• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Mulut menggunakan Metode Bayessian Network

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Mulut menggunakan Metode Bayessian Network"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

543

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Mulut menggunakan Metode Bayessian

Network

Ridho Adi Febrian1, Rekyan Regasari Mardi Putri2, Suprapto3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1ridhoadi36@gmail.com, 2rekyan.rmp@ub.ac.id, 3spttif@ub.ac.id

Abstrak

Penyakit pada mulut (oral ulcer) merupakan kondisi yang terjadi pada sekitar rongga mulut yang dapat disebabkan karena beberapa faktor antara lain jamur, bakteri, virus, anti immune, dan alergi. Permasalahan yang ditemukan adalah gejala dari penyakit mulut antar penyakit pada kategori yang sama memiliki kemiripan yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman pakar untuk mendiagnosis penyakit tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti merancang sebuah sistem pakar penyakit mulut yang memiliki pengetahuan pakar untuk mendapatkan diagnosa penyakit mulut beserta tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien. Metode yang digunakan pada basis pengetahuan sistem pakar ini yaitu bayessian network dengan bahasa pemrograman PHP dan menggunakan database mySQL. Berdasarkan hasil pengujian fungsional menggunakan metode uji blackbox didapatkan semua fungsi dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan perancangan. Sedangkan pada pengujian akurasi didapatkan akurasi terbaik sebesar 86,13% melalui 3 kali percobaan dengan variasi yang berbeda menggunakan 23 data uji. Dengan hasil akurasi yang cukup tinggi maka sistem pakar penyakit mulut menggunakan metode bayessian network ini disimpulkan memiliki performa yang baik.

Kata Kunci: sistem pakar, penyakit mulut, bayesian network

Abstract

Oral ulcer is a condition that occurs around the oral cavity that can be caused by several factors such as fungi, bacteria, viruses, anti immune, and allergies. The problems are symptoms of oral ulcer between diseases in the same category have a high similarity that required knowledge and expert experience to diagnose the disease. Based on these problems, researchers designed a system of oral ulcer experts who have expert knowledge to obtain a diagnosis of oral ulcer along with medical treatment required by the patients. The method used in the knowledge base of this expert system is bayessian network with PHP programming language and using mySQL database. Based on the results of functional testing using blackbox test method obtained all functions can run well and in accordance with the design. While the accuracy test obtained the best accuracy of 86.13% through 3 experiments with different variations using 23 test data. With a fairly high accuracy results then the oral disease expert system using Bayessian network method is concluded to have good performance.

Keywords: expert system, oral ulcer, bayessian network

1. PENDAHULUAN

Penyakit pada mulut merupakan penyakit yang terjadi pada sekitar rongga mulut yang dapat disebabkan karena jamur, bakteri, virus, anti immune, dan alergi (silverman, 2001). Penyakit pada rongga mulut dapat digolongkan sebagai penyakit yang serius karena dari penyakit ini banyak kondisi medis lain yang dapat lebih kronis seperti kanker.

(2)

dokter gigi di Indonesia mulai dari dokter gigi hingga spesialis pada tahun 2016 tercatat 62.588 dengan jumlah dokter spesialis gigi hanya 3008 (kki.go.id,2016).

Para lulusan sarjana kedokteran gigi baru ini tentu belum memiliki pengalaman menangani pasien dengan kasus penyakit mulut. Ditambah ilmu penyakit mulut ini dapat dikatakan cukup rumit karena banyak kondisi yang hampir sama. Sebagai contoh, untuk diagnosis penyakit

pseudomembranous candidiasis memiliki kondisi medis atau gejala yang hampir sama dengan nodular candidiasis. Kedua penyakit ini memiliki kesamaan yang signifikan dikarenakan

keduanya termasuk dalam penyakit

candididasis. Pada penyakit nodular candidiasis, lidah atau buccal mukosa penderita akan ditemukan lesi putih yang perih dan rasa tidak enak pada mulut serta kondisi mulut yang tidak bersih. Kondisi medis tersebut juga dialami oleh penderita pseudomembranous candidiasis, akan tetapi lesi pada pseudomembranous candidiasis dapat dikerok atau dikelupas. Dari persamaan gejala-gejala ini maka dibutuhkan

pengalaman seorang ahli untuk

membedakannya. Permasalahan ini

dikhawatirkan bagi dokter gigi muda yang kurang berpengalaman akan perbedaan penyakit mulut memberikan diagnosis yang kurang tepat kepada pasien. Diagnosis yang kurang tepat ini dapat berakibat pada kesalahan pemberian

treatment kepada pasien. Pemberian treatment

yang salah dapat memperburuk kondisi pasien. Dengan adanya permasalahan tersebut

maka penulis membuat sebuah aplikasi “Sistem

Pakar Diagnosis Penyakit Mulut Menggunakan MetodeBayesianONetwork”.Bayessiananetwork

merupakan salah satu metode reasoning under uncertainty yang menggambarkan struktur

sebuah pengetahuan dengan semua

kemungkinan dan nilai probabilitas antar node-node sehingga ketidakpastian pada sistem dapat dihindari(Ben-Gal, 2007). BayesianONetwork

juga dapat digunakan untuk menghitung kehadiran berbagai gejala yang nantinya dapat memudahkan diagnosis penyakit mengingat adanya ketidakpastian gejala terhadap penyakit.

BayesianONetwork juga memiliki akurasi yang cukup bagus dan juga dapat mengurangi kompleksitas jika dibandingkan dengan Naive Bayes. Sistem pakar diharapkan mampu mencari solusi sebagaimana yang dilakukan oleh seorang pakar, seperti memberikan diagnosis dan saran pengobatan penderita.

2. DASAR TEORI

2.1. KAJIAN PUSTAKA

Berdasar topik penelitian skripsi yang dibahas, penulis akan menjelaskan beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian. Uraian dari penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kajian Pustaka

Judul

Objek Metode Keluaran Masukan

dan Parameter

Proses Hasil Penelitian an expert

system for diagnosis

and manageme

nt oral ulcer

Gejala penyakit mulut yang ditemukan

pada pasien

Forward chaining

Diagnosis penyakit mulut yang

sesuai

ENTDEx: ENT Diganosis

Expert System Using Bayesian Networks

Gejala-gejala yang

dirasaan oleh pasien

atau pengguna mengenai telinga,

hidung maupun tenggoroka

nnya

Bayesian Network

Hasil diagnosis sistem yang mengelomp

okkan pasien ke

dalam 3 kelas jenis

penyakit yaitu telinga, hidung dan tenggorokan Perancang

an dan Implement

asi Sistem Pakar Pendukung

Diagnosa Penyakit Anjing Dengan Metode Bayesian Network

Gejala-gejala yang

terjadi pada anjing

Bayesian Network

Diagnosis penyakit anjing yang dikelompok kan menjadi

19 jenis penyakit

anjing

A Bayesian Network Decision Model for Supporting

the Diagnosis

of Dementia,

Alzheimer’

s disease and Mild Cognitive

Dataset berupa Kasus klinis pasien dari

Univ Kedoktera

n Duke. Atribut terdiri dari

faktor predisposis

i, hasil tes neuropsiko logis, data

Bayesian Network

Diagnosis dari 3 jenis

(3)

Impairmen t

demografi.

2.2. SISTEM PAKAR

Sistem pakar atau expert systems

merupakan bagian dari AI (Artificial Intelligence) yang mengeksplorasi bagaimana sebuah komputer dapat memiliki keahlian seperti seorang ahli dibidangnya (Moursund, 2006). Keahlian yang dimaksud adalah kemampuan seorang pakar dibidangnya dalam mengambil sebuah kesimpulan pada suatu kasus dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.Struktur dari sistem pakar dapat dilihat pada Gambar 1.

User

Antarmuka pengguna

Aksi yang direkomendasikan

Fasilitas penjelasan

Mesin inferensi

Blackboard (workplace)

Fakta spesifik terkait kasus

Knowledge base

· Fakta

· Aturan

Perbaikan pengetahuan

Knowledge engineer

Pengetahuan pakar

Akuisisi pengetahuan

Lingkungan Konsultasi Lingkungan Pengembangan

Gambar 1. Struktur Sistem Pakar

2.3. BAYESIAN NETWORK

Bayessian network (BN) atau yang bisa juga disebut jaring kepercayaan merupakan bagian dari probabilitas graphical model.

Struktur atau jaringan dari metode ini digunakan untuk menggambarkan relasi antar node

(pengetahuan) untuk menghilangkan

ketidakpastian pada domain tersebut (Ruggeri, 2007). Node yang dimaksud disini adalah variabel-variabel yang akan digunakan sebagai pengetahuan pada sistem. Bayessian network

merupakan penggabungan dari teory

grafik/network, probabilitas (teorema bayes), ilmu komputer, dan statistik

.

Pada Bayessian Network, setiap node merepresentasikan variabel acak yang diamati, variabel laten, parameter yang tidak diketahui ataupun hipotesis. Edge merepresentasikan ketergantungan bersyarat antar node, sedangkan node yang saling tidak terhubung menyatakan variabel bebas bersyarat.

Untuk mengilustrasikan proses dari Bayesian Network, maka akan diberikan contoh

kasus yang disajikan dalam sebuah graf pada Gambar 2.

Gambar 2. Contoh kasus

Berdasar graf pada Gambar 2 di atas, dengan Bayesian Network maka permasalahan-permasalahan berikut akan diselesaikan:

𝑃(𝑎|𝑓) = 𝑃(𝑎) 𝑃(𝑠|𝑓, 𝑎) = 𝑃(𝑠) 𝑃(𝑔|𝑓, 𝑎, 𝑠) = 𝑃(𝑔|𝑓)

𝑃(𝑗|𝑓, 𝑎, 𝑠, 𝑔) = 𝑃(𝑗|𝑓, 𝑎, 𝑠) (1)

Pada persamaan 1 di atas dapat dilihat,

Bayesian Network akan menyelesaikan

permasalahan berdasar struktur graf yang terbentuk. Misalkan pada persamaan 1 yang pertama yaitu P(a|f) ditanyakan peluang

terjadinya ‘a’ dengan diberikannya kejadian ‘f’. Karena ‘a’ dan ‘f’ tidak memiliki

ketergantungan satu sama lain, persamaan bisa disederhanakan menjadi P(a) dan begitu juga dengan persaman-persamaan berikutnya.

Berdasar contoh kasus pada Gambar 2 maka probabilitas f jika diberikan semua variabel yang ada dapat dihitung dengan:

𝑃(𝑓|𝑎, 𝑠, 𝑔, 𝑗) =𝑃(𝑓,𝑎,𝑠,𝑔,𝑗)𝑃(𝑎,𝑠,𝑔,𝑗) =∑ 𝑃(𝑓′𝑃(𝑓,𝑎,𝑠,𝑔,𝑗)

𝑓′ ,𝑎,𝑠,𝑔,𝑗)

(2)

Dimana:

P(f|a,s,g,j) = Probabilitas kejadian f diberikan oleh kejadian a,s,g,j

P(f,a,s,g,j) = Joint distribution kejadian f,a,s,g,j P(a,s,g,j) = Joint distribution kejadian a,s,g,j

(Marginal probability)

Persamaan 2 jika diselesaikan

menggunakan persamaan 1 maka akan menjadi

𝑃(𝑓|𝑎, 𝑠, 𝑔, 𝑗) =∑ 𝑃(𝑓𝑃(𝑓)𝑃(𝑎)𝑃(𝑠)𝑃(𝑔|𝑓)𝑃(𝑗|𝑓, 𝑎, 𝑠))𝑃(𝑎)𝑃(𝑠)𝑃(𝑔|𝑓)𝑃(𝑗|𝑓, 𝑎, 𝑠)

𝑓′

=∑ 𝑃(𝑓𝑃(𝑓)𝑃(′)𝑃(𝑔𝑔|𝑓|𝑓)𝑃(′)𝑃(𝑗|𝑓, 𝑎, 𝑠𝑗|𝑓, 𝑎, 𝑠) )

𝑓′ (3)

Dimana

P(f|a,s,g,j) = Probabilitas kejadian f diberikan oleh kejadian a,s,g,j

(4)

P(g|f) = Peluang terjadinya variabel g

diberikan variabel f

P(j|f,a,s) = Peluang terjadinya variabel f

diberikan variabel f,a, dan s

Pada persamaan 3, P(f) disebut juga sebagai

prior probability, P(g|f) dan P(j|f,a,s) disebut sebagai conditional probability, sedangkan pembagi pada rumus Bayesian Network disebut juga Marginal Probability yang fungsinya sebagai normalizing constant.

2.4. F-measure

Metode f-measure atau juga merupakan metode yang mengkombinasikan precision dan recall yang diterapkan dalam deret harmonik (Liu, 2007). Precision dan recall merupakan variabel yang sesuai digunakan dalam kasus

information retrieval karena precision dan recall mengukur seberapa lengkap dan seberapa tepat klasifikasi tersebut dalam nilai yang positip. Menurut Liu,2007, kondisi dari precision, dan

recall dibagi menjadi 4 yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pembagian kondisi f-measure

Classified positive Classified negative

Actual positive

Jumlah solusi benar dari solusi yang sebenarnya (true positive)

Jumlah solusi salah dari solusi yang sebenarnya (false negative)

Actual negative

Jumlah dari solusi benar namun tidak sesuai dengan solusi sebenarnya (false positive)

Jumlah dari solusi yang tidak ditemukan dan tidak sesuai dengan solusi sebenarnya (true negative)

Berdasarkan Tabel 2, maka dapat

dirumuskan persamaan untuk precision, recall, dan f-measure yang dapat dilihat pada persamaan berikut.

𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 =𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 (𝑇𝑃)+𝐹𝑎𝑙𝑠𝑒 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 (𝐹𝑃)𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 (𝑇𝑃) (4)

𝑟𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙 = 𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 (𝑇𝑃)+𝐹𝑎𝑙𝑠𝑒 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 (𝐹𝑁)𝑇𝑟𝑢𝑒 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑣𝑒 (𝑇𝑃) (5)

𝑓 − 𝑚𝑒𝑎𝑠𝑢𝑟𝑒 = 2×𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 ×𝑟𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛+𝑟𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙 (6)

2.5. Penyakit Mulut

Penyakit pada mulut (oral ulcer) merupakan penyakit yang terjadi pada sekitar rongga mulut yang dapat disebabkan karena jamur, bakteri, virus, anti immune, dan alergi (silverman, 2001). Penyakit mulut dibagi menjadi 2 kategori besar yaitu lesi berwarna putih dan lesi non-putih. Dalam penelitian kali

ini kategori yang diangkat adalah lesi putih atau

white lessions. Berikut adalah contoh penyakit pada kategori white lessions:

1. Lichen Planus 2. Lichenoid Reaction 3. Nicotinic Stomatitis 4. Candidiasis

5. Geographic Tongue 6. White Sponge Nevus 7. Focal (frictional) Keratosis 8. Fordyce Granule

9. Mucosal Burns

Contoh dari penyakit mulut diatas juga digunakan sebagai kelas pada sistem. Penyakit tersebut merupakan penyakit yang sering muncul di Indonesia.

3. PERANCANGAN

3.1 Basis Pengetahuan

Basis pengetahuan merupakan sebuah basis/tempat dimana semua pengetahuan dari sistem berbasis pengetahuan yang berasal dari pakar disimpan. Didalam basis pengetahuan terdapat dua hal yaitu fakta atau apa yang diketahui sistem terkait domain tertentu dan aturan atau representasi logika yang dapat berupa logical references. Basis pengetahuan sendiri dibagi menjadi dua yaitu rule based dan

case base. Pada peneltian ini digunakan metode

case base reasoning sebagai metode penalaran pada basis pengetahuan. Secara singkat case base reasoning merupakan metode penalaran berdasarkan kasus-kasus yang disimpan atau dimiliki basis pengetahuan untuk membuat kesimpulan. Sedangkan rule based reasoning

merupakan metode penalaran yang mengambil keputusan berdasarkan aturan yang disimpan pada sistem.

Struktur dari bayessian network didapatkan

melalui konsultasi dengan pakar dan

(5)

P02

P03

P04 P01

G01

G02

G03

G04

G05 G06

G07

G08

G09 G10

G11

G12

G13 G15

G16

G17

G18

G19 G20

G21

G22

G23

G24 G14

P05

P08

P07

P06 G25

G26

P09

Gambar 3. Struktur Graf BN penyakit mulut

3.2. Mesin Inferensi

Dalam perancangan sistem pakar penyakit

mulut dengan bayessian network ini

menggunakan pendekatan mesin inferensi

backward chaining. Metode penalaran

backward chaining atau metode penalaran kebelakang merupakan pola penalaran pada mesin inferensi yang dimulai dengan membuat hipotesis untuk kemudian ditarik pada fakta-fakta yang sesuai pada kasus ini adalah gejala-gejala. Pada Gambar 4 akan dijelaskandiagram blok dari mesin inferensi yang akan diterapkan pada sistem pakar penyakit mulut.

Fakta

Data masukan pengguna

Aturan

Hipotesa penyakit

Diagnosa

Perhitungan

bayessian network

Pencarian probabilitas tertinggi

Kesimpulan INFERENSI BACKWARD CHAINING BAYESSIAN NETWORK

Gambar 4. Diagram Blok Inferensi bacward

Chaning dengan metode Bayesian Network

Selanjutnya dari gejala-gejala yang ada akan dilakukan proses perhitungan probabilitas menggunakan metode Bayesian Network. Alur algoritma dari Bayesian Network dapat dilihat pada Gambar 5.

Buat struktur

bayessian ne twork

Hitung prior probability

Hitung conditional proability table

Hitung posterior probability

Data training penyakit mulut Mulai

Selesai

Gambar 5. Flowchart Bayessian Network

3.3. Blackboard

Blackboard adalah sebuah bagian dari memori yang berfungsi sebagai basis data untuk menyimpan hasil sementara dari suatu keputusan sebelum mengambil keputusan. Pada sistem pakar yang menggunakan metode Bayesian Network ini nantinya akan dihasilkan perhitungan sementara yang meliputi prior probabilty, conditional probability dan posterior probability. Ketiga nilai tersebut merupakan hasil perhitungan sementara yang akan disimpan dulu ke dalam sebuah Blackboard.

3.4. Fasilitas Penjelas

Fasilitas penjelas memberikan keterangan hasil perhitungan dari Bayesian Network, sehingga pengguna mengerti bagaimana sistem pakar menghasilkan kesimpulan. Fasilitas penjelas pada sistem pakar ini akan menampilkan bagaimana sistem dapat mencapai kesimpulan tertentu dengan menampilkan tabel hasil nilai Prior probability, Conditional probability dan Posterior probability

3.5. Perbaikan Pengetahuan

Perbaikan pengetahuan pada sistem pakar ini akan melakukan pembaharuan jika terdapat pengetahuan baru yang belum ada di database. Pembaharuan pengetahuan dilakukan dengan memeriksa data latih, jika ada pengetahuan baru pada data training maka sistem akan

menambahkan pengetahuan dalam basis

(6)

3.6. Antarmuka

Antarmuka merupakan penghubung antara sistem pakar dengan pemakai. Dengan

antarmuka, pengguna dapat melakukan

komunikasi dengan sistem pakar. Pada umumnya sistem pakar melakukan pendekatan berupa form tanya jawab dengan pengguna. Form tanya jawab tersebut berupa form konsutasi yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Antarmuka Konsultasi

4. PENGUJIAN DAN ANALISIS

4.1. Pengujian Validasi

Pengujian blackbox merupakan teknik pengujian validasi yang digunakan untuk mengetahui apakah sistem yang dibangun sudah benar sesuai dengan yang dibutuhkan baik untuk kebutuhan fungsional. Hasil pengujian validasi dengan menggunakan blackbox menunjukkan hasil akurat dengan nilai 100% karena semua fungsi pada sistem telah berjalan sesuai dengan perancangan.

4.2. Pengujian Akurasi Data Latih

Pengujian akurasi data training ini menggunakan metode K fold cross validation dan metode f-measure sebagai alat ukur. Jumlah K yang digunakan sebanyak 6 dengan total data training sebanyak 78, sehingga 1 K memiliki 13 data training. Pengujian dilakukan sebanyak dua kali percobaan. Berikut adalah tabel pembagian data untuk pengujian menggunakan K-fold

percobaan ke 1 dan percobaan ke 2.

Tabel 3. Pengujian akurasi data latih percobaan 1

Fold 1 Fold 2 Fold 3 Fold 4 Fold 5 Fold 6 Hasil

p

akar siste

m

p

akar siste

m

p

akar siste

m

p

akar siste

m

p

akar siste

m

p

akar siste

m dihitung akurasi dari sistem menggunakan metode f-measure untuk tiap fold. Tabel 4 berikut akan menampilkan contoh perhitungan akurasi pada percobaan pertama menggunakan f-measure.

Tabel 4. Contoh perhitungan akurasi

(7)

P08 1 0 1 1

1 1 0,5 0,667

P09 1 0 0 1

2 1 1 1

Rata-rata 0,96 0,95 0,9407

Tabel 5. Hasil akurasi pengujian data latih

percobaan 1

Fold Akurasi percobaan 1

1 53,96 %

didapatkan rata-rata akurasi dari percobaan 1 sebesar 57,59%. Akurasi tertinggi didapatkan pada fold ke 4 dengan nilai akurasi 94,07%. Selanjutnya dilakukan percobaan ke 2 dengan jumlah fold yang sama yaitu 6 fold , jumlah data sebanyak 23, dan variasi data yang berbeda dengan percobaan pertama. Tabel 6 berikut akan menggambarkan pembagian data tiap fold dari percobaan kedua.

Tabel 6. Pengujian akurasi data latih percobaan 2

Fold 1 Fold 2 Fold 3 Fold 4 Fold 5 Fold 6 Hasil

p

akar siste

m

p

akar siste

m

p

akar siste

m

p

akar siste

m

p

akar siste

m

p

akar siste

m dihitung akurasi dari sistem menggunakan metode f-measure untuk tiap fold. Tabel 7 berikut akan menampilkan hasil perhitungan akurasi pada percobaan kedua.

Tabel 7. Akurasi Pengujian Variasi 20 Data Latih

Fold Akurasi percobaan 2

1 57,04 %

Berdasarkan tabel 7 diatas maka didapatkan rata-rata akurasi dari percobaan 1 sebesar 51,16%. Maka untuk rata-rata akurasi sistem berdasarkan 2 percobaan yang dilakukan sebesar 54,38%.

4.3. Analisis Pengujian Variasi Data Latih

Berdasar hasil pengujian data latih di atas, ditemukan bahwa akurasi terbesar dengan nilai 94,07 % merupakan akurasi pada K ke 4 pada percobaan ke 1 dan rata-rata akurasi sebesar 54,38 %. Nilai akurasi pada tiap K berbeda-beda sehingga dapat disimpulkan variasi data latih sangat berpengaruh pada tingkat akurasi sistem. Selain variasi data latih, kemiripan gejala antar

penyakit dapat menyebabkan kesalahan

diagnosis.

4.4. Pengujian Akurasi Variasi Data Uji

(8)

Tabel 6. Pengujian Akurasi Variasi Data Uji

N o

Ekseperimen ke-

1 2 3

Paka r

Siste m

Paka r

Siste m

Paka r

Siste m

1. P02 P02 P06 P06 P04 P04

2. P04 P05 P02 P02 P03 P03

3. P02 P02 P02 P02 P02 P02

4. P03 P03 P07 P07 P04 P04

5. P09 P09 P03 P03 P03 P03

6. P01 P01 P06 P06 P01 P01

7. P03 P03 P01 P01 P08 P08

8. P08 P08 P03 P03 P02 P02

9. P02 P02 P02 P03 P09 P09

10

. P01 P01 P04 P04 P04 P04

11

. P04 P04 P08 P08 P04 P04

12

. P03 P03 P01 P02 P07 P07

13

. P08 P08 P04 P09 P02 P03

14

. P02 P03 P05 P05 P01 P01

15

. P05 P05 P09 P09 P06 P06

16

. P03 P03 P03 P03 P04 P04

17

. P04 P04 P04 P04 P05 P05

18

. P06 P06 P04 P04 P01 P02

19

. P05 P05 P01 P01 P04 P05

20

. P04 P04 P08 P08 P05 P05

21

. P07 P07 P07 P07 P09 P04

22

. P02 P02 P04 P05 P04 P09

23

. P03 P03 P01 P01 P07 P07

Berdasar Tabel 6 diatas maka dapat

dilakukan perhitungan f-measure untuk

mendapatkan akurasi dari sistem. Berikut adalah hasil perhitungan f-measure.

Tabel 7. Pengujian Akurasi Variasi Data Uji

Kod e

T P

F P

F N

T N

Precisi on

Reca ll

F-Measur

e

P01 2 0 0 2

1 1 1 1

P02 4 0 1 1

8 1 0,8 0,88889

P03 5 1 0 1

7 0,8333 1 0,90909

P04 3 0 1 1

9 1 0,75 0,85714

P05 2 1 0 2

0 0,6667 1 0,8

P06 1 0 0 2

2 1 1 1

P07 1 0 0 2

2 1 1 1

P08 2 0 0 2

1 1 1 1

P09 1 0 0 2

2 1 1 1

Rata-rata 0,9444 0,95 0,93946

Tabel 8. Pengujian Akurasi Variasi Data Uji

Kod e

T P

F P

F N

T N

Precisi on

Reca ll

F-Measur

e

P01 3 0 1 1

9 1 0,75 0,85714

P02 2 1 1 1

9 0,6667 0,67 0,66667

P03 3 1 0 1

9 0,75 1 0,85714

P04 3 0 2 1

8 1 0,6 0,75

P05 1 1 0 2

1 0,5 1 0,66667

P06 2 0 0 2

1 1 1 1

P07 2 0 0 2

1 1 1 1

P08 2 0 0 2

1 1 1 1

P09 1 1 0 2

1 0,5 1 0,66667

Rata-rata 0,8241 0,89 0,82937

Tabel 9. Pengujian Akurasi Variasi Data Uji

Kod e

T P

F P

F N

T N

Precisi

on Recall F-Meas

ure

P01 2 0 1 2

0 1 0,667 0,8

P02 2 1 1 1

9 0,6667 0,667 0,666

7

P03 2 1 0 2

0 0,6667 1 0,8

P04 5 1 2 1

5 0,8333 0,714 0,769

2

P05 2 1 0 2

0 0,6667 1 0,8

P06 1 0 0 2

2 1 1 1

P07 2 0 0 2

1 1 1 1

P08 1 0 0 2

2 1 1 1

P09 1 1 1 2

0 0,5 0,5 0,5

(9)

Berdasarkan hasil perhitungan f-measure

dari 3 kali percobaan dengan variasi data yang berbeda didapatkan nilai akurasi tertinggi adalah 0,9619 atau 93,94% dengan rata-rata 86,13%.

4.5. Analisis Pengujian Variasi Data Latih

Berdasar hasil pengujian variasi data uji di atas, ditemukan bahwa akurasi terbesar bernilai 93,94% merupakan akurasi pada percobaan ke 1 dengan rata-rata hasil percobaan sebesar 86,13. Hasil perhitungan akurasi dari ke-3 percobaan diatas berbeda-beda. Hal ini menggambarkan bahwa variasi dari dari data uji mempengaruhi akurasi dari sistem.

4.6. Pengujian Akurasi Variasi Data Uji Tambahan

Pengujian akurasi data uji tambahan dilakukan dengan menggunakan data uji sebanyak 23 data dengan variasi data yang berbeda sebanyak 3 kali percobaan. Data uji ini hanya berisikan gejala-gejala tanpa hasil diagnosis. Data uji ini memiliki hasil diagnosis yang didapatkan melalui konsultasi dengan pakar. Metode yang digunakan pada pengujian ini adalah f-measure. Pada pengujian ini digunakan probabilitas 0,01 pada sistem untuk gejala dengan kemunculan yang jarang. Hasil pengujian tambahan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengujian Akurasi Variasi Data Uji

Tambahan

No

Ekseperimen ke-

1 2 3

Paka r

Siste m

Paka r

Siste m

Paka r

Siste m

1. P02 P02 P06 P06 P04 P04

2. P04 P05 P02 P02 P03 P03

3. P02 P02 P02 P02 P02 P02

4. P03 P03 P07 P07 P04 P04

5. P09 P09 P03 P03 P03 P03

6. P01 P01 P06 P06 P01 P01

7. P03 P03 P01 P01 P08 P08

8. P08 P08 P03 P03 P02 P02

9. P02 P02 P02 P03 P09 P09

10. P01 P01 P04 P04 P04 P04

11. P04 P04 P08 P08 P04 P04

12. P03 P03 P01 P02 P07 P07

13. P08 P08 P04 P09 P02 P03

14. P02 P03 P05 P05 P01 P01

15. P05 P05 P09 P09 P06 P06

16. P03 P03 P03 P03 P04 P04

17. P04 P04 P04 P04 P05 P05

18. P06 P06 P04 P04 P01 P02

19. P05 P05 P01 P01 P04 P05

20. P04 P04 P08 P08 P05 P05

21. P07 P07 P07 P07 P09 P04

22. P02 P02 P04 P05 P04 P09

23. P03 P03 P01 P01 P07 P07

Berdasar hasil pengujian pada tabel 10, maka akurasi dari sistem dapat diukur

menggunakan metode f-measure. Hasil

pengujian akurasi variasi data uji dilihat pada tabel berikut.

Tabel 11. Akurasi Pengujian percobaan 1

Kod e

T P

F P

F N

T N

Precisi

on Recall F-Meas

ure

P01 2 0 1 3

1 1

0,666

7 0,8

P02 3 1 0 3

0 0,75 1

0,857 143

P03 4 0 0 3

0 1 1 1

P04 5 0 0 2

9 1 1 1

P05 3 0 0 3

1 1 1 1

P06 1 0 0 3

3 1 1 1

P07 2 0 0 3

2 1 1 1

P08 1 0 0 3

3 1 1 1

P09 1 0 0 3

3 1 1 1

Rata-rata 0,972 0,963 0,962

Tabel 12. Akurasi Pengujian percobaan 2

Kod e

T P

F P

F N

T N

Precisi on

Reca ll

F-Measur

e

P01 1 0 1 3

2 1 0,5 0,66667

P02 3 1 1 2

9 0,75 0,75 0,75

P03 4 1 0 2

9 0,8 1 0,88889

P04 5 1 0 2

8 0,8333 1 0,90909

P05 1 0 0 3

3 1 1 1

P06 1 0 0 3

3 1 1 1

(10)

2

P08 2 0 0 3

2 1 1 1

P09 1 0 1 3

2 1 0,5 0,66667

Rata-rata 0,9315 0,86 0,8757

Tabel 13. Akurasi Pengujian percobaan 3

Kod e

T P

F P

F N

T N

Precisi on

Reca ll

F-Measur e

P01 1 0 1 3

2 1 0,5 0,66667

P02 2 1 1 3

0 0,6667 0,66

7 0,66667

P03 5 1 0 2

8 0,8333 1 0,90909

P04 5 0 0 2

9 1 1 1

P05 2 0 0 3

2 1 1 1

P06 1 0 0 3

3 1 1 1

P07 3 0 0 3

1 1 1 1

P08 1 0 0 3

3 1 1 1

P09 1 0 0 3

3 1 1 1

Rata-rata 0,9444 0,91 0,91583

4.7. Analisis Pengujian Variasi Data Uji Tambahan

Berdasar hasil pengujian variasi data uji di atas, ditemukan bahwa akurasi rata-rata dari 3 kali percobaan adalah 91,78%. Dibandingkan dengan hasil uji pada pengujian data uji menggunakan semua data latih pada sub bab 6.2, hasil pengujian menggunakan probabilitas 0,01 lebih besar 5,65%. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan probabilitas 0,01 untuk gejala dengan kemunculan jarang meningkatkan akurasi dari sistem.

5. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan adalah:

1. Basis pengetahuan yang dibangun pada

sistem pakar penyakit mulut ini

digambarkan menggunakan graph

bayessian network untuk memperjelas hubungan antar gejala dan penyakit. Berdasarkan basis pengetahuan yang dibentuk, selanjutnya mesin inferensi akan mengolah data training dan masukan pengguna untuk mendapatkan nilai prior

probability, conditional probability, dan nilai posterior yang digunakan sebagai kesimpulan. Hanya nilai posterior tertinggi yang akan digunakan sebagai hasil diagnosis sistem. Untuk menguji sistem

pakar diagnosis penyakit mulut

menggunakan metode bayessian network

ini dilakukan uji validasi, dengan hasil semua fungsi telah sukses dibangun. 2. Struktur graph bayessian network dibangun

berdasarkan hasil akuisisi pengetahuan yang didapatkan melalui wawancara dengan pakar dan studi literatur. Dengan dibentuknya graph bayessian network ini maka hubungan atau aturan antara gejala dan penyakit dari sistem pakar dapat dibangun. Pembangunan aturan pada sistem

ini akan semakin baik dengan

ditambahkannya fungsi perbaikan

pengetahuan.

3.

Nilai akurasi yang didapatkan melalui proses pengujian akurasi pada sub bab sebelumnya dengan melakukan pengujian data uji sebanyak 3 kali dengan variasi yang berbeda menghasilkan rata-rata akurasi sebesar 86,13%. Untuk hasil akurasi pengujian tambahan dengan mengganti probabilitas CPT untuk gejala dengan

kemunculan jarang menjadi 0,01

didapatkan nilai rata-rata akurasi sistem sebesar 91,78%. Dengan nilai akurasi sebesar 86,13% maka sistem dikatakan mampu bekerja dengan cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ben-Gal dan F, Ruggeri. 2007. Bayessian Network. Encyclopedia of Statistics in Quality & Reliability, Wiley & Sons

Feller, William. 1968. An Introduction to Probability Theory and its Application (Volume 1). John Wiley & Son. ISBN 0-471-25708-7.

Giarattano, Joseph.2001. Expert Systems Principles and Programming (third edition). China Machine Press. China Harijanti, Kus. 2015. Kuliah ilmu penyakit

mulut 1. Universitas Airlangga.

Surabaya:Indonesia

Heckerman, David. 1996. A Tutorial On Learning With Bayessian Network.

(11)

Hening. 2015. Kelainan praganas pada rongga

mulut. Universitas Airlangga.

Surabaya:Indonesia

Kendal, S.L. dan Creen. M. 2007. An Introduction to Knowledge Engineering.

Springer-verlag. London:United

Kingdom

Kesehatan RI, Kementerian. 2013. Situasi

kesehatan gigi dan mulut.

http://www.depkes.go.id/download.php?f ile=download/pusdatin/infodatin/infodati n-gilut.pdf. Jakarta (diakses 4 september 2016)

Konsil Kedokteran Indonesia. 2016. jumlah dan

penyebaran dokter di Indonesia.

http://www.kki.go.id/. Jakarta:Indonesia (diakses 29 September 2016)

Laskaris, George. 2006. Pocket Atlas for Oral Disease. University of athens.

Thieme:Athena.

Liu, Bing. 2007. Web data mining. University of Illinois. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. ISBN-10 3-540-37881-2 Lucas, Peter J.F. dan V.D. Gaag, Linda. 1991.

Principles of expert system. Centre for mathematic and computer science. Amsterdam:Belanda

Moursund, David. 2006. Brief Introduction to Educational Implications of Artificial Intelligence. University of oregon:United State

Pearl, Judea dan Russel, Stuart. 2000. Bayessian Network. University of California:United State

Regezi A. Joseph dan Sciubba J. James. 2008.

Regezi: Oral Pathology: Clinical Pathological Correlation 5th edition. Saunders, l imprint

Silverman, Sol. 2001. Essentials of oral medicine. BC Decker Inc. London:United Kingdom

Subakti, Irfan. 2006. Sistem Berbasis Pengetahuan. Jurusan teknik informatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya:Indonesia

Gambar

Tabel 1. Kajian Pustaka
Gambar 2. Contoh kasus
Gambar 5. Flowchart Bayessian Network
Tabel 3. Pengujian akurasi data latih percobaan 1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh jenis presipitan terhadap hasil pengendapan emas, setelah tahap proses leaching menggunakan aqua regia dilakukan proses pengendapan

Gamers rata-rata berumur antara 20 sampai 22 tahun ke atas dan tinggal indekos di sekitar lingkungan kampus yang mendukung hipotesa penelitian mengenai interaksi sosial

Pencatatan hutang dagang dimulai pada saat terjadi teransaksi pembelian kredit dan transaksi pembayaran kas sampai dengan laporan hutang.titik awal

Informasi-informasi yang ada di berbagai sumber mediapun dapat dengan mudah diakses, tetapi sayangnya ada informasi-informasi yang seharusnya belum untuk diketahui

Internasional,” Majalah Padjajaran 3, no.. Dalam Perjanjian kerjasama internasional selain laksanakan oleh kepala negara atau pemerintah pusat namun dapat pula dilakukan

a) Tingkat kekumuhan di permukiman yang teridentifikasi kumuh dibagi menjadi tiga kelas, yaitu ringan, sedang dan berat. Permukiman kumuh ringan memiliki persentase

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah: 1. Kuesioner adalah sehimpunan pertanyaan yang telah dirancang terlebih dahulu dimana responden diberi alternative

Tapi tau ga, asam oksalat bersama- sama dengan kalsium dalam tubuh manusia membentuk senyawa yang tak larut dan tak dapat diserap tubuh, dan mencegah penggunaan kalsium yang