• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA ENSILASE JERAMI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) TERHADAP GAS TOTAL DAN ph CAIRAN RUMEN DOMBA (IN VITRO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA ENSILASE JERAMI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) TERHADAP GAS TOTAL DAN ph CAIRAN RUMEN DOMBA (IN VITRO)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA ENSILASE JERAMI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) TERHADAP GAS TOTAL DAN pH CAIRAN RUMEN

DOMBA (IN VITRO)

THE EFFECT OF ADDITION NITROGEN AND SULPHUR IN ROUGHAGE SWEET POTATO ENSILAGE (Ipomoea batatas L.) AGAINST TOTAL GAS AND pH SHEEP

RUMEN FLUID (IN VITRO)

Pratiwi Dewi A.P*, Iman Hernaman**, Atun Budiman** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad e-mail: pratiwidewiadenurputri@gmail.com Abstrak

Penelitian mengenai pengaruh penambahan nitrogen dan sulfur pada ensilase jerami ubi jalar terhadap gas total dan pH cairan rumen domba (in vitro) ini telah dilaksanakan pada bulan Febuari 2015 sampai dengan April 2015 di Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase penambahan nitrogen dan sulfur pada ensilase yang menghasilkan gas total tertinggi dan pengaruhnya terhadap pH cairan rumen domba. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan lima ulangan, yaitu P0 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 0% nitrogen dan 0% sulfur, P1 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 1% nitrogen dan 0,075% sulfur, P2 = ensilase jerami ubu jalar dengan penambahan 2% nitrogen dan 0,15% sulfur, P3 = ensilase jerami ubi jalar dengan penambahan 3% nitrogen dan 0,225% sulfur. Hasil analisis statistik menunjukan bahwa penambahan nitrogen dan sulfur berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap gas total dan pH cairan rumen. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penambahan 0% nitrogen dan 0% sulfur menghasilkan gas total paling tinggi, sedangkan pH tertinggi dihasilkan oleh perlakuan penambahan 3% nitrogen dan 0,225% sulfur.

Kata kunci : Ipomea batatas L., ensilase, gas total, pH Abstract

The research about the effect of the addition of nitrogen and sulfur in the roughage sweet potato ensilage (Ipomea batatas L.) toward total gas and pH of sheep rumen fluid (in vitro) was conducted from February 2015 until April 2015 at Ruminant Nutrition and Feed Chemistry Laboratory, Faculty of Animal Husbandry Universitas Padjadjaran. This research was aimed to determine the percentage of addition nitrogen and sulfur in ensilage to produce the highest total gas and the effect toward pH of sheep rumen fluid. The experimental method used was a completely randomized design (CRD) with four treatment and five replication, that was P0 = ensilage with 0% nitrogen and 0% sulfur, P1 = ensilage with 1% nitrogen and 0.075% sulfur, P2 = ensilage with 2% nitrogen and 0.15% sulfur, P3 = ensilage with 3% nitrogen and 0.225% sulfur. The addition of nitrogen and sulfur in ensilage had significant effect (P<0.05) toward total gas and pH rumen fluid. The result of the research showed that the addition 0% nitrogen and 0% sulfur produced the highest of total gas, even though the highest of pH is produce from addition 3% nitrogen and 0,225% sulfur.

(2)

PENDAHULUAN

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) produksi ubi jalar tahun 2013 sebanyak 48.506.500 ton. Melimpahnya ubi jalar pada saat masa panen menghasilkan bahan ikutan atau by product yang melimpah pula yaitu jerami ubi jalar. Jerami ubi jalar mempunyai potensi kandungan nutrien yang baik, hal ini merupakan salah satu alasan mengapa jerami ubi jalar dapat digunakan sebagai pakan sumber hijauan. Berdasarkan hasil uji laboratorium, komposisi kimia yang terkandung pada jerami ubi jalar berdasarkan bahan kering adalah air 86,12% abu 10,36%, protein kasar 17,16%, serat kasar 20,08%, lemak 0,96%, dan energi sebesar 4.058 kkal/kg. Kandungan air yang cukup tinggi menyebabkan jerami ubi jalar tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, sehingga pemberian pada ternak hanya dapat dilakukan pada satu waktu saja.

Ensilase merupakan proses pengawetan pakan dengan cara fermentasi secara anaerob. Pengawetan yang dilakukan terhadap jerami ubi jalar tersebut membuat jerami ubi jalar dapat disimpan lebih lama dengan kandungan protein yang masih baik, sesuai dengan pendapat Sugiri dkk., (1981) bahwa keuntungan pengawetan hijauan adalah dapat dipertahankan kualitasnya atau komposisi nutriennya hingga berakhirnya masa penyimpanan. Optimalisasi proses fermentasi anaerob dapat dilakukan dengan cara mempercepat suasana asam dalam waktu singkat (Ishida dan Hasan, 1992), hal ini dapat dilakukan dengan merangsang perkembangbiakan bakteri pembentuk asam melalui penambahan bahan yang banyak mengandung karbohidrat sebagai sumber energi bagi bakteri.

Penambahan nitrogen dapat mempercepat perkembangbiakan bakteri pada proses ensilase. Semakin tinggi perkembangbiakan bakteri, maka suasana asam pada proses ensilase semakin cepat tercapai. Urea merupakan salah satu bahan sumber nitrogen yang biasa digunakan pada pakan ternak. Urea merupakan salah satu sumber non protein nitrogen (NPN) yang mengandung 41 - 45 % N. Di samping itu, penggunaan urea dapat meningkatkan nilai gizi makanan dari

(3)

bahan yang berserat tinggi serta berkemampuan untuk merenggangkan ikatan kristal molekul selulosa sehingga memudahkan mikroba rumen memecahkannya (Basya, 1981).

Mineral sulfur memegang peran penting pada sintesa protein dalam tubuh mikroba (Underwood dan Suttle, 1999). Lebih lanjut sulfur menjadi faktor pembatas pada bahan yang menggunakan sumber nitrogen berupa senyawa non protein nitrogen (NPN), sehingga suplementasi sulfur tersebut menjadi penting (Tillman dkk., 1991). Selain itu, sulfur berperan dalam sintesa asam amino yang mengandung gugus sulfur seperti sistin, sistein dan methionine (Erwanto, 1995).

Penambahan urea dan sulfur pada ensilase jerami ubi jalar memberikan dampak kepada mikroba yang bekerja pada ensilase tersebut berkembang pesat dan kemungkinan mendegradasi serat kasar yang terdapat pada jerami ubi jalar dari karbohidrat yang memiliki ikatan kompleks menjadi karbohidrat sederhana. Serat kasar yang banyak mengandung selulosa menghasilkan produk fermentasi asam asetat paling banyak (Preston dan Leng, 1987). Sementara untuk karbohidrat nonstruktural terdiri atas glukosa, fruktosa dan maltosa. Senyawa ini merupakan komponen bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), dan merupakan senyawa karbohidrat yang mudah dicerna di dalam sistem pencernaan ternak ruminansia. BETN dalam proses metabolisasinya akan menghasilkan asam propionat yang lebih banyak (Dhalika dkk., 2014). Asam asetat, asam butirat, dan asam propionat tersebut merupakan asam lemak terbang (volatile

fatty acid) yang pada pembentukannnya menghasilkan beberapa macam gas.

Gas total merupakan produk yang dihasilkan dari fermentasi yang terjadi di dalam rumen. Produksi gas yang dihasilkan menunjukkan terjadinya proses fermentasi pakan oleh mikroba di dalam rumen (Firsoni, 2005). Gas-gas ini dihasilkan dari suatu proses fermentasi dan degradasi yang terjadi di dalam rumen dan merupakan gambaran banyaknya bahan organik yang dapat dicerna di dalam rumen.

(4)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Merode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan RAL (Rancangan Acak Lengkap) yang terdiri atas 4 perlakuan yang diulang 5 kali. Perlakuan yang dilakukan meliputi P0 = Ensilase jerami ubi jalar dengan aditif 3% molases, 0% nitrogen dan 0% sulfur, P1 = Ensilase jerami ubi jalar dengan aditif 3% molases, 1% nitrogen dan 0,075% sulfur, P2 = Ensilase jerami ubi jalar dengan aditif 3% molases, 2% nitrogen dan 0,15% sulfur, P3 = Ensilase jerami ubi jalar dengan aditif 3% molases, 3% nitrogen dan 0,225% sulfur. Data diuji dengan analisis sidik ragam untuk melihat pengaruh perlakuan kemudian dilanjutkan dengan analisis jarak berganda Duncan untuk melihat perbedaan antar perlakuan.

Prosedur kerja yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan Silase

Jerami ubi jalar dipotong menggunakan bedog hingga berukuran ± 2 cm kemudian ditimbang sebanyak 15 kg untuk masing-masing silo. Penimbangan molases sebesar 3% dari berat jerami ubi jalar untuk setiap silo, penimbangan 1%, 2%, 3% urea dan 0,075%, 0,15%, 0,225% natrium sulfat dari berat kering jerami ubi jalar. Molases, urea, dan natrium sulfat dicampurkan sesuai perlakuan kemudian ditaburkan ke cacahan jerami ubi jalar daan diaduk hingga homogen. Bahan yang telah homogen kemudian dimasukkan ke dalam silo secara bertahap sambil dilakukan pemadatan. Setelah pengisian selesai silo ditutup rapat agar tidak ada udara yang masuk.

2. Pembuatan Sampel

Bahan yang sudah diensilase selama 21 hari kemudian dioven sampai kadar air kurang dari 15%. Setelah kadar air kurang dari 15%, bahan kemudian ditepungkan dan kemudian digunakan sebagai sampel.

3. Proses In Vitro

Tabung fermentor sebanyak 20 buah diberi label sesuai dengan perlakuan kemudian diisi sampel sebanyak 1 gram. Kemudian cairan rumen sebanyak 10 mL dan larutan McDougall yang bersuhu 390C dan pH pada kisaran 6,8 - 7,0 sebanyak 40 mL

(5)

ditambahkan pada setiap tabung sambil dialiri gas CO2 lalu ditutup dengan tutup karet yang dilengkapi dengan gas measuring cylinder. Tabung fermentor kemudian dimasukan ke dalam waterbath dengan pengaturan suhu 39 - 40o C. Pengocokan dilakukan setiap 30 menit untuk pengukuran gas dan 30 menit untuk pengukuran pH.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Gas

Gas total merupakan produk yang dihasilkan dari fermentasi yang terjadi di dalam rumen. Gas yang dihasilkan dari fermentasi tersebut terdiri atas 56% CO2, 32% methan (CH4), 8,2% N2 dan 3,5% O2 (Arora, 1995). Produksi gas yang dihasilkan dari fermentasi bahan pakan oleh mikroba dalam rumen memang tidak memiliki manfaat bagi ternak, namun pengukuran produksi gas menunjukkan aktivitas mikroba dalam rumen dalam mendegradasi pakan serta menggambarkan banyaknya bahan organik yang tercerna. Data hasil penelitian pengaruh penambahan berbagai tingkat nitrogen dan sulfur pada ensilase jerami ubi jalar terhadap produksi gas disajikan pada Tabel. 1.

Tabel 1. Rata-rata Produksi Gas pada Berbagai Perlakuan

Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 ...mL... 1 174,3 138,2 128,0 115,5 2 170,6 140,1 133,2 111,2 3 183,8 142,2 126,6 109,9 4 171,7 138,5 125,7 112,1 5 178,6 150,0 135,8 111,3 Rata-rata 175,80 141,80 129,86 111,99 Keterangan Perlakuan :

P0 = Silase hasil ensilase dengan penambahan 0% nitrogen dan 0% sulfur P1 = Silase hasil ensilase dengan penambahan 1% nitrogen dan 0,075% sulfur P2 = Silase hasil ensilase dengan penambahan 2% nitrogen dan 0,15% sulfur P3 = Silase hasil ensilase dengan penambahan 3% nitrogen dan 0,225% sulfur

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan total gas yang dihasilkan mengalami penurunan dari P0 sampai ke P3. Rataan produksi gas tertinggi dihasilkan oleh perlakuan P0 yaitu dengan produksi gas sebanyak 175,8 mL. Penurunan produksi gas terus terjadi seiring

(6)

dengan peningkatan kandungan nitrogen dan sulfur yang terdapat pada molases, sehingga perlakuan P3 dengan penambahan nitrogen sebesar 3% dan sulfur sebesar 0,225% merupakan perlakuan yang rataan produksi gasnya terendah yaitu sebanyak 111,994 mL.

Laju produksi gas dari keempat perlakuan dapat dilihat pada ilustrasi grafik berikut:

Ilustrasi 1. Grafik Kecepatan Produksi Gas

Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa kecepatan produksi gas dari setiap perlakuan memiliki kecepatan produksi gas dengan pola waktu yang cenderung sama, namun kecepatan produksi gas yang dihasilkan dari setiap perlakuan memiliki perbedaan. Kecepatan produksi gas paling tinggi terjadi pada P0 dan yang terendah terjadi pada P3. Pada setiap perlakuan, kecepatan produksi gas terjadi kenaikan pada saat 3 jam pertama lalu kemudian mengalami penurunan pada jam ke-6 dan semakin turun lagi pada jam ke-9. Kecepatan produksi gas mengalami pelonjakan naik lagi pada jam ke-12, tetapi setelah itu produksi gas berangsur-angsur turun kembali seiring dengan semakin lamanya waktu sampai dengan jam ke-72.

Penurunan kecepatan produksi gas setelah 12 jam terjadi karena substrat yang difermentasi semakin berkurang dan lama kelamaan akan habis sehingga bahan organik yang digunakan untuk

(7)

memproduksi gas juga habis. Terdapat dua puncak produksi gas yaitu, pada jam ke-3 dan jam ke-12. Ini berarti bahwa aktivitas bakteri dalam menghasilkan gas efektif pada kedua jam tersebut. Berdasarkan pola tersebut pengukuran NH3 dan VFA dapat dilakukan pada jam ke-12 selain pada jam ke-3.

Data hasil penelitian ini selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan metode sidik ragam sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap produksi gas yang dihasilkan. Perbedaan antar perlakuan dilakukan analisis lanjut menggunakan analisis jarak berganda Duncan. Hasil analisis jarak berganda Duncan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Analisis Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Produksi Gas

Perlakuan Rataan Signifikasi (0,05)

ml

P3 111,99 a

P2 129,86 b

P1 141,80 c

P0 175,80 d

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan berbeda nyata (P≤0,05)

Berdasarkan hasil analisis jarak berganda Duncan dapat dilihat bahwa dari perlakuan P0 sampai dengan P3 menghasilkan produksi gas yang berbeda nyata. Silase yang pada saat pembuatannya diberi penambahan 3% nitrogen dan 0,225% sulfur menghasilkan VFA yang paling tinggi, akan tetapi silase ini menghasilkan produksi gas yang paling rendah. Lazimnya, aktivitas mikroba yang tinggi akan tergambar dari kenaikan produk gas dan metabolit yang dihasilkan. Namun pada kasus penelitian ini bisa berbeda. Perlakuan kenaikan penambahan nitrogen dan sulfur menyebabkan banyak substrat sederhana lebih tersedia dan lebih larut sehingga membutuhkan waktu degradasi lebih singkat dan kompleksitas degradasi yang sederhana, sehingga tidak banyak material substrat yang berubah menjadi gas serta metabolit hasil degradasi dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba. Hal ini sesuai dengan pernyataan Van Soest (1994) bahwa jumlah gas yang sedikit menunjukkan bahwa bahan organik terfermentasi digunakan untuk sintesis protein mikroba.

(8)

Perlakuan P3, diduga mengandung zat makanan yang tersedia di dalamnya telah banyak dirombak menjadi zat yang lebih sederhana dari proses ensilase. Nitrogen dan sulfur yang terkandung dalam jerami ubi jalar yang diensilase mendukung aktivitas degradasi menjadi lebih efektif dalam merombak zat-zat kompleks dari jerami ubi jalar menjadi zat-zat sederhana. Jadi semakin tinggi penambahan nitrogen dan sulfur yang diberikan, maka semakin efektif perombakan zat makanan sehingga dihasilkan lebih banyak zat makanan yang lebih sederhana dan gas yang dihasilkannyapun lebih sedikit.

Pengaruh Perlakuan terhadap Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor di dalam rumen yang harus diperhatikan karena memiliki pengaruh terhadap proses pendegradasian pakan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh rataan derajat keasaman (pH) cairan rumen dari setiap perlakuan yang disajikan dalam Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Rata-rata Derajat Keasaman (pH) pada Berbagai Perlakuan

Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 ...pH... 1 6,99 6,95 6,96 6,97 2 6,94 6,91 6,94 7,02 3 6,95 6,94 6,98 6,95 4 6,92 6,93 6,96 6,97 5 6,96 6,94 6,94 7,00 Rata-rata 6,95 6,93 6,96 6,98 Keterangan Perlakuan :

P0 = Silase hasil ensilase dengan penambahan 0% nitrogen dan 0% sulfur P1 = Silase hasil ensilase dengan penambahan 1% nitrogen dan 0,075% sulfur P2 = Silase hasil ensilase dengan penambahan 2% nitrogen dan 0,15% sulfur P3 = Silase hasil ensilase dengan penambahan 3% nitrogen dan 0,225% sulfur

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai rataan derajat keasaman cairan rumen bervariasi pada masing-masing perlakuan, yaitu P0 sebesar 6,95 ; P1 sebesar 6,93 ; P2 sebesar 6,96 ; dan P3 sebesar 6,98. Terjadi variasi angka yang dihasilkan dari setiap perlakuan. Dari data dapat dilihat bahwa P0 ke P1 terjadi penurunan kemudian dari P1 ke P2 mengalami kenaikan dan dari P2 ke P3 mengalami kenaikan lagi.

(9)

Perlakuan P0 sampai dengan P3 menunjukkan bahwa penambahan nitrogen dan sulfur pada ensilase jerami ubi jalar menghasilkan nilai derajat keasaman yang normal, artinya bahwa metabolit yang dihasilkan akan mempengaruhi pH seperti VFA dan NH3 masih dapat disangga oleh saliva. Kondisi ini menguntungkan bagi mikroba rumen karena pada taraf tersebut merupakan kondisi ideal mikroba untuk berkembang dengan baik. Data tersebut menunjukkan bahwa rataan derajat keasaman masih dalam taraf normal sesuai dengan pendapat Darwis (1990) bahwa proses fermentasi di dalam rumen dipertahankan oleh karena adanya sekresi saliva yang berfungsi mempertahankan nilai pH pada kisaran 6,5 – 7,0. Dengan demikian, dalam penelitian ini pH bukan faktor yang menyebabkan perbedaan produksi gas dan metabolit yang lain seperti VFA dan NH3. Faktor penentu perbedaan tersebut karena perbedaan sumber substrat di antara perlakuan.

Hasil dari perhitungan sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan nitrogen dan sulfur pada ensilase jerami ubi jalar memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap nilai derajat keasaman. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dapat diketahui dengan menggunakan uji lanjut yaitu analisis jarak berganda Duncan. Hasil analisis jarak berganda Duncan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisis Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Derajat Keasaman (pH)

Perlakuan Rataan Signifikasi (0,05)

P1 6,93 a

P0 6,95 ab

P2 6,96 ab

P3 6,98 b

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom signifikasi menunjukkan berbeda nyata (P≤0,05)

Data dari Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan P0 begitu juga dengan P2 tetapi bila dibandingkan dengan P3, hasil antara P1 dan P3 menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Meskipun terdapat perbedaan tapi taraf pH yang dihasilkan masih dalam kisaran normal dan mendukung untuk pertumbuhan mikroba rumen.

(10)

Salah satu penyebab terjadinya penurunan derajat keasaman pada perlakuan P1 karena adanya proses fermentasi karbohidrat non struktural (pati dan gula) yang cepat. Walaupun terjadi penurunan derajat keasaman cairan rumen, namun dengan adanya saliva buatan yang berupa larutan McDougall, pH akan tetap berada dalam kisaran normal karena fungsi dari larutan ini adalah sebagai buffer. Hal ini sesuai dengan pendapat Darwis (1990) bahwa proses fermentasi di dalam rumen dipertahankan oleh karena adanya sekresi saliva yang berfungsi mempertahankan nilai pH kisaran 6,5 – 7,0. Kandungan buffer utama saliva adalah bikarbonat.

Selain terjadi penurunan, pH pun mengalami kenaikkan pada perlakuan P2 dan P3. Kenaikkan pH ini menunjukkan bahwa fungsi buffer saliva terpengaruh oleh kehadiran NH3 dibandingkan dengan kehadiran VFA. Kehadiran VFA yang semakin meningkat mampu disangga kuat oleh saliva sehingga tidak terjadi penurunan pH. Perubahan pH lebih dipengaruhi oleh jumlah NH3 yang terbentuk. Kenaikan pH ini terjadi akibat kehadiran NH3 yang meningkat, sedangkan kehadiran NH3 yang meningkat terjadi akibat dari proses fermentasi bahan pakan oleh mikroba. Hal ini menunjukkan bahwa VFA yang dikasilkan lebih dapat dibuffer oleh saliva dibandingkan pembufferan terhadap NH3, sehingga nilai pH yang dihasilkan cenderung naik. Penambahan urea pada perlakuan P2 dan P3 memungkinkan menghasilkan NH3 yang lebih tinggi sehingga akan meningkatkan nilai pH.

KESIMPULAN

1. Penambahan sumber nitrogen dan sulfur pada ensilase jerami ubi jalar memberikan pengaruh terhadap produksi gas dan pH cairan rumen domba.

2. Penambahan 0% nitrogen dan 0% sulfur pada ensilase jerami ubi jalar menghasilkan produksi gas tertinggi, sedangkan pH cairan rumen tertinggi terjadi pada penambahan 3% nitrogen dan 0,225% sulfur.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. H. Iman Hernaman, M.Si., dan Ir. Atun Budiman, M.Si., yang telah membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan

(11)

penulisan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Diding Latipudin, M.Si., Dr. Iin Susilawati, S.Pt, MP., dan Prof. Dr. Ir. H. Ana Rochana, MS., yang telah memberikan banyak masukan dan saran untuk kelancaran penelitian ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ardian Hadi Pratama S.Pt., Ayu Sofiani S.Pt., dan Nidya Oktarini S.Pt. atas bantuan dan kerja sama selama masa penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Diterjemahkan oleh R. Muwarni. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. 2014. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pangan Ubi

Jalar di Indonesia. [Online]. Terdedia pada http://www.bps.go.id/tnmn-pgn.php?eng=0

(diakses 03 Desember 2014).

Basya, S. 1981. Penggunaan dan Pemberian Urea sebagai Bahan Makanan Ternak. Lembaran LPP XI (2-4)

Darwis, A. 1990. Produksi Enzim Sellulase dan Biomasa untuk Pakan Ternak dan Biokonversi

Coklat oleh Trichorderma viridae. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan Universitas

Jambi. Jambi.

Dhalika, T., Mansyur, dan A. Budiman. 2014. Evaluasi Karbohidrat dan Lemak Batang

Tanaman Pisang (Musa paradisiaca. Val) Hasil Fermentasi Anaerob dengan Suplementasi Nitrogen dan Sulfur Sebagai Bahan Pakan Ternak. Universitas Padjadjaran

Press, Bandung.

Erwanto, 1995. Optimalisasi Sistem Fermentasi Rumen Melalui Suplementasi Sulpur,

Defaunasi, Reduksi Emisi Methane dan Stimulasi Pertumbuhan Mikroba pada Ternak Ruminan. Disertasi. Program Pascasarjana IPB, Bogor.

Firsoni. 2005. Manfaat Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera, Lam) dan Glirisidia (Gliciridia

sepium, Jacq) sebagai Sumber Protein dalam Urea Molases Blok (UMB) terhadap Metabolisme Pakan Secara in Vitro dan Produksi Susu Sapi Perah. Tesis. Program

Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang.

Ishida, M., and A.O. Hasan, 1992. Effects of Urea Treatment Level on Nutritive Value of Oil

Palm Fronds Silage in Kedah – Kelantan Bulls. Interaksi Proceeding of the 6th AAAP Animal Science Congress, Vol. 3. AHAT, Bangkok. P. 66.

Preston dan J. A. Leng, 1987. Drought Feeding Strategies Theory and Fractice. Feel Valley Printery, New South Wales. Hal. 15.

(12)

Shirley, R. L. 1986. Nitrogen and Energy Nutrition of Ruminant. Academic Press Inc. Department of Animal Science University of Florida, Florida. 25 – 72.

Sugiri, J., M. S. Siahaan, dan N. M. Thalib. 1981. Ransum Praktis Untuk Ternak Potong. Direktorat Bina Produksi. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Underwood, E. J. and N. F. Suttle. 1999. The Mineral Nutrition of Livestock. CABI Publishing, Wallingford. Oxon. OX10. 8DE. UK.

Van Soest. 1994. Nutritional Ecology of The Ruminant. 2nd Edition. Cornell University Press. New York.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata Produksi Gas pada Berbagai Perlakuan
Ilustrasi 1. Grafik Kecepatan Produksi Gas
Tabel 3. Rata-rata Derajat Keasaman (pH) pada Berbagai Perlakuan
Tabel  4.  Analisis  Jarak  Berganda  Duncan  Pengaruh  Perlakuan  Terhadap  Derajat  Keasaman (pH)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan terhadap bobot tanaman edamame pada umur 1, 2, dan 3 minggu yang tersaji pada tabel 4, terlihat bahwa benih yang dihasilkan di dataran tinggi

Cara pengumpulan data yang dapat berupa bukti tertulis dari objek penelitian untuk memperkuat data yang diperoleh khususnya yang berkaitan dengan analisis peran

Dalam Penulisan Ilmiah ini penulis membahas tentang bagaimana membuat modul interaktif Bahasa Rakitan Assembler dengan menggunakan Macromedia Flash MX. Seiring dengan

Wondershare quiz creator merupakan salah satu perangkat lunak bantu untuk menyajikan soal berbasis web yang juga tidak mengenali equation, selain quiz creator

Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar atau atas kedudukan objek atau dengan ketinggian yang lebih rendah dari dasar kedudukan

Finally, figure 6 shows the comparison between the horizontal po- sition of the tide-coordinated shoreline interpolated for the tidal height of the acquisition time of the image

Sebanyak 55 orang responden (61,1%) memiliki kepuasan terhadap pemanfaatan BPJS kesehatan untuk mendapatkan layanan kesehatan di Puskesmas Singkil Utara dalam kategori yang

Dari tes yang telah dilakukan pada mahasiswa calon guru matematika dari 37 subjek penelitian 7 mahasiswa yang dapat menemukan informasi dari soal dan dapat