ABSTRAK
PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
BAGI SISWA KELAS III DI SD KANISIUS KADIROJO
Brigita Yosi Pratiwi Universitas Sanata Dharma
2016
Salah satu tujuan pembelajaran dalam PKn adalah membentuk sikap kedisiplan. Maka, melalui penggunaan model pembelajaran pada mata pelajaran PKn diharapkan dapat mengembangkan karakter peserta didik. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu 1) menggambarkan dan mengetahui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model paradigma pedagogi reflektif (PPR) pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa dan 2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo menggunakan model pembelajaran PPR.
Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatan sikap kedisiplinan siswa terhadap aturan yang berlaku di masyarakat. Penelitian dilakukan selama 2 siklus setiap siklus melalui tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai panduan adalah kuesioner skala sikap.
Hasil penelitian yang dilakukan pada penggunaan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif dalam kegiatan belajar mengajar PKn di kelas III SD Kanisius Kadirojo dapat meningkatkan sikap kedisiplinan siswa. Peningkatan sikap kedisiplinan siswa dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata sikap kedisiplinan yang diperoleh pada kondisi awal sebesar 64,675, pada siklus 1 sebesar 77,825, dan siklus 2 sebesar 82,85. Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan ninimal cukup kondisi awal sebesar 52,50%, siklus 1 sebesar 95%, dan siklus 2 sebesar 95%.
ABSTRACT
THE INCREASING DISCIPLINE ATTITUDE ON CIVIC LEARNING USE PEDAGOGY REFLECTIVE PARADIGM MODEL
FOR THIRD GRADE KADIROJO KANISIUS ELEMENTARY SCHOOL
Brigita Yosi Pratiwi Sanata Dharma University
2016
One of the goals of learned in civic education is to form an attititude of disciplined. Thus, through the use of models of learning on the subjects of Civics are expected to develop the character of students. The purpose of this study is: 1) described and knowed the implementation of learned to used reflective pedagogy paradigm models on learned Civics for grade 3rd in Kadirojo Kanisius Elementary School to improved student disciplined and 2) improved and knowed the attitude of disciplined on civics lesson for grade 3rd student in Kadirojo Kanisius Elementary School used reflective pedagogy paradigm models .
Research carried out an Classroom Action Research to improved students attitudes toward disciplined rules that applyed in the community. The study was conducted during two cycles each cycle through the stages of planning, action, observation and reflection. Data collection techniques that are used as a guide is attitude scale questionnaire.
i
PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
BAGI SISWA KELAS III DI SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Brigita Yosi Pratiwi 121134099
PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini akan aku persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus, Bunda Maria, dan Santa Pelindungku yang senantiasa
mencurahkan Roh Kudus untuk membimbing, memberkati dan
mencurahkan rahmat dalam segala hal.
2. Bapak Yohanes Suprapto dan Ibu Veronika Siska yang telah memberikan
kasih sayang, semangat, dukungan dan doa.
3. Saudara-saudaraku yang selalu memberi semangat, dukungan, dan doa.
4. Pak Wahana dan Bu Maya selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan memberi semangat.
5. Teman-teman, sahabat dan rekan-rekan yang selalu memberikan doa,
v
MOTTO
“ Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, makan kamu akan mendapat;
ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Matius 7:7)
“ Camkan ini: orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga dan
Orang menabur banyak akan menuai banyak juga” (2 Korintus 9:6)
“ Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah
jatuh.
Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah.
Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat
menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah kedua”.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Januari 2016
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Brigita Yosi Pratiwi
Nomor Mahasiswa :121134099
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN PADA PEMBELAJARAN PKN
MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF BAGI
SISWA KELAS III DI SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN
2015/2016.
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan di internet atau media lain demi kepentingan akademis tanpa
perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 28 Januari 2016
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
PENINGKATAN SIKAP KEDISIPLINAN PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF
BAGI SISWA KELAS III DI SD KANISIUS KADIROJO
Brigita Yosi Pratiwi Universitas Sanata Dharma
2016
Salah satu tujuan pembelajaran dalam PKn adalah membentuk sikap kedisiplan. Maka, melalui penggunaan model pembelajaran pada mata pelajaran PKn diharapkan dapat mengembangkan karakter peserta didik. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu 1) menggambarkan dan mengetahui pelaksanaan pembelajaran menggunakan model paradigma pedagogi reflektif (PPR) pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa dan 2) meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo menggunakan model pembelajaran PPR.
Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatan sikap kedisiplinan siswa terhadap aturan yang berlaku di masyarakat. Penelitian dilakukan selama 2 siklus setiap siklus melalui tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai panduan adalah kuesioner skala sikap.
Hasil penelitian yang dilakukan pada penggunaan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif dalam kegiatan belajar mengajar PKn di kelas III SD Kanisius Kadirojo dapat meningkatkan sikap kedisiplinan siswa. Peningkatan sikap kedisiplinan siswa dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata sikap kedisiplinan yang diperoleh pada kondisi awal sebesar 64,675, pada siklus 1 sebesar 77,825, dan siklus 2 sebesar 82,85. Persentase siswa yang memiliki sikap kedisiplinan ninimal cukup kondisi awal sebesar 52,50%, siklus 1 sebesar 95%, dan siklus 2 sebesar 95%.
ix
ABSTRACT
THE INCREASING DISCIPLINE ATTITUDE ON CIVIC LEARNING USE PEDAGOGY REFLECTIVE PARADIGM MODEL
FOR THIRD GRADE KADIROJO KANISIUS ELEMENTARY SCHOOL
Brigita Yosi Pratiwi Sanata Dharma University
2016
One of the goals of learned in civic education is to form an attititude of disciplined. Thus, through the use of models of learning on the subjects of Civics are expected to develop the character of students. The purpose of this study is: 1) described and knowed the implementation of learned to used reflective pedagogy paradigm models on learned Civics for grade 3rd in Kadirojo Kanisius Elementary School to improved student disciplined and 2) improved and knowed the attitude of disciplined on civics lesson for grade 3rd student in Kadirojo Kanisius Elementary School used reflective pedagogy paradigm models .
Research carried out an Classroom Action Research to improved students attitudes toward disciplined rules that applyed in the community. The study was conducted during two cycles each cycle through the stages of planning, action, observation and reflection. Data collection techniques that are used as a guide is attitude scale questionnaire.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya yang selalu melimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Sarjana Pendidikan
Guru Sekolah Dasar. Judul tugas akhir yang ditulis dan disusun oleh penulis
adalah “Peningkatan Sikap Kedisiplinan Pada Pembelajaran PKn Menggunakan
Model Paradigma Pedagogi Reflektif Bagi Siswa Kelas III SD Kanisius Kadirojo
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang terlibat dalam penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.
Ucapan terimakasih penulis berikan kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J.,S.S.,BST.,M.A. selaku Ketua Progam
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.A. selaku Wakil Ketua Progam Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasara Universitas Sanata Dharma.
4. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku dosen pembimbing 1 yang telah
membimbing, memberi masukan, dan semangat kepada penulis.
5. Elisabeth Desiana Maya Sari, S.Psi.,M.A. selaku dosen pembimbing 2
yang telah membimbing, memberi masukan, dan semangat kepada penulis
xi
6. Th. Tin Supartinah, selaku kepala sekolah SD Kanisius Kadirojo yang
telah memperkenankan dan memberi ijin untuk melaksanakan penelitian.
7. Chandra Noveriawan, selaku wali kelas III SD Kanisius Kadirojo yang
telah memberi ijin, bekerjasama, dan memberi masukan kepada penulis
dalam melaksanakan penelitian.
8. Seluruh guru dan karyawan di SD Kanisius Kadirojo yang mendukung,
memberi saran dan informasi yang berkaitan dengan penelitian.
9. Siswa-siswi kelas III SD Kanisius Kadirojo yang telah bersedia menjadi
subjek dalam penelitian yang dilakukan penulis.
10.Kedua orangtuaku, Yohanes Suprapto dan V. Siska Paginta yang selalu
memberi semangat dan kasih sayang dalam hal rohani dan jasmani bagi
keberhasilan putrinya untuk menyelesaikan tugas.
11.Seluruh anggota keluarga dan kerabat yang selalu mendoakan kelancaran
dan keberhasilan penulis dalam menyelesaikan segala tugas yang dilewati
oleh penulis.
12.Teman-teman sepayung Astrid, Ika, Hilda, Sita, Purnomo, Johan, Oka,
Nugroho, dan Bravi yang membantu, memberikan semangat, dan masukan
dalam penyusunan tugas akhir ini.
13.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, untuk membantu
dan terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis
xii
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini jauh dari kata
sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan YME. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penulisan
skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan minta maaf yang
sebesar-besarnya apabila ada salah dalam penulisan tugas akhir ini dan semoga tugas
akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 28 Januari 2016
Penulis
xiii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 10
2.1.1 Sikap ... 10
2.1.2 Kedisiplinan ... 12
2.1.3 Mata Pelajaran PKn ... 15
xiv
2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 22
2.3 Kerangka Berpikir ... 25
2.4 Hipotesis Penelitian ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27
xv
3.7.1 Validitas ... 47
3.7.2 Reliabilitas ... 52
3.8 Teknik Analisis Data ... 55
3.9 Indikator Keberhasilan ... 59
3.10 Jadwal Penelitian ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 63
4.1.1 Kondisi Awal ... 63
4.1.2 Siklus 1 ... 69
4.1.2.1 Perencanaan ... 69
4.1.2.2 Pelaksanaan ... 71
4.1.2.3 Observasi ... 71
4.1.2.4 Refleksi ... 78
4.1.3 Siklus 2 ... 78
4.1.3.1 Perencanaan ... 78
4.1.3.2 Pelaksanaan ... 79
4.1.3.3 Observasi ... 79
4.1.3.4 Refleksi ... 85
4.2 Pembahasan ... 85
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 96
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 97
5.3 Saran ... 98
DAFTAR REFERENSI ... 100
LAMPIRAN ... 102
xvi
Tabel 3.10 Batasan Siswa Memenuhi Aspek Afektif ... 59
Tabel 3.11 Batasan Siswa Memenuhi Aspek Konatif ... 60
Tabel 3.12 Indikator Keberhasilan Rerata Per Aspek ... 61
Tabel 3.13 Indikator Keberhasilan Rerata Keseluruhan ... 61
Tabel 3.14 Indikator Keberhasilan Sikap ... 61
Tabel 3.17 Jadwal Penelitian ... 63
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Sikap Afektif Siklus 2 ... 81
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Sikap Konatif Siklus 2 ... 82
Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Perhitungan Sikap Siklus 2 ... 84
xvii
Tabel 4.14 Persentase Sikap Kedisiplinan Siswa ... 89
Tabel 4.15 Rata-rata Sikap Kedisiplinan Siswa Per Aspek ... 90
Tabel 4.16 Persentase Sikap Kedisiplinan Siswa Per Aspek ... 93
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Dinamika PPR ... 18
Gambar 2.2 Diagram Penelitian yang Relevan ... 24
Gambar 3.1 Model PTK ... 28
Gambar 3.2 Rumus Product Moment ... 50
Gambar 3.3 Rumus Reliabilitas ... 53
Gambar 3.4 Hasil Reliabilitas ... 55
Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Nilai Sikap Kedisiplinan Siswa ... 88
Gambar 4.2 Grafik Persentase Sikap Kedisiplinan Siswa ... 89
Gambar 4.3 Grafik Rerata Nilai Sikap Kedisiplinan Siswa Per Aspek ... 92
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 102
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 113
Lampiran 3 Validasi RPP Guru dan Dosen ... 143
Lampiran 4 Kuesioner Sebelum Validasi ... 150
Lampiran 5 Validasi Kuesioner Guru dan Dosen ... 158
Lampiran 6 Kuesioner Valid ... 166
Lampiran 7 Contoh Kuesioner Kondisi Awal ... 171
Lampiran 8 Contoh Kuesioner Siklus 1 ... 176
Lampiran 9 Contoh Kuesioner Siklus 2 ... 181
Lampiran 10 Wawancara Guru ... 186
Lampiran 11 Observasi Pembelajaran ... 190
Lampiran 12 Tabel Rangkuman Kuesioner ... 197
Lampiran 13 Foto Penelitian ... 200
Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian ... 204
Lampiran 15 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 206
1
BAB I
PENDAHULAN
Bab ini akan membahas tentang: (1) latar belakang masalah, (2) batasan
masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan
(6) definisi operasional.
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang ditujukan bagi pengembangan
diri manusia secara utuh melalui berbagai macam dimensi yang dimiliki
manusia demi proses penyempurnaan secara terus menerus dalam
memaknai hidup dan sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaan dengan
orang lain (Koesoema, 2007:63). Proses penyempurnaan dalam memaknai
hidup terkait nilai-nilai kemanusiaan yang dialami di dunia terlaksana
dalam kebersamaan dalam hidup dengan orang lain.
Salah satu nilai kemanusiaan yang ada dalam kehidupan sehari-hari
adalah nilai kedisiplinan. Nilai kedisiplinan sangat penting untuk
membentuk karakteristik dan kepribadian seorang anak. Menurut
Depdiknas (2001) mendefinisikan disiplin adalah suatu sikap konsisten
dalam melakukan sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2007), menyatakan disiplin adalah: (a) tata tertib (di sekolah, di kantor,
(c) bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu. Jadi, kedisiplinan
adalah suatu tindakan yang tercipta melalui proses yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan atau ketertiban dalam
melaksanakan suatu tugas.
Nilai kedisiplinan dapat ditemukan pada pembelajaran PKn di
sekolah. Melalui pembelajaran PKn karakter anak dibentuk agar menjadi
manusia yang berbudi luhur. Pembelajaran PKn di sekolah diharapkan
dapat menanamkan aspek pencapaian dalam belajar. Aspek dalam
pembelajaran tidak hanya mengembangkan pengetahuan siswa (kognitif),
tetapi juga perasaan siswa (afektif), dan perilaku (perilaku). Jadi,
pembelajaran yang disampaikan oleh guru tidak hanya diketahui dan
dipahami siswa tetapi juga dapat dihayati dengan sungguh-sungguh
sehingga diterapkan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Gambaran potret pendidikan atau pembelajaran di Indonesia menurut
Pusat Kurikulum (2002) dalam Ine (2010: 8-9) yang masih begitu buruk
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) penilaian hanya sebatas
pengetahuan (kognitif) tingkat rendah, (2) siswa pasif (mendengar, duduk,
diam, catat, hitung), tidak terjadi proses interaktif, (3) kelas kaku dan tidak
bervariasi, (4) ceramah, tidak menggunakan metode lain, dan (5)
pembelajaran untuk mengejar nilai.
Pendidikan di Indonesia saat ini menurut Paul Suparno SJ (dalam
Sukardjo, 2009:79) diibaratkan seperti mobil tua yang mesinnya rewel dan
Soedijarto (dalam Sukardjo, 2009:80) mengatakan bahwa pendidikan di
Indonesia lebih mementingkan kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran
tanpa diimbangi dengan intensifnya pengembangan kecerdasan hati,
perasaan, dan emosi. Akibatnya, apresiasi output pendidikan terhadap
keunggulan nilai humanistik, keluhuruan budi, dan hati nurani menjadi
dangkal.
Berdasarkan potret kasus pendidikan di Indonesia yang sudah
terkumpul secara umum, peneliti juga mengamati proses pembelajaran di
sekolah yang telah ditentukan. Sesuai dengan objek pengamatan pada
penelitian, mata pelajaran yang diamati oleh peneliti adalah PKn. Selain
observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru-guru kelas
yang pernah mengajar peserta didik yang saat ini berada di kelas III.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3
Agustus 2015 disimpulkan bahwa pembelajaran yang terjadi di kelas
kurang kondusif. Keadaan ini terlihat ketika, guru hanya menerapkan
model pembelajaran tanya jawab dan ceramah, pengetahuan awal peserta
didik berdasarkan kehidupan sehari-hari mereka masih kurang digali lebih
dalam. Pembelajaran yang kurang menarik tersebut membuat peserta didik
banyak yang kurang memperhatikan guru saat menyampaikan materi.
Hanya ada 5 sampai dengan 10 dari 40 peserta didik yang terlihat antusias
menjawab pertanyaan guru. Terdapat 3 sampai dengan 5 dari 40 peserta
didik yang asyik bermain sendiri atau menganggu temannya pada saat
Pembelajaran PKn di kelas hanya disampaikan seperti yang tertulis
dari buku paket atau LKS. Kurangnya menggali pengalaman peserta didik
dan tindak lanjut dari guru membuat penanaman sikap disiplin saat
pembelajaran sangat kurang. Proses pembelajaran yang kurang menarik
membuat peserta didik tidak antusias untuk mengikuti pembelajaran.
Sehingga, peserta didik tidak menerapkan aturan kelas yang sudah dibuat
sebelumnya.
Hasil wawancara dengan wali kelas pada saat peserta didik kelas III
berada di kelas II yaitu peserta didik sudah mengetahui dan memahami
tentang arti kedisiplinan, namun hanya 30% siswa yang menerapkan
kedisiplinan di kelas pada saat pembelajaran. Salah satu penyebab peserta
didik tidak menerapkan kedisiplinan di dalam kelas karena model yang
digunakan guru pada saat pembelajaran kurang menarik.
Peneliti juga membagikan kuesioner untuk melihat penerapan sikap
kedisiplinan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hasil
keseluruhan penghitungan yang dilakukan oleh peneliti, mendapatkan hasil
bahwa sikap nilai rata-rata sikap kedisiplinan siswa sebesar 64,675,
sedangkan persentase jumlah siswa yang memiliki sikap kedisiplinan
sebesar 52,50%. Maka, apabila dilihat berdasarkan kriteria yang
ditentukan oleh peneliti hasil dari nilai rata-rata sikap kedisiplinan siswa
kelas III “Rendah”.
Beberapa model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para
pembelajaran, teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau
teori-teori lain yang mendukung menurut Joyce & Weil dalam Rusman
(2012:132). Model pembelajaran menurut Rusman (2012:144) adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
tempat yang lain.
Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam
rangka mensiasati perubahan perilaku siswa secara adaptif maupun
generatif (Hanafiah, 2009:41). Beberapa model pembelajaran yang dapat
digunakan oleh guru pada kegiatan belajar mengajar diantaranya yaitu
model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah,
model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran PAKEM, dll.
Penggunaan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah untuk
menarik perhatian peserta didik agar fokus terhadap materi yang
disampaikan.
Peneliti memilih salah satu model yang akan diterapkan dalam
penelitian yang akan dilakukan yaitu model Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR). Alasan peneliti memilih metode PPR karena model tersebut memiliki tahapan dalam belajar yang sistematis yaitu terdapat lima unsur
tahapan dari konteks, pengalaman, refleksi, dan aksi di dalam belajar
(Subagya, 2010:6). Selain itu, model pembelajaran PPR juga memiliki
kurikulum, dan hasilnya cepat terlihat (Subagya, 2010:57). Selain itu,
sekolah yang digunakan sebagai subjek penelitian adalah sekolah Kanisius
yang menerapkan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif
(PPR).
Model ini mendukung penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
yaitu untuk mengatasi masalah yang ada pada saat pembelajaran PKn yaitu
siswa yang kerap kali hanya sampai pada tingkat memahami. Melihat pada
tahapan yang terdapat pada model pembelajaran PPR yaitu salah satunya
adalah refleksi dan aksi. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran PPR layak menjadikan pembelajaran
semakin bermakna karena siswa tidak hanya memahami materi tetapi juga
merenungkan dan menerapkan yang telah dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari.
Melihat dari berbagai macam masalah yang dijabarkan dan solusi
yang ditawarkan, maka peneliti merumuskan judul untuk penelitian
tentang sikap kedisiplinan yaitu “Peningkatan Sikap Kedisiplinan Pada
Pembelajaran PKn Menggunakan Model Paradigma Pedagogi Refkektif
(PPR) Bagi Siswa Kelas III di SD Kanisius Kadirojo”.
1.2Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan dijabarkan
diatas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu sikap
kedisiplinan yang menjadi nilai luhur bagi bangsa Indonesia. Penelitian ini
bagi siswa kelas III di SD Kanisius Kadirojo. Nilai kedisiplinan di kelas III
terdapat pada standar kompetensi 2. Melaksanakan norma yang berlaku di
masyarakat. Pada kompetensi dasar 2.1 Mengenal aturan-aturan yang
berlaku di lingkungan masyarakat sekitar, 2.2 Menyebutkan contoh
aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar, dan 2.3
Melaksanakan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat
sekitar.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang ditemukan oleh peneliti, maka rumusan
masalah yang disusun sebagai berikut:
1.3.1 Bagaimanakah pelaksanaan model PPR dalam upaya meningkatkan
sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn bagi siswa kelas III di
SD Kanisius Kadirojo?
1.3.2 Apakah ada peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran
PKn menggunakan model paradigma pedagogi reflektif bagi siswa
kelas III di SD Kanisius Kadirojo? 1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah :
1.4.1 Menggambarkan dan mengetahui gambaran pelaksanaan model
paradigma pedagogi reflektif (PPR) pada pembelajaran PKn bagi
siswa kelas III di SD Kanisius Kadirojo dalam upaya
1.4.2 Meningkatkan dan mengetahui peningkatan sikap kedisiplinan pada
pembelajaran PKn bagi siswa kelas III menggunakan model
pembelajaran PPR di SD Kanisius Kadirojo.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.2 Bagi Siswa
Manfaat yang diperoleh siswa dari penelitian ini adalah siswa
menjadi pribadi yang lebih baik. Sikap siswa terkait dengan sikap
kedisiplinan yang ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari semakin
baik. Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang baru dan lebih
bermakna. Siswa juga tidak hanya belajar sampai pada tahap
memahami saja tetapi juga sampai kegiatan aksi yang akan siswa
lakukan dalam kehidupan sehari-hari.
1.5.1 Bagi Guru
Manfaat yang diperoleh guru dari penelitian ini adalah guru
memperoleh pengetahuan baru mengenai metode yang digunakan
untuk melakukan pembelajaran di kelas. Guru juga mendapatkan
pengetahuan tentang cara meningkatkan sikap dari nilai-nilai yang
ditanamkan untuk pendidikan berkarakter bagi siswa.
1.5.3 Bagi Sekolah
Manfaat yang sekolah dari penelitian ini adalah sekolah
mendapatkan referensi cara untuk meningkatkan model
1.5.4 Bagi Peneliti
Manfaat yang diperoleh peneliti dari penelitian ini adalah peneliti
mendapatkan pengalaman langsung tentang langkah-langkah
melakukan penelitian tindakan kelas. Peneliti juga memperoleh
pengetahuan tentang cara meningkatkan sikap siswa pada materi
PKn dengan menggunakan metode PPR.
1.6 Definisi Operasional
1.6.1 Sikap adalah reaksi batin seseorang terhadap sikap yang mencakup
aspek kognitif, afektif, dan konatif.
1.6.2 Kedisiplinan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri
agar patuh, tertib dan taat pada saat melaksanakan tugas tertentu.
1.6.3 Siswa sekolah dasar adalah pelajar yang berada pada jenjang dasar
pada pendidikan formal di Indonesia dan ditempuh dalam waktu 6
tahun, mulai dari kelas I sampai kelas IV.
1.6.4 Model pembelajaran adalah rencana, rancangan pembelajaran yang
disusun dan dilaksanakan di kelas atau tempat lain agar terwujudnya
pembelajaran yang diharapkan.
1.6.5 Paradigma Pedagogi Refletif adalah model pembelajaran yang
memiliki unsur yaitu konteks, pengalaman, refleksi, dan aksi dalam
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini akan membahas tentang: (1) kajian pustaka, (2)
penelitian-penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, dan (4) hipotesis penelitian-penelitian.
2.1Kajian Pustaka
Bagian ini akan membahas tentang teori-teori yang dapat
mendukung penelitian, yang diambil dari buku atau jurnal dan referensi
yang lainnya. Teori-teori yang akan dijelaskan pada bagian ini yaitu
tentang sikap, kedisiplinan, mata pelajaran PKn, dan metode pembelajaran
pedagogi reflektif.
2.1.1 Sikap
Sikap merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Sikap adalah suatu bentuk reaksi dari perasaan seseorang
terhadap suatu peristiwa yang sedang dialaminya. Sikap menurut
Secord & Backman (dalam Azwar 2015:5) mendefinisikan sikap
sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap
suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling
menunjang menurut Azwar (2015: 23-24) yaitu komponen yaitu
kognitif (cognitive), afektif (affective), dan komponen konatif
mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap
(Azwar, 2015: 24). Apabila kepercayaan telah terbentuk, maka
akan menjadi pengetahuan seseorang mengenai apa yang dapat
diharapkan dari objek tertentu.
Komponen komponen afektif menyangkut masalah
emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap (Azwar,
2015: 26). Reaksi emosional yang merupakan komponen afektif ini
banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai
sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud. Komponen
konatif dalam sttruktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku
atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Komponen-komponen karakter yang baik menurut Lickona
(2014: 74-79) terdiri dari aspek pengetahuan moral merupakan
ilmu yang dapat dimanfaatkan ketika seseorang menghadapi
tantangan-tantangan moral dalam hidup. Terdapat enam ranah
pengetahuan moral yaitu kesadaran moral, mengetahui nilai-nilai
moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pengambilan
keputusan dan pengetahuan diri. Aspek pengetahuan moral ini
dapat disebut juga sebagai komponen kognitif dari sikap.
Komponen-komponen karakter yang baik selanjutnya
memiliki arti pertimbangan hati untuk menentukan susuatu
tindakan yang benar atau salah. Terdapat enam ranah dalam
perasaan moral yaitu hati nurani, penghargaan diri, empati,
menyukai kebaikan, kontrol diri, dan kerendahan hati. Aspek
perasaan moral ini dapat disebut juga sebagai komponen afektif
dari sikap.
Komponen-komponen karakter yang baik berikutnya menurut
Lickona (2014: 86-87) yaitu aspek tindakan moral yang memiliki
arti perbuatan benar atau salah yang didasari oleh pengetahuan dan
perasaan yang siswa miliki. Terdapat tiga ranah tindakan moral
yaitu kompetensi, kehendak, dan kebiasaan. Aspek tindakan moral
ini dapat disebut juga sebagai komponen konatif dari sikap.
Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli diatas mengenai
sikap, peneliti menyimpulkan bahwa sikap yang menjadi
pengamatan yaitu konsistensi antara kepercayaan sebagai
komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif, dan
perilaku sebagai komponen konatif. Ketiga komponen tersebut
menjadi landasan penyimpulan sikap yang dicerminkan oleh
jawaban terhadap skala sikap.
2.1.2 Kedisiplinan
Disiplin merupakan salah satu nilai kemanusiaan yang
atau melatih (Hurlock, 1978:82). Disiplin merupakan bagian dari
proses berkelanjutan pengajaran atau pendidikan (Khalsa:2008).
Disiplin menjadi salah satu materi yang diterapkan di sekolah dasar
dengan berbagai tujuan sesuai yang diharapkan bagi pribadi siswa
maupun dampaknya bagi orang lain disekitar.
Kedisiplinan diperlukan bagi anak sejak dini, agar menjadi
pribadi yang berkarakter baik. Beberapa tujuan yang diperoleh
dengan menerapkan sikap disiplin menurut Hurlock (1978:83),
yaitu: (1) disiplin mengarahkan anak untuk melakukan hal yang
baik dan melarang hal yang tidak baik, (2) disiplin dapat memacu
anak untuk mencapai hal yang diharapkan atau dicita-citakannya,
dan (3) disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani atau
suara hati untuk mengambil keputusan dan mengendalikan
perilaku. Kedisiplinan mempengaruhi pertumbuhan, emosi dan
adaptasi pribadi di lingkungan masyarakat.
Disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk
berperilaku sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku di
lingkungan masyarakat. Empat unsur pokok untuk menerapkan
disiplin (Hurlock, 1978:84) yaitu: (1) peraturan sebagai pedoman
perilaku, (2) konsistensi peraturan yang digunakan, diajarkan dan
dilaksanakan, (3) hukuman untuk pelanggaran aturan, dan (4)
yang berlaku. Masing-masing unsur pokok berperan dalam
perkembangan moral anak.
Schaefer (1986:3) mengungkapkan bahwa tujuan disiplin
terbagi menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang. Tujuan jangka pendek dari disiplin adalah untuk melatih
dan mengontrol anak. Sedangkan tujuan jangka panjang dari
disiplin adalah untuk perkembangan pengendalian diri dan
pengarahan diri sendiri (self control and self direction) yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh
dan pengendalian dari luar.
Tujuan-tujuan disiplin yang dikemukakan sejalan dengan
tujuan yang ingin dicapai untuk membentuk pribadi anak menjadi
berkarakter sesuai dengan nilai kemanusiaan yang diterapkan di
lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, penting sekali apabila
kedisiplinan ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini.
Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menyimpulkan tujuan
disiplin Indikator kedisiplinan yang diturunkan dari skala sikap
(attitude scale) sebagai acuan penyusunan pernyataan-pernyataan yaitu terdiri dari: (1) memahami dan mengetahui aturan-aturan di
rumah, sekolah, dan masyarakat, (2) menyadari dan mengontrol
diri, dan (3) menyadari akan tujuan. Berdasarkan
pernyataan-pernyataan yang disusun dari indikator kedisiplinan respons
2.1.3 Mata Pelajaran PKn
Mata pelajaran di sekolah dasar salah satunya adalah mata
pelajaran PKn yaitu Pendidikan Kewarganegaraan. Materi dalam
pembelajaran beragam, bahasannya tentang dunia disekitar
kehidupan peserta didik. Menurut Ine & Markum (2010:18)
menjelaskan bahwa kewarganegaraan merupakan materi yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam, baik dari segi
agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa, untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter.
Jadi, mata pelajaran PKn sama dengan pendidikan karakter apabila
dilihat dari materi-materi yang dibahas dalam pelajaran PKn.
Dilihat dari materi pembelajaran PKn, menurut Ine &
Markum (2010:18) materi-materi yang diajarkan bertujuan
mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa dalam hal
berikut: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara
bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan (3)
berkembang secara positif dan semokratis untuk membentuk diri
berdasar pada karakter-karakter masyarakat Indonesia.
Berdasarkan tujuan-tujuan yang diuraikan diatas, mata pelajaran
membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang
bermatabat luhur.
Mata pelajaran PKn juga membahas materi mengenai nilai
yang menjadi tolok ukur manusia dalam betingkah laku di
kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran PKn berkaitan dengan
pendidikan nilai karena di PKn dan nilai sangat berkesinambungan
dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan nilai menurut Ine &
Markum (2010:37) adalah suatu proses dalam upaya membantu
siswa mengekspresikan nilai-nilai yang ada melalui pengujian
kritis, sehingga peserta didik dimungkinkan untuk meningkatkan
atau memperbaiki kualitas berpikir serta perasaannya. Jadi,
pendidikan nilai memiliki tujuan yang hampir sama dengan PKn
yaitu membentuk peserta didik menjadi pribadi yang berkarakter.
Berdasarkan pendapat dari ahli di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran PKn sangat mendukung untuk
membentuk karakter siswa. Pembelajaran PKn membahas materi
mengenai nilai-nilai dalam kemanusiaan yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran PKn juga memiliki tujuan
untuk mengembangkan siswa agar berpikir secara kritis, rasional,
dan kreatif dalam menghadapi kejadian yang dialami.
2.1.4 Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan salah satu
Dharma. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) diciptakan dan
dikembangkan oleh pendiri Serikat Jesuit yang bernama Ignatius
(Subagya, 2010: 3). Paradigma Pedagogi Reflektif juga disebut
sebagai Pedagogi Ignatian karena diambil dari nama pencipta dan
pengembangnya yaitu Ignatius. Pada awal pengembangannya
tujuan dari Pedagogi Ignatian ini adalah untuk mendidik dengan
cara yang efektif bagi pengembangan manusia-manusia yang
unggul dalam iman dan berkarakter (Subagya, 2010: 3). Paradigma
Pedagogi Reflektif mulai menggema dan mengubah
penyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah Jesuit
dimana-mana (Subagya, 2010: 6). Salah satu sekolah Jesuit yang ada di
Yogyakarta adalah sekolah dibawah Yayasan Kanisius.
Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) merupakan polapikir
dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi yang
menjunjung nilai kemanusiaan. Polapikir yang menjadi tujuan
dalam PPR adalah membentuk pribadi, siswa diberi pengalaman
akan suatu nilai kemanusiaan, kemudian siswa difasilitasi dengan
pertanyaan agar merefleksikan pengalaman tersebut, dan
berikutnya difasilitasi dengan pertanyaan aksi agar siswa membuat
niat dan berbuat sesuai dengan nilai tersebut (Subgya, 2008:39).
Dinamika pokok Pedagogi Reflektif terdiri dari tiga unsur
utama yaitu pengalaman, refleksi dan aksi di dalam proses belajar
Pedagogi Reflektif adalah konteks, pengalaman, reflektif, aksi dan
evaluasi. Subagya (2008:41) menggambarkan pembinaan siswa
melalui PPR secara singkat adalah sebagai berikut:
KONTEKS
Gambar 2.1 Dinamika PPR menurut Subagya (2008:41)
Berdasarkan gambar diatas berikut adalah penjelasan secara rinci
setiap tahapan yang dikemukakan oleh Subagya (2008:42-44), sebagai
berikut:
a. Konteks dalam pembelajaran PPR bertujuan untuk
mengembangkan dan menyadarkan siswa tentang nilai-nilai
kemanusiaan. Guru sebagai fasilitator memberikan semangat dan
membimbing siswa untuk menghayati nilai-nilai kemanusiaan
yang dibahas sebagai materi.
b. Pengalaman dalam pembelajaran PPR bertujuan untuk
menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan yang dibahas sebagai
materi. Guru sebagai fasilitator menyediakan pengalaman
langsung maupun tidak langsung di dalam proses pembelajaran.
Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang sudah atau
akan siswa lakukan dalam melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan
yang dibahas. Pengalaman tidak langsung dapat diciptakan dari
membaca atau mempelajari suatu kejadian. Selanjutnya, guru
memberikan sugesti agar siswa dapat menggunakan imajinasi
mereka dengan cara mendengarkan cerita, melihat gambar,
bermain peran ataupun melihat tayangan film/video.
c. Refleksi dalam pembelajaran PPR bertujuan agar siswa meyakini
makna nilai yang diperoleh dari pengalaman. Guru memfasilitasi
dengan pertanyaan agar siswa terbantu untuk berefleksi.
secara otentik dapat memahami, mendalami dan meyakini
nilai-nilai yang dibahas dan diperoleh siswa.
d. Aksi dalam pembelajaran PPR dilakukan dengan cara guru
memfasilitasi siswa menggunakan pertanyaan aksi agar siswa
terbantu untuk membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil
refleksinya. Melalui membangun niat dan berperilaku sesuai
kemauannya sendiri siswa membentuk pribadinya agar
memperjuangkan nilai-nilai yang direfleksikannya.
e. Evaluasi dalam pembelajaran PPR dilakukan setelah
pembelajaran selesai, guru memberikan evaluasi untuk mengukur
kompetensi siswa dari sisi akademik. Guru dan sekolah memang
diharuskan untuk mengembangkan ranah akademik dan
menyiapkan siswa menjadi kompeten di bidang studi yang
dipelajarinya.
Paradigma pedagogi reflektif juga memiliki kelebihan sekaligus
keuntungan dalam penerapannya pada proses pembelajaran di sekolah
(Subagya, 2008:57), antara lain:
a. Paradigma pedagogi reflektif merupakan pembelajaran yang
murah meriah.
Pembelajaran PPR diintegrasikan dengan bidang studi yang
diajarkan, maka tidak memerlukan sarana dan prasarana yang
khusus. Untuk menumbuhkembangkan persaudaraan, solidaritas,
dalam sebuah kerja sama kelompok yang kemudian di refleksikan
dan ditindaklanjuti dengan aksi.
b. Paradigma pedagogi reflektif dapat diterapkan pada semua
kurikulum.
PPR dapat diterapkan pada semua kurikulum: KTSP, KBK,
Kurikulum 1994, bahkan pada kurikulum mana pun.
Pembelajaran PPR tidak menuntut tambahan bidang studi baru,
tetapi yang dibutuhkan hanyalah pendekatan baru pada cara
mengajarkannya pada mata pelajaran yang ada.
c. Paradigma pedagogi reflektif memberikan hasil yang cepat
terlihat.
Menumbuhkembangkan seorang siswa menjadi pribadi yang
dewasa dan manusiawi, biasanya membutuhkan waktu yang lama
dan biasanya terlihat setelah lulus SMP atau SMA. Apabila
sekolah sepakat dan semua guru menerapkan PPR, dalam waktu
satu tahunsudah terlihat bahwa siswa mau solider satu dan saling
membantu dalam belajar, serta mau saling menghargai satu sama
lain. Pengelolaan kelas juga menjadi mudah karena kebiasaan
tidak baik siswa berkurang dan tak terlihat lagi.
Proses paradigma pedagogi reflektif mengharapkan siswa
menguasai materi, bukan hanya manghafal, tetapi mampu
menjelaskan dan memahami nilai yang ada di dalamnya. Suparno
agar siswa menjadi manusia utuh yang memiliki competence, conscience, dan compassion. Manusia utuh yang dikatakan dalam paradigma pedagogi reflektif dalah berkembangnya 3 C tersebut.
Menurut Suparno (2015: 19) competence berarti menguasai ilmu pengetahuan atau keterampilan sesuai bidangnya. Conscience berarti mempunyai hati nurani yang dapat membedakan baik dan tidak baik.
Compassion berarti mempunyai kepekaan untuk berbuat baik bagi orang lain yang membutuhkan, punya kepedulian pada orang lain.
Berdasarkan penjelasan dari ahli diatas, peneliti menyimpulkan
bahwa pembelajaran yang disampaikan kepada siswa melalui model
PPR tidak hanya sebatas pengetahuan. Jadi bukan hanya dari segi
pengetahuan atau inteleknya saja yang berkembang, tetapi juga afeksi
(suara hati) dan konatif (bela rasa).
2.2Penelitian-Penelitian yang Relevan
Penelitian yang akan diteliti oleh peneliti memiliki hubungan
dengan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya diantaranya adalah:
2.2.1 Penelitian yang dilakukan oleh Meiyanti Wulandari (2014) dengan
judul “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Melalui Proses
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan”. Metode penelitian
yang digunakan yaitu kualitatif dengan data tidak berupa angka
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu melakukan pengarahan
klasikal tentang pentingnya kedisiplinan dan memberikan pesan
moral berupa keteladanan guru. Strategi yang digunakan adalah
metode kooperatif student teams achievement division (STAD). 2.2.2 Penelitian yang dilakukan oleh Nisa Dian Rachmawati (2014)
berjudul “Hubungan Disiplin Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran PKn Di Sekolah Dasar Negeri Sumber Jaya
04 Tambun Selatan Kabupaten Bekasi”. Metode penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian yang
diperoleh yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara disiplin
belajar dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas
IV.
2.2.3 Penelitian yang dilakukan oleh Andri Widiyanti berjudul
“Pengaruh Pendidikan Karakter Dengan Pendekatan PPR Dan
Motivasi Belajar Terhadap Kepribadian Siswa”. Metode yang
digunakan dalam penelitian yaitu teknik analisis variansi
(ANAVA). Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat
perbedaan pengaruh yang signifikan pendidikan karakter dengan
pendekatan paradigma pedagogi reflektif dan pendekatan
konvensional terhadap kepribadian siswa dalam Pendidikan Agama
Katolik.
Penelitian-penelitian yang dilakukan di atas digambarkan oleh
Gambar 2.2 Bagan Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang telah dilakukan oleh Meiyanti dan Nisa yaitu
berkaian dengan kedisiplinan dalam pembelajaran PKn. Penelitian yang
dilakukan oleh Andri Wijayanti yaitu mengenai model yang digunakan
untuk penelitian adalah Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Berdasarkan
ketiga penelitian yang dilakukan sebelumnya diatas maka peneliti
merumuskan judul penelitian yaitu Peningkatan Sikap Kedisiplinan Pada
Pembelajaran PKn menggunakan Model Paradigma Pedagogi Refelktif
(PPR) Bagi Siswa Kelas III di SD Kanisius Kadirojo. Meiyanti Wulandari (2014)
“Upaya Meningkatkan
Kedisiplinan Siswa Melalui Proses Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan”
Kedisiplinan dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan
Nisa Dian Rachmawati (2014)
“Hubungan Disiplin Belajar
Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Di Sekolah Dasar Negeri Sumber Jaya 04 Tambun
Selatan Kabupaten Bekasi”
Brigita Yosi Pratiwi (2015)
“Peningkatan Sikap Kedisiplinan Pada Pembelajaran PKn
Menggunakan Model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) Bagi
2.3Kerangka Berpikir
Pembelajaran PKn di sekolah dasar sangat penting dilakukan untuk
membentuk karakter siswa menjadi pribadi yang luhur. Kegiatan dalam
pembelajaran PKn tidak hanya sampai pada tahap mengetahui (kognitif),
tetapi juga melalui tahap menghayatai (afektif), dan tahap melaksanakan
(konatif). Apabila tahap kognitif, afektif, dan konatif dapat tercapai dan
terpenuhi maka, tujuan pembelajaran PKn dalam menanamkan karakter
baik dalam pribadi siswa.
Salah satu karakter yang ditanamkan kepada siswa sejak dini
adalah sikap kedisiplinan. Tetapi kenyataan yang terjadi dilapangan
pembelajaran PKn hanya diberikan sampai pada tahapan kognitif.
Kurangnya penggunaan model pembelajaran yang lebih inovatif menjadi
salah satu penghambat pembelajaran dalam PKn hanya sampai pada tahap
kognitif. Pembentukan karakter siswa membutuhkan pembelajaran yang
mampu mengembangkan, meningkatkan, menyadarkan, dan mendorong
sikap disiplin.
Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mendukung
tercapainya pembelajaran yang inovatif. Peneliti memilih model
paradigma pedagogi reflektif, karena model tersebut memiliki tahapan
pengalaman dan aksi yang membantu siswa untuk mengembangkan siswa
menjadi manusia yang utuh. Selain itu juga terdapat tahapan refleksi
dengan tujuan agar siswa mampu menemukan manfaat kedisiplinan dan
Model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif menjadikan
siswa berkembang dalam competence, conscience, dan compassion. Melalui competence siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan tentang kedisiplinan. Melalui conscience siswa menjadi mampu menilai sisi baik dan tidak baik, dan akhirnya dapat mengambil keputusan yang
lebih baik. Melalui compassion siswa memiliki bela rasa, kepekaan pada orang lain, dan terdorong untuk mewujudkan kedisiplinan demi
kesejahteraan bersama.
2.4Hipotesis Penelitian
Peneliti menyimpulkan jawaban sementara dari penelitian
peningkatan sikap kedisiplinan dalam pembelajaran PKn menggunakan
model paradigma pedagogi reflektif (PPR) bagi siswa kelas III di SD
Kanisius Kadirojo Yogyakarta, bahwa:
1. Pelaksanaan pembelajaran pada model Paradigma Pedagogi
Reflektif terdapat 5 tahap, yaitu: konteks, pengalaman, refleksi,
aski, dan evaluasi dalam upaya untuk meningkatkan sikap
kedisiplinan siswa kelas III di SD Kanisius Kadirojo.
2. Terdapat peningkatan sikap kedisiplinan pada pembelajaran PKn
bagi siswa kelas III menggunakan model paradigma pedagogi
27
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan membahas tentang: (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian,
(3) rencana tindakan, (4) teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, (6)
validitas dan reliabilitas, (7) teknik analisis data, (8)indikator keberhasilan dan (9)
jadwal penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas
(PTK). Penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart (dalam
Muslich, 2012:34) adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri
sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang dilaksanakan secara sistematis,
terencana dan dengan sikap mawas diri. Penelitian tindakan kelas menurut
Suyanto (dalam Muslich, 2012:35) adalah suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas
secara profesional. Peneliti menyimpulkan pengertian penelitian tindakan
kelas adalah tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan
pembelajaran di kelas secara sistematis, terencana dan bersifat reflektif.
Tujuan dilakukannya penelitian tindakan kelas adalah untuk: 1)
meningkatkan dan memperbaiki praktek pembelajaran yang seharusnya
dilakukan oleh guru, 2) meningkatkan dan memperbaiki layanan profesional
latihan dalam jabatan selama proses penelitian berlangsung. Menurut Trianto
(2011:205) terdapat dua esensi penelitian tindakan yaitu perbaikan dan
keterlibatan. Penelitian tindakan bertujuan untuk menemukan masalah yang
terjadi dan sekaligus memberikan pemecahan terhadap masalah tersebut.
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) terdapat berbagai macam
model yang dapat digunakan untuk penelitian. Salah satu model yang dipilih
oleh peneliti untuk diterapkan dalam penelitian yaitu model Kemmis dan
Taggart (Muslich, 2012), yang digambarkan dengan bagan seperti berikut:
Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Taggart (Muslich, 2012)
RENCANA TINDAKAN
REFLEKSI OBSERVASI
PERBAIKAN RENCANA TINDAKAN
REFLEKSI OBSERVASI Siklus 1
Dari gambar diagram di atas, terlihat bahwa PTK merupakan
penelitian bersiklus. Setiap siklus terdiri dari Plan (perencanaan), Action
(pelaksanaan), Observe (pengamatan), Reflect (refleksi) pada siklus 1. Setelah itu, pada siklus 2 terdiri dari Revised Plan (perbaikan perencanaan), Action
(pelaksanaan), Observe (pengamatan), Reflect (refleksi).
3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Kadirojo Yogyakarta yang
beralamat di Purwomartani, Kalasan, Yogyakarta. Alasan peneliti memilih
SD tersebut adalah siswa-siswi SD tersebut memiliki karakteristik yang
beragam. Latar belakang ekonomi siswa-siswi SD tersebut juga beragam
dari menengah ke bawah dan menengah ke atas.
3.2.2 Subjek Penelitian
Peneliti memilih siswa-siswi kelas III SD Kanisius Kadirojo
sebagai subjek penelitian. Jumlah siswa-siswi yang berada di kelas III
sebanyak 21 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Karakteristik dan
kemampuan siswa pada bidang kognitif, afektif, dan konatif kelas III
beragam.
3.2.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah peningkatan sikap kedisiplinan pada
mata pelajaran PKn bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo tahun
siswa dilihat melalui aktivitas siswa dan juga skala sikap dalam lembar
kuesioner yang dibagikan sebanyak tiga kali pada saat penelitian. Pertama,
pada saat sebelum dilakukannya penelitian untuk mengetahui kondisi awal
sebelum siswa diberi tindakan. Kedua, pada saat di akhir siklus 1, setelah
dilakukannya pembelajaran. Ketiga, pada akhir siklus 2 setelah
dilakukannya pembelajaran.
3.2.4 Waktu Penelitian
Waktu yang ditempuh selama penelitian ini dari perencanaan dan
pelaksanaan penelitian adalah dari bulan Juli 2015 – Oktober 2015. Atau
pada saat pelaksanaan PPL di tahun ajaran gasal yaitu tahun ajaran
2015/2016.
3.3 Persiapan
Langkah-langkah dalam persiapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas
bagi siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo adalah sebagai berikut:
1. Meminta izin kepada Kepala SD Kanisius Kadirojo untuk melakukan
kegiatan penelitian di SD tersebut.
2. Meminta izin kepada wali kelas III SD Kanisius Kadirojo untuk
melakukan kegiatan penelitian di kelas tersebut.
3. Melakukan observasi pada siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo untuk
memperoleh gambaran awal kondisi kelas dan kegiatan pembelajaran PKn
4. Melakukan wawancara dengan guru kelas III SD Kanisius Kadirojo untuk
memperoleh data awal karakteristik dan hasil belajar PKn siswa kelas III
SD Kanisius Kadirojo.
5. Mengidentifikasi masalah yang ada di kelas.
6. Menganalisis masalah yang terjadi dalam pembelajaran PKn yang
berkaitan dengan materi kedisiplinan.
7. Merumuskan masalah.
8. Memilih penyelesaian masalah.
9. Merumuskan hipotesis.
10.Menyusun rencana penelitian ke dalam siklus.
11.Mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokoknya.
12.Menyusun silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS), dan instrumen penelitian.
3.4 Rencana Tiap Siklus 3.4.1 Siklus I
1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi
kedisiplinan dan model pembelajaran paradigma pedagogi
reflektif (PPR).
2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
3) Lembar kuesioner yang akan dibagikan setelah pembelajaran
2. Pelaksanaan
Pertemuan 1 a. Kegiatan awal
1) Menyiapkan siswa secara fisik dan psikis untuk memulai
pelajaran
2) Siswa dan guru berdoa bersama dengan dipimpin oleh salah
satu siswa
3) Guru menanyakan kabar siswa
4) Guru melakukan presensi
5) Guru memberikan kontrak belajar
6) Guru menyampaikan tujuan pelajaran
b. Kegiatan Inti
1) Konteks: Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai
pengertian aturan.
2) Konteks: Siswa menyebutkan pengertian aturan sesuai dengan
pengetahuan mereka.
3) Guru memberikan penjelasan tentang aturan, bisa
menambahkan maupun membenarkan pendapat dari siswa
4) Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota
setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 anak.
5) Pengalaman: Guru membagikan puzzle kepada setiap
kelompok dan menginstruksikan siswa untuk menyusunnya
yang nantinya siswa akan menjelaskan tentang gambar yang
6) Pengalaman: Siswa menyusun puzzle
7) Refleksi: Siswa secara berkelompok mempresentasikan
puzzlenya yang berupa gambar aturan di sekolah maupun di
masyarakat.
8) Aksi: Selain mempresentasikan puzzle setiap siswa juga
membuat daftar kegiatan yang akan dilakukannya sebagai
perwujudan bahwa mereka akan melaksanakan aturan baik di
sekolah maupun di masyarakat.
9) Memberikan umpan balik positif terhadap keberasilan siswa.
10)Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif selama pembelajaran.
11)Siswa diberi kesempatan bertanya
12)Evaluasi: Siswa diberikan latihan soal.
c. Penutup
1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran
2) Melakukan refleksi
3) Menetukan aksi
4) Pemberian tugas rumah untuk siswa
5) Guru menyampaikan materi pembelajaran berikutnya
Pertemuan 2
a. Kegiatan Awal
1) Guru memberi salam kepada siswa
2) Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa
3) Guru mengabsen siswa
4) Guru menanyakan siapa yang selalu menaati aturan
5) Konteks: Guru menampilkan macam-macam gambar
tentang aturan-aturan dan contohnya yang berlaku di
sekolah, rumah dan masyarakat.
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran berdasarkan
gambar yang ditampilkan
b. Kegiatan Inti
1) Guru memberikan penjelasan mengenai macam-macam
aturan yang berlaku di masyarakat beserta contohnya seperti
gambar yang sudah ditampilkan
2) Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok
3) Guru membagikan macam-macam gambar aturan yang
berlaku di masyarakat
4) Pengalaman: Guru meminta siswa mengelompokkan
gambar yang diberikan sesuai dengan macam-macam aturan
yang berlaku di masyarakat
5) Refleksi: Guru meminta siswa menuliskan manfaat adanya
6) Refleksi: Guru meminta kelompok yang telah selesai
mengerjakan untuk mempresentasikan hasil yang telah
didiskusikan di dalam kelompok
7) Guru mengoreksi jawaban siswa
8) Guru menanyakan kepada siswa hal yang belum dipahami
atau kesulitan selama pembelajaran
9) Evaluasi: Guru membagikan latihan soal sebagai evaluasi
10)Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan
pembelajaran
c. Kegiatan Akhir
1) Guru membagikan kertas refleksi kepada siswa dan
meminta siswa menjawab pertanyaan guru berkaitan
tentang pembelajaran yang telah dialami siswa
2) Aksi: Guru mengajak siswa untuk membuat contoh aturan
yang cocok berlaku di kelas
3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam dan
mempersilahkan siswa untuk istirahat
3. Observasi
Peneliti dibantu oleh seorang guru dan 1 atau 2 teman sejawat untuk
mengamati proses pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. Kegiatan
observasi ini bertujuan untuk mengamati kesulitan dan kegiatan siswa
4. Refleksi
Peneliti bersama dengan guru kelas mengidentifikasi kejadian,
kesulitan atau hambatan yang terjadi di dalam kelas. Selain itu, peneliti
membandingkan kondisi awal dengan hasil pada siklus 1, serta mengambil
kesimpulan dari perbandingan kedua hasil tersebut.
3.4.2 Siklus II
1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi
kedisiplinan dan model pembelajaran paradigma pedagogi
reflektif (PPR).
2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
3) Lembar kuesioner yang akan dibagikan setelah pembelajaran
selesai.
2. Pelaksanaan
a. Kegiatan awal
1) Guru memberi salam kepada siswa
2) Guru meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa
3) Guru mengabsen siswa
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti
1) Konteks: Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai
harus dimiliki untuk melaksanakan aturan-aturan itu serta
pernahkah siswa melakukan aturan itu.
2) Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dengan anggota setiap
kelompoknya terdiri dari 5-6 anak.
3) Pengalaman: Siswa secara berkelompok mempraktikan cerita yang
berwujud dialog mengenai contoh sikap disiplin atau sikap tidak
disiplin yang telah disiapkan oleh guru di depan kelas.
4) Refleksi: Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk
membedakan mana sikap disiplin dan yang mana sikap tidak
disiplin berdasarkan cerita yang dipraktikkan.
5) Aksi: Siswa secara berkelompok membuat poster mengenai contoh
sikap disiplin atau tidak disiplin dan akibatnya terhadap
aturan-aturan yang ada di lingkungan masyarakat.
6) Memberikan umpan balik positif terhadap hasil yang dikerjakan
siswa.
7) Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif selama pembelajaran
8) Siswa yang belum paham diberi kesempatan bertanya
c. Penutup
1) Evaluasi: Siswa mengerjakan soal evaluasi
2) Siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran
3) Melakukan refleksi
5) Pemberian tugas rumah untuk siswa
6) Guru menyampaikan materi pembelajaran berikutnya
7) Doa penutup dan salam
5. Observasi
Peneliti dibantu oleh seorang guru dan 1 atau 2 teman sejawat untuk
mengamati proses pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. Kegiatan
observasi ini bertujuan untuk mengamati kesulitan dan kegiatan siswa
selama pembelajaran berlangsung.
6. Refleksi
Peneliti bersama dengan guru kelas mengidentifikasi kejadian,
kesulitan atau hambatan yang terjadi di dalam kelas. Selain itu, peneliti
membandingkan kondisi awal dengan hasil pada siklus 1, dan hasil pada
siklus 2 serta mengambil kesimpulan dari perbandingan ketiga hasil
tersebut.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengetahui
kondisi awal kelas adalah dengan wawancara dan observasi. Sedangkan untuk
peningkatan sikap kedisiplinan siswa adalah dengan kuesioner skala sikap.
Kuesioner yang digunakan pun terdiri dari pernyataan favorable dan
unfavorable. Kuesioner yang disusun peneliti terdiri dari 20 pernyataan yang
harus dijawab oleh siswa sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Pernyataan-pernyataan yang disusun memiliki empat alternatif jawaban yaitu
Kuesioner yang disusun oleh peneliti sudah mencakup aspek
pemahaman (kognitif), penghayatan (afektif) dan pelaksanaan (konatif) nilai
kedisiplinan. Berdasarkan kuesioner tersebut peneliti menganalisis dan
mengukur seberapa besar dan banyaknya siswa yang memiliki pemahaman
(kognitif), penghayatan (afektif), dan pelaksanaan (konatif) sikap kedisiplinan
dalam kehidupan sehari-hari.
3.5.1 Wawancara
Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data dengan cara berdialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari narasumber. Sebelum melaksanakan wawancara peneliti menyiapkan instrumen
wawancara yang disebut pedoman wawancara. Isi pertanyaan atau
pernyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat,
persepsi atau evaluasi berkenaan dengan fokus masalah atau
variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian (Sukmadinata, 2011:216).
Wawancara memiliki dua jenis yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur (Kusumah, 2010: 77). Peneliti menggunakan
wawancara terstruktur sebagai alat penelitian untuk mengetahui dan
mengumpulkan data bahwa sikap kedisiplinan siswa kelas III perlu
ditingkatkan. Peneliti menggunakan wawancara terstruktur karena peneliti