• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Akuisisi Pengetahuan

Albert Einstein, memberikan kutipannya yang sederhana namun efektif, “knowledge is experience, everything else is information.” Salah satu kompetensi

yang harus dimiliki oleh seoarang jurnalis (wartawan) adalah pengetahuan (knowledge).Pengetahuan bagi seorang jurnalis meliputi pengetahuan umum, pengetahuan khusus tentang topic tertentu, dan pengetahuan teori jurnalistik dan komunikasi sesuai dengan bidang kewartawanan (Dewan Pers, 2006, p.32).

Pengalaman menerapkan pengetahuan baru akan menambah nilai knowledge

bagi jurnalis menjadi semakin tinggi. Membangun knowledge dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti :

1. Belajar (dari berbagai sumber pengetahuan) 2. Menjadi pengetahuan dan objek analisa 3. Bertindak/penerapan

4. Hasil tindakan (gagal / sukses) 5. Pengalaman

(2)

Berbagai tuntutan kepada para jurnalis (wartawan) untuk selalu belajar di era informasi yang semakin cepat dan deras ini merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendesak dan tak terelakkan lagi. Keadaan serba cepat menuntut perubahan atau bahkan revolusi dalam cara belajar yang dimulai paling tidak dari diri kita sendiri.Dikarenakan berbagai perubahan di zaman ini diakibatkan oleh kecepatan informasi, maka cara belajar yang paling efektif adalah dengan mengikuti irama kecepatan informasi itu sendiri dan menganalisanya dalam waktu yang cepat pula. Kecepatan menganalisa informasi pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas tindakan berdasarkan informasi itu

2.1.1.Pengertian Akuisisi Pengetahuan

Aktivitas akuisisi pengetahuan pada dasarnya berorientasi pada penambahan pengetahuan yang sudah ada pada diri sesorang. Akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition) adalah akumulasi, transfer dan transformasi dari keahlian pemecahan masalah dari beberapa sumber pengetahuan (Pakfaham, 1990). Sumber-sumber pengetahuan potensial termasuk pula pakar manusia, textbook, database, laporan penelitian khusus, dan gambar. Akuisisi pengetahuan dapat dilakukan dengan cara pengumpulan data – data dari seorang pakar ke dalam suatu pemberitaan. Bahan pengetahuan dapat diperoleh melalui buku, jurnal ilmiah, literatur, seorang pakar, browsing internet, laporan dan lain-lain. Sumber pengetahuan tersebut kemudian

(3)

dapat dijadikan dokumentasi untuk dipelajari, diolah dan dikumpulkan dengan terstruktur menjadi basis pengetahuan (knowledge base).

Perolehan pengetahuan terjadi pada seseorang (wartawan) sebagai individu. Karakteristik individu ini menentukan apakah pengetahuan yang diperolehnya banyak atau sedikit. Faktor utama adalah motivasi yang sumber dan derajatnya menentukan kedalaman pengetahuan yang diperoleh. Tanpa motiasi untuk mengetahui, seorang wartawan tidak akan melakukan perolehan pengetahuan, dengan motivasi yang rendah, pengetahuan yang diperoleh hanya pengetahuan yang dangkal. Motivasi sekedar ingin tahu hanya mendorong individu untuk sekedar tahu, tidak terdorong untuk memperbanyak dan memperdalam apalagi menggunakan pengetahuan itu.

2.1.2.Pengakuisisian Pengetahuan

Menurut Tippins and Sohi (2003) pengakusisian pengetahuan dilihat dari karakteristik nya dapat dijelakan kedalam akuisisi pengetahuan internal dan eksternal.Pengakuisisian pengetahuan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan mengakuisisi pengetahuan yang bersumber dari luar maupun dari dalam organisasidan mencerminkan praktek-praktek sangat erat (Nonakaet al., 1996).

(4)

A. Pengakuisisian pengetahuan dari Luar (Akuisisi Pengetahuan Eksternal)

1. Bencmarketing dari Organisasi

Nonaka&Takeuchi (1995), mengatakan bahwa “perusahaan yang sukses adalah yang konsisten menciptakan pengetahuan baru, membaginya keseluruh organisasi, dan semua orang tahu akan teknologi baru dan hasilnya”

Fokus dari kegiatan benchmarking diarahkan pada praktek terbaik dari perusahan lainnya. Pertukaran informasi secara langsung dapat dilakukan melalui kuesioner, survei melalui telepon, dan kunjungan ke lokasi mitra benchmarking dianggap sebagai cara yang paling efektif. Pengetahuan yang bersumber dari kesuksesan organisasi lain merupakan kiat untuk mengetahui tentang bagimana dan mengapa suatu perusahaan yang memimpin dalam suatu industri dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Harian Waspada selalu menyediakan kegiatan

sharing informasi kepada seluruh karyawannya. Sharing informasi ini biasanya dilakukan dengan melihat trend ilmu pengetahuan baik berupa informasi ataupun teknologi. Lin (2007) menyatakan bahwa pengelolaan sumber daya knowledge akan dapat dijalankan secara efektif, apabila karyawan (wartawan) memiliki keinginan untuk bekerjasama dengan sesame rekan kerjanya untuk saling

(5)

mengkontribusikan knowledge yang mereka miliki di dalam organisasi.

2. Melakukan Konferensi

Meliputi rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama, permusyawaratan, muktamar dan para wartawan diharapkan menghadiri konferensi yang terkait dengan kebutuhan pengetahuan organisasi dan wartawan. Hal ini sering dilakukan dalam lingkungan Harian Waspada, baik konferensi secara keseluruhan maupun dilingkungan atau divisi wartawan saja.

3. Menyewa Konsultan

Tenaga profesional yang menyediakan jasa nasihat ahli dalam bidang keahliannya tersedia dalam organisasi Harian Waspada. Apabila tidak terdapat tenaga ahli (konsultan) yang dibutuhkan tersebut, maka organisasi dapat mendatangkan atau menyewanya demi membantu kelancaran proses kerja para jurnalis.

4. Media Massa

Meng-update informasi dari media massa merupakan salah satu sumber knowledge acquisition yang sangat sering dilakukan oleh wartawan Harian Waspada.

(6)

5. Media Elektronik

Media elektronik merupakan salah satu sarana yang besar artinya bagi wartawan untuk menambah pengetahuan mereka karena kemudahan yang diberikan, seperti mendapatkan, mengakses, menggunakan maupun menyimpannya. Media elektronik ini meliputi: internet, tv, radio dan telepon selular.

6. Memonitor Trend Ekonomi, Sosial dan Politik

Tuntutan untuk selalu menyajikan berita yang update yang akurat menuntut para jurnalistik untuk terus melakukan pantauan akan hal – hal yang sangat mempengaruhi situasi kondisi suatu bangsa, yaitu trend ekonomi, sosial, dan politik. Hal ini dilakukan oleh para Wartawn Harian Waspada melalui penggunaan media elektronik, media massa, konsultan, konferensi yang dihadiri serta bencmarketing

dari organisasi maupun narasumber lainnya.

7. Data dari Pembaca, Kompetitor dan Narasumber

Wartawan Harian Waspada selalu melihat kesempatan yang ada dalam mendapat informasi dan pengetahuan baik itu dari para pembaca, kompetitor yang saling berbagi ilmu dan narasumber dari sebuah berita. Karena wartawan membutuhkan hal ini bagi pengembangan pengetahuan dan untuk mendapatkan informasi yang tiada batas.

8. Kolaborasi dengan Organisasi lain

Kolaborasi dengan organisasi lain sering dilakukan oleh Harian Waspada, baik dengan universitas, organisasi masyarakat, LSM,

(7)

pemerintah, maupun organisasi sejenis. Hal ini disambut baik oleh para wartawan Harian Waspada, karena melalui hal ini, mereka dapat melakukan sharing knowledge dengan beragam pengetahuan yang berbeda.

B. Pengakuisisian Dalam Organisasi (Akuisisi Pengetahuan Internal)

Goh &Richards (1997), mengemukakan bahwa akuisisi pengetahuan internal dapat dilakukan dengan cara melakukan riset pengetahuan dan menerapkan hasil dari riset kedalam pekerjaan, kemampuan dari wartawan dalam menguasai teknologi , menyerap ide – ide baru dan menerapkannya kedalam proses perubahan yang berkelanjutan, serta belajar dari pengalaman yang sudah pernah dijalani.

1. Melakukan Riset

Wartawan didorong untuk melakukan penelitian tentang fenomena yang ada, dimana hasil riset tersebut kemudian dapat dijadikan sebagai berita yang akan disajikan kepada masyarakat dengan informasi yang sudah akurat.

2. Belajar dari Pengalaman

Pepatah bahwa “pengalaman adalah guru yang paling berharga” ini sangat berlaku bagi seluruh wartawan. Setiap pengalaman menarik yang didapatkan selalu dijadikan sebagai bahan masukan dan

(8)

knowledge yang berharga sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk saat ini dan dikemudian hari.

3. Mengimplementasikan Proses Perubahan Berkesinambungan

Setiap proses perubahan yang baik harus terus dikembangkan dan diimplementasikan. Kesadaran akan motivasi untuk menjadi lebih baik mendorong para wartawan Harian Waspada terus menjalankan proses perubahan kearah yang lebih baik .

2.2.Keterampilan

Pada saat ini, jurnalis dituntut untuk memiliki multi-skills dalam mengolah sebuah berita menjadi beragam bentuk mediadalam waktu yang relative singkat. Hal ini dikhawatirkan dapat mengancam kualitas informasi yang disajikan oleh para jurnalis. Dengan adanya tengat waktu yang makin ketat karena harus memproduksi satu berita kedalam beberapa bentuk media penyampaian, waktu jurnalis untuk memverifikasi data mentah menjadi sangat berkurang. Hal ini dapat menurunkan kualitas keterandalan berita yang dihasilkan oleh jurnalis (Ursell, 2001, p.20).

Sebagaimana sudah sering diungkapkan, bahwa wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik, berupa mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi. Penyiaran informasi dilaksanakan dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan

(9)

grafik. Bisanya juga dalam bentuk lain dengan menggunakan media cetak, media elektronik, multimedia dan segala jenis saluran lainnya.

Dengan kata lain, pengertian kompetensi wartawan adalah kemampuan untuk memahami, menguasai dan menegakkan profesi jurnalistik atau kewartawanan, serta kewenangan untuk menentukan sesuatu di bidang kewartawanan. Hal itu menyangkut kesadaran, pengetahuan dan keterampilan. Untuk menjadi jurnalis atau wartawan yang kompeten di era teknologi informasi yang berkembang pesat dan konvergensi media, seseorang harus memenuhi beberapa syarat lain. Kompetensi jurnalis adalah kemampuan seorang jurnalis melaksanakan kegiatan jurnalistik yang menunjukan pengetahuan dan tanggung jawab sesuai tuntutan profesionalisme yang dipersyaratkan. Kompetensi tersebut mencakup penguasaan keterampilan (skill) yang didukung dengan pengetahuan (knowledge) dan dilandasi oleh kesadaran (awareness) yang diperlukan dalam melaksanakan tugas dan fungsi jurnalistik (Dewan Pers, 2006, p.21).

Meninjau dari asal kata keterampilan, yakni “terampil”, mengungkapkan suatu kata sifat yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan kata kerjanya, “menerampilkan” berarti membuat menjadi terampil, memberikan keterampilan. K eterampilan sendiri adalah sebuah kata benda yang memiliki arti kecakapan untuk menyelesaikan tugas.

(10)

2.2.1.Jenis Keterampilan Wartawan

Keterampilan jurnalis adalah kecakapan atau kemampuan yang dimiliki seorang wartawan untuk menyelesaikan tugasnya, yaitu memproduksi informasi. Keterampilan wartawan juga dibagi menjadi beberapa kategori (DewanPers,2006, p.29-31), antara lain:

1. Keterampilan Reportase

Keterampilan reportase mencakup kemampuan menulis, wawancara, dan melaporkan informasi secara akurat, jelas, bisa dipertanggung jawabkan ,dan layak. Format dan gaya reportase terkait dengan bentuk media dan khalayaknya.

2. Keterampilan Penggunaan Alat

Keterampilan menggunakana lat termasuk dalam jenis keterampilan ini adalah mengoperasikan komputer dan kompetensi audiovisual.

3. Keterampilan Risetdan Investigasi

Keterampilan riset dan investigasi perlu dikembangkan untuk mempersiapkan dan memperkaya laporan jurnalistik serta merumuskan topik laporan.

4. Keterampilan Teknologi Informasi

Keterampilan teknologi informasi mencakup keterampilan mengakses internet, mengoptimalkan potensi internet, dan menyusun laporan

(11)

dalam format internet.

Gambaran detil tentang keempat jenis keterampilan tersebut dipaparkan dalam sebuah survei yang diadakan tahun 2008 oleh sebuah lembaga pelatihan bagi jurnalis di Inggris, National Council for the Training of Journalists. Dalam laporan resmi hasil survey tersebut dijabarkan beberapa keterampilan tradisional (jenis media pada masa cakupan media cetak dan siar) serta keterampilan baru (keterampilan-keterampilan tambahan yang harus dimiliki jurnalis saat jenis media yang ada adalah cetak, siar, dan online) yang harus dimiliki jurnalis. Keterampilan- keterampilan tersebut meliputi:

1. Keterampilan Tradisional

Yang dimaksud dengan keterampilan tradisional adalah kemampuan menemukan cerita baru, penggunaan bahasa, menulis, hukum media, kemampuan membuat catatan dengan cepat, pengumpulan berita, manajemen waktu, keterampilan audio – perekaman dan pengeditan, wawancara, presentasi untuk TV atau video, pengeditan dasar (tulisan), keterampilan bisnis jurnalistik, menulis feature, fotografi dasar, presentasi radio, kepekaan akan masalah publik, desain

layout, grafis, foto jurnalisme, penugasan berbahaya, pengetahuan (pengoperasian) piranti lunak tertentu, kesehatan dan keselamatan, penanganan topik khusus.

(12)

2. Keterampilan Baru

Yang dimaksud dengan keterampilan baru adalah kemampuan video – perekaman dan pengeditan, menulis untuk optimasisasi search engine, menulis untuk beragam bentuk media, menjalankan news bulletin dan paket audio atau video, memahami perjanjian Kebebasan Informasi, memprioritaskan cara penceritaan peristiwa, User Generated Content, menggunakan web stats untuk mendorong agenda berita, podcast, blog, memoderatori komen pengguna (khalayak), nilai-nilai produksi audio dan video, pelatihan suara, penugasan di tempat yang jauh, persiapan bekerja, pemahaman resiko kerja, pengetahuan (pengoperasian) piranti lunak, serta keterampilan spesialisasi hak cipta komersi.

2.3.Motivasi

2.3.1.Definisi dari Motivasi

“Motivation refers to the forces within a person that affect the direction, intensity, and persistenceof voluntary behavior” (Mc.Shane dan

Von Glinow, 2008, p.134). Lebih lanjut McShane dan Von Glinow juga mengatakan bahwa motivasi adalah salah satu dari empat faktor yang menggerakkan seseorang berperilaku dan menunjukan kinerjanya. Empat

(13)

faktor tersebut adalah: motivation, ability, role perception, and situationalfactors of individual behavior and results.

Menurut Moekijat (2002, p.5), “motivasi mempunyai arti yang sama dengan motif yakni suatu daya pendorong atau perangsang untuk melakukan sesuatu”. Dalam pengertian tersebut, motivasi dalam diri seseorang dipandang sebagai suatu kekuatan tanpa memperhitungkan adanya kelemahan dan faktor – faktor lain yang pasti ada dalam tiap individu.

Terdapat dua sumber motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut (McCullagh, 2005) motivasi intrinsik dapat diartikan sebagai dorongan dari dalam yaitu kebutuhan individual merasa perlu untuk berkompentensi dan bangga akan sesuatu. Oleh karena itu wartawan yang termotivasi untuk menyajikan berita yang akurat tanpa imbalan, hanya demi kepuasan dan kesenangan dari hasil pekerjaan yang sudah dilakukan.

Motivasi ekstrinsik dapat diartikan sebagai dorongan dari luar yaitu kinerja dari sesuatu kegiatan yang dilakukan karena adanya imbalan dari pekerjaan hasil tersebut. (Ryan & deci, 2000). Wartawan berusaha untuk menyajikan berita yang akurat karena adanya dorongan dari organisasi dengan pemberian penghargaan, piagam, promosi, kebijakan organisasi tentang kompensasi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan baik berasal dari dalam

(14)

diri seseorang maupun yang berasal dari luar yang menggerakkan seseorang melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan. Memiliki motivasi tinggi dalam melaksanakan pekerjaan.

2.3.2.

Teori Motivasi

1. Teori Motivasi Kepuasan

Teori ini mencoba menjawab pertanyaan menganai kebutuhan apa saja yang memuaskan dan mendorong semangat bekerja seseorang. Hal yang memotivasi semangat kerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan, dan kepuasan materiil maupun non-materiil dari apa yang diperoleh dari pekerjaannya. (Hasibuan, 2003, p.103) Termasuk dalam teori motivasi kepuasan yaitu:

A. Herzberg’s Two Factors Motivation Theory

Menurut teori ini, motivasi ideal yang dapat merangsang usaha adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan. Teori ini disebut juga Teori Motivasi Dua Faktor atau Teori Motivasi Kesehatan atau Faktor Higienis. Berdasarkan penelitian Herzberg terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan, yaitu:

(15)

1. Hal yang mendorong karyawan / wartawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan untuk berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua itu. 2. Hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama faktor

yang bersifat embel-embel saja pada pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji, tunjangan dan lain sebagainya.

3. Wartawan kecewa jika peluang untuk berprestasi

terbatas.Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan.

Herzberg menyatakan bahwa dalam melaksanakan

pekerjaannya, individu dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan yaitu: Maintenance Factors dan Motivation Factors.

1. Maintenance Factors

Merupakan faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung terus menerus. Faktor-faktor pemeliharaan ini meliputi hal-hal gaji, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang menyenangkan, mobil dinas, rumah dinas dan tunjangan– tunjangan lainnya.

(16)

2. Motivation factor

Adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologi seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya kursi yang empuk, ruangan yang nyaman, penempatan yang tepat.

B. Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory

Teori ini disebut juga sebagai teori motivasi prestasi yang dikemukakan oleh David Mc. Clelland. Teori ini menggolongkan tiga jenis kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja, yaitu:

1. Kebutuhan akan Prestasi (Need of Achievement)

Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang, karena itu kebutuhan akan berprestasi ini akan mendorong seseorang untuk

mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua

kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi yang optimal. Karyawan akan antusias dan memiliki semangat kerja yang tinggi untuk berprestasi lebih baik lagi asalkan kemungkinan untuk hal itu diberi kesempatan.

(17)

Seseorang menyadari bahwa hanya dengan mencapai prestasi yang tinggi, ia akan memperoleh pendapatan yang besar. Dengan pendapatan yang besar akhirnya ia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

2. Kebutuhan akan Afiliasi ( Need of Affiliation )

Kebutuhan akan afiliasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang, karena kebutuhan akan afiliasi ini yang akan merangsang gairah kerja seorang karyawan dan menyebabkan seseorang memiliki semangat kerja yang tinggi. Setiap orang ingin mendapat perhatian untuk dipuaskan karena predikat manusia sebagai makhluk sosial, keinginan disenangi, dicintai, kesediaan bekerja sama, iklim bersahabat dan saling mendukung dalam organisasi merupakan bentuk-bentuk pemuasan kebutuhan ini. Melalui kebutuhan afiliasi ini seseorang akan termotivasi danmengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua energinya untuk dengan senang hati menyelesaikan tugas- tugasnya.

3. Kebutuhan akan Kekuasaan ( Need of Power )

Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang, karena kebutuhan akan kekuasaan ini merangsang dan memotivasi gairah kerja

(18)

seseorang serta mengerahkan semua kemampuan demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik dalam organisasi. Ego manusia yang ingin lebih berkuasa dari manusia lainnya pada akhirnya menimbulkan suatu iklim persaingan. Persaingan yang ditumbuhkan secara sehat akan membuat pegawai termotivasi untuk bekerja giat. Oleh karena itu untuk mendapatkan kedudukan yang baik dalam organisasi, maka seseorang akan berusaha dan termotivasi untuk menyenangi setiap pekerjaan yang diberikan dan berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik.

C. Teori Motivasi Claude S. George

Teori ini menyatakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan dia bekerja, yaitu :

1. Upah yang layak

2. Kesempatan untuk maju

3. Pengakuan sebagai individu 4. Keamanan kerja

5. Tempat kerja yang baik

(19)

7. Perlakuan yang wajar 8. Pengakuan atas prestasi.

Teori motivasi kepuasan menyimpulkan bahwa orang akan bersemangat dalam bekerja karena adanya dorongan kebutuhan, baik materil maupun non-materiil. Kebutuhan tersebutdapat diklasifikasikan dalam lima tingkatan, dimulai pada kebutuhan yang paling dasar dan jika kebutuhan tersebut sudah terpenuhi maka akan beralih ke tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi.

2.4 Wartawan

1.4.1. Pengertian Jurnalis

Wartawan adalah profesi yang dituntut untuk mengungkapkan kebenaran dan menginformasikan ke publik seluas mungkin temuan – temuan dari fakta – fakta yang berhasiil digalinya, apa adanya, tanpa rekayasa dan tanpa tujuan – tujuan subjektif tertentu, selain semata – mata demi pembangunan dan kehidupan peradaban kemanusian yang lebih baik (Djamitka,2004, p.25). Memberikan berita yang akurat dapat membantu mengembangkan perspektif dan pemikiran para pembaca. Berita yang diberikan oleh para wartawan diharapakan dapat mencerdaskan para pembacanya.Dengan berita yang akurat, masyarakat

(20)

tidak merasa dibodohi. Kredibilitas dari seorang jurnalis dianggap baik apabila informasi yang disajikan dapat dinilai akurat. Seringkali pembaca tidak bisa menentukan berita mana yang akurat atau berita yang tidak akurat. Secara praktis jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing ) dan penyebarluasan melalui media. Menurut UU Pers No.40 tahun 1999 bab 1 (ketentuan umum) pasal 1 ayat (4), yang dimaksudkan dengan wartawan (jurnalis) adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. Untuk menjadi wartawan seseorang harus memiliki kualifikasi sebagai berikut:

1. Menguasai teknik jurnalistik yaitu skill meliput dan menulis berita, feature dan tulisan opini

2. Menguasai bidang liputan(beat)

3. Serta mampu menguasai dan menaati Kode Etik Jurnalistik Penjelasan diatas dapat memberikan gambaran bahwa yang dimaksud dengan jurnalistik adalah suatu aktivitas yang mengandung keahlian dalam bidang kajian untuk mengumpulkan, mengkaji dan mengolah ide, gagasan, pemikiran, serta menyebarluaskan informasi melalui media massa.

Kalangan jurnalis Indonesia mengenal suatu kode etik wartawan Indonesia, yang mengandung banyak pasal di dalamnya. Namun, secara prinsip, Kode Etik tersebut sering diringkas menjadi 10 prinsip/ kaidah, yang dikenal sebagai 10 Elemen Jurnalisme.

(21)

2. Loyalitas utama jurnalisme adalah warga negara 3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi

4. Jurnalis harus menjaga independensi dari obyek liputannya

5. Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan

6. Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling-kritik dan menemukan kompromi

7. Jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan

8. Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional 9. Jurnalis harus diperbolehkan menguji kesadaran personalnya, hati

nuraninya

10.Masyarakatpun punya hak dan kewajiban ketika berhadapan dengan berita

1.4.2 Fungsi Wartawan

Tugas kewartawanan pada dasarnya hanya berkisar pada tiga fungsi, yaitu:

1. Peliput

Seorang wartawan berfungsi meliput setiap peristiwa yang terjadi untuk dijadikan bahan berita

(22)

2. Penyusun

Peristiwa yang telah diliput akan disusun menjadi suatu berita yang menarik untuk public

3. Penyebar Informasi

Berita yang telah disusun akan disampaikan kepada publik sehingga menjadi informasi untuk mereka (Janus dan Bahasuru, 1996, p.25)

Dalam menjalankan tugas dan kewajiban mencari berita, sudah tentu wartawan akan berinteraksi dengan berbagai kalangan atau golongan dalam masyarakat. Salah satu kalangan yang berhubungan dengan wartawan adalah perusahaan/instansi. Dalam hal ini perusahaan biasanya diwakili oleh petugas hubungan masyarakat (humas), yang berusaha untuk menumbuhkan citra positif masyarakat / image yang baik terhadap perusahaan atau instansi tempat ia bekerja.

(23)

1.4.3 Metode Jurnalistik

Metode jurnalistik berisi tata cara penggalian kebenaran dari informasi dan menyajikannya kepada pembaca.

1. Wawancara

Metode ini pada prinsipnya adalah bertanya. Bertanya adalah senjata terpenting seorang wartawan. Bertanya, bertanya, bertanya.

2. Reportase

Metode ini meliputi oberservasi atau meliput yang tak terkatakan (yang terlihat, yang berbau, yang terasa), dimana pada intinya memanfaatkan seluruh panca indera.

1.5. Surat Kabar dan Akurasi Berita

1.5.1. Fungsi Surat Kabar

Surat kabar berperan penting dalam keakuratan berita.Nilai sebuah berita yang disajikan oleh surat kabar ditentukan pula oleh aktualitas nilai berita, kelugasan tulisan serta keakuratan (kebenaran) beritanya. Informasi apapun yang disuguhkan oleh surat kabar harus bisa memenuhi serta

(24)

memberikan informasi yang akurat bagi pembacanya. Maka surat kabar adalah media yang dianggap efektif dalam menyebarluaskan informasi kepada masyarakat secara beraneka ragam, sehingga isi media massa merupakan cermin dari masyarakat.

Lebih lanjut, Effendy (1993, p.93) juga menjelaskan 4 fungsi surat kabar, yaitu :

1. Fungsi menyiarkan informasi 2. Fungsi mendidik

3. Fungsi penghibur 4. Fungsi mempengaruhi

Untuk memenuhi fungsi dari surat kabar diatas, para wartawan di wajibkan untuk menyugukan berita-berita yang akurat, selain menyiarkan informasi kepada masyarakat banyak, baik yang bersifat pro maupun kontra. Selain untuk menyiarkan informasi, banyak opini atau pendapat yang diberikan tentang suatu fakta atau kejadian memiliki fungsi untuk mempengaruhi opini khalayak banyak tentang satu fakta atau kejadian agar sama dengan opini yang mereka miliki.

(25)

1.5.2. Definisi dan Kriteria berita

Berita ialah informasi baru dan penting mengenai suatu peristiwa, keadaan, gagasan, atau manusia yang menarik untuk diketahui masyarakat. Penulisan berita perlu menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, akurasi, kelengkapan, keberimbangan, keadilan atau sikap tidak berpihak, dan kepekaan terhadap semua orang yang berkepentingan.

Menurut Suhandang (2004, p.103 -104), yang dimaksud dengan berita adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak. Menurut macamnya, berita dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu :

1. Berita Langsung

Berita langsung adalah berita yang hanya menyampaikan fakta utama saja. Berita langsung dibagi lagi menjadi tiga macam.

2. Berita Tidak Langsung

Berita tidak langsung merupakan berita yang penyampaian informasinya dilakukan secara tidak langsung (diplomatis), dalam arti tidak langsung mengemukakan faktanya, melainkan membangun fakta itu sehingga menarik perhatian atau menimbulkan minat untuk membaca.

(26)

1.5.3. Nilai Berita

Menurut Lesmana (2007, p.19-21), secara umum nilai berita dapat digolongkan menjadi enam point yaitu :

1. Significant (Kepentingan)

Kejadian yang mungkin akan menjadi pengaruh pada kehidupan orang banyak atau kejadian yang memiliki akibat terhadap kehidupan pembaca

2. Timeliness (Waktu)

Kejadian yang menyangkut hal – hal yang baru terjadi atau baru dikemukakan.

3. Magnitude (Besaran)

Kejadian yang menyangkut angka – angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak atau akibat dari kejadian yang bisa dijumlahkan hingga menarik bagi pembaca.

4. Proximity (Kedekatan)

Kejadian yang dekat bagi pembaca, bisa bersifat geografis (bersifat kedaerahan) maupun emosional (ada ikatan darah).

(27)

5. Prominence (Keterkenalan)

Menyangkut hal – hal yang terkenal atau dikenal seperti orang, benda atau tempat.

6. Human Interest (Manusiawi)

Kejadian yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca, yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa

1.5.4. Akurat

Data adalah sumber informasi yang masih mentah yang diperoleh dari sumber – sumber yang ada. Informasi adalah “data that has been organized and processed so that it is meaningful”, yakni data-data yang telah diorganisir dan diolah sehingga data menjadi berguna dan akurat. Definisi data adalah “any and all of the fact that are collected, store and processed by an information system ” (Romney & Steinbart 2003, p.9). Berdasarkan informasi

tersebut dapat diartikan bahwa data adalah fakta-fakta yang dikumpulkan, disimpan, dan diproses dengan sistem informasi. Wujud data dapat berupa dokumen kertas atau file, sedangkan informasi adalah data yang telah diatur dan diproses untuk memberikan arti (Romney & Steinbart 2003, p.9). Wujud dari informasi bisa berupa laporan print-out(kertas) dan softcopy (tampilan

(28)

dalam komputer).

Selain menghasilkan informasi berita yang up to date, berita yang diberikan terutama dituntutpula akan unsur keakuratannya. Image yang dibangun oleh perusahaan surat kabar sangat mempengaruhi kepercayaan pembaca pada isi berita yang disajikan. Keakuratan berita juga disampaikan dalam konsep etik jurnalistik.Berita yang diberikan dituntut keakuratannya karena dikonsumsi oleh orang banyak. Karena adanya tuntutan informasi yang

up to date maka sering kali batas waktu pengumpulan informasi merupakan suatu tekanan, padahal tidak boleh adanya kesalahan dalam penyampaian informasi tersebut.Jurnalis harus mengecek beberapa kali untuk menghindari kesalahan sebelum dipublikasikan.

1.5.5. Karakteristik Keakuratan Data

Suatu informasi dikatakan berguna dan akurat apabila informasi tersebut mengandung karakteristik (Romney & Steinbart 2003, p.10 ):

1. Relevant

Informasi dikatan relevana pabila informasi tersebut mampu mengurangi ketidakpastian, memperbaiki kemampuan dalam pengambilan keputusan untuk membuat prediksi, mengkonfirmasikan, atau memperbaiki ekspektasi sebelumnya.

(29)

2. Reliable

Informasi dikatakan reliable apabila informasi tersebut bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan secara akurat mewakili kejadian dari suatu organisasi.

3. Complete

Informasi dikatakan complete apabila informasi tersebut tidak menghilangkan aspek – aspek penting dari kejadian yang merupakan dasar masalah atau aktivitas yang diukurnya.

4. Timeline

Informasi dikatakan timeline apabila informasi tersebut diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan pengambil keputusan menggunakannya dalam membuat keputusan.

5. Understandable

Informasi dikatakan understandable apabila informasi tersebut disajikan dalam format atau bentuk yang dapat dimengerti dan digunakan oleh pembuat keputusan.

6. Verifiable

Informasi dikatakan verifiable apabila informasi tersebut memliki kesamaan dalam hasil walaupun dikerjakan oleh dua orang pihak secara independen.

(30)

1.5.6. Objektivitas Pemberitaan

Tujuan jusnalisme adalah melaporkan kebenaran atau dengan kata lain memberikan laporan secara objektif, namun tugas ini bukan merupakan pekerjaan sederhana karena ada berbagai kepentingan yang ikut memegang peranan penting yang ikut memegang peranan dalam jurnalisme sehingga akhirnya memberikan bentuk pada kebenaran yang disampaikan (Siahaan et al, 2001, 60). Sedangkan objektivitas pemberitaan sendiri adalah penyajian berita yang benar, tidak berpihak dan berimbang (Siahaan et al, 2001, p.100).

Untuk menilai objektivitas berita, McQuail (2005, p.130) menyarankan untuk menggunakan prinsip yang dikemukan oleh J.Westerstahl (1983). Dalam skema tersebut indikator yang digunakan untuk menilai objektivitas adalah kefaktualan yang terdiri dari keseimbangan dan netralitas. Selain itu McQuail (2005, p.129-130) menambahkan pula bahwa objektivitas merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin profesi yang dituntut oleh wartawan itu sendiri. Prinsip tersebut sangat dihargai dalam kebudayaan modern, termasuk berbagai bidang diluar media massa, terutama dalam kaitannya dengan rasionalitas ilmu pengetahuan dan birokrasi.

Lebih lanjut, Siahaan (2001, p.100-102) mengembangkan sejumlah indicator yang dapat digunakan untuk mengukur objektivitas pemberitaan sebagai berikut:

(31)

1. Dimensi Truth

a. Sifat fakta (factualness) yakni sifat fakta bahan baku berita yang terdiri dari dua kategori yaitu fakta sosiologis dan fakta psikologis

b. Akurasi adalah kecermatan atau ketepatan fakta yang diberikan. Indikator yang digunakan adalah check dan recheck, yakni mengkonfirmasi dan menguji kebenaran dan ketepatan fakta kepada subjek, objek, atau saksi berita sebelum disajikan.

2. Relevansi Standard Jurnalistik

Adalah aspek-aspek fakta dalam berita dengan indikator kelayakan berita (newsworthiness), yakni significance, magnitude, prominence, timeliness, dan proximity (geografis dan psikografis).

3. Ketidakberpihakan (Impartiality)

Adalah tingkatan sejauh mana evaluasi subjektivitas (penilaian, interpretasi dan opini pribadi) wartawan tidak terlibat dalam memproses fakta menjadi berita.

4. Balance

Adalah keseimbangan dalam penyajian aspek – aspek evaluatif (pendapat, komentar, penafsiran fakta – fakta oleh pihak – pihak tertentu).

(32)

Objektivitas berita adalah penyajian berita yang benar tidak berpihak dan berimbang (Siahaan et al, 2001, p.100). Indikator yang digunakan untuk menilai objektivitas adalah kefaktualan yang terdiri dari kebenaran dan relevansi serta impartialitas yang terdiri dari kebenaran dan relevansi serta impartialitas yang terdiri dari keseimbangan dan netralitas.

Objektivitas pemberitaan sangat penting, karena nantinya berita – berita yang dimuat disurat kabar akan dibaca oleh khalayak. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Ardinanto dan Erdinaya (2005, p.23), bahwa media massa mempunyai peran untuk mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang terhadap nilai objek yang diberikan dalam media massa. Pemberitaan dikatakan tidak objektif jika terdapat keberpihakan kepada salah satu pihak saja. Keberpihakan menciptakan berita yang keakuratannya di pertanyakan. Wartawan dituntut untuk menggunakan objektivitasnya sebaik mungkin, karena akan mempengaruhi keakuratan berita yang disajikan. Sebagai pemberi berita yang memberikan data-data mengenai situasi dan kondisi yang terjadi di dalam negeri, seorang wartawan diharapkan khalayak akan mampu menetapkan sikap serta minatnya, dimana ia harus berdiri, apakah mengikuti arus, menentang arus, atau netral.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan lampu lalu lintas pada simpang merupakan hal yang paling kritis dalam pergerakan lalu lintas. Pada simpang dengan arus lalu lintas yang besar telah diperlukan

Menurut DePorter (2010) terdapat enam fase dari model pembelajaran Quantum Teaching yang kemudian dikenal dengan istilah TANDUR dengan rincian sebagai berikut: (1)

Persoalan cabai merah sebagai komoditas sayuran yang mudah rusak, dicirikan oleh produksinya yang fluktuatif, sementara konsumsinya relatif stabil. Kondisi ini menyebabkan

Etik Madiyanti Sulistyo Rini, A 21009202 Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. Tujuan

Hasil penelitian memberikan bahwa varietas memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter Tinggi Tanaman dan pemberian pupuk NPKMg memberikan pengaruh yang

Contoh nyata adalah saat pelaksanaan Program pembelajaran metode yanbu’a dalam meningkatkan kemampuan membaca al-qur’an yang dilaksanakan pada tanggal 03 sampai 27

Teori Tegangan Geser Oktahedral, yang menyatakan: "Kegagalan terjadi jika tegangan geser oktahedral pada suatu titik di pipa sama atau lebih besar dari tegangan geser

4) Kesulitan dalam mengevaluasi pelayanan karena informasi/ laporan yang dihasilkan untuk kebutuhan evaluasi pelayanan tidak lengkap. Sistem informasi rekam medis yang