UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN
BIODATA
Nama Lengkap : Eunike Stephanie Purba
Tempat, Tanggal Lahir : Pekanbaru, 08 April 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Alamat : Jl.Pasar 6 Gg.Sehati No.13 Kota Medan
Telepon / HP : - / 085275753546
Email : eunikestephanie94@gmail.com
SILSILAH KELUARGA
Ayah : Jhon Tariman Purba
Ibu : Salmah Sianturi
RIWAYAT PENDIDIKAN
2000 – 2006 : SD. St. Maria II Pekanbaru
2006 – 2009 : SMP. Kr. Kalam Kudus Pekanbaru 2009 – 2012 : SMK. Telkom Sandhy Putra Medan
2012 – sekarang : Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Public Relations), FISIP USU
Organisasi :
- IMAS-USU (Ikatan Mahasiswa Simalungun Universitas Sumatera Utara)
Bendahara Umum periode 2013-2014
- GMKI Komisariat FISIP USU
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR REFERENSI
Aditya, Yoga. (2015). Rasisme dalam Film Selma (Analisis Semiotika John Fiske
Mengenai Realitas,Representasi dan Ideologi Rasisme dalam Film Selma Karya Ava Du Vernay). Bandung: UNIKOM.
Ardianto, Elvinaro. (2004). Komunikasi Massa:Suatu Pengantar. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Barnard, M. (2011). Fashion sebagai komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
Bungin, Burhan. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Bungin, Burhan. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana.
Chaney, David. (2008). Lifestyle: Sebuah pengantar komprehensif. Yogyakarta:
Jalasutra.
Christomy,Tommy & Untung Yuwono. (2004). Semiotika Budaya. Depok: Pusat
Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian
Masyarakat Universitas Indonesia.
Cangara. (2000). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Dachruddin, Andi. (2012). Dasar-dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana.
Danesi, Marcel. (2010). Pesan Tanda dan Makna; Buku Teks Dasar Mengenai
Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
Darmaprawira,Sulasmi. (2002). Warna: Teori dan kreativitas penggunaannya.
Bandung: ITB.
Echols,John M. & Shadily, Hassan. (1976). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Effendy, Onong Uchjana. (2005). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Eriyanto. (2001). Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:
LKiS.
Erlina. (2011). Metodologi Penelitian. Medan: USU Press.
Fiske,John. (2004). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar
Paling Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
Fribadi, Desi Oktavia. (2012). Representasi Maskulinitas dalam Drama TV Korea
You’re Beautiful. Jakarta: Universitas Indonesia.
Girsang, Romi Comando. (2014). Maskulinitas dalam Iklan Televisi (Analisis
Semiotika Maskulinitas dalam Iklan Televisi Gudang Garam Merah
Versi “The Cafe”). Medan: USU.
Harahap, Rani Indah Komala.(2011).Representasi Feminisme dalam Film (Analisi
Semiotika Representasi Feminisme dalam Film “Sex And The City 2”. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Ibrahim, M. Nasir. (2007). Analisis Pengaruh Media Iklan terhadap Pengambilan
Keputusan Membeli Air Minum dalam Kemasan Merek Aqua pada
Masyarakat Kota Palembang. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Irawanto, Budi. (1999). Film, Ideologi, dan Militer. Yogyakarta: Media Pressindo.
Kriyantono, Rachmat. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi : disertai contoh
praktis riset media, public, relations, advertising, komunikasi organisasi, komunikasi pemasaran. Jakarta: Kencana.
Kusumaningrum, E. (2012). Maskulinitas dalam Iklan Majalah Men’s Health. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Latifa, Rena. (2012). Psikologi Emosi. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi
Islam, Dirjen Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Little John, Stephen W & Karen A.Foss. (2009). Theories of Human
Communication. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Marcel Danesi. (2004). Pesan, Tanda, dan Makna:Buku Teks Dasar Mengenai
Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
Meleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif Ed.rev. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya Offset.
Morissan & Wardhany, Andy Corry. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Mulyana,Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya Offset.
Nurudin. (2004). Komunikasi Massa. Malang: Cespur.
Osella, Filippo & Osella, Carolina. (2000). Migration, Money and Masculinity in
Kerala. The Journal of the Royal Anthropological Institute. Volume 6, No.1.
Piliang, Yasraf Amir. (2003). Hipersemiotika. Bandung: Jalasutra.
Rosita, Heppy Damanik. (2013). Strategi Pemenuhan Kebutuhan Hidup Keluarga
Tukang Parkir. Bengkulu: UNIB.
Subagyo, P.Joko. (1997). Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sumarno, M. (1996). Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT. Gramedia Widia
Sarana Indonesia.
Sobur, Alex. (2001). Analisis Teks Media:suatu pengantar untuk analisis wacana,
analisis semiotik, dan analisis framing. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset.
Sobur,Alex. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tahir, Rahimah M.(2013).Representasi Citra Maskulinitas Dalam Film Laga
Kontemporer Indonesia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Tubbs, S,L & Moss, S. (1996). Human communication (Prinsip-prinsip Dasar).
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Usman, Husaini & Akbar, Purnomo Setiady. (2009). Metodologi Penelitian Sosial
Jakarta: Bumi Aksara.
Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Jakarta: Gahlia
Indonesia.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. (2011). Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis
bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Wiryanto. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT.Grasindo.
Weber,Max. (2006). Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sumber Internet :
http://argyo.staff.uns.ac.id/files/2010/08/maskulinitas-ind1.pdf, (diakses tanggal 7
Januari 2016 pukul 13.00 WIB)
http://perfilman.perpusnas.go.id/artikel/detail/127, (diakses tanggal 25 Februari
2016 pukul 15.00 WIB)
http://www.scribd.com/doc/15252080/ParadigmaKonstruktivisme
ParadigmaKritikal, (diakses tanggal 28 Februari 2016 pukul 15.00 WIB)
masculinity : wikipedia free encyclopedia (diakses tanggal 15 Februari 2016
pukul 15.00 WIB)
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Miracle_in_Cell_No_7_poster.j
pg&filetimestamp=20140315075711&, (diakses tanggal 26 Maret 2016
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA http://sinopsis-film-film.blogspot.co.id/2013/08/miracle-in-cell-no-7.html,
(diakses tanggal 29 Maret 2016 pukul 19.00 WIB)
http://basuki.lecturer.pens.ac.id/lecture/MaknaWarnaDalamDesain.pdf, (diakses
tanggal 24 Mei 2016 pukul 16.00 WIB)
http://www.lakilakibaru.or.id/wpcontent/uploads/2015/02/S281_MuhadjirDarwin
_Maskulinitas-Posisi-Laki-laki-dalam-Masyarakat-Patriarkis.pdf,
(diakses tanggal 25 april 2016 pukul 20.00 WIB)
http://kejaksaan.go.id/upldoc/produkhkm/UU%2033%20Tahun%202009.pdf,
(diakses tanggal 25 Februari 2016 pukul 15.00 WIB)
http://repository.unikom.ac.id/repo/sector/perpus/view/jbptunikomppgdyuwanatri
a-22903.pdf, (diakses tanggal 25 Februari 2016 pukul 15.00 WIB)
https: //muhsinbudiono.com, (diakses tanggal 25 Februari 2016 pukul 15.00 WIB)
http://kbbi.web.id/punya, (diakses tanggal 29 Maret 2016 pukul 20.00 WIB)
http://kbbi.web.id/kesetiakawanan, (diakses tanggal 29 Maret 2016 pukul 20.00
WIB)
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00997-JP%20Bab2001.pdf, (diakses tanggal 30 Maret 2016 pukul 20.00 WIB)
https://id.wikipedia.org/wiki/Mahkota, (diakses tanggal 30 Maret 2016 pukul
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Defenisi Konseptual
Dalam penelitian yang berjudul “Representasi Feminisme” dalam Film “Maleficent”, maka definisi konseptual yang dipaparkan dan dijelaskan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Representasi
Dalam (Danesi, 2010: 20), Representasi adalah penggunaan tanda
(gambar, bunyi, dan lain-lain) untuk menghubungkan, menggambarkan,
memotret atau memreproduksi sesuatu yang dilihat, diindera, dibayangkan
atau dirasakan dalam bentuk fisik tertentu.
2. Maskulinitas
Maskulin merupakan sebuah bentuk konstruksi kelelakian terhadap
laki-laki. Laki-laki tidak dilahiran begitu saja dengan sifat maskulinnya secara
alami, maskulinitas dibentuk oleh kebudayaan. Secara umum, maskulinitas
tradisional menganggap tinggi nilai-nilai, antara lain kekuatan, kekuasaan,
ketabahan, aksi, kendali, kemandirian, kepuasan diri, kesetiakawanan
laki-laki, dan kerja.
3. Film
Film merupakan salah satu bentuk dari media massa yang memberikan
hiburan untuk masyarakat. Selain memberikan hiburan, sebuah film juga
dapat menjadi media yang menyebarkan nilai-nilai tertentu dalam
masyarakat.
4. Semiotika
Semiotika adalah studi mengenai pertandaan dan makna dari sistem tanda;
ilmu tentang tanda, bagaimana makna dibangun dalam “teks” media; atau
studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.2. Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh
kembali pemecahan terhadap segala permasalahan (Subagyo, 1997: 2). Penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian sosial
menggunakan format desriptif kualitatif bertujuan untuk mengkritik kelemahan
penelitian kualitatif, serta juga bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan
berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada
di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke
permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang
kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai
masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas yang
holistis, kompleks, dan rinci. Dalam menganalisis media, paradigma yang lazim
digunakan adalah paradigma konstruktivisme.
Paradigma Konstruktivisme dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap
paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang
diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang yang biasa
dilakukan oleh kaum positivis. Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari
pemikiran Weber, menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan
perilaku alam karena manusia bertindak sebagai agen yang mengonstruksi dalam
realitas sosial mereka, baik melalui pemberian makna maupun pemahaman
perilaku di kalangan mereka sendiri.
Kajian paradigma konstruktivisme ini menempatkan posisi peneliti setara
dan sebisa mungkin masuk dengan subjeknya, dan berusaha memahami dan
mengonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si subjek yang akan diteliti.
Metodologi dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana
peneliti akan mengumpulkan serta menganalisis data yang ada.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.3. Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini mencakup subjek dan objek penelitian. Dalam
penelitian mengenai representasi maskulinitas dalam film “Miracle In Cell No.7”
ini, subjek penelitiannya mengarah pada gambar dan suara yang memuat
representasi maskulinitas. Sedangkan, objek penelitiannya adalah film “Miracle In Cell No.7”.
3.4.Kerangka Analisis
Penelitian ini akan menganalisis mengenai maskulinitas yang ditampilkan
dalam film “Miracle In Cell No.7” tahun 2013. Penulis menggunakan analisis
semiotika, dengan menggunakan teknik analisis semiologi John Fiske dengan tiga
level yaitu level realitas, level representasi dan level ideologi. Unit analisis dari
penelitian ini adalah paradigma dan sintagma dari level realitas,representasi dan
juga ideologi. Paradigma adalah kumpulan dari tanda-tanda yang dari kumpulan
itulah dilakukan pemilihan dan hanya satu unit dari kumpulan yang dipilih itu.
Contoh sederhananya adalah huruf-huruf abjad. Anggota-anggota di dalam
paradigma harus memiliki kesamaan karakteristik. Misalkan huruf M dan A
adalah paradigma, karena mereka memiliki karakteristik yang sama sehingga
masuk dalam paradigma abjad.
Sedangkan sintagma adalah kumpulan dari paradigma. Andaikan paradigma
adalah sebuah kosakata dalam sebuah tata bahasa, maka sintagma adalah sebuah
kalimat yang terdiri dari kumpulan kosakata. ”Aspek penting sintagma adalah
aturan atau konvensi yang menjadi dasar penyusunan paduan unit-unit itu” (Fiske,
2004: 84). Contohnya adalah kalimat merupakan sintagma kata-kata, pakaian kita
juga merupakan sintagma pilihan dari paradigma topi, dasi, baju, jaket, celana,
kaos kaki, dan seterusnya. Paradigma dan sintagma ini adalah seluruh visual dan
suara di film “Miracle In Cell No.7” yang menggambarkan maskulinitas.
Dalam penelitian ini, peneliti hendak mencari kode-kode sosial mana yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sehingga peneliti akan mampu menangkap makna pesan yang ingin disampaikan
melalui tanda-tanda yang dikonstruksi.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan peneliti dalam mengumpulkan data (Kriyantono, 2008: 91). Penelitian
ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu :
3.3.1.Studi dokumenter
Studi dokumenter yaitu dengan mengunduh film “Miracle In Cell No.7”
dari situs online. Film “Miracle In Cell No.7” berdurasi 127 menit yang
disutradarai oleh Lee Hwan-kyung dengan produser Kim Min-ki dan Lee
Sang-hun. Film “Miracle In Cell No.7” diproduksi oleh studio Fineworks/CL Entertainment.
3.3.2. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah suatu pembahasan yang berdasarkan pada buku-buku
referensi yang bertujuan untuk memperkuat materi pembahasan maupun sebagai
dasar untuk menggunakan rumus-rumus tertentu dalam menganalisa dan
mendesain suatu struktur.
Studi Kepustakaan yaitu penelitian ini dilakukan dengan mencari dan
mengumpulkan data dari sumber buku dan literatur yang relevan seperti buku,
jurnal penelitian, dan dari sumber bacaan dari internet yang tentunya dapat
dipercaya keabsahan datanya.
3.6. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan & Biklen ( Meleong, 2005: 248 ) , analisis data kualitatif
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain.
Peneliti memilah-milah adegan-adegan yang merepresentasikan
maskulinitas dalam film “Miracle In Cell No.7” dengan menggunakan acuan unit
analisis dalam tiga level yaitu: level realitas, level representasi, dan level ideologi.
Berikut adalah tahapan dalam melaksanakan analisis semiotika yang dikemukakan
oleh Jane Stokes
(http://repository.unikom.ac.id/repo/sector/perpus/view/jbptunikomppgdyuwanatr
ia-22903.pdf) :
1. Mendefinisikan objek analisis atau penelitian
Objek analisis haruslah sesuatu yang memungkinkan kita untuk menguji hipotesis
sementara. Objek analisis dalam penelitian ini adalah representasi maskulinitas
dalam film “Miracle In Cell No.7”.
2. Mengumpulkan teks
Dalam penelitian ini, teks adalah tanda dan lambang dalam film “Miracle In Cell No.7”. Film tersebut berbentuk video untuk di jadikan subjek penelitian.
3. Mendeskripsikan teks
Tahap pertama dari analisis adalah menerangkan isi teks dengan hati-hati. Secara
cermat, kita harus mengidentifikasikan semua unsur di dalam teks.
4. Menafsirkan teks
Selanjutnya, kita dapat memulai mendiskusikan makna dan implikasi
masing-masing tanda secara terpisah, kemudian secara kolektif. Dalam tahap ini kita akan
menimbang makna konotasi dari teks.
5. Menjelaskan kode-kode kultural
Dalam tahap ini, kita akan memberikan makna dan menafsirkannya sesuai dengan
pengetahuan kultural kita. Pemaknaan tersebut juga didasarkan pada kode-kode
kultural.
6. Membuat generalisasi
Membagi makna-makna tersebut ke dalam kode-kode yang telah ditentukan. Lalu,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7. Membuat kesimpulan
Dalam bagian ini kita akan membandingkan temuan kita dengan hipotesis
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Film “Miracle In Cell No.7”
4.1.1.Film “Miracle In Cell No.7”
Gambar 4.1.Poster “Miracle In Cell No.7”
Sumber :
https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Miracle_in_Cell_No_7_poster.j
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Profil “Miracle In Cell No.7”
Film Miracle In Cell No. 7 adalah film Korea Selatan yang dirilis pada 23
Januari 2013. Film Miracle In Cell No. 7 disutradarai oleh Lee Hwan-kyung
dengan produser Kim Min-ki dan Lee Sang-hun. Film Miracle In Cell No. 7
memiliki durasi selama 127 menit. Film Miracle In Cell No.7 ini ditulis oleh
empat orang yaitu Lee Hwan-kyung, Yu Young-a, Kim Hwang-sung, dan Kim
Young-seok. Film ini dibintangi oleh Ryu Seung-ryong, Kal So-Won, dan Park
Shin-hye. Film Miracle In Cell No. 7 disunting oleh Choi Jai-geun dan Kim
So-youn dari Rec Studio dengan penata musik Lee Dong-june. Film Miracle In Cell
No. 7 didistribusikan oleh NEW. Film Miracle In Cell No. 7 diproduksi oleh studio Fineworks/CL Entertainment.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Miracle_in_Cell_No._7
4.1.2.Sinopsis “Miracle In Cell No.7”
Lee Yong Go adalah seorang laki-laki berusia 40 tahunan yang
mengalami cacat mental karena kecerdasannya sangat rendah. Walaupun begitu,
Lee Yong Go mempunyai anak perempuan berusia 6 tahun yang cantik dan cerdas
bernama Ye Sung. Lee Yong Go yang bekerja sebagai tukang parkir ini sangat
sayang pada anak satu-satunya itu. Suatu ketika terjadi peristiwa tragis yang
membuat Lee Yong Go dipenjara. Peristiwa tragis itu diawali ketika Ye Sung
sangat tertarik dengan tas kuning bergambar Sailor Moon di sebuah toko. Karena
belum gajian, Lee Yong Go dan Ye Sung hanya bisa melihat tas itu dari balik
kaca etalase toko, Lee Yong Go berjanji akan membelikan tas itu setelah gajian.
Tapi betapa kecewanya Lee Yong Go dan Ye Sung karena tas Sailor Moon
itu dibeli seorang anak perempuan bersama orang tuanya. Karena sangat sayang
kepada anaknya, Lee Yong Go nekad masuk ke dalam toko dan meminta agar tas
Sailor Moon itu tidak jadi dibeli. Tapi malang sekali, ayah dari anak pembeli tas itu adalah seorang Komisaris Jendral Polisi yang sombong dan langsung
memukuli Lee Yong Go. Walaupun Lee Yong Go dan Ye Sung gagal
mendapatkan tas Sailor Moon itu tapi Lee Yong Go tetap berjanji akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Anak Komisaris Jendral Polisi yang bernama Ji Yeong ternyata baik hati.
Setelah Lee Yong Go gajian, Ji Yeong menemui Lee Yong Go dan menunjukkan
toko lain yang juga menjual tas Sailor Moon. Tapi disinilah awalnya petaka
karena di perjalanan, Ji Yeong terpeleset dan meninggal dunia. Lee Yong Go
dituduh membunuh Ji Yeong karena kening Ji Yeong terluka dan disamping
kepalanya ada batu bata sehingga Lee Yong Go dituduh memukul kepala Ji
Yeong dengan batu bata padahal batu bata itu jatuh dengan sendirinya di kepala Ji
Yeong ketika terjatuh.
Lebih parah lagi, sesuai dengan pelajaran yang diterima Lee Yong Go
ketika menjalani pelatihan sebagai tukang parkir, cara menyelamatkan orang yang
pingsan adalah membuka celana agar pernapasan lebih longgar kemudian
memberi pernapasan buatan dari mulut ke mulut. Karena itulah, Lee Yong Go
dituduh selain membunuh juga memperkosa Ji Yeong. Karena kecerdasannya
sangat rendah, Lee Yong Go tidak bisa membuat pernyataan yang bisa membela
dirinya. Lebih celaka lagi, ayah Ji Yeong ternyata bukan hanya seorang Komisaris
Jendral Polisi yang sombong tapi juga jahat dan kejam. Dengan kekerasan, ayah Ji
Yeong memaksa Lee Yong Go untuk mengaku bahwa ia memang telah
membunuh dan memperkosa Ji Yeong untuk balas dendam karena pernah
dipukuli di toko. Si Komisaris jendral itu mengancam akan membunuh Ye Sung
jika Lee Yong Go tidak menuruti perintahnya.
Karena sangat sayang pada Ye Sung, Lee Yong Go terpaksa menuruti
perintah ayah Ji Yeong walaupun akibatnya di pengadilan ia divonis hukuman
mati.Luar biasa pengorbanan Lee Yong Go, rela berkorban sampai mati demi
anak yang sangat dicintainya. Untuk menunggu eksekusi hukuman mati, Lee
Yong Go dipenjara di sel nomor 7 yang merupakan penjara untuk
narapidana-narapidana kelas kakap dan berbahaya. Selama Lee Yong Go dipenjara, Ye Seung
dititipkan di panti asuhan.
Di sel no 7, Lee Yong Go dicampur bersama 5 narapidana kelas kakap
lainnya yaitu Bong Sik (pencopet), Chun Ho (penipu), Man Beom (pezinah),
Kakek Seo (penipu) dan So Yang Ho si gangster penyelundup tapi buta huruf
yang merupakan pemimpin narapidana sel nomor 7. Sudah menjadi budaya para
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA narapidana lainnya adalah pemerkosa apalagi yang diperkosa adalah anak-anak.
Akibatnya Lee Yong Go langsung dihajar sampai babak belur oleh 5 narapidana
lain di sel nomor 7 dan terus dimusuhi.
Tapi kelima teman penjara Lee Yong Go berbalik menjadi sahabat karena
pemimpinnya yaitu So Yang Ho diselamatkan oleh Lee Yong Go ketika akan
dibunuh oleh sesama narapidana yang merupakan saingan gangster penyelundup.
Merasa berhutang budi bahkan berhutang nyawa maka So Yang Ho bersedia
mengabulkan apapun keinginan Lee Yong Go. Sedangkan keinginan Lee Yong
Go hanya satu yaitu bertemu dengan Ye Sung.
Kelima sahabat penjara Lee Yong Go bisa mempertemukannya dengan Ye
Sung ketika diadakan acara keagamaan bagi narapidana yang beragama Kristen.
Pada acara keagamaan itu, diadakan pertunjukan paduan suara oleh anak-anak
panti asuhan dan kebetulan sekali, Ye Sung termasuk di dalamnya. Man Beom
berhasil menyelundupkan Ye sung ke sel nomor 7 dengan memasukkan Ye Sung
ke dalam kardus roti. Bisa dibayangkan betapa gembiranya Lee Yong Go dan Ye
Sung karena bisa bertemu kembali.
Tapi sayang sekali kelima sahabat Lee Yong Go gagal mengembalikan Ye
sung ke panti asuhan karena Pendeta di acara keagamaan itu mendadak terkena
serangan jantung sehingga anak-anak panti asuhan pulang lebih awal dan menurut
perkiraan akan kembali ke penjara 2 hari lagi. Celakanya ternyata perkiraan
sahabat-sahabat Lee Yong Go itu meleset karena 2 hari kemudian bukan diadakan
acara keagamaan bagi narapidana beragama Kristen tetapi Budha, akibatnya Ye
sung tinggal lebih lama di sel nomor 7 dan akan sangat berbahaya jika sampai
ketahuan. Tapi dalam beberapa hari itu malah terjalin persahabatan antara para
narapidana di sel nomor 7 dengan Ye Sung si anak yang cantik, cerdas dan baik
hati itu. Para narapidana berusaha mati-matian agar Ye Sung tidak ketahuan para
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA menyelamatkan Jang Min Hwan ketika terjadi kebakaran di penjara. Berkat Jang
Min Hwang sang kepala penjara, Ye Sung bisa datang ke sel nomor 7 kapan saja.
Tidak hanya itu, Jang Min Hwang bersama kelima sahabat penjara Lee Yong Go
berusaha agar Lee Yong Go bisa bebas dari dakwaan palsu yang membuatnya
divonis hukuman mati. Bahkan Jang Min Hwang nekad menghadap Komisaris
Jendral Polisi yang anaknya diduga diperkosa dan dibunuh oleh Lee Yong
Go. Jang Min Hwang mengajukan permohonan agar dilakukan persidangan
ulang bagi Lee Yong Go karena memang belum ditemukan bukti kuat bahwa Lee
Yong Go telah membunuh dan memperkosa.
Perjuangan Jang Min Hwang berhasil karena disetujui untuk dilakukan
persidangan ulang bagi Lee Yong Go. Tapi semua jerih payah Jang Min Hwang
dan kelima sahabat penjara Lee Yong Go sia-sia belaka karena sang Komisaris
Jendral Polisi ternyata tetap tidak mau melepaskan Lee Yong Go, dengan liciknya
ia berkonspirasi dengan pengacara pembela Lee Yong Go. Pengacara Lee Yong
Go malah mengintimidasi agar Lee Yong Go tetap mengaku sebagai pembunuh
dan pemerkosa Ji Yeong atau Ye Sung akan dibunuh.
Karena khawatir dengan keselamatan Ye Sung yang sangat dicintainya itu,
maka di pengadilannya yang kedua, Lee Yong Go terpaksa kembali mengaku
bahwa ia memang membunuh dan memperkosa Ji Yeong. Akibatnya Lee Yong
Go tetap divonis hukuman mati dan eksesuksinya akan dilaksanakan tanggal 23
Desember. Kelima sahabat penjara Lee Yong Go tetap tidak menyerah. Karena
Lee Yong Go tetap divonis mati, mereka berusaha mengeluarkan Lee Yong Gu
dari penjara dengan balon terbang. Sayang sekali walaupun sudah didukung oleh
seluruh narapidana tapi usaha kelima sahabat Lee Yong Go itu gagal karena balon
gasnya tersangkut dipagar penjara.
Tibalah saatnya Lee Yong Gu dieksekusi tanggal 23 Desember. Suasana
sebelum eksekusi sangat mengharukan karena Lee Yong Gu dan Ye Sung
menangis meraung-raung tapi tidak ada yang bisa menolongnya karena sudah dua
kali diadakan pengadilan dan Lee Yong Gu mengaku bahwa ia telah membunuh
dan memperkosa Ji Yeong. Akhirnya Lee Yong Gu tewas dieksekusi.
Beberapa tahun kemudian, Ye Sung tumbuh menjadi gadis cantik dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berusaha membersihkan nama baik almarhum ayahnya yang sudah sangat
tercemar itu. Akhirnya diadakan pengadilan ulang dan Ye Sung berjuang
mati-matian dengan dibantu oleh kelima sahabat penjara ayahnya. Kelima sahabat Lee
Yong Gu itu bukan lagi narapidana dan sudah bertobat menjadi orang baik-baik,
bahkan So Yang Ho menjadi pendeta. Dengan dibantu kelima sahabat Lee Yong
Gu, akhirnya Ye Sung menang di pengadilan dan hakim memutuskan bahwa Lee
Yong Gu tidak bersalah. Akhirnya Ye Sung bisa membuktikan walaupun ayahnya
yang sudah almarhum itu bodoh tapi ia bukan pembunuh dan pemerkosa
anak-anak.
4.2. Temuan Data
Dalam film “Miracle In Cell No.7”, peneliti akan menganalisa data yang
ditentukan dalam unit analisis maskulinitas berdasarkan film “Miracle In Cell No.7”. Unit analisis pada film ini adalah maskulinitas dalam hubungan dunia kerja, maskulinitas dalam hubungan keluarga, dan maskulinitas dalam hubungan
dunia sosial. Unit analisis ditentukan setelah peneliti melihat film “Miracle In Cell No.7”, dan unit analisis tersebut dapat mewakili analisa peneliti dalam merepresentasikan maskulinitas dalam film “Miracle In Cell No.7”.
Selanjutnya, unit analisis tersebut akan diteliti berdasarkan teori John Fiske
melalui paradigma dan sintagma level realitas, level representasi dan level
ideologi yang digambarkan dalam kode-kode yang ada di dalam film tersebut.
Pencarian data ini akan ditutup dengan kesimpulan secara keseluruhan dari
representasi maskulinitas yang ada di dalam film “Miracle In Cell No.7”, dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.2.1.Analisis Film “Miracle In Cell No.7”
- Level Realitas
Kode Kostum
Pada gambar 4.2. terlihat Lee Yong-Gu mengenakan pakaian
musim dingin yaitu winter coat berwarna coklat dan syal berwarna
biru tua.
Kode Lingkungan
Pada gambar 4.2. terlihat Lee Yong-Gu sedang berada di sebuah
toko mainan anak-anak. Kode Perilaku
Pada gambar 4.2. terlihat Lee Yong-Gu sedang merebut tas
berwarna kuning yang dikenakan oleh seorang anak kecil. Kode Dialog
Pada gambar 4.2. terlihat Lee Yong-Gu mengatakan bahwa tas
yang dipakai anak kecil tersebut adalah milik putrinya yang
bernama Ye Sung.
- Level Representasi
Kode Kerja Kamera
Gambar 4.2. terlihat diambil secara medium shoot yang
memperlihatkan tangan hingga ke atas kepala Lee Yong-Gu. Gambar 4.2.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode Pencahayaan
Gambar 4.2. terlihat cahaya yang terang yang identik dengan
warna putih.
- Analisis gambar 4.2.
Pada gambar 4.2. terlihat Lee Yong-Gu di sebuah toko mainan. Dia
masuk ke dalam toko tersebut karena dia melihat tas yang dinginkan putrinya
diambil orang. Dia ingin merebut tas tersebut karena tidak rela tas itu dibeli orang
lain. Hal ini menunjukkan bahwa Lee Yong-Gu sangat menyayangi dan mencintai
putrinya. Rasa cinta dan sayang Lee Yong-Gu kepada putrinya terlihat dari cahaya
yang terang pada gambar 4.2. dimana cahaya yang terang identik dengan warna
putih yang berarti cinta dan kemurnian. Cinta Lee Yong-Gu kepada putrinya
membuat Lee Yong-Gu berani merebut tas yang dikenakan anak kecil tersebut.
Keberanian itu ditunjukkan melalui pakaian yang dikenakan Lee Yong-Gu
berwarna coklat. Warna coklat melambangkan stabilitas dan sering dihubungkan
dengan hal-hal berbau kejantanan atau maskulin. Lee Yong-Gu tampak jantan dan
berani ketika masuk ke dalam toko untuk memperjuangkan tas yang diingini
putrinya. Lee Yong-Gu juga memakai syal berwarna biru tua dimana biru tua
adalah warna yang paling diterima oleh para lelaki. Biru tua melambangkan
pengetahuan, kekuatan, integritas, dan keseriusan
(http://basuki.lecturer.pens.ac.id/lecture/MaknaWarnaDalamDesain.pdf). Seperti
arti warna biru tua, Lee Yong-Gu terlihat keseriusannya untuk mengambil tas
sailormoon agar tidak dibeli orang lain. Lee Yong-Gu mencoba menarik tas sailormoon yang telah dipakai oleh orang lain.
Pada gambar 4.2. terlihat pengambilan gambar secara medium shoot yang
menjelaskan kode aksi yang dilakukan Lee Yong-Gu dimana Lee Yong-Gu
tampak sedang merebut tas yang hendak dibelikannya untuk putrinya. Sisi
maskulin seorang ayah terlihat ketika Lee Yong-Gu langsung masuk ke toko
ketika melihat tas yang diinginkan putrinya akan dibeli orang lain. Ia berusaha
mempertahankan tas tersebut agak tidak jadi dibeli orang lain. Ia tidak
memikirkan resiko apa yang akan diterima dari perbuatannya, tetapi ia hanya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan dialog Lee Yong-Gu yang mengatakan ini punya Ye Sung. Arti kata punya
yaitu milik; yang dimiliki (http://kbbi.web.id/punya). Lee Yong-Gu merasa bahwa
tas tersebut harus menjadi milik Ye Sung. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan
putrinya adalah yang utama dan dia mau melakukan apa saja untuk memenuhi apa
yang diinginkan putrinya.
Aksi Lee Yong-Gu dalam gambar ini menunjukkan konsep maskulinitas
yang dinamakan konsep maskulin yang tradisional dalam pandangan barat.
Menurut tulisan Levine yang diambil dari Ensiklopedia Wikipedia yang juga
mengutip tulisan dari dua orang ilmuwan sosial Deborah David dan Robert
Brannon (Nasir, 2007: 2) tentang salah satu aturan memperkokoh sifat
maskulinitas yaitu Give em Hell: Laki-laki harus mempunyai aura keberanian dan
agresi, serta harus mampu mengambil risiko walaupun alasan dan rasa takut
menginginkan sebaliknya. Lee Yong-Gu tidak memikirkan resiko yang akan
diterimanya dari perbuatannya tersebut, ia malah mengambil resiko dengan aura
keberaniannya demi putrinya.
- Level Realitas
Kode Kostum
Pada gambar 4.3. terlihat Lee Yong-Gu mengenakan pakaian
musim dingin yaitu jaket baseball dengan warna putih biru dan syal
berwarna biru tua.
Gambar 4.3.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode Lingkungan
Pada gambar 4.3. terlihat Lee Yong-Gu bersama putrinya sedang
berada di tengah jalan. Kode Perilaku
Pada gambar 4.3. terlihat Lee Yong-Gu sedang memegang tangan
putrinya dan meniup tangan putrinya. Kode Dialog
Pada gambar 4.3. terlihat Lee Yong-Gu menyuruh putrinya untuk
segera masuk ke dalam rumah agar tidak kedinginan.
- Level Representasi
Kode Kerja Kamera
Gambar 4.3. terlihat diambil secara medium shoot yang
memperlihatkan tangan hingga ke atas kepala Lee Yong-Gu. Kode Pencahayaan
Gambar 4.3. terlihat cahaya yang terang yang identik dengan
warna putih.
- Analisis gambar 4.3.
Pada gambar 4.3. terlihat Lee Yong-Gu sedang berada di tengah jalan
bersama putrinya. Ia akan berangkat bekerja. Lee Yong-Gu tampak memegang
tangan putrinya dan meniupnya. Aktifitas itu menunjukkan cinta dan kepedulian
seorang ayah kepada putrinya dimana Lee Yong-Gu memberikan kehangatan
melalui hembusan dan genggaman pada tangan putrinya agar putrinya tidak
kedinginan. Genggaman tangan yang dilakukan Lee Yong-Gu merupakan usaha
Lee Yong-Gu sebagai seorang ayah dalam memberikan kehangatan kepada
putrinya. Lee Yong-Gu ingin menjaga putrinya agar tidak kedinginan.
Hal ini diperkuat dengan dialog Lee Yong-Gu kepada putrinya Ye Sung
kedinginan, Ye Sung masuklah ke dalam karena situasi pada saat itu adalah musim dingin, terlihat dari jaket yang digunakan Lee Yong-Gu dan putrinya. Jaket
merupakan pakaian yang dipakai untuk menahan angin dan cuaca dingin
(https://id.wikipedia.org/wiki/Jaket). Dialog Lee Yong-Gu diatas menunjukkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sayang dan perhatian Lee Yong-Gu kepada putrinya semakin terlihat dari dialog
yang dilakukan Lee Yong-Gu kepada putrinya. Lee Yong-Gu menyuruh putrinya
untuk segera masuk ke rumah agar tidak kedinginan. Lee Yong-Gu tampak begitu
mengkhawatirkan segala sesuatu tentang putrinya. Ia tidak ingin melihat putrinya
menderita. Dengan menyuruh putrinya segera masuk ke dalam rumah, maka
putrinya akan terhindar dari kedinginan. Kepedulian dan kecintaannya yang
ditunjukkan Lee Yong-Gu kepada putrinya didukung oleh cahaya yang terang
pada gambar 4.3. yang mengartikan cinta dan kemurnian.
Karakter kepeduliaan dan cinta Lee Yong-Gu kepada putrinya terlihat dari
pakaian yang digunakan Lee Yong-Gu. Ini terlihat dari jaket baseball yang
digunakan Lee Yong-Gu berwarna biru dan putih. Warna biru dan putih pada
jaket yang dikenakan Lee Yong-Gu melambangkan ketulusan hati Lee Yong-Gu
dalam menyayangi putrinya dimana biru berarti kesucian dan kedamaian
(Darmaprawira, 2002: 46), begitu pula kesucian hati Lee Yong-Gu yang
menyayangi putrinya. Sedangkan putih berarti cinta dan murni (Darmaprawira,
2002: 38). Perlakuan Lee Yong-Gu menunjukkan cinta seorang ayah yang begitu
murni kepada putrinya.
Ketika memilih pakaian sebaiknya harus disesuaikan dengan kepribadian
kita karena pakaian kita merupakan perlambangan jiwa kita(carlyle, seperti
dikutip barnard,1996: VI). Pada gambar 4.3. pemeran Lee Yong-Gu mengenakan
jaket baseball. Baseball merupakan olahraga yang biasanya dimainkan oleh
laki-laki. Olahraga ini tidak bisa dilakukan sendiri, membutuhkan kerjasama yang baik
dan kepedulian terhadap pemain yang lain. Seperti gambar 4.3. terlihat sosok ayah
yang sangat peduli kepada putrinya dalam diri Lee Yong-Gu. Ia selalu
memperhatikan kondisi putrinya. Hal ini didukung gambar 4.3. yang diambil
secara medium shoot sehingga memperlihatkan kode aksi pada gambar 4.3.
Perlakuan Lee Yong-Gu ini menunjukkan Lee Yong-Gu merupakan pria
maskulin dengan konsep new man as nurturer dimana new man as nurturer
merupakan gelombang awal reaksi laki-laki terhadap maskulinitas. Laki-laki pun
menjalani sifat alamiahnya seperti laki-laki sebagai makhluk yang mempunyai
rasa perhatian. Laki-laki mempunyai kelembutan sebagai seorang bapak,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Level Realitas
Kode Kostum
Pada gambar 4.4. terlihat Lee Yong-Gu mengenakan pakaian kerja
berwarna oranye dan celana hitam. Kode Lingkungan
Pada gambar 4.4. terlihat Lee Yong-Gu sedang berada di rest area
parkiran. Kode Perilaku
Pada gambar 4.4. terlihat Lee Yong-Gu sedang duduk untuk
beristirahat sambil memakan roti.
- Level Representasi
Kode Kerja Kamera
Gambar 4.4. terlihat diambil secara medium long shoot yang
memperlihatkan ujung kepala hingga setengah kaki Lee Yong-Gu. Kode Pencahayaan
Gambar 4.4. terlihat cahaya terang yang identik dengan warna
putih.
Gambar 4.4.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Analisis gambar 4.4.
Pada gambar 4.4. terlihat Lee Yong-Gu sedang berada di rest area
parkiran dimana tempat ia bekerja. Lee Yong-Gu tampak sedang beristirahat dan
memakan roti. Lee Yong-Gu bekerja sebagai tukang parkir. Hal ini menunjukkan
bahwa Lee Yong-Gu adalah sosok ayah yang bertanggung jawab dan pekerja
keras. Sosok ayah yang mampu menafkahi putrinya walaupun di tengah
keterbelakangan mental yang dimilikinya, ia tetap bekerja agar dapat menafkahi
keluarganya. Hal ini ditunjukkan dengan cahaya terang pada gambar 4.4. dimana
cahaya terang identik dengan warna putih yang juga mengartikan harapan. Lee
Yong-Gu bekerja keras dengan harapan dia dapat memenuhi keinginan putrinya.
Pada gambar 4.4. pemeran Lee Yong-Gu mengenakan pakaian kerjanya. Ia
bekerja sebagai tukang parkir. Ia bekerja sebagai tukang parkir karena Lee
Yong-Gu adalah seorang keterbelakangan mental yang membuatnya miskin. Dalam
jurnal strategi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga tukang parkir, tukang parkir
merupakan pekerjaan yang bisa menghindari kemiskinan.Keadaan miskin itulah
yang membuat Lee Yong-Gu semangat bekerja sebagai tukang parkir untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini didukung dengan pakaian yang
digunakannya identik dengan warna oranye dimana arti warna oranye yaitu
semangat dan kekuatan. Pengambilan gambar secara medium shoot memperjelas
warna pakaian yang digunakan Lee Yong-Gu.
Gambar 4.4. mencerminkan bahwa Lee Yong-Gu adalah ayah yang
menjadi penanggung kehidupan keluarganya. Ia dituntut untuk melindungi dan
menghidupi keluarga secara umum. Peran ayah saat ini digambarkan dengan ayah
sebagai penyokong keuangan dari keluarga (Wibowo, 2011: 132). Maskulin
sebelum tahun 1980-an, sosok maskulin yang muncul adalah pada figur-figur
laki-laki kelas pekerja (Nasir, 2007: 2). Lee Yong-Gu merupakan ayah yang
bertanggung jawab. Lee Yong-Gu mampu menjadi penyokong keuangan dalam
keluarga. Hal ini dapat dilihat dari janji Lee Yong-Gu untuk membelikan putrinya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Level Realitas
Kode Kostum
Pada gambar 4.5. terlihat Lee Yong-Gu mengenakan jaket
berwarna hitam, memakai masker dan topi. Kode Lingkungan
Pada gambar 4.5. terlihat Lee Yong-Gu sedang berada di tempat
rekonstruksi ulang kejadian yaitu di pasar. Kode Perilaku
Pada gambar 4.5. terlihat Lee Yong-Gu melakukan rekonstruksi
ulang kejadian. Kode Latar
Pada gambar 4.5. terlihat kondisi cuaca sedang hujan.
- Level Representasi
Kode Kerja Kamera
Gambar 4.5. terlihat diambil secara medium shoot yang
memperlihatkan tangan hingga ke atas kepala Lee Yong-Gu. Kode Pencahayaan
Gambar 4.5. terlihat cahaya redup. Gambar 4.5.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Analisis gambar 4.5.
Pada gambar 4.5. terlihat Lee Yong-Gu sedang berada di tempat
rekonstruksi ulang kejadian. Lee Yong-Gu tampak sedang melaksanakanan
rekonstruksi ulang. Lee Yong-Gu berada dalam kehancuran karena dirinya
dituduh sebagai pembunuh dan pemerkosa. Kehancuran dalam diri Lee Yong-Gu
semakin didukung oleh baju yang dikenakan Lee Yong-Gu yaitu jaket berwarna
hitam. Hitam menandakan kehancuran atau kekeliruan (Darmaprawira, 2002: 48).
Pada gambar ini, Lee Yong-Gu dilanda kehancuran dan kekeliruan. Gambar ini
menunjukkan saat rekonstruksi ulang tempat kejadian dimana Lee Yong-Gu
dituduh melakukan tindak pidana pembunuhan dan pemerkosaan yang sebenarnya
tidak dilakukannya. Hal ini juga didukung dengan pengambilan gambar yang
diambil secara medium shoot sehingga memperlihatkan pencahayaan yang redup.
Redup identik dengan warna hitam. Selain itu, kondisi hujan deras yang terlihat
pada gambar 4.5. mendukung kehancuran yang dirasakan Lee Yong-Gu.
Pada gambar 4.5. terlihat juga Lee Yong-Gu masker dan topi dimana
masker dan topi digunakan untuk menjaga marwah Lee Yong-Gu dikarenakan ia
belum terbukti melakukan pemerkosaan dan pembunuhan tersebut. Walaupun Lee
Yong-Gu tidak membunuh tetapi ia tetap bersedia menjalani pemeriksaan. Lee
Yong-Gu tidak menjalani pemeriksaan dengan emosi. Ia bersikap tenang dan
menjalani pemeriksaan sesuai tata cara yang berlaku. Sikap tenang dan tidak
emosi pada Lee Yong-Gu menunjukkan maskulinitas dirinya dimana seorang
laki-laki harus tetap bertindak kalem dalam berbagai situasi, tidak menunjukkan
emosi, dan tidak menunjukkan kelemahannya (Nasir, 2007: 2). Lee Yong-Gu
tetap menjalani rekonstruksi ulang kejadian dengan tetap bertidak kalem dan tidak
emosi meskipun ia tahu dirinya tidak bersalah. Lee Yong-Gu tidak menunjukkan
kelemahannya yaitu keterbelakangan mental yang dimilikinya. Ia tetap bertindak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 4.6.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
- Level Realitas
Kode Kostum
Pada gambar 4.6. terlihat Lee Yong-Gu mengenakan pakaian
berwarna orange. Kode Lingkungan
Pada gambar 4.6. terlihat Lee Yong-Gu sedang berada di tempat
kejadian yaitu di pasar. Kode Perilaku
Pada gambar 4.6. terlihat Lee Yong-Gu sedang memberikan nafas
buatan. Kode Latar
Pada gambar 4.6. terlihat kondisi aspal yang basah menandakan
baru selesai hujan.
- Level Representasi
Kode Kerja Kamera
Gambar 4.6. terlihat diambil secara long shoot yang memperlihatkan Lee Yong-Gu dari ujung kepala hingga ujung
kaki.
Kode Pencahayaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Analisis gambar 4.6.
Pada gambar 4.6. terlihat Lee Gu sedang berada di pasar. Lee
Yong-Gu tampak sedang melakukan nafas buatan untuk seorang anak kecil. Ia tampak
mengerahkan seluruh tenaga dan kekuatannya untuk menolong anak kecil
tersebut. Hal ini didukung dengan baju yang digunakan Lee Yong-Gu berwarna
oranye dimana oranye berarti tenaga dan kekuatan. Lee Yong-Gu tampak kukuh
untuk menolong anak tersebut. Sikap kukuh Lee Yong-Gu untuk menolong anak
kecil tersebut didukung oleh pencahayaan yang redup yang identik dengan warna
hitam dimana warna hitam berarti kukuh.
Pengambilan gambar secara long shot memperlihatkan dengan jelas aksi
yang dilakukan oleh Lee Yong-Gu. Lee Yong-Gu memberikan nafas buatan
kepada seorang anak kecil. Aksi yang dilakukan Lee Yong-Gu menunjukkan sisi
maskulin Lee Yong-Gu dimana maskulin adalah sosok laki-laki sebagai new man.
Beynon (Nasir, 2007: 3) menunjukkan dua buah konsep maskulinitas pada dekade
80-an itu dengan anggapan-anggapan bahwa new man as nurturer dan new man
as narcissist. New man as nurturer merupakan gelombang awal reaksi laki-laki
terhadap maskulinitas. Laki-laki pun menjalani sifat alamiahnya seperti laki-laki
sebagai makhluk yang mempunyai rasa perhatian. Laki-laki mempunyai
kelembutan sebagai seorang bapak, misalnya, untuk mengurus anak. Melalui
gambar ini, terlihat sifat alamiah laki-laki ada pada diri Lee Gu. Lee
Yong-Gu perhatian pada anak yang terjatuh pada gambar tersebut. Ketika melihat anak
tersebut terjatuh, ia langsung memberikan nafas buatan untuk menolong anak
tersebut. Terlihat kelembutan Lee Yong-Gu sebagai seorang ayah yang terbiasa
mengurus anaknya, Lee Yong-Gu tahu harus melakukan apa ketika melihat anak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 4.7.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
- Level Realitas
Kode Kostum
Pada gambar 4.7. terlihat Lee Yong-Gu mengenakan pakaian kerja
berwarna oranye. Kode Lingkungan
Pada gambar 4.7. terlihat Lee Yong-Gu sedang berada di kantor. Kode Perilaku
Pada gambar 4.7. terlihat Lee Yong-Gu sedang berbicara kepada
seseorang. Kode Dialog
Pada gambar 4.7. terlihat Lee Yong-Gu mengkhawatirkan putrinya
yang menunggunya di rumah. Kode Ekspresi
Pada gambar 4.7. terlihat mata Lee Yong-Gu melirik ke atas.
- Level Representasi
Kode Kerja Kamera
Gambar 4.7. terlihat diambil secara close up yang memperlihatkan
dari leher hingga ke ujung kepala Lee Yong-Gu. Kode Pencahayaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Analisis gambar 4.7.
Pada gambar 4.7. terlihat Lee Yong-Gu berada di sebuah kantor. Lee
Yong-Gu tampak sedang berbicara dengan seseorang. Lee Yong-Gu terlihat
mengkhawatirkan putrinya Ye Sung. Hal ini terlihat dari dialog Ye Sung sendirian
menunggu. Kode pengambilan gambar secara close up mendukung dialog yang dikatakan Lee Yong-Gu dimana memperlihatkan ekspresi pemeran Lee Yong-Gu.
Ekspresi wajah atau mimik adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau
posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi
nonverbal, dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang
yang mengamatinya. Ekspresi wajah merupakan salah satu cara penting dalam
menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia. Menurut Darwin dalam
buku psikologi emosi (Latifa, 2012: IV), menyatakan bahwa ekspresi wajah yang
ditampilkan oleh tiap individu berbeda berdasarkan emosi yang mereka alami.
Dari ekspresi wajah seseorang, individu dapat menyampaikan informasi tentang
keadaan emosi mereka.
Pada gambar 4.7. terlihat ekspresi Lee Yong-Gu dengan mata melirik ke
atas yang menandakan bahwa Lee Yong-Gu sedang berpikir, kemungkinan besar
mengatakan sesuatu yang benar (https: //muhsinbudiono.com). Melalui ekspresi
tersebut, Lee Yong-Gu menyampaikan bahwa ia begitu khawatir kepada putrinya
yang sendirian menunggu di rumah. Perasaan Lee Yong-Gu tidak menentu.
Kekhawatiran dan perasaan tidak menentu Lee Yong-Gu didukung juga oleh
pencahayaan yang redup pada gambar 4.7. dimana cahaya redup identik dengan
warna hitam. Hitam yang berarti tidak menentu.
Kekhawatiran dan perasaan tidak menentu Lee Yong-Gu adalah wujud
rasa perhatiannya sebagai seorang ayah yang selalu mengurus anaknya. Hal ini
menunjukkan maskulinitas Lee Yong-Gu seperti yang dikatakan Beynon (Nasir,
2007:3) new man as nurturer merupakan gelombang awal reaksi laki-laki
terhadap maskulinitas. Laki-laki pun menjalani sifat alamiahnya seperti laki-laki
sebagai makhluk yang mempunyai rasa perhatian. Laki-laki mempunyai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4.8.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
Gambar 4.9.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
Gambar 4.10.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
- Level Realitas
Kode Kostum
Pada gambar 4.8. sampai pada gambar 4.10. terlihat Lee Yong-Gu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode Lingkungan
Pada gambar 4.8. sampai pada gambar 4.10. terlihat Lee Yong-Gu
sedang berada di tempat rekonstruksi ulang kejadian. Kode Perilaku
Pada gambar 4.8. sampai pada gambar 4.10. terlihat Lee Yong-Gu
sedang bingung untuk melakukan perintah polisi atau menjalankan
rekonstruksi dengan jujur. Kode Dialog
Pada gambar 4.8. sampai pada gambar 4.10. terlihat Lee Yong-Gu
sedang di lobi untuk memanipulasi rekonstruksi. Kode Latar
Pada gambar 4.8. sampai pada gambar 4.10. terlihat kondisi cuaca
sedang hujan.
- Level Representasi
Kode Kerja Kamera
Gambar 4.8. sampai pada gambar 4.10. terlihat diambil secara
medium shoot yang memperlihatkan tangan hingga ke atas kepala Lee Yong-Gu.
Kode Pencahayaan
Gambar 4.8. sampai pada gambar 4.10. terlihat cahaya yang redup. Kode Musik
Gambar 4.8. sampai pada gambar 4.10. terdengar suara hujan
deras, suara teriakan orang, suara instrumen musik perkusi yang
didominasi oleh piano dan biola dengan intonasi lambat.
- Analisis gambar 4.8. sampai pada gambar 4.10.
Pada gambar 4.8. sampai gambar 4.10. terlihat Lee Yong-Gu sedang
berada di tempat rekonstruksi ulang kejadian. Lee Yong-Gu dalam keadaan
bingung,tidak menentu dan tertekan pada saat pelaksanaan rekonstruksi ulang
kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Lee Yong-Gu dipaksa untuk membuka
celananya oleh petugas kepolisian. Pihak Kepolisian melakukan pemaksaan agar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jenderal Polisi di hadapan seluruh media. Keadaan tidak menentu pada Lee
Yong-Gu didukung dengan pakaian yang digunakannya berwarna hitam dimana hitam
berarti tidak menentu dan pencahayaan redup yang identik dengan warna hitam.
Lee Yong-Gu terlihat bingung,tidak menentu dan tertekan karena polisi
menyuruhnya untuk membuka celana padahal Lee Yong-Gu tidak membuka
celana. Suara teriakan orang membuat Lee Yong-Gu semakin tertekan. Hal ini
terlihat dari dialog Lee Yong-Gu pada gambar 4.9. aku tidak membuka celana.
Lee Yong-Gu sebenarnya tidak ingin membuka celananya karena ia tidak
melakukan hal tersebut. Namun, karena dialog polisi cepat selesaikan lalu pulang
temui putrimu, Lee yong-Gu akhirnya membuka celananya.
Aktifitas Lee Yong-Gu ini menunjukkan rasionalitas Lee Yong-Gu
dimana ia berpikir kalau dia melakukan yang disuruh oleh polisi maka ia akan
pulang dan menemui putrinya. Be a Sturdy Oak: kelelakian membutuhkan
rasionalitas, kekuatan dan kemandirian. Seorang laki-laki harus tetap bertindak
kalem dalam berbagai situasi, tidak menunjukkan emosi, dan tidak menunjukkan
kelemahannya (Nasir, 2007:3). Sosok Maskulin Lee Yong-Gu dapat dilihat pada
saat Lee Yong-Gu bersedia melakukan apa yang diperintahkan oleh pihak
Kepolisian. Kebersediaan Lee Yong-Gu membuka celana pada saat rekontruksi
ulang dikarenakan Lee Yong-Gu berpikir secara rasional. Rasional menurut KBBI
adalah menurut pikiran dan pertimbangan yang logis. Cara berpikir rasionalnya
Lee Yong-Gu dapat dilihat pada gambar 4.10. dimana saat pihak kepolisian
mengatakan bahwa Lee Yong-Gu harus secepatnya menyelesaikan rekonstruksi
ulang sesuai dengan keinginan pihak kepolisian agar ia dapat pulang dan
menemui putrinya, Lee Yong-Gu melaksanakaan perintah dari pihak kepolisian
tersebut karena Lee Yong-Gu ingin segera menemui putrinya yang sendirian di
rumah menunggu kepulangan Lee Yong-Gu. Ia sangat khawatir kepada putrinya
sehingga ia mau melaksanakan perintah pihak kepolisian tersebut. Rasa khawatir
Lee Yong-Gu akan keberadaan putrinya didukung dengan kondisi latar yang
terlihat hujan. Suara musik perkusi yang identik dengan piano dan biola dengan
intonasi lambat juga mendukung rasa kekhawatiran Lee Yong-Gu terhadap
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 4.11.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
Gambar 4.12.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
Gambar 4.13.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
Gambar 4.14.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
Gambar 4.15.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
Gambar 4.16.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
Gambar 4.17.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Level Realitas
Kode Kostum
Pada gambar 4.11. sampai pada gambar 4.17. terlihat Lee Yong-Gu
mengenakan pakaian penjara dengan baju lengan panjang berwarna
oranye dan celana panjang berwarna oranye. Kode Lingkungan
Pada gambar 4.11. sampai pada gambar 4.17. terlihat Lee Yong-Gu
sedang berada di lapangan penjara. Kode Perilaku
Pada gambar 4.11. terlihat Lee Yong-Gu sedang heran melihat
orang yang menggesekkan sikat gigi di tiang besi.
Pada gambar 4.12. terlihat Lee Yong-Gu sedang memperhatikan
segerombolan orang yang berada di sekitar pria yang
menggesekkan sikat gigi.
Pada gambar 4.13. terlihat segerombolan orang dan pria yang
menggesekkan sikat gigi sedang berjalan mendekati teman satu sel
Lee Yong-Gu.
Pada gambar 4.14. terlihat Lee Yong-Gu semakin heran melihat
segerombolan orang dan pria yang menggesekkan sikat gigi sedang
berjalan mendekati teman satu selnya.
Pada gambar 4.15. terlihat Lee Yong-Gu berlari mendekati teman
satu selnya ketika melihat segerombolan orang dan pria yang
menggesekkan sikat gigi tersebut semakin cepat mendekati teman
satu selnya.
Pada gambar 4.16. terlihat segerombolan orang dan pria yang
menggesekkan sikat gigi berlari untuk mendekati temen satu sel
Lee Yong-Gu.
Pada gambar 4.17. terlihat Lee Yong-Gu mendorong teman satu
selnya agar tidak tertusuk sikat gigi dan Lee Yong-Gu yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Level Representasi
Kode Kerja Kamera
Gambar 4.11. dan 4.16. terlihat diambil secara middle close up
dimana memperlihatkan ujung kepala hingga perut.
Gambar 4.12. dan 4.14. terlihat diambil secara close up yang
memperlihatkan leher hingga ujung kepala.
Gambar 4.13. , 4.15. , dan 4.17. diambil secara long shoot yang
memperlihatkan ujung kepala hingga ujung kaki. Kode Pencahayaan
Gambar 4.11. sampai pada gambar 4.17. terlihat cahaya yang
terang. Kode Musik
Gambar 4.14. terdengar suara gesekan sikat gigi ke tiang besi.
- Analisis gambar 4.11. sampai pada gambar 4.17.
Pada gambar 4.11 sampai pada gambar 4.17. terlihat Lee Yong-Gu
mengenakan pakaian penjara berwarna oranye. Lee Yong-Gu bersama tahanan
yang lainnya sedang berada di lapangan penjara. Lee Yong-gu tampak sedang
memperhatikan seseorang yang sedang menggesekkan sikat gigi ke tiang besi.
Melalui gambar 4.11. sampai gambar 4.17. terlihat kesetiakawanan Lee
Yong-Gu. Maskulinitas dapat disebut sebagai cara menjadi seorang pria sesuai
dengan apa yang diterima di masyarakat. Awal pertemuan Lee Yong-Gu dengan
teman satu sel kurang baik dimana teman-temannya membenci Lee Yong-Gu
karena kasus yang dituduhkan kepadanya. Namun Lee Yong-Gu akhirnya
diterima oleh teman satu selnya dikarenakan Lee Yong-Gu menyelamatkan teman
satu selnya dari seorang narapida yang ingin melukai/menusuk dirinya.
Kesetiakawanan Lee Yong-Gu ini merupakan sebuah bentuk konstruksi
kelelakian terhadap laki-laki. Secara umum, maskulinitas tradisional menganggap
tinggi nilai-nilai, antara lain kekuatan, kekuasaan, ketabahan, aksi, kendali,
kemandirian, kepuasan diri, kesetiakawanan laki-laki, dan kerja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan kata sosial artinya berubah menjadi “adanya solidaritas sosial, tenggang rasa yang sanggup merasakan perasaan sesamanya, ditunjukan dalam toleransi
kepada orang lain serta bersedia mengulurkan tangan apabila diperlukan”.
Menurut Jufri
(http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00997-JP%20Bab2001.pdf), pertama kesetiakawanan sosial muncul karena pada
dasarnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang hidup berkelompok baik
kelompok kecil maupun besar. Manusia hidup saling tergantung satu dengan
lainnya, adanya perasaan saling menyatu serta saling membutuhkan. Karena itu
manusia mempunyai perasaan empati dan simpati
Lee Yong-Gu memiliki sifat kesetiakawanan yang dapat dilihat dari
bahasa tubuh Lee Yong-Gu. Pada gambar 4.15. Lee Yong-Gu terlihat berlari
ketika mngetahui bahwa teman satu selnya akan dicelakai oleh orang lain. Lee
Yong-Gu merelakan terluka dibandingkan temen satu selnya yang terlukai.
Gambar 4.18.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
Gambar 4.19.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Level Realitas
Kode Kostum
Pada gambar 4.18. dan 4.19. terlihat Lee Yong-Gu mengenakan
pakaian seragam penjara. Kode Lingkungan
Pada gambar 4.18. dan 4.19. terlihat Lee Yong-Gu sedang berada
di dalam selnya. Kode Perilaku
Pada gambar 4.18. terlihat Lee Yong-Gu sedang menggendong
putrinya.
Pada gambar 4.19. terlihat Lee Yong-Gu sedang meyakinkan
putrinya dengan menatapnya. Kode Dialog
Pada gambar 4.18. terlihat Lee Yong-Gu sangat memperhatikan
kondisi fisik putrinya.
Pada gambar 4.19. terlihat Lee Yong-Gu sedang menyakinkan
putrinya bahwa dirinya bukan penjahat. Kode Ekspresi
Pada gambar 4.18. terlihat Lee Yong-Gu terharu karena bisa
bertemu dengan putrinya.
- Level Representasi
Kode Kerja Kamera
Gambar 4.18. dan 4.19. terlihat diambil secara medium shoot yang
memperlihatkan tangan hingga ke atas kepala Lee Yong-Gu. Kode Pencahayaan
Gambar 4.18. sampai pada gambar 4.19. terlihat cahaya yang
terang.
- Analisis gambar 4.18 sampai pada gambar 4.19
Pada gambar 4.18. sampai pada gambar 4.19. terlihat Lee Yong-Gu sedang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berwarna oranye. Lee Yong-Gu tampak semangat dan bergairah saat bertemu
dengan putrinya. Semangat dan gairah Lee Yong-Gu didukung oleh warna
pakaian yang digunakannya dimana oranye berarti semangat dan gairah.
Pada gambar 4.18. terlihat aksi Lee Yong-Gu dimana Lee Yong-Gu
sebagai seorang ayah memeluk putrinya. Pelukan yang dilakukan Lee Yong-Gu
menunjukkan rasa rindu dan cintanya kepada putrinya. Lee Yong-Gu tampak
senang ketika bertemu dengan putrinya. Hal ini diperkuat dengan pencahayaan
pada gambar 4.18 yang terlihat terang dimana terang identik dengan warna putih.
Putih berarti cinta, senang dan murni. Gambar 4.18. memperlihatkan kedekatan
antara seorang ayah dengan putrinya. Lee Yong-Gu terlihat begitu merindukan
putrinya. Ini ditunjukkan dari ekspresi wajah Lee Yong-Gu yang terlihat seperti
menangis. Menangis tidak selamanya menandakan kesedihan tetapi menangis
juga menandakan kebahagiaan. Lee Yong-Gu terharu karena bisa berjumpa
dengan putrinya yang selama ini terpisah dengannya. The family man/nurture
berpatisipasi aktif dengan anak-anak sebagai ayah (Kusumaningrum, 2012 : 8).
Lee Yong-Gu merupakan sosok ayah yang family man, hal ini dapat dilihat dari
dialog Lee Yong-Gu Ye Sung sudah kurus. Mengapa ringan sekali?. Ia merasa
putrinya begitu ringan saat digendong. Gambar 4.18. diambil secara medium shoot
sehingga memperjelas kode aksi dan ekspresi pada gambar ini.
Pada gambar 4.19. terlihat gambar diambil secara medium shoot dimana
pada gambar tersebut diperlihatkan Lee Yong-Gu sedang menjelaskan kepada
putrinya bahwa ia bukan seorang penjahat meskipun ia sedang berada dalam sel
penjara. Tatapan mata Lee Yong-Gu menandakan bahwa ia sedang mengeluarkan
apa yang ada di perasaanya dan senyumannya berusaha meyakinkan bahwa apa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 4.20.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
- Level Realitas
Kode Kostum
Pada gambar 4.20. terlihat Lee Yong-Gu mengenakan kaos oblong
berwarna putih. Kode Lingkungan
Pada gambar 4.20. terlihat Lee Yong-Gu berada di dalam selnya. Kode Perilaku
Pada gambar 4.20. terlihat Lee Yong-Gu sedang memeluk
putrinya. Kode Dialog
Pada gambar 4.20. terlihat Lee Yong-Gu berjanji kepada putrinya
akan membelikan tas sailormoon. Kode Ekspresi
Pada gambar 4.20. terlihat kening Lee Yong-Gu berkerut dan
mukanya tersenyum kecil.
- Level Representasi
Kode Kerja Kamera
Gambar 4.20. terlihat diambil secara middle close up yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode Pencahayaan
Gambar 4.20. terlihat cahaya yang redup.
- Analisi gambar 4.20.
Pada gambar 4.20. terlihat Le Yong-Gu sedang tidur bersama putrinya di
dalam ruangan sel penjara. Gambar 4.20. diambil secara Middle Close Up.
Pengambilan gambar ini bertujuan untuk memperlihatkan bahasa tubuh dan
emosi pemeran. Gambar ini memperlihatkan kode aksi dimana Lee Yong-Gu
sedang tidur dengan putrinya. Lee Yong-Gu tampak memeluk putrinya dan
menatap putrinya. Melalui kode setting terlihat Lee Yong-Gu tidur
bersebelahan dengan putrinya. Sebagai seorang anak perempuan, Ye Sung
dapat belajar bahwa dia adalah “putri kesayangan ayah” melalui sinar di mata
ayah, cara ayah menggendong dan memeluknya, cara ayah
memperhatikannya, cara ayah menciumnya dan cara ayah memberitahu betapa
cantiknya dia dan betapa dia berkembang menjadi seorang gadis muda yang
cantik. Seorang anak perempuan mempelajari berbagai kekuatan yang
ayahnya miliki dan dia merasa aman ketika berada dekat ayahnya, dan tahu
bahwa ayahnya akan melindunginya. Dengan kata lain, Lee Yong-Gu
merupakan sosok ayah yang mampu mengurus anaknya dan sosok ayah family
man dimana ia dapat berperan aktif dengan putrinya.
Pada gambar ini, Lee Yong-Gu terlihat sebagai sosok ayah yang
bertanggung jawab dan mengasihi putrinya. Ini dapat dilihat dari dialog Lee
Yong-Gu yang berjanji akan membeli tas Sailor Moon sekalipun ia sedang
berada di dalam sel. Janji Lee Yong-Gu merupakan harapannya. Hal ini
didukung oleh pakaian yang dikenakan Lee Yong-Gu berwarna putih dimana
putih berarti harapan, murni, dan cinta. Kemurnian hati Lee Yong-Gu untuk
membelikan tas keinginan putrinya menunjukkan cinta Lee Yong-Gu yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 4.21.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
Gambar 4.22.
Sumber : Film “Miracle In Cell No.7”
Gambar 4.23.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Level Realitas
Kode Kostum
Pada gambar 4.21. sampai pada gambar 4.23. terlihat Lee Yong-Gu
mengenakan seragam penjara berwarna oranye.. Kode Lingkungan
Pada gambar 4.21. sampai pada gambar 4.23. terlihat Lee Yong-Gu
sedang berada di luar ruangan sel penjara. Kode Perilaku
Pada gambar 4.21. sampai pada gambar 4.23. terlihat Lee
Yong-Gu sedang mengejar kepala sipir untuk mendapatkan penjelasan
tentang putrinya. Kode Dialog
Pada gambar 4.21. terlihat Lee Yong-Gu sedang menanyakan
keberadaan putrinya.
Pada gambar 4.22. sampai pada gambar 4.23. sedang
mengkhawatirkan putrinya. Kode Latar
Pada gambar 4.21. sampai pada gambar 4.23. terlihat kondisi
cuaca sedang hujan lebat.
- Level Representasi
Kode Kerja Kamera
Gambar 4.21. sampai pada gambar 4.23. terlihat diambil secara
medium shoot yang memperlihatkan tangan hingga ke atas kepala Lee Yong-Gu.
Kode Pencahayaan
Gambar 4.21. sampai pada gambar 4.23. terlihat cahaya yang
redup. Kode Musik
Gambar 4.21. sampai pada gambar 4.23. terdengar suara hujan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA - Analisis gambar 4.21. sampai pada gambar 4.23.
Pada gambar 4.21. sampai pada gambar 4.23. terlihat Lee Yong-Gu sedang
berada di luar ruangan sel. Ia tampak mengejar kepala sipir untuk mendapatkan
penjelasan tentang keberadaan putrinya. Putrinya diambil oleh kepala sipir karena
kedapatan di dalam ruangan sel. Lee Yong-Gu tampak berdukacita karena ia harus
terpisah lagi dengan putrinya. Hal ini didukung oleh pencahayaan redup yang
identik dengan warna hitam. Hitam berarti dukacita. Selain itu, kondisi hujan
deras dan suara petir mendukung kekacauan dan kesedihan hati Lee Yong-Gu.
Melalui gambar 4.21. sampai gambar 4.23. menggambarkan salah satu
karakteristik maskulinitas yang dimiliki Lee Yong-Gu yaitu maskulinitas
pahlawan dimana laki-laki digambarkan sebagai sosok yang tangguh, berani, dan
sigap untuk menolong kaum perempuan (Kurnia, 2004: 27). Beberapa gambar
diatas menggambarkan Lee Yong-Gu yang tampak tangguh,berani dan sigap. Lee
Yong-Gu juga terlihat berani menjumpai kepala sipir meskipun ia tahu bahwa
dirinya bersalah tetapi demi putrinya, ia memberanikan diri melakukan hal
apapun. Gambar 4.21. sampai pada gambar 4.23. diambil secara medium shoot
dimana menunjukkan hujan yang sangat deras. Ini terlihat dari pakaian dan
rambut Lee Yong-Gu dan kepala sipir yang terlihat basah. Hujan sebagai kode
latar pada gambar ini semakin menguatkan sosok Lee Yong-Gu yang terlihat
tangguh. Meskipun hujan deras, Lee Yong-Gu tetap mengejar kepala sipir demi
mendapati kejelasan tentang keberadaan putrinya. Lee Yong-Gu juga terlihat
sigap dalam gambar ini dikarenakan ia terus mengejar kepala sipir meskipun
kondisi hujan dan kepala sipir tidak menanggapinya. Lee Yong-Gu terlihat begitu
khawatir terhadap putrinya. Hal ini dapat dilihat dari dialog Lee Yong-Gu ini