• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn menggunakan model paradigma pedagogi reflektif bagi siswa kelas III Di SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn menggunakan model paradigma pedagogi reflektif bagi siswa kelas III Di SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2015/2016."

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

BAGI SISWA KELAS III DI SD KANISIUS KADIROJO

Brigita Yosi Pratiwi Universitas Sanata Dharma

2016

Salah satu tujuan pembelajaran dalam PKn adalah membentuk sikap kedisiplan. Maka, melalui penggunaan model pembelajaran pada mata pelajaran PKn diharapkan dapat mengembangkan karakter peserta didik. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu 1) menggambarkan dan mengetahui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model paradigma pedagogi reflektif (PPR) pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa dan 2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo menggunakan model pembelajaran PPR.

Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatan sikap kedisiplinan siswa terhadap aturan yang berlaku di masyarakat. Penelitian dilakukan selama 2 siklus setiap siklus melalui tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai panduan adalah kuesioner skala sikap.

Hasil penelitian yang dilakukan pada penggunaan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif dalam kegiatan belajar mengajar PKn di kelas III SD Kanisius Kadirojo dapat meningkatkan sikap kedisiplinan siswa. Peningkatan sikap kedisiplinan siswa dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata sikap kedisiplinan yang diperoleh pada kondisi awal sebesar 64,675, pada siklus 1 sebesar 77,825, dan siklus 2 sebesar 82,85. Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan ninimal cukup kondisi awal sebesar 52,50%, siklus 1 sebesar 95%, dan siklus 2 sebesar 95%.

(2)

ABSTRACT

THE INCREASING DISCIPLINE ATTITUDE ON CIVIC LEARNING USE PEDAGOGY REFLECTIVE PARADIGM MODEL

FOR THIRD GRADE KADIROJO KANISIUS ELEMENTARY SCHOOL

Brigita Yosi Pratiwi Sanata Dharma University

2016

One of the goals of learned in civic education is to form an attititude of disciplined. Thus, through the use of models of learning on the subjects of Civics are expected to develop the character of students. The purpose of this study is: 1) described and knowed the implementation of learned to used reflective pedagogy paradigm models on learned Civics for grade 3rd in Kadirojo Kanisius Elementary School to improved student disciplined and 2) improved and knowed the attitude of disciplined on civics lesson for grade 3rd student in Kadirojo Kanisius Elementary School used reflective pedagogy paradigm models .

Research carried out an Classroom Action Research to improved students attitudes toward disciplined rules that applyed in the community. The study was conducted during two cycles each cycle through the stages of planning, action, observation and reflection. Data collection techniques that are used as a guide is attitude scale questionnaire.

(3)

i

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

BAGI SISWA KELAS III DI SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Brigita Yosi Pratiwi 121134099

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini akan aku persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus, Bunda Maria, dan Santa Pelindungku yang senantiasa

mencurahkan Roh Kudus untuk membimbing, memberkati dan

mencurahkan rahmat dalam segala hal.

2. Bapak Yohanes Suprapto dan Ibu Veronika Siska yang telah memberikan

kasih sayang, semangat, dukungan dan doa.

3. Saudara-saudaraku yang selalu memberi semangat, dukungan, dan doa.

4. Pak Wahana dan Bu Maya selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberi semangat.

5. Teman-teman, sahabat dan rekan-rekan yang selalu memberikan doa,

(7)

v

MOTTO

“ Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;

carilah, makan kamu akan mendapat;

ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Matius 7:7)

“ Camkan ini: orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga dan

Orang menabur banyak akan menuai banyak juga” (2 Korintus 9:6)

“ Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah

jatuh.

Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah.

Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat

menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah kedua”.

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Januari 2016

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Brigita Yosi Pratiwi

Nomor Mahasiswa :121134099

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN PADA PEMBELAJARAN PKN

MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF BAGI

SISWA KELAS III DI SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN

2015/2016.

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikan di internet atau media lain demi kepentingan akademis tanpa

perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 28 Januari 2016

Yang menyatakan

(10)

viii

ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

BAGI SISWA KELAS III DI SD KANISIUS KADIROJO

Brigita Yosi Pratiwi Universitas Sanata Dharma

2016

Salah satu tujuan pembelajaran dalam PKn adalah membentuk sikap kedisiplan. Maka, melalui penggunaan model pembelajaran pada mata pelajaran PKn diharapkan dapat mengembangkan karakter peserta didik. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu 1) menggambarkan dan mengetahui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model paradigma pedagogi reflektif (PPR) pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa dan 2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo menggunakan model pembelajaran PPR.

Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatan sikap kedisiplinan siswa terhadap aturan yang berlaku di masyarakat. Penelitian dilakukan selama 2 siklus setiap siklus melalui tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai panduan adalah kuesioner skala sikap.

Hasil penelitian yang dilakukan pada penggunaan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif dalam kegiatan belajar mengajar PKn di kelas III SD Kanisius Kadirojo dapat meningkatkan sikap kedisiplinan siswa. Peningkatan sikap kedisiplinan siswa dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata sikap kedisiplinan yang diperoleh pada kondisi awal sebesar 64,675, pada siklus 1 sebesar 77,825, dan siklus 2 sebesar 82,85. Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan ninimal cukup kondisi awal sebesar 52,50%, siklus 1 sebesar 95%, dan siklus 2 sebesar 95%.

(11)

ix

ABSTRACT

THE INCREASING DISCIPLINE ATTITUDE ON CIVIC LEARNING USE PEDAGOGY REFLECTIVE PARADIGM MODEL

FOR THIRD GRADE KADIROJO KANISIUS ELEMENTARY SCHOOL

Brigita Yosi Pratiwi Sanata Dharma University

2016

One of the goals of learned in civic education is to form an attititude of disciplined. Thus, through the use of models of learning on the subjects of Civics are expected to develop the character of students. The purpose of this study is: 1) described and knowed the implementation of learned to used reflective pedagogy paradigm models on learned Civics for grade 3rd in Kadirojo Kanisius Elementary School to improved student disciplined and 2) improved and knowed the attitude of disciplined on civics lesson for grade 3rd student in Kadirojo Kanisius Elementary School used reflective pedagogy paradigm models .

Research carried out an Classroom Action Research to improved students attitudes toward disciplined rules that applyed in the community. The study was conducted during two cycles each cycle through the stages of planning, action, observation and reflection. Data collection techniques that are used as a guide is attitude scale questionnaire.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya yang selalu melimpah sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Sarjana Pendidikan

Guru Sekolah Dasar. Judul tugas akhir yang ditulis dan disusun oleh penulis

adalah “Peningkatan Sikap Kedisiplinan Pada Pembelajaran PKn Menggunakan

Model Paradigma Pedagogi Reflektif Bagi Siswa Kelas III SD Kanisius Kadirojo

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.

Ucapan terimakasih penulis berikan kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J.,S.S.,BST.,M.A. selaku Ketua Progam

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.A. selaku Wakil Ketua Progam Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasara Universitas Sanata Dharma.

4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing 1 yang telah

membimbing, memberi masukan, dan semangat kepada penulis.

5. Elisabeth Desiana Maya Sari, S.Psi.,M.A. selaku dosen pembimbing 2

yang telah membimbing, memberi masukan, dan semangat kepada penulis

(13)

xi

6. Th. Tin Supartinah, selaku kepala sekolah SD Kanisius Kadirojo yang

telah memperkenankan dan memberi ijin untuk melaksanakan penelitian.

7. Chandra Noveriawan, selaku wali kelas III SD Kanisius Kadirojo yang

telah memberi ijin, bekerjasama, dan memberi masukan kepada penulis

dalam melaksanakan penelitian.

8. Seluruh guru dan karyawan di SD Kanisius Kadirojo yang mendukung,

memberi saran dan informasi yang berkaitan dengan penelitian.

9. Siswa-siswi kelas III SD Kanisius Kadirojo yang telah bersedia menjadi

subjek dalam penelitian yang dilakukan penulis.

10.Kedua orangtuaku, Yohanes Suprapto dan V. Siska Paginta yang selalu

memberi semangat dan kasih sayang dalam hal rohani dan jasmani bagi

keberhasilan putrinya untuk menyelesaikan tugas.

11.Seluruh anggota keluarga dan kerabat yang selalu mendoakan kelancaran

dan keberhasilan penulis dalam menyelesaikan segala tugas yang dilewati

oleh penulis.

12.Teman-teman sepayung Astrid, Ika, Hilda, Sita, Purnomo, Johan, Oka,

Nugroho, dan Bravi yang membantu, memberikan semangat, dan masukan

dalam penyusunan tugas akhir ini.

13.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, untuk membantu

dan terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis

(14)

xii

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini jauh dari kata

sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan YME. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penulisan

skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan minta maaf yang

sebesar-besarnya apabila ada salah dalam penulisan tugas akhir ini dan semoga tugas

akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 28 Januari 2016

Penulis

(15)

xiii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Sikap ... 10

2.1.2 Kedisiplinan ... 12

2.1.3 Mata Pelajaran PKn ... 15

(16)

xiv

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 22

2.3 Kerangka Berpikir ... 25

2.4 Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

(17)

xv

3.7.1 Validitas ... 47

3.7.2 Reliabilitas ... 52

3.8 Teknik Analisis Data ... 55

3.9 Indikator Keberhasilan ... 59

3.10 Jadwal Penelitian ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 63

4.1.1 Kondisi Awal ... 63

4.1.2 Siklus 1 ... 69

4.1.2.1 Perencanaan ... 69

4.1.2.2 Pelaksanaan ... 71

4.1.2.3 Observasi ... 71

4.1.2.4 Refleksi ... 78

4.1.3 Siklus 2 ... 78

4.1.3.1 Perencanaan ... 78

4.1.3.2 Pelaksanaan ... 79

4.1.3.3 Observasi ... 79

4.1.3.4 Refleksi ... 85

4.2 Pembahasan ... 85

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 97

5.3 Saran ... 98

DAFTAR REFERENSI ... 100

LAMPIRAN ... 102

(18)

xvi

Tabel 3.10 Batasan Siswa Memenuhi Aspek Afektif ... 59

Tabel 3.11 Batasan Siswa Memenuhi Aspek Konatif ... 60

Tabel 3.12 Indikator Keberhasilan Rerata Per Aspek ... 61

Tabel 3.13 Indikator Keberhasilan Rerata Keseluruhan ... 61

Tabel 3.14 Indikator Keberhasilan Sikap ... 61

Tabel 3.17 Jadwal Penelitian ... 63

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Sikap Afektif Siklus 2 ... 81

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Sikap Konatif Siklus 2 ... 82

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Perhitungan Sikap Siklus 2 ... 84

(19)

xvii

Tabel 4.14 Persentase Sikap Kedisiplinan Siswa ... 89

Tabel 4.15 Rata-rata Sikap Kedisiplinan Siswa Per Aspek ... 90

Tabel 4.16 Persentase Sikap Kedisiplinan Siswa Per Aspek ... 93

(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dinamika PPR ... 18

Gambar 2.2 Diagram Penelitian yang Relevan ... 24

Gambar 3.1 Model PTK ... 28

Gambar 3.2 Rumus Product Moment ... 50

Gambar 3.3 Rumus Reliabilitas ... 53

Gambar 3.4 Hasil Reliabilitas ... 55

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Nilai Sikap Kedisiplinan Siswa ... 88

Gambar 4.2 Grafik Persentase Sikap Kedisiplinan Siswa ... 89

Gambar 4.3 Grafik Rerata Nilai Sikap Kedisiplinan Siswa Per Aspek ... 92

(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 102

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 113

Lampiran 3 Validasi RPP Guru dan Dosen ... 143

Lampiran 4 Kuesioner Sebelum Validasi ... 150

Lampiran 5 Validasi Kuesioner Guru dan Dosen ... 158

Lampiran 6 Kuesioner Valid ... 166

Lampiran 7 Contoh Kuesioner Kondisi Awal ... 171

Lampiran 8 Contoh Kuesioner Siklus 1 ... 176

Lampiran 9 Contoh Kuesioner Siklus 2 ... 181

Lampiran 10 Wawancara Guru ... 186

Lampiran 11 Observasi Pembelajaran ... 190

Lampiran 12 Tabel Rangkuman Kuesioner ... 197

Lampiran 13 Foto Penelitian ... 200

Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian ... 204

Lampiran 15 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 206

(22)

1

BAB I

PENDAHULAN

Bab ini akan membahas tentang: (1) latar belakang masalah, (2) batasan

masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan

(6) definisi operasional.

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia.

Pendidikan merupakan usaha sadar yang ditujukan bagi pengembangan

diri manusia secara utuh melalui berbagai macam dimensi yang dimiliki

manusia demi proses penyempurnaan secara terus menerus dalam

memaknai hidup dan sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaan dengan

orang lain (Koesoema, 2007:63). Proses penyempurnaan dalam memaknai

hidup terkait nilai-nilai kemanusiaan yang dialami di dunia terlaksana

dalam kebersamaan dalam hidup dengan orang lain.

Salah satu nilai kemanusiaan yang ada dalam kehidupan sehari-hari

adalah nilai kedisiplinan. Nilai kedisiplinan sangat penting untuk

membentuk karakteristik dan kepribadian seorang anak. Menurut

Depdiknas (2001) mendefinisikan disiplin adalah suatu sikap konsisten

dalam melakukan sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2007), menyatakan disiplin adalah: (a) tata tertib (di sekolah, di kantor,

(23)

(c) bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu. Jadi, kedisiplinan

adalah suatu tindakan yang tercipta melalui proses yang menunjukkan

nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan atau ketertiban dalam

melaksanakan suatu tugas.

Nilai kedisiplinan dapat ditemukan pada pembelajaran PKn di

sekolah. Melalui pembelajaran PKn karakter anak dibentuk agar menjadi

manusia yang berbudi luhur. Pembelajaran PKn di sekolah diharapkan

dapat menanamkan aspek pencapaian dalam belajar. Aspek dalam

pembelajaran tidak hanya mengembangkan pengetahuan siswa (kognitif),

tetapi juga perasaan siswa (afektif), dan perilaku (perilaku). Jadi,

pembelajaran yang disampaikan oleh guru tidak hanya diketahui dan

dipahami siswa tetapi juga dapat dihayati dengan sungguh-sungguh

sehingga diterapkan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Gambaran potret pendidikan atau pembelajaran di Indonesia menurut

Pusat Kurikulum (2002) dalam Ine (2010: 8-9) yang masih begitu buruk

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) penilaian hanya sebatas

pengetahuan (kognitif) tingkat rendah, (2) siswa pasif (mendengar, duduk,

diam, catat, hitung), tidak terjadi proses interaktif, (3) kelas kaku dan tidak

bervariasi, (4) ceramah, tidak menggunakan metode lain, dan (5)

pembelajaran untuk mengejar nilai.

Pendidikan di Indonesia saat ini menurut Paul Suparno SJ (dalam

Sukardjo, 2009:79) diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya rewel dan

(24)

Soedijarto (dalam Sukardjo, 2009:80) mengatakan bahwa pendidikan di

Indonesia lebih mementingkan kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran

tanpa diimbangi dengan intensifnya pengembangan kecerdasan hati,

perasaan, dan emosi. Akibatnya, apresiasi output pendidikan terhadap

keunggulan nilai humanistik, keluhuruan budi, dan hati nurani menjadi

dangkal.

Berdasarkan potret kasus pendidikan di Indonesia yang sudah

terkumpul secara umum, peneliti juga mengamati proses pembelajaran di

sekolah yang telah ditentukan. Sesuai dengan objek pengamatan pada

penelitian, mata pelajaran yang diamati oleh peneliti adalah PKn. Selain

observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru-guru kelas

yang pernah mengajar peserta didik yang saat ini berada di kelas III.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3

Agustus 2015 disimpulkan bahwa pembelajaran yang terjadi di kelas

kurang kondusif. Keadaan ini terlihat ketika, guru hanya menerapkan

model pembelajaran tanya jawab dan ceramah, pengetahuan awal peserta

didik berdasarkan kehidupan sehari-hari mereka masih kurang digali lebih

dalam. Pembelajaran yang kurang menarik tersebut membuat peserta didik

banyak yang kurang memperhatikan guru saat menyampaikan materi.

Hanya ada 5 sampai dengan 10 dari 40 peserta didik yang terlihat antusias

menjawab pertanyaan guru. Terdapat 3 sampai dengan 5 dari 40 peserta

didik yang asyik bermain sendiri atau menganggu temannya pada saat

(25)

Pembelajaran PKn di kelas hanya disampaikan seperti yang tertulis

dari buku paket atau LKS. Kurangnya menggali pengalaman peserta didik

dan tindak lanjut dari guru membuat penanaman sikap disiplin saat

pembelajaran sangat kurang. Proses pembelajaran yang kurang menarik

membuat peserta didik tidak antusias untuk mengikuti pembelajaran.

Sehingga, peserta didik tidak menerapkan aturan kelas yang sudah dibuat

sebelumnya.

Hasil wawancara dengan wali kelas pada saat peserta didik kelas III

berada di kelas II yaitu peserta didik sudah mengetahui dan memahami

tentang arti kedisiplinan, namun hanya 30% siswa yang menerapkan

kedisiplinan di kelas pada saat pembelajaran. Salah satu penyebab peserta

didik tidak menerapkan kedisiplinan di dalam kelas karena model yang

digunakan guru pada saat pembelajaran kurang menarik.

Peneliti juga membagikan kuesioner untuk melihat penerapan sikap

kedisiplinan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hasil

keseluruhan penghitungan yang dilakukan oleh peneliti, mendapatkan hasil

bahwa sikap nilai rata-rata sikap kedisiplinan siswa sebesar 64,675,

sedangkan persentase jumlah siswa yang memiliki sikap kedisiplinan

sebesar 52,50%. Maka, apabila dilihat berdasarkan kriteria yang

ditentukan oleh peneliti hasil dari nilai rata-rata sikap kedisiplinan siswa

kelas III “Rendah”.

Beberapa model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para

(26)

pembelajaran, teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau

teori-teori lain yang mendukung menurut Joyce & Weil dalam Rusman

(2012:132). Model pembelajaran menurut Rusman (2012:144) adalah

suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang

tempat yang lain.

Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam

rangka mensiasati perubahan perilaku siswa secara adaptif maupun

generatif (Hanafiah, 2009:41). Beberapa model pembelajaran yang dapat

digunakan oleh guru pada kegiatan belajar mengajar diantaranya yaitu

model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah,

model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran PAKEM, dll.

Penggunaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah untuk

menarik perhatian peserta didik agar fokus terhadap materi yang

disampaikan.

Peneliti memilih salah satu model yang akan diterapkan dalam

penelitian yang akan dilakukan yaitu model Paradigma Pedagogi Reflektif

(PPR). Alasan peneliti memilih metode PPR karena model tersebut memiliki tahapan dalam belajar yang sistematis yaitu terdapat lima unsur

tahapan dari konteks, pengalaman, refleksi, dan aksi di dalam belajar

(Subagya, 2010:6). Selain itu, model pembelajaran PPR juga memiliki

(27)

kurikulum, dan hasilnya cepat terlihat (Subagya, 2010:57). Selain itu,

sekolah yang digunakan sebagai subjek penelitian adalah sekolah Kanisius

yang menerapkan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif

(PPR).

Model ini mendukung penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

yaitu untuk mengatasi masalah yang ada pada saat pembelajaran PKn yaitu

siswa yang kerap kali hanya sampai pada tingkat memahami. Melihat pada

tahapan yang terdapat pada model pembelajaran PPR yaitu salah satunya

adalah refleksi dan aksi. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa

penggunaan model pembelajaran PPR layak menjadikan pembelajaran

semakin bermakna karena siswa tidak hanya memahami materi tetapi juga

merenungkan dan menerapkan yang telah dipelajari dalam kehidupan

sehari-hari.

Melihat dari berbagai macam masalah yang dijabarkan dan solusi

yang ditawarkan, maka peneliti merumuskan judul untuk penelitian

tentang sikap kedisiplinan yaitu “Peningkatan Sikap Kedisiplinan Pada

Pembelajaran PKn Menggunakan Model Paradigma Pedagogi Refkektif

(PPR) Bagi Siswa Kelas III di SD Kanisius Kadirojo”.

1.2Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan dijabarkan

diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu sikap

kedisiplinan yang menjadi nilai luhur bagi bangsa Indonesia. Penelitian ini

(28)

bagi siswa kelas III di SD Kanisius Kadirojo. Nilai kedisiplinan di kelas III

terdapat pada standar kompetensi 2. Melaksanakan norma yang berlaku di

masyarakat. Pada kompetensi dasar 2.1 Mengenal aturan-aturan yang

berlaku di lingkungan masyarakat sekitar, 2.2 Menyebutkan contoh

aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar, dan 2.3

Melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat

sekitar.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang ditemukan oleh peneliti, maka rumusan

masalah yang disusun sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimanakah pelaksanaan model PPR dalam upaya meningkatkan

sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III di

SD Kanisius Kadirojo?

1.3.2 Apakah ada peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran

PKn menggunakan model paradigma pedagogi reflektif bagi siswa

kelas III di SD Kanisius Kadirojo? 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :

1.4.1 Menggambarkan dan mengetahui gambaran pelaksanaan model

paradigma pedagogi reflektif (PPR) pada pembelajaran PKn bagi

siswa kelas III di SD Kanisius Kadirojo dalam upaya

(29)

1.4.2 Meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan pada

pembelajaran PKn bagi siswa kelas III menggunakan model

pembelajaran PPR di SD Kanisius Kadirojo.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.2 Bagi Siswa

Manfaat yang diperoleh siswa dari penelitian ini adalah siswa

menjadi pribadi yang lebih baik. Sikap siswa terkait dengan sikap

kedisiplinan yang ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari semakin

baik. Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang baru dan lebih

bermakna. Siswa juga tidak hanya belajar sampai pada tahap

memahami saja tetapi juga sampai kegiatan aksi yang akan siswa

lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

1.5.1 Bagi Guru

Manfaat yang diperoleh guru dari penelitian ini adalah guru

memperoleh pengetahuan baru mengenai metode yang digunakan

untuk melakukan pembelajaran di kelas. Guru juga mendapatkan

pengetahuan tentang cara meningkatkan sikap dari nilai-nilai yang

ditanamkan untuk pendidikan berkarakter bagi siswa.

1.5.3 Bagi Sekolah

Manfaat yang sekolah dari penelitian ini adalah sekolah

mendapatkan referensi cara untuk meningkatkan model

(30)

1.5.4 Bagi Peneliti

Manfaat yang diperoleh peneliti dari penelitian ini adalah peneliti

mendapatkan pengalaman langsung tentang langkah-langkah

melakukan penelitian tindakan kelas. Peneliti juga memperoleh

pengetahuan tentang cara meningkatkan sikap siswa pada materi

PKn dengan menggunakan metode PPR.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Sikap adalah reaksi batin seseorang terhadap sikap yang mencakup

aspek kognitif, afektif, dan konatif.

1.6.2 Kedisiplinan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri

agar patuh, tertib dan taat pada saat melaksanakan tugas tertentu.

1.6.3 Siswa sekolah dasar adalah pelajar yang berada pada jenjang dasar

pada pendidikan formal di Indonesia dan ditempuh dalam waktu 6

tahun, mulai dari kelas I sampai kelas IV.

1.6.4 Model pembelajaran adalah rencana, rancangan pembelajaran yang

disusun dan dilaksanakan di kelas atau tempat lain agar terwujudnya

pembelajaran yang diharapkan.

1.6.5 Paradigma Pedagogi Refletif adalah model pembelajaran yang

memiliki unsur yaitu konteks, pengalaman, refleksi, dan aksi dalam

(31)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas tentang: (1) kajian pustaka, (2)

penelitian-penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, dan (4) hipotesis penelitian-penelitian.

2.1Kajian Pustaka

Bagian ini akan membahas tentang teori-teori yang dapat

mendukung penelitian, yang diambil dari buku atau jurnal dan referensi

yang lainnya. Teori-teori yang akan dijelaskan pada bagian ini yaitu

tentang sikap, kedisiplinan, mata pelajaran PKn, dan metode pembelajaran

pedagogi reflektif.

2.1.1 Sikap

Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Sikap adalah suatu bentuk reaksi dari perasaan seseorang

terhadap suatu peristiwa yang sedang dialaminya. Sikap menurut

Secord & Backman (dalam Azwar 2015:5) mendefinisikan sikap

sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap

suatu aspek di lingkungan sekitarnya.

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling

menunjang menurut Azwar (2015: 23-24) yaitu komponen yaitu

kognitif (cognitive), afektif (affective), dan komponen konatif

(32)

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap

(Azwar, 2015: 24). Apabila kepercayaan telah terbentuk, maka

akan menjadi pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat

diharapkan dari objek tertentu.

Komponen komponen afektif menyangkut masalah

emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap (Azwar,

2015: 26). Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini

banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai

sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud. Komponen

konatif dalam sttruktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku

atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Komponen-komponen karakter yang baik menurut Lickona

(2014: 74-79) terdiri dari aspek pengetahuan moral merupakan

ilmu yang dapat dimanfaatkan ketika seseorang menghadapi

tantangan-tantangan moral dalam hidup. Terdapat enam ranah

pengetahuan moral yaitu kesadaran moral, mengetahui nilai-nilai

moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pengambilan

keputusan dan pengetahuan diri. Aspek pengetahuan moral ini

dapat disebut juga sebagai komponen kognitif dari sikap.

Komponen-komponen karakter yang baik selanjutnya

(33)

memiliki arti pertimbangan hati untuk menentukan susuatu

tindakan yang benar atau salah. Terdapat enam ranah dalam

perasaan moral yaitu hati nurani, penghargaan diri, empati,

menyukai kebaikan, kontrol diri, dan kerendahan hati. Aspek

perasaan moral ini dapat disebut juga sebagai komponen afektif

dari sikap.

Komponen-komponen karakter yang baik berikutnya menurut

Lickona (2014: 86-87) yaitu aspek tindakan moral yang memiliki

arti perbuatan benar atau salah yang didasari oleh pengetahuan dan

perasaan yang siswa miliki. Terdapat tiga ranah tindakan moral

yaitu kompetensi, kehendak, dan kebiasaan. Aspek tindakan moral

ini dapat disebut juga sebagai komponen konatif dari sikap.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli diatas mengenai

sikap, peneliti menyimpulkan bahwa sikap yang menjadi

pengamatan yaitu konsistensi antara kepercayaan sebagai

komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif, dan

perilaku sebagai komponen konatif. Ketiga komponen tersebut

menjadi landasan penyimpulan sikap yang dicerminkan oleh

jawaban terhadap skala sikap.

2.1.2 Kedisiplinan

Disiplin merupakan salah satu nilai kemanusiaan yang

(34)

atau melatih (Hurlock, 1978:82). Disiplin merupakan bagian dari

proses berkelanjutan pengajaran atau pendidikan (Khalsa:2008).

Disiplin menjadi salah satu materi yang diterapkan di sekolah dasar

dengan berbagai tujuan sesuai yang diharapkan bagi pribadi siswa

maupun dampaknya bagi orang lain disekitar.

Kedisiplinan diperlukan bagi anak sejak dini, agar menjadi

pribadi yang berkarakter baik. Beberapa tujuan yang diperoleh

dengan menerapkan sikap disiplin menurut Hurlock (1978:83),

yaitu: (1) disiplin mengarahkan anak untuk melakukan hal yang

baik dan melarang hal yang tidak baik, (2) disiplin dapat memacu

anak untuk mencapai hal yang diharapkan atau dicita-citakannya,

dan (3) disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani atau

suara hati untuk mengambil keputusan dan mengendalikan

perilaku. Kedisiplinan mempengaruhi pertumbuhan, emosi dan

adaptasi pribadi di lingkungan masyarakat.

Disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk

berperilaku sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku di

lingkungan masyarakat. Empat unsur pokok untuk menerapkan

disiplin (Hurlock, 1978:84) yaitu: (1) peraturan sebagai pedoman

perilaku, (2) konsistensi peraturan yang digunakan, diajarkan dan

dilaksanakan, (3) hukuman untuk pelanggaran aturan, dan (4)

(35)

yang berlaku. Masing-masing unsur pokok berperan dalam

perkembangan moral anak.

Schaefer (1986:3) mengungkapkan bahwa tujuan disiplin

terbagi menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka

panjang. Tujuan jangka pendek dari disiplin adalah untuk melatih

dan mengontrol anak. Sedangkan tujuan jangka panjang dari

disiplin adalah untuk perkembangan pengendalian diri dan

pengarahan diri sendiri (self control and self direction) yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh

dan pengendalian dari luar.

Tujuan-tujuan disiplin yang dikemukakan sejalan dengan

tujuan yang ingin dicapai untuk membentuk pribadi anak menjadi

berkarakter sesuai dengan nilai kemanusiaan yang diterapkan di

lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, penting sekali apabila

kedisiplinan ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini.

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menyimpulkan tujuan

disiplin Indikator kedisiplinan yang diturunkan dari skala sikap

(attitude scale) sebagai acuan penyusunan pernyataan-pernyataan yaitu terdiri dari: (1) memahami dan mengetahui aturan-aturan di

rumah, sekolah, dan masyarakat, (2) menyadari dan mengontrol

diri, dan (3) menyadari akan tujuan. Berdasarkan

pernyataan-pernyataan yang disusun dari indikator kedisiplinan respons

(36)

2.1.3 Mata Pelajaran PKn

Mata pelajaran di sekolah dasar salah satunya adalah mata

pelajaran PKn yaitu Pendidikan Kewarganegaraan. Materi dalam

pembelajaran beragam, bahasannya tentang dunia disekitar

kehidupan peserta didik. Menurut Ine & Markum (2010:18)

menjelaskan bahwa kewarganegaraan merupakan materi yang

memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam, baik dari segi

agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa, untuk menjadi

warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter.

Jadi, mata pelajaran PKn sama dengan pendidikan karakter apabila

dilihat dari materi-materi yang dibahas dalam pelajaran PKn.

Dilihat dari materi pembelajaran PKn, menurut Ine &

Markum (2010:18) materi-materi yang diajarkan bertujuan

mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa dalam hal

berikut: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara

bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam

kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan (3)

berkembang secara positif dan semokratis untuk membentuk diri

berdasar pada karakter-karakter masyarakat Indonesia.

Berdasarkan tujuan-tujuan yang diuraikan diatas, mata pelajaran

(37)

membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang

bermatabat luhur.

Mata pelajaran PKn juga membahas materi mengenai nilai

yang menjadi tolok ukur manusia dalam betingkah laku di

kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran PKn berkaitan dengan

pendidikan nilai karena di PKn dan nilai sangat berkesinambungan

dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan nilai menurut Ine &

Markum (2010:37) adalah suatu proses dalam upaya membantu

siswa mengekspresikan nilai-nilai yang ada melalui pengujian

kritis, sehingga peserta didik dimungkinkan untuk meningkatkan

atau memperbaiki kualitas berpikir serta perasaannya. Jadi,

pendidikan nilai memiliki tujuan yang hampir sama dengan PKn

yaitu membentuk peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter.

Berdasarkan pendapat dari ahli di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa pembelajaran PKn sangat mendukung untuk

membentuk karakter siswa. Pembelajaran PKn membahas materi

mengenai nilai-nilai dalam kemanusiaan yang diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Pembelajaran PKn juga memiliki tujuan

untuk mengembangkan siswa agar berpikir secara kritis, rasional,

dan kreatif dalam menghadapi kejadian yang dialami.

2.1.4 Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan salah satu

(38)

Dharma. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) diciptakan dan

dikembangkan oleh pendiri Serikat Jesuit yang bernama Ignatius

(Subagya, 2010: 3). Paradigma Pedagogi Reflektif juga disebut

sebagai Pedagogi Ignatian karena diambil dari nama pencipta dan

pengembangnya yaitu Ignatius. Pada awal pengembangannya

tujuan dari Pedagogi Ignatian ini adalah untuk mendidik dengan

cara yang efektif bagi pengembangan manusia-manusia yang

unggul dalam iman dan berkarakter (Subagya, 2010: 3). Paradigma

Pedagogi Reflektif mulai menggema dan mengubah

penyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah Jesuit

dimana-mana (Subagya, 2010: 6). Salah satu sekolah Jesuit yang ada di

Yogyakarta adalah sekolah dibawah Yayasan Kanisius.

Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan polapikir

dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang

menjunjung nilai kemanusiaan. Polapikir yang menjadi tujuan

dalam PPR adalah membentuk pribadi, siswa diberi pengalaman

akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan

pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan

berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat

niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut (Subgya, 2008:39).

Dinamika pokok Pedagogi Reflektif terdiri dari tiga unsur

utama yaitu pengalaman, refleksi dan aksi di dalam proses belajar

(39)

Pedagogi Reflektif adalah konteks, pengalaman, reflektif, aksi dan

evaluasi. Subagya (2008:41) menggambarkan pembinaan siswa

melalui PPR secara singkat adalah sebagai berikut:

KONTEKS

Gambar 2.1 Dinamika PPR menurut Subagya (2008:41)

(40)

Berdasarkan gambar diatas berikut adalah penjelasan secara rinci

setiap tahapan yang dikemukakan oleh Subagya (2008:42-44), sebagai

berikut:

a. Konteks dalam pembelajaran PPR bertujuan untuk

mengembangkan dan menyadarkan siswa tentang nilai-nilai

kemanusiaan. Guru sebagai fasilitator memberikan semangat dan

membimbing siswa untuk menghayati nilai-nilai kemanusiaan

yang dibahas sebagai materi.

b. Pengalaman dalam pembelajaran PPR bertujuan untuk

menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang dibahas sebagai

materi. Guru sebagai fasilitator menyediakan pengalaman

langsung maupun tidak langsung di dalam proses pembelajaran.

Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang sudah atau

akan siswa lakukan dalam melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan

yang dibahas. Pengalaman tidak langsung dapat diciptakan dari

membaca atau mempelajari suatu kejadian. Selanjutnya, guru

memberikan sugesti agar siswa dapat menggunakan imajinasi

mereka dengan cara mendengarkan cerita, melihat gambar,

bermain peran ataupun melihat tayangan film/video.

c. Refleksi dalam pembelajaran PPR bertujuan agar siswa meyakini

makna nilai yang diperoleh dari pengalaman. Guru memfasilitasi

dengan pertanyaan agar siswa terbantu untuk berefleksi.

(41)

secara otentik dapat memahami, mendalami dan meyakini

nilai-nilai yang dibahas dan diperoleh siswa.

d. Aksi dalam pembelajaran PPR dilakukan dengan cara guru

memfasilitasi siswa menggunakan pertanyaan aksi agar siswa

terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil

refleksinya. Melalui membangun niat dan berperilaku sesuai

kemauannya sendiri siswa membentuk pribadinya agar

memperjuangkan nilai-nilai yang direfleksikannya.

e. Evaluasi dalam pembelajaran PPR dilakukan setelah

pembelajaran selesai, guru memberikan evaluasi untuk mengukur

kompetensi siswa dari sisi akademik. Guru dan sekolah memang

diharuskan untuk mengembangkan ranah akademik dan

menyiapkan siswa menjadi kompeten di bidang studi yang

dipelajarinya.

Paradigma pedagogi reflektif juga memiliki kelebihan sekaligus

keuntungan dalam penerapannya pada proses pembelajaran di sekolah

(Subagya, 2008:57), antara lain:

a. Paradigma pedagogi reflektif merupakan pembelajaran yang

murah meriah.

Pembelajaran PPR diintegrasikan dengan bidang studi yang

diajarkan, maka tidak memerlukan sarana dan prasarana yang

khusus. Untuk menumbuhkembangkan persaudaraan, solidaritas,

(42)

dalam sebuah kerja sama kelompok yang kemudian di refleksikan

dan ditindaklanjuti dengan aksi.

b. Paradigma pedagogi reflektif dapat diterapkan pada semua

kurikulum.

PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum: KTSP, KBK,

Kurikulum 1994, bahkan pada kurikulum mana pun.

Pembelajaran PPR tidak menuntut tambahan bidang studi baru,

tetapi yang dibutuhkan hanyalah pendekatan baru pada cara

mengajarkannya pada mata pelajaran yang ada.

c. Paradigma pedagogi reflektif memberikan hasil yang cepat

terlihat.

Menumbuhkembangkan seorang siswa menjadi pribadi yang

dewasa dan manusiawi, biasanya membutuhkan waktu yang lama

dan biasanya terlihat setelah lulus SMP atau SMA. Apabila

sekolah sepakat dan semua guru menerapkan PPR, dalam waktu

satu tahunsudah terlihat bahwa siswa mau solider satu dan saling

membantu dalam belajar, serta mau saling menghargai satu sama

lain. Pengelolaan kelas juga menjadi mudah karena kebiasaan

tidak baik siswa berkurang dan tak terlihat lagi.

Proses paradigma pedagogi reflektif mengharapkan siswa

menguasai materi, bukan hanya manghafal, tetapi mampu

menjelaskan dan memahami nilai yang ada di dalamnya. Suparno

(43)

agar siswa menjadi manusia utuh yang memiliki competence, conscience, dan compassion. Manusia utuh yang dikatakan dalam paradigma pedagogi reflektif dalah berkembangnya 3 C tersebut.

Menurut Suparno (2015: 19) competence berarti menguasai ilmu pengetahuan atau keterampilan sesuai bidangnya. Conscience berarti mempunyai hati nurani yang dapat membedakan baik dan tidak baik.

Compassion berarti mempunyai kepekaan untuk berbuat baik bagi orang lain yang membutuhkan, punya kepedulian pada orang lain.

Berdasarkan penjelasan dari ahli diatas, peneliti menyimpulkan

bahwa pembelajaran yang disampaikan kepada siswa melalui model

PPR tidak hanya sebatas pengetahuan. Jadi bukan hanya dari segi

pengetahuan atau inteleknya saja yang berkembang, tetapi juga afeksi

(suara hati) dan konatif (bela rasa).

2.2Penelitian-Penelitian yang Relevan

Penelitian yang akan diteliti oleh peneliti memiliki hubungan

dengan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya diantaranya adalah:

2.2.1 Penelitian yang dilakukan oleh Meiyanti Wulandari (2014) dengan

judul “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Melalui Proses

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan”. Metode penelitian

yang digunakan yaitu kualitatif dengan data tidak berupa angka

(44)

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu melakukan pengarahan

klasikal tentang pentingnya kedisiplinan dan memberikan pesan

moral berupa keteladanan guru. Strategi yang digunakan adalah

metode kooperatif student teams achievement division (STAD). 2.2.2 Penelitian yang dilakukan oleh Nisa Dian Rachmawati (2014)

berjudul “Hubungan Disiplin Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran PKn Di Sekolah Dasar Negeri Sumber Jaya

04 Tambun Selatan Kabupaten Bekasi”. Metode penelitian yang

digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian yang

diperoleh yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin

belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas

IV.

2.2.3 Penelitian yang dilakukan oleh Andri Widiyanti berjudul

“Pengaruh Pendidikan Karakter Dengan Pendekatan PPR Dan

Motivasi Belajar Terhadap Kepribadian Siswa”. Metode yang

digunakan dalam penelitian yaitu teknik analisis variansi

(ANAVA). Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat

perbedaan pengaruh yang signifikan pendidikan karakter dengan

pendekatan paradigma pedagogi reflektif dan pendekatan

konvensional terhadap kepribadian siswa dalam Pendidikan Agama

Katolik.

Penelitian-penelitian yang dilakukan di atas digambarkan oleh

(45)

Gambar 2.2 Bagan Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang telah dilakukan oleh Meiyanti dan Nisa yaitu

berkaian dengan kedisiplinan dalam pembelajaran PKn. Penelitian yang

dilakukan oleh Andri Wijayanti yaitu mengenai model yang digunakan

untuk penelitian adalah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Berdasarkan

ketiga penelitian yang dilakukan sebelumnya diatas maka peneliti

merumuskan judul penelitian yaitu Peningkatan Sikap Kedisiplinan Pada

Pembelajaran PKn menggunakan Model Paradigma Pedagogi Refelktif

(PPR) Bagi Siswa Kelas III di SD Kanisius Kadirojo. Meiyanti Wulandari (2014)

“Upaya Meningkatkan

Kedisiplinan Siswa Melalui Proses Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan”

Kedisiplinan dalam Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan

Nisa Dian Rachmawati (2014)

“Hubungan Disiplin Belajar

Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Di Sekolah Dasar Negeri Sumber Jaya 04 Tambun

Selatan Kabupaten Bekasi”

Brigita Yosi Pratiwi (2015)

“Peningkatan Sikap Kedisiplinan Pada Pembelajaran PKn

Menggunakan Model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Bagi

(46)

2.3Kerangka Berpikir

Pembelajaran PKn di sekolah dasar sangat penting dilakukan untuk

membentuk karakter siswa menjadi pribadi yang luhur. Kegiatan dalam

pembelajaran PKn tidak hanya sampai pada tahap mengetahui (kognitif),

tetapi juga melalui tahap menghayatai (afektif), dan tahap melaksanakan

(konatif). Apabila tahap kognitif, afektif, dan konatif dapat tercapai dan

terpenuhi maka, tujuan pembelajaran PKn dalam menanamkan karakter

baik dalam pribadi siswa.

Salah satu karakter yang ditanamkan kepada siswa sejak dini

adalah sikap kedisiplinan. Tetapi kenyataan yang terjadi dilapangan

pembelajaran PKn hanya diberikan sampai pada tahapan kognitif.

Kurangnya penggunaan model pembelajaran yang lebih inovatif menjadi

salah satu penghambat pembelajaran dalam PKn hanya sampai pada tahap

kognitif. Pembentukan karakter siswa membutuhkan pembelajaran yang

mampu mengembangkan, meningkatkan, menyadarkan, dan mendorong

sikap disiplin.

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mendukung

tercapainya pembelajaran yang inovatif. Peneliti memilih model

paradigma pedagogi reflektif, karena model tersebut memiliki tahapan

pengalaman dan aksi yang membantu siswa untuk mengembangkan siswa

menjadi manusia yang utuh. Selain itu juga terdapat tahapan refleksi

dengan tujuan agar siswa mampu menemukan manfaat kedisiplinan dan

(47)

Model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif menjadikan

siswa berkembang dalam competence, conscience, dan compassion. Melalui competence siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan tentang kedisiplinan. Melalui conscience siswa menjadi mampu menilai sisi baik dan tidak baik, dan akhirnya dapat mengambil keputusan yang

lebih baik. Melalui compassion siswa memiliki bela rasa, kepekaan pada orang lain, dan terdorong untuk mewujudkan kedisiplinan demi

kesejahteraan bersama.

2.4Hipotesis Penelitian

Peneliti menyimpulkan jawaban sementara dari penelitian

peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKn menggunakan

model paradigma pedagogi reflektif (PPR) bagi siswa kelas III di SD

Kanisius Kadirojo Yogyakarta, bahwa:

1. Pelaksanaan pembelajaran pada model Paradigma Pedagogi

Reflektif terdapat 5 tahap, yaitu: konteks, pengalaman, refleksi,

aski, dan evaluasi dalam upaya untuk meningkatkan sikap

kedisiplinan siswa kelas III di SD Kanisius Kadirojo.

2. Terdapat peningkatan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn

bagi siswa kelas III menggunakan model paradigma pedagogi

(48)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas tentang: (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian,

(3) rencana tindakan, (4) teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, (6)

validitas dan reliabilitas, (7) teknik analisis data, (8)indikator keberhasilan dan (9)

jadwal penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

(PTK). Penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart (dalam

Muslich, 2012:34) adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri

sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis,

terencana dan dengan sikap mawas diri. Penelitian tindakan kelas menurut

Suyanto (dalam Muslich, 2012:35) adalah suatu bentuk penelitian yang

bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas

secara profesional. Peneliti menyimpulkan pengertian penelitian tindakan

kelas adalah tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan

pembelajaran di kelas secara sistematis, terencana dan bersifat reflektif.

Tujuan dilakukannya penelitian tindakan kelas adalah untuk: 1)

meningkatkan dan memperbaiki praktek pembelajaran yang seharusnya

dilakukan oleh guru, 2) meningkatkan dan memperbaiki layanan profesional

(49)

latihan dalam jabatan selama proses penelitian berlangsung. Menurut Trianto

(2011:205) terdapat dua esensi penelitian tindakan yaitu perbaikan dan

keterlibatan. Penelitian tindakan bertujuan untuk menemukan masalah yang

terjadi dan sekaligus memberikan pemecahan terhadap masalah tersebut.

Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) terdapat berbagai macam

model yang dapat digunakan untuk penelitian. Salah satu model yang dipilih

oleh peneliti untuk diterapkan dalam penelitian yaitu model Kemmis dan

Taggart (Muslich, 2012), yang digambarkan dengan bagan seperti berikut:

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Taggart (Muslich, 2012)

RENCANA TINDAKAN

REFLEKSI OBSERVASI

PERBAIKAN RENCANA TINDAKAN

REFLEKSI OBSERVASI Siklus 1

(50)

Dari gambar diagram di atas, terlihat bahwa PTK merupakan

penelitian bersiklus. Setiap siklus terdiri dari Plan (perencanaan), Action

(pelaksanaan), Observe (pengamatan), Reflect (refleksi) pada siklus 1. Setelah itu, pada siklus 2 terdiri dari Revised Plan (perbaikan perencanaan), Action

(pelaksanaan), Observe (pengamatan), Reflect (refleksi).

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Kadirojo Yogyakarta yang

beralamat di Purwomartani, Kalasan, Yogyakarta. Alasan peneliti memilih

SD tersebut adalah siswa-siswi SD tersebut memiliki karakteristik yang

beragam. Latar belakang ekonomi siswa-siswi SD tersebut juga beragam

dari menengah ke bawah dan menengah ke atas.

3.2.2 Subjek Penelitian

Peneliti memilih siswa-siswi kelas III SD Kanisius Kadirojo

sebagai subjek penelitian. Jumlah siswa-siswi yang berada di kelas III

sebanyak 21 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Karakteristik dan

kemampuan siswa pada bidang kognitif, afektif, dan konatif kelas III

beragam.

3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan sikap kedisiplinan pada

mata pelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo tahun

(51)

siswa dilihat melalui aktivitas siswa dan juga skala sikap dalam lembar

kuesioner yang dibagikan sebanyak tiga kali pada saat penelitian. Pertama,

pada saat sebelum dilakukannya penelitian untuk mengetahui kondisi awal

sebelum siswa diberi tindakan. Kedua, pada saat di akhir siklus 1, setelah

dilakukannya pembelajaran. Ketiga, pada akhir siklus 2 setelah

dilakukannya pembelajaran.

3.2.4 Waktu Penelitian

Waktu yang ditempuh selama penelitian ini dari perencanaan dan

pelaksanaan penelitian adalah dari bulan Juli 2015 – Oktober 2015. Atau

pada saat pelaksanaan PPL di tahun ajaran gasal yaitu tahun ajaran

2015/2016.

3.3 Persiapan

Langkah-langkah dalam persiapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas

bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo adalah sebagai berikut:

1. Meminta izin kepada Kepala SD Kanisius Kadirojo untuk melakukan

kegiatan penelitian di SD tersebut.

2. Meminta izin kepada wali kelas III SD Kanisius Kadirojo untuk

melakukan kegiatan penelitian di kelas tersebut.

3. Melakukan observasi pada siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo untuk

memperoleh gambaran awal kondisi kelas dan kegiatan pembelajaran PKn

(52)

4. Melakukan wawancara dengan guru kelas III SD Kanisius Kadirojo untuk

memperoleh data awal karakteristik dan hasil belajar PKn siswa kelas III

SD Kanisius Kadirojo.

5. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas.

6. Menganalisis masalah yang terjadi dalam pembelajaran PKn yang

berkaitan dengan materi kedisiplinan.

7. Merumuskan masalah.

8. Memilih penyelesaian masalah.

9. Merumuskan hipotesis.

10.Menyusun rencana penelitian ke dalam siklus.

11.Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokoknya.

12.Menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS), dan instrumen penelitian.

3.4 Rencana Tiap Siklus 3.4.1 Siklus I

1. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi

kedisiplinan dan model pembelajaran paradigma pedagogi

reflektif (PPR).

2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

3) Lembar kuesioner yang akan dibagikan setelah pembelajaran

(53)

2. Pelaksanaan

 Pertemuan 1 a. Kegiatan awal

1) Menyiapkan siswa secara fisik dan psikis untuk memulai

pelajaran

2) Siswa dan guru berdoa bersama dengan dipimpin oleh salah

satu siswa

3) Guru menanyakan kabar siswa

4) Guru melakukan presensi

5) Guru memberikan kontrak belajar

6) Guru menyampaikan tujuan pelajaran

b. Kegiatan Inti

1) Konteks: Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai

pengertian aturan.

2) Konteks: Siswa menyebutkan pengertian aturan sesuai dengan

pengetahuan mereka.

3) Guru memberikan penjelasan tentang aturan, bisa

menambahkan maupun membenarkan pendapat dari siswa

4) Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota

setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 anak.

5) Pengalaman: Guru membagikan puzzle kepada setiap

kelompok dan menginstruksikan siswa untuk menyusunnya

yang nantinya siswa akan menjelaskan tentang gambar yang

(54)

6) Pengalaman: Siswa menyusun puzzle

7) Refleksi: Siswa secara berkelompok mempresentasikan

puzzlenya yang berupa gambar aturan di sekolah maupun di

masyarakat.

8) Aksi: Selain mempresentasikan puzzle setiap siswa juga

membuat daftar kegiatan yang akan dilakukannya sebagai

perwujudan bahwa mereka akan melaksanakan aturan baik di

sekolah maupun di masyarakat.

9) Memberikan umpan balik positif terhadap keberasilan siswa.

10)Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif selama pembelajaran.

11)Siswa diberi kesempatan bertanya

12)Evaluasi: Siswa diberikan latihan soal.

c. Penutup

1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran

2) Melakukan refleksi

3) Menetukan aksi

4) Pemberian tugas rumah untuk siswa

5) Guru menyampaikan materi pembelajaran berikutnya

(55)

 Pertemuan 2

a. Kegiatan Awal

1) Guru memberi salam kepada siswa

2) Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa

3) Guru mengabsen siswa

4) Guru menanyakan siapa yang selalu menaati aturan

5) Konteks: Guru menampilkan macam-macam gambar

tentang aturan-aturan dan contohnya yang berlaku di

sekolah, rumah dan masyarakat.

6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran berdasarkan

gambar yang ditampilkan

b. Kegiatan Inti

1) Guru memberikan penjelasan mengenai macam-macam

aturan yang berlaku di masyarakat beserta contohnya seperti

gambar yang sudah ditampilkan

2) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok

3) Guru membagikan macam-macam gambar aturan yang

berlaku di masyarakat

4) Pengalaman: Guru meminta siswa mengelompokkan

gambar yang diberikan sesuai dengan macam-macam aturan

yang berlaku di masyarakat

5) Refleksi: Guru meminta siswa menuliskan manfaat adanya

(56)

6) Refleksi: Guru meminta kelompok yang telah selesai

mengerjakan untuk mempresentasikan hasil yang telah

didiskusikan di dalam kelompok

7) Guru mengoreksi jawaban siswa

8) Guru menanyakan kepada siswa hal yang belum dipahami

atau kesulitan selama pembelajaran

9) Evaluasi: Guru membagikan latihan soal sebagai evaluasi

10)Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan

pembelajaran

c. Kegiatan Akhir

1) Guru membagikan kertas refleksi kepada siswa dan

meminta siswa menjawab pertanyaan guru berkaitan

tentang pembelajaran yang telah dialami siswa

2) Aksi: Guru mengajak siswa untuk membuat contoh aturan

yang cocok berlaku di kelas

3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam dan

mempersilahkan siswa untuk istirahat

3. Observasi

Peneliti dibantu oleh seorang guru dan 1 atau 2 teman sejawat untuk

mengamati proses pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. Kegiatan

observasi ini bertujuan untuk mengamati kesulitan dan kegiatan siswa

(57)

4. Refleksi

Peneliti bersama dengan guru kelas mengidentifikasi kejadian,

kesulitan atau hambatan yang terjadi di dalam kelas. Selain itu, peneliti

membandingkan kondisi awal dengan hasil pada siklus 1, serta mengambil

kesimpulan dari perbandingan kedua hasil tersebut.

3.4.2 Siklus II

1. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi

kedisiplinan dan model pembelajaran paradigma pedagogi

reflektif (PPR).

2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

3) Lembar kuesioner yang akan dibagikan setelah pembelajaran

selesai.

2. Pelaksanaan

a. Kegiatan awal

1) Guru memberi salam kepada siswa

2) Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa

3) Guru mengabsen siswa

4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

b. Kegiatan Inti

1) Konteks: Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai

(58)

harus dimiliki untuk melaksanakan aturan-aturan itu serta

pernahkah siswa melakukan aturan itu.

2) Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota setiap

kelompoknya terdiri dari 5-6 anak.

3) Pengalaman: Siswa secara berkelompok mempraktikan cerita yang

berwujud dialog mengenai contoh sikap disiplin atau sikap tidak

disiplin yang telah disiapkan oleh guru di depan kelas.

4) Refleksi: Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk

membedakan mana sikap disiplin dan yang mana sikap tidak

disiplin berdasarkan cerita yang dipraktikkan.

5) Aksi: Siswa secara berkelompok membuat poster mengenai contoh

sikap disiplin atau tidak disiplin dan akibatnya terhadap

aturan-aturan yang ada di lingkungan masyarakat.

6) Memberikan umpan balik positif terhadap hasil yang dikerjakan

siswa.

7) Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif selama pembelajaran

8) Siswa yang belum paham diberi kesempatan bertanya

c. Penutup

1) Evaluasi: Siswa mengerjakan soal evaluasi

2) Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran

3) Melakukan refleksi

(59)

5) Pemberian tugas rumah untuk siswa

6) Guru menyampaikan materi pembelajaran berikutnya

7) Doa penutup dan salam

5. Observasi

Peneliti dibantu oleh seorang guru dan 1 atau 2 teman sejawat untuk

mengamati proses pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. Kegiatan

observasi ini bertujuan untuk mengamati kesulitan dan kegiatan siswa

selama pembelajaran berlangsung.

6. Refleksi

Peneliti bersama dengan guru kelas mengidentifikasi kejadian,

kesulitan atau hambatan yang terjadi di dalam kelas. Selain itu, peneliti

membandingkan kondisi awal dengan hasil pada siklus 1, dan hasil pada

siklus 2 serta mengambil kesimpulan dari perbandingan ketiga hasil

tersebut.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengetahui

kondisi awal kelas adalah dengan wawancara dan observasi. Sedangkan untuk

peningkatan sikap kedisiplinan siswa adalah dengan kuesioner skala sikap.

Kuesioner yang digunakan pun terdiri dari pernyataan favorable dan

unfavorable. Kuesioner yang disusun peneliti terdiri dari 20 pernyataan yang

harus dijawab oleh siswa sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Pernyataan-pernyataan yang disusun memiliki empat alternatif jawaban yaitu

(60)

Kuesioner yang disusun oleh peneliti sudah mencakup aspek

pemahaman (kognitif), penghayatan (afektif) dan pelaksanaan (konatif) nilai

kedisiplinan. Berdasarkan kuesioner tersebut peneliti menganalisis dan

mengukur seberapa besar dan banyaknya siswa yang memiliki pemahaman

(kognitif), penghayatan (afektif), dan pelaksanaan (konatif) sikap kedisiplinan

dalam kehidupan sehari-hari.

3.5.1 Wawancara

Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data dengan cara berdialog yang dilakukan oleh

pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari narasumber. Sebelum melaksanakan wawancara peneliti menyiapkan instrumen

wawancara yang disebut pedoman wawancara. Isi pertanyaan atau

pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat,

persepsi atau evaluasi berkenaan dengan fokus masalah atau

variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian (Sukmadinata, 2011:216).

Wawancara memiliki dua jenis yaitu wawancara terstruktur dan

wawancara tidak terstruktur (Kusumah, 2010: 77). Peneliti menggunakan

wawancara terstruktur sebagai alat penelitian untuk mengetahui dan

mengumpulkan data bahwa sikap kedisiplinan siswa kelas III perlu

ditingkatkan. Peneliti menggunakan wawancara terstruktur karena peneliti

Gambar

Gambar 2.1 Dinamika PPR menurut Subagya (2008:41)
Gambar 2.2 Bagan Penelitian Yang Relevan
Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Taggart (Muslich, 2012)
gambar yang diberikan sesuai dengan macam-macam aturan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Utang jangka panjnag tidak dicatat ketika akan jatuh tempo saat ini sebagai kewajiban lancar apabila akan ditarik atau dilunasi dengan aktiva yang terakumulasi untuk

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Oleh :

Arsenal, Everton dan Tottenham Hotspurs terdapat hubungan yang signifikan.. Artinya semakin baik peringkat yang diperoleh mendorong

Kelas Users digunakan untuk menyimpan seluruh data users , kelas BiayaDokter akan menyimpan data biaya dokter, kelas KuotaJamkes akan menyimpan data kuota jaminan

The Directorate of High Schools Development of the Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia is honoured to be hosting the World Schools Debating

Thermophysical properties of

Hasil penelitian meunjukkan bahwa rata-rata kinerja pengelolaan keuangan dan tingkat kemandirian daerah kabupeten Magetan berdasarkan analisis rasio keuangan adalah

Dalam era otonomi, puskesmas sebagai sektor kesehatan, diberi kesempatan dan keleluasaan oleh pemerintah untuk mengelola anggaran keuangannya secara ekonomis,