefinisikan Rochracter bahwa sikap mempunyai pengaruh memilih dan
Allport (1954) menjelaskan sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok,
yaitu:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide atau konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, atau keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
sikap, yaitu:
a. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan oleh objek.
b. Merespon (responding) yaituy memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga (kecenderungan untuk
bertindak).
d. Bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
Faktor yang menyebabkan perubahan sikap, yaitu :
1. Faktor internal : yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri.
2. Faktor eksternal : yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini
berupa interaksi sosial diluar kelompok.
Adapun fungsi sikap, yaitu :
1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri
2. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku
3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman
4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian (Purwanto, 1999).
2.1.3. Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya
sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlakukan faktor pendukung/suatu kondisi
yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2003).
Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu :
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secar
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
4. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.2 Perilaku Kesehatan
Pada dasarnya perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan-batasan tersebut mempunyai dua
unsur pokok yaitu:
1. Respon atau reaksi manusia, baik yang bersifat pasif meliputi pengetahuan,
persepsi dan sikap, maupun yang bersifat aktif seperti tindakan yang nyata.
2. Stimulus atau rangsangan yang terdiri dari 4 unsur pokok yaitu sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Untuk lebih
rinci perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok yaitu:
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu respon manusia baik
secara pasif (mengetahui, bersikap, dan persepsi terhadap penyakit dan
rasa penyakit) maupun aktif (tindakan yang diambil untuk mengobati sakit
dan penyakitnya).
b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan merupakan respon
seseorang terhadap pelayanan kesehatan (modern/tradisional). Perilaku
tersebut menyangkut fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman yaitu respons seseorang terhadap
makanan dan minuman karena makanan dan minuman dapat
meningkatkan kesehatan bahkan dapat menurunkan kesehatan seseorang.
d. Perilaku kesehatan lingkungan yaitu respons seseorang terhadap
lingkungannya agar mempengaruhi kesehatannnya.
Menurut Gochman (1988) membagi perilaku kesehatan menjadi 2 elemen
yaitu elemen kognitif berupa adanya suatu hubungan antara kepercayaan, harapan,
motivasi, nilai, persepsi dan lainnya, sedangkan yang termasuk dalam elemen afektif
yaitu karakteristik individu, keadaan emosional dan kebiasaan seseorang yang
berhubungan dengan pemulihan kesehatan agar dapat meningkatkan status
kesehatannya. Sehingga perilaku kesehatan dapat diartikan aktivitas seseorang yang
dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berhubungan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatannya.
Becker mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
(Healt Related Behaviour), sebagai berikut:
1. Perilaku Sehat (Healthy Behaviour) yaitu perilaku untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang meliputi makan makanan yang bergizi,
kegiatan fisik secara teratur, tidak merokok dan minum minuman keras,
istirahat yang cukup, pengendalian stress dan perilaku hidup sehat.
2. Perilaku Sakit (Illness Bahaviour) yaitu tindakan seseorang untuk mengatasi masalah kesehatannya dengan mencari pengobatan. Tindakan tersebut antara
- Di diamkan saja ( no action), artinya mengabaikan penyakitnya.
- Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self treatment atau self medication).
- Mencari penyembuhan ke pelayanan kesehatan
3. Perilaku Peran Orang Sakit (The Sick Role Behaviour) yaitu adanya hak dan kewajiban yang dimiliki orang sakit yang terdiri dari:
- Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
- Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat
untuk memperoleh kesembuhan.
- Melakukan kewajiban sebagai pasien yaitu dengan mematuhi
nasihat-nasihat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhannya.
- Tidak melakukan sesuatu yang merugikan selama proses penyembuhan.
- Melakukan kewajiban agar penyakitnya tidak kambuh.
Perilaku kesehatan menurut Kosa dan Robertson yaitu perilaku seseorang
yang dipengaruhi dengan kepercayaan mengenai kondisi kesehatannya. Adanya
perbedaan dari setiap individu dalam mengambil tindakan pencegahan/penyembuhan
walaupun masalaha kesehatannya sama, tindakan tersebut diambil berdasarkan dari
penilaian sendiri maupun dibantu orang lain. Menurut Kals dan Cobb (1996) perilaku
kesehatan terdiri dari 3 macam yaitu (dikutip dari Glanz, Rimer, Lewis,2002):
1. Perilaku pencegahan kesehatan yaitu aktivitas yang dilakukan individu yang
2. Perilaku sakit yaitu aktivitas yang dilakukan individu yang sakit untuk mencari
penyembuhan.
3. Perilaku peran sakit yaitu aktivitas yang dilakukan individu yang sedang sakit,
untuk penyembuhan dengan menerima pengobatan.
Menurut Elder et al (1994) diperlukan 3 hal untuk berperilaku sehat yaitu pengetahuan yang tepat, motivasi, dan ketrampilan untuk berperilaku sehat. Apabila
seseorang tidak mempunyai ketrampilan untuk berperilaku sehat maka disebut skill deficits. Sulitnya seseorang untuk termotivasi untuk berperilaku sehat adalah karena perubahan perilaku dari yang tidak sehat menjadi sehat sehingga tidak menimbulkan
dampak langsung secara tepat, atau mungkin berdampak terhadap pennyakitnya,
namun hanya mencegah agar tidak menjadi lebih buruk.
2.3 Kanker Payudara
2.3.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat adanya pertumbuhan
yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan invasi ke
jaringan-jaringan normal. Definisi yang paling sederhana yang dapat diberikan adalah
pertumbuhan sel-sel yang kehilangan pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada
bagian tubuh tertentu seperti payudara.
dimasukkan ke dalam International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174 untuk wanita dan 175 untuk pria.
Kanker payudara muncul sebagai akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada
payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut
merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun
fungsinya. Kanker payudara dapat menyebar ke organ lain seperti paru-paru, hati, dan
otak melalui pembuluh darah. Kelenjar getah bening aksila ataupun supraklavikula
membesar akibat dari penyebaran kanker payudara melalui pembuluh getah bening
dan tumbuh di kelenjar getah bening.
2.3.2 Anatomi Payudara
Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas (11-13
tahun) karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi perkembangan
payudara pada wanita. Pada wanita perkembangan payudara aktif, sedangkan pada
pria kelenjar dan duktus mammae kurang berkembang dan sinus berkembang tidak
sempurna. Payudara yang sensitif terhadap pengaruh hormonal mengakibatkan
payudara cenderung mengalami pertumbuhan neoplastik baik yang bersifat jinak
maupun ganas.
Payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi utamanya
menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Payudara terdiri dari jaringan duktural, fibrosa
yang mengikat lobus-lobus, dan jaringan lemak didalam dan diantara lobus-lobus.
85% jaringan payudara terdiri dari lemak. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa
Puting dan areola biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari
kulit di sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda pucat,
sampai hitam dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Puting susu biasanya
menonjol keluar dari permukaan payudara.
Kanker payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara, tetapi
mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar di mana sebagian besar jaringan payudara
terdapat. Dalam menentukan lokasi kanker payudara, payudara dibagi menjadi empat
kuadran, yaitu kuadran lateral (pinggir atas), lateral bawah, medial (tengah atas), dan
median bawah. Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.1. Anatomi Payudara dan Kuadran Letak Kanker Payudara
Keterangan:
1. Korpus (badan) I Lateral atas(pinggir atas)
2. Areola II Lateral bawah
3. papilla atau puting, III Medial atas (tengah atas)
2.3.3. Gejala Kanker Payudara
Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena awal
pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah. Gejala
umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut, karena
pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita merasa sehat, tidak
merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas.
Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan pada
stadium dini menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi kanker
stadium lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil
peluang untuk disembuhkan. Bila kanker payudara dapat diketahui secara dini maka
akan lebih mudah dilakukan pengobatan. Tanda yang mungkin muncul pada stadium
dini adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri.
Gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak,
seperti:
a. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin lama
benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
b. Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri) saat
payudara ditekan karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.
c. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah kerena terjadi
pembengkakan.
d. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil
e. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam dan
yang tadinya berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecoklatan.
f. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang
sedang tidak hamil. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak
sembuh walau sudah diobati.
g. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah.
h. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) akibat dari neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan pitting
kulit. Payudara yang mengalami peau d’orange dapat dilihat pada gambar 2.4.3.
Gambar 2.2 Luka pada payudara Gambar 2.3 peau d’orange
Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara yang dialami
wanita, mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolah hanya dialami di satu payudara,
dan bila diraba terasa keras dan menggerenjil. Bila stadium kanker sudah lanjut, ada
perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar puting. Kulit putingnya bertambah
2.3.4 Stadium Kanker Payudara
Pembagian stadium menurut Portmann yang disesuaikan dengan aplikasi
klinik yaitu:
Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya,
tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya
(otot) . Besar tumor 1 - 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar.
Kelenjar getah bening regional belum teraba. Perawatan yang
sangat sistematis diberikan tujuannya adalah agar sel kanker tidak
dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada
stadium ini, kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah
70%.
Stadium II : Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5 - 5 cm, sudah ada
satu atau beberapa kelenjar getah bening aksila yang masih bebas
dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk mengangkat sel-sel
kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita
adalah 30 - 40 %.
Stadium III A : Tumor sudah meluas dalam payudara, besar tumor 5 - 10 cm,
tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening
aksila masih bebas satu sama lain. Menurut data dari Depkes, 87%
Stadium III B : Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada
edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara), ulserasi,
kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau ke
jaringan sekitarnya dengan diameter 2 - 5 cm. Kanker sudah
menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit,
dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain (stadium I, II, dan III). Tapi sudah
disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula dan
Metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian
tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar
limfa yang ada di dalam batang leher. Tindakan yang harus
dilakukan adalah pengangkatan payudara. Tujuan pengobatan pada
stadium ini adalah palliatif bukan lagi kuratif (menyembuhkan).
2.3.5. Diagnosis Kanker Payudara
Terdiri dari diagnosis klinis, pemeriksaan penunjang dan diagnosis pasti.
2.3.5.1. Diagnosis Klinis
Diagnosis klinis di dasarkan atas:
a. Wawancara dengan pengajuan pertanyaan umum dan terarah sehubungan
dengan kanker payudara.
b. Pemeriksaan klinis payudara untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya.
menstruasi. Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka dan posisi
badan tegak.
c. Insfeksi untuk melihat simetri payudara kanan dan kiri,kelainan papila, letak
dan bentuk, retraksi puting susu, kelainan kulit, tanda radang, dan ulserasi.
Dilakukan dalam keadaan kedua lengan diangkat keatas untuk melihat ada
tidaknya bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah
bagian yang tertinggal.
d. Palpasi dan pemeriksaan kelenjar getah bening regional atau aksila.
2.3.5.2. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk menuju diagnosis pasti suatu
kanker payudara, yaitu:
a. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra merah.
b. Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar x yang
diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuannya
mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam
stadium dini. Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita
usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia
nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini
berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.
c. Ultrasonografi, metode ini dapat membedakan lesi/tumor yang solid dan
kistik, dan hanya dapat membuat diagnosis dugaan berdasarkan pemantulan
d. Scintimammografi adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan
menggunakan radioisotop.
Dalam protokol penanganan kanker payudara, pemeriksaan yang dianjurkan
adalah mammografi dan ultrasonografi. Pemeriksaan gabungan ultrasonografi dan
mammografi memberikan angka ketepatan diagnostik yang lebih tinggi.
2.3.5.3 Diagnosis Pasti
Diagnosis pasti hanya ditegakan dengan pemeriksaan histopatologis. Bahan
pemeriksaan dapat diambil dengan berbagai cara, yaitu:
a. Biopsi aspirasi (fine needle biopsy)
b. Needle core biopsy dengan jarum Silverman
c. Excisional biopsy dan pemeriksaan potong beku waktu operasi.
2.4. Determinan Kanker Payudara
Sampai saat ini belum ada penyebab spesifik timbulnya kanker payudara yang
diketahui, diperkirakan multifaktorial. Namun timbulnya kanker payudara
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Faktor risiko ini penting untuk
mengembangkan program-program pencegahan. Faktor risiko timbulnya kanker
payudara terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat diubah (unchangeable) dan dapat diubah (changeable) yaitu:
a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable) 1) Umur
Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita
di bawah 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun risikonya lebih
rendah dibandingkan wanita di atas 40 tahun.Namun saat ini kanker payudara juga
banyak menyerang remaja usia >14 tahun, remaja yang telah masuk masa produktif.
2) Menarche Usia Dini
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal
berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada wanita
yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
3) Menopause Usia Lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker
payudara.Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya
perubahan klinis.
4) Riwayat Keluarga
Terdapat peningkatan risiko menderita kanker payudara pada wanita yang
keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker
payudara berhubungan dengaBRCA 1 (Breast Cancer 1) dan BRCA 2 (Breast Cancer 2), yaitu suat payudara,
tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial.
5) Riwayat Penyakit Payudara Jinak
Amerika Serikat, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma,
dan fibrosis) mempunyai risiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker
payudara. Wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar
untuk terkena kanker payudara. Wanita dengan hiperplasia atipikal mempunyai risiko
5,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara.
b. Faktor Risiko yang Dapat Diubah / Dicegah (Changeable) 1) Riwayat Kehamilan
Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan risiko
mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat,
wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai risiko 3,6 kali lebih
besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena
kanker payudara. Wanita yang nullipara atau belum pernah melahirkan mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita yang multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara.
2) Obesitas dan Konsumsi Lemak Tinggi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara
pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor
risiko terjadinya kanker payudara.
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat, laki-laki yang
memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25 mempunyai risiko 1,79 kali lebih besar
dibandingkan pria yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25 untuk terkena
3) Penggunaan Hormon dan Kontrasepsi Oral
Hormon
yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker
payudara. Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan
memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjar payudara. Wanita yang
menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk
mengalami kanker payudara sebelum menopause.
4) Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara
daripada wanita yang tidak merokok.
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat, laki-laki yang merokok
mempunyai risiko 1,26 kali lebih besar dibandingkan laki-laki yang tidak merokok
untuk terkena kanker payudara.
5) Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. Pemajanan
terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun
meningkatkan risiko kanker payudara.
2.5. Pencegahan Kanker Payudara
Pencegahan merupakan suatu usaha mencegah timbulnya kanker payudara
atau mencegah kerusakan lebih lanjut yang diakibatkan kanker payudara. Usaha