• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Dalam perjalanan hidup, manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal. Sementara, perkembangan merupakan proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungannya.

Seiring bertambahnya usia, manusia khususnya remaja wanita mencapai kedewasaan yang ditandai dengan semakin matangnya fungsi organ-organ seksual mereka. Artinya secara fisik mereka telah siap untuk bereproduksi, yang tentu saja perawatan dan pemeliharaannya harus semakin hati-hati agar sistem reproduksi mereka dapat berfungsi dengan baik.

Masa remaja adalah usia saat individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa. Ketika anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkat yang sama. Remaja putri mempunyai permasalahan sangat kompleks, salah satu diantaranya yaitu masalah reproduksi. Masalah ini perlu mendapat penanganan serius, karena masih kurang tersedianya akses pada remaja untuk mendapat informasi mengenai

(2)

kesehatan reproduksi. Dalam hal ini, masih rendahnya sosialisasi dari Pemerintah mengenai kesehatan reproduksi remaja, dan minimnya Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di daerah-daerah, sehingga akses remaja untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi sangatlah terbatas.

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Pengertian lain kesehatan reproduksi dalam Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan social yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan system reproduksi (Marmi, 2013)

Menurut BKKBN-UNICEF dalam Marmi (2013) Kesehatan Reproduksi Remaja (KKR) secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat dari sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja, yaitu laki-laki dan perempuan usia 10-24 tahun.

(3)

Sering kali keputihan dapat mengganggu hingga menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktifitas sehari-hari. Sedangkan Menurut Wiknjosastro (2007) Fluor Albus (keputihan) walaupun tidak mengandung bahaya maut, cukup mengganggu penderita baik fisik maupun mental. Sifat dan banyaknya keputihan dapat member petunjuk kearah etiologinya.

Keputihan yang istilah medisnya disebut leukore (leucorrhoea) atau flour albus (aliran putih) merupakan salah satu bentuk dari vaginal discharge yaitu cairan yang keluar dari vagina (Dalimartha, 2002).

Keputihan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh para remaja. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya, orang menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Namun, keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).

Berdasarkan data penelitian, menunjukan bahwa 75% wanita di dunia pernah mengalami keputihan. Menurut Zubier (2002), wanita di Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%. Menurut BKKBN (2009) di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam

(4)

hidupnya dan 45% diantaranya bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih.

Diakses dari Detik News (2006) dalam Seminar Kesehatan Organ Intim Perempuan, banyak wanita Indonesia yang mengalami keputihan karena hawa di Tanah Air lembab, sehingga mudah terinfeksi jamur candida albican penyebab keputihan, sedangkan di Eropa hawanya kering. Sayangnya, banyak perempuan Indonesia yang tidak tahu bagaimana mengobati keputihan dengan bijak. Banyak dari mereka menggunakan obat-obatan yang beredar bebas di pasaran tanpa konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku manusia dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain dari luar secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk unobservable behavior atau covert behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. Misalnya remaja tahu pentingnya merawat dan menjaga kebersihan organ kewanitaannya (pengetahuan), kemudian remaja tersebut bertanya kepada ibunya bagaimana cara-cara yang tepat untuk merawat dan menjaga organ kewanitaannya (sikap). Perilaku

(5)

atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior. Misalnya seorang remaja menjaga kebersihan daerah kewanitaan untuk mencegah terjadinya keputihan.

Diakses dari Female Kompas (2013), salah satu penyebab timbulnya keputihan pada perempuan adalah kondisi vagina yang terlalu lembab. Area vagina yang lembab akan membuat jamur dan bakteri berbahaya tumbuh lebih cepat. Serangan jamur dan bakteri pada vagina akan menyebabkan keluarnya cairan kental berwarna putih yang disertai dengan rasa gatal. Yang berbahaya adalah jika cairan ini memiliki warna putih kehijauan dan berbau.

Menurut Salika (2010) untuk mencegah keputihan, wanita harus menjaga kebersihan daerah kewanitaannya seperti, selalu mencuci daerah kewanitaan dengan air bersih setelah buang air. Jaga daerah kewanitaan agar tetap kering dan tidak lembab. Bulu yang tumbuh di daerah kemaluan bisa menjadi sarang kuman bila dibiarkan terlalu panjang. Untuk menjaga kebersihan, potonglah secara berkala bulu di sekitar kemaluan menggunakan gunting dengan hati-hati.

SMA Sanata Karya peneliti gunakan sebagai sampel populasi dalam penelitian ini. Hal itu didukung oleh pra survey yang peneliti lakukan pada tanggal 9 Maret 2014, dimana dari 10 siswi yang pernah mengalami keputihan, hanya 7 siswi yang melakukan pencegahan keputihan, sedangkan 3 siswi

(6)

lainnya cenderung tidak peduli dengan pencegahan masalah keputihan, hal ini disebabkan karena keterbatasan informasi yang didapatkan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Keputihan Dengan Perilaku Pencegahan Keputihan di SMA Sanata Karya”.

1.2 Identifikasi Masalah

Perilaku remaja terhadap pencegahan keputihan dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan. Pengetahuan tidak mutlak berdiri sendiri karena pengetahuan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat pendidikan dan sumber informasi.

Kurangnya akses yang tersedia pada remaja untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi seperti minimnya sosialisasi Pemerintah mengenai kesehatan reproduksi remaja dan minimnya Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja di daerah-daerah membuat akses remaja untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi sangatlah terbatas.

Terbatasnya informasi membuat remaja cenderung tidak peduli dengan keputihan dan seringkali tidak ditangani dengan serius oleh remaja, padahal keputihan yang tidak normal merupakan gejala suatu penyakit. Terbatasnya

(7)

bagaimana caranya menjaga kebersihan organ reproduksi, dengan kata lain remaja juga tidak tahu bagaimana berperilaku untuk mencegah keputihan.

Perilaku pencegahan merupakan upaya dalam mengatasi masalah keputihan. Pencegahan terhadap keputihan dapat dilakukan dengan berbagai cara yang pada intinya adalah selalu menjaga kebersihan diri.

1.3 Pembatasan Masalah

Dikarenakan adanya keterbatasan peneliti dalam hal waktu, tenaga, dan biaya serta untuk menjaga agar peneliti lebih terarah dan fokus dalam penelitiannya maka diperlukan adanya pembatasan masalah.

Dengan pertimbangan tersebut maka penelitian ini dibatasi pada upaya mengungkap informasi mengenai hubungan pengetahuan remaja tentang keputihan dengan perilaku pencegahan keputihan di SMA Sanata Karya.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah diatas, maka permasalahan penelitian dirumuskan dalam bentuk perumusan masalah yaitu : “Apakah ada hubungan pengetahuan remaja tentang keputihan dengan perilaku pencegahan keputihan di SMA Sanata Karya?”

(8)

1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja tentang keputihan dengan perilaku pencegahan keputihan di SMA Sanata Karya.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri tentang keputihan di SMA Sanata Karya.

2. Mengidentifikasi perilaku pencegahan keputihan di SMA Sanata Karya.

3. Menganalisa hubungan antara pengetahuan dan perilaku pencegahan keputihan di SMA Sanata Karya.

1.6 Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan sebagai informasi umum dan dapat menambah kepustakaan dan meningkatkan pengetahuan remaja tentang keputihan, yang pada umumnya dialami oleh sebagian besar wanita di Indonesia sehingga dapat mencegah terjadinya keputihan.

(9)

2. Bagi Peneliti

Mendapatkan pengalaman yang berharga, menjalin silahturahmi dengan para responden, menambah wawasan dan pengetahuan dalam melakukan penelitian mengenai pengetahuan remaja tentang keputihan dan perilaku pencegahannya.

Referensi

Dokumen terkait

penelitian dengan judul “ pengaruh pelatihan kerja, pengembangan karir dan lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai di Dinas Cipta Karya Kabupaten Banyumas ”.. 1.2

menjadikan penilaian syarat ini begitu mudah untuk diloloskan karena Pemda akan membuat standar yang mudah untuk dicapai. Dengan demikian didalam implementasi

(1984:56).. Konsep ini mengasumsikan sebuah konsensus atau persetujuan sederhana oleh mayoritas populasi untuk arah tertentu yang mereka usulkan dengan kekuatan. Bagaimanapun

Cara yang dilakukan oleh sebagian besar contoh (56,7%) dalam menyeimbangkan antara karir dan keluarga adalah menggunakan jasa pembantu rumah tangga. Berdasarkan hasil

Berdasarkan hasil kajian dan analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh aspek yang terkait dalam rangka menentukan nilai ekuitas/saham, dengan menerapkan pembobotan 60:40

Ada pula jenis gulma lain yang berasal dari golongan teki-tekian (atau golongan sedges) (Moenandir, 1993). Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tokoh utama dalam mendukung keutuhan karya sastra, nilai-nilai pendidikan karakter, dan penggunaan hasil

Aplikasi bahan pengawet diffusol CB melalui metode rendaman dingin pada kayu sengon umur 5, 6 dan 7 tahun dapat meningkatkan sifat fisis (kadar air, berat jenis dan kerapatan