• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga negara. Tuntutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga negara. Tuntutan"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Pengembangan sektor publik dewasa ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik seperti pemerintah pusat dan pemerintah daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga negara. Tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait dengan perlunya dilakukan transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak-hak publik. Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2002).

Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara yang menyatakan bahwa upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah adalah dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan harus memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.

Untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, maka laporan keuangan harus memiliki karakteristrik kualitatif. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 menjelaskan bahwa

(2)

2

karaketristrik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah, karakteristrik kualitatif laporan keuangan pemerintah meliputi: (a) Relevan, (b) Andal, (c) Dapat Dibandingkan, (d) Dapat Dipahami.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengatakan bahwa sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan APBN dan APBD pemerintah atas keuangan negara, Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggung jawaban APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) setiap tahunnya mendapat penilaian berupa opini dari Badan Pengawas Keuangan (BPK). Terdapat empat opini yang diberikan pemeriksa yaitu: opini wajar tanpa pengecualian (WTP), opini wajar dengan pengecualian (WDP), opini tidak wajar (TW), dan pernyataan menolak memberi opini atau tidak memberi pendapat (TMP). (Novtania, dkk, 2017)

Fenomena yang terjadi tentang kualitas laporan keuangan dalam artikel berita online (detiknews) BPK Perwakilan Jawa Barat menyerahkan laporan hasil pemeriksaan (LHP) atas laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) TA 2017 kepada 27 kabupaten kota. Hasilnya, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Subang yang gagal raih opini wajar tanpa pengecualian (WTP). Kepala BPK Perwakilan Jabar Arman Syifa mengatakan penyerahan LHP LKPD TA 2017 ini dilakukan secara bertahap kepada 27 kabupaten kota. TA 2017, hanya Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang yang masih mendapat opini wajar dengan pengecualian (WDP).

(3)

3

“24 kabupaten kota itu sudah WTP, tinggal KBB, Subang, Kota Bandung yang masih WDP. Makanya kami bedakan (penyerahan LHP nya). Biar kami bisa jelaskan lebih detail,” kata Arman usai penyerahan LHP di kantor BPK Perwakilan Jabar, Jalan Moh Toha, Kota Bandung, Rabu (30/5/2018). Ia menuturkan tiga daerah yang masih mendapat opini WDP ini secara kualitas pelaporan sudah mengalami perkembangan dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, sambung dia, perkembangan itu belum cukup membawa tiga daerah tersebut meraih opini WTP. “Kami tetap menemukan permasalahan dan melebihi batas toleransi yang disebut materialitas,” ungkap dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan persoalan pelaporan keuangan dari tiga daerah tersebut beragam dan tidak bisa dikoreksi. Sehingga, BPK Perwakilan Jabar masih memberikan pengecualian kepada tiga daerah tersebut. Ia mencontohkan persoalan Kota Bandung yakni ada beberapa kontrak penyewaan tanah yang tidak jelas pembaharuan kontraknya, sehingga, tidak ada perhitungan akurat mengenai piutang penyewaan tanah tersebut. Persoalan lainnya, adanya aset tetap senilai Rp 694 miliar milik Pemkot Bandung. Namun, aset senilai Rp 400an miliar berupa gedung, bangunan dan mesin tidak jelas keberadaannya. “Ada juga persoalan sebagian saldo jangka pendek tidak ada rinciannya. Rincian ini harusnya ada supaya kita bisa verifikasi utang wajar atau tidak,” jelas dia.

Sementara untuk Kabupaten Subang, BPK Perwakilan Jabar menemukan adanya persoalan pengambilalihan pasar baru senilai Rp 10,8 miliar. Pemkab Subang belum menginventarisir piutang dari proses pengambilalihan pasar baru. “Selain itu adanya penyusustan aset senilai Rp 53 miliar yang tidak dijelaskan angka tersebut didapat darimana. Harusnya kan dijelaskan secara akuntabel perhitungan penyusutan aset tersebut,” kata dia.

(4)

4

Lalu untuk Kabupaten Bandung Barat, ditemukan persoalan mengenai belanja pemeliharaan yang tak didukung rinciannya. Kemudian pengadaan barang dan jasa yang tidak sesuai dengan pembukuan hingga beban persediaan vaksin tanpa rincian. “Kesimpulannya itu setiap pelaporan harus disertai rinciannya. Supaya kami juga bisa mengoreksi,” ujar Arman.

Tabel 1.1

Daftar Opini Audit BPK atas LKPD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015-2017

Tahun Opini BPK

2015 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

2016 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

2017 Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

Sumber : bandung.bpk.go.id

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa selama tiga tahun berturut-turut Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) memberikan opini wajar dengan pengecualian (wdp) atas laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan hasil pemeriksaan LKPD Kota Bandung TA 2017, BPK mencatat beberapa temuan terkait dengan sistem pengendalian intern (SPI), antara lain belanja pemeliharaaan yang tak didukung rinciannya dan pengadaan barang dan jasa yang tidak sesuai dengan pembukuan hingga beban persediaan vaksin tanpa rincian.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bandung Barat masih memiliki kekurangan untuk menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) yang berkualitas. Menurut BPK untuk menghasilkan laporan keuangan pemerintah daerah yang berkualitas maka perlu adanya peningkatan terkait sistem pengendalian intern. Dengan adanya sistem pengendalian intern yang memadai maka berbagai penyimpangan, kecurangan, korupsi,

(5)

5

dan kesalahan dapat diminimalisasi sehingga terlindungi aset-aset organisasi. Selain itu sistem pengendalian intern yang baik juga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi serta meningkatkan kualitas laporan keuangan yang berdampak pada kualitas tata kelola organisasi ( Mahmudi, 2016).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintah, pengendalian internal meliputi lima unsur pengendalian, yaitu lingkungan pengedalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Pengendalian dinyatakan efektif apabila mampu memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan entitas, keandalan pelaporan keuangan, keamanan aset negara, dan undangan yang berlaku. Lingkungan pengendalian yang diciptakan seharusnya menimbulkan perilaku yang perilaku positif dan kondusif untuk menerapkan pengendalian internal telah memadai dan mampu mendeteksi adanya keandalan.

Penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) yang belum memadai, tercermin dari banyak temuan berulang dari tahun ke tahun, tanpa ada keterangan bahwa temuan itu sudah ditindak lanjuti oleh pemda. Selain itu lemahnya kompetensi sumber daya manusia dalam menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) turut menjadi faktor penyebab tidak tercapainya opini WTP seperti yang ditargetkan pemerintah pusat. (Dimas Rusvianto dkk, 2017)

Penelitian mengenai topik sistem pengendalian intern juga telah dilakukan oleh Dimas Rusvianto dkk (2017) dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah”. Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan sistem pengendalian internal

(6)

6

pemerintah (SPIP) dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah Kota Bandung.

Penelitian mengenai kualitas laporan juga telah dilakukan oleh Cecilia Lelly dkk, (2017) dengan judul “Does Quality of Financial Statement Affected by Internal Control System and

Internal Audit?”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan sistem pengendalian intern dan internal audit berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan. hal ini menunjukkan bahwa apabila sistem pengendalian internal dan audit internal baik, maka secara langsung dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan menjadi baik pula.

Penulis menggunakan penelitian terdahulu yang dimaksudkan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dengan adanya beberapa perbedaan dan persamaan di dalama penelitian ini dengan peneliti terdahulu.

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian ini dan fenomena yang didukung dengan beberapa fakta yang ada, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul:

“Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bandung Barat)”

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan penulis, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah Kabupaten Bandung Barat

(7)

7

3. Apakah sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah Kabupaten Bandung Barat

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini, adalah untuk menganalisis pengaruh sistem pengendalian internal pemerintah pada Pemerintah Kabupaten Bandung Barat dalam kaitannya dengan kualitas laporan keuangan. Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah Kabupaten Bandung Barat.

2. Untuk mengetahui kualitas laporan keuangan pemerintah Kabupaten Bandung Barat. 3. Untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah terhadap kualitas

laporan keuangan pemerintah Kabupaten Bandung Barat. 1.4Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, penulis berharap dapat bahwa melakukan penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada:

1. Bagi Penulis

Penulis diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pengaruh sistem pengendalian internal dan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

2. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah

Dapat dijadikan objek penelitian dan masukan kepada pemerintah daerah dan pusat mengenai sistem pengendalian intern dan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. 3. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai sistem pengendalian intern dan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

(8)

8 1.5Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bandung Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2019 sampai selesai.

(9)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

2.1.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan peraturan perundang-undangan. Sistem pengendalian intern pemerintah yang kemudian disingkat SPIP adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. (Mahmudi, 2016)

Pengertian sistem pengendalian intern menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah adalah suatu proses yang diciptakan manajemen untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian, sistem pengendalian intern pemerintah merupakan suatu sistem dengan proses dan prosedur integral yang memiliki fungsi kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset, dan ketaatan terhadap peraturan perundangan.

(10)

10

2.1.2.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Menurut Mahmudi (2016) memaparkan bahwa tujuan dibangunnya sistem pengendalian intern adalah untuk:

a. Melindungi aset negara baik aset fisik maupun data b. Memelihara catatan dan dokumen secara rinci dan akurat

c. Menghasilkan informasi keuangan yang akurat, relevan dan andal

d. Memberikan jaminan yang memadai bahwa laporan keuangan pemerintah telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku (Standar Akuntansi Pemerintah/SAP) e. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi organisasi

f. Menjamin ditaatinya kebijakan manajemen dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 disebutkan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai terhadap empat hal, yaitu:

a. Tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara

b. Keandalan pelaporan keuangan c. Pengamanan aset negara

(11)

11

2.1.1.3 Elemen Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Menurut Mahmudi (2016) sistem pengendalin intern pemerintah (SPIP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2008 terdiri atas lima unsur, yaitu: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian intern.

1. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan elemen terpenting yang melandasi unsur-unsur lainnya dalam sistem pengendalian. Lingkungan pengendalian berkaitan dengan orang, moralitas, integritas, kejujuran, dan kompetensi. Sebaik apapun sistem pengendalian yang dibangun jika orang-orang yang melaksanakan pengendalian tersebut tidak baik maka akan rusak sistem yang dibangun. Sebaliknya meskipun sistemnya belum sempurna tetapi jika dijalankan oleh orang-orang yang baik maka akan mampu membawa kebaikan. Karena organisasi tidak dapat menjamin bahwa semua orang baik atau orang yang baik akan selalu baik, maka diperlukan unsur pengendalian lainnya.

Pada prinsipnya pengendalian merupakan tone from the top, sehingga komitmen, peran, dan keteladanan dari pimpinan sangat penting. Oleh karena itu, Pimpinan instansi pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat, melalui:

a. Penegakan integritas dan nilai etika

(12)

12

1) Menyusun dan menerapkan aturan perilaku;

2) Memberikan keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap tingkat pimpinan Instansi Pemerintah;

3) Menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan terhadap kebijakan dan prosedur, atau pelanggaran terhadap aturan perilaku;

4) Menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau pengabaian pengendalian intern; dan

5) Menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis.

b. Komitmen terhadap kompetensi

Komitmen terhadap kompetensi sekurang-kurangnya dilakukan dengan:

1) Mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam Instansi Pemerintah;

2) Menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam Instansi Pemerintah;

3) Menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu pegawai mempertahankan dan meningkatkan kompetensi pekerjaannya; dan

4) Memilih pimpinan Instansi Pemerintah yang memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang luas dalam pengelolaan Instansi Pemerintah. c. Kepemimpinan yang kondusif

Kepemimpinan yang kondusif sekurang-kurangnya ditunjukkan dengan: 1) Mempertimbangkan risiko dalam pengambilan keputusan;

(13)

13

2) Menerapkan manajemen berbasis kinerja;

3) Mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP;

4) Melindungi atas aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah; 5) Melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih

rendah; dan

6) Merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan, penganggaran, program, dan kegiatan.

d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan

Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan sekurang-kurangnya dilakukan dengan:

1) Menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan Instansi Pemerintah;

2) Memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam instansi Pemerintah;

3) Memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern dalam Instansi Pemerintah;

4) Melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodik terhadap struktur organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis; dan

5) Menetapkan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi pimpinan. e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat

Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah;

(14)

14

2) Pegawai yang diberi wewenang memahami bahwa wewenang dan tanggung jawab diberikan terkait dengan pihak lain dalam Instansi Pemerintah yang bersangkutan; dan

3) Pegawai yang diberi wewenang memahami bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait penerapan SPIP.

f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia

Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia dilaksanakan dengan memperhatikan sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut:

1) Penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan pemberhentian pegawai;

2) Penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen; dan 3) Supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.

g. Perwujudan peran apparat pengawasan intern pemerintah yang efektif

Perwujudan peran apparat pengawasan intern pemerintah yang efektif sekurang-kurangnya harus:

1) Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah;

2) Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; dan

(15)

15

3) Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

h. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait

Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait diwujudkan dengan adanya mekanisme saling uji antar Instansi Pemerintah terkait.

2. Penilaian Risiko

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko yang terdiri atas: a. Identifikasi risiko

b. Analisis risiko

Dalam rangka penilaian risiko, pimpinan instansi menetapkan:

a) Tujuan instansi pemerintah

Tujuan instansi pemerintah memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu serta wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai. Untuk mencapai tujuan, pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan:

1. Strategi operasional yang konsisten; dan

2. Strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko.

b) Tujuan pada tingkatan kegiatan

Tujuan pada tingkatan kegiatan sekurang-kurangnya dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:

(16)

16

2. Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan lainnya;

3. Relevan dengan seluruh kegiatan utama Instansi Pemerintah; 4. Mengandung unsur kriteria pengukuran;

5. Didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup; dan 6. Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.

Identifikasi risiko sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan:

1) Menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara komprehensif;

2) Menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari faktor eksternal dan faktor internal; dan

3) Menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.

Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah. Pimpinan Instansi Pemerintah menentukan tingkat risiko yang dapat diterima.

3. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan pengendalian antara lain meliputi:

(17)

17

Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah dilaksanakan dengan membandingkan kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan.

b. Pembinaan sumber daya manusia

Dengan melakukan pembinaan sumber daya manusia, pimpinan Instansi Pemerintah harus sekurang-kurangnya:

1) Mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi instansi kepada pegawai;

2) Membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang mendukung pencapaian visi dan misi; dan

3) Membuat uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan dan pelatihan pegawai, sistem kompensasi, program kesejahteraan dan fasilitas pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta rencana pengembangan karir.

c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi

Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi dilakukan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi meliputi:

1. Pengendalian umum, yang terdiri atas: a. Pengamanan sistem informasi

1) Pelaksanaan penilaian risiko secara periodik yang komprehensif;

(18)

18

2) Pengembangan rencana yang secara jelas menggambarkan program pengamanan serta kebijakan dan prosedur yang mendukungnya;

3) Penetapan organisasi untuk mengimplementasikan dan mengeloal program pengamanan;

4) Penguraian tanggung jawab pengamanan secara jelas;

5) Impelementasi kebijakan yang efektif atas sumber daya manusia terkait dengan program pengamanan; dan

6) Pemantauan efektivitas program pengamanan dan melakukan perubahan program pengamanan jika diperlukan.

b. Pengendalian atas akses

1) Klasifikasi sumber daya sistem informasi berdasarkan kepentingan dan sesitivitasnya;

2) Identifikasi pengguna yang berhak dan otorisasi akses ke informasi secara formal;

a. Pengendalian fisik dan pengendalian logic untuk mencegah dan mendeteksi akses yang tidak diotorisasi; dan

3) Pemantauan atas akses ke sistem informasi, investigasi atas pelanggaran, serta tindakan perbbaikan dan penegakan disiplin.

(19)

19

c. Pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi

1) Otorisasi atas fitus pemrosesan sistem informasi dan modifikasi program;

2) Pengujian dan persetujuan atas seluruh perangkat lunak yang baru dan yang dimutakhirkan; dan

3) Penetapan prosedur untuk memastikan terselenggaranya pengendalian atas kepustakaan perangkat lunak.

d. Pengendalian atas perangkat lunak sistem

1) Pembatasan akses ke perangkat lunak sistem berdasarkan tanggung jawab pekerjaan dan dokumentasi atas otorisasi akses;

2) Pengendalian dan pemantauan atas akses dan penggunaan perangkat lunak sistem; dan

3) Pengendalian atas perubahan yang dilakukan terhadap perangkat lunak sistem.

e. Pemisahan tugas

1) Identifikasi tugas yang tidak dapat digabungkan dan penetapan kebijakan untuk memisahka tugas tersebut;

2) Penetapan pengendalian akses untuk pelaksanaan pemisahan tugas; dan

3) Pengendalian atas kegiatan pegawai melalui penggunaan prosedur, supervisi, dan reviu.

(20)

20

f. Kontinuitas pelayanan

1) Penilaian, pemberian prioritas, dan pengidentifikasian sumber daya pendukung atas kegiatan komputerisasi yang kritis dan sensitif;

2) Langkah-langkah pencegahan dan minimalisasi potensi kerusakan dan terhentinya operasi komputer;

3) Pengembangan dan pendokumentasian rencana komprehensif untuk mengatasi kejadian tidak terduga; dan

4) Pengujian secara berkala atas rencana untuk mengatasi kejadian tidak terduga dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

2. Pengendalian Aplikasi

a. Pengendalian otorisasi

Pengendalian otorisasi sekurang-kurangnya mencakup: 1) Pengendalian terhadap dokumen sumber; 2) Pengesahan atas dokumen sumber;

3) Pembatasan akses ke terminal entri data; dan

4) Penggunaan file induk dan laporan khusus untuk memastikan bahwa seluruh data yang diproses telah diotorisasi.

b. Pengendalian kelengkapan

1) Pengenterian dan pemrosesan seluruh transaksi yang telah diotorisasi ke dalam komputer; dan

(21)

21

2) Pelaksanaan rekonsiliasi data untuk memverifikasi kelengkapan data.

c. Pengendalian akurasi

1) Penggunaan desai entri data untuk mendukung akurasi data; 2) Pelaksanaan validasi data untuk mengidentifikasi data yang

salah;

3) Pencatatan, pelaporan, investigasi, dan perbaikan data yang salah dengan segera; dan

4) Reviu atas laporan keluaran untuk mempertahankan akurasi dan validasi data.

d. Pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data

1) Penggunaan prosedur yang memastikan bahwa hanya program dan file data versi terkini digunakan selama pemrosesan;

2) Penggunaan program yang memiliki prosedur untuk memverifikasi bahwa versi file komputer yang sesuai digunakan selama pemrosesan;

3) Penggunaan program yang memiliki prosedur untuk mengecek internal file header labels sebelum pemrosesan; dan

4) Penggunaan aplikasi yang mecegah perubahan file secara bersamaan.

(22)

22

d. Pengendalian fisik atas aset

Dalam melaksanakan fisik atas aset, pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan, mengimpelementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai:

1) Rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik; dan 2) Rencana pemulihan seteleh bencana.

e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja

Dalam melaksanakan penetapan dan reviu indikator dan pengukuran kinerja, pimpinan Instansi Pemerintah harus:

1) Menetapkan ukuran dan indikator kinerja;

2) Mereviu dan melakukan validasi secara periodic atas ketetapan dan keandalan ukuran dan indikator kinerja;

3) Mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja; dan

4) Membandingkan secara terus-meneurs data capaian kinerja dengan sasaran yang ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut.

f. Pemisahan fungsi

Dalam melaksanakan pemisahan fungsi, pimpinan Instansi Pemerintah harus menjamin bahwa seluruh aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 (satu) orang.

(23)

23

g. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting

Dalam melakukan otorisasi atas transaksi dan kejadian, pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada seluruh pegawai.

h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian

Dalam melakukan pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian, pimipinan Instansi Pemerintah perlu mempertimbangkan:

1) Transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera; dan 2) Klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus

transaksi atau kejadian.

i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya

Pimpinan instansi Pemerintah wajib membatasi akses atas sumber daya dan pencatatannya dan menetapkan akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya. Dalam melaksanakan pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya, pimpinan Instansi Pemerintah wajib memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berkala.

j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya

Dalam menetapkan akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya, pimpinan Instansi Pemerintahh wajib menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan pencatatannya serta melakukan reviu atas penugasan tersebut secara berkala.

(24)

24

k. Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting

Dalam menyelenggarakan dokumentasi yang baik, pimpinan Instansi Pemerintah wajib memiliki, dan secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.

4. Informasi dan komunikasi

Informasi dan Komunikasi pada dasarnya merupakan pendukung dari elemen sistem pengendalian internal lainnya. Inti dari informasi dan Komunikasi adalah manajemen dan karyawan dapat memperoleh informasi dan dapat berkomunikasi dengan atasan atau rekan kerjanya yang memungkinkan mereka memahami tugas dan tanggungjawab pengendalian secara baik dalam rangka. Informasi dan Komunikasi juga digunakan untuk memastikan bahwa dalam organisasi terdapat alur informasi yang jelas dan mudah antara pimpinan dan bawahan, dari bawahan ke atasan, atau antara karyawan. Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada Pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain yang ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan Instansi Pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggungjawabnya.

Selain itu Informasi dan Komunikasi diperlukan untuk memastikan bahwa complain dari pelanggan segera diinformasikan dan dikomunikasikan ke pimpinan serta direspon dengan cepat. Pimpinan (manajemen) di semua level wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat serta

(25)

25

efektif. Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi Pemerintah harus sekurang-kurangnya:

a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; dan b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbaharui sistem informasi secara terus

menerus.

5. Pemantauan pengendalian intern

Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendalian Intern.

Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui pematauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.

a. Pemantauan berkelanjutan

Pemantauan berkelanjutan diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervise, pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.

b. Evaluasi terpisah

Evaluasi terpisah diselenggarakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem Pengendalian Intern. Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat

(26)

26

pengawasan intern pemerintah atau pihak eksternal pemerintah yang dilakukan dengan menddunakan daftar uji pengendalian intern.

c. Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya

Tidak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya harus segera diselesaikan dan dilaksanakan seusai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya yang ditetapkan.

2.1.2 Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Mahmudi (2016) menyebutkan bahwa laporan keuangan merupakan output dari sistem akuntansi yang bermanfaat untuk pemberian informasi bagi pihak-pihak yang akan menjadikan informasi keuangan tersebut sebagai dasar pembuatan keputusan. Sedangkan menurut Indra Bastian (2007) pengertian laporan keuangan adalah laporan keuangan sektor publik merupakan representasi posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas Sektor Publik.

Entitas pelaporan merupakan unit pemerintah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum, yang terdiri dari:

a. Pemerintah pusat;

b. Pemerintah daerah;

(27)

27

d. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organsasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkaan bahwa laporan keuangan adalah laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.

2.1.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Secara umum, tujuan laporan keuangan sektor publik menurut Mardiasmo (2009) yaitu:

a. Kepatuhan dan Pengelolaan (compliance and stewardship)

b. Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif (accountability and retrospective reporting) c. Perencanaan dan Informasi Otorisasi (planning and authorization information)

d. Kelangsungan Organisasi (viability) e. Hubungan Masyarajat (public relation)

f. Sumber Fakta dan Gambaran (source of facts and figures)

Mahmudi (2016) menyatakan bahwa tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercaya kepadanya, dengan:

a. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;

b. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

(28)

28

c. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;

d. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;

e. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

f. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.

2.1.2.3 Pengguna Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Menurut Abdul Hafiz (2011) terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada:

a. Masyarakat;

(29)

29

c. Pihak yang berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjama; d. Pemerintah.

Menurut Mardiasmo (2009) masyarakat memiliki hak dasar terhadap pemerintah yaitu:

a. Hak untuk mengetahui (right to know), yaitu: - Mengetahui kebijakan pemerintah

- Mengetahui keputusan yang diambil pemerintah

- Mengetahui alasan dilakukannya suatu kebijakan dan keputusan tertentu b. Hak untuk diberi informasi (right to be informed)

Hak untuk diberi informasi (right to be informed) yang meliputi hak untuk diberi penjelasan secara terbuka atas permasalahan-permasalahn tertentu yang menjadi perdebatan publik.

c. Hak untuk didengan (right to be heard and to be listening)

Laporan keuangan pemerintah merupakan hak publik yang harus diberikan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah. Hak publik atas informs keuangan muncul sebagai konsekuensi konsep pertanggungjawaban publik. Pertanggungjawaban publik mensyaratkan organisasi publik utnuk memberikan laporan keuangan sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan (accountability and stewardship).

2.1.2.4 Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Menurut Mahmudi (2016) laporan keuangan pokok terdiri dari:

a. Laporan Realisasi Anggaran b. Laporan Saldo Anggaran Lebih

(30)

30

c. Laporan Operasional d. Laporan Perubahan Ekuitas e. Neraca

f. Laporan Arus Kas

g. Catatan Atas Laporan Keuangan

Komponen laporan keuangan pemerintah daerah dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi mengenai anggaran dan realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/deficit-LRA, dan penggunaan laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya ekonomu, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran karena menyediakan informasi-informasi sebagai berikut:

1. Informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi,

2. Informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal verifikasi dan efektivitas penggunaan anggaran.

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Laporan perubahan saldo anggaran lebih (LP-SAL) dimaksudkan untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo anggaran dan pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Struktur

(31)

31

LP-SAL baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.

c. Laporan Operasional

Laporan operisional (LO) menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/deficit operasional dari suatu entitas pelaporanyang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya. Laporan operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.

d. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos Ekuitas awal atau ekuitas tahun sebelumnya. Surplus/deficit-LO pada periode bersangkutan dan koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya:

1. Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya.

(32)

32

e. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pad atanggal tertentu. Dalam neraca, setiap entitas mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan tidak lancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Apabilan suatu entitas memiliki aset/barang yang akan digunakan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan, dengan adanya klasifikasi terpisah antara aset lancar dan tidak lancar dalam neraca maka akan memberikan informasi mengenai aset/barang yang akan digunakan dalam periode akuntansi berikutnya (aset lancar) dan yang digunakan untuk keperluan jangan panjang (aset tidak lancar).

f. Laporan Arus Kas

Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kasuntuk setiap periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan keuangan pokok. Tujuan pelaporan arus kas setara kas pemerintah adalah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek atau untuk tujuan lainnya. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi jngka pendek harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang dapat diketahui tanpa ada risiko perubahan nilai yang signifikan. Oleh karena itu, suatu investasi disebut setara kas jika investasi dimaksud mempunya masa jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.

(33)

33

g. Catatan Atas Laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan (CALK) meliputi penjelasan naratif atau rincian dari jangka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk mengungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.

2.1.2.5 Karakteristrik Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

Pengertian Karakteristrik kualitas laporan keuangan menurut Mahmudi (2016) adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah, karakteristrik kualitatif laporan keuangan pemerintah meliputi:

1. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud pengunaanya. Informasi yang relevan:

(34)

34

a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)

Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengkoreksi ekspektasi mereka di masa lalu. Laporan keuangan berkualitas jika dapat memberikan manfaat untuk evaluasi kinerja masa lalu dan memberikan umpan balikan dalam rangka perencanaan keuangan dan perbaikan kinerja di masa datang.

b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value)

Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa lalu. Laporan keuangan berkualitas jika dapat memberikan manfaat untuk memprediksi kondisi keuangan, kebutuhan keuangan, dan kinerja di masa datang.

c. Tepat waktu

Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.

d. Lengkap

Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

(35)

35

2. Andal

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristrik:

a. Penyajian Jujur

Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Laporan keuangan yang berkualitas terbebas dari salah saji material dan tidak ada manipulasi laporan keuangan.

b. Dapat Diverifikasi (verifiability)

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh. Laporan keuangan berkualitas jika dapat diverifikasi kebenarannya melalui proses audit independen.

c. Netralitas

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu. Penyajian laporan keuangan tidak bersifat tendensius dan bias terhadap kepentingan kelompok tertentu.

(36)

36

3. Dapat Dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal atau eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

4. Dapat Dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh penggguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

(37)

37 2.2 Penelitian Terdahulu

Berikut adalah beberapa review penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini:

No Nama Judul Variabel Indikator Hasil Penelitian

1 Tuti Herawati Dosen STIE STEMBI – Bandung Bussiness School Study & Accounting Research Vol XI, No. 1 – 2014 ISSN : 1693-4482 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Survei Pada Organisasi Perangkan Daerah Pemda Cianjur) Sistem Pengendalian Intern (X) Kualitas Informasi Laporan Keuangan (Y) 1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian risiko 3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pemantauan (PP No 60 Th 2008) 1. Relevan 2. Andal 3. Dapat Dibandingkan 4. Dapat Dipahami (PP No 71 Th 2010) Penelitian mengenai pengaruh Sistem

Pengendalian Intern yang terdiri dari Lingkungan Pengendalian, Penilaian Resiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi dan Komunikasi, Pemantauan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh signifkan antara Lingkungan Pengendalian, Penilaian Resiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi

dan Komunikasi, dan

Pemantauan terhadap

Kualitas Laporan

Keuangan secara

simultan.

2. Secara parsial, terdapat

pengaruh signifikan

antara Lingkungan

Pengendalian, Penilaian Resiko, dan Informasi dan

Komunikasi terhadap

Kualitas Laporan

Keuangan.

3. Secara parsial, terdapat pengaruh tidak signifikan

antara kegiatan

engendalian dan

(38)

38 Kualitas Laporan Keuangan. 2. Ahmad Faishol Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi Volume I No. 3, Oktober 2016 ISSN 2502 - 3764 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Lamongan) Sistem Pengendalian Intern (X) Kualitas Laporan Keuangan (Y) 1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian risiko 3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pemantauan (PP No 60 Th 2008) 1. Relevan 2. Andal 3. Dapat Dibandingk an 4. Dapat Dipahami (PP No 71 Th 2010)

Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa

sistem pengendalian

intern berpengaruh

signifikan terhadap

kualitas laporan keuangan

Pemerintah Daerah

Kabupaten Lamongan.

Dengan nilai signikansi

0,000. Dan memiliki

hubungan yang positif antara variabel dengan pengaruh persentase 95%

di mana pengaruh

hubungan tersebut

dinyatakan kuat antara

variabel sistem

pengendalian intern

terhadap kualitas laporan

keuangan, hanya 5%

variabel lain yang

mempengaruhi kualitas

penyajian laporan

keuangan yang belum di teliti. 3 Novtania Mokoginta Linda Lambey Winston Pontoh Jurnal Riset Akuntansi Going Concern 12(2), 2017, 874-890 Pengaruh Sistem Pengendalian Intern dan Sitem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Sistem Pengendalian Intern (X1) 1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian risiko 3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pemantauan (PP No 60 Th 2008) 1. Kebijakan Sistem Akuntnasi Berdasarkan hasil

penelitian yang telah

dilakukan membuktikan

bahwa Sistem

Pengendalian Internal

berpengaruh negatif

signifikan terhadap

kualitas laporan keuangan

pemerintah. Hasil

penelitian ini berarti

sistem pengendalian

intern pada BPKAD

Bolaang Mongondow

(39)

39 Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (X2) Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah (Y) Keuangan Daerah 2. Prosedur Sistem Akuntansi Keuangan Daerah 3. Sistem Akuntansi Sumber Daya Manusia 4. Sistem Teknologi Informasi 1. Relevan 2. Andal 3. Dapat Dibandingkan 4. Dapat Dipahami (PP No 71 Th 2010)

dijalankan sudah baik

namun dalam

penerapannya belum

efektif dan efisien

sehingga berpengaruh

terhadap kurangnya

kualitas laporan keuangan pemerintah. 4. Aristanti Widyaningsih Research Journal of Finance and Accounting ISSN 2222-1697 (Paper) ISSN 2222-2847 (Online) Vol 7, No.10, 2016 Internal Control System on the Quality of Financial Statement Information and Financial Accountability in Primary School in Bandung, Indonesia Sistem Pengendalian Intern (X1) Kualitas Laporan Keuangan (X2) Akuntabilitas 1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian risiko 3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pemantauan (PP No 60 Th 2008) 1. Relevan 2. Andal 3. Dapat Dibandingkan 4. Dapat Dipahami (PP No 71 Th 2010) 1. Kesesuaian antara pelaksana dengan standar prosedur 1. Aspek Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, serta Informasi dan Komunikasi mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan. Artinya apabila terjadi perubahan sedikit saja pada variabel tersebut maka akan lansung terjadi perubahan yang berarti pada Kualitas Laporan keuangan. 2. Aspek Kegiatan Pengendalian dan pemantauan tidak terlalu

(40)

40 (Y) pelaksanaan 2. Sanksi yang ditetapkan 3. Output dan outcome yang terukur (Dadang Solihin, 2007) mempengaruhi Kualitas Laporan Keuangan. Artinya apabila terjadi perubahan pada variabel tersebut maka tidak terjadi perubahan. 5. Cecilia Lelly Kewo Nunuy Nur Afifah International Journal of Economics and Financial Issues Vol : VII No.2 ISSN : 2146-4138 Tahun 2017 Does Quality of Financial Affected by Internal Control System and Internal Audit Sistem Pengendalian Intern (X1) Audit Internal (X2) Kualitas Laporan Keuangan (Y) 1. Lingkungan pengendalian 2. Penilaian risiko 3. Kegiatan pengendalian 4. Informasi dan komunikasi 5. Pemantauan (PP No 60 Th 2008) 1. Independensi 2. Kemampuan profesional 3. Lingkup pekerjaan 4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan 5. Manajemen bagian audit internal (Hiro T 2006:4) 1. Relevan 2. Andal 3. Dapat Dibandingkan 4. Dapat Dipahami (PP No 71 Th 2010) Hasil penelitian menunjukkan bahwa

implementasi dari sistem pengendalian internal dan audit internal secara bersamaan mempengaruhi

kualitas laporan

keuangan.

Hal ini menunjukkan

bahwa apabila sistem pengendalian internal dan audit internal baik, maka secara langsung dapat mempengaruhi kualitas laporan keuangan menjadi baik pula.

(41)

41 2.3 Kerangka Pemikiran

Tujuan penting reformasi akuntansi dan administrasi sektor publik adalah akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah pusat maupun daerah. Akuntabilitas dan transparansi tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengelolaan keuangan pemerinah yang dilakukan aparatur pemerintah berjalan dengan baik (Badjuri dan Trihapsari, 2004).

Bentuk pertanggungjawaban tersebut diperlukan penerapan sistem pelaporan keuangan yang tepat, jelas dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Laporan keuangan sektor publik merupakan komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik. Laporan keuangan pemerintah daerah adalah suatu hasil dari proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dari transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas akuntansi yang ada dalam suatu perintah daerah yang disajikan sebagai informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan entitas akuntansi dan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukannya (Rasdianto, 2013).

Selain akuntabilitas publik, hal yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan adalah pengendalian intern pemerintah daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengedalian Intern Pemerintah (SPIP).

Hubungan antara sistem pengendalian intern dan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah menurut Mahmudi (2016) adalah:

“dengan adanya sistem pengendalian intern yang memadai maka berbagai penyimpangan, kecurangan, korupsi, dan kesalahan dapat diminimalisasi sehingga terlindungi aset-aset organisasi. Selain itu sistem pengendalian intern yang baik juga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi serta meningkatkan kualitas laporan keuangan yang berdampak pada kualitas tata kelola organisasi.”

(42)

42

Hal ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Tuti Herawati (2014) yang meneliti Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Survei Pada Organisasi Perangkat Daerah Pemda Cianjur). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap kualitas keuangan pemerintah daerah.

Adapun penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Ahmad Faishol (2016) yang meneliti Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Lamongan). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa sistem pengendalian internal mempengaruhi kualitas laporan keuangan.

Berdasarkan kerangka pemikiran dan juga didasari oleh penelitian sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh hubungan antara variabel terkait kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dengan variabel bebas yaitu sistem pengendalin intern di pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Kerangka pemikiran yang digunakan untuk merumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (X) Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y)

(43)

43 2.4Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. (Sugiyono, 1999:51)

Maka berdasrkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya maka dalam penelitian ini, rumusan hipotesis penelitian yang diajukan penulis adalah sebagai berikut:

H0 : Sistem Pengendalian Intern Pemerintah tidak berpengaruh terhadap Kualitas

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Ha : Sistem Pengendalian Intern Pemerintah berpengaruh terhadap Kualitas

(44)

44 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2012) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah sistem pengendalian intern pemerintah dan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini yaitu sistem pengendalian intern pemerintah. Subjek dalam penelitian ini yaitu Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristrik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SKPD di kabupaten bandung barat yang terdiri dari dinas, badan, dan lembaga lainnya.

Tabel 3.1

Daftar Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bandung Barat

No SKPD Bagian

Satuan

Bagian Akuntansi

(45)

45

Pengawas Intern (SPI)

1 Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia 1 1

2 Badan Pengelolaan Keuangan Daerah 1 1

3 Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan

Pengembangan Daerah 1 1

4 Dinas Kepemudaan dan Olahraga 1 1

5 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 1 1

6 Dinas Kesehatan 1 1

7 Dinas Lingkungan Hidup 1 1

8 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 1 1

9 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 1 1

10 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu 1 1

11 Dinas Pendidikan 1 1

12 Dinas Peternakan dan Perikanan 1 1

13 Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan 1 1

14 Dinas Perumahan dan Pemukiman 1 1

15 Dinas Sosial 1 1

16 Inspektorat 1 1

Jumlah 16 16

Total 32

Sumber: bandungbaratkab.go.id

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristrik yang dimiliki oleh populasi tersebut. teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel total atau sampling jenuh yaitu teknik pengumpulan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2016). Sampel dalam penelitian ini adalah kepala bagian satuan pengawas intern dan kepala bagian akuntansi pada SKPD di Kabupaten Bandung Barat yang jumlahnya adalah 32 orang.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan jenis Non Probability Sampling. Jenis sampel ini tidak dipilih secara acak, tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.

Menurut Sugiyono (2001) non probability sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik non probability sampling yang dipilih yaitu dengan sampling jenuh (sensus) yaitu metode penarikan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel.

(46)

46 3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian didefinisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis, dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis. Dikatakan sebagai “kegiatan ilmiah” karena penelitian dengan aspek ilmu pengetahuan dan teori “terencana” karena penelitian harus direncanakan dengan memperhatikan waktu, dana, aksebilitas terhadap tempat dan data (Raco, 2010). Menurut Sugiyono (2014) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan keguanaan tertentu.

Berdasarkan variabel yang diteliti maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanatori. Metode eksplanatori adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Sekaran, 2007). Metode ekspalanori dalam penelitian ini adalah dengan melakukan survei.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, menurut Etta Mamang Sangadji dan Sopiah (2010), data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan mengirimkan kuesioner secara langsung kepada sumber yaitu pegawai di SKPD Kabupaten Bandung Barat, tujuannya agar memperoleh tingkat pengembalian kuesioner yang lebih tinggi.

(47)

47

Responden dalam penelitian ini adalah satu orang di bagian keuangan dan satu orang dibagian yang memiliki masa kerja minimal satu tahun di 30 SKPD, jumlah responden seluruhnya adalah 60 orang.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua acara, yaitu studi lapangan (Field Research) dan studi kepustakaan (Library Research). Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan dengan cara:

1. Studi Lapangan (Field Reasearch)

Suatu penelitian dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data primer yang akan digunakan guna menjawab penelitian. Untuk mendapatkan data primer tersebut maka cara yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan secara tertulis mengenai pengaruh sistem pengendalian internal pemerintah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah kota bandung diharapkan dijawab untuk mempermudah dalam pengumpulan data dan efisiensi waktu.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data kepustakaan dengan cara mempelajari, mengkaji dan menelaah literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, maupun makalah yang berkaitan dengan penelitian. Kegunaan penelitian kepustakaan adalah untuk memperoleh dasar-dasar teori yang dapat digunakan sebagai landasan teoritis dalam menganalisis masalah yang diteliti sebagai pedoman untuk melakukan studi dalam penelitian di lapangan.

(48)

48

3.5 Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

3.5.1 Operasional Variabel Penelitian

Operasional variabel adalah kegiatan atau proses yang dilakukan peneliti untuk mengurangi tingkat abstraksi konsep sehingga konsep tersebut dapat diukur (Zulganef, 2008). Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:64).

Dari judul penelitian yang dikemukakan, maka di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Untuk keperluan pengujian, maka variabel-variabel tersebut perlu dijabarkan sehingga mempunyai indikator-indikator dari masing-masing variabel. Adapun indikator-indikator tersebut diuraikan dalam tabel sebagai berikut:

(49)

49

Operasional Variabel, Dimensi, Indikator, Skala Pengukuran

Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala Instrumen

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) (X) Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang feketif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset Negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) merupakan bagian integral dari sistem akuntansi pemerintah Sumber : Mahmudi, 2016 1. Lingkungan Pengendalian 2. Penilaian risiko 3. Kegiatan Pengendalian 1. Penegakan Integritas dan Nilai Etika 2. Komitmen terhadap Kompetensi 3. Kepemimpinan yang Kondusif 4. Pembentukan Struktur Organisasi yang Sesuai dengan Kebutuhan 5. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab yang Tepat 6. Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia 7. Hubungan kerja

yang baik dengan instansi pemerintah 1. Penerapan tujuan instansi secara keseluruhan 2. Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan 3. Identifikasi risiko 4. Analisis risiko 5. Mengelola risiko selama perubahan 1. Review atas Kinerja

Instansi Pemerintah yang bersangkutan 2. Pembinaan Sumber Daya Manusia 3. Pengendalian atas Pengelolaan Sistem Informasi 4. Pengendalian fisik atau aset

5. Penetapan dan reviu ats indikator dan ukuran kinerja 6. Pemisahan fungsi 7. Otorisasi atas

transaksi dan

(50)

50 4. Informasi dan Komunikasi 5. Pemantauan Pengendalian Internal Mahmudi (2016) kejadian yang penting 8. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian 9. Pembatasan akses

atas sumber daya dan pencatatannya 10. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya 11. Dokumentasi yang

baik atas sistem pengendalian intern serta transaksi dan kejadian penting 1. Informasi 2. Komunikasi

3. Bentuk dan sarana komunikasi 1. Pematauan berkelanjutan 2. Evaluasi terpisah Penyelesaian audit Mahmudi (2016) Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah (Y) Karakteristrik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Mahmudi (2016) 1. Relevan 2. Andal 3. Dapat Dibandingkan 4. Dapat dipahami Mahmudi (2016) 1. Memiliki manfaat umpan balik 2. Memiliki manfaat prediktif 3. Tepat waktu 4. Lengkap 1. Penyajian jujur 2. Dapat diverifikasi 3. Memenuhi unsur nertralitas 1. Dapat di bandingkan 1. Dapat dipahami penggunaanya Mahmudi (2016) Ordinal Kuesioner

(51)

51 3.5.2 Skala Pengukuran

Jenis skala pengukuran yang digunakan yaitu ordinal. Skala ordinal adalah skala pengukuran yang memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristrik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu tertentu (Umi Narimawati, 2008).

Penyelesaian penelitian ini dengan menggunakan teknik analisis kuatitatif. Analisis kuantitatif yaitu suatu analisa data dengan menggunakan rumus statistika berupa analisis koefisien korelasi, koefisien determinasi, dan uji hipotesis. Untuk keperluan analisis, penulis mengumpulkan dan mengolah data yang diperoleh dari kuesioner dengan cara memberikan bobot penilaian dari setiap pertanyaan berdasarkan skala Likert. Menurut Sugiyono (2012) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial.

Tabel 3.2

Pemberian Skor Jawaban Skala Likert

Alternatif Jawaban Penilaian Positif Negatif Sangat Setuju (SS) 5 1 Setuju (S) 4 2 Ragu-ragu (RR) 3 3 Tidak Setuju (TS) 2 4

Referensi

Dokumen terkait

Faktor risiko kejadian DBD yang digali adalah karakteristik responden, lingkungan dalam dan luar rumah, mobilitas responden, riwayat kontak dengan penderita dan

Brojo (1999) menyatakan bahwa keerat- an korelasi positif maupun negatif dapat me- nunjukkan karakter tersebut dapat diwakili oleh salah satu karakter yang berkorelasi tinggi,

Konsep-konsep mekanika sangat sulit dipahami oleh mahasiswa, baik pada tingkat sarjana, program magister, dan bahkan sampai pada tingkat program doctor (Mc Dermott,

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pola adaptasi muallaf Tionghoa dengan masyarakat muslim dan keluarga besar dalam dua pola adaptasi yakni pola

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pemberian ekstrak lidah buaya oral dapat menurunkan kadar glukosa darah post prandial (PP) dan meningkatkan kadar

reflektif, dan dimensi afektif pada kepribadian seseorang dapat digunakan sebagai suatu strategi untuk menghadapi ketakutan terhadap kematian dan membuktikan bahwa kebijaksanaan

Dimana pada masa remaja gejala fobia sosial mulai mengakar, seperti takut di depan kelas, mengerjakan soal didepan guru atau tidak bersedia pergi kesekolah (sering bolos). Masalah