• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rifqy Nur Fadlillah Andayani. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rifqy Nur Fadlillah Andayani. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

(Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia)

Rifqy Nur Fadlillah Rifqy_stiesia@ymail.com

Andayani

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out some factors which influence the disclosure of corporate social responsibility in mining companies’ annual report. CSR is a transparent business practice which is based on ethic values that is performed by giving attention to the employees, community, and environment, and it is designed to be able to fulfill the stockholders’ desire as well as the community in general.

The data collection technique uses content analysis to the social disclosure in the company’s annual report. Content analysis is carried out by using check list method to the social disclosure items in the companies’ annual report. This research is carried out to the mining companies in Indonesia which are listed in Indonesia Stock Exchange in the year of 2009 – 2012 periods.

The result shows that the disclosure and practice of CSR as accounting scope field is positive influenced by company size and company profitability. Other factors which are studied in this research such as leverage and the size of Board of Directors do not influence the disclosure of CSR which has been done by the company. Keywords: Corporate Social Responsibility, Company Size, Profitability, Leverage, the size of Board of

Directors

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) dalam laporan tahunan perusahaan pertambangan. CSR merupakan praktik bisnis transparan, yang didasarkan pada nilai-nilai etika, dengan memberikan perhatian pada karyawan, masyarakat dan lingkungan, serta dirancang untuk dapat memenuhi keinginan para pemegang saham dan juga masyarakat secara umum.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis

terhadap pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan. Content analysis dilakukan dengan metode check list terhadap item-item pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan pertambangan di Indonesia yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik dan pengungkapan CSR sebagai bidang cakupan akuntansi dipengaruhi positif oleh ukuran perusahaan (size) dan profitabilitas perusahaan. Faktor-faktor lain yang diteliti dalam penelitian ini seperti leverage dan ukuran dewan komisaris tidak mempengaruhi pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan.

Kata-kata kunci: tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), ukuran perusahaan, profitabilitas,

(2)

PENDAHULUAN

Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR), merupakan wacana yang sedang mengemuka di dunia perusahaan multinational. Wacana ini digunakan oleh perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian menuju pasar bebas. Perkembangan pasar bebas yang telah membentuk ikatan-ikatan ekonomi dunia dengan terbentuknya AFTA, APEC dan sebagainya, telah mendorong perusahaan dari berbagai penjuru dunia untuk secara bersama melaksanakan aktivitasnya dalam rangka mensejahterakan masyarakat di sekitarnya.

Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder tersebut yang memunculkan istilah tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya untuk senantiasa memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat sosialdan lingkungan. Penerapan Corporate Social Responsibility oleh perusahaan dapat diwujudkan dengan pengungkapan CSR (Corporate Social Responsibility) yang disosialisasikan ke publik dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan. Undang-undang telah mengatur pelaksanaan CSR dengan menerbitkan Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan perusahaan berbeda-beda meskipun memiliki jenis usaha yang sama sehingga berpengaruh terhadap CSR yang dilakukan perusahaan. Terdapat perbedaan Corporate Social Responsibility (CSR) di tiap perusahaan. Perbedaan tersebut dikarenakan karakteristik perusahaan yang berbeda-beda. Semakin kuat, karakteristik yang dimiliki suatu perusahaan tersebut dalam menghasilkan dampak sosial bagi publik tentunya akan semakin kuat pula pemenuhan tanggung jawab sosialnya kepada publik (Veronica dalam Sari, 2012).

Pentingnya pengungkapan CSR telah membuat banyak peneliti untuk melakukan penelitian dan diskusi mengenai praktik dan motivasi perusahaan untuk melakukan CSR. Beberapa penelitian yang terkait dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah banyak dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) dan Anggraini (2006) yang meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR. Diantara faktor-faktor yang menjadi variabel dalam penelitian tersebut adalah ukuran perusahaan, tipe perusahaan, profitabilitas, leverage

danukuran dewan komisaris.

Ukuran perusahaan (size) yang berukuran lebih besar merupakan emiten yang banyak disoroti dan cenderung memiliki keinginan masyarakat akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil. Hal ini berarti bahwa perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Penilitian yang berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini antara lain Belkaoui dan Karpik (1989), Hackston dan Milne (1996), dan Hasibuan (2001).

tipe industry (profile) dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan juga terjadi ketidak konsistenan hasil. Donovan dan Gibson (2000) menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial, dan dengan demikian

(3)

investor akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan negatif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hackston dan Milne (1996), menemukan hubungan yang positif dari kedua variabel tersebut. Bertolak belakang dengan hal tersebut seperti dinyatakan dalam Hackston dan Milne (1996) tidak menemukan hubungan antara kedua variabel tersebut.

Leverage memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Scott (2000) menyampaikan pendapat yang mengatakan bahwa semakin tinggi leverage kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba dimasa depan. Perusahaan yang memiliki rasio leverage tinggi akan lebih sedikit mengungkapkan CSR supaya dapat melaporkan laba sekarang yag lebih tinggi.

Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory (1999) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Sehingga perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan lebih banyak mengungkapkan CSR.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan size, profitabilitas, leverage, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility (CSR). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal jangka waktu pengambilan sampel yang lebih panjang yaitu antara 2009-2012. Penambahan periode pengamatan dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih banyak dan hasil penelitian ini mempunyai daya komparabilitas yang lebih baik. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan bukanlah merupakan konsep baru dalam masyarakat, tetapi semakin meluas bersamaan dengan konsep-konsep lain. Ide tanggung jawab sosial pada dasarnya adalah bagaimana perusahaan memberi perhatian kepada lingkungannya, terhadap dampak yang terjadi akibat kegiatan operasional perusahaan. Moir (2001) menyatakan selain menghasilkan keuntungan, perusahan harus membantu memecahkan masalah-masalah sosial terkait atau tidak perusahaan ikut menciptakan masalah tersebut bahkan jika disana tidak mungkin ada potensi keuntungan jangka pendek atau jangka panjang yang lain.

Pada saat yang sama perusahaan diharapkan untuk mematuhi hukum, karena hukum adalah kodifikasi yang dapat diterima masyarakat atas perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Perusahaan harus bertanggung jawab secara etis dan perusahaan diharapkan untuk menjadi warga perusahaan yang baik (good corporate citizen). CSR adalah perusahaan seharusnya mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder secara sukarela. Ini berarti bahwa perusahaan harus dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi beriringan dengan meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat luas. Ini bisa dilakukan dengan cara mengerti aspirasi dan kebutuhan stakeholder dan kemudian berkomunikasi dan berinteraksi dengan para

(4)

Mirza dan Imbuh (dalam Indira, 2005) mendefinisikan Corporate Social Responsibility

sebagi kewajiban organisasi yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa yang baik bagi masyarakat, tetapi juga mempertahankan kualitas lingkungan sosial maupun fisik, dan juga memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan komunitas dimana mereka berada.

Akibat banyaknya definisi CSR yang sangat beragam, lebih lanjut dalam penelitian Dahlsrud (2006) meneliti komponen yang terdapat dalam definisi-definisi CSR yang telah ada sebelumnya. Dahlsrud menemukan bahwa berbagai definisi CSR yang diteliti secara konsisten mengandung lima komponen, yaitu : ekonomi, sosial, lingkungan, pemangku kepentingan dan voluntarisme. Jika hasil analisis frekuensi diterapkan, maka urutan paling konsisten dari lima komponen adalah pemangku kepentingan dan sosial (keduanya memiliki rasio 88%), disusul ekonomi (86%), voluntarisme (80%) dan lingkungan (59%).

Konsep CSR pada umumnya menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap para stakeholders

yang terkait dan/atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi

stakeholdernya.

Hal tersebut didukung oleh Gray et al. (dalam Chariri dan Ghozali, 2007) yang menyatakan bahwa, kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder

dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya. Listyorini dan Anggana (dalam Indira, 2005) menyatakan bahwa pada dasarnya kemauan untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility (social responsibility) tergantung pada tingkat kepekaan sosial (social sensiveness) manajemen perusahaan, dimana tingkat kepekaan pengelola perusahaan adalah merupakan akumulasi dari tingkat kepekaan masing-masing individu yang menduduki berbagai tingkatan jabatan organisasi perusahaan yang bersangkutan.

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Pengungkapan (disclosure) kaitannya dalam laporan keuangan, mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas, serta mampu menggambarkan secara tepat, mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha (Chariri dan Ghozali , 2007). Pengungkapan (disclosure) dalam Hendriksen dan Breda (2002) didefinisikan sebagai penyediaan atau penyampaian informasi keuangan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya berupa laporan tahunan. Sedangkan mengenai informasi apakah yang harus diungkapkan dalam suatu laporan keuangan, tercantum dalam SFAC No.1 (Chariri dan Ghozali, 2007) pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan, tetapi juga media pelaporan informasi lainnya yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh akuntansi, yaitu mengenai sumber-sumber ekonomi, hutang, laba periodik, dan sebagainya.

Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib (mandatory disclosure) merupakan pengungkapan informasi yang wajib diberitahukan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bapepam. Sedangkan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) yaitu pengungkapan informasi diluar pengungkapan wajib yang diberikan dengan sukarela oleh perusahaan kepada para pemakai (Yularto dan Chariri, 2003). Dimana dalam pengungkapan sukarela yang di

(5)

laporkan dalam laporan tahunan ini terdapat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Pertimbangan aspek sosial ke dalam akuntansi telah dilakukan oleh Trueblood Committee. Trueblood Committee (dalam Widyatmoko, 2011) menyatakan bahwa tujuan sosial perusahaan tidak kalah penting daripada tujuan ekonomi.

Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai isi dari pengungkapan CSR itu sendiri (Chariri dan Ghozali, 2007). Dalam survei yang dilakukan oleh Ernst dan Ernst (dalam Chariri dan Ghozali, 2007) menemukan bahwa pengungkapan dikatakan berkaitan dengan isu sosial (dan lingkungan) jika pengungkapan tersebut berisi informasi yang dapat dikatagorikan ke dalam kelompok lingkungan, energi, praktik bisnis yang wajar (fair), sumber daya manusia, keterlibatan masyarakat, produk yang dihasilkan, dan pengungkapan lainnya (umum).

Ukuran Perusahaan (Size)

Salah satu variabel penduga yang paling menjelaskan variasi kuantitas pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan adalah size perusahaan. Ukuran suatu perusahaan dapat mempengaruhi luas pengungkapan informasi dalam laporan keuangan mereka. Perusahaan yang berukuran lebih besar merupakan emiten yang banyak disoroti dan cenderung memiliki keinginan masyarakat akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil. Hal ini berarti bahwa perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar juga akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil, karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil.

Size perusahaan dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki perusahaan, diharapkan berpengaruh terhadap luas pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam laporan tahunan perusahaan. Alasan yang mendasari pengharapan ini adalah umunya perusahaan memiliki biaya competitif disadvantage lebih rendah dari perusahaan kecil, skill karyawan yang lebih baik dan biaya pengungkapan yang rendah, sehingga memungkinkan dalam melakukan pengungkapan lebih luas. Variabel merupakan variabel yang paling konsisten dalam penelitian sebelumnya (Wallace et al. dalam Hadi dan Sabeni, 2002). Secara umum, menurut Gray et al.(dalam Sembiring, 2003), kebanyakan penelitian yang dilakukan mendukung hubungan antara size perusahaan dengan Corporate Social Responsibility

perusahaan. Profitabilitas

Heinze (dalam Heckston dan Milne, 1996) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial yang dilakukan oleh perusahan.

Hubungan antara pengungkapan CSR dan profitabilitas perusahaan telah dipostulasikan untuk merefleksikan pandangan bahwa kepekaan sosial membutuhkan gaya managerial yang sama sebagaimana yang diperlukan untuk dapat membuat perusahaan menguntungkan (profitable) (Bowman dan Haire dalam Heckston dan Milne, 1996).

(6)

Leverage

Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Perjanjian terbatas seperti perjanjian hutang yang tergambar dalam tingkat leverage

dimaksudkan membatasi kemampuan manajemen untuk menciptakan transfer kekayaan antar pemegang saham dan pemegang obligasi (Jensen dan Meckling; Smith dan Warner dalam Belkaoul dan Karpik, 1989).

Menurut Belkaoui dan Karpik (dalam Sembiring, 2003) keputusan untuk mengungkapkan informasi sosial akan mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan yang menurunkan pendapatan. Sesuai dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi perngungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi soratan debtholders. Hasil penelitiannya menunjukkan

leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.

Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan yang berbadan hukum perseroan terbatas yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002).

Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory (1999) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Dikaitkan dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan, kebanyakan penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagai karakteristik dewan komisaris dengan tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan. Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR

Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Di samping itu perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini antara lain Belkaoui dan Karpik (1989), Hackston dan Milne (1996), dan Hasibuan (2001). Secara umum, menurut Gray et al. (dalam Sembiring, 2003), kebanyakan penelitian yang dilakukan mendukung hubungan antara size perusahaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.Berdasarkan asumsi teori agensi, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:

(7)

Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR

Penelitian ilmiah terhadap hubungan profitabilitas dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memperlihatkan hasil yang sangat beragam. Akan tetapi pendapat yang diungkapkan oleh Heinze (dalam Anggraini, 2006) yang menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Dengan memperoleh keuntungan, maka dapat memberikan keleluasaan kepada manejemen perusahaan untuk melakukan CSR yang dianggap sebagai langkah strategis yang dapat memberikan efek positif bagi perusahaan serta dapat pula menjaga hubungan baik dengan para stakeholder lainnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Bowman dan Haire dalam Hackston dan Milne, 1996), maka hipotesis berikut ini dikemukakan:

H2: Terdapat pengaruh positif profitabilitasterhadap pengungkapan CSR.

Pengaruh Leverage Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR

Perjanjian terbatas seperti perjanjian hutang yang tergambar dalam tingkat leverage

dimaksudkan membatasi kemampuan manajemen untuk menciptakan transfer kekayaan antar pemegang saham dan pemegang obligasi (Jensen, Meckling, Smith, dan Warner dalam Belkaoui dan Karpik, 1989). Menurut Belkaoui dan Karpik (1989) keputusan untuk mengungkapkan informasi sosial akan mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan yang menurunkan pendapatan. Sesuai dengan teori agensi maka manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders. Hasil penelitiannya menunjukkan leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Konsisten dengan penelitian Belkaoui dan Karpik (1989) serta Cormier dan Magnan (dalam Sembiring, 2003), variabel leverage akan diuji kembali pengaruhnya terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis berikut ini dikemukakan:

H3: Terdapat pengaruh negatif leverage terhadap pengungkapan CSR.

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Perusahaan Terhadap Pengungkapan CSR

Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Fahrizqi (2010) menjelaskan bahwa besar kecilnya ukuran dewan komisaris tidak mempengaruhi pengungkapan CSR. Karena dewan komisaris merupakan wakil shareholder dalam perusahaan yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen. Sebagai wakil dari shareholder

dewan komisaris akan membuat kebijakan menggunakan laba perusahaan untuk aktivitas operasional perusahaan yang lebih menguntungkan daripada melakukan aktivias sosial, hipotesis berikut ini dikemukakan:

(8)

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masih tercatat sebagai emiten sampai tanggal 31 Desember 2012 dan laporan keungan telah audit, (2) Perusahaan pertambangan yang sahamnya masih aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012 sehingga dapat diketahui perkembangan laba, utang, dan perputaran aset yang dibagikan perusahaan tersebut dari tahun ke tahun, (3) Perusahaan pertambangan yang melaporkan laporan keuangan tahunan auditan per 31 desember secara berturut-turut untuk tahun 2009-2012, (4) Perusahaan pertambangan yang tidak mengalami kerugian dan mengungkapkan CSR selama tahun 2009 sampai tahun 2012 untuk menghindari terjadinya anomali dalam analisis.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen

a. Size

Definisi dari size perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan, dapat dinyatakan dalam total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan meliputi aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva lain-lain. Size perusahaan diukur dengan total aktiva/aset yang dimiliki perusahaan, kemudian akan ditransformasikan dalam logaritma natural untuk menyamakan nilai dengan variabel lain dikarenakan total aktiva/aset perusahaan nilainya relative besar dibandingkan variabel-variabel lain dalam penelitian ini :

SIZE = Total Aset Perusahaan

SIZE = log Total Aset Perusahaan b. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Skala pengukuran untuk profitabilitas perusahaan adalah rasio. Adapun pengukuran dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus:

Laba Bersih Setelah Pajak ROA= ---

Total Asset c. Leverage

Leverage dapat diartikan sebagai tingkat ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya, dengan demikian leverage juga mencerminkan tingkat resiko keuangan perusahaan, (Sembiring, 2005). Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage adalah Debt To Equity Ratio (DER). Adapun pengukuruan dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus:

Total hutang

ROA= --- Total Ekuitas

(9)

d. Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak (Fama dan Jansen dalam Sembiring, 2003). Ukuran dewan komisaris (UDK) yang dimaksud di sini adalah banyaknya jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan:

UDK = ∑Ukuran Dewan Komisaris Variabel Dependen

Variabel Dependen pada penelitian ini adalah Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Pengungkapan Corporate Social Responsibility adalah data yang diungkapkan perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan (Hackston dan Milne, 1996). Variabel pengungkapan sosial perusahaan diukur dengan metode content analysis. Content analysis adalah suatu metode pengkodifikasian teks dari ciri-ciri yang sama untuk ditulis dalam berbagai kelompok (kategori) tergantung pada kriteria yang ditentukan, (Guthrie,et al., dalam Widyatmoko, 2011).

Skala pengukuran yang digunakan adalah dengan memberi skor 1 untuk perusahaan yang mengungkapkan sesuai dengan elemen informasi yang diinginkan dan skor 0 bila tidak mengungkapkan untuk setiap item pengungkapan yang selanjutnya akan dijumlahkan.

Indikator dalam mengukur pengungkapan sosial perusahaan dengan menggunakan

check list yang kemudian disusun dalam sebuah daftar item pengungkapan. Pengukuran kemudian dilakukan berdasarkan indeks pengungkapan masing-masing perusahaan yang dihitung melalui pembagian antara jumlah item yang sesungguhnya diungkapkan perusahaan dengan jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan. Perhitungan indeks pengungkapan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Indonesia seperti yang telah dilakukan oleh Sembiring (2003), yang dapat dinotasikan dalam rumus sebagai berikut:

V CSR = ---

M Keterangan:

CSR: indeks pengungkapan perusahaan

V : Jumlah item yang sesungguhnya diungkapkan oleh perusahaan M : Jumlah item yang diharapkan diungkapkan oleh perusahaan

(10)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif

Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu ukuran perusahaan (size), profitabilitas, leverage, ukuran dewan komisaris, dan Corporate Social Responsibility.

Tabel 1 Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CSR 60 ,04 ,13 ,0803 ,02802 SIZE 60 109355,00 66922560,00 10638172,8833 13344549,76465 ROA 60 ,00 ,46 ,1209 ,09985 DER 60 ,04 3,94 1,1421 ,83299 UDK 60 2,00 10,00 5,3333 1,86554 Valid N (listwise) 60

Tabel 1 menunjukkan bahwa mean dari ukuran perusahaan (size) yang diukur dengan total aset menunjukkan rata-rata sebesar Rp10.638.172,88 juta. Nilai minimum menunjukkan sebesar Rp109.355,00 juta dan nilai maksimum menunjukkan sebesar Rp66.922.560,00 juta. Hal ini menunjukkan aset yang semakin besar menunjukkan lebih banyaknya sumber-sumber aset yang dimiliki perusahaan, sehingga dimungkinkan akan menambah sumber-sumber pengungkapan yang dapat diberikan perusahaan.

Proporsi profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukkan rata-rata sebesar 0,1209. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata mampu menghasilkan laba bersih hingga 0,1209 atau 12,09% dari total aset yang dimiliki perusahaan. Nilai profitabilitas minimum diperoleh sebesar 0,00 atau tidak terdapat kerugian dari seluruh nilai aset perusahaan dan profitabilitas maksimum adalah sebesar 0,46. Hal ini berarti perusahaan dapat menghasilkan laba bersih hingga 46% dari total aset yang dimiliki perusahaan.

leverage yang diukur dengan DER atau perbandingan antara total hutang dibanding dengan total ekuitas menunjukkan rata-rata sebesar 1,1421. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel rata-rata memiliki hutang sebesar 114,21% dari seluruh modal sendiri perusahaan. Nilai Leverage minimum diperoleh sebesar 0,04atau terdapat hutang sebesar 4% dari seluruh modal sendiri perusahaan dan Leverage terbesar adalah sebesar 3,94 atau terdapat hutang yang lebih besar dari modal sendiri perusahaan.

Jumlah ukuran dewan komisaris dari perusahaan-perusahaan sampel diperoleh rata-rata sebesar 5,3333. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata-rata-rata dewan komisaris perusahaan sampel berjumlah 5 orang. Keberadaan dewan komisaris dapat mengontrol manajemen. Jumlah ukuran dewan komisaris terkecil adalah sebanyak 2 orang dan terbesar adalah 10 orang.

Indeks pengungkapan sosial (CSR) yang diukur dengan 78 item pengungkapan diperoleh rata-rata sebesar 0,0803 atau 8,03%. Hal ini berarti bahwa dalam satu periode dalam annual report, perusahaan telah mengungkapkan sebanyak 8,03% atau sekitar 6 hingga 7 item dalam annual report mengenai pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan. Indeks pengungkapan terkecil adalah hanya sebesar 0,04 atau 4% dan indeks pengungkapan terbesar adalah sebesar 0,13 atau sebesar 13%.

(11)

Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas.

b. Uji Autokorelasi. Nilai Durbin-Watson persamaan regresi adalah 1.517, hasil uji autokolerasi menunjukkan nilai DW sebesar 1,517 terletak antar -2 sampai +2 maka tidak ada autokolerasi

c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji Glejser. Hasil

menunjukkan keempat variabel independen lebih dari 0,05 dan diketahui bahwa tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan nilai mutlak residual sehingga menunjukkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.

d. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot menunjukkan bahwa dari semua

persamaan regresi bentuk ploting hampir, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.

Uji Hipotesis

Pengujian Hipotesis

Persamaan regresi digunakan untuk menjawab hipotesis 1,2,3 dan 4, serta untuk mengetahui apakah variabel independen (size, profitablitas, leverage, dan ukuran dewan komisaris) berpengaruh terhadap variabel dependen (Corporate Social Responsibility).

Tabel 2 Analisis Regresi

CSR = -0,092 + 0,075 ROA + 0,012 SIZE + 0,06 LEV - 0,04 DK

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -,092 ,031 -2,951 ,005 LN_size ,012 ,002 ,730 5,208 ,000 ROA ,075 ,035 ,266 2,137 ,037 LEV ,006 ,005 ,191 1,395 ,169 UDK -,004 ,002 -,249 -1,677 ,099 a. Dependent Variable: CSR

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa Size dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap CSR dan memiliki hubungan yang positif. Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR dan memiliki hubungan positif. Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR dan memiliki hubungan negatif. Sehingga dengan demikian hipotesis 1, dan 2 diterima, sedangkan hipotesis 3 dan 4 ditolak.

Nilai adjusted R2 sama dengan 0.332 yang berarti hanya 33.2% indeks pengungkapan sosial dapat dijelaskan oleh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan ukuran dewan komisaris perusahaan, sedangkan 66,8% indeks pengungkapan sosial dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi. Diketahui dari hasil uji F yang menunjukkan F hitung sebesar 8,324 sedangkan sig 0,000 maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen(ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage dan ukuran dewan komisaris perusahaan) secara model regresi fit terhadap variabel dependen (CSR).

(12)

Pada pengujian ini, variabel ukuran perusahaan (size) mempunyai hubungan positif signifikan dengan nilai signifikansi 0.000, oleh karena itu dapat dikatakan perusahaan besar yang dinilai dengan tingkat aset yang besar akan mengungkapkan lebih banyak tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan (CSR). Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan Sembiring (2003) Ukuran perusahaan merupakan salah satu ukuran yang penting yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Ukuran perusahaan dapat digambarkan dengan total asset yang dimiliki dimiliki tiap perusahaan, apabila total asset yang dimiliki lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas dan sebaliknya.

Variabel profitabilitas mempunyai hubungan positif signifikan dengan nilai signifikansi 0.037, peningkatan profitabilitas perusahaan akan meningkatkan dan memperluas informasi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil mengenai penelitian ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan oleh Heinze (dalam Anggraini, 2006) yang menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Dalam hal ini berarti semakin tinggi upaya manajemen dalam memenuhi tanggung jawabnya sebagai pihak agen kepada principal yakni dengan memperoleh keuntungan, maka dapat memberikan keleluasaan kepada manejemen perusahaan untuk melakukan CSR yang dianggap sebagai langkah strategis yang dapat memberikan efek positif bagi perusahaan serta dapat pula menjaga hubungan baik dengan para stakeholder lainnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Bowman dan Haire dalam Hackston dan Milne, 1996).

Variabel leverage mempunyai hubungan positif tidak signifikan dengan nilai signifikansi 0.169. Besar kecilnya leverage tidak mempengaruhi besar kecilnya pengungkapan CSR. Hubungan yang sudah terjalin baik dengan debtholders dan kinerja perusahaan yang baik bisa membuat debtholders tidak terlalu memperhatikan rasio leverage perusahaan, sehingga menjadikan hubungan leverage dengan pengungkapan CSR menjadi tidak signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sembiring (2006) dan Anggraini (2006) yang tidak menemukan hasil terdapat hubungan antara tingkat leverage perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan.

Varibel ukuran dewan komisaris mempunyai hubungan negatif tidak signifikan dengan nilai signifikansi 0.099, Hal ini menjelaskan bahwa besar kecilnya ukuran dewan komisaris tidak mempengaruhi pengungkapan CSR. Dewan komisaris merupakan wakil

shareholder dalam perusahaan yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen. Sebagai wakil dari shareholder dewan komisaris akan membuat kebijakan menggunakan laba perusahaan untuk aktivitas operasional perusahaan yang lebih menguntungkan daripada melakukan aktivias sosial.

(13)

SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) size berpengaruh positif terhadap CSR, dengan demikian perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil; (2) profitablitas berpengaruh positif terhadap CSR, sehingga perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi cenderung memberikan pengungkapan sosial yang semakin besar; (3) leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR, Sehingga besar kecilnya rasio leverage suatu perusahaan tidak mempengaruhi luas pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Hal ini diduga sudah terjadi hubungan yang baik antara perusahaan dengan debtholders, yang mengakibatkan debtholders tidak terlalu memperhatikan rasio leverege perusahaan; (4) ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR, Sehingga besar kecilnya dewan komisaris perusahaan tidak menentukan luas pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Sebagai wakil dari shareholder dewan komisaris akan lebih mengutamakan kepentingan shareholder yang diwakilinya yaitu menggunakan laba perusahaan untuk aktivitas operasional yang lebih menguntungkan daripada melakukan aktivitas sosial yang tinggi.

Keterbatasan

Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah terdapat unsur subjektivitas dalam menentukan indeks pengungkapan CSR. Hal ini dikarenakan tidak adanya ketentuan baku yang dapat dijadikan acuan sehingga penentuan indeks untuk indikator dalam katagori yang sama dapat berbeda untuk setiap peneliti.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. 2006. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tangung Jawab Sosial: Studi empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Belkaoui, A. and P. G. Karpik. 1989. Determinants of the Corporate Decision to Disclose Sosial Information. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 2, No. 1, p. 36- 51.

Chariri, A. dan I. Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Coller, P. dan A. Gregory. 1999. Audit committee activity and agency cost. Journal of Accounting and Public Policy. 18(4-5): 311-332.

Commission of the European Communities. 2001. Promoting a European Framework for Corporate Social Responsibility. European Community. Brussels.

Dahlsrud, A. 2006. How Corporate Social Responsibility is Defined: an Analysis of 37 Definitions. http://csr-norway.no/papers/2007_dahlsrud_CSR.pdf. diakses tanggal 20 November 2013 (10:35).

Donovan, A. dan K. Gibson. 2000. Environmental Disclosure in the Corporate Annual Report: A Longitudinal Australian Study. Paper. for Presentation in the 6th Interdisciplinary Environmental Association Conference. Montreal. Canada.

Fahrizqi, A. 2010. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Coeporate Social Responsibility (CSR) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia).

Skripsi.Universitas Diponegoro. Semarang.

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hackston, D. and M. J. Milne. 1996. Some Determinants of Social and Environmental Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol. 9, No. 1, p. 77-108.

Hadi, N. 2011. Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu. Yogyakarta.

_______ dan A. Sabeni. 2002. Analysis of Factors Affecting the Extent of Voluntary Disclosure in the Annual Report of Public Company Firm in Jakarta Stock Exchange.

Jurnal MAKSI. vol.1.

Hasibuan, M. R. 2001. Pengaruh Karakteristik PerusahaanTerhadap Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Emiten di BEJ dan BES. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Hendriksen, E. S. dan M. F. V. Breda. 2002. Teori Akunting. Edisi Ke 5. Penerbit Interaksara. Batam.

Indira. 2005. Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan.

Jurnal MAKSI. Vol 5, No. 2 Agustus: 227-243.

Indrawan, D. C. 2011. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Indriantoro dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen.

BPFE.Yogyakarta.

Jogiyanto, H.M. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah kaprah dan pengalaman-pengalaman. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

(15)

Moir, L. 2001. What Do We Mean by Cororate Social responsibility, The Measurement of Corpoate Social Behaviour. (ONLINE). http://proquest.umi.com. 19 November 2013 (10:40).

Mulyadi, 2002. Auditing. Edisi Ke Enam. PT. Salemba Empat Patria. Jakarta.

Rachmi, M. 2012. Pengaruh Karakteristi Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Pada Laporan Tahunan Perusahaan (Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI). Skripsi. STIESIA. Surabaya.

Rizal, M. 2000. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial (sosial disclosure) Perusahaan Go Publik di Indonesia. Balance. Vol.1 no.2.

Sari, R. A. 2012. Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Jurnal Nominal. Volume 1 Nomor 1, Tahun 2012: 124-140.

Scott, W. R. 2000. Financial Accounting Theory. 2nd edition. Prentice Hall Canada Inc. Canada. Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis Buku 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Sembiring, E. R. 2003. Pengaruh karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab sosial: Study Empiris Pad perusahaan Yang Tercatat (Go – Public) di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Program Studi Magister Sains Akutansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

___________. 2006. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Jurnal MAKSI. vol.6 no.1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas. Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 115. Jakarta.

Widyatmoko, R. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Pengungkapan Laporan Tanggung jawab Sosial. Skripsi. Program Sarjana S1 Universitas Diponegoro. Semarang.

Yularto, A. dan A. Chariri. 2003. Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Sebelum Krisis dan Pada Periode Krisis. Jurnal Maksi. vol. 2, Januari pp. 35-51.

Gambar

Tabel 2  Analisis Regresi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan nilai diatas diperoleh F hitung lebih besar dari F tabel (18,631>2,6946) yang mempunyai arti bahwa variabel Good Corporate Governance (GCG),

Alhamdulillah penulis ucapkan pada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi y ang berjudul “Pengaruh

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah membandingkan sifat mekanik yang didapatkan oleh baja P32 yang mendapatkan perlakuan panas quenching dengan media

Quick ratio adalah rasio antara aset lancar dengan hutang lancar. Quick ratio menunjukan kemampuan bank memenuhi hutangnya dengan menggunakan aset

Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru yang terdiri dari Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Kabupaten Badung telah melaksanakan kegiatan dalam rangka penerimaan Calon

1) survei pengukuran obyektif yang meliputi pengumpulan data personal berupa pakaian yang digunakan dan aktifitas siswa, dan data parameter lingkungan

1) Granul pada tekanan kompresi tertentu akan menjadi massa. Meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk sehingga diharapkan tablet yang dibuat dengan

Kebutuhan kejiwaan ini menyangkut kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan komunikasi, dan kebutuhan berkelompok. Anak tunagrahita pun ingin diperhatikan ingin dipuji,