• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian Identitas Klien - GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG PENYAKIT THYPOID FEVER DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keperawatan 1. Pengkajian Identitas Klien - GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG PENYAKIT THYPOID FEVER DI RUANG CEMPAKA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian Identitas Klien

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2014). Pengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :

a. Data subyektif

Biodata/Identitas menurut Sodikin (2012), pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara pengajian dalam data subyektif diantaranya adalah : 1) Nama anak

Mengkaji biodata anak yang mencakup identitas anak tersebut.

2) Umur anak

Mengkaji umur anak untuk memastikan data pemeriksaan medis anak serta menentukan jumlah dosis yang diberikan.

3) Jenis kelamin

Mengkaji jenis kelamin untuk identitas pasien dan penilaian data pemeriksaan.

4) Nama orang tua

Mengkaji identitas orang tua pasien baik wali pasien maupun anggota keluarga lainnya

(2)

Mengkaji umur orangtua pasien untuk melengkapi identitas sebagai wali pasien tersebut.

6) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

7) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.

8) Pendidikan

Mengkaji pendidikan trakhir yang dapat mempengaruhi pola hidup sehat pasien dan keluarga.

9) Pekerjaan

Mengkaji pekerjaan orangtua / wali sebagai pemenuhan ekonomi dalam keluarga yang mempengaruhi kualitas kehidupan.

10) Alamat

Mengkaji alamat lengkap untuk mengindentifakasi asal keluarga tersebut.

b. Riwayat Kesehatan

(3)

1) Keluhan utama

Keluhan utama ditulis singkat dan jelas, yang merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan kesehatan. Keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit meliputi catatan mengenai kemungkinan seseorang yang dapat dipercaya dan keluhan yang paling dikeluhkan pasien.

2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa kerumah sakit. meliputi penyakit sekarang yang sedang dirasakan seperti tanggal timbulnya keluhan dan faktor penceus terjadinya demam thypoid serta gambaran keadaan penyakit trsebut yang berisi tentang lokasi, kualitas, kuantitas, faktor penghilang dan waktu / frekuensi.

3) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini. seperti perawatan dirumah sakit terakhir, alergi, imunisasi, riwayat pengobatan sebelumnya.

4) Riwayat keluarga

Riwayat keluarga seperti kecenderungan keluarga pada sebuah penyakit yang pernah dialami atau terdapat penyakit keturunan pada keluarga sebelumnya, contohnya hipertensi, kanker, alergi.

c. Review of system

Review of system adalah pengkajian berdasarkan persistem di tubuh, dengan

(4)

lama pasien alami untuk menentukan diagnose dan intervensi serta implementasi yang akan diberikan kepada pasien.

Pengkajian dapat berupa vital sign berupa denyut nadi normal 80-115x/menit, denyut nadi anak dengan demam >115x/menit.Pernafasan normal 25-30x/menit, anak dengan demam >30x/menit. Temperature normal 36°C-37°C, temperature pada anak demam adalah ≥38°C.

a. Sistem pernafasan dikaji untuk mengetahui apakah pasien memiliki gangguan pernafasan berupa dyspnea berupa sesak napas sehingga perlu mendapatkan bantuan oksigen. Pengkajian juga dilakukan untuk mengetahui apakah pasien memiliki riwayat penyakit dengan gangguan pernafasan berupa bronkritis, pneumonia, atau sebagainya yang menyebabkan gejala kenaikan suhu tubuh pada anak.

b. Pengkajian kardiovaskuler untuk mengetahui apakah anak memiliki gangguan pernapasan yang disebabkan oleh gangguan jantung dan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan denyut nadi.

c. System gastrointestinal mengkaji apakah terdapat gangguan buang air besar (BAB) yang apabila terjadi diare, mual dan muntah dapat mengakibatkan dehidrasi yang akan memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh.

d. System perkemihan mengkaji apakah pasien terdapat riwayat ginjal, melihat frekuensi buang air kecil (BAK), apakah anak terdapat kesulitan BAK dan melihat warna urine.

(5)

f. System imun mengkaji riwayat imunisasi anak berupa imunisasi BCG, hepatitis A dan B, DPT, polio, campak, dan sebagainya.

g. System reproduksi dikaji untuk melihat apakah terdapat gangguan pada reproduksi yang akan memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh.

h. System muskoloskeletal mengkaji untuk melihat tumbuh kembang anak, serta aktivitas anak.

i. System endokrin mengkaji apakah pasien mengalami gangguan tidur, lemah dan mudah lelah.

j. System integument mengkaji apakah pasien memiliki masalah kulit yang mengakibatkan infeksi dan memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh.

k. System hematologi mengkaji apakah anak mengalami anemia, perdarahan, terdapat penyakit gangguan pada darah berupa leukemia yang memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh.

2. Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan daraf perifer lengkap b) Pemeriksaan SGOT dan SGPT c) Pemeriksaan uji widal

3. Diagnosa Keperawatan

(6)

prioritas sebagai perawat (Dinarti, 2009). Diagnosa yang mungkin muncul pada klien typhoid adalah :

a) Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi

4. Perencanaan

Perencanaan dalam proses keperawatan adalah metode pemberian langsung kepada klien terdiri atas tiga fase yaitu menentukan prioritas, merumuskan tujuan dan membuat intervensi keperawatan. Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan perencanaan keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Intervensi keperawatan (Nanda, 2006) : NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria

Hasil

tentang penyakit dan perawatan

klien.

3.Beri kesempatan keluaga

untuk bertanya bila ada yang

belum dimengerti.

4.Beri reinforcement positif jika

klien menjawab dengan tepat,

klien

5.Libatkan keluarga dalam setiap

tindakan yang dilakukan pada

(7)

5. Penatalaksanaan

Pelaksanaan merupakan kategori dan perilaku keperawatan, dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan, pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari dengan kata lain pelaksanaan mencangkup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari (Muscari, 2009).

6. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan memeriksa setiap aktivitas dan apakah hasil yang diharapkan telah tercapai. Adapun tipe-tipe evaluasi yang harus perawat lakukan dalam asuhan keperawatan kepada klien meliputi : evaluasi masalah kolaboratip yaitu mengumpulkan data yang telah dipilih, membandingkan data untuk mencapai data normal. Menilai data yang di dapat dengan nilai normal. Evaluasi diagnosis keperawatan dan peningkatan pencapaian tujuan dan evaluasi dari status perencanaan keperawatan dan hasil yang di dapat (Nursing diagnosis, 2006).

Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.

B. Pengertian Pengetahuan 1. Definisi

(8)

Menurut Bloom (2009) pengetahuan adalah kemampuan mengenal atau mengingat materi yang telah dipelajari mulai dari yang sederhana sampai pada yang sukar dan lebih di tekankan pada kemampuan mengingat yang lebih besar.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut taksonomi Bloom (2009), pengetahuan mencangkup enam tingkat domain kognitif, yaitu :

a) Mengetahui (knowledge)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkatan ini menjadikan seseorang mampu mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya termasuk hal-hal spesifik dari seluruh yang dipelajari. b) Memahami (Comparehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Tingkatan ini menjadikan seseorang mampu menjelaskan tentang objek yang diketahuinya dan dapat menginterpretasikan.

c) Mengaplikasi (Aplication)

(9)

d) Menganalisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Tahap ini menjadikan seseorang mampu menjabarkan materi suati objek ke dalam komponen-komponen yang saling berkaitan dalam situasi yang terorganisasi.

e) Mensintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Tahap ini menjadikan seseorang mampu menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f) Mengevaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Tahap ini menjadikan seseorang mampu, melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek.

3. Manfaat pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan seseorang akan lebih langgeng apabila di dasari dengan perilaku dan pengalaman terdapat 5 manfaat pengetahuan yaitu:

a) Kesadaran (Awarenes), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

(10)

c) Menimbang-nimbang (Evalution), dimana seseorang mulai menimbang-nimbang terhadap baik buruknya stimulus bagi dirinya.

d) Mencoba (Trial), dimana orang mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikhendaki stimulus.

e) Adaptasi, dimana seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

C. Gambaran penyakit Thypoid Fever 1. Definisi

Demam thypoid (Tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Astuti, 2013).

Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. Faktor- faktor yang mempengaruhi adalah daya tahan tubuh, higienitas, umur, dan jenis kelamin. Infeksi demam tifoid ditandai dengan bakterimia, perubahan pada system

retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses, dan ulserasi plaque

peyeri di distal ileum (Putra, 2012).

Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid dan demam enterik. Demam paratifoid secara patologik maupun klinis adalah sama dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan, penyakit ini disebabkan oleh spesies Salmonella enteriditis, sedangkan demam enterik dipakai pada demam tifoid maupun demam paratifoid (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

2. Epidemiologi

(11)

Dari laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, terdapat 17 juta kasus demam thypoid per tahun di dunia dengan jumlah kematian mencapai 600.000 kematian dengan Case Fatality Rate (CFR = 3,5%). Angka kejadian penyakit demam thypoid di daerah endemis berkisar antara 45 per 100.000 penduduk per tahun sampai 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Demam thypoid terutama ditemukan di negara sedang berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi, serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat (Suriadi, 2011). Salmonella typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia (manusia sebagai

natural reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat mengeksresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja dalam jangka waktu yang sangat bervariasi. Salmonella typhi yang berada di luar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di dalam air, es, debu, atau kotoran yang kering maupun pada pakaian. Akan tetapi S. typhi hanya dapat hidup kurang dari 1 minggu pada raw sewage, dan mudah dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi (temperatur 63°C) (Rampengan, 2010).

Demam thypoid erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi lingkungan yang buruk (Huda, 2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit tersebut antara lain sanitasi umum, temperatur, polusi udara, dan kualitas air. Faktor sosial ekonomi seperti kepadatan penduduk, kepadatan hunian, dan kemiskinan juga mempengaruhi penyebarannya.

3. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu (Muscari, 2009).

1) Mulut

(12)

terdiri dari gigi yang fungsinya mengunyah makanan, lidah yang berfungsi untuk menggerakkan makanan dan kelenjar saliva yang berfungsi mengubah makanan menjadi bolus.

2) Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan (esofagus). Terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.

3) Esofagus

Esofagus adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya 20-25 cm dimulai dari faring sampai pintu masuk kardiak lambung. Fungsinya hanya untuk melewatkan makanan.

4) Lambung

Lambung terdiri dari kardiak, fundus, body, antrum, dan spingter pilori. Fungsinya sebagai tempat penyimpanan makanan, mengaduk, memecah, dan mendorong makanan ke usus halus.

5) Usus Halus

Usus halus terdiri dari Duodenum, Jejenum, dan Ileum. Fungsi usus halus adalah sebagai tempat absorbsi elektrolit, mineral, kalium, kalsium, magnesium, besi, dan HCO3. Usus halus juga sebagai tempat mengabsorbsi nutrisi berupa karbohidrat, protein ,lemak, dan vitamin.

6) Usus Besar (Kolon)

Usus besar terdiri dari caecum, asendends, transversum, desendends, dan sigmoid. Fungsinya adalah menyerap air dan elektrolit 80-90% dari makanan dan mengubah dari cairan menjadi massa.

7) Rektum dan Anus

Anus adalah saluran cerna yang menghubungkan rektum dengan dunia luar.Anus terdiri dari 3 spingter :

(13)

-Spingter Ani Eksternus

Organ-organ yang terletak diluar saluran cerna :

a) Hati, Fungsinya : Sekresi empedu, mempertahankan hemostatik gula darah; menyimpan glikogen, lemak Vit. ADEK dan zat besi yang disimpan sebagai feritin; mengubah zat buangan dan bahan racun untuk disekresi dalam empedu dan urin.

b) Empedu, Fungsinya sebagai persediaan getah empedu dan membuat getah empedu menjadi kental.

c) Pankreas, Fungsi eksokrin ; membentuk getah pankreas. Fungsi endokrin ; mensekresi insulin dan glukagon.

Fisiologi sistem pencernaan

Menurut Sodikin (2011), makanan masuk ke dalam mulut, diproses oleh gigi, lidah, dan kelenjar saliva. Setelah itu makanan masuk ke faring lalu lewat melalui esofagus menuju lambung. Di lambung makanan disimpan dan diproses sementara dan didorong ke usus halus menuju ke hati melalui pembuluh kapiler darah di vili, dan vena portal. Sisa-sisa makanan yang tidak dapat diserap oleh hati akan didorong ke usus besar. Sisa makanan akan diserap kembali berupa air dan elektrolit dan akan diubah menjadi massa. Kemudian sisa makanan akan dikeluarkan melalui rektum dan anus melalui proses defekasi.

4. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhosa/ Eberthella

typhosa/ Salmonella typhi yang merupakan kuman gram negatif, bergerak dengan

(14)

Sumber penularan utama demam thypoid adalah penderita itu sendiri dan karier yang dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman S. typhi dalam tinja, dan tinja inilah yang menjadi sumber penularan .Bakteri ini dapat hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70°C ataupun oleh antiseptik (Rampengan, 2010). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah, dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 60°C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan, dan khlorinisasi .S. typhi mempunyai beberapa komponen antigen, yaitu:

a. Antigen O (Antigen Somatik)

Terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.

b) Antigen H (Antigen Flagella)

Terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas alkohol.

c) Antigen Vi

Terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis (Dermawan, 2014). Selain itu, S. typhi juga dapat menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum. Antigen Vi berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin. Ketiga macam antigen tersebut di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut agglutinin.

d) Outer Membrane Protein (OMP)

(15)

berperan pada patogenesis demam tifoid dan merupakan antigen yang penting dalam mekanisme responimun penjamu.

5. Tanda dan Gejala

Masa tunas typhoid 10-14 hari Minggu I. Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut. Minggu II, Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran (Widagso, 2012).

6. Manifestasi Klinis

Masa tunas demam thypoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala- gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai berat, dari asimtomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian (Widodo, 2010). Pada minggu pertama, gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis (Widodo, 2010). Umumnya konstipasi dijumpai pada awal penyakit. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat.

(16)

dan (febris kontinyu) kemudian turun secara lisis. Demam tidak hilang dengan antipiretik, tidak menggigil, tidak berkeringat, dan kadang disertai epistaksis.

7. Patofisiologi Kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi

Masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus, dan selanjuntnya berkembang biak (Susilaningrum, 2013). Di usus terjadi produksi IgA sekretorik sebagai imunitas humoral lokal yang berfungsi untuk mencegah melekatnya kuman pada mukosa usus. Sedangkan untuk imunitas humoral sistemik, diproduksi IgM dan IgG untuk memudahkan fagositosis kuman oleh makrofag. Imunitas seluler sendiri berfungsi untuk membunuh kuman intraseluler .

Bila respons imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik, maka kuman akan menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propria. Di lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesentrika.

(17)

sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskular, gangguan mental, dan koagulasi (Sodikin, 2011).

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang menurut (Nursalam, 2008) : a.Darah rutin, urin rutin

b.Tes widal c.Kutur darah d.Terapi

e.Tirah baring sampai 7 hari bebas demam f.Diet lunak

g.Antibiotik

9. Penatalaksanaan

Pengkajian penatalaksanaan menurut (Suriadi, 2010) adalah : a) Istirahat dan perawatan.

Tirah baring dengan perawatan sepenunhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, buang air kecil,dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan, perlu dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan penumonia.

b) Diet dan terapi penunjang

Makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses peyembuhan akan menjadi lama. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein . Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat dan tidak boleh menimbulkan banyak gas.

c) Obat pilihan utama

(18)

Fluorokuinolon, dan Kortikosteroid. Antibiotik golongan Fluoroquinolone (ciprofloxacin, ofloxacin, dan pefloxacin) merupakan terapi yang efektif untuk demam thypoid yang disebabkan isolat tidak resisten terhadap fluoroquinolone dengan angka kesembuhan klinis sebesar 98%, waktu penurunan demam 4 hari, dan angka kekambuhan dan fecal karier kurang dari 2%. Fluoroquinolone memiliki penetrasi ke jaringan yang sangat baik, dapat membunuh S. typhiintraseluler di dalam monosit/makrofag, serta mencapai kadar yang tinggi dalam kandung empedu dibandingkan antibiotik lain.

10.Cara penularan

Infeksi dapat ditularkan dengan cara menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan tinja (Nursalam, 2008). Selain itu, penularan dapat terjadi juga dengan kontak langsung jari tangan yang terkontaminasi tinja, urin, sekret saluran nafas, atau dengan pus penderita yang terinfeksi Penularan S. typhi juga dapat terjadi melalui transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada dalam bakterimia kepada bayinya. Sebagian besar penularan terjadi melalui makanan/minuman yang tercemar oleh kuman di tinja atau urin penderita atau karier .

Beberapa kondisi kehidupan manusia yang sangat berperan dalam penularan adalah: a) Higiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang tidak

terbiasa.

b) Higiene makanan dan minuman yang rendah, seperti mencuci makanan dengan air yang terkontaminasi, makanan yang dihinggapi lalat.

c) Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, kotoran, dan sampah tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.

d) Penyediaan air bersih kepada warga yang tidak memadai. e) Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat.

(19)

Penderita demam thypoid merupakan sumber utama infeksi yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit baik ketika ia sedang sakit, maupun yang sedang dalam penyembuhan. Pada masa penyembuhan, penderita umumnya masih mengandung bibit penyakit di dalam kandung empedu dan ginjal.Karier demam tifoid adalah seseorang yang kotorannya (tinja atau urin) mengandung S. typhi setelah satu tahun pasca demam tifoid, tanpa disertai gejala klinis. Pada penderita demam tifoid yang telah sembuh setelah 2 – 3 bulan masih dapat ditemukan kuman S. typhi di tinja atau urin. Penderita ini disebut karier pasca penyembuhan (Husein, 2013).

11. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain adalah (Dermawan, 2014): 1). Intestinal

Perdarahan intestinal Pada plague peyeri usus yang terinfeksi dapat terbentuk tukak/ luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah, maka terjadi perdarahan. Selanjutnya bila tukak menembus dinding usus maka perforasi dapat terjadi. Selain karena faktor luka, perdarahan juga dapat terjadi karena gangguan koagulasi darah atau gabungan kedua faktor.

a. Perforasi usus

(20)

2) Ekstra

a. Intestinal

Hal ini dapat terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang. Komplikasi hematologi berupa trombositopenia, peningkatan prothrombin time, peningkatan partial thromboplastine time, peningkatan fibrin degradation products sampai koagulasi intravaskular diseminata (KID) dapat ditemukan pada kebanyakan pasien demam thypoid.

12. Pencegahan

Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar S. typhi,maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka konsumsi. S. typhi akan mati dalam air yang di panaskan setinggi 57°C dalam beberapa menit atau dengan prose iodinasi/klorinasi. Vaksinasi atau imunisasi memberikan pendidikan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala terhadap penyaji makanan baik pada industri makanan maupun restoran dapat berpengaruh terhadap penurunan angka kejadian demam tifoid (Widoyono, 2012).

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan, mengkonsumsi makanan sehat, memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan budaya cuci tangan yang benar dan memakai sabun, meningkatkan higiene makanan dan minuman, dan perbaikan sanitasi lingkungan. Di Indonesia terdapat tiga jenis vaksin tifoid, yaitu:

1. Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna. 2.Vaksin parenteral sel utuh.

3.Vaksin polisakarida Typhin Vi Aventis Pasteur Merrieux.

(21)

sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat dan pada penderita carier perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium pasca penyembuhan.

Pencegahan demam thypoid melalui gerakan nasional sangat diperlukan karena akan berdampak cukup besar terhadap penurunan kesakitan dan kematian akibat demam tifoid. Tindakan preventif dan kontrol penularan kasus luar biasa (KLB) demam tifoid mencakup banyak aspek, mulai dari segi kuman S. typhi sebagai agen penyakit dan faktor pejamu (host) serta faktor lingkungan. Secara garis besar terdapat tiga strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu (Dermawan, 2014) :

a) Identifikasi dan eradikasi S. typhi baik pada kasus demam tifoid maupun kasus karier tifoid. Pelaksanaanya dapat dilakukan secara aktif dengan mendatangi sasaran dan pasif dengan menunggu bila ada penerimaan pegawai di suatu instansi. Sasaran aktif lebih diutamakan pada populasi tertentu seperti pengelola sarana makanan/ minuman. Sasaran lainnya adalah yang terkait dengan pelayanan masyarakat, yaitu petugas kesehatan, petugas kebersihan, dan lainnya.

b) Pencegahan transmisi langsung dari pasien yang terinfeksiS. typhi akut maupun karier. Kegiatan ini dilakukan di rumah sakit, klinik, maupun di rumah dan lingkungan sekitar orang yang telah diketahui pengidap kuman S. typhi.

(22)

D. Kerangka Konsep Teori

Salmonella Typhi

Tingkat pengetahuan orangtua tentang penyakit demam thypoid

Tanda dan gejala

Cara penularan

Komplikasi Pencegahan

Penurunan tingkat demam thypoid

Gambar

Tabel 2.1 Intervensi keperawatan (Nanda, 2006) :

Referensi

Dokumen terkait

Keluarga merupakan institusi pertama untuk mengadakan interaksi dan menanamkan nilai-nilai termasuk kemandirian, moral agama bagi anak, namun melihat fenomena yang

Para Staf Administrasi Program Magister (S2) Ilmu Hukum, Program Pascasarjana, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang yang telah memberi banyak bantuan kepada

WLAN menggunakan gelombang radio dengan teknologi spread spektrum yang memberikan kebebasan untuk bergerak selama masih pada jangkauan sinyal WiFi tanpa terputus

AHMAD BAEDOWI : “ Pengaruh Keterampilan Guru Memberikan Penguatan Dalam Pembelajaran Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan di Kelas X MAN

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shfit Share. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Kabupaten Kulon

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta sholawat serta salam penulis sampaikan kepada beliau junjungan nabi Muhammad saw pada penulis, sehingga

Variabel yang diukur adalah tegangan yang dihasilkan sel surya untuk perhitungan radiasi surya (G T ), temperatur pada kolektor (T 1 -T 4 ) dan volume air yang dipompa oleh

Bila nama diri itu didahului kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata