• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan segala jenis media informasi maupun media komunikasi. Seiring

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan segala jenis media informasi maupun media komunikasi. Seiring"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Dunia terus berkembang dan mengalami kemajuan di semua sektor kehidupan, tidak terkecuali dalam sektor informasi dan komunikasi dengan pertumbuhan segala jenis media informasi maupun media komunikasi. Seiring dengan perkembangan zaman, komunikasi sekarang telah menjadi kebutuhan untuk mendapatkan informasi tentang lingkungan sekitar. Komunikasi adalah cara pertama yang biasa dilakukan manusia untuk mengetahui kebutuhannya. Menurut Carl Hovland, komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain jika

komunikasinya memang komunikatif.1

Komunikasi merupakan hal yang paling penting bagi kehidupan manusia dimanapun kita berada. Sejak kita lahir, komunikasi telah kita lakukan dengan orang lain. Komunikasi ini diperlukan dalam setiap kehidupan manusia baik dikeluarga, lingkungan rumah, kantor, dan sebagainya. Dengan kebutuhan manusia akan informasi semakin tinggi, kebutuhan tersebut akan terpenuhi dengan adanya media massa. Media massa terdiri dari media cetak, yaitu surat kabar dan majalah dan media elektronik, yaitu radio siaran, televisi dan media online. Komunikasi yang diperbolehkan lewat media cetak atau media elektronik tersebut merupakan peristiwa yang disebut dengan komunikasi massa.

(2)

Komunikasi massa dapat di definisikan sebagai komunikasi melalui media massa (media cetak dan media elektronik) pada sejumlah besar orang. Sebab awal

perkembangannya, komunikasi massa berawal dari pengembangan kata media of

mass communication (media komunikasi massa). Komunikasi massa bersifat satu arah dan pesannya juga terbuka untuk semua orang.

Media massa merupakan sarana bagi komunikasi massa, media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media menyuguhkan budaya yang juga dibaurkan dengan informasi dan

hiburan.2

Salah satu media massa yang dapat diserap secara mendalam oleh khalayak adalah film. Film merupakan produk kebudayaan yang dibuat dengan disadari oleh kesadaran. Hal ini berarti bahwa film diciptakan melalui proses pemikiran dan pertimbangan tentang nilai-nilai normatif yang dianut masyarakat, suatu hal yang wajar sebagai pertanggungjawaban bagi kemanusiaan dan kehidupan. Film apapun pada hakekatnya memilki nilai-nilai kebaikan walaupun sajiannya kadang tidak transparan, sehingga penonton tahu bahwa film pada prinsipnya memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tuntunan dan tontonan. Sebagai tuntunan, artinya film dituntut untuk mendidik. Sebagai hiburan film memiliki fungsi sosial, sekaligus membawa informasi dan sanggup mempengaruhi selera dan sikap-sikap, nilai, pengertian, dan kesadaran manusia mengenai diri, dan lingkungan kehidupannya.

(3)

Film adalah suatu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan atas sinematografi dengan direkam pita seluloid, pita video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan

dan ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan lainnya.3

Di dalam dunia seni mencatat bahwa film adalah media yang paling efektif dalam upaya pembelajaran masyarakat. Tidak hanya itu, film juga merupakan salah satu bentuk media massa yang bisa digunakan untuk memperoleh hiburan. Film sebagai media massa merupakan sebuah bentuk. Dalam pengemasan sebuah cerita yang dituangkan dalam potongan gambar dan suara tidaklah semudah apa yang dikira. Membuat film layaknya membangun rumah, desain, dan pondasi

adalah hal yang paling utama.4 Film tidak hanya dimaknai sebagai ekspresi seni

pembuatanya. Tetapi melibatkan interaksi yang kompleks dan dinamis dari elemen-elemen pendukung proses produksi, distribusi maupun eksibisi. Bahkan lebih luas lagi, interaksi antara film dengan ideologi serta kebudayaan dimana film diproduksi dan dikonsumsi. Film juga dimaknai sebagai pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi filmis, yang memahami hakikat, fungsi dan

efeknya.5

Dalam pertumbuhannya, baik film hiburan yang mengacu pada Hollywood ataupun film-film seni kadang tumbuh berdampingan, saling memberi namun juga

3 Undang-undang Republik Indonesia No.8 tahun 1992 tentang perfilman BAB 1 Pasal 1 ayat 1 4 Heri Effendi, Mari Membuat Film : Panduan Menjadi Produser, Yayasan Konviden, Jakarta, 2002 hal 14

5 Budi Irawanto, Menggunakan Perspektif Praktik Sosial dan Komunikasi Massa Sebagai Basis

(4)

bersitegang. Sementara pada proses pertumbuhan film Indonesia mengalami proses kehadiran kembali, yang awalnya dicap rendahan menjadi sesuai dengan nilai-nilai seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelas menengah keatas, juga intelektual dan budayawan.

Untuk meningkatkan apresiasi penonton film Indonesia adalah menyempurnakan permainan trik-trik serealistis mungkin, seni peran yang lebih sungguh-sungguh. Pembenahan struktur cerita, pembenahan setting budaya yang lebih dapat dipertanggungjawabkan, penyuguhan gambar yang lebih estetis. Membuat film adalah suatu kerja kolaboratif, sebuah film dihasilkan oleh kerjasama beberapa variabel yang mendukung. Produksi film yang normal membutuhkan kooperasi banyak ahli dan teknisi yang bekerjasama sebagai suatu

tim, sebagai sebuah unit produksi.6

Dunia perfilman berperan penting sebagai media komunikasi. Perfilman di Indonesia masih mengalami pasang surut, perfilman yang diputar di bioskop-bioskop dan stasiun televisi masih didominasi film asing, namun saat ini perfilman Indonesia mulai menggeliat kembali menuju puncaknya. Banyak film yang telah menjadi box office di tanah air. Film anak-anak, remaja sampai dewasa, seperti sudah tersihir dengan kehadiran film-film baru dengan berbagai pilihan cerita yang menarik. Meski tidak semua film selalu sesuai dengan dunia nyata. Namun hal ini hampir tidak berarti mengingat sebuah film juga mempunyai kekuatan untuk meyakinkan penontonnya lewat realitas kameranya.

(5)

Peningkatan mutu film dari genre-genre film nasional yang laris sekarang ini dapat meningkatkan daya apresiasi film bermutu dilingkungan penonton urban yang marginal, tetapi mungkin dapat pula ditonton oleh golongan penonton yang terpelajar dan intelektual. Untuk membuat film bermutu yang laris di semua golongan penonton dengan latar belakang budaya mereka yang berbeda-beda

adalah dengan memberi kesempatan kepada sineasnya.7

Dan diantara banyaknya produksi film dalam negeri, yang berhasil

menyita perhatian penonton ialah Filosofi Kopi. Berdasarkan semua ulasan diatas,

saya sebagai peneliti tertarik untuk mengangkat film tersebut sebagai bahan penelitian saya. Sebuah film yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko terbukti telah berhasil menciptakan sebuah karya berbeda dari film ini. Perjalanan pencarian kopi terbaik telah dibungkus rapi lewat adegan-adegan menarik yang sarat akan pesan positif. Film ini dirilis pada hari Kamis, 9 April 2015 yang diproduksi oleh Visinema Pictures. Mereka berani mengeluarkan biaya yang terhitung besar yaitu kurang lebih diatas 5 milyar rupiah demi terciptanya kesuksesan film ini dan sudah ditonton sekitar 229.860 orang.

Film yang diadaptasi oleh sebuah cerita pendek Filosofi Kopi karya Dewi “Dee” Lestari ini menceritakan tentang seseorang anak petani kopi dimana sejak kecil dia dibesarkan disebuah perkebunan kopi, dia bernama Ben (Chicco Jerikho). Namun menginjak usia 12 tahun Ben pergi meninggalkan orang tuanya hingga dia bertemu dengan Jody (Rio Dewanto), dan keduanya langsung akrab lalu mereka bersahabat dengan baik. Ben pun dirawat dan diasuh oleh orang

7 Sud Wikatmono, Kutip Sineplex dan Industri Film Indonesia dalam Layar Perak, Gramedia, Jakarta, 2005

(6)

tuanya Jody hingga setelah dewasa mereka membangun sebuah kedai kopi dimana kedai tersebut mereka beri nama “Filosofi Kopi”.

Keduanya memiliki peran masing-masing. Ben, yang memang piawai dalam meracik kopi sehari-harinya menjalankan peran sebagai barista di kedai kopi ini. Sementara Jody, lebih banyak mengurusi masalah finansial dan manajemennya. Mereka berdua masing-masing memiliki watak yang saling berbeda, watak Ben yang menggebu-gebu, terobsesi dengan kopi dan nyentrik, sedangkan watak yang di miliki oleh Jody ialah yang penuh dengan pertimbangan dan realistis yang selalu memikirkan keuntungan. Akibat watak yang berbeda terhadap dua sahabat ini, mereka sering sekali menyebabkan kedua sahabat ini sering mengalami konflik-konflik kecil. Ben berpendapat bahwa setiap kopi memiliki filosofi yang menyelubunginya. Misalnya, Filosofi disetiap kopi contohnya, Kopi Capuccino keseimbangan dan keindahaan adalah syarat mutlak keberhasilan, Kopi Perfecto sukses adalah wujud kesempurnaan hidup, Kopi Flores Tubruk lugu, sederhana tapi sangat memikau kalau kita mengenalnya lebih dalam. Makna dibalik secangkir kopi tersebut dituangkan oleh Ben dalam selembar kartu kecil yang akan diberikan kepada pengunjung sesuai dengan jenis kopi yang mereka pesan. Hal ini yang menjadikan kedai Filosofi Kopi ini memiliki konsep dan nuansa uniknya sendiri.

Dalam film ini juga mengajarkan bagaimana cinta terhadap ayah dan cinta terhadap keluarga. Cinta pada hal-hal yang memang membawa kita hidup sebagaimana seharusnya. Bagaimana kopi Tiwus menjadi kopi terbaik karena memang rasa cinta itu sendiri sejak dirawat hingga disajikan. Bagaimana

(7)

secangkir kopi nikmat itu tergantung pada kecintaan baristanya terhadap kopi itu sendiri. Bagaimana mencintai keluarga melalui caranya masing-masing. Bagaimana memaafkan mereka yang mencintai kita dan kita cintai dan yang

paling penting film ini adalah tentang “bagaimana mencintai diri sendiri dan

berdamai dengan diri sendiri.”8

Sutradara “Filosofi Kopi” mengakui bahwa film garapannya kali ini cukup

unik, mengusung "user generated movie", yaitu masyarakat dapat ikut

menentukan properti apa saja yang akan digunakan di dalam film.9 Tentunya hal

itu bukan perkara mudah. Dengan biaya produksi terbilang tinggi untuk sebuah film drama, memiliki impian tersendiri akan jumlah penonton yang bakal diraup film ini.

Manajemen produksi film menjadi sangat penting karena manajemen dibutuhkan dalam semua organisasi untuk pencapaian tujuan dan juga menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan serta untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Manajemen produksi film, merupakan semua aktifitas untuk mewujudkan sebuah karya film sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Sangat berbeda dengan manajemen produksi pada umumnya, sebab film merupakan hasil paduan antara unsur kesenian dan teknologi. Dan menilai hasil sebuah produksi film tidak hanya pada hasil rekaman fisik pada selluloidnya saja, tapi apa yang menjadi isi dan kandungan yang

8 Kopi, Kenangan, Cinta dan Obsesi (2015, 16 April). Febryanlukito.com [Online]. Diakses pada tanggal 27 Februari 2017 dari http://www.febriyanlukito.com/review-film-filosofi-kopi-kopi-kenangan-cinta-dan-obsesi/

9 Biaya produksi Filosofi Kopi tembus 10 milyar (2015, 7 April). Metronews.com [Online]. Diakses pada tanggal 27 Februari 2017 dari

http://hiburan.metrotvnews.com/read/2015/04/07/382483/biaya-produksi-filosofi-kopi-tembus-rp10-miliar

(8)

ditangkap oleh penontonnya. Manajemen produksi disamping mengurusi hal fisik, juga berhubungan dengan usaha penciptaan kreativitas, artistik, teknologi, dan manusia. Semua langkah proses manajemen akan menggeluti semua unsur

tersebut diatas.10

Berdasarkan deskripsi diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti secara deskriptif mengenai penggarapan film Filosofi Kopi, dilihat dari tahap proses pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Serta dari unsur manajemen, yaitu planning, organizing, actuating, controlling.

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu, “Bagaimana manajemen penggarapan film Filosofi Kopi?” 1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen produksi yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan evaluasi yang dilihat dari tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi film Filosofi Kopi.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis

Selain menambah jumlah penelitian mengenai masalah perfilman, penelitian ini juga diharapkan memberikan masukan bagi pengembangan ilmu komunikasi umumnya dan khususnya di bidang perfilman sebagai bagian dari

(9)

media massa. Serta dapat dijadikan bahan tambahan bagi perpustakaan dan studi banding bagi mereka yang memiliki minat dan bergerak di bidang studi

komunikasi khususnya broadcasting.

1.4.2. Manfaat Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi pengetahuan dan pengalaman dalam memproduksi tontonan yang berkualitas.

Serta inspirasi untuk para broadcaster yang bekerja dibelakang layar, sehingga

dapat memproduksi tayangan secara efektif dan berkualitas. 1.4.3. Manfaat Sosial

Manfaat dari penelitian ini adalah kita sebagai pembuat atau penikmat film bisa mendapatkan pelajaran yang lebih lagi tentang pesan dari film yang ingin disampaikan kepada penonton itu sendiri dan bisa dijadikan refrensi pada saat kita akan membuat suatu film.

Referensi

Dokumen terkait

Kultur bersepeda di Kota Yogyakarta yang sedang kondusif dimanfaatkan para pesepeda untuk melahirkan kegiatan bersepeda bernama JLFR (Jogja Last Friday Ride) pada 2010.

1) Pengertian audit pemasaran menurut Bayangkara (2008:115) menyatakan bahwa Audit pemasaran adalah pengujian yang komprehensif, sistematis, independen, dan dilakukan

Salah satu bagian dalam perusahaan yang perlu menggunakan teknologi komputer berupa program aplikasi khusus adalah sumber daya manusia dan kegiatan pengolahan data yang

Tingginya peminat petani koperator di Desa Jono-Oge dan Desa Tondo untuk memanfaatkan kotoran kambing fermentasi (bokashi) sebagai pupuk organik pada tanaman kakao karena mereka

Hidup yang bergantung pada Tuhan artinya kita benar-benar memiliki penyerahan diri kepada-nya dan tidak berjalan dengan kekuatan sendiri, kita selalu melibatkan Tuhan

Desentralisasi pengambilan keputusan terbukti mempengaruhi pengaruh desain SIKD, hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arbenethy dan Jan Bouwens (2005) bahwa

Penyelesaian sengketa konsumen di daerah yang belum ada BPSK menurut UUPK dapat dilakukan melalui cara di luar pengadilan, yaitu dengan bantuan LPKSM (Lembaga

2. Wisata bawah laut di perairan Wakatobi Sulawesi Tenggara akan menjadi keunggulan kelautan yang terintegrasi. Kata keunggulan pada kalimat tersebut sama dengan bentuk