• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh pemberian penyuluhan melalui media booklet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pengaruh pemberian penyuluhan melalui media booklet"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN MELALUI MEDIA BOOKLET PENCEGAHAN SEKS PRANIKAH (BOCAH SEPAH) TERHADAP

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DI SMP NEGERI 5 SURAKARTA

Rizky Ardika Cahyanti1, Wijayanti2, Erinda Nur Pratiwi3, Arista Apriani4

1,2,3,4

Program Studi Kebidanan program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Remaja memiliki ciri khas rasa ingin tahu yang tinggi dan berisiko terkena Tiga Ancaman Dasar Kesehatan Reproduksi Remaja (TRIAD KRR) yakni perilaku seksual, HIV dan AIDS serta Napza. Berdasarkan Data SDKI 2017, sekitar 2% remaja perempuan dan 8 % remaja pria usia 15-24 tahun telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah, dan 11

% mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Salah satu faktor peyebab perilaku seksual pada remaja adalah minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh remaja, sehingga upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan.Penelitian menggunakan metode quasi – experimental dengan Pretest-Posttest Control Grup design. Responden sebanyak 80 orang yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan uji Wilcoxon terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Pada kelompok intervensi dengan nilai pengetahuan 18.65 meningkat menjadi 25.95 dengan tingkat signifikansi 0,000 dan nilai sikap 29.88 menjadi 43.15 dengan taraf signifikansi 0,000. Pada kelompok kontrol dengan nilai pengetahuan 17.38 meningkat menjadi 23.65 dengan taraf signifikansi 0,000 dan nilai sikap 26.38 menjadi 37.70 dengan taraf signifikansi 0,000. Analisis uji Mann- Whitney didapatkan hasil bahwa ada pengaruh penyuluhan dengan metode booklet terhadap pengetahuan dan sikap dengan nilai p-value pengetahuan 0,000 dan nilai p-value sikap 0,003

Kata kunci : Media Booklet, Perilaku seks pranikah, Pengetahuan, Sikap

(2)

THE EFFECT OF GIVING EXPLANATION THROUGH THE MEDIA OF PRE- MARRIAGE SEX PREVENTION BOOKLET (SEPAH BOYS) ON

KNOWLEDGE LEVEL AND ATTITUDE OF YOUTH AT JUNIOR HIGH SCHOOL 5 SURAKARTA

Rizky Ardika Cahyanti1, Wijayanti2, Erinda Nur Pratiwi3, Arista Apriani4

1,2,3,4 Midwifery Study Program Undergraduate Program, Faculty of Health Sciences,

Kusuma Husada University Surakarta

ABSTRACT

Adolescents are characterized by high curiosity and are at risk of being exposed to the Three Basic Threats to Adolescent Reproductive Health (TRIAD KRR), namely sexual behavior, HIV and AIDS and drugs. Based on the 2017 IDHS data, about 2% of adolescent girls and 8% of boys aged 15-24 years have had sexual intercourse before marriage, and 11% experienced an unwanted pregnancy. One of the factors causing sexual behavior in adolescents is the lack of knowledge possessed by adolescents, so that efforts to increase knowledge and attitudes can be carried out through counseling activities. The study used a quasi-experimental method with Pretest-Posttest Control Group design. Respondents were 80 people who were divided into intervention group and control group with simple random sampling technique. The results of the intervention group and control group using the Wilcoxon test showed an increase in knowledge and attitudes before and after being given counseling. In the intervention group with a knowledge value of 18.65, it increased to 25.95 with a significance level of 0.000 and an attitude value of 29.88 to 43.15 with a significance level of 0.000. In the control group with a knowledge value of 17.38 it increased to 23.65 with a significance level of 0.000 and an attitude value of 26.38 to 37.70 with a significance level of 0.000. The Mann-Whitney test analysis showed that there was an effect of counseling with the booklet method on knowledge and attitudes with a knowledge p-value of 0.000 and an attitude p-value of 0.003.

Keywords: Media Booklet, Premarital sex behavior, Knowledge, Attitude

(3)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Masa remaja mengacu pada proses transisi dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan kematangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Seorang remaja terlalu muda jika disebut anak- anak, akan tetapi belum cukup matang untuk disebut dewasa (Sumara, 2017).

Salah satu karakteristik remaja yang khas yaitu rasa ingin tahunya yang tinggi dan memiliki perilaku beresiko. Diperkuat dengan arus teknologi dan informasi yang semakin canggih menyebabkan remaja memiliki perilaku tidak sehat dan berisiko terkena Tiga Ancaman Dasar Kesehatan Reproduksi Remaja (TRIAD KRR). Tiga Ancaman tersebut yakni perilaku seksual, HIV dan AIDS serta Napza (Natalia, 2014).

Perilaku seksual pranikah adalah perilaku yang mengarah pada keintiman heteroseksual yang merupakan manifestasi dari adanya dorongan seksual yang dapat diamati secara langsung melalui perbuatan yang tercermin dalam tahap – tahap perilaku seksual meliputi segala macam tindakan seksual seperti berkencan, bergandengan tangan, berciuman, hingga berhubungan seksual yang melibatkan dua orang dengan jenis kelamin yang berbeda tanpa melalui proses pernikahan yang sah menurut agama dan kepercayaan tiap- tiap individu (Hapsari,2019). Perilaku seksual merupakan masalah utama kesehatan reproduksi remaja yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain dipengaruhi oleh perubahan tumbuh kembangnya, terdapat faktor lain yang juga dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja seperti faktor pengetahuan, faktor kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari dalam individu (Abdul, 2017).

Sering timbul anggapan yang salah, misalnya tentang kehamilan yang tidak mungkin terjadi pada satu kali hubungan seksual (Sebayang, 2018).

Berdasarkan Data survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 yang dilakukan per 5 tahun mengungkapkan, sekitar 2% remaja perempuan usia 15-24 tahun dan 8%

remaja pria usia yang sama mengaku telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah, dan 11 % diantaranya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Sementara data remaja yang melakukan seks pranikah di Jawa tengah dapat dilihat dari Survey Kinerja Akuntablitas Program (SKAP) tahun 2019 terdapat sekitar 1,9 % remaja laki – laki yang sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah sementara remaja perempuan sebanyak 0,4 % (BKKBN, 2019). Sedangkan menurut hasil survei BKKBN pada tahun 2013, sudah 650 ribu remaja perempuan di Surakarta kehilangan keperawanannya, hal ini disebabkan karena banyaknya perilaku seks bebas pada usia 15-17 tahun dan dari 5 juta orang, 26 % nya atau 2,6 juta orang masuk dalam golongan remaja baik pria maupun wanita, 50%

dari mereka sudah pernah melakukan hubungan intim, maka jumlah remaja yang melakukan sudah pernah melakukan seks sebanyak 1,3 juta orang (Tias, 2015)

Secara umum yang menjadi latar belakang remaja menikah dini karena sudah melakukan seks pra nikah (Amanda, 2017). Salah satu upaya untuk menutupi aib karena hamil diluar nikah, maka remaja melakukan pernikahan dini, walaupun usia mereka belum cukup untuk melangsungkan pernikahan (Abdullahi & Umar, 2013). Pernikahan dini bukanlah hal baru dikalangan masyarakat dan menjadi isu global terutama di negara -negara berkembang seperti Indonesia. Badan Pusat Statitika tahun 2020 melaporkan sekitar 1.220.900 kasus pernikahan anak telah terjadi, menempatkan Indonesia dalam kelompok 10 negara dengan tingkat pernikahan dini tertinggi di dunia (PUSKAPA, 2020).

(4)

Berdasarkan permasalahan pernikahan dini di Indonesia, peneliti melakukan pengambilan data awal yang dilakukan di Kantor Kementerian Agama Kota Surakarta dan didapatkan hasil laporan jumlah pernikahan dini di Kota Surakarta pada tahun 2020 sebesar 126 kasus dan terjadi peningkatan menjadi 137 kasus pada tahun 2021. Data pernikahan dini di Surakarta untuk kecamatan Jebres sebesar 37,9%. Alasan dilangsungkan pernikahan dini mayoritas terjadi kehamilan diluar nikah (65%) dan 35% lainnya akibat perubahan Undang - Undang serta alasan individu (Kementerian Agama Surakarta, 2021).

Hasil studi pendahuluan di SMP Negeri 5 Surakarta diperoleh hasil bahwa disekolah tersebut belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang pencegahan seks pranikah, dengan demikian pengetahuan siswa tentang pencegahan seks pranikah masih minim dibuktikan dengan hasil wawancara acak pada 5 siswa SMP Negeri 5 Surakarta, setelah ditanya mengenai dampak seks pranikah hanya 2 siswa menjawab terjadi kehamilan dan 3 menjawab akan dikeluarkan dari sekolah. Kemudian untuk pertanyaan dampak dari kehamilan diluar nikah hanya 1 siswa yang mampu menjawab yatiu akan dikucilkan dari masyarakat.

Adanya fenomena perilaku seks pranikah pada remaja sampai mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan dan berakhir pada pernikahan dini membuat peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Penyuluhan Melalui Media Booklet Pecegahan Seks Pra Nikah (BOCAH SEPAH) Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Di SMP Negeri 5 Surakarta. Penelitian ini akan dilakakukan di SMP Negeri 5 Surakarta yang terletak di Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres.

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan melalui pendidikan kesehatan yang diaplikasikan

melaui kegiatan penyuluhan kesehatan dengan harapan bahwa dengan adanya penyuluhan kesehatan individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.

(Notoatmodjo, 2012). Menurut Johariyah dan Mariati (2018) yang dikutip dari teori Notoatmodjo, dijelaskan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan seseorang dilakukan dengan cara pemberian informasi dan menggunakan metode atau media sehingga memberikan efek yang signifikan. Penyuluhan Kesehatan membutuhkan media yang sesuai untuk menjadi sarana dalam proses penyampaian pesan. Penyuluhan kesehatan ini menggunakan media booklet yaitu media yang yang berisi pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku saku berisi tulisan maupun gambar, dengan memperhatikan desain visual yang menarik dan mampu memuat informasi yang lebih lengkap untuk mengoptimalkan dalam menyampaikan materi pendewasaan usia perkawinan.

Sejalan dengan hasil penelitian dari Pebrianti (2018) booklet efektif meningkatkan pengetahuan perilaku seks pranikah pada remaja.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi – experimental) dengan desain Pretest-Posttest Control Grup design. Lokasi penelitian di SMP Negeri 5 Surakarta pada bulan Januari 2022-Februari 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Surakarta sebanyak 252 orang. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 80 orang yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 40 orang pada kelompok intervensi dengan media booklet dan 40 orang pada kelompok kontrol dengan media leaflet. Instrument yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pertanyaan tentang pengetahuan dan sikap pencegahan seks pranikah.

Kuesioner diberikan sebelum dilakukan penyuluhan pada setiap kelompok

(5)

sebagai pretest. Kemudian kedua kelompok mendapatkan penyuluhan dengan 2 model media berbeda yang telah ditentukan pada setiap kelompok.

Posttest dilakukan 15 hari setelah setiap kelompok mendapatkan penyuluhan.

Analisis data yang digunakan adalah Uji Wilcoxon yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Sedangakan uji Man- Whitney bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pengetahuan dan sikap pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden

Tabel .1 Karakteristik Responden

Karakteristik

Kelompok Intervensi

Kelompok Kontrol

p valu

e

N ds% N %

Usia

0,829 11 Tahun 17 42,5% 13 32,5%

12 Tahun 14 35% 17 42,5%

13 Tahun 7 17,5% 9 22,5%

14 Tahun 2 5,0% 1 2,5%

Jenis Kelamin

0,456 Laki-laki 17 42,5% 23 57,5%

Perempuan 23 57,5% 17 42,5%

Pendidikan Orang Tua

0,487

SD 6 15% 9 22,5%

SMP 12 30% 12 30%

SMA 18 45% 16 40%

Perguruan Tinggi

4 10% 3 7,5%

Pekerjaaan Orang Tua

0,772 IRT 9 22,5% 13 32,5%

Wiraswasta 21 52,5% 17 42,5%

PNS 10 25% 10 25%

Riwayat mendapatkan informasi pencegahan seks pranikah

Tidak Pernah 39 97,5% 38 95% 0,644 Pernah 1 2,5% 2 5%

Sumber Informasi

0,644 Tidak pernah 39 97,5% 38 95%

Internet 1 2,5% 2 5%

Televisi 0 0% 0 0%

Majalah/Buku 0 0% 0 0%

Karakteristik responden kelompok intervensi, mayoritas berada pada usia 11 tahun sebanyak 17 orang (42,5%) dan

kelompok kontrol mayoritas berusia 12 tahun sebanyak 17 orang (42,5%).

Responden kelompok intervensi, mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang (57,5%) dan kelompok kontrol mayoritas berjenis kelamin laki – laki sebanyak 23 orang (57,5%). Pendidikan orang tua responden kelompok intervensi adalah berpendidikan SMA sebanyak 18 orang (45%) dan pada kelompok kontrol pendidikan orang tua mayoritas berpendidikan SMA sebanyak 16 orang (40%). Responden kelompok intervensi dan kelompok kontrol, mayoritas pekerjaan orang tua sama-sama wiraswasta, sebanyak 21 orang (52,5%) pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol sebanyak 17 orang (42,5%). Responden kelompok intervensi mayoritas belum pernah mendapatkan informasi pencegahan seks pranikah sebanyak 39 orang (97,5%) dan pada kelompok kontrol mayoritas responden belum pernah mendapatkan informasi pencegahan seks pranikah sebanyak 38 orang (95%).

Analisis Univariat

Tabel 2 Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan

Keteran gan

Frekuensi Kelompok

Intervensi Kelompok kontrol Pretest Poste

st Prete

st Postest

N % N % n % N %

Baik 8 20

% 34 85

% 8 20

% 24 6 0

% Cukup 1

8 45

% 6 15

% 1 5

37, 5

% 16

4 0

% Kuran

g 1 4

35

% 0 0

% 1 7

42, 5

%

0 0

%

Distribusi frekuensi pengetahuan pada kelompok intervensi, responden sebelum diberikan penyuluhan dengan pengetahuan baik yaitu sebanyak 8 orang (20%), responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 18 orang (45%) dan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 14 orang (35%). Kemudian

(6)

setelah diberikan penyuluhan dengan media booklet diperoleh hasil, responden dengan pengetahuan baik sebanyak 34 orang (85%) dan responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 6 orang (15%). Distribusi frekuesni pengetahuan pada kelompok kontrol, responden sebelum diberikan penyuluhan dengan pengetahuan baik sebanyak 8 orang (20%), responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 15 orang (37,5%), dan responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 17 orang (42,5%). Kemudian setelah diberikan penyuluhan terdapat perubahan responden dengan pengetahuan baik sebanyak 24 orang (60%), responden dengan pengetahuan cukup sebanyak 16 orang (40%).

Tabel 3 Sikap Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan

Keterangan

Frekuensi

Kelompok Intervensi Kelompok kontrol Pretest Postest Pretest Postest N % N % N % N % Positif 10 25% 38 95% 3 7,5% 27 67,5%

Negatif 30 75% 2 5% 37 92,5% 13 32,5%

Distribusi frekuensi sikap pada kelompok intervensi pada saat sebelum diberikan penyuluhan memiliki sikap yang negatif yaitu sebanyak 30 orang (75%) dan responden dengan sikap positif sebanyak 10 orang (25%).

Kemudian setelah diberikan penyuluhan dengan media booklet, responden yang memiliki sikap positif yaitu sebanyak 38 orang (95%) dan responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 2 orang (5%). Distribusi frekuensi sikap pada kelompok kontrol sebelum diberikan penyuluhan, mayoritas responden bersikap negatif yaitu sebanyak 37 orang (92,5%) dan responden yang memiliki sikap positif sebanyak 3 orang (7,5%).

Kemudian setelah diberikan penyuluhan dengan media leaflet, responden yang memiliki sikap positif sebanyak 27 orang (67,5%) dan responden dengan sikap negatif sebanyak 13 orang (32,5%)

Analisis Bivariat 1. Uji Normalitas

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Data

Keterangan

Kolmogorov Smirnov Intervensi Kontrol Statistic Sig Statistic Sig

Pengetahuan

Sebelum 0,178 0,003 0,172 0,004 Sesudah 0,235 0,000 0,212 0,000

Sikap

Sebelum 0,312 0,000 0,207 0,000 Sesudah 0,140 0,047 0,193 0,001

Hasil uji normalitas tingkat pengetahuan pada kelompok intervensi sebelum dilakukan penyuluhan adalah 0,003 dan sesudah dilakukan penyuluhan adalah 0,000. Data pada kelompok intervensi menunjukkan nilai kemaknaan (P) <0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal.

Sedangkan hasil uji normalitas pada kelompok kontrol sebelum dilakukan penyuluhan adalah 0,004 dan sesudah dilakukan penyuluhan adalah 0,000. Data pada kelompok kontrol menunjukkan nilai kemaknaan (P) <0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal.

Hasil uji normalitas sikap pada kelompok intervensi sebelum dilakukan penyuluhan adalah 0,000 (data berdistribusi tidak normal) dan sesudah dilakukan penyuluhan adalah 0,047 (data berdistribusi normal). Dari kedua hasil tersebut data pada kelompok intervensi berdistribusi tidak normal. Sedangkan hasil uji normalitas pada kelompok kontrol sebelum dilakukan penyuluhan adalah 0,000 dan sesudah dilakukan penyuluhan adalah 0,001. Data pada kelompok kontrol menunjukkan nilai kemaknaan (P) <0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal.

2. Uji Wilcoxon

Tabel 6 Uji Wilcoxon Tingkat Pengetahuan dan sikap Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan

(7)

Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada kelompok intervensi diperoleh nilai p value 0,000 < 0,05 dan pada kelompok kontrol diperoleh nilai p value 0,000<

0,05. Sedangkan hasil uji Wilcoxon sikap pada kelompok intervensi diperoleh nilai p- value 0,000<0,05 dan pada kelompok kontrol diperoleh nilai p value 0,000<

0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol terdapat perbedaan saat pretest dan posttest. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian penyuluhan melalui media booklet pencegahan seks pra nikah (BOCAH SEPAH) terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja di SMP Negeri 5 Surakarta.

3. Uji Mann- Whitney

Tabel 7 Uji Mann Withney Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan

Keterang

an Kelompok

Mann-Whitney

Test p

value Mean Rank Z

Pengetah uan

Intervensi 52,44

-4,656 0,000 Kontrol 28,56

Sikap Intervensi 48,30

-3,011 0,003 Kontrol 32,70

Hasil uji Mann Whitney posttest atau setelah diberikan penyuluhan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan hasil nilai signifikansi pengetahuan diperoleh p value 0,000 <

0,05, dan nilai signifikasni sikap diperoleh p – value 0,003 < 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan dan sikap antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan

hasil tingkat pengetahuan dan sikap pada kelompok intervensi lebih tinggi. Oleh karena itu, pemberian penyuluhan dengan menggunakan media booklet pada kelompok intervensi memberikan pengaruh positif, yang mana dengan pemberian penyuluhan dengan media booklet dapat menngkatkan pengetahuan dan sikap pencegahan seks pranikah lebih baik.

PEMBAHASAN Karakteristik responden

a. Karakteristik responden berdasarkan usia

Semakin bertambah usia remaja, semakin berkembang organ reproduksi yang berpengaruh terhadap dorongan seksual sehingga seseorang mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seksual yang dapat muncul dalam bentuk ketertarikan terhadap lawan jenis dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual (Rusmiati, 2015). Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin betambah (Fitriani, 2015). Proses perkembangan remaja ditandai dengan munculnya tanda- tanda seksual sekunder hingga remaja mencapai kedewasaan sesungguhnya (Sarwono, 2013). Dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido, energi seksuai ini berkaitan dengan kematangan fisik remaja (Sarwono, 2013).

Intervensi Kontrol

N Mean SD P value N Mean SD P value Pengetahuan Pretest 40 18,65 3,286 0,000 40 17,38 3,656 0,000

Posttest 40 25,95 2,087 40 23,65 2,131 Sikap Pretest 40 29,88 5,630 0,000 40 26,38 4,556 0,000

Postest 40 43,15 6,007 40 37,70 7,799

(8)

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas seksual yang dilakukan oleh remaja, karena remaja mengalami pubertas. Remaja perempuan lebih awal mengalami tanda seks, semua organ reproduksi tumbuh pesat dalam tingkat kecepatan pada usia 11 atau 12 tahun, sedangkan laki-laki testis yang terletak di skrotum baru mengalami kematangan saat usia 14 tahun (Triyanto, 2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Padut, dkk (2021) remaja yang berjenis kelamin laki – laki memiliki perilaku seksual beresiko paling banyak yaitu 25 (27,8%) dan remaja yang berjenis kelamin perempuan yang memiliki perilaku seksual beresiko sebesar 8 (8,9 %). Perkembangan seksual remaja dipengaruhi oleh faktor bios- psiko-sosial secara seimbang. Secara biologis, laki – laki memiliki kadar hormone testosterone yang lebih tinggi jika dibandingkan pada perempuan. Hormon ini berperan secara tidak langsung terhadap dorongan seks pada laki – laki (Yolanda, 2019).

c. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan orang tua

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Tingkat pendidkan seseorang turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang

diperoleh. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal (Ananda, 2020) Pendidikan orang tua berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap yang dimiliki orang tua, yang beranggapan bahwa pembicaraan seks adalah hal yang tabu dan cenderung membuat jarak dengan anak. Akibatnya pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat kurang. Sementara peran orang tua sangatlah penting, terutama pemberian pengetahuan tentang seksualitas (Sarwono, 2013).

Kurangnya pengetahuan tentang hubungan seks pranikah yang diterima remaja dari orang tua membuat remaja mencari sendiri sumber informasi tentang seks pranikah lewat internet dan menilai sendiri serta menyimpulkan sendiri tentang hubungan seks (Abdilah, 2012).

d. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan orang tua

Pekerjaan orang tua berkaitan dengan status ekonomi yang dimiliki sebuah keluarga. Hubungan yang didapat yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maupun status ekonomi keluarga, perilaku seksual pada remaja akan menjadi buruk.

Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mustalia, dkk (2016) tentang faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja. Salah satu faktor yang disorot dalam penelitian

(9)

ini adalah faktor keluarga, terutama tingkat pendidikan orang tua dan status ekonomi keluarga tersebut, yang menjelaskan bahwa remaja yang berperilaku buruk biasanya berasal dari keluarga yang mempunyai status ekonomi cukup baik dan tingkat pendidikan orang tua yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena pada keluarga yang mempunyai status ekonomi tinggi, remaja cenderung untuk mudah mengakses informasi tentang perilaku seks pranikah bebas dan pornografi. Informasi ini dapat didapat dari media apapun, hal ini dapat didorong oleh kemampuan orang tua untuk memberi anaknya segala hal yang diminta akan meningkat apabila status ekonomi maupun tingkat pendidikan yang dimiliki oleh keluarga tersebut meningkat, seperti akses terhadap internet, majalah maupun televisi.

e. Karaktersitik responden berdasarkan riwayat mendapatkan informasi pencegahan seks pranikah

Responden yang belum pernah mendapatkan informasi cenderung memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi sehingga membuat mereka melakukan perilaku seksual secara bebas tanpa mengetahui resiko – resiko yang dapat terjadi seperti kehamilan yang tidak diinginkan (Sarwono, 2013).

f. Karakteristik responden berdasarkan Riwayat sumber infomormasi

Salah satu alternatif yang bisa menjawab kebutuhan remaja tentang pengetahuan seks adalah media massa terutama tayangan pornografi yang terdapat pada televisi yaitu

melalui pakaian minim, adegan sensual, dialog sensual yang ditonton oleh remaja yang pada akhirnya setelah menononton tayangan tersebut menimbulkan dorongan seksual pada remaja (Zuhri, 2014).

Media massa merupakan sahabat bagi remaja di zaman globalisasi ini, mereka dapat memperoleh informasi apapun dari media massa. Namun remaja belum mampu memilih aktivitas dan informasi yang bermanfaat yang diperoleh dari media massa. Mereka cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu efek positif atau negative yang akan ditimbulkan (Budhyati, 2012). Maraknya media massa seperti internet, video porno, dan buku-buku yang berisi cerita porno yang memberikan akses untuk mempermudah masyarakat khususnya remaja memperoleh informasi tentang perilaku seksual sehingga mendorong para remaja melakukan perilaku seksual pranikah (Sarwono, 2013).

Analisis Univariat

a. Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian responden pada pretest kelompok intervensi, diketahui pengetahuan terbanyak pada kategori cukup sebanyak 45% dan postest meningkat menjadi 85% pada kategori baik.

Responden pada kelompok kontrol saat pretest diketahui pengetahuan terbanyak pada kategori kurang sebesar 42,5% dan meningkat postest tebanyak pada kategori baik sebesar 60%. Hal ini disebabkan karena pemberian penyuluhan.

(10)

Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menambah pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok, maupun masyarakat agar dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Tujuan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, keinginan, kesadaran, memperbarui sikap dan persepsi untuk berperilaku lebih baik dalam kehidupan sehari – hari (Hulu, 2020).

Peningkatan pengetahuan pada penelitian ini disebabkan pemberian intervensi dengan metode booklet yang efektif untuk remaja karena keunggulan booklet diantaranya dapat dibaca disaat santai, menguranggi kebutuhan mencatat, dan memuat informasi lebih luas (Siregar, 2020).

Manfaat lain booklet yaitu sebagai media komunikasi pendidikan kesehatan, membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat, membuat sasaran pendidikan tertarik dan ingin tahu lebih dalam untuk meneruskan pesan -pesan yang diterima kepada orang lain, mempermudah penemuan informasi oleh sasaran pendidikan serta mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik (Puspitaningrum, 2017).

Remaja dengan pengetahuan yang baik akan mencegah perilaku seksual dibandingankan dengan remaja pengetahuan kurang.

Pengetahuan merupakan modal dasar bagi seseorang untuk berperilaku.

Siswa yang mempunyai pengetahuan yang baik mengenai kesehatan reproduksi tentunya mengetahui pula bahaya dan risiko yang akan ditimbulkan oleh hubungan seksual pranikah, sehingga dia menghindari hal tersebut. Sebaliknya siswa yang memiliki pengetahuan yang kurang maka kemungkinan untuk melakukan hubugan seksual pranikah jauh lebih besar, kerana tidak mengetahui akibat yang bisa ditimbulkan dari perbuatan tersebut (Marlia, 2015)

b. Sikap Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian responden pada pretest kelompok intervensi, diketahui pada kategori sikap negatif sebanyak 75% dan postest meningkat menjadi 95% pada kategori sikap positif. Responden pada kelompok kontrol saat pretest diketahui sikap tebanyak pada kategori sikap negative sebesar 92,5%

dan meningkat postest terbanyak pada kategori sikap positif sebesar 67,5%.

Perubahan sikap pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, keyakinan/kepercayaan yang didapatkan dari hasil pegindraan, yang salah satunya didapatkan pada pendidikan atau proses belajar (Ristraningsih, 2017). Media juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang.

Media bermanfaat menimbulkan minat sasaran. merangsang sasaran untuk meneruskan pesan kepada orang lain, dan memudahkan penyampaian informasi. Media berfungsi untuk memudahkan seseorang dalam memahami

(11)

informasi yang dianggap rumit. Hal ini sejalan dengan penelitian hasil penelitian Puspitaningrum (2017) yang menunjukkan bahwa ada peningkatan rerata sikap responden setelah intervensi dengan menggunakan media booklet. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa booklet merupakan media yang efektif untuk meningkatkan sikap remaja putri terkait kesehatan reproduksi

Penelitian lain yang dilakukan oleh Artini (2014) mengatakan bahwa penyuluhan dengan media booklet lebih efektif daripada media leaflet.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, setelah dilakukan penyuluhan dengan media booklet tentang pencegahans seks pranikah terjadi peningkatkan pengetahuan dan sikap remaja di SMP Negeri 5 Surakarta yang ditandai dengan semakin banyaknya remaja yang memiliki pengetahuan baik dan bersikap positif.

c. Pengaruh pemberian penyuluhan dengan media booklet terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan seks pranikah

Hasil perlakuan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol meningkatkan pengetahuan dan sikap akan tetapi perbedaan rata – rata pengetahuan sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi yaitu dengan media booklet lebih besar.

Oleh sebab itu, pemberian penyuluhan kesehatan menggunakan metode booklet pada kelompok intervensi memberikan pengaruh yang positif, yang mana dengan pemberian penyuluhan kesehatan dengan metode booklet dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap

tentang pencegahan seks pranikah.

Responden pada kelompok intervensi mengatakan bahwa dengan metode booklet membantu mereka dalam memahami materi yang diberikan dan bentuk visual booklet yang menarik perhatian yang berisi materi sehingga ada dorongan untuk membaca dan memahami materi. Sedangkan dengan pemberian materi leaflet yang singkat sehingga kurang bisa dipahami. Sikap positif seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan yang positif, begitu juga sebaliknya (Notoatmodjo, 2012).

Penggunaan media

pembelajaran untuk mempermudah pendidik menyampaikan materi kepada peserta didik tetapi penggunaan media pembelajarn membantu untuk meningkatkan motivasi siswa untuk belajar lebih interaktif dan lebih aktif didalam kelas sehingga adanya umpan – balik terhadap pendidik dan peserta tersebut (Audie, 2019). Media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini menggunakan media booklet. Booklet merupakan buku kecil berisi informasi baik berupa gambar atau tulisan, dan berfungsi sebagai selebaran (Paramita et al., 2019). Booklet dapat menjadi salah satu alternatif yang digunakan oleh guru karena menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik. Media booklet memiliki keunggulan diantaranya mudah dibawa, karena berukuran kecil dan tipis, dilengkapi penjelasan yang ringkas dan sistematis sehingga mudah dipahami, namun tetap variatif dibandingkan dengan buku pelajaran, bahasa yang digunakan juga lebih mudah dipahami dan komunikatif,

(12)

serta dilengkapi dengan gambar- gambar sebagai ilustrasi sehingga mempermudah dalam memahami penjelasan (Yulianti et al., 2019).Sedangkan pada kelompok kontrol diberikan penyuluhan dengan menggunakan leaflet. Leaflet merupakan media informasi yang berupa selebaran kertas berisi tulisan dengan kalimat-kalimat singkat, dan gambar. Dalam membuat leaflet harus mempertimbangkan unsur desain, karakteristik sasaran, dan informasinya lengkap serta mudah dipahami (Ambarwati, dkk 2014).

Peningkatan pengetahuan dan sikap ini diperoleh dari proses belajar dengan memanfaatkan semua alat indera, dimana 13% dari pengetahuan diperoleh/disalurkan melaui indera dengar dan 35-55% melalui indera pendengaran dan penglihatan (Bertalina, 2015)

KESIMPULAN

1. Karakteristik responden yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, riwayat mendapatkan informasi pencegahan seks pranikah, dan sumber informasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol diperoleh p-value

> (0,05) sehingga kedua kelompok sebanding.

2. Tingkat pengetahuan dan sikap remaja sebelum diberikan penyuluhan pada kelompok intervensi diperoleh hasil kategori cukup 18 orang (45%) dan kelompok kontrol pada kategori kurang 17 orang (42,5%). Sedangkan hasil sikap pada kelompok intervensi diperoleh hasil kategori sikap negatif 30 orang (75%) dan kelompok

kontrol pada kategori sikap negatif 37 orang (92,5%)

3. Tingkat pengetahuan dan sikap remaja sesudah diberikan penyuluhan pada kelompok intervensi diperoleh hasil kategori baik 34 orang (45%) dan kelompok kontrol pada kategori baik 24 orang (60%). Sedangkan hasil sikap pada kelompok intervensi diperoleh hasil kategori sikap positif 38 orang (95%) dan kelompok kontrol pada kategori sikap positif 27 orang (67,5%) 4. Tingkat pengetahuan dan sikap

remaja baik kelompok intervensi dan kelompok kontrol, sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan diperoleh hasil p value 0,000, nilai tesebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perbedaan pretest dan posttest sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian penyuluhan melalui media booklet pencegahan seks pranikah (BOCAH SEPAH) terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja di SMP Negeri 5 Surakarta.

5. Tingkat pengetahuan dan sikap remaja setelah diberikan penyuluhan kesehatan pada kelompok intervensi dan kelompk kontrol dengan nilai p value 0,000 dan 0,003. Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan tingkat pengetahuan dan sikap antara kelompok intervensi dan kelompk kontrol. Penyuluhan dengan media booklet lebih besar pengaruhnya terhadap tingkat pengetahuan dan sikap pencegahan seks pranikah disbanding dengan media leaflet.

(13)

SARAN

1. Bagi Guru dan Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Surakarta

Hasil penelitian ini dapat dijadikan motivasi untuk meningkatkan edukasi tentang pencegahan seks pranikah dengan menggunakan media seperti booklet yang dapat digunakan untuk pencegahan dan peningkatan pemahaman tentang pencegahan seks pranikah

2. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan menambah informasi pengetahuan tentang pencegahan seks pranikah.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam memperkaya daftar pustaka, berguna bagi pembaca secara keseluruhan khususnya pada mahasiswa kebidanan mengenai pengetahuan pencegahan seks pranikah

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan gambaran untuk peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan variabel untuk mengetahui faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap. Peneliti juga menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat melakukan teknik interview atau observasi sehingga data yang didapat dapat lebih mengambarkan keadaan sebenarnya pada populasi dan sampel yang diteliti. Saran selanjutnya untuk mengambil sampel yang lebih banyak, hal ini bertujuan untuk keakuratan data yang lebih dan untuk penelitian yang berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, F.A. 2012. Makna Hubungan Seks Bagi Remaja yang Belum Menikah di Kota Surabaya. Jurnal Sosial dan Politik. Departemen Sosiologi, FISIP, Universitas Airlangga

Abdullahi,M., & Umar, A.(2017).

Consequences of Pre- Marital Sex among the Youth a Study of University of Maiduguri. Journal Of Humanities And Social Science, 10 (1), 10-17. Retrieved from https://iosrjournals.org/iosr-

jhss/papers/Vol10-

issue1/B01011017.pdf?id=6193 Amanda. (2017). Ada 347 Pernikahan

Anak di Bawah umur di Kabupaten Semarang

Ambarwati, M. R., Rahayu, T. P., &

Herlina, T. (2016). Fungsi manajemen puskesmas dalam program pemberian ASI eksklusif (Studi kualitatif di Wilayah Kerja Puskesmas

“S”). GLOBAL HEALTH SCIENCE, 1(2), 75-82.

Ananda, S. S. D., & Apsari, N. C. (2020).

Mengatasi Stress Pada Remaja Saat Pandemi Covid-19. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 7(2), 248–256

Artini, F. R., Maliya, A., & Sudaryanto, A. (2014). Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Leaflet Dengan Booklet Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Chikungunya Di Desa Trangsan Gatak Sukoharjo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta)

Audie, N. (2019, May). Peran media pembelajaran meningkatkan hasil belajar peserta didik. In

(14)

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP (Vol. 2, No. 1, pp.

586-595).

Bertalina. (2015). Pengaruh Promosi Kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang pada Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang. Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1, April 2015, hal 56-63.

BKKBN. (2019). Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program KKBPK Tahun 2018-Panduan Pewawancara.

Jakarta:BKKBN

Budhyati MZ. 2012. Pengaruh Internet Terhadap Kenakalan Remaja.

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST)

Fitriani NL dan Andriyani S. (2015).

Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Anak Usia Sekolah Akhir (10-12 Tahun) Tentang Makanan Jajanan Di Sd Negeri Ii Tagog Apu Padalarang Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia.

Vol. 1. No. 1 (7-26).

Hapsari, A.(2019) Buku Ajar kesehatan Reproduksi Modul Kesehatan reproduksi Remaja.Malang : Wineka media

Hulu, dkk (2020). Promosi Kesehatan Masyarakat. Medan : Yayasan Kita Menulis

Marlia, T. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Hubungan Seksual Pranikah pada Remaja di Salah Satu SMA Di Indramayu. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan, Vol 1 (1), 125- 134

Mustalia, M., Suryoputro, A., &

Widjanarko, B. (2016). Perilaku Seksual Remaja di Lingkungan Lokalisasi Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 11(1), 78-93.

Natalia YD, Sunarti NTS, Astuti IR.

2014. Penyuluhan tentang HIV/AIDS Terhadap Sikap Remaja pada Orang dengan HIV/AIDS. Jurnal Studi Pemuda Vol. 3, no.1

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.

Pendidikan dan perilaku kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012.

Pendidikan dan perilaku kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta

Padut,R.D., Nggarang, B. N., & Eka, A.

R. (2021). Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas Xii Di Man Manggarai Timur Tahun 2021. Wawasan Kesehatan, 6(1).

Paramita, R., Panjaitan, R. G. P., &

Ariyati, E. (2019). Pengembangan Booklet Hasil Inventarisasi Tumbuhan Obat Sebagai Media Pembelajaran Pada Materi Manfaat Keanekaragaman Hayati. JIPI (Jurnal IPA Dan Pembelajaran IPA), 2(2), 83–88.

https://doi.org/10.24815/jipi.v2i2.123 Pebrianti, S. E. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Booklet “Sex Education” terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja dalam Perilaku Seks Pranikah di SMK X(Doctoral dissertation, Universitas Jenderal Soedirman).

Puspitaningrum, W., Agusyahbana, F., Mawarni, A., & Nugroho, D. (2017).

Pengaruh media booklet terhadap pengetahuan dan sikap remaja putri

(15)

terkait kebersihan dalam menstruasi di Pondok Pesantren Al-Ishlah Demak Triwulan II Tahun 2017.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 5(4), 274-281.

Ristraningsih, G. P. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pada Siswi Kelas VIII Di SMP Negeri 28 Semarang. Surakarta:

Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2017.

Sarwono, Sarlito W (2013). Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers Sebayang, W., Sidabutar, E.R. &

Gultom, D.Y. 2018. Perilaku Seksual Remaja. Yogyakarta : Deepublish Siregar, dkk (2020). Promosi Kesehatan

Lanjutan Dalam Teori Dan Aplikasi.

Jakarta : Kencana

Tias, A.R.F.A (2015). Hubungan Antara Lingkungan Pergaualan dengan Sikap dan Perilaku Seks Bebas Remaja di SMK Murni 2 Surakarta : Skripsi Triyanto, Endang. (2010). Pengalaman

Masa Pubertas Remaja Studi Fenomenologi di Purwokerto. Jurnal Ners. Vol 5 No. 2 Oktober 2010 Yolanda, R., Kurniadi, A., &

Tanumihardja, T. N. (2019). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Di Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 10(1), 69–78.

https://doi.org/10.22435/kespro.v10i 1.21 74.69-78

Yulianti, Maharani, N. A. F. D., &

Kumala, F. N. (2019). Pengembangan Media E-Booklet Materi Zat Untuk Meningkatkan Karakter Siswa SD Islamic Global School Malang.

Elementary School, 6(2), 112–119.

https://doi.org/10.31316/esjurnal.v6i 2.269.

Zuhri, S and Herlina. 2014 Model Pendidikan Seks (Sex Education) Orang Tua Bagi Remaja Guna Mencegah Seks Pranikah Serta Model Tayangan Alternative Seksualitas.

Referensi

Dokumen terkait

Pada kelompok kontrol sebelum intervensi nilai rata-rata adalah 5.96 dan setelah nilai rata-rata adalah 8.23.Perbandingan intensitas nyeri sesudah intervensi pada kelompok

Kontrol Sebelum &amp; Sesudah 32 .684 .000 Dari tabel 4.5 dan 4.6 di atas dapat dicermati bahwa kecemasan pada kelompok intervensi setelah perlakuan menurun sebanyak 7,67 dengan

Hasil penelitian yang menunjukkan tidak ada perbedaan kadar hemoglobin ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan intervensi pada kelompok kontrol dengan hanya

4.23 Perbedaan Skor RULA pada Posisi Berdiri sebelum dan sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol ... 79 4.25 Perbedaan Skor Kelelahan Sesudah Kerja sebelum

Hasil: Tingkat pengetahuan remaja tentang sindrom premenstruasi sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan mengalami peningkatan yaitu sebelum diberikan penyuluhan tingkat

Pada Tabel 1 dapat dilihat tidak adanya perbedaan yang bermakna konsentrasi EPA sebelum intervensi (EPA1) antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p&gt;0,05), sedangkan

Perbedaan Sikap Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelompok Perlakuan Hasil analisis tentang perbedaan sikap remaja putri sebelum dan sesudah perlakuan, dalam hal ini adalah pendidikan

penelitian berjudul “Pengaruh penyuluhan gizi dengan media video terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentag konsumsi buah dan sayur di SMAN 1 Palangka Raya” dengan desain quasi-