commit to user
Makalah Seminar Hasil Penelitian
PENGARUH SUPLEMENTASI MINYAK IKAN LEMURU DAN L-KARNITIN DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN
BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK ITIK LOKAL JANTAN (Anas plathyrynchos)1)
Program Studi Peternakan
Oleh :
Muhammad Waqshit2) H0512083
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2016
1) Disampaikan pada seminar hasil penelitian tingkat sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2) Mahasiswa Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta di bawah bimbingan: Prof. Dr. Ir. Sudibya, M.S. dan Ratih Dewanti, S.Pt., M.Sc
commit to user
PENGARUH SUPLEMENTASI MINYAK IKAN LEMURU DAN L-KARNITIN DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN
BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK ITIK LOKAL JANTAN (Anas plathyrynchos)
Muhammad Waqshit H0512083 ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi minyak ikan lemuru dan L-karnitin terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik pada itik lokal jantan. Penelitian dilaksanakan selama 10 minggu yang bertempat di Desa Gledeg, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Materi yang digunakan yaitu itik lokal jantan sebanyak 24 ekor. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 8 kali ulangan yang masing-masing ulangan terdapat 1 ekor itik lokal jantan. Perlakuan terdiri dari ransum kontrol (P0) = bekatul, jagung,
konsentrat dan mineral, P1 = bekatul, jagung, konsentrat, mineral dan minyak ikan
lemuru 4%, P2 = bekatul, jagung, konsentrat, mineral, minyak ikan lemuru 4%
dan L-karnitin 30 ppm. Peubah yang diamati yaitu konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis variansi, apabila terdapat pengaruh nyata maka akan di uji lanjut dengan contras orthogonal untuk
mengetahui perbedan antar perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi minyak ikan lemuru dan L-karnitin berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa suplementasi minyak ikan lemuru 4% dan L-karnitin 30 ppm dalam ransum dapat menurunkan konsumsi bahan kering dan bahan organik serta dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik. Kata kunci: bahan kering, bahan organik, itik lokal jantan, kecernaan, l-karnitin,
minyak ikan lemuru
commit to user
PENDAHULUAN
Kebutuhan masyarakat terhadap daging itik belakangan ini cenderung mengalami peningkatan dilihat dari semakin bertambahnya rumah makan yang menyajikan daging itik khususnya di kota-kota besar di Indonesia. Fenomena ini dapat memberi dorongan bagi peternak untuk lebih meningkatkan usaha pemeliharaan itik sebagai penghasil daging. Pemberian minyak lemuru serta L-karnitin merupakan langkah alternatif dalam memperbaiki efisiensi pakan pada itik. Penambahan minyak lemuru dan L-karnitin tidak akan meningkatkan biaya pembuatan pakan ternak, sehingga harga pakan yang dihasilkan tidak akan menjadi mahal. Minyak lemuru dan L-karnitin akan meningkatkan kualitas pakan sehingga penggunaan pakan akan lebih efektif.
Feed additive yang dapat digunakan dalam upaya peningkatan
produktivitas ternak salah satunya yaitu L-karnitin. L-karnitin mempunyai potensi yang positif untuk meningkatkan pertumbuhan dan katabolisme lemak (Mohseni
et al., 2008) sehingga sangat dibutuhkan dalam pakan yang mengandung lemak.
Beberapa fungsi lain dari L-karnitin yaitu sebagai fasilitator metabolisme yang diperlukan untuk mengoksidasi asam lemak rantai panjang dalam mitokondria, lalu menghasilkan energi metabolik (Flanagan et al., 2010) sehingga energi untuk
hidup ternak lebih cepat dihasilkan. Suplementasi L-karnitin dalam pakan diharapkan dapat meningkatkan kecernaan nutrien dan memperbaiki nilai konversi pakan (James et al., 2013). Penambahan L-karnitin dalam pakan ternak
yang mengandung lemak sangat dibutuhkan, L-karnitin berperan dalam transfer asam lemak rantai panjang untuk melintasi membran dalam mitokondria menuju ke matriks mitokondria sehingga meningkatkan hasil energinya (Owen et al.,
1996).
Suplementasi minyak ikan lemuru (Sardinella longiceps) sebagai sumber
energi dan sumber asam lemak merupakan cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan energi serta asam lemak essensial dalam pakan ternak unggas. Kandungan energi yang tinggi diharapkan mampu meningkatkan performa dan meningkatkan fungsi asam lemak tersebut untuk kebutuhan metabolisme dalam
commit to user
tubuh ternak. Senyawa yang dapat membantu metabolisme asam lemak tersebut adalah L-karnitin.
Kecernaan bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap tubuh yang dilakukan melalui analisis dari jumlah bahan kering, baik dalam pakan maupun dalam feses. Selisih jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang diekskresikan adalah kecernaan bahan kering (Ranjhan, 1980). Bahan kering adalah suatu bahan pakan yang dipanaskan dalam oven pada temperatur 1050C dengan pemanasan yang terus menerus sampai berat bahan pakan tersebut konstan/tetap (Tillman et al., 1998).
Kecernaan bahan organik apabila dihubungkan dengan kecernaan bahan kering maka hasilnya juga akan saling mengikuti. Kecernaan bahan kering dengan sendirinya akan mempengaruhi kecernaan bahan organik (Tillman et al.,1998).
Korelasi keduanya ini disebabkan karena kandungan bahan organik suatu bahan pakan terakumulasi di dalam bahan kering. Bahan organik terdiri dari serat kasar, lemak kasar, bahan kering dan BETN, sedangkan bahan kering tersusun atas serat kasar, lemak kasar, bahan kering, BETN dan abu (Kamal, 1994).
commit to user
MATERI DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2015 di Desa Gledeg, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.Analisis proksimat dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Materi
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah itik lokal jantan umur 10 minggu sebanyak 24 ekor yang ditempatkan dalam 24 petak kandang panggung dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi berturut-turut adalah 50 × 45 × 45 cm. Setiap unit kandang berisi 1 ekor itik. Kandang terbuat dari bahan bambu dan tempat penampung ekskreta menggunakan nampan plastik. Ransum itik disusun berdasarkan rekomendasi SNI (2006) yang dapat dilihat pada Tabel 1. Kandungan nutrien bahan pakan ransum dapat dilihat pada Tabel 2. Susunan ransum dan kandungan nutrien dalam ransum penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Kandungan nutrien dalam 100% bahan kering dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 1. Kebutuhan Nutrien pada Ransum Itik Pedaging Periode Pertumbuhan
No Nutrien Kebutuhan
1 Energi Metabolis (kcal/kg) Minimal 2700,0 2 Bahan kering (%) Minimal 18,0
3 Lemak Kasar (%) Maksimal 7,0
4 Serat Kasar (%) Maksimal 7,0
5 Kadar Air (%) Maksimal 14,0
6 Abu (%) Maksimal 8,0
7 Fosfor Tersedia (%) Minimal 0,4
8 Kalsium (%) 0,6 - 1,2
commit to user
Tabel 2. Kandungan Nutrien Bahan Ransum
Bahan pakan EM Air Abu PK LK SK Ca P
Kcal/kg % % % % % % % Bekatul¹ 2887 14 7,7 12 10,7 5,2 0,04 1,27 Jagung¹ 3321 14 1,7 8,9 4 2,2 0,02 0,23 Konsentrat 1442 1960 12 35 37 2 5 12 1,2 Mineral premix3 - - - - 50 15 L-Karnitin - - - - Minyak ikanlemuru4 8280 - - - 8 - - - Sumber : 1) Hartadi et al. (2005)
2) Charoen Pokphan Indonesia (2015) 3) Mulya Usadha Lestari (2015) 4) Sudibya (2007)
Tabel 3. Susunan Ransum dalam Penelitian
Bahan Pakan P0 P1 P2 % Jagung 29 29 29 Bekatul 40 40 40 Konsentrat 30 30 30 Mineral Premix 1 1 1
Minyak ikan lemuru - 4 4
L-karnitin - - 0,003 Total 100 104 104,003 Kandungan Nutrien ME (kcal/kg) 2705,89 3182,72 3182,72 Bahan kering (%) 18,48 18,48 18,48 Lemak kasar (%) 6,04 6,28 6,28 Serat kasar (%) 4,23 4,23 4,23 Kalsium (%) 4,12 4,12 4,12 Fosfor tersedia (%) 1,09 1,09 1,09
Sumber : Hasil Perhitungan Berdasarkan Tabel 1 dan 2
Tabel 4. Kandungan Nutrien dalam 100% Bahan Kering
Kandungan Nutrien P0 P1 P2 Energi Metabolis(kcal/kg) 2705,89 2920,28 2920,28 Bahan kering (%) 18,48 17,77 17,77 Lemak Kasar (%) 6,04 6,16 6,16 Serat Kasar (%) 4,22 4,06 4,06 Kalsium (%) 4,12 3,96 3,96 Phospor(%) 1,08 1,04 1,04
commit to user
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan (P0, P1, P2) yang masing-masing perlakuan diulang
sebanyak delapan kali dan untuk setiap ulangan terdiri dari satu ekor itik lokal jantan. Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :
P0 = bekatul, jagung, konsentrat dan mineral
P1 = bekatul, jagung, konsentrat, mineral dan minyak ikan lemuru 4%
P2 = bekatul, jagung, konsentrat, mineral, minyak ikan lemuru 4% dan L-karnitin
30 ppm (30 ppm setara dengan 0,003%). Metode
Penelitian dilakukan melalui empat tahap yaitu tahap persiapan, tahap adaptasi, tahap perlakuan dan tahap pengambilan data. Tahap persiapan meliputi persiapan itik dan persiapan kandang. Itik yang akan digunakan dalam penelitian sebanyak satu ekor dan dipilih secara acak kemudian ditempatkan pada kandang individu. Jenis kandang yang digunakan adalah kandang panggung. Tahap adaptasi berlangsung selama tujuh hari yang bertujuan untuk membiasakan itik pada lingkungan kandang individu. Itik pada tahap perlakuan diberikan pakan sesuai dengan kode perlakuannya. Frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali sehari secara adlibitum dan pemberian minum juga secara adlibitum. Tahap
pengambilan data dilakukan dengan pengujian kecernaan in vivo menggunakan
prosedur dari El-Husseiny et al., (2007). Skema pengujian kecernaan in vivo dapat
dilihat pada Gambar 1.
12 Jam 3 x 24 jam, pakan, dan minum ad libitum 12 Jam
Dipuasakan air minum
ad libitum
Penampungan ekskreta Dipuasakan air minum
commit to user
Gambar 1. Skema Uji Kecernaan In Vivo dengan Metode Total Koleksi
Pengukuran kecernaan in vivo dilaksanakan dengan metode total koleksi.
Itik diambil seekor setiap kandang secara acak sehingga keseluruhan yang digunakan 24 ekor itik. Pengujian kecernaan in vivo dilakukan selama 3 hari. Air
minum diberikan secara ad libitum. Awal perlakuan itik dipuasakan selama 12
jam dan ekskreta belum mulai ditampung. Penampungan ekskreta dilakukan setelah pemuasaan tersebut. Ekskreta yang terkumpul ditimbang setiap pagi selama 2,5 hari untuk mengetahui berat segarnya. Hari ketiga itik dipuasakan lagi selama 12 jam dan ekskretanya masih ditampung (Mulyono et al., 2009). Selama
periode total koleksi, ekskreta disemprot dengan H2SO4 0,2 N secara berkala
setiap tiga jam (Asmarasari dan Suprijatna, 2007). Sisa pakan dan ekskreta ditimbang untuk mengetahui jumlah konsumsi ransum dan jumlah ekskreta. Ekskreta basah ditimbang kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Ekskreta dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat keringnya. Ekskreta dihaluskan kemudian sampel diambil secara komposit. Menurut (Kamal, 1994) sampel ransum dan ekskreta dianalisis kandungan bahan kering dengan cara di oven pada suhu 105-110 0C.
Peubah yang Diamati a. Konsumsi Bahan Kering (KBK)
KBK = (Ransum yang diberikan x %BK) – (Sisa ransum x % BK sisa ransum) b. Konsumsi Bahan Organik (KBO)
KBO = Konsumsi bahan kering x % BO c. Kecernaan Bahan Kering (KcBK)
KcBK =
(konsumsiransum x BK ransum) - (bobot ekskreta x BK ekskreta) x 100% (konsumsi ransum x BK ransum)
d. Kecernaan Bahan Organik (KcBO) KcBO =
(konsumsiransum x BO ransum) - (bobot ekskreta x BO ekskreta) x 100% (konsumsiransum x BO ransum)
commit to user
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis variansi untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Apabila analisis variansi menunjukkan pengaruh yang nyata dari perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Contras Orthogonal untuk mengetahui perbedaan antar
perlakuan (Astuti, 1980).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 5. Rata-Rata Konsumsi Bahan Kering, Konsumsi Bahan Organik, Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan Organik
Peubah Perlakuan
P0 P1 P2 Nilai P
Konsumsi Bahan Kering
(gram/ekor/hari) 143.800a 138.288b 137.525b ** Konsumsi Bahan
Organik (gram/ekor/hari) 101.730a 99.383b 99.314b ** Kecernaan Bahan Kering
(%) 75.031
a 77.949b 78.865b **
Kecernaan Bahan
Organik (%) 78.558a 82.986b 83.371b **
Keterangan : ** (P<0,01), perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata
a b superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01)
Tabel 6. Hasil Uji Contras Orthogonal Konsumsi Bahan Kering, Konsumsi Bahan
Organik, Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan Organik Kontras Antar Perlakuan Konsumsi Bahan Kering Konsumsi Bahan Organik Kecernaan Bahan Kering Kecernaan Bahan Organik P0 vs P1 P2 ** ** * ** P1 vs P2 NS NS NS NS
Keterangan : * (P<0,01), perlakuan memberikan pengaruh nyata ** (P<0,01), perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata NS (P>0,05), perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata
commit to user
Konsumsi Bahan Kering
Hasil analisis variansi dari suplementasi minyak ikan lemurudan L-karnitin dalam ransum terhadap konsumsi bahan kering menunjukan pengaruh sangat nyata (P<0,01). Rata-rata konsumsi bahan kering pada suplementasi minyak ikan lemuru dan L-karnitin dalam ransum basal itik lokal jantan dari P0,
P1 dan P2 berturut-turut yaitu 143,800; 138,288 dan 137,525 gram/ekor/hari. Hasil
uji lanjut menggunakan contras orthogonal menunjukan bahwa P0 berbeda sangat
nyata dengan P1 dan P2 (P<0,01), sedangkan P1 menunjukan hasil yang berbeda
tidak nyata dengan P2 (P>0,05). Konsumsi bahan kering tertinggi yaitu pada
pakan kontrol sebanyak 143,800 gram/ekor/hari. Tingginya konsumsi bahan kering pada perlakuan kontrol dikarenakan jumlah energi yang terkandung dalam ransum lebih rendah dari perlakuan P1 dan P2. Semakin tinggi kandungan energi ransum, maka konsumsi bahan kering akan menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifbowo (2007) yang menyatakan bahwa konsumsi bahan kering biasanya dipengaruhi oleh ukuran tubuh, jumlah energi yang terkandung dalam pakan dan laju pencernaan. Ternak akan berhenti mengkonsumsi pakan apabila kebutuhan bahan keringnya sudah terpenuhi, walaupun kebutuhan nutrien lain belum tercukupi. Pakan yang diberikan sebaiknya mempunyai kualitas yang dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok maupun produksi ternak.
Konsumsi ransum dipengaruhi kandungan energi yang ada dalam ransum. Ketika ternak kekurangan energi maka konsumsi ransum akan meningkat (Mc-Donald et al., 1988). Ransum dengan kandungan energi yang tinggi
menyebabkan konsumsi bahan kering rendah, begitu juga sebaliknya jika kandungan energi dalam ransum rendah maka jumlah konsumsi bahan kering naik. Ransum perlakuan P0 memiliki kandungan energi paling rendah yaitu
2705,89 kcal/kg sehingga jumlah bahan kering yang dikonsumsi lebih banyak jika dibandingkan dengan ransum P1 dan P2 yang memiliki kandungan energi yang
sama yaitu sebesar 2920,28 kcal/kg.
Kesetaraan tingkat energi pada ransum menyebabkan jumlah ransum yang dikonsumsi pada setiap perlakuan relatif sama. Ransum perlakuan P1 dan P2
commit to user
perlakuan P2 konsumsi ransum lebih rendah karena adanya penambahan
L-karnitin. L-karnitin sendiri berperan dalam oksidasi asam lemak dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat (Flanagan et al., 2010). Muchtadi et al.
(1993) menambahkan bahwa L-karnitin telah diketahui secara alami sebagai komponen mirip vitamin yang mempunyai fungsi utama sebagai fasilitator transport asam lemak ke dalam mitokondria untuk menghasilkan energi (ATP) melalui beta-oksidasi dan phosporilasi oksidatif.
Konsumsi Bahan Organik
Hasil analisis variansi dari suplementasi minyak ikan lemuru dan L-karnitin dalam ransum terhadap konsumsi bahan organik menunjukan pengaruh sangat nyata (P<0,01). Rata-rata konsumsi bahan organik pada suplementasi minyak ikan lemuru dan L-karnitin dalam ransum basal itik lokal jantan dari P0,
P1, dan P2 berturut-turut yaitu 101,730; 99,383 dan 99,314 gram/ekor/hari. Hasil
uji lanjut menggunakan contras orthogonal menunjukan bahwa P0 berbeda sangat
nyata dengan P1 dan P2 (P<0,01), sedangkan P1 menunjukan hasil yang berbeda
tidak nyata dengan P2 (P>0,05).
Konsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kandungan energi ransum, imbangan zat-zat ransum, bentuk fisik ransum, kecepatan pertumbuhan dan temperatur lingkungan (Wahju, 1992). Jumlah konsumsi bahan organik yang paling tinggi terdapat pada ransum tanpa perlakuan P0 yaitu 101,730
gram/ekor/hari sedangkan jumlah konsumsi bahan organik yang paling rendah ditunjukan pada ransum dengan penambahan minyak ikan lemuru dan L-karnitin pada perlakuan P2 yaitu 99,314 gram/ekor/hari. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah
energi yang terkandung dalam pakan. Pada perlakuan P0, jumlah energi yang terkandung yaitu 2705,89 kcal/kg sehingga jumlah bahan kering yang dikonsumsi lebih banyak jika dibandingkan dengan ransum perlakuan P1 dan P2 yang
memiliki kandungan energi yang sama yaitu sebesar 2920,28 kcal/kg.
Perbedaan jumlah konsumsi bahan organik pada itik disebabkan oleh konsumsi bahan kering yang berbeda sangat nyata menyebabkan konsumsi bahan organik juga ikut berbeda sangat nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamal
commit to user
(1994) yang menyatakan bahwa konsumsi bahan kering memiliki korelasi positif terhadap konsumsi bahan organik sehingga konsumsi bahan kering mempengaruhi konsumsi bahan organik. Dilihat dari proses metaboliknya penurunan dari konsumsi bahan organik ini bisa terjadi karena adanya energi dalam ransum yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi konsumsi bahan organik pada itik. Daulay et al., (2007) menyatakan bahwa unggas akan cenderung menurunkan
konsumsi ransum apabila energi dalam tubuh sudah tercukupi dan ransum yang dikonsumsi. Hal ini dapat dilihat dari penurunan jumlah konsumsi bahan organi pada perlakuan P0 sampai P2 yang signifikan.
Kecernaan Bahan Kering
Hasil analisis variansi dari suplementasi minyak ikan lemuru dan L-karnitin dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering menunjukan pengaruh sangat nyata (P<0,01). Rata-rata kecernaan bahan kering pada suplementasi minyak ikan lemuru dan L-karnitin dalam ransum itik lokal jantan dari perlakuan P0, P1, dan P2 berturut-turut yaitu 75,031; 77,949; dan 78,865 %. Hasil uji lanjut
menggunakan contras orthogonal menunjukan bahwa P0 berbeda sangat nyata
dengan P1 dan P2 (P<0,01), sedangkan P1 menunjukan hasil yang berbeda tidak
nyata dengan P2 (P>0,05).
Nilai kecernaan bahan kering yang paling tinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu 78,865 % sedangkan nilai kecernaan bahan kering yang paling rendah
ditunjukan pada perlakuan P0 yaitu 75,031 %. Abun (2007) menyatakan bahwa
nilai kecernaan bahan kering yang tinggi menunjukan tingginya kualitas ransum. Kamal (1994) menambahkan bahwa nilai dari kecernaan bahan kering unggas berkisar antara 70-86%. Hal ini berarti suplementasi minyak ikan lemuru dan L-karnitin dalam ransum itik lokal jantan menunjukan nilai kecernaan bahan kering yang cukup baik.
Penambahan minyak ikan lemuru dalam ransum dapat meningkatkan kepadatan energi dalam ransum yang dimanfaatkan itik untuk beraktivitas. Semakin tinggi nilai kepadatan energi dalam ransum makan nilai kecernaannya akan semakin meningkat, sehingga dalam penelitian ini nilai kecernaan bahan
commit to user
kering mengalami peningkatan yang signifikan. Faktor yang mempengaruhi nilai kecernaan adalah tingkat proporsi bahan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein ransum, tingkat mineral dan energi metabolis. Rata-rata kecernaan bahan kering pada perlakuan P2 lebih tinggi bila dibandingkan dengan P0 dan P1, hal itu
disebabkan karena pada perlakuan P2 ditambahkan dengan L-karnitin yang dapat
meningkatkan nilai energi ransum. Menurut Falanagan et al., (2010). L-karnitin
berperan dalam oksidasi asam lemak dan juga mempengaruhi metabolisme karbohidrat. L-karnitin merupakan perantara untuk transportasi asam lemak ke dalam mitokondria yang dapat meningkatkan energi metabolis, sehingga dapat meningkatkan nilai kecernaan.
Kecernaan Bahan Organik
Hasil analisis variansi dari suplementasi minyak ikan lemuru dan L-karnitin dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering menunjukan pengaruh sangat nyata (P<0,01). Rata-rata kecernaan bahan kering pada suplementasi minyak ikan lemuru dan L-karnitin dalam ransum itik lokal jantan dari perlakuan P0, P1, dan P2 berturut-turut yaitu 78,558; 82,986 dan 83,371 %. Hasil uji lanjut
menggunakan contras orthogonal menunjukan bahwa P0 berbeda sangat nyata
dengan P1 dan P2 (P<0,01), sedangkan P1 menunjukan hasil yang berbeda tidak
nyata dengan P2 (P>0,05).
Nilai kecernaan bahan kering yang paling tinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu 83,371 % sedangkan nilai kecernaan bahan kering yang paling rendah
ditunjukan pada perlakuan P0 yaitu 78,558 %. Kecernaan bahan kering memiliki
korelasi positif atau berbanding lurus dengan kecernaan bahan organik (Sugiarto
et al., 2013). Fathul dan Wajizah (2010) menambahkan bahwa tingkat kecernaan
bahan organik relatif lebih tinggi dibanding kecernaan bahan kering karena bahan organik tidak mengandung abu sehingga bahan organik lebih mudah dicerna. Kandungan abu pada ransum dapat memperlambat atau menghambat tercernanya ransum.
commit to user
Faktor yang mempengaruhi nilai kecernaan adalah tingkat proporsi bahan dalam ransum, komposisi kimia, tingkat protein ransum, tingkat mineral dan energi metabolis. Rata-rata kecernaan lemak kasar pada perlakuan P0, P1, dan P2
mengalami peningkatan yang signifikan. P0 memiliki rata-rata kecernaan yang
paling rendah karena pada ransumnya tidak ditambahkan minyak ikan lemuru, sedangkan pada perlakuan P1 dan P2 ditambahkan minyak ikan lemuru.
Hasil uji lanjut menggunakan contras orthogonal menunjukan bahwa P1
berbeda tidak nyata dengan P2 (P>0,05). Hal ini menunjukan bahwa perlakuan P1
yang tidak diberi L-karnitin dengan perlakuan P2 yang diberi L-karnitin tidak
memberikan pengaruh nyata. Namun, rata-rata nilai kecernaan bahan organik pada perlakuan P2 sebesar 83,371 % lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan
P1 sebesar 82,986 %. Hal tersebut dipengaruhi oleh penambahan L-karnitin pada
perlakuan P2 yang mana L-karnitin mempunyai fungsi untuk katabolisme lemak
sehingga energi dari lemak sebagian besar dapat digunakan untuk meningkatkan kecernaan (Chatzifotis dan Takeuchi, 1997).
SIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah suplementasi minyak ikan lemuru dengan level 4% dan L-karnitin 30 ppm dalam ransum itik lokal jantan dapat menurunkan konsumsi bahan kering dan konsumsi bahan organik serta dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik.
DAFTAR PUSTAKA
Abun, D, Rusmana. D, Saefulhajar. 2007. Limbah Ikan Tuna (Thunnus atlanticus)
Produk Pengolahan Kimia dan Biologis pada Ayam Broiler. Artikel Ilmiah. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Arifbowo, N. A., 2007. Pengaruh suplementasi ampas tahu, ampas tempe dan ampas kecap terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik pada domba lokal jantan. Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
commit to user
Asmarasari, S. A. dan E. Suprijatna. 2007. Respon pemberian pellet kunyit
(Curcuma domestica) terhadap performans produksi dan efisiensi
penggunaan protein ayam pedaging. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII. Universitas Diponegoro. Semarang. Hal.251-256.
Astuti, M. 1980. Rancangan Percobaan dan Analisa Statistik Bagian II. Fakultas Peternakan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Chatzifotis, S., dan T. Takeuchi. 1997. Effect of supplemental carnitine on body weight loss, proximate and lipid compositions and carnitin content of Red Sea Bream (Pagrus major) during starvation. Aquaculture
158:129-140.
Daulay, A. H., I. Bahri, dan K. Sahputra, 2007. Pemanfaatan Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia) dalam Pakan terhadap Performan Burung Puyuh
(Coturnix-coturnix japonica) Umur 0-42 Hari. Jurnal Agribisnis
Peternakan 3: 33-38.
El-Husseiny, O. M., M. A. Abo-El-Ella, M.O. Abd-Elsamee and M.M. Abd Elfattah. 2007. Response of broiler bick performance to dietay betaine and folic acid at different methionine levels. International Journal Poultry Science. 6: 515-525.
Fathul, F dan S. Wajizah. 2010. Penambahan Mikromineral Mn dan Cu dalam Ransum terhadap Aktivitas Biofermentasi Rumen Domba secara In Vitro. JITV 15(1) : 9-15
Flanagan, J. L., P. A. Simmons, J. Vehige, M. D. P. Willcox and Q. Garret. 2010. Role of carnitine in disease. Nutr.Metab. 7: 30-44.
James, B. W., M. D. Tokach, R. D. Goodband, J. L. Nelssen, S. S. Dritz, K. Q. Owen, J. C. Woodworth and R. C. Sulabo. 2013. Interactive effects of dietary ractopamine-HCl and L-carnitine on finishing pigs: I. Growth performance. J. Amin. Sci. 91: 3265-3271.
Kamal, M. 1994.Nutrisi Ternak I. Fakultas Peternakan .Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Mc-Donald, P., R. A. Edward and J.F. D.Greenhalgh.1988. Animal Nutrition . 4th Ed. Longman Scientific &Technical, New York : 321 - 370.
Mohseni, M., R. O. A. Ozorio, M. Pourkazemi and S. C. Bai. 2008. Effects of Dietary L-Carnitine Supplements on Growth and Body Composition in Beluga Sturgeon (Huso huso) Juveniles. J. App. Ichthyol. 24: 646-649. Muchtadi, D., N. S. Palupi dan M. Astawan. 1993. Metabolisme Zat Gizi:
Sumber, Fungsi dan Kebutuhan Bagi Tubuh Manusia. Jilid II. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Mulyono, R. Murwani dan F. Wahyono. 2009. Kajian Penggunaan Probiotik
Saccharomyces cereviceae Sebagai Alternatif Aditif Antibiotik Terhadap
Kegunaan Protein dan Energi pada Ayam Broiler. J. Indon. Trop. Anim.Agric. 34(2).
Owen, J. L. Nelssen, R. D. Goodband, T. L. Weeden and S. A. Blum. 1996. Effect of L-Carnitine and Soybean Oil Growth Performance and Body Composition of Early Weaned Pigs. J.Anim. Sci. 74: 1612-1619.
commit to user
Ranjhan, S.K. 1980. Animal Nutrition In The Tropics. Vikas Publishing Hause P and T Ltd., New Delhi.
Standart Nasional Indonesia. 2006. Pakan Itik Dara. Badan Standardisasi Nasional.
Sugiarto, A., N. Iriyanti dan S. Mugiyono. 2013. Penggunaan berbagai jenis probiotik dalan ransum terhadap kecernaan bahan kering (KBK) dan kecernaan bahan organik (KBO). Jurnal Ilmiah Peternakan. 3:933-937. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo. dan S.
Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
commit to user
Lampiran 1. Analisis Variansi Konsumsi Bahan Kering
Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 1 144,005 137,226 137,813 2 144,197 139,186 137,605 3 143,926 139,082 138,011 4 143,146 139,264 135,471 5 144,215 136,766 137,674 6 143,444 139,030 138,340 7 143,943 138,041 138,478 8 143,523 137,703 136,810 Total 1.150,398 1.106,300 1.100,202 3.356,900 FK = Y2../n = 469.532,412 t r JKTotal = ΣΣ Y2ij - C = 202,033 i =1 j=1 t JKPerlakuan = Σ (Y2i./r) - C = 187,558 i=1
JKEror = JKTotal - JKPerlakuan = 14,475
DbTotal = n - 1 = 24 - 1 = 23
DbPerlakuan = t - 1 = 3 - 1 = 2
DbEror = n - t = 24 - 3 = 21
KTPerlakuan = JKPerlakuan / DbPerlakuan = 93,779
KTEror = JKEror / DbEror = 0,689
FHitung = KTPerlakuan / KTEror = 136,048
SV Db JK KT F Hitung F Tabel
5% 1% Perlakuan 2 187,558 93,779 136,048** 3,47 5,78 Error 21 14,475 0,689
Total 23 202,033
Keterangan : ** (P<0,01), perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata
Lampiran 2. Uji Lanjut Contras Orthogonal Konsumsi Bahan Kering Komponen P0 P1 P2 Σb2 Σb2 . i 1 2 -1 -1 6 48 2 0 1 -1 2 16 Total 1.150,398 1.106,300 1.100,202 JK1 2.285,730 -1.105,407 -1.103,700 76,623 5.871,084 JK2 0 1.105,407 -1.103,700 1,707 2,914
commit to user JK1 = (Σb1 x T1)2 = (76,623)2 = 5.871,084 = 122,314 Σb2 x i 6 x 8 48 JK2 = (Σb1 x T1)2 = (1,707)2 = 2,914 = 0,182 Σb2 x i 2 x 8 16 JKPerlakuan = JK1 + JK2 = 122,314 + 0,182 = 122,496
JKTotal = JKPerlakuan + JKEror = 122,496 + 15,704 = 138,200
KTPerlakuan = JKPerlakuan : DbPerlakuan = 122,496 : 2 = 61,248
KTEror = JKEror : DbEror = 15,704 : 21 = 0,748
FHitung P0 vs P1 P2 = KTP0 vs P1 P2 : KTEror = 122,314 : 0,748 = 163,563 FHitung P1 vs P2 = KTP1 vs P2 : KTEror = 0,182 : 0,748 = 0,244 SV Db JK KT F Hitung F Tabel 5% 1% Perlakuan 2 122,496 61,248 81,904** 3,47 5,78 P0 vs P1 P2 1 122,314 122,314 163,563 ** 4,32 8,02 P1 vs P2 1 0,182 0,182 0,244 NS 4,32 8,02 Error 21 15,704 0,748 Total 23 138,200
Keterangan : ** (P<0,01), perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata NS (P>0,05), perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata Lampiran 3. Analisis Variansi Konsumsi Bahan Organik
Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 1 102,346 98,540 99,356 2 102,483 99,948 99,207 3 102,290 99,873 99,499 4 102,981 100,004 97,668 5 102,495 98,210 99,256 6 103,193 99,836 99,736 7 102,302 99,126 99,836 8 103,249 98,883 98,634 Total 821,339 794.420 793,192 2.588,951
commit to user FK = Y2../n = 241.793,538 t r JKTotal = ΣΣ Y2ij - C = 71,378 i =1 j=1 t JKPerlakuan = Σ (Y2i./r) - C = 63,266 i=1
JKEror = JKTotal - JKPerlakuan = 8,112
DbTotal = n - 1 = 24 - 1 = 23
DbPerlakuan = t - 1 = 3 - 1 = 2
DbEror = n - t = 24 - 3 = 21
KTPerlakuan = JKPerlakuan / DbPerlakuan = 31,633
KTEror = JKEror / DbEror = 0,386
FHitung = KTPerlakuan / KTEror = 81,890
SV Db JK KT F Hitung F Tabel
5% 1% Perlakuan 2 63,266 31,633 8,890 ** 3,47 5,78 Error 21 8,112 0,386
Total 23 71,378
Keterangan : ** (P<0,01), perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata
Lampiran 4. Uji Lanjut Contras Orthogonal Konsumsi Bahan Organik Komponen P0 P1 P2 Σb2 Σb2 . i 1 2 -1 -1 6 48 2 0 1 -1 2 16 Total 821,339 794,420 793,192 JK1 1.642,678 -794,420 -793,192 55,066 3.032,264 JK2 0 794,420 -793,192 1,228 1,508 JK1 = (Σb1 x T1)2 = (55,066)2 = 3.032,264 = 63,172 Σb2 x i 6 x 8 48 JK2 = (Σb1 x T1)2 = (1,228)2 = 1,508 = 0,094 Σb2 x i 2 x 8 16 JKPerlakuan = JK1 + JK2 = 63,172 + 0,094 = 63,266
commit to user
JKTotal = JKPerlakuan + JKEror = 63,266 + 8,112 = 71,378
KTPerlakuan = JKPerlakuan : DbPerlakuan = 63,266 : 2 = 31,633
KTEror = JKEror : DbEror =8,112 : 21 = 0,386
FHitung P0 vs P1 P2 = KTP0 vs P1 P2 : KTEror = 63,172 : 0,386 = 163,536 FHitung P1 vs P2 = KTP1 vs P2 : KTEror = 0,094 : 0,386 = 0,244 SV Db JK KT F Hitung F Tabel 5% 1% Perlakuan 2 63,266 31,633 81,890 ** 3,47 5,78 P0 vs P1 P2 1 63,172 63,172 163,536 ** 4,32 8,02 P1 vs P2 1 0,094 0,094 0,244 NS 4,32 8,02 Error 21 8,112 0,386 Total 23 71,378
Keterangan : ** (P<0,01), perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata NS (P>0,05), perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata Lampiran 5. Analisis Variansi Kecernaan Bahan Kering
Ulangan P0 Perlakuan P1 P2 1 75,162 78,715 77,961 2 72,502 78,235 79,951 3 78,389 76,652 80,132 4 78,385 79,750 79,198 5 75,572 75,963 77,266 6 75,358 79,538 81,016 7 73,856 76,810 78,332 8 75,546 77,081 77,158 Total 604,770 622,743 631,014 1.858,527 FK = Y2../n = 143.921,801 t r JKTotal = ΣΣ Y2ij - C = 101,546 i =1 j=1 t JKPerlakuan = Σ (Y2i./r) - C = 45,007 i=1
commit to user
DbTotal = n - 1 = 24 - 1 = 23
DbPerlakuan = t - 1 = 3 - 1 = 2
DbEror = n - t = 24 - 3 = 21
KTPerlakuan = JKPerlakuan / DbPerlakuan = 22,503
KTEror = JKEror / DbEror = 2,692
FHitung = KTPerlakuan / KTEror = 8,358
SV Db JK KT F Hitung F Tabel
5% 1% Perlakuan 2 45,007 22,503 8,358 ** 3,47 5,78 Error 21 56,540 2,692
Total 23 101,546
Keterangan : ** (P<0,01), perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata
Lampiran 6. Uji Lanjut Contras Orthogonal Kecernaan Bahan Kering Komponen P0 P1 P2 Σb2 Σb2 . i 1 2 -1 -1 6 48 2 0 1 -1 2 16 Total 604,770 622,743 631,014 JK1 1.209,541 -622,743 -631,014 -44,216 1.955,087 JK2 0 622,743 -631,014 -8,271 68,413 JK1 = (Σb1 x T1)2 = (-44,216)2= 1.955,087 = 40,731 Σb2 x i 6 x 8 48 JK2 = (Σb1 x T1)2 = (-8,271)2= 68,413 = 4,276 Σb2 x i 2 x 8 16 JKPerlakuan = JK1 + JK2 = 40,731 + 4,276 = 45,007
JKTotal = JKPerlakuan + JKEror = 45,007 + 56,540= 101,557
KTPerlakuan = JKPerlakuan : DbPerlakuan = 45,007 : 2 = 22,503
KTEror = JKEror : DbEror = 56,540 : 21 = 2,692
FHitung P0 vs P1 P2 = KTP0 vs P1 P2 : KTEror = 40,731 : 2,692 = 15,128
commit to user SV Db JK KT F Hitung F Tabel 5% 1% Perlakuan 2 45,007 22,503 8,358 ** 3,47 5,78 P0 vs P1 P2 1 40,731 40,731 15,128 ** 4,32 8,02 P1 vs P2 1 4,276 4,276 1,588 NS 4,32 8,02 Error 21 56,540 2,692 Total 23 101,547
Keterangan : ** (P<0,01), perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata NS (P>0,05), perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata Lampiran 7. Analisis Variansi Kecernaan Bahan Organik
Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 1 79,413 82,695 83,296 2 78,504 82,703 84,354 3 81,934 82,543 86,487 4 82,943 85,299 84,647 5 70,728 81,889 82,248 6 78,662 84,266 83,384 7 78,203 81,280 84,031 8 78,588 82,706 80,537 Total 628,975 663,381 668,984 1.961,340 FK = Y2../n = 160.285,608 t r JKTotal = ΣΣ Y2ij - C = 243,142 i =1 j=1 t JKPerlakuan = Σ (Y2i./r) - C = 117,329 i=1
JKEror = JKTotal - JKPerlakuan = 125,813
DbTotal = n - 1 = 24 - 1 = 23
DbPerlakuan = t - 1 = 3 - 1 = 2
DbEror = n - t = 24 - 3 = 21
KTPerlakuan = JKPerlakuan / DbPerlakuan = 58,664
KTEror = JKEror / DbEror = 5,991
commit to user SV Db JK KT F Hitung F Tabel 5% 1% Perlakuan 2 117,329 58,664 9,792 ** 3,47 5,78 Error 21 125,813 5,991 Total 23 243,142
Keterangan : ** (P<0,01), perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata
Lampiran 8. Uji Lanjut Contras Orthogonal Kecernaan Bahan Organik Komponen P0 P1 P2 Σb2 Σb2 . i 1 2 -1 -1 6 48 2 0 1 -1 2 16 Total 628,975 663,381 668,984 JK1 125,950 -663,381 -668,984 -74,415 5.537,592 JK2 0 663,381 -668,984 -5,603 31,394 JK1 = (Σb1 x T1)2 = (-74,415)2 = 5.537,592 = 115,367 Σb2 x i 6 x 8 48 JK2 = (Σb 1 x T1)2 = (-5,603)2 = 31,394 = 1,962 Σb2 x i 2 x 8 16 JKPerlakuan = JK1 + JK2 = 115,367 + 1,962 = 117,329
JKTotal = JKPerlakuan + JKEror = 117,329 + 125,813= 243,142
KTPerlakuan = JKPerlakuan : DbPerlakuan = 117,329 : 2 = 58,664
KTEror = JKEror : DbEror = 125,813 : 21 = 5,991
FHitungP0 vs P1 P2 = KTP0 vs P1 P2 : KTEror = 115,367 : 5,991 = 19,256 FHitungP1 vs P2 = KTP1 vs P2 : KTEror = 1,962 : 5,991 = 0,328 SV Db JK KT F Hitung F Tabel 5% 1% Perlakuan 2 117,329 58,664 9,792 ** 3,47 5,78 P0 vs P1 P2 1 115,367 115,367 19,256 ** 4,32 8,02 P1 vs P2 1 1,962 1,962 0,328 NS 4,32 8,02 Error 21 125,813 5,991 Total 23 243,142
Keterangan : ** (P<0,01), perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata NS (P>0,05), perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata